Anda di halaman 1dari 29

4.

1 Aliran Pendapatan dan Syarat Keseimbangan dalam Perekonomian Tertutup


Sederhana. ( Nyoman Trisna Parwata )
Pelaku-pelaku dalam suatu perekonomian terdiri dari: rumah tangga keluarga, rumah tangga
perusahaan dan rumah tangga pemerintah. Rumah tangga keluarga memiliki faktor-faktor
produksi tenaga kerja dan modal. Faktor-faktor produksi ini oleh rumah tangga keluarga dijual
terutama kepada rumah tangga perusahaan dengan memperoleh kompensasi berupa upah, bunga
dan sewa. Hasil penerimaan ini oleh rumah tangga keluarga dipergunakan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran konsumsi mereka; sedangkan sisanya merupakan apa yang biasa
disebut tabungan atau saving. Faktor-faktor produksi yang dibelinya, oleh rumah-rumah tangga
perusahaan dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang dan jasa- jasa, yang sebagian
berupa barang-barang konsumsi, sedangkan selebihnya berupa barang-barang kapital. Barang-
barang ini mereka jual sebagian kepada rumah-rumah tangga ke keluarga, yang dalam hal ini
bertindak sebagai konsumen, sebagian kepada rumah-rumah tangga perusahaan untuk me
menuhi kebutuhan-kebutuhan investasi mereka, sebagian kepada pemerintah, dan sebagian lain
dijual ke luar negeri.
1. Perekonomian Tertutup Sederhana
Yang dimaksud dengan perekonomian tertutup di sini ialah perekonomian yang tidak mengenal
hubungan ekonomi dengan negara lain. Dalam perekonomian semacam ini kita tidak akan
menjumpai persoalan-persoalan yang timbul dari adanya transaksi-transaksi ekonomi luar negeri
sepertinya transaksi ekspor, transaksi impor, transaksi investasi luar negeri, dan sebagainya.
Sedangkan istilah sederhana di sini digunakan sekedar untuk menunjukkan bahwa perekonomian
yang diberi predikat sederhana tersebut tidak mengenal adanya transaksi ekonomi yang
dilakukan oleh pemerintah. Jadi singkatnya, bentuk perekonomian yang akan kita bahas dalam
bab ini ialah perekonomian tanpa hubungan ekonomi dengan negara lain dan tanpa adanya
transaksi ekonomi pemerintah; baik transaksi pemerintah yang berupa pemungutan pajak,
pembayaran transfer pemerintah ataupun yang berbentuk pengeluaran konsumsi pemerintah.
Dalam perekonomian tertutup sederhana ini, pengeluaran masyarakat seluruhnya pada tiap
tahunnya, atau pada tiap satuan waktunya, akan terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran untuk investasi. Pengeluaran total dari masyarakat termaksud, sekaligus
merupakan pendapatan masyarakat itu juga. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pendapatan
nasional dalam perekonomian tertutup sederhana terdiri dari pengeluaran untuk konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran untuk investasi. Dengan cara yang lebih singkat, pernyataan tersebut
dapat ditulis
Y=C+I
di mana Y menunjukkan besarnya pendapatan nasional per tahunnya, C menunjukkan besarnya
konsumsi rumah tangga per tahun, dan I menunjukan besarnya investasi per tahun.
Dalam analisis sederhana tentang pendapatan nasional investasi diperlakukan sebagai sebuah
variabel eksogen, sedangkan jika digunakan model analisis IS-LM, investasi tidak lagi
dipandang sebagai variabel eksogen, melainkan sebagai variabel endogen. Yang dimaksud
dengan variabel eksogen adalah variabel yang tidak diuraikan oleh model yang kita gunakan,
melainkan merupakan variabel variabel yang ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang berasal
dari luar model yang digunakan. Jadi dengan kata lain, semua nilai variabel yang eksogen
dianggap sebagai datum, sebagai suatu variabel yang nilainya tidak dicari asal usulnya. Tidak
demikianlah halnya dengan variabel endogen. Untuk variabel-variabel yang endogen sifatnya,
besar kecil nilai yang terkandung di dalamnya baru dapat diperoleh sesudah dihubung-
hubungkan variabel tersebut dengan variabel-variabel lainnya dalam model yang digunakan,
Untuk selanjutnya, jika nanti nanti dijumpai variabel yang mempunyai tanda bar, yaitu tanda
strip di atas huruf, mempunyai maksud bahwa variabel yang ditandai bar di atasnya itu adalah
merupakan variabel eksogen, Misalnya kalau dijumpai persamaan:
I = 40 triliun rupiah per tahun.
maka persamaan tersebut menunjukkan bahwa investasi sebesar 40 triliun per tahun itu
merupakan variabel eksogen.
Perekonomian tertutup sederhana atau perekonomian dua sektor merupakan perekonomian yang
terdiri dua pelaku, yaitu sektor Rumah Tanggga Konsumen (masyarakat) dan sektor Rumah
Tangga Produsen (perusahaan) tanpa campur tangan sektor lain atau pemerintah. Dengan
demikian, sirkulasi aliran pendapatan biasanya hanyalah menunjukkan bentuk aliran faktor
produksi, pendapatan, barang, serta jasa dan pengeluaran, antara rumah tangga dan sektor
perusahaan. Model arus perputaran faktor produksi, barang dan jasa, serta uang antara rumah
tangga dengan perusahaan dapat dilihat pada gambar berikut.

            Dari gambar di atas, rumah tangga konsumen (RTK) adalah sebagai pemilih faktor-faktor
produksi. Faktor produksi tersebut berupa tanah, modal, tenaga, skill, dan kewirausahaan serta
yang lainnya yang ditawarkan kepada rumah tangga Produsen (RTP). Penawaran faktor produksi
oleh rumah tangga ini akan bertemu dengan permintaan faktor produksi oleh perusahaan.
Perusahaan menggunakan faktor produksi untuk kegitan produksi yaitu menghasilkan barang dan
jasa. Hasil dari produksi tersebut digunakan perusahaan untuk memberi gaji, profit, sewa lahan,
dan lainnya kepada pemilik fakor produksi. Selain itu, pendapatan perusahaan digunakan lagi
untuk keberlangsungan produksi, knsumsi, dan pembelian barnag-barang untuk perusahaan.
Interaksi ini terjadi di pasar faktor produksi. Sedangkan di pasar barang, terjadi interaksi antara
perusahaan sebagai penghasil barang dan jasa dengan konsumen sebagai pengguna barang dan
jasa. Sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Dalam diagram juga
terlihat arus aliran uang dari dan ke masing-masing rumah tangga. RTK menerima upah, sewa,
bunga, dan keuntungan dari perusahaan sebagai balas jasa atas penyerahan faktor produksi.
Perusahaan menerima uang pembayaran atas barang dan jasa yang dibeli. Interaksi antara RTK
dan RTP seperti dijelaskan diaatas dapat dibuat dalam sebuah diagram sebagai berikut.

            Secara sederhana aliran-aliran pendapatan dari kedua sektor di atas adalah sebagai
berikut:
1.      Sektor perusahaan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga
(berupa gaji, upah, sewa, bunga dan untung).
2.      Sebagian besar pendapatan yang diterima rumah tangga akan digunakan untuk konsumsi,
yaitu membeli barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh sektor perusahaan.
3.      Sisa pendapatan rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan ditabung dalam
institusi-institusi keuangan.
4.      Pengusaha yang ingin melakukan investasi akan meminjam tabungan rumah tangga yang
dukumpulkan oleh institusi-institusi keuangan.
Seperti dijelaskan di atas, tidak semua pendapatan yang diterima oleh sektor rumah tangga akan
digunakan untuk konsumsi. Sisa pendapatan tersebut akan ditabung dalam lembaga keuangan
baik bank ataupun bukan bank. Sektor rumah tanggga akan mendapatkan bunga dari yang
ditabungnya. Perusahaan yang memerlukan investasi akan meminjam dari tabungan tersebut.
Dengan meminjam, perusahaan akan membayar bunga pajak. Pembayaran utang tersebut
berlangsung dalam jangka waktu tertentu.
Faktor yang penting dalam pengeluaran rumah tangga adalah pendapatan yang sudah dipotong
pajak pendapatan. Tapi dalam perekonomian sederhana ini tidak ada keterlibatan pemerintah.
Jadi tidak ada pajak pendapatan dan pajak lainnya.
Dalam teori ekonomi, pasar akan seimbang jika kebutuhan akan produk pada pembeli sesuai
dengan keinginan penjual dalam menghasilkan dan menjual barangnya. Pada hakekatnya
pembelian sesuai dengan penawaran. Ini merupakan syarat keseimbangan dalam perekonomian.
Nilai yang dihasilkan dari produk akan menjadi pendapatan nasional perekonomian suatu
Negara. Perusahaan akan berusaha mencapai keseimbangan pasar tersebut sehingga perusahaan
mendapat keuntungan maksimal.
Secara aljabar, konsep perekonomian tertutup sederhana/perekonomian dua sector dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Y=C+I
Y = C + S dan I = S

Y = Pendapatan nasional
C = Konsumsi, rumah tangga konsumen
S = Tabungan
I = Investasi, rumah tangga produsen, industry

Pada perekonomian dua sektor, investasi dianggap konstan, dan merupakan variable eksogen.
Dalam hal ini, investasi merupakan variabel yang ditentukan di luar model dan tidak menjadi
pokok bahasan. Fungsi konsumsi dapat dituliskan sebagai berikut:
C=a+bY

a = autonomous consumption atau tingkat konsumsi pada saat tingkat pendapatan adalah nol
b= marginal propensial to consume (MPC)
karena Y = C + S atau S = Y - C, maka :
S = Y-(a + b) atau S = Y-a-b.Y atau S = Y-b.Y-a atau S=Y (1 - b)-a

Diketahui bahwa b = MPC dan 1 - MPC = MPS (marginal propensity to save)


Sehingga 1 - b = 1 – MPC

Diketahui bahwa MPC + MPS = 1 sehingga


1 - b = MPS

Dengan demikian fungsi konsumsi dapat ditulis kembali menjadi:


C = a + bY Atau C = a + (MPC).Y

Fungsi tabungan dapat ditulis sebagai berikut:


S = Y.(1 - b) - a
S = Y.(MPS) - a atau S = (MPS).Y-a atau S = -a + (MPS).Y

Marginal Propensity to Consume, MPC merupakan pertambahan konsumsi yang dilakukan


dengan pertambahan pendapatan disposable yang diperoleh. Nilai MPC dihitung dengan
menggunakan formula antara perbandingan berikut:
MPC = ∆C/∆Y

∆C = pertambahan konsumsi
∆Y = pertambahan pendapatan

Marginal Propensity to Save, MPS merupakan perbandingan pertambahan pertambahan


pendapatan disposibel.nilai MPS dihitung dengan menggunakan formula antara dengan tabungan

MPS = ∆S/∆Y

∆S = pertambahan konsumsi
∆Y = pertambahan pendapatan

Pendapatan Nasional Break Event Point (BEP) Perekonomian Dua Sektor

Pendapatan nasional BEP adalah suatu kondisi di mana besar pendapatan nasional sama dengan
besar konsumsi masyarakat. Ini artinya, bahwa pendapatan Y yang diterima oleh masyarakat
dipakai seluruhnya untuk kebutuhan konsumsi C dan masyarakat tidak memiliki sisa
pendapatannya untuk ditabungkan S = 0.
Syarat Pendapatan Nasional BEP Perekonomian Dua Sektor,
Pendapatan nasional akan menjadi BEP dengan syarat yang dapat dinyatakan dengan
menggunakan rumus berikut :
Y = C atau S = 0

Multiplier Investment
Multiplier Invesment adalah suatu proses terjadinya pertambahan pendapatan nasional akibat
pertambahan investasi dalam perekonomian. Koefisien Multiplier Investasi (kI) merupakan
angka perbandingan antara penambahan pendapatan nasional ∆Y dengan penambahan investasi
∆I dan dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :
kI = ΔΥ/ΔΙ atau ∆Y= KI.∆I

Koefisien multiplier investasi kI menunjukkan besarnya penambahan pendapatan nasional akibat


penambahan satu unit investasi. Jika koefisien multiplier investasi kI = 3, artinya penambahan
pendapatan nasional adalah 3 kali nilai penambahan investasi.
ki = 1/(1-b) atau ki = 1/(1 - MPC) atau kI = 1/(MPS)

Contoh Soal Perhitungan Perekonomian Dua Sektor,


Suatu perekonomian masyarakat memiliki fungsi konsumsi c = 200+ 0,75Y dan memiliki
investasi I = 100. Tentukan fungsi tabungan, pendapatan nasional BEP dan Besar Konsumsi
ketika Pendapatan nasional keseimbangan. Satuan uang dalam triliun rupiah!

Jawab
Fungsi Tabungan Perekonomian Dua Sektor,
Y = C+S
C = 200 + 0,75Y substitusikan ke rumus tabungan berikut
S = Y-C
S = Y-(200 + 0,75Y) jadi
S = 0,25Y-200

Pendapatan Nasional Break Event Point Perekonomian Dua Sektor


BEP ditentukan dengan syarat Y = C
Y = 200 + 0,75Y
0,25Y = 200 sehingga
Y(BEP) = 200/0,25 = 800 triliun rupiah.
Jadi Pendapatan BEP adalah 800 triliun rupiah
Pendapatan Nasional Keseimbangan Perekonomian Dua Sektor
Keseimbangan pendapatan nasional dua sektor tercapai ketika besar pendapatan nasional Y sama
dengan besar konsumsi ditambah investasi I atau besar tabungan S sama dengan besar investasi I
yang dirumuskan seperti berikut:
Y= C + I atau S = I dimana
I = 100
Substitusikan Fungsi Konsumsi C dan I ke rumus berikut
Y= C + I
Y = 200 -0,75Y +100
Y = 300 -0,75Y
0,25Y = 300
Y = 300/0,25= 1200 triliun rupiah
Jadi besarnya pendapatan nasional keseimbangan adalah 1200 triliun rupiah
Atau dapat dihitung dengan rumus berikut,
S=1
0,25Y - 200 = 100
0,25 Y = 100 + 200
Y = 300/0,25
Y = 1200 triliun rupiah

Konsumsi saat Keseimbangan Dua Sektor


Substitusikan Y = 1200 ke rumus fungsi konsumsi
C = 200 + 0,75Y

C = 200 + 0,75(1200)
C = 200 + 900
C = 1100 triliun rupiah
Jadi Konsumsi Masyarakat saat pendapatan nasional keseimbangan adalah 1100 triliun rupiah
Tabungan saat Keseimbangan Dua Sektor
Substitusikan Y = 1200 ke rumus fungsi tabungan
S = 0,25Y- 200
S = 0,25(1200) - 200
S = 300 - 200
S = 100 triliun rupiah
Jadi tabungan yang dilakukan masyarakat saat pendapatan nasional keseimbangan adalah 100
triliun rupiah.

Koefisien Multiplier Investment


Nilai Koefisien Multiplier Investment kI ditentukan dengan menggunakan rumus berikut
kI = 1/(MPS)
Diketahui bahwa MPS = 0,25 jadi
kI = 1/0,25= 4
Sehingga penambahan pendapatan nasional ∆Y adalah
∆Y = kI.∆I
∆I = I2-I1
Diketahui I = 0 atau pada saat awal tidak ada investasi dan 12 = 100, sehingga
∆I = 100 -0 = 100 triliun
∆Y = 4 x 100 = 400 triliun rupiah
Jadi penambahan pendapatan nasional AY dengan adanya penambahan investasi AI =100 triliun
adalah 400 triliun rupiah.

Kurva Keseimbangan Pendapatan Nasional Perekonomian Dua Sektor


Gambar berikut menjelaskan kurva fungsi konsumsi, tabungan investasi dan pendapatan nasional
keseimbangan dalam perekonomian dua sektor.
Pendapatan Nasional BEP YBEP artinya pendapatan Y sama dengan konsumsi C atau Y = C.
Keseimbangannya ditunjukkan oleh titik potong BEP antara kurva Y= C dengan kurva fungsi
konsumsi C = 200 + 0,75Y. Pada kondisi BEP, semua pendapatan yaitu 800 triliun rupiah
digunakan masyarakat untuk konsumsi sehingga masyarakat tidak bisa menabung atau S = 0.
Pendapatan nasional keseimbangan ditunjukkan oleh titik potong E antara kurva Y = C + I
dengan kurva Y = C. Pada kondisi keseimbangan Y Eq nilainya adalah 1200 triliun rupiah.
Pendapatan ini habis dibelanjakan untuk konsumsi oleh masyarakat (RTK, rumah tangga
konsumen) sebesar 1100 triliun dan oleh perusahaan (RTP, rumah tangga produsen) sebesar 100
triliun rupiah. Total konsumsi secara keseluruhan adalah 1200 triliun rupiah.
Pada kondisi keseimbangan nilai investasi sama dengan tabungan masyarakat atau S = I. Hal ini
berarti semua tabungan masyarakat yang nilainya 100 triliun rupiah digunakan oleh perusahaan
(RTP, rumah tangga produsen) untuk investasi sebesar 100 triliun juga. Pengaruh penambahan
investasi sebesar 100 triliun rupiah mengakibatkan terjadinya penambahan pendapatan nasional
sebesar 400 triliun. Pendapatan yang semula pada posisi Y BEP 800 triliun menjadi YEq 1200
triliun rupiah.

4.2 Konsumsi, tabungan, dan Pendapatan dalam Perekonomian Tertutup Sederhana. ( Ni


Made Putri Udiyani )

a) Pengertian Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan dalam memanfaatkan atau menggunakan barang dan jasa.
Kegiatan konsumsi atau pengeluaran konsumsi terdiri dari konsumsi pemerintah dan konsumsi
rumah tangga.

b) Pengertian Tabungan

Produsen yang diterima oleh keluarga tidak selalu dihabiskan untuk membeli kebutuhan. Orang
kaya dengan pendapatan tinggi akan menghabiskan seluruh penghasilannya untuk konsumsi.

Tetapi bahkan orang sederhana mencoba menyisihkan hanya uang sehingga nantinya mereka
dapat membeli barang-barang yang agak mahal.
c) Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa barang yang berasal
dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang dari harta yang
berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan sehari – hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan penghidupan
seseorang secara langsung mau pun tidak lagsung (Suroto, 2000).

 Hubungan antara Konsumsi dan Pendapatan


Terdapat beberapa faktor yang menentukan tingkat pengeluaran rumah tangga (secara
seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi). Yang terpenting dalam perekonomian dua sektor
adalah pendapatan rumah tangga. Tabel yang menggambarkan hubungan di antara konsumsi
rumah tangga dan pendapatan dinamakan daftar konsumsi. Daftar konsumsi pada dasarnya
menggambarkan besarnya konsumsi rumah tangga pada tingkat pendapatannya yang berubah-
ubah.

Contoh :
Misalnya, seperti dapat dilihat dalam tabel 1.1 pada waktu pendapatan seseorang adalah
Rp.500 ribu konsumsinya adalah Rp.500 ribu, pada waktu pendapatanya Rp.900 ribu
konsumsinya Rp. 800 ribu, tabel 1.1 secara terperincih menunjukan hubungan di antara tingkat
pendapatan disposebel dengan pengeluaran konsumsi dan tabungan rumah tangga.
  
Pendapatan Pengeluaran Tabungan (S)
disposebel (Yd) konsumsi (C)
(1) (2) (3)
0 125 -125
100 200 -100
200 275 -75
300 350 -50
400 425 -25
500 500 0
600 575 25
700 650 50
800 725 75
900 800 100
1000 875 125
TABEL 1.1
Daftar konsumsi dan tabungan rumah tangga
   (dalam ribuan rupiah)

1.    Pada pendapatan yang rendah rumah tangga mengorek tabungan.


Pada waktu pendapatan disposebel adalah (Yd = 0 ), pengeluaran konsumsi adalah Rp.125 ribu.
Ini berarti rumah tangga harus menggunakan harta atau tabungan masa lalu untuk membiayai
pengeluaran konsumsinya.
2.    Kenaikan pendapatan menaikan pengeluaran konsumsi.
Biasanya pertambahan pendapatan adalah lebih tinggi dari pada pertambahan konsumsi.
3.    Pada pendapatan yang tinggi rumah tangga menabung.
Pertambahan pendapatan selalu lebih besar dari pertumbuhan konsumsi maka pada akhirnya
rumah tangga tidak “mengorek tabungan” lagi. ia akan mampu menabung sebagian dari
pendapatannya.
Konsumsi, pendapatan dan tabungan hubungannya sangat erat. Menurut pendapat JM
Keyness dikenal dengan Psychological Consumption membahas tingkah laku masyarakat dalam
konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
Pendapat JM Keyness sebagai berikut :
1.    Jika pendapatan naik, maka konsumsi akan naik, tetapi tidak sebanyak kenaikan pendapatan.
2.    Setiap kenaikan pendapatan akan digunakan untuk konsumsi dan tabungan.
3.    Setiap kenaikan pendapatan jarang menurunkan konsumsi dan tabungan.
 Konsumsi dan Tabungan
Pendapatan nasional atau disebut juga dengan yield (Y), dalam perekonomian tertutup
sederhana, dari sisi rumah tangga akan digunakan untuk dua macam hal, yaitu :
1.      Membeli barang dan jasa, atau dengan kata lain melakukan kegiatan konsumsi atau consupsion
(C).
2.      Menabung, yang disebut juga dengan saving (S).
Bila digambarkan dengan rumus, maka kita akan mendapatkan rumus :
Y=C+S
 Fungsi Konsumsi
Dalam kebanyakan publikasi pemerintah dibedakan dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam literatur ekonomi pada umumnya diberi simbol
C sebagai singkatan dari consumption expenditure dan pengeluaran konsumsi pemeritah yang
biasa diberi simbol G yang merupakan singkatan dari government purchase expenditure, yang
juga biasa hanya diungkapkan dengan kata government expenditure.
Dengan menimbang segi kepraktisannya, maka untuk selanjutnya kita mengikuti kebiasaan
literature di mana simbol C , perkataan pengeluaran konsumsi atau konsumsi yang tidak diikuti
kata pemerintah kita maksud sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga, dan bukan
pengeluaran konsumsi pemerintah, juga bukan hasil penjualan pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan pengeluaran konsumsi pemerintah.
Sebenarnya banyak faktor – faktor yang turut menentukan besarnya konsumsi, namun dalam
model yang kita pakai kita menggunakan asumsi bahwa besar kecilnya konsumsi tergantung
kepada besar kecilnya pendapatan nasional. Hubungan antara besarnya konsumsi dengan
pendapatn nasional dapat kita lihat dari bentuk fungsi konsumsi itu sendiri. Dalam bentuk yang
umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus memiliki persamaan :
C = C + cY
Dimana C menunjukan besarnya konsumsi pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan c
menunjukan besarnya marginal propensity to consume. Marginal propensity to consume adalah
angka perbandingan antara besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan
adanya perubanhan konsumsi termaksud dalam bentuk persamaan, definisi tersebut dapat kita
ungkapkan:
c = MPC = ΔC / ΔY
di mana MPC merupakan singkatan dari Marginal Propensity to Consume, ΔC menunjukan
besarnya perubahan dalam pendapatan nasional yang mengakibatkan perubahan besarnya
konsumsi termasud.
Angka marginal propensity to consume ini pada umumnya lebih kecil dari pada satu, akan tetapi
lebih besar dari pada setegah. Dan yang lebih pasti ialah bahwa marginal propensity to consume
ini mempunayi nilai positif. Positifnya marginal propensity to consume mengandung arti bahwa
bertambahnya pendapatan akan mengakibatkan bertambahnya konsumsi.
Fungsi Konsumsi, APC dan MPC
Seperti yang telah diketahui, kadang – kadang kita dihadapkan dengan persoalan
mengenai bagaimana caranya kita dapat menemukan persamaan garis suatu fungsi konsumsi.
Jika kita mengetahui besarnya konsumsi pada dua tingkat pendapatan nasional berbeda, maka
selama fungsi konsumsi mempunyai bentuk persamaan garis lurus dengan menggunakan formula
dibawah ini kita dapat menemukan persamaan fungsinya. Adapun formula tersebut adalah :
C = (APCn – MPC) Yn + MPC. Y
Di mana APCn menunjukan besarnya average propensity to consume pada tingkat pendapatan nasional
sebesar “n”. yang dimaksud dengan average propensity to consume ialah perbandingan antara besarnya
konsumsi pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan besarnya tingkat pendapatan nasional itu
sendiri. Jadi ‘average propensity to consume’ pada pendapatan n sama dengan besarnya konsumsi pada
pendapatan sebesar n dibagi dengan pendapatan sebesar n Yn. Dalam bentuk umu akan berlaku sebagai
berikut :
APCn = Cn / Yn
Adapun pembuktian perumusan di atas adalah sebagai berikut :

 Fungsi Tabungan
Saving atau penabungan dapat didefinisikan sebagai bagian dari pendapatan nasional
pertahunnya yang tidak dikonsumsi.
Dengan menggunakan singkatan dapat ditulis sebagai berikut :
S=Y–C
Jika persamaan diatas kita hubungkan dengan persamaan umum fungsi konumsi, kita akan
menemukan persamaan umum fungsi saving ( penabungan ).
S=Y–C
C = C + cY
Maka
S = Y –(C+ cY )
= Y - C – cY

S = (1- c ) Y - C

Menemukan Fungsi Saving


Diketahui :
Fungsi konsumsi suatu masyarakat mempunyai persamaan :
C = 20 + 0,75 Y
Soal :
Berdasarkan data diatas, hitunglah dan gambarlah fungsi saving masyarakat tersebut.
Jawab :
Dengan menggunakan perumusan
S = ( 1- c ) Y - C0
S = ( 1 – 0,75 ) Y – 20
S = 0,25 Y – 20
Fungsi Konsumsi dan Fungsi Saving

Marginal Propensity to Save ( MPS) dan Average Propensity to Save ( APS )


Jika dalam fungsi konsumsi mengenal marginal propensity to consume dan average
propensisty to consume, fungsi saving mengenal marginal propensity to save. Yang dimaksud
dengan marginal propensity to save ialah perbandingan antara bertambahnya saving dengan
bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud. Oleh
karena itu perumusannya ialah :
s = MPS = ΔS / ΔY
Untuk fungsi saving berbentuk garis lurus besarnya nilai S, yaitu marginal propensity to save
ialah perbandingan antara besarnya saving pada suatu tingkat pendapatan nasional dengan
besarnya pendapatan normal bersangkutan. Jadi formulanya :
APSn = Sn / Yn
Untuk fungsi saving garis lurus ini, besarnya average propensity to save berbeda – beda
tergantung pada tingkat tinggi – rendahnya pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat
pendapatan nasional, semakin besar pula angka average propensity to save –nya. Pada tingkat –
tingkat pendapatan nasioanal di bawah tingkat pendapatan nasional “ break-even”, angka average
propensity to save mempunyai tanda negative. Sebaliknya, pada tingkat – tingkat pendapatan
nasional di atas tingkat pendapatan nasional breakeven, average propensity to save angkanya
akan selalu positif.
Sedangkan pada tingkat pendapatan break-even, angka average propensity to save-nya akan
sama dengan nol, oleh karena itu yang dimaksud dengan tingkat pendapatan break-even ialah
tingkat pendapatan nasional di mana seluruh pendapatan digunakan untuk konsumsi, hal mana
berarti bahwa pada tingkat pendapatan break-even besarnya saving sama dengan nol.
 Pendapatan Nasional Keseimbangan
Terdapat dua buah cara untuk menemukan formula untuk menghitung tingkat pendapatan
nasional keseimbangan. Kedua cara tersebut adalah sebagai berikut :
Cara Ke-1 :
Dengan menggunakan persamaan – persamaan pokok kita dapat menghitung tingginya
pendapatan nasional keseimbangan :
Y = C + I
C = C0 + cY

Maka Y = C0 + cY + I

Y – cY = C0 + I

( 1- c )Y = C0 + I

I
Y= (C 0+ I )
1−c
Cara Ke-2 :

Dengan menggunakan persamaan S = I yaitu persamaan kita akan memperoleh hasil yang sama :

S = I

Y – C = I

Y- ( C0 + cY) = I

Y – cY = C0 + I

1
Y= (C 0+ I )
1−C

Dari kedua cara tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa pendapatan nasional akan mencapai
ekuilibrium pada tingkat pendapatan nasional setinggi :

1
Y= (C 0+ I )
1−C
4.3 ALIRAN PENDAPATAN DAN SYARAT KESEIMBANGAN DALAM
PEREKONOMIAN TERBUKA. ( Ni Komang Ayu Widya Sari )
Perekonomian terbuka adalah perekonomian yang melibatkan diri dalam perdagangan
internasional (ekspor dan impor) barang dan jasa serta modal dengan negara-negara lain. Pada
sistem ekonomi yang terbuka, terdapat kemungkinan dari produsen untuk melakukan kegiatan
ekspor barang dan produk dagangan dengan tujuan pasar-pasar di negara lain atau sebaliknya
melakukan kegiatan impor atas bahan mentah dan bahan penolong serta mesin atau barang jadi
dari luar Negara.
Perekonomian terbuka adalah sebuah perekonomian yang berinteraksi secara bebas
dengan perekonomian lain di seluruh dunia. Dalam perekonomian terbuka ini menggambarkan
kondisi yang dimana antarnegara dapat melakukan suatu hubungan baik secara ekonomi yang
melalui bidang perdagangan internasional maupun dalam bidang politik. Sebuah negara
menganut pandangan perekonomian terbuka, apabila terjadi interaksi dengan sektor luar negeri
yang ditandai dengan adanya mekanisme ekspor dan impor.
Dalam perekonomian terbuka, sektor-sektor ekonominya dibedakan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Rumah tangga
2. Perusahaan
3. Pemerintah
4. Luar negeri
Dilihat dari keempat golongan tersebut, maka tidak lazim dilakukannya kegiatan
perdagangan internasional oleh berbagai Negara. Maka kegiatan ekspor dan impor merupakan
bagian yang penting dalam kegiatan setiap perekonomian.

Penyebab Terjadinya Sistem Perekonomian Terbuka

Penyebab Terjadinya Perdagangan Nasional dalam Sistem Perekonomian Terbuka. Berikut


adalah beberapa alasan yang memicu terjadinya perdagangan Internasional :

1. Perbedaan Kondisi Produk. Alasan perbedaan kondisi suatu produk ini yang lebih
cenderung mengarah pada kualitas produk juga menjadi alasan terjadinya perdagangan
internasional. Misalkan ada salah satu negara yang mempunya iklim tropis tentunya
memiliki kemampuan untuk memproduksi pisang, kopi, dengan kualitas yang lebih
maksimal yang kemudian diperdagangkan ke luar yang ditukar dengan berbagai macam
barang dan jasa dari negara lain.
2. Menghemat Biaya Produksi. Hal ini juga menjadi alasan para produsen untuk melakukan
perdagangan secara internasional. Dan sebenarnya inti dari alasan ini adalah untuk
menekan tingginya biaya produksi dengan cara menghasilkan produk dalam skala jumlah
yang lebih besar. Bukankah tidak ada cara lain yang lebih hemat selain menjual produk
yang berskala besar tersebut ke pasar global?
3. Perbedaan tingkat selera. Walaupun misalkan kondisi sebuah produk dari berbagai daerah
itu sama, perdagangan internasional tetap mungkin akan terjadi apabila masing – masing
penduduk di suatu negara memiliki selera yang berbeda. Contohnya ada dua negara yang
menghasilkan daging. Yang satu adalah produsen daging sapi, dan yang satu adalah
produsen daging ayam. Jika produsen daging sapi memiliki selera terhadap daging ayam
dan sebaliknya, tentu proses impor dan ekspor akan terjadi.
4. Adanya prinsip perbandingan keunggulan (comparative advantage). Maksud dari prinsip
ini adalah suatu negara cenderung akan lebih berspesialisasi untuk menciptakan produk
dan mengekspornya ke luar jika dirasa pembuatan produk di negaranya itu memakan
biaya yang relatif lebih rendah dari pada dibuat oleh negara lain. Sebaliknya suatu negara
akan lebih memilih untuk mengimpor produk jika biaya produksi untuk menghasilkan
produk tersebut dinilai relatif tinggi (kurang efisien) jika di produksi di negaranya
sendiri.

Sirkulasi Aliran Pendapatan dalam Perekonomian Terbuka dan Ekspor, Impor dan
Pengeluaran Agregat
Dalam ekonomi yang melakukan perdagangan luar negeri, aliran pendapatan dan pengeluaran
dapat dijelaskan sebagai berikut :
 apabila aliran aliran pendapatan dan pengeluaran diperhatikan maka akan didapati bahwa
aliran yang berlaku dalam perekonomian terbuka adalah berbeda dengan perekonomian
tiga sector sebagai akibat dari wujudnya kegiatan ekspor dan impor.

Sebagaimana dari penjelasan sebelumnya, bahwa ekspor dan impor mempengaruhi kegiatan
dalam suatu perekonomian dan sirkulasi pendapatan yang berlaku. Penggunaan faktor-faktor
produksi oleh sektor perusahaan akan mewujudkan aliran pendapatan ke sektor rumah tangga.
Aliran pendapatan ini meliputi gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan. Dalam siklus
ditunjukkan oleh aliran (1a). aliran pendapatan telah dikurangi dengan pajak keuntungan
perusahaan aliran (3a), tetapi belum dikurangi oleh pajak individu.

Rumah tangga akan menggunakan dan membelanjakan pendapatan mereka untuk kebutuhan-
kebutuhan yakni :
1. Membayar pajak pendapatan individu kepada pemerintah. Ditunjukkan oleh aliran (2b)
pendapatan yang diterima setelah pajak dinamakan pendapatan disposebel.
2. Pendapatan disposebel akan digunakan untuk membeli barang dan jasa yan diproduksi
didalam negeri dan akan digolongkan sebagai pengeluaran konsumsi keatas barang-
barang dalam negeri atau Cdn yang ditunjukkan oleh aliran (2a).
3. Mengimpor barang-barang yang diproduksikan di Negara-negara lain. Ditunjukkan oleh
aliran (7). Gabungan antara aliran (2a) dan aliran (7) meliputi keseluruhan pembelanjaan
rumah tangga yaitu nilai C.
4. Menabung sisa pendapatan yang tidak digunakan ke dalam institusi atau badan keuangan
seperti bank. Penyimpanan atau penabungan ini ditunjukkan oleh aliran (4a)
Dari pernyataan diatas, hanya satu aliran yang merupakan aliran pengeluaran ke atas barang-
barang yang diproduksikan sector perusahaan yaitu aliran (2a). Dalam perekonomian terbuka
pengeluaran ke atas barang dalam negeri akan bertambah sebagai akibat dari ekspor yaitu
pengeluaran oleh Negara lain yang digambarkan oleh aliran (8)

 Dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian terbuka pengeluaran agregat meliputi


lima jenis pengeluaran, yaitu

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga ke atas barang barang yang dihasilkan didalam
negeri. (Cdn)
2. Investasi perusahaan (I) untuk menambah kapasitas sector perusahaan menghasilkan
barang dan
3. Pengeluaran pemerintah ke atas barang dan jasa yang diperoleh didalam negeri (G)
4. Ekspor, yaitu pembelian Negara lain ke atas barang buatan perusahaan-perusahaan
didalam negeri. (X)
5. Barang impor, yaitu barang yang dibeli dari luar negeri. (M).

Maka, pengeluaran agregat (AE) dapat dirumuskan sebagai berikut :

AE = Cdn + I + G + X + M

SISTEM PEREKONOMIAN TERBUKA

Jika kita nilai kegiatan ekspor dan impor sekarang ini justru memiliki peranan penting
dalam perekonomian antar negara yang salah satu penyebabnya mungkin karena perbedaan
sumber daya dan perbedaan kepentingan antar negara yang satu dengan negara yang lainnya.

Secara umum pada sistem perekonomian terbuka ini produsen memiliki hak untuk melakukan
kegiatan penjualan produk atau barang ke negara – negara lain (ekspor) dan juga sebaliknya,
yaitu melakukan kegiatan pembelian produk atau barang yang berasal dari luar negaranya
(impor). Kegiatan ini juga memicu sistem perekonomian yang semakin tanpa batas yang
ditunjukkan oleh lembaga perbankan dan keuangan juga turut mengikuti perkembangan transaksi
yang mendukung kegiatan ekspor dan impor tersebut. Inilah yang disebut dengan ekonomi
global yang mewujudkan kegiatan perdagangan secara internasional.

Mekanisme Perekonomian Terbuka

Disebut dengan Kegiatan ekonomi empat sektor karena kegiatan ini tidak hanya melibatkan
pelaku-pelaku ekonomi di dalam negeri, tetapi juga masyarakat ekonomi di luar negeri. Dalam
diagram circular flow terdapat pasar-pasar yang mempengaruhi kegiatan ekonomi, pasar-pasar
tersebut meliputi : Pasar barang, Pasar tenaga kerja, Pasar Uang & Lembaga keuangan, serta
Pasar Luar negeri.

Dari diagram circular Flow terdiri dari 4 komponen yaitu :

Rumah tangga

1. Hubungan dengan Perusahaan. Pada awalnya rumah tangga menjual SDM yang
dimilikinya kepada perusahaan. Dari interaksi antara rumah tangga dan perusahaan
dipertemukan pada Pasar tenaga kerja. Kemudian dari penjualan SDM tersebut, rumah
tangga mendapatan penghasilan yang terdiri dari sewa, bunga, upah dan profit. Hal ini
dipertemukan dalam pasar uang & lembaga keungan.
2. Hubungan dengan Pemerintah. Dalam hubungan ini rumah tangga menyetorkan sejumah
uang sebagai pajak kepada pemerintah dan rumah tangga menerima penerimaan berupa
gaji, bunga, penghasilan non balas jasa dari pemerintah (berupa hasil dari pajak).
3. Hubungan dengan negara lain. Untuk mencapai hubungan dengan negara lain rumah
tangga harus melewati pasar barang dan pasar luar negeri. Rumah tangga mengimpor
barang dan jasa dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Perusahaan

Perusahaan merupakan gabungan unit kegiatan yang menghasilkan produk barang dan jasa.

1. Hubungan dengan Rumah tangga. Perusahaan menghasilkan produk-produk berupa


barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Lalu Perusahaan mendapatkan
penghasilan dari penjualan produknya. Interaksi tersebut dipertemukan dalam pasar
barang. Pasar Barang adalah pasar yang mempertemukan penawaran dan permintaan
barang dan jasa. Pasar barang sering diistilahkan dengan sektor riil.
2. Hubungan dengan Pemerintah. Perusahaan membayar pajak kepada pemerintah dan
perusahaan menjual produk dan jasa kepada pemerintah melalui pasar barang.
3. Hubungan dengan Dunia Internasional. Perusahaan melakukan impor atas produk barang
maupun jasa dari luar negeri melalui pasar barang dan pasar luar negeri. Dari hasil
penjulan tersebut perusahaan mendapatkan laba/keuntungan.

Pemerintah

Bertindak sebagai pembuat dan pengatur kebijakan masyarakat dan bisnis.

1. Hubungan dengan Rumah tangga. Pemerintah menerima setoran pajak rumah tangga
untuk kebutuhan operasional, pembangunan, dan lain-lain untuk membangun negara.
2. Hubungan dengan Perusahaan. Pemerintah mendapatkan penerimaan pajak dari
perusahaan dan pemerintah juga membeli produk dari perusahaan berdasarkan dana
anggaran belanja yang ada.

Negara-negara lain

Hubungan dengan Rumah tangga. Negara-negara lain(dunia internasional) menyediakan barang


dan jasa untuk kepentingan rumah tangga yang dilakukan di pasar luar negeri, dari pasar luar
negeri masuk ke dalam pasar barang dalam negeri sehingga produk yang dihasilkan dapat dibeli
oleh rumah tangga. Sehingga dari transaksi jual beli tersebut negara lain mendapatkan
laba/keuntungan.

1. Hubungan dengan Perusahaan. Dunia internasional(negara lain) mengekspor produknya


kepada bisnis-bisnis perusahaan. Aliran barang dan jasanya juga melalui pasar negeri lalu
masuk ke pasar barang. Dari proses tersebut juga dihasilkannya suatu laba.

 Perekonomian Terbuka: Export – Impor

1. Ekspor (X)

Jika suatu negara melakukan ekspor barang dan jasa ke Negara lain, maka ia harus memproduksi
barang dan jasa melebihi jumlah produksi yang diperlukan di dalam negeri. Dengan
meningkatnya jumlah produk (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu Negara, maka hal ini
juga akan  meningkatkan pendapatan nasional (Y) negara tersebut.

Faktor-faktor yang menentukan ekspor :

a. Tidak atau diperlukannya barang ekspor dan dapat atau tidaknya Negara lain
memproduksi barang ekspor tersebut.
b. Kemampuan dari Negara tersebut untuk mengeluarkan barang-baran yang dapat bersaing
dalam pasaran luar negeri.
c. Pendapatan nasional. Dimana ekspor akan mempengaruhi pendapatan nasional namun
pendapatan nasional tidak akan mempengaruhi ekspor.
2. Impor (M)

Faktor yang  mempengaruhi besar kecilnya pembelian barang dari luar negri (impor) suatu
Negara adalah kemampuan membayar (daya beli) Negara tersebut terhadap barang impor. Makin
tinggi kemampuan membayar (daya beli)-nya maka tinggi pula impor yang dapat dilakukannya.
Atau semakin besar pendapatan nasional suatu Negara maka semakin banyak impor yang dapat
dilakukan Negara tersebut.

Faktor yang menentukan Ekspor, Impor dan Ekspor Neto

1. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri.
2. Harga barang-barang di dalam dan luar negeri.
3. Kurs yang menentukan jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk membeli
mata uang asing.
4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri.
5. Ongkos angkutan barang antarnegara.
6. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasinal.

Dampak Positif Ekspor Impor :

1. Meningkatkan hubungan antar negara


2. Meningkatkan neraca perdagangan
3. Meningkatkan kegiatan ekonomi
4. Memenuhi kebutuhan akan barang konsumsi
5. Mengurangi pengangguran
6. Memperluas lapangan pekerjaan
7. Meningkatkan cadangan devisa

Dampak Negatif Ekspor Impor :

 Terjadinya tingkat persaingan yang tinggi didalam perdagangan, baik berupa harga,
mutu, dan kualitas barang sangat menentukan.
 Menimbukan kelangkaan barang di dalam negeri
 Konsumerisme
 Menyebabkan eksploitasi besar – besaran sumber daya alam

SYARAT KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN TERBUKA

Syarat Keseimbangan Perekonomian Terbuka atau Keseimbangan Perekonomian terbuka dapat


dicapai saat :

a. Penawaran agregat sama dengan pengeluaran agregat


b. Suntikan bocoran

 Penawaran agregat sama dengan pengeluaran agregat.

Dalam perekonomian terbuka barang dan jasa yang diperjual-belikan di dalam negeri terdiri dari
dua golongan yaitu :

1. Yang di produksi di dalam negeri dan meliputi pendapatan nasional (Y)


2. Yang di impor dari luar negeri.

Dengan demikian dalam perekonomian terbuka penawaran agregat (AS) terdiri dari pendapatan
nasional (Y) dam impor (M), dalam rumus :

AS = Y + M

Aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka menunjukkan bahwa pengeluaran agregat ke


atas pendapatan nasional meliputi 4 komponen meliputi empat komponen berikut : pengeluaran
rumah tangga ke atas barang produksi dalam negeri (Cdn), investasi swasta (I), pengeluaran
pemerintah (G), ekspor (X)

AEdn = Cdn + I + G + X

Aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka dapat menunjukkan pengeluaran agregat ke atas
barang impor (M). maka keseluruhan konsumsi RT (C) adalah

C = Cdn + M

Dengan menggantikan Cdn + M menjadi C maka persamaan pembelanjaan agregat dapat


dinyatakan dengan persamaan :

AE = C + I + G + X

Perekonomian akan mencapai keseimbangan jika penawaran agregat sama dengan pengeluaran
agregat. Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam perekonomian terbuka,
keseimbangan pendapatan nasional dicapai apabila :
Y + M = C + I + G + X atau Y + C + I + G + (X – M)

 Suntikan dan Bocoran dalam Perekonomian terbuka

Dalam pendekatan suntikan bocoran, keseimbangan pendapatan nasional akan dicapai apabila :

S+T+M=I+G+X

Syarat keseimbangan ini dibuktikan dalam uraian berikut. Aliran pendapatan yang diwujudkan
dari kegiatan memproduksi pendapatan nasional akan digunakan sebagai berikut :

1. Membiayai pengeluaran konsmsi keatas barang buatan dalam negeri (Cdn) dan
barang impor (M). maka keseluruhan pengeluaran konsumsi adalah C = Cdn + M
2. Membayar pajak (T) , yaitu pajak keuntungan perusahaan dan pajak pendapatan
RT
3. Menyisihkan pendapatan untuk ditabung (S) di lembaga keuangan.

Ditinjau dari segi pendapatan, pendapatan nasional dapat dihitung demgam rumus sebagai
berikut:

Y + Cdn + M + S + T

Oleh karena : C = Cdn + M maka Y = C + S +T

Menurut pendekatan penawaran agregat, permintaan agregat keseimbangan dicapai pada keadaan
dimana :

Y = C + I + G + (X-M)

Apabila Y digantikan dengan : C + S + T, persamaan keseimbangan diatas dapat diganti


menjadi :

C + I + G + (X-M) = C + S + T

Apabila masing-masing ruas dikurangi dengan C dan m dipindahkan ke ruas kanan, maka
persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi :

I+G+X=S+T+M

Terbukti dari uraian diatas bahwa syarat keseimbangan lain dalam perkonomian 4 sektor adalah :

I+G+X=S+T+M

Contoh :
Diketahui :
C = 20 +0,6 Yd
I = 30
G = 10
Tx = 8
Tr = 3
X=6
Dimana Yd = Y – Tx+Tr
Yd = Y – 8+3 Yd = Y-5
Apabila impor merupakan variabel konstan yaitu sebesar M = 2, maka tentukan :
a.Keseimbangan nasional
Y =C+I+G+(X–M)
Y = 20 +0,6 Yd + 30+ 10 + (6 -2) Y = 64 + 0,6 (Y-5)
0,4Y = 64-3
Y = 152,5

b. Konsumsi
C = 20 +0,6 Yd
C = 20 +0,6 (Y-5)
C = 20 +0,6 (152,5 – 5) C = 108,5

Perubahan – Perubahan Keseimbangan

Perubahan yang terjadi pada pengeluaran rumah tangga, perubahan komponen-komponen


suntikan ( I,G,X) dan perubahan komponen komponen bocoran (S,T,M) akan menimbulkan
perubahan ke atas keseimbangan pendapatan nasional. Kenaikan dalam rumah tangga, investasi,
pengeluaran pemerintah atau ekspor akan menaikkan pendapatan nasional. Kenaikan
pengeluaran agregat juga akan menimbulkan proses multiplier sehingga pada akhirnya
menyebabkan pertambahan pendapatan nasional adalah lebih besar dari pertamabahan
pengeluaran agregat yang berlaku. Dalam perekonomian terbuka misalkan impor adalah
sebanding dengan pendapatan nasional, yaitu persamaan impor adalah M = m Y. nilai m
menyebabkan tingakat kebocoran (presentasi dari pertambahan pendapatan nasional yang tidak
dibelanjakan kembali untuk menimbulkan proses multiplier selanjutnya) menjadi bertambah. Hal
tersebutlah yang menyebabkan dalam ekonomi empat sector nilai multiplier adalah lebih kecil
dari dalam ekonomi tiga sector.

Perubahan komponen yang meliputi bocoran (S,T atau M) akan menimbulkan akibat
yang sebaliknya dari yang ditimbulkan oleh komponen pengeluaran agregat. Kenaikan tabungan,
atau pajak atau impor akan mengurangi pendapatan nasional. Proses multiplier akan
menyebabkan pendapatan nasional berkurang lebih besar dari kenaikan kebocoran.
Daftar Pustaka

https://ernandablog.blogspot.com/2018/03/ekonomi-makro-sistem-ekonomi-tertutup.html
Prof. Dr. Soediyono Reksoprayitno,M.B.A. Pengantar Ekonomi Makro Edisi Keenam.
Yogyakarta: BPFE
Mankiw, N. Gregory.2013. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta.: Salemba Empat
ttps://www.academia.edu/23106128/Aliran_Pendapatan_dan_Syarat_Keseimbangan_dalam_Per
ekonomian_Terbuka
PEREKONOMIAN TERTUTUP SEDERHANA DAN TERBUKA
Oleh :
Kelompok 4
Nyoman Trisna Parwata ( 1907531218 )
Ni Made Putri Udiyani ( 1907531223 )
Ni Komang Ayu Widya Sari ( 1907531229 )

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Udayana 2020

Anda mungkin juga menyukai