Anda di halaman 1dari 12

PETUNJUK TEKNIS

INVERSI TENSOR MOMEN MENGGUNAKAN PROGRAM


ISOLATED ASPERITIES (ISOLA)

Disusun oleh :
YOPI RUBEN SERHALAWAN, S.Tr
19930425 201312 1 001

STASIUN GEOFISIKA SORONG


BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
TAHUN 2018
1.1 Penjelasan singkat mengenai program ISOLA
Program Isolated Asperities (ISOLA) dikembangkan oleh Sokos dan Zahradnik (2008),
yang bertujuan untuk menginversi sinyal seismogram (inversi tensor momen) dalam skala
regional maupun lokal sehingga mendapatkan parameter sumber gempa bumi. Proses inversi
tensor momen dilakukan dengan membandingkan data displacement sinyal seismogram
observasi dan sinyal sesismogram sintetik. Data sinyal seismogram observasi merupakan
sinyal hasil pengamatan dari stasiun seismik di permukaan bumi. Data tersebut merupakan
konvolusi dari sinyal di sumber gempabumi, medium penjalaran yang dilewati gelombang
gempabumi, dan respons dari instrumen penerima gempabumi (stasiun seismik/pengamat)
(Gambar 1.1) (Stein dan Wysession, 2003). Agar mendapatkan sinyal asli dari sumber maka
perlu dilakukan koreksi instrumen dan menggunakan model kecepatan untuk mengetahui
medium penjalarannya.

Gambar 1.1 Konvolusi dari sinyal di sumber gempabumi, medium penjalaran dan respon
instrumen menghasilkan sinyal seismik yang terekam pada seimogram (Stein dan Wysession,
2003)

Berbeda dengan sinyal seismogram observasi, sinyal seismogram sintetik merupakan


sinyal buatan yang dibentuk dengan fungsi green (Bouchon, 1981) yang bergantung pada
model bumi, lokasi stasiun dan lokasi sumber (Bornman, 2002). Dalam proses pencocokan
sinyal antara sinyal observasi dan sinyal sintetik, dapat disimpulkan bahwa semakin cocok
(tumpang tindih) kedua sinyal, maka variansi reduksi yang didapatkan semakin baik. Variansi
reduksi merupakan nilai/ukuran kualitas suatu proses inversi dengan nilai bobot yaitu 0-1 (0%
- 100%). Semakin besar nilai Variansi reduksi maka hasil dari proses inversi semakin akurat,
begitupun sebaliknya (Sokos dan Zahradnik, 2008).

1.2 Persyaratan
Untuk menggunakan program Isola, diharuskan untuk meng-install sofware berikut :

- Matlab 6.5 atau 7.*


- Generic Maping Tool (GMT) versi 4.* (tidak dapat bekerja pada GMT versi 5.*)
- M_Map, merupakan freeware yang digunakan dalam pembuatan peta di dalam matlab
(download di sini https://www.eoas.ubc.ca/~rich/map.html dan tambahkan dalam path
matlab)
- Ghostscript dan GsView (download di sini http://www.cs.wisc.edu/~ghost/ dan
tambahkan dalam sistem path matlab)
- Program Isola (Download di sini http://seismo.geology.upatras.gr/isola/download.html )

2.1 Langkah-langkah inversi tensor momen menggunakan program Isola


Sebelum melakukan proses inversi, download data sinyal seismogram observasi dari
stasiun-stasiun seismik (skala regional/lokal) terlebih dahulu. Data sinyal observasi dapat
ditemukan di webdc3 BMKG atau webdc3 GFZ (http://eida.gfz-potsdam.de/webdc3/ ) ataupun
di berbagai situs yang tersedia data sinyal seismik. Data yang di-download harus dalam bentuk
fullseed (data sinyal + metadata) atau dalam bentuk SAC (seismic analysis code) (Goldstein
dan Snoke, 2005) dan metadatanya. Metadata akan digunakan dalam penginputan file polezero
(berhubungan dengan respon instrumen).

Berikut langkah – langkah inversi tensor momen menggunakan program isola :

1. Letakan folder isola (yang berisi file isola) di Local Disc (C:/)

2. Buka Software Matlab yang telah di-instal kemudian klik file, pilih set path, pilih add
folder, masukan folder => c:/isola dan c:/isola/m_map, klik save untuk menyimpan
kemudian close. (sebelumnya pastikan folder m_map sudah berada pada folder isola)

3. Ganti direktori di Matlab menjadi c:/isola

4. Ketik isola kemudian tekan enter, akan muncul tampilan seperti di bawah ini.

- Klik “Create Pole Zero File” (pzfile) untuk membuat file polezero yang berfungsi untuk
koreksi instrument. Setelah klik, maka akan muncul tampilan berikut :
- Buatlah file polezero (pzfile) berdasarkan metadata dari seluruh stasiun yang telah di-
download.
- Kotak ‘Station name’ diisi dengan kode stasiun (hanya dibatasi 3 huruf depan).
Misalnya stasiun yang akan dibuat file polezero yaitu stasiun ransiki RKPI, maka yang
dimasukan hanya 3 huruf depan, RKP.
- Kotak ‘A0 normalization constant’ diisi sesuai nilai A0 normalization yang ada di
metadata.
- Kotak ‘digitizer sensitivity’ diisi dengan nilai 1.
- Kotak ‘Seismometer sensitivity’ diisi sesuai dengan nilai sensitivity yang ada di
metadata.
- Klik ‘New Zero’ dan ‘New Pole’ untuk menambahkan jumlah dari data pole dan zero
yang dimiliki oleh instrument. Kemudian masukan nilai dari masing-masing pole dan
zero.
- Klik ‘plot’, lalu klik ‘save file’ dan ‘exit’. File akan tersimpan di folder pzfiles di dalam
folder isola.
- Lakukan seterusnya untuk seluruh stasiun seismik yang akan digunakan dalam proses
inversi.

5. Kembali ke menu tampilan utama klik menu “Sac Import”, pilih ‘manual sac import’, dan
akan muncul tampilan berikut.
- Sinyal observasi yang diimport harus dalam ekstensi .*SAC.
- Klik ‘Read NS’ dan ambil komponen BHN dari sinyal yang sudah di-download.
- Klik ‘Read EW’ dan ambil komponen BHE dari sinyal yang sudah di-download.
- Klik ‘Read Ver’ dan ambil komponen BHZ dari sinyal yang sudah di-download.
- Klik ‘Common Start Time’, Cut (jika ingin memotong sinyal, jika tidak, abaikan).
- klik save ISOLA ascii lalu Exit.
- File akan tersimpan di folder data di dalam folder isola.
- Lakukan seterusnya untuk seluruh stasiun seismik yang akan digunakan dalam proses
inversi.

6. Kembali ke menu tampilan utama dan klik “Define Crustal Model”, akan muncul tampilan
berikut.

- Model kecepatan pada gambar di atas merupakan model kecepatan default isola yang
meliputi wilayah global. Sangat disarankan untuk menggunakan model kecepatan
lokal dari suatu daerah yang dijadikan target penelitian.
- Input model kecepatan yang telah disiapkan sesuai dengan kolom pada gambar di atas
berturut-turut, depth, Vp, Vs, Density, Qp, Qs. Kemudian klik Save, Plot dan Exit.

7. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Event info” untuk menginput data
parameter gempabumi yang akan diinversi. Kemudian akan muncul tampilan berikut.
- Input parameter lokasi gempabumi, ‘lat’, ‘lon’ dan ‘depth’ (Decimal Degrees/warna
merah).
- Input ‘magnitude’, ‘date’, dan ‘location agency’ sesuai dengan data parameter
gempabumi yang telah disiapkan.
- Input ‘event origin time’ dalam zona waktu UTC (Coordinated Universal Time).
- Input ‘Data Start Time’ disamakan dengan ‘Origin Time’.
- Pilih ‘Time length’ sesuai panjang data waveform/sinyal yang dimiliki. Klik ‘update’
dan ‘exit’.

8. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Station Selection” untuk memilih stasiun
yang akan digunakan dalam proses inversi. Setelah diklik, akan muncul tampilan berikut.

- Pastikan ‘Seleted Station File’ sudah benar. C:\isola\BMKG.stn


- Jika sudah benar, klik ‘Make Map - Select Stations’, akan muncul tampilan berikut
- Misalnya stasiun yang akan dipilih yaitu stasiun SNS, KCS, dan TSI, maka klik select
stations, klik kiri pada stasiun SNS dan KCS, dan klik kanan pada TSI (stasiun yang
terakhir dipilih).

9. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Raw Data Preparation”, untuk
mempersiapkan data sinyal observasi yang akan digunakan. Klik dan akan muncul tampilan
berikut.

- Klik ‘Load Ascii File’, ambil file *.dat yang telah tersimpan di folder c:/isola/data
misalnya KCS.dat.
- Klik ‘Inst. Correction’, untuk mengkoreksi instrumen.
- Klik ‘Origin Align’, untuk menetapkan waktu ‘Start Time’ dan ‘Origin Time’.
- Klik ‘Save data’. Data akan tersimpan di folder c:/isola/invert dengan eksistensi *.unc.
- Lakukan untuk seluruh stasiun yang akan digunakan dalam proses inversi

10. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Seismic Source Definition”, dan akan
muncul tampilan berikut :
- Pilih ‘One Source at Hypocenter’ apablia sudah yakin dengan keakuratan parameter
hiposenter yang diinput di menu “Event info”. (proses running ± 1 menit)
- Pilih ‘Sources below epicenter’ apabila ingin mencari posisi kedalaman centroid.
(Disarankan untuk digunakan apabila mempunyai model kecepatan lokal yang
akurat). (proses running ± 5 menit)
- Pilih ‘Sources on a line or plane’ apabila ingin mencari posisi centroid location
berdasarkan model patahan yang telah diketahui sebelumnya (proses running ± 15
menit)
- Setelah memilih salah satu dari ketiga submenu di atas maka selanjutnya klik ‘Exit’.

11. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Green Function Computation” untuk
menyiapkan data sinyal sintetik, setelah klik, akan muncul tampilan berikut :

- Klik ‘Run’, lalu tunggu sampai proses selesai,


- Jika proses sudah selesai, kemudian klik yes,
- klik ok, close lalu exit

12. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu Inversion untuk proses inversi. Setelah
klik, akan muncul tampilan berikut :
- Pilih ‘Type of Inversion’, misalnya Full MT/ Deviatoric MT/ DC Constrained/ Fixed
Mechanism. (Disarankan untuk menggunakan Deviatoric MT)
- Masukan nilai filter f1,f2,f3,f4. Nilai yang dimasukan disarankan yaitu frekuensi
rendah. (trial and error!)
- Masukan nilai time search (dt) (trial and error!)
- Klik ‘Run’, klik y, tekan enter (tunggu proses inversi)
- Tekan enter, klik y, tekan enter (tunggu proses inversi)
- Setelah inversi maka akan muncul tampilan berikut
- Close
- klik ‘Plot Correlation diagram’
- klik ‘Results for Single source’

13. Kembali ke menu tampilan utama dan klik menu “Plot Results” untuk menampilkan hasil
inversi. Setelah klik, akan muncul tampilan berikut :

- Klik plot ‘Real-Synthetics’, untuk menampilkan hasil pencocokan sinyal antara sinyal
observasi dan sinyal sintetik dalam data displacement. Berikut adalah tampilannya

- Sinyal warna hitam merupakan sinyal observasi, sinyal warna merah merupakan sinyal
sintetik
- Angka warna biru merupakan nilai variansi reduksi. Semakin mendekati 1 maka
semakin tinggi tingkat kecocokan antara sinyal observasi dan sinyal sintetik (hasil
bagus).
- Apabila ditemukan nilai variansi reduksi rendah (mendakati 0), maka proses
pengolahan data dapat diulang dari awal (trial and error!).
- Setelah itu klik ‘Plot moment tensor’
- Hasilnya dapat dilihat di c:/isola/invert , pada file best.ps. Contoh file best.ps seperti
Gambar di bawah ini

- Perhatikan nilai variansi reduksi ; mendekati 1, hasilnya bagus.


- Perhatikan nilai prosentase DC ; mendekati 100%, hasilnya bagus.
- Perhatikan nilai prosentasi CLVD ; mendekati 0%, hasilnya bagus.
- Ketiga poin ini dapat menjadi kontrol kualitas (quality control) dari parameter
mekanisme sumber yang dihasilkan. Jika ketiga poin di atas dirasa belum cukup
memenuhi kriteria, maka proses trial and error (ulangi proses pengolahan) dapat
dilakukan.

----SEKIAN DAN TERIMAKASIH----


yopiruben@gmail.com
DAFTAR PUSTAKA

Bornmann, P., 2002, New Manual of Seismological Observatory Practice, Vol. 1,


GeoForschungsZentrum Postdam, Telegrafenberg.

Bouchon, M., 1981, A simple method to calculate Green's functions for elastic layered media,
Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 71, No. 4, 959 - 971.

Coutant, O., 1989, Numerical study of the diffraction of elastic waves by fluid-filled cracks.
Journal of Geophysical Research: Solid Earth, 94(B12), 17805–17818.

Goldstein, P., dan Snoke, A., 2005, SAC Availability for the IRIS Community, Incorporated
Research Institutions for Seismology Newsletter, Vol.7, No.1

Sokos, E., dan Zahradník, J., 2008, ISOLA a Fortran code and a Matlab GUI to perform
multiple-point source inversion of seismic data, Computers and Geosciences,Vol. 34,
967-977.

Stein, S., dan Wysession, M., 2003, An Introduction to Seismology, Earthquake, and Earth
Structure, Blackwell Publishing, United Kingdom

Anda mungkin juga menyukai