Ibadah Reflektif
Saat Hening
jemaat memasuki ruang ibadah dalam kondisi hening tanpa suara. setelah jemaat
masuk pemusik mulai memainkan pujian Mazmur 22: 2-19 (bait dinyanyikan oleh
solois dan reff dinyanyikan bersama)
Reff:
Ya Allahku, mengapa Kau tinggalkan-ku?
Kuberseru, namun Kau tetap jauh.
Ya Allahku, mengapa Kau tinggalkan-ku?
Dan tiada menolongku?
PERENUNGAN PRIBADI
P : Yusuf dari Arimatea mengingat Tuhan dan guruNya dengan cara mengambil
mayat Tuhan Yesus, merawat, mengapani dan memberikan tempat berbaring
terakhir bagi Tuhan Yesus. Ia punya cara tersendiri saat mengingat hal-hal baik
yang sudah Tuhan ajarkan semasa hidupNya. Sekarang, dalam kehidupan kita,
pasti ada orang-orang yang telah mewarnai hidup kita dan memberikan kesan
yang mendalam , mari mengingat mereka satu persatu. Mereka-mereka yang
sangat kita hormati dan hargai. Mereka yang membuat kita mengalami hidup yang
lebih baik sekarang ini. Apakah ia atau mereka masih hidup saat ini? ataukah
mereka sudah tiada? Mari mengingat dan mengenang secara perlahan, dan
bersyukurlah akan keberadaan mereka yang Tuhan ijinkan berkarya dalam
kehidupan kita!
…………………………………………
(Umat diajak untuk masuk dalam perenungan pribadi)
(berdoa)
Maria Magdalena:
(Dengan suara bergetar) ini aku Maria, aku hanya bisa menatap makamMu ya Guru.
Sesak hatiku, tak tertahan dukaku. (sesak) kini biarkan aku duduk dekat kakiMu seperti
dahulu. (Sambil memegang batu) meski terhalang oleh batu ini. Tapi.. aku tahu Engkau
tinggal sertaku.
PERENUNGAN PRIBADI
P : Maria berduka sangat dalam, sekarang ia tidak bisa lagi duduk dekat kaki Tuhan
Yesus, tidak bisa lagi mencurahkan pergumulannya secara langsung. Bapak ibu
anak anak, kita pun pasti pernah mengalami saat-saat seperti maria, yang
kehilangan tempat untuk bersandar, tempat untuk berkeluh kesah. Sekarang
marilah mengingat saat-saat dimana kita merasakan kehilangan yang amat
sangat itu, kehilangan mereka yang amat kita cintai untuk selama-lamanya. Jika
sekarang ini kita sedang berduka, mari meratap bersama dengan Maria.
Tangis dan duka bukan tanda kelemahan, melainkan tanda cinta yang mendalam.
Menangis jika ingin menangis, meratap jika ingin meratap. Karena mereka yang
telah pergi, memang sangat kita kasihi. …………………………………
(Umat diajak untuk masuk dalam perenungan pribadi)
(berdoa)
(doa selesai)
PERENUNGAN PRIBADI
P: saudaraku, kematian tidak menghalangi kita mengungkapkan kasih. Tetapi,
nyatanya kematian juga tidak menjadi penghalang bagi luka untuk terus tumbuh
dan menimbulkan kebencian. Meski Yesus telah terkubur, namun mereka yang
membenci-Nya masih terus terhantui oleh kegelisahan dan kedengkian.
Kita mungkin saja bisa menjadi seperti imam kepala dan orang farisi sekarang ini.
Yang meskipun Tuhan Yesus sudah mati dan dikubur, terus dihantui oleh
kegelisahan dan membenciNya. Saat ini, saya mengajak Saudara untuk mengingat
pribadi-pribadi yang telah melukai kita, menumbuhkan kebencian di hati kita.
apalagi jika mereka-mereka yang telah pergi mendahului kita, telah terkubur di
tanah, tapi jejak kepahitan yang ditanam dihati kita masih terasa, lukanya telah
mengiris begitu dalam.
Saya mengajak Saudara untuk memejamkan mata, menghadirkan kembali pribadi
yang telah tiada tersebut dan nyatakanlah kesedihanmu, nyatakan kemarahanmu
kepadanya. Kalau hatimu sudah lega, sekarang bersiaplah melepaskan
pengampunan, katakan kepadanya: “luka itu sudah aku kuburkan dalam-dalam,
sekarang Aku mengampunimu, aku mengasihimu.”
…………………………………
(Umat diajak untuk masuk dalam perenungan pribadi)
(berdoa)
Instrumen dimuka Tuhan Yesus
DOA SALIB
Jemaat dipersilakan menaikkan doa-doanya di depan salib.
Diiringi In Manus Tuas Pater
Dilanjutkan dengan
Nada Te Turbe
(Dinyanyikan secara berulang)
Janganlah cemas, janganlah takut
Di dalam Tuhan berlimpah rahmat,
Janganlah cemas, janganlah takut
Serahkan Tuhan