Anda di halaman 1dari 18

Bab 9

Pendapatan Nasional

9.1 Pendahuluan
Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat dilihat dari laju pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Peningkatan jumlah pendapatan nasional selama periode
waktu tertentu dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Besar
kecilnya pendapatan nasional dapat menunjukkan seberapa banyak suatu
produk dapat diproduksi. Tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara
tergantung pada jumlah fasilitas produksi. Baik negara berkembang maupun
negara maju mengharapkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
(Suleman et al., 2020). Untuk membantu mencapai hal ini, negara-negara
berkembang yang ingin mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk mencapai
tingkat kesejahteraan memerlukan investasi yang besar. Dengan demikian, hasil
yang diperoleh nantinya bisa maksimal tanpa dipengaruhi oleh faktor lain.
Di negara berkembang, tingkat investasi dominan yang lebih rendah akan
menghasilkan pendapatan yang lebih rendah. Para ekonom dunia melakukan hal
yang hampir sama. Dengan kata lain, informasi yang dihasilkan sekilas tidak
optimal bagi perekonomian global dan mengarah pada kebijakan yang sulit
untuk diterapkan. Ada yang mengatakan ekonomi bergerak dalam satu arah,
yang lain mengatakan ekonomi bergerak dalam dua arah. Akibatnya, para
ekonom harus menggabungkan banyak pengalaman individu ke dalam satu
96 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

kerangka kerja, dan data adalah solusi yang paling tepat (Suparmoko and
Sofilda, 2016).
Tanpa data Produk Nasional Bruto (PDB), perekonomian tidak dapat
memberikan informasi. Setiap negara mengumpulkan data yang terkait dengan
kegiatan ekonominya untuk digunakan sebagai sumber informasi tentang
pendapatan nasionalnya. Pendapatan nasional adalah tingkat pendapatan yang
diterima dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi barang/jasa
selama periode waktu tertentu (Sukirno, 2015).

9.2 Siklus Aliran Pendapatan dan


Interaksi Antarpasar
9.2.1 Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)
Siklus aliran pendapatan (circulation flow) adalah siklus yang menunjukkan
bagaimana aktivitas ekonomi antar entitas ekonomi memaksimalkan utilitas dari
pendapatan yang diterima. (Rahardja and Manurung, 2018).
Alur dari siklus ekonomi ini dibagi menjadi perekonomian empat sektor, yakni:
1. Sektor Konsumen/RT
Pihak-pihak tersebut memiliki input yang dibutuhkan perusahaan
untuk memproduksi bahan baku. Input ini mencakup kesediaan untuk
mengambil risiko perusahaan dengan membeli sebagian tenaga kerja,
modal (seperti tanah), keuangan, dan surat berharga. Pendapatan yang
diterima konsumen dari usahanya adalah gaji dari kesediaannya untuk
bekerja, bunga kredit dari kesediaannya untuk meminjamkan, sewa
adalah kesediaannya untuk meninggalkan modalnya, dan yang terakhir
adalah bagi hasil dalam bentuk dividen yang ambisius. Untuk
mengambil risiko. Alur pertama menunjukkan semua tahapan ini.
Inilah yang disebut alur masuk RT pelaku usaha.
Selain bidang organisasi bisnis, negara memberikan penghargaan
kepada RT dalam bentuk dana investasi (upah dan bunga). Upah
dibayarkan ketika Anda bekerja sebagai pegawai negeri, dan bunga
Bab 9 Pendapatan Nasional 97

dibayarkan karena Anda ingin meminjam uang dari pemerintah. Hal


ini terlihat pada baris kedua. Selain itu, negara menyediakan rumah
tangga dengan pendapatan bukan upah. Ini dikenal sebagai
pembayaran transfer. Misalnya, dalam konsep negara industri, jaminan
sosial (asuransi sosial) dapat diberikan kepada sekelompok orang yang
dianggap tidak mampu bekerja atau menganggur.
Sebaliknya terhadap individu yang mampu pemerintah akan
membebankan pajak yang terlihat dari aliran ketiga. Akibat dari
penarikan iuran pajak ini akan pendapatan akan berkurang dari total
sektor RT. Sehingga alur pertama ditambah alur kedua dikurang
dengan pajak (alur ketiga) akan disebut dengan disposable income atau
siap dibelanjakan. Pendapatan inilah yang akhirnya dipakai oleh RT
untuk mengkonsumsi komoditas yang diproduksi oleh sektor pelaku
usaha ataupun yang mungkin dibeli dari negara lain.

Gambar 9.1: Siklus Aliran Pendapatan (Circular Flow)


(Silmiikaffah, 2012)
2. Sektor Perusahaan
Konsumsi RT pada alur keempat adalah aliran pemasukan bagi sektor
perusahaan. Namun bila dilihat pada aliran kelima sektor perusahaan
juga mendapatkan pendapatan dari pemerintah yakni belanja
pemerintah serta konsumsi negara lain yang merupakan ekspor sektor
perusahaan, yang dilihat pada alur ketujuh. Perlu juga diperhatikan
bahwa sektor produsen tidak hanya mendapatkan pendapatan dari
98 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

pemerintah melainkan mereka juga harus membayar pajak kepada


pemerintah yang terlihat dari alur keenam.
3. Sektor Pemerintah
Pemerintah memiliki fungsi utama yaitu sebagai penyedia barang-
barang publik bagi masyarakat, dan untuk menjalankan tugasnya
tersebut pemerintah mempekerjakan RT dan memberikan pendapatan
kepada mereka (aliran kedua). Pemerintah juga melakukan pembelian
komoditas dari sektor perusahaan yang terlihat pada alur kelima. Lalu
bila dimengerti dengan baik pemerintah tidak mampu sepenuhnya
menyediakan barang publik melalui mekanisme pasar, oleh sebab itu
pemerintah menarik pajak baik dari sektor RT maupun sektor
perusahaan. Hal ini terlihat pada alur ketiga dan keenam.
4. Sektor Negara lain.
Bila diperhatikan aliran sirkuler tersebut baik rumah tangga,
perusahaan maupun pemerintah adalah pelaku ekonomi domestik,
yang dikenal kemudian dengan perekonomian tertutup. Adanya peran
sektor negara lain menjadikan perekonomian tersebut terbuka
(perekonomian empat sektor). Perekonomian terbuka pada umumnya
adalah kegiatan ekspor dan impor (alur ketujuh dan alur kedelapan).
Kegiatan menjual komoditas ke negara lain adalah pemasukan dari
negara lain sedangkan membeli produk dari negara lain adalah belanja
yang dilakukan dengan membeli produk dari negara lain (Suleman et
al., 2020).

9.2.2 Interaksi Antarpasar


Dalam perekonomian suatu daerah, pasar-pasar dibagi menjadi 3 bagian yaitu
sebagai berikut: (Hardiwinoto, 2018):
1. Pasar Barang Dan Jasa, adalah kegiatan penawaran dan permintaan
produk. Biasanya penawaran dilakukan oleh perusahaan sedangkan
sektor pemerintah dan sektor rumah tangga lebih dominan dalam
melakukan permintaan daripada penawaran.
2. Pasar Modal dan Uang merupakan aktivitas permintaan dan penawaran
uang dengan maksud sebagai berikut pemakaian uang di mana yang
Bab 9 Pendapatan Nasional 99

membutuhkan uang adalah pihak yang mengelola uang tersebut supaya


menjadi profit atau laba yang lebih maksimal. Pihak yang menawarkan
uang/modal adalah pihak yang menunggu pemakaian uang tersebut
untuk mendapatkan keuntungan dari uang yang dipakainya.
3. Pasar Tenaga Kerja adalah kegiatan permintaan dan penawaran tenaga
kerja. Penawaran tenaga kerja pada biasanya berasal dari sektor rumah
tangga dan luar negeri. Permintaan tenaga kerja biasanya yang
membutuhkannya adalah pada sektor pemerintah dan perusahaan.

9.3 Metode Pengukuran Produk


Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah perhitungan produk yang dihasilkan
suatu negara dalam kurun waktu tertentu untuk mengetahui kemampuan
perekonomian negara tersebut.
Hasil perhitungan tersebut menjelaskan aktivitas ekonomi, sehingga dapat
disimpulkan bahwa makin besar PDB suatu negara maka makin baik kondisi
perekonomiannya. Perekonomian suatu negara, produk seperti barang/ jasa
dapat diproduksi oleh perusahaan asing atau warga negara lain yang berada pada
negara tersebut jadi bukan hanya warga negara atau perusahaan milik negara
tersebut. Jadi yang dapat memproduksi produk bukan hanya negara tersebut saja
melainkan campur tangan dari pihak luar (Riadi, 2018).

9.3.1 Pendekatan Pendapatan


Pendekatan pendapatan adalah metode menghitung pendapatan yang diterima
oleh semua faktor produksi dalam menghasilkan produk jadi. Pendekatan
pendapatan dirumuskan sebagai berikut:
𝑃𝐷𝐵 = 𝑤 + 𝑟 + 𝑖 + 𝜋
100 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

keterangan:
w = upah
i = bunga
r = pendapatan sewa
= laba/profit
Contoh:
Hitunglah pendapatan dengan rincian sebagai berikut (dalam ribu rupiah):
Sewa tempat = 80.000.000
Upah = 600.000.000
Modal = 60.000.000
Laba = 35.000.000
Tentukanlah nilai dari pendapatannya!
𝑃𝐷𝐵 = 𝑤 + 𝑟 + 𝑖 + 𝜋

𝑃𝐷𝐵 = 𝑅𝑝. 80.000.000 + 𝑅𝑝. 600.000.000 + 𝑅𝑝. 60.000.000


+ 𝑅𝑝. 35.000.000 = 𝑅𝑝. 775.000.

Dengan begitu, hasil dari pendapatannya adalah Rp. 775.000.000

9.3.2 Pendekatan Pengeluaran


Metode pengeluaran merupakan metode untuk mengukur kuantitas yang
digunakan untuk menghasilkan semua produk jadi selama periode waktu
tertentu. Rumus untuk metode ini adalah:
𝑃𝐷𝐵 = 𝐶 + 𝐺 + 𝐼 + (𝑋 − 𝑀)

keterangan:
C = konsumsi rumah tangga
G = Pemerintah
I = Invest
X = Export
Bab 9 Pendapatan Nasional 101

M = Import
Metode pengeluaran terdiri dari empat komponen, antara lain:
1. Ada tiga jenis konsumsi pribadi: barang konsumsi tahan lama, barang
berumur pendek, dan jasa. Ini adalah bentuk pengeluaran konsumen
pribadi dan pribadi saat menghitung PDB.
2. Pabrik, peralatan, perlengkapan, dan rumah baru adalah beberapa
bentuk investasi perusahaan atau rumah tangga yang bertindak sebagai
modal.
3. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa manufaktur
merupakan bentuk investasi rumah tangga dan pemerintah.
4. Selisih antara ekspor dan impor dikenal sebagai ekspor neto. Ekspor
bersih digunakan untuk menghitung barang dan jasa dalam negeri.

Misalnya, di dalam suatu negara, pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan


dari informasi berikut (ribuan rupiah dalam setahun).
Konsumsi pemerintah = Rp. 14.000.000,-
Konsumsi = Rp. 18.000.000,-
Invest = Rp. 4.500.000,-
Export = Rp. 12.500.000,-
Import = Rp. 7.250.000,-
Tentukan nilai pendapatan nasionalnya!
𝑃𝐷𝐵 = 𝐶 + 𝐺 + 𝐼 + (𝑋 − 𝑀)𝑃𝐷𝐵
= 18.000.000 + 14.000.000 + 4.500.000
+ (12.500.000 − 7.250.000) = 39.750.000

Dengan begitu, hasil dari pendapatannya adalah Rp. 39.750.000

9.3.3 Pendekatan Produksi


Pendekatan Produksi adalah metode PDB yang digunakan untuk mengukur
nilai produksi yang dihasilkan dari faktor produksi yang tersedia pada sebuah
negara tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut miliki negara sendiri atau
milik negara lain. Rumus dari pendekatan produksi adalah sebagai berikut:
102 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

𝑃𝐷𝐵 = (𝑃1 × 𝑄1) + (𝑃2 × 𝑄2)+. . . (𝑃𝑛 × 𝑄𝑛)

keterangan:
P1 = harga barang ke-1
Q1 = jumlah barang ke-1
Pn = harga barang ke-n
Qn = jumlah barang ke-n
Misalkan, ada 4 jenis barang dengan harga dan jumlah barang sebagai berikut:
Tabel 9.1: Jenis Barang
Jenis Barang Harga Jumlah barang
Benang 6.000 30.000
Kain 8.000 25.000
Kulit 13.000 15.000
Tas 25.000 10.000
Jumlah 52.000 80.000
Hitunglah jumlah pendapatan nasionalnya!
𝑃𝐷𝐵 = (6.000 × 30.000) + (8.000 × 25.000) + (13.000 + 15.000)
+ (25.000 × 10.000) = 425.000.000
Jadi, pendapatan nasionalnya adalah 425.000.000

9.4 PDB Riil dan PDB Nominal


Ketika kita membahas PDB tentu kita juga harus mengetahui apa itu PDB riil
dan PDB nominal. Ketika inflasi sedang ada maka PDB riil yang digunakan
untuk melakukan perhitungan. Sedangkan PDB nominal tidak terikat dan tidak
terpengaruh oleh inflasi (Ramadhani, 2020). Harga pasar tahun dasar digunakan
dalam perhitungan PDB riil. Rumusnya adalah:
𝑃𝐷𝐵 𝑟𝑖𝑖𝑙 = 𝐾𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡
× 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟
Bab 9 Pendapatan Nasional 103

Tabel 9.2: PDB Riil dan PDB Nominal


2017 2020
Q
Po Qo Po x Qo Po Qn Po x Qn
A 10 1.000 10.000 10 2.000 20.000
B 15 1.500 22.500 15 2.500 37.500
C 5 2.000 10.000 5 3.000 15.000
D 25 3.000 75.000 25 4.000 100.000
E 20 2.500 50.000 20 3.500 70.000
Total PDB riil 2017 = 167.500, PDB riil 2020 = 242.500
keterangan:
P = harga
Q = jumlah
Perhitungan PDB nominal adalah dengan mengalikan output dengan harga di
tahun yang berlaku. Rumusnya adalah sebagai berikut:
𝑃𝐷𝐵 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑑𝑖𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡
× ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑖 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡

Tabel 9.3: Perhitungan PDB nominal


2017 2020
Q
Po Qo Po x Qo Pn Qn Pn x Qn
A 10 1.000 10.000 15 2.000 30.000
B 15 1.500 22.500 20 2.500 50.000
C 5 2.000 10.000 10 3.000 30.000
D 25 3.000 75.000 30 4.000 120.000
E 20 2.500 50.000 25 3.500 87.500
PDB nominal 2017 = 167.500,
PDB nominal 2020 = 317.500
Rasio antara PDB riil dan PDB nominal biasanya disebut dengan PDB deflator.
untuk menghitung PDB deflator rumusnya sebagai berikut:
𝑃𝐷𝐵 𝑑𝑒𝑓𝑙𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑃𝐷𝐵 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 ÷ 𝑃𝐷𝐵 𝑟𝑖𝑖𝑙

104 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

Tabel 9.4: Rasio antara PDB riil dan PDB nominal


Keterangan 2017 2020
PDB Nominal 167.500 317.500
PDB Riil 167.500 242.500
PDB Deflator 1,00 1,31

Tabel 9.5: PDB Riil dan Nominal Indonesia, tahun 2010-2016 (BPS, 2020)
Rincian 2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**
PDB 6.864.1 7.287.6 7.727.0 8.156.4 8.564.86 8.982.51 9.433.03
Rill 33,1 35,3 83,4 97,8 6,6 1,3 4,4
(miliar
rupiah)
PDB 6.864.1 7.831.7 8.615.7 9.546.1 10.569.7 11.531.7 12.406.8
Nominal 33,1 26,0 04,5 34,0 05,3 16,9 09,8
(miliar
rupiah)

9.5 Komponen-komponen PDB


Di awal bab ini telah dijelaskan, tujuan perhitungan output adalah agar dapat
melakukan analisis serta menentukan kebijakan ekonomi makro untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam sebuah negara.
Ada beberapa konsep yang harus dipahami berkaitan dengan hal itu, yakni:
1. Output Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Konsep ini adalah bagian pendapatan nasional di mana cara
menghitungnya tidak menggunakan analisis pemilik faktor
produksinya siapa. Semua faktor produksi yang ada di dalam negeri
(domestik), nilainya dimasukkan ke dalam perhitungan PDB.
Akibatnya nilai PDB kurang mencerminkan output sebenarnya yang
dihasilkan oleh sumber daya asli milik negara tersebut (domestik).
Bab 9 Pendapatan Nasional 105

2. Output Nasional Bruto (Gross National Product)


Kelemahan yang terdapat dalam penghitungan output nasional ini
sebenarnya bisa diperbaiki melalui pengurangan nilai produk yang
didapatkan melalui sumber daya yang berasal dari negara lain. Nilai
yang diperoleh oleh sumber daya asli yang berada di negara lain juga
harus dijumlahkan, dan angka diperoleh dari penjumlahan dan
dikurangkan ke PDB total disebut dengan Output Nasional Bruto
(Gross National Product). PFLN digunakan untuk memudahkan kita
dalam memahami pehitungan PNB maka pembayaran sumber daya
negara lain yang ada pada negara domestik, lalu pendapatan sumber
daya asli yang ada di dalam negeri itulah yang dimaksud dengan
PFDN, sehingga:
3. 𝑃𝑁𝐵 = 𝑃𝐷𝐵 − 𝑃𝐹𝐿𝑁 + 𝑃𝐹𝐷𝑁
Berdasarkan rumus di atas, selisih antara PFLN dan PFDN disebut
dengan pendapatan faktor produksi asli yang berada di negara
lain atau income faktor produksi neto/ PFPN (net factor income from
abroad). Sehingga PNB juga dapat dirumuskan:
4. 𝑃𝑁𝐵 = 𝑃𝐷𝐵 + 𝑃𝐹𝑃𝑁
Jika nilai PFPN adalah negatif, kesimpulan yang dapat diambil adalah
output yang harus dibayar kepada sumber daya negara lain lebih besar
dari pada penerimaan sumber daya asli yang digunakan di negara lain.
Angka negatif ini juga dapat berarti bahwa nilai impor sumber daya
lebih tinggi dari pada nilai ekspor sumber daya ke negara lain. Dan
biasanya komponen PFPN negara sedang berkembang seperti
Indonesia selalu bernilai negatif. Akibatnya nilai PNB lebih kecil dari
pada PDB.

5. Output Nasional Netto (Net National Product)


Dalam kegiatan produksi komoditas tentunya membutuhkan modal
(capital goods). Inilah alasannya mengapa perusahaan harus
berinvestasi. Adapun tujuannya adalah meningkatkan capital goods
yang ada ataupun mengganti capital goods yang telah usang/rusak.
Sehingga dalam melakukan perhitungan PDB menurut metode
106 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

pengeluaran yang dihitung adalah investasi bruto total, namun


sebaiknya adalah investasi neto, yakni selisih investasi bruto dengan
penyusutan capital goods. Oleh sebabnya, agar mendapatkan produk
yang relevan dan rasional, oleh karena itu produk nasional bruto wajib
dikurangkan dengan penyusutan capital goods. Nilai yang diperoleh
akan disebut dengan Net National Product (NNP).
𝑁𝑁𝑃 = 𝑃𝑁𝐵 − 𝐷𝑒𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖 𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑜𝑜𝑑𝑠

6. Output Nasional Neto (Net National Income)


Telah dijelaskan bahwa output nasional adalah hubungan timbal balik
atas sumber daya yang diterima oleh perusahaan. Angka output
nasional neto didapat dari angka produk nasional neto, untuk
mendapatkan output nasional neto, rumusnya adalah PNN dikurangi
dengan indirect tax dan menambahkan subsidi. Pajak tidak langsung
harus dikurangkan karena nilainya tidak memperlihatkan hubungan
timbal balik atas sumber daya melainkan beban yang akan ditanggung
oleh sektor rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya subsidi harus
ditambahkan karena hubungan timbal balik atas sumber daya, tetapi
tidak ikut dalam perhitungan produk nasional neto. Sehingga
persamaannya dalam dituliskan sebagai berikut:
𝑃𝑁 = 𝑃𝑁𝑁 − 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑖𝑑𝑎𝑘 𝐿𝑎𝑛𝑔𝑠𝑢𝑛𝑔 − 𝑆𝑢𝑏𝑠𝑖𝑑𝑖

7. Pendapatan Personal (Personal Income)


Pendapatan Personal atau Personal Income adalah bagian dari output
nasional yang merupakan hak individu dalam suatu negara, sebagai
balas jasa atas ikut serta dalam aktivitas untuk memproduksi produk.
Biasanya untuk mendapatkan angka pendapatan personal ini, output
nasional neto (PN) dikurangkan dengan profit yang diperoleh oleh
organisasi usaha (LTB), karena profit perusahaan tidak untuk
diberikan kepada karyawan. Selain LTB, pembayaran asuransi sosial
(PAS) atau yang sering disebut dengan social insurance payments juga
harus dikurangkan. Komponen yang menambah pendapatan personal
adalah output bunga yang hasilkan oleh pemerintah dan konsumen/
personal interest income received from government and consumers
Bab 9 Pendapatan Nasional 107

(PIGK) dan pendapatan transfer payment. Dengan komponen tersebut,


maka dapat dituliskan persamaan pendapatan personal sebagai berikut:
𝑃𝐼 = 𝑃𝑁 − 𝐿𝑇𝐵 − 𝑃𝐴𝑆 + 𝑃𝐼𝐺𝐾 + 𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑃𝑎𝑦𝑚𝑒𝑛𝑡

8. Pendapatan Disposabel (Disposable Income)


Pendapatan disposable adalah pendapatan yang siap untuk
dibelanjakan oleh sektor rumah tangga, maksud dibelanjakan adalah
pendapatan tersebut sudah tidak terikat untuk digunakan dalam
kegiatan konsumsi maupun untuk ditabung sebagai motif berjaga-jaga.
Sehingga untuk mendapatkan nilai pendapatan disposabel rumusnya
adalah selisih pendapatan personal dengan direct tax. Istilah direct tax
merunut pada kewajiban membayar pajak yang tidak boleh dioper
kepada orang lain. Contoh direct tax merupakan PPh, PBB, PKB, PPh-
BM. Untuk mendapatkan nilai pendapatan disposabel, rumusnya
adalah:
𝐷𝐼 = 𝑃𝐼 − 𝐷𝑖𝑟𝑒𝑐𝑡 𝑡𝑎𝑥

9.6 Manfaat dan Keterbatasan


Perhitungan PDB
Seluruh negara menghitung PDB agar bisa mengetahui kondisi perekonomian
negaranya. Walaupun begitu, data PDB perlu diperhatikan dengan seksama
sebab akan ada sebagian yang tidak bisa disediakan untuk memenuhi kebutuhan
sehingga tidak dapat indikator dalam menetapkan tingkat taraf hidup suatu
negara.
Ada beberapa manfaat jika kita menghitung PDB, Manfaat-manfaat tersebut
adalah sebagai berikut (Fajrul, 2019):
1. Menghitung pertumbuhan ekonomi nasional
Dengan melakukan perhitungan PDB, Negara bisa memahami kondisi
ekonomi dalam negerinya dan mengambil kebijakan dari informasi
yang ada untuk menentukan faktor mana yang perlu dimaksimalkan.
108 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

2. Membandingkan tingkat ekonomi antar negara


Suatu negara mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Tanpa adanya
alat ukur maka sulit untuk mengetahuinya. Dengan perhitungan PDB
negara-negara dapat dengan cepat mengetahui kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
3. Mengetahui struktur perekonomian suatu negara
Ini penting untuk dijadikan sebagai keluaran PDB dan negara yang
bersangkutan dapat memilih bahan yang dikaji mengenai bagian-
bagian apa saja yang harus dimaksimalkan dan dilakukan perbaikan.
4. Sebagai landasan penentuan kebijakan pemerintah
Tanpa data, sulit untuk membuktikan keputusan suatu negara berhasil
atau tidak. Namun, informasi serta data dapat membantu pemerintah
menetapkan pedoman. Masalah PDB terletak pada perhitungan PDB
yang tidak maksimal berdasarkan transaksi yang terjadi di "ekonomi
bawah tanah". Sektor informal dan ilegal seperti perdagangan narkoba
dan sektor lain yang sulit untuk dikuasai negara. Karena itu, nilai PDB
cenderung “diremehkan” lebih dari yang seharusnya.

PDB tidak selalu mewakili standar hidup suatu negara, itu hanya mengukur
jumlah produksi yang dihasilkannya. Beberapa faktor yang menunjukkan
tingkat kesejahteraan hidup antara lain pengangguran, kematian ibu dan anak,
dan angka buta huruf. Nilai PDB nasional tidak dapat menjelaskan apakah
pendapatan nasional didistribusikan secara adil di antara penduduk. Di beberapa
negara, terdapat kesenjangan ekonomi yang besar di mana hanya sebagian kecil
penduduk yang mampu mencapai PDB (Tithagalz, 2010).
Bab 9 Pendapatan Nasional 109

9.7 Perhitungan PDB per kapita dan


distribusi pendapatan
Pendapatan per kapita adalah acuan yang digunakan untuk menghitung tingkat
kesejahteraan masyarakat dan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑃𝐷𝐵
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝐾𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘
Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita adalah untuk mengamati
tingkat kesejahteraan dan standar hidup masyarakat serta menjadi data dalam
melakukan pengambilan kebijakan pada bidang ekonomi(Alam and Rudianto,
2016). Pendapatan per kapita dapat diukur dengan membagi PDB dengan
jumlah penduduk. Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara dan
semakin rendah jumlah penduduknya maka tingkat pendapatan per kapitanya
dipastikan tinggi. Berikut adalah gambar PDB per kapita Indonesia dari tahun
1999-2017

Gambar 9.2: PDB per Kapita Indonesia (1999-2017) (Databooks, 2018)


Gambar 9.2 menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia mencapai
Rp13.588,8 triliun pada tahun 2017. Populasi saat itu adalah 261,8 juta. Sejak
itu, PDB per kapita Indonesia mencapai Rp 51,89 juta atau setara dengan US$
3.876,8. Tahun lalu penduduk Indonesia memperoleh pendapatan 8,1%,
dibandingkan tahun lalu yang hanya Rp47,97 juta. Distribusi pendapatan
merupakan isu makroekonomi yang sangat penting karena berkaitan dengan
elemen pemerataan, pembangunan, pertumbuhan dan pembangunan ekonomi
yang berkelanjutan di masa depan.
110 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

Distribusi produksi yang merata di satu negara merangsang pembangunan


ekonomi. Pembangunan ekonomi berarti meningkatkan produksi per kapita dan
pendidikan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan. Di sisi lain, jika output
tidak merata, tujuan pembangunan tidak dapat tercapai. Ini dikenal sebagai
distribusi output yang tidak merata. Distribusi produksi yang merata dicirikan
oleh kenyataan bahwa setiap orang menerima bagian yang sama dari produksi
negara. Selama itu, distribusi produksi nasional dinikmati secara tidak merata,
hanya dinikmati sebagian kecil penduduk (Alam and Rudianto, 2016).
Berikut ini adalah tiga indikator yang digunakan dalam mengukur tingkat
ketimpangan distribusi output nasional:

9.7.1 Kurva Lorenz


Kurva Lorenz adalah kurva yang menunjukkan distribusi pendapatan yang tidak
merata. Kurva dibagi menjadi segi empat, dan diagonal persegi tersebut adalah
kurva riil yang menghubungkan dua titik diagonal. Kurva Lorenz memiliki
sumbu horizontal yang menunjukkan rasio kumulatif populasi dari 0 hingga
100%. Sumbu vertikal menunjukkan pendapatan kumulatif dari si miskin ke si
kaya. Semakin dekat kurva ke diagonal, semakin sempurna distribusi
pendapatan.

Gambar 9.3 Kurva Lorenz (Afdillah, Eliza and Khaswarina, 2017)


Gambar 9.3 mengilustrasikan persentase pendapatan total dan persentase
pendapatan yang diperoleh selama periode waktu tertentu. Kurva ini
menunjukkan persentase pendapatan nasional bruto, dan sisi datar menunjukkan
persentase penduduk. Kurva di dekat diagonal menunjukkan pemerataan
Bab 9 Pendapatan Nasional 111

pendapatan nasional. Jika arah kurva jauh dari diagonal menunjukkan distribusi
pendapatan nasional yang tidak merata (Afdillah, Eliza and Khaswarina, 2017).

9.7.2 Koefisien Gini


Indeks Gini adalah ukuran ketimpangan pendistribusian output nasional yang
dapat diperoleh dari Kurva Lorenz. Koefisien Gini adalah ukuran dispersi
statistik yang bertujuan mewakili distribusi output dalam bentuk angka.
Koefisien Gini pertama sekali dikenalkan oleh ahli statistik dan sosiolog yang
berasal dari Italia bernama Corrado Gini dalam jurnal penelitiannya berjudul
Variabilitas dan Mutabilitas, 1912.
Untuk mengetahui tingkat relatif ketimpangan pendapatan di suatu negara:
Rasio garis antara diagonal dan kurva Lorenz dihitung dan dibagi dengan luas
total setengah persegi tempat kurva berada. Pada Gambar 9.4, bagian yang
dihitung adalah perbandingan luas kotak yang diarsir dengan luas total segitiga
BCD (Alam and Rudianto, 2016).

Gambar 9.4: Koefisien Gini (Rahardja and Manurung, 2016)


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝐵𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝐶
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 =
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 0𝐷𝐵
Ada beberapa masalah dalam memperkirakan koefisien gini, di mana nilai yang
sama dapat diperoleh dari kurva distribusi yang berbeda. Lalu faktor demografis
wilayah juga perlu diperhitungkan dalam pengukuran distribusi. Akan ada
perbedaan distribusi output nasional antara negara dengan populasi yang menua
(penduduk dominan berusia > 64 tahun) dengan negara yang baby booming atau
yang sedang menghadapi bonus demografi (penduduk dominan mimiliki usia
produktif).
112 Teori Ekonomi: Mikro dan Makro

Koefisien gini dengan nilai nol mengungkapkan bahwa distribusi output


nasional terjadi secara sempurna (ditandai: Kurva Lorenz berimpit dengan garis
diagonal), sedangkan koefisien gini dengan nilai satu berarti terjadi ketimpangan
sempurna dalam distribusi output nasional. Maka untuk mengetahui
ketimpangan distribusi di berbagai negara di dunia disusunlah kriteria sebagai
berikut:
Tabel 9.6 :Patokan Nilai Koefisien Gini (Gini Ratio)

1. Kriteria Ketimpangan Menurut Bank Dunia


Dalam mengukur ketimpangan distribusi output nasional suatu negara, Bank
Dunia melihat dari 40persen kelompok keluarga termiskin terhadap total
pengeluarannya. Indikator yang dipakai adalah:
Tabel 9.7: Distribusi Ketimpangan Output Bank Dunia

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat jika pengeluaran yang dilakukan


kelompok keluarga 40 persen kurang dari 12 persen dari total keseluruhan, maka
ketimpangan distribusi output dikategorikan sangat tinggi (parah).

Anda mungkin juga menyukai