Anda di halaman 1dari 241

Membedah PP

55/2022 Sebagai
Peraturan Pelaksana
UU PPh Baru: Jilid 1,
2, 3, 4, 5, & 6
Free Webinar | 11, 18, 25 Jan, 1, 8, & 15
Feb 2023 | Pratama-Kreston Tax
Research Institute | Dr. Prianto Budi
Saptono, Ak., CA, MBA.
Biodata Narasumber
• Nama : Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
• Keluarga : 1 istri, 6 anak, 2 menantu, 3 cucu
• Kontak : 0811.906.181
• Email Prianto.budi@pratamaindomitra.co.id | prianto.budi@gmail.com | prianto.saptono@ui.ac.id
• NIDN : 0008097103 di Fak. Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI)
• Pendidikan : D3 STAN (1993) - D4 STAN (1999) - S2 UGM (2012) - S3 FISIP UI (2020)
• Pekerjaan : • Pemeriksa di Karikpa Jakarta Enam Ditjen Pajak (1994 – 1999)
• Auditor/konsultan di KAP Kanaka Puradiredja & Rekan (1999-2004)
• Pemilik PT Pratama Indomitra dgn 110 pegawai (2010 – skrg)
• Dosen S1 Fak. Ilmu Administrasi UI (Sep 2014 – skrg)
• Dosen S2 Fak. Ilmu Administrasi UI (Sep 2020 – skrg)
• Organisasi : • Ketua Kompartemen Akuntan Pajak IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) Wilayah Jakarta
• Ketua Bidang Litbang IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) Pusat
• Anggota Komite Perpajakan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)
• Ketua Umum IFTAA (Indonesian Fiscal & Tax Administration Association) 2022-2027
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 2
Spirit Hidup
‫اِ ْن اَ ْح َسْن تُ ْم اَ ْح َسْن تُ ْم َِِْ ُ ِس ُُ ْم َوَاِ ْن اَ ََ ْ ُُْ َ َ ََا‬
• ...Jika kamu berbuat baik, kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, (kerugian
kejahatan) itu untuk dirimu sendiri ... (QS 17:7)

ٓ ‫لٱَْ َسنَ ِِ َ َهُۥ َع ْش ُر أ َْمثَ ِاِلَا ۖ َََمن َجآءَ بِلٱلسيِئَ ِِ َ ََل ُُْيَز‬
‫ى إِِ ِمثْ َ ََا ََُه ْم َِ يُْظَْ ُُن َن‬ ْ ِ‫َمن َجآءَ ب‬
• Barangsiapa berbuat kebaikan, maka mereka mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan
barangsiapa berbuat kejahatan, maka mereka dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun
tidak dirugikan (dizalimi). (QS. Al-An ‘aam: 160)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 3
Spirit Hidup
ِ‫ﺧَْﻴ ُﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱِ ﺃَﻧْﻔَ ُﻌﻬُ ْﻢ ﻟِﻠﻨﺎﺱ‬
• Sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain. (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni)

‫صالِ ٍح يَ ْدعُن لَ ُه‬ ٍ َ‫اْلْسا ُن اْْ َقطَع عَُُه إِِ ِمن ثَََلثٍَِ ِمن ص َدقٍَِ جا ِي ٍِ َ ِع َْ ٍم ي ْن ت َُع بِِه ََل‬
ِ ِ
‫د‬
َ ََ ُ َ ُ َ َ َ َ ْ ْ ُ ََ َ َ َ َ ‫إ‬
ْ ‫ات‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ
• Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya, kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu
yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh (HR. Muslim no. 1631)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 4
5

Spirit Hidup

“If you would understand anything,


observe its beginning and its
development” (Aristotle)
(sumber: https://www.goodreads.com/quotes)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto


Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Agenda Pembahasan
1. Latar Belakang
2. Konsep Hierarki Pengaturan Hukum
3. Pembahasan Hierarki Hukum Pajak
4. Pembahasan Rangkuman Isi PP 55/2022
5. Pembahasan Imbalan Natura & ”Pajak Natura”

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 6
Latar Belakang
Agenda 1

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 7
Konsiderans PP 55/2022
• Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah • PP 55/2022 menjadi peraturan pelaksana dari
No. 55/2022 (“PP 55/2022”) yang berlaku sejak 20 beberapa ketentuan di UU PPh baru sbb.
Desember 2022 sebagai peraturan pelaksana dari 1. Pasal 4 ayat (2) huruf e tentang penghasilan
beberapa pasal di UU PPh setelah revisi UU HPP tertentu lainnya dari usaha dengan peredaran
(“UU PPh baru”). bruto tertentu sebagai objek PPh final
• PP 55/2022 berisi tentang kebijakan fiskal melalui 2. Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 1 tentang
penyesuaian pengaturan di bidang PPh dengan bantuan atau sumbangan (zakat & sumbangan
tujuan untuk: keagamaan), infak, dan sedekah sebagai
1. memberikan kepastian hukum, nonobjek PPh
penyederhanaan administrasi perpajakan, 3. Pasal 17 ayat (2e) tentang tarif PPh badan
kemudahan, dan keadilan kepada wajib pajak lebih rendah 3% dari tarif normal 22% untuk
yang memiliki peredaran bruto tertentu dalam WP badan dalam negeri yang memenuhi
jangka waktu tertentu, dan persyaratan tertentu, dan
2. melaksanakan perjanjian internasional di 4. Pasal 32C tentang pendelegasian wewenang
bidang perpajakan dari UU ke PP
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 8
Konsiderans PP 55/2022
• PP 55/2022 tidak mencabut atau menggantikan ditambahkan melalui PP 9/2021;
peraturan pelaksana PP 94/2010 (s.t.d.t.d. PP 3. PP 23/2018 tentang PPh atas penghasilan dari
9/2021) tentang penghitungan penghasilan kena usaha yang diterima atau diperoleh Wajib
pajak dan pelunasan PPh dalam tahun berjalan, yang Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu;
menjadi turunan dari Pasal 35 UU PPh. 4. Ketentuan Pasal 10 PP 29/2020 tentang
• PP 55/2022 mencabut dan menyatakan tidak berlaku fasilitas PPh dalam rangka penanganan
beberapa PP yang menjadi turunan dari “UU PPh COVID-19.
lama” (sebelum revisi UU HPP), yaitu: 5. PP 30/2020 tentang penurunan tarif PPh bagi
1. PP 18/2009 tentang bantuan atau sumbangan WPDN badan yang berbentuk perseroan
termasuk zakat atau sumbangan keagamaan terbuka
yang sifatnya wajib yang dikecualikan dari
objek PPh;
2. Ketentuan Pasal 2A PP 94/2010 yang

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 9
Pertanyaan untuk Analisis Lanjutan

Bagaimana pengaturan PPh


secara lebih rinci yang
tercantum di PP-55/2022?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 10
Membedah PP
55/2022
Sebagai Peraturan
Pelaksana UU PPh
Baru: Jilid 1
Free Webinar | 11 Januari 2023 | Pratama-
Kreston Tax Research Institute | Dr.
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Konsep Hierarki Pengaturan Hukum
Agenda 2

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 12
Hierarki Pengaturan Hukum Pajak
• Menurut Ngani (Bahasa Hukum dan Perundang-undangan, 2012, p.
45), sistem hukum di Indonesia mengadopsi teori Kelsen (General
Theory of Law & State, 1949; 2006, pp. 123-135) tentang hierarki
norma hukum.
• Hans kelsen mengemukakan teori mengenai jenjang norma hukum
(stufentheorie).
• Kelsen berpendapat bahwa norma-norma hukum itu berjenjang
dan berlapis di dalam suatu hierarki (tata susunan),
• Suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi.
• Norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber, dan berdasar pada
norma yang lebih tinggi lagi,
• Pada akhirnya, hierarki di atas sampai pada suatu norma yang
tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif
yaitu norma dasar (grundnorm)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 13
Hierarki Pengaturan Hukum Pajak
• Norma dasar yang merupakan norma tertinggi di masa berlaku (rechtskracht) yang relatif karena
dalam suatu sistem norma tersebut tidak lagi masa berlaku suatu norma hukum itu tergantung
dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi. pada norma hukum yang berada di atasnya.
• Norma dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh • Apabila norma hukum yang berada di atasnya
masyarakat sebagai norma dasar yang menjadi dicabut atau dihapus, pada dasarnya norma-
gantungan bagi norma-norma yang berada di norma hukum yang berada di bawahnya akan
bawahnya. tercabut atau terhapus pula.
• Jadi, suatu norma dasar itu dikatakan pre- • Berdasarkan hierarki Kelsen di atas, undang-undang
supposed. Ketika suatu norma hukum itu ke perpajakan sebagai norma hukum pajak yang lebih
atas, norma tersebut bersumber dan berdasar tinggi dapat menentukan pembentukan norma hukum
pada norma yg di atasnya. lain yang hierarkinya di bawah undang-undang
• Jika norma tersebut ke bawah, norma tersebut perpajakan.
juga menjadi sumber dan menjadi dasar hukum
bagi norma hukum di bawahnya.
• Pada akhirnya, suatu norma hukum mempunyai
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 14
Pembahasan Hierarki Hukum Pajak
Agenda 3

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 15
Hierarki Pengaturan Hukum Pajak
• Hirarki pembentukan peraturan perundang-undangan pelaksanaan undang-undang pajak meliputi
yang tertuang di dalam Pasal 7 UU Pembentukan Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan,
Peraturan Perundang-undangan (UU No. 12/2011). dan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
• UU No. 12/2011 tersebut menjadi turunan dari • Berdasarkan kondisi di atas, undang-undang
Pasal 22A UUD 1945 yang menyatakan bahwa perpajakan di Indonesia tidak pernah membuat
“ketentuan lebih lanjut tentang tata cara aturan secara rinci karena sistem hukumnya
pembentukan undang-undang diatur dengan undang- mengadopsi hierarki norma-norma Kelsen (1949;
undang. 2006, pp. 123-135), seperti dijelaskan di atas.
• Berdasarkan undang-undang perpajakan yang saat
ini berlaku, beberapa peraturan pelaksana berfungsi
sebagai pelengkap undang-undang perpajakan.
• Sesuai dengan hierarki undang-undang perpajakan
dari tingkat atas ke tingkat bawah, aturan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 16
Hierarki Pengaturan Hukum Pajak
• Peraturan pajak yang lebih rinci menjadi peraturan
pelaksanaan dari undang-undang pajak.
• Pengaturan pajak harus melalui undang-undang karena Pasal 23A UUD 1945
melibatkan rakyat banyak yang menjadi pembayar pajak.
• Karena itu, pemungutan pajak kepada rakyat harus melalui UU Perpajakan atau Perppu
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
• Hal di atas sejalan dengan asas “no taxation without Peraturan Pemerintah
representation” (Aiken & Aiken, A Footnote to “No Taxation
Without Representation”, 1960; Gruder, 'No Taxation without
Peraturan Menteri Keuangan
Representation': The Assembly of Notables of 1787 and
Political Ideology in France, 1982).
• Hierarki pengaturan hukum pajak di Indonesia terlihat di Peraturan Dirjen Pajak
gambar samping.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 17
Pembahasan Rangkuman Isi PP 55/2022
Agenda 4

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 18
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
1 Pasal 4 ayat (2) (2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:
huruf e e. penghasilan tertentu lainnya, termasuk penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
yang memiliki peredaran bruto tertentu,
yang diatur dalam atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
2 Pasal 4 ayat (3) (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:
huruf a angka 1 a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat, infak, dan sedekah yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
3 Pasal 17 ayat (2e) (2e) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2b) huruf c diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 19
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
4 Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. penghasilan berupa keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan yang
dikecualikan dari objek pajak karena diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 ayat (1) huruf d angka 4;
b. kriteria keahlian tertentu serta pengenaan Pajak Penghasilan bagi warga negara asing sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1a);
c. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,
atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan, yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 20
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
4 Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf d;
e. kriteria, jangka waktu dan perubahan batasan dividen yang diinvestasikan, serta ketentuan pengecualian
Pajak Penghasilan atas dividen atau penghasilan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f;
f. penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu yang diterima oleh dana pensiun, yang
dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h;
g. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l;
h. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan
dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf m;
i. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu, yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf n;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 21
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
4 Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
j. dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan penghasilan dari
pengembangan keuangan haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu yang diterima Badan
Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf o;
k. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial dan keagamaan, yang dikecualikan dari objek
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf p;
l. biaya promosi dan penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 7;
m. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf h;
n. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf n;
o. pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 22
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
4 Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
p. kelompok harta berwujud, masa manfaat, dan penghitungan penyusutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 ayat (6) dan ayat (6a);
q. penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (7);
r. saat dimulainya amortisasi untuk bidang usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (1a);
s. penghitungan amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (2) dan ayat (2a);
t. batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak dalam Pasal 18
ayat (1);
u. penetapan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan
usaha luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (2);
v. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dalam rangka penghitungan besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 23
Rujukan PP 55/2022
No Pasal di UU PPh Isi Ketentuan PPh
4 Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
w. pelaksanaan perjanjian pembentukan harga transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3a);
x. penetapan pihak yang sebenarnya melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain
atau badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 ayat (3b);
y. penetapan penjualan atas pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c);
z. penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari
pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3d);
aa. kriteria hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4);
bb. pembentukan dan/atau pelaksanaan perjanjian dan/atau kesepakatan di bidang perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32A,
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 24
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal
1 Ketentuan umum 1
2 Objek PPh
a. Objek PPh 2
b. Kriteria keahlian tertentu serta pengenaan pajak penghasilan bagi warga negara asing 3, 4, 5
3 Pengecualian dari objek PPh
a. Hibah, bantuan, atau sumbangan 6
b. Bantuan atau santunan yang dibayarkan badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib pajak 7, 8
tertentu
c. Ketentuan pengecualian pajak penghasilan atas dividen atau penghasilan lain 9, 10, 11
d. Penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu yang diterima oleh dana pensiun 12
e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau 13, 14, 15, 16
lembaga nirlaba bidang pendidikan, bidang penelitian dan pengembangan, sosial, dan/atau keagamaan
4 Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
a. Biaya promosi dan penjualan 18
b. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih 19
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan 20
5. Penyusutan harta berwujud dan/atau amortisasi harta tak berwujud 21, 22
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 25
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal
6. Perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
a. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan objek pajak 23
penghasilan bagi pihak penerima dan pengurang penghasilan bruto bagi pihak pemberi
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari 24, 25, 26, 27, 28
objek pajak penghasilan bagi pihak penerima
c. Penilaian natura dan/atau kenikmatan 29, 30, 31
7 Instrumen pencegahan penghindaran pajak 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39,
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47
8 Penerapan perjanjian internasional di bidang perpajakan 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54
9 Bantuan atau sumbangan termasuk zakat, infak, sedekah, dan sumbangan keagamaan yang 55
sifatnya wajib yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan
10 Pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63
memiliki peredaran bruto tertentu
11 Penurunan tarif pajak penghasilan bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka 64, 65, 66, 67, 68
12 Ketentuan peralihan 69
13 Ketentuan penutup 70, 71, 72, 73, 74
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 26
Pembahasan
Imbalan Natura & “Pajak Natura”
Agenda 5

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 27
Pengaturan Kembali Imbalan Natura
• Konsep dasar penghasilan berasal dari persamaan sbb.: No Imbalan Penjelasan
Penghasilan = Konsumsi + Tambahan Harta sesuai 1 Natura • Imbalan natura adalah imbalan dalam bentuk
model S-H-S (Schanz-Haig-Simons) yang sudah ada barang selain uang (yang mencakup antara
sekitar 100 tahun yang lalu. lain cek, saldo tabungan, uang elektronik,
• Imbalan WPDN OP sehubungan dengan pekerjaan atau atau saldo dompet digital).
jasa terdiri dari: • Natura dialihkan dari pemberi kepada
• Imbalan tunai; penerima sebagai bentuk dari penggantian
• Imbalan nontunai (natura dan kenikmatan) atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa
• Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a UU PPh baru
menegaskan bahwa “Pengertian imbalan dalam bentuk 2 Kenikmatan • Imbalan berupa kenikmatan adalah imbalan
lainnya termasuk imbalan dalam bentuk natura dan/atau dalam bentuk hak atas pemanfaatan suatu
kenikmatan yang pada hakikatnya merupakan fasilitas dan/atau pelayanan.
penghasilan.” • Fasilitas dan/atau pelayanan yang diberikan
pemberi kepada penerima dapat bersumber
• Pengertian natura dan kenikmatan dirinci lagi di PP
55/2022, seperti terlihat di tabel samping. dari aktiva pemberi atau aktiva pihak ketiga
yang disewa dan/atau dibiayai pemberi.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 28
Pengaturan Kembali Imbalan Natura
• Pengaturan kembali imbalan natura di UU No Konsep Penjelasan
HPP yang merevisi UU PPh dilatarbelakangi 1 Taxability – • Perusahaan sering memilih konsep ini untuk
oleh perilaku oportunistik perusahaan Deductibility pegawai yang penghasilannya masih menggunakan
(corporate opportunistic behavior) karena tax tarif progresif hingga 15%.
loophole yang ada di UU PPh lama sesuai • Perusahaan memilih pengenaan PPh 21 atas beban
tabel di samping. pegawai berupa imbalan tunai sehingga beban
• Perilaku oportunistik di atas mengakibatkan tersebut menjadi deductible expense di PPh Badan
praktik tax avoidance yang disebabkan oleh 2 Non-taxability – • Perusahaan sering memilih konsep ini untuk
perbedaan tarif PPh Pasal 21 dan tarif PPh Non- pegawai yang penghasilannya tinggi (manajer ke
badan. deductibility atas) sudah menggunakan tarif progresif 25%
• Tarif PPh Pasal 21 menggunakan tarif hingga 30%.
progresif sesuai Pasal 17 UU PPh lama, • Perusahaan tidak memilih pengenaan PPh 21 atas
yaituL 5%, 15%, 25%, dan 30%; beban pegawai berupa imbalan nontunai sehingga
• Tarif PPh Badan menggunakan tarif beban tersebut menjadi non-deductible expense di
tunggal 22% sesuai Pasal 17 UU PPh PPh Badan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 29
Pengaturan Kembali Imbalan Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 4 (1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura
dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
Pasal 4 (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 30
Pengaturan Kembali Imbalan Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 6 (1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
n. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
Pasal (1) Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi:
17 a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut:
Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
sampai dengan Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) 5% (lima persen)
di atas Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 15% (lima belas persen)
(dua ratus lima puluh juta rupiah)
di atas Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 25% (dua puluh lima persen)
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
di atas Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 30% (tiga puluh persen)
(lima miliar rupiah)
di atas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) 35% (tiga puluh lima persen)
b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 22% (dua puluh dua persen) yang mulai
berlaku pada Tahun Pajak 2022
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 31
Pengaturan Kembali Imbalan Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 32C Ketentuan lebih lanjut mengenai:
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d;
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Keterangan: tersebut.
• Untuk mempermudah pengawasan, pengaturan • Secara sederhana, bahwa mengawasi laporan pajak
kembali penghasilan bagi pegawai dimasukkan ke satu pemberi kerja yang mempekerjakan 1.000
dalam objek pemotongan PPh Pasal 21. pegawai akan lebih efektif dan efisien dari
• Dasar pertimbangannya adalah bahwa mengawasi mengawasi 1.000 laporan pajak pegawainya.
pelaporan SPT PPh 21 oleh pemberi kerja akan jauh • Slide berikut ini menandingkan perlakuan PPh 21
lebih efektif dari pekerjaan mengawasi pelaporan atas BIK sesuai UU PPh lama dan UU PPh baru.
SPT PPh orang pribadi pegawai dari pemberi kerja
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 32
Imbalan Natura Sebelum UU HPP
No Jenis Employee Employer Keterangan
1 BIC Taxable Deductible Pengaturan ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf d UU PPh
sebelum revisi di UU HPP sehingga berlaku konsep deductibility–taxability dan
2 BIK Non-Taxable Non-Deductible
nondeductibility–nontaxability.
3 BIK Non-Taxable Deductible Pengaturan ini mengacu pada Pasal 9 ayat (1) huruf e UU PPh dan terdiri dari:
1. penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
2. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan
3. penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu No.
167/PMK.03/2018)
4 BIC Taxable Non-deductible Pengaturan ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf d serta Pasal 6
5 BIK Taxable Non-deductible ayat (1) UU PPh sebelum UU PPh serta dan berlaku khusus untuk pemberi kerja sbb.:
1. bukan Wajib Pajak,
2. Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau
3. Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 33
Imbalan Natura di UU HPP
No Jenis Employee Employer Keterangan
1 BIC Taxable Deductible Pengaturan ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf d UU PPh sebelum
UU PPh dan hanya memperlakukan konsep deductibility–taxability.
2 BIK Taxable Deductible
3 BIK Non-Taxable Deductible Pengaturan ini merupakan pengecualian dari butir 2 di atas, mengacu pada Pasal 4 ayat (3)
huruf d UU PPh, dan meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam
pelaksanaan pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai APBN, APBD, dan/atau
APBDes; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 34
Imbalan Natura di UU HPP
No Jenis Employee Employer Keterangan
4 BIC Taxable Non-deductible Pengaturan ini mengacu pada Pasal 4 ayat (1) huruf a dan ayat (3) huruf d serta Pasal 6
5 BIK Taxable Non-deductible ayat (1) UU PPh serta dan berlaku khusus untuk pemberi kerja sbb.:
• bukan Wajib Pajak,
• Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau
• Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh.

Keterangan: merupakan non-deductible expense sesuai PP 94/2010


• Pengaturan imbalan natura untuk ketiga jenis pemberi s.t.d.t.d PP 9/2021.
kerja di tabel atas tidak mengalami perubahan di UU PPh • Di dalam praktik, PPh 21 atas imbalan natura di PP
baru. 55/2022 sering disebut sebagai “Pajak Natura”.
• Imbalan tunai atau natura untuk pegawai pada ketiga jenis • Imbalan non-tunai yang tidak dikenai pajak terangkum di
pemberi kerja di atas sama-sama menjadi objek PPh Pasal tabel halaman selanjutnya.
21. Selain itu, semua imbalan pegawai tersebut
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 35
Cakupan BIK Sebagai Non-Objek PPh
No BIK Sebagai NOP Cakupan Pembatasan
1 Makanan, bahan a. makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja;
makanan, bahan b. kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat
minuman, dan/atau memanfaatkan pemberian makanan dan/atau minuman sebagaimana dimaksud dalam huruf a, meliputi
minuman bagi seluruh Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya; dan/atau
Pegawai c. bahan makanan dan/atau bahan minuman bagi seluruh Pegawai dengan batasan nilai tertentu.
2 Natura dan/atau Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas di lokasi kerja untuk Pegawai dan keluarganya berupa:
kenikmatan yang a. tempat tinggal, termasuk perumahan;
disediakan di daerah b. pelayanan kesehatan;
tertentu c. pendidikan;
d. peribadatan;
e. pengangkutan (berupa sarana, prasarana, dan fasilitas pengangkutan yang diberikan pemberi kerja
kepada Pegawai dan keluarganya dalam rangka menjalankan tugas yang berkaitan dengan upaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan pemberi kerja); dan/atau
f. olahraga tidak termasuk golf, balap perahu bermotor (power boating), pacuan kuda, terbang layang, atau
olahraga otomotif,
sepanjang lokasi usaha pemberi kerja mendapatkan penetapan daerah tertentu dari Direktur Jenderal Pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 36
Cakupan BIK Sebagai Non-Objek PPh
No BIK Sebagai NOP Cakupan Pembatasan
3 Natura dan/atau kenikmatan Natura dan/atau kenikmatan sehubungan dengan persyaratan mengenai keamanan, kesehatan,
yang harus disediakan oleh dan/atau keselamatan Pegawai yang diwajibkan oleh kementerian atau lembaga berdasarkan
pemberi kerja dalam ketentuan peraturan perundang-undangan (contohnya Kemenkes & Kemenaker), yang meliputi:
pelaksanaan pekerjaan a. pakaian seragam;
b. peralatan untuk keselamatan kerja;
c. sarana antar jemput Pegawai;
d. penginapan untuk awak kapal dan sejenisnya; dan/atau
e. natura dan/atau kenikmatan yang diterima dalam rangka penanganan endemi, pandemi, atau
bencana nasional (berdasarkan ketentuan Kemenkes antara lain berupa alat pendeteksi virus
pandemi dan/atau vaksin beserta sarana penunjangnya)
4 Natura dan/atau kenikmatan --
yang bersumber atau dibiayai
APBN, APBD, dan/atau APBDes

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 37
Cakupan BIK Sebagai Non-Objek PPh
No BIK Sebagai NOP Cakupan Pembatasan
5 Natura dan/atau kenikmatan • Pengecualian imbalan natura dan/atau kenikmatan sebagai non-objek PPh
dengan jenis dan/atau batasan mempertimbangkan
tertentu yang diatur dalam a. jenis dan/atau nilai dari penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau
Peraturan Menkeu kenikmatan yang diterima; dan/atau
b. kriteria penerima penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
• Contohnya adalah bingkisan dalam rangka hari raya atau fasilitas peribadatan di lokasi kerja
yang dimanfaatkan oleh semua Pegawai

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 38
Cakupan BIK Sebagai Non-Objek PPh
No Istilah Penjelasan
1 Pegawai Sesuai Pasal 1 angka 14 PP 55/2022, cakupan Pegawai meliputi
• orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
• berdasarkan perjanjian, kontrak, atau kesepakatan kerja, baik secara tertulis maupun tidak tertulis,
• untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu
• dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan
lain yang ditetapkan pemberi kerja,
• termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam sektor pemerintahan
2 batasan Pengecualian bahan makanan dan/atau bahan minuman bagi seluruh Pegawai dengan batasan nilai tertentu sebagai
nilai non-objek PPh mempertimbangkan
tertentu a. jenis dan/atau nilai dari penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang diterima; dan/atau
b. kriteria penerima penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
yang diatur dalam Peraturan Menkeu

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 39
Cakupan BIK Sebagai Non-Objek PPh
No Istilah Penjelasan
3 Daerah Daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada
tertentu umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut, maupun udara, sehingga
untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung
risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai
kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral, termasuk daerah terpencil
4 Penilaian Sesuai Pasal 29 PP 55/2022, imbalan natura dan/atau kenikmatan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan
imbalan pekerjaan atau jasa dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
natura a. untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk natura, yaitu berdasarkan nilai pasar; dan/atau
b. untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan, yaitu berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan atau
seharusnya dikeluarkan pemberi,
yang tata cara penilaiannya dan penghitungannya diatur dalam Peraturan Menkeu

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 40
Pemberlakuan “Pajak Natura”
• Di dalam Ketentuan Penutup, Pasal 73 ayat (1) PP 2022 dimulai sebelum tanggal 1 Januari
55/2022 mengatur saat pemberlakuan PPh atas 2022, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari
imbalan natura sbb.: 2022; dan
“Pasal 73 b. bagi pemberi kerja atau pemberi
(1) Ketentuan mengenai perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura natura dan/atau kenikmatan yang
dan/atau kenikmatan sebagaimana dimaksud menyelenggarakan pembukuan tahun buku
dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 29 2022 dimulai tanggal 1 Januari 2022 atau
berlaku sebagai berikut: setelahnya, mulai berlaku pada saat tahun
a. bagi pemberi kerja atau pemberi buku 2022 dimaksud dimulai” (PP 55/2022)
penggantian atau imbalan dalam bentuk • Jika dikaitkan dengan tahun buku 2022,
natura dan/atau kenikmatan yang pemberlakuan pajak atas imbalan natura (“pajak
menyelenggarakan pembukuan tahun buku natura”) terangkum di tabel berikut.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 41
Pemberlakuan “Pajak Natura”
No Periode Tahun Pajak 2022 Saat Penerapan PP 55/2022
1 1 Agu 2021 – 31 Juli 2022 1 Januari 2022
2 1 Okt 2021 – 30 Sep 2022 1 Januari 2022
3 1 Jan 2022 – 31 Des 2022 1 Januari 2022
4 1 Apr 2022 – 31 Mar 2023 1 April 2022
5 1 Jun 2022 – 31 Mei 2023 1 Juni 2022
6 1 Juli 2022 – 30 Juni 2023 1 Juli 2022

• Sesuai Pasal 73 ayat (2) huruf a PP 55/2022, pemotongan


“pajak natura” mulai diterapkan oleh pemberi kerja sejak
tanggal 1 Januari 2023.
• Selain itu, untuk imbalan natura yang belum dipotong PPh 21-
nya oleh pemberi kerja saat PP 55/2022 mulai diterapkan
sesuai tabel di atas, “pajak natura” yang terutang wajib dihitung
dan dibayar sendiri serta dilaporkan oleh penerima dalam SPT
PPh Tahun Pajak 2022

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 42
Pemberlakuan “Pajak Natura”
“Pasal 73 1. tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan tanggal
(2) Ketentuan mengenai pemotongan Pajak Penghasilan 31 Desember 2022, dari pemberi kerja atau
bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau pemberi penggantian atau imbalan sebagaimana
imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dan dimaksud pada ayat (1) huruf a; atau
pelaporan dalam Surat Pemberitahuan Pajak 2. awal tahun buku 2022 sampai dengan tanggal
Penghasilan bagi penerima penggantian atau imbalan 31 Desember 2022, dari pemberi kerja atau
dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan berlaku pemberi penggantian atau imbalan sebagaimana
sebagai berikut: dimaksud pada ayat (1) huruf b,
a. kewajiban melakukan pemotongan Pajak yang belum dilakukan pemotongan Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal Penghasilan oleh pemberi kerja atau pemberi
30 bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian penggantian atau imbalan sebagaimana dimaksud
atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau dalam huruf a, atas Pajak Penghasilan yang
kenikmatan mulai berlaku untuk penghasilan yang terutang wajib dihitung dan dibayar sendiri serta
diterima atau diperoleh sejak tanggal 1 Januari dilaporkan oleh penerima dalam Surat
2023; dan Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahun Pajak
b. atas penghasilan dalam bentuk natura dan/atau 2022.” (PP 55/2022)
kenikmatan yang diterima atau diperoleh sejak:

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 43
Perbedaan Metode Gross & Grossup
• Sesuai Pasal 30 PP 55/2022, penggantian atau metode/perlakuan akuntansi untuk beban PPh 21
imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan sebelum pemberlakuan UU PPh baru, yaitu
merupakan objek pemotongan PPh 21. 1. PPh 21 ditanggung pegawai;
• Selain itu, pemotongan PPh 21 dilakukan bersamaan 2. PPh 21 ditanggung pemberi kerja tanpa
dan dalam satu kesatuan dengan pemotongan PPh tunjangan PPh senilai pajak terutang; atau
atas imbalan dalam bentuk uang. 3. PPh 21 ditanggung pemberi kerja dengan
• Sebelum UU PPh baru, pemotongan PPh 21 dapat pemberian tunjangan PPh senilai pajak
dilakukan dgn dua pendekatan, yaitu: terutang.
1. gross method, yaitu PPh 21 ditanggung • Sejak UU PPh baru, perlakuan pajak di metode 2 dan
pegawai tanpa ada tunjangan pajak metode 3 sudah digabungkan sehingga metode 2
2. gross-up method, yaitu PPh 21 ditanggung dianggap sama dengan metode 3.
pegawai dengan tambahan imbalan berupa • Beberapa slide berikut memberikan ilustrasi
tunjangan pajak senilai PPh 21 terutang. perbandingan metode menurut UU PPh lama dan UU
• Di dalam praktik, sering juga terlihat tiga PPh baru.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 44
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama
A1. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
1 Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000 20.000.000 0
c. Biaya pegawai nontunai 0 0 0
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+d] 70.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 40.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 8.800.000
b. PPh 21 [30% x #2e] 0
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 8.800.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e = 30% x 70 juta] 21.000.000
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 45
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama
A2. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
1 Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 0 0 0
c. Biaya pegawai nontunai 20.000.000 0 20.000.000
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+d] 70.000.000 50.000.000 20.000.000
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 60.000.000 (20.000.000)
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 13,200.000
b. PPh 21 [30% x #2e] 0
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 13,200.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e = 30% x 50 juta] 15.000.000
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 46
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama (lanjutan)
B1. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan tanpa tunjangan PPh)
1 Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000 20.000.000 0
c. Biaya pegawai nontunai 0 0 0
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 70.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 40.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 8,800.000
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x 70 juta] 21.000.000
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 29,800.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 47
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama (lanjutan)
B2. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan tanpa tunjangan PPh)
1 Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 0 0 0
c. Biaya pegawai nontunai 20.000.000 0 20.000.000
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 70.000.000 50.000.000 20.000.000
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 60.000.000 (20.000.000)
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 13,200.000
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x 50 juta] 15.000.000
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 28,200.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 48
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama (lanjutan)
C1. Metode grossup (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
1 Penjualan 110.000.000 100.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000 20.000.000 0
c. Biaya pegawai nontunai 0 0 0
d. Biaya tunjangan PPh [30% x (50 juta + 20 juta) / (100% - 30%)] 30.000.000 30.000.000
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 100.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 10.000.000 10.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 2,200.000
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 32,200.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 49
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
I. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh lama (lanjutan)
C2. Metode grossup (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
1 Penjualan 110.000.000 100.000.000 0
2 Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 0 0 0
c. Biaya pegawai nontunai 20.000.000 0 20.000.000
d. Biaya tunjangan PPh [30% x 50 juta / (100% - 30%)] 21.428.571 21.428.571 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 91.428.571 71.428.571 20.000.000
3 Penghasilan neto [1-2e] 18.571.429 38.571.429 (20.000.000)
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 8.485.714
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x (50 juta + 21.428.571)] 21.428.571
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 29.914.286
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 50
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
II. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh baru
A1. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
1Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000 20.000.000 0
c. Biaya pegawai nontunai 0 0 0
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+d] 70.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 40.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 8.800.000
b. PPh 21 [30% x #2e] 0
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 8.800.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e = 30% x 70 juta] 21.000.000
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 51
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
II. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh baru (lanjutan)
A2. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
1Penjualan 110.000.000 110.000.000 0
2Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 0 0 0
c. Biaya pegawai nontunai 20.000.000 20.000.000 0
d. Biaya tunjangan PPh 0 0
e. Total biaya operasi [a+b+c+d] 70.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 40.000.000 40.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 8.800.000
b. PPh 21 [30% x #2e] 0
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 8.800.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e = 30% x 70 juta] 21.000.000
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 52
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
II. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh baru (lanjutan)
B1. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
1Penjualan 110.000.000 100.000.000 0
2Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000 20.000.000 0
c. Biaya pegawai nontunai 0 0 0
d. Biaya tunjangan PPh [30% x (50 juta + 20 juta) / (100% - 30%)] 30.000.000 30.000.000
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 100.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 10.000.000 10.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 2,200.000
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 32,200.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 53
Perbedaan Metode Gross & Grossup
No Uraian Akuntansi (Rp000) Pajak (Rp000) Koreksi (Rp000)
II. Perhitungan PPh 21 menurut UU PPh baru (lanjutan)
B2. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
1Penjualan 110.000.000 100.000.000 0
2Biaya operasi
a. Biaya gaji 50.000.000 50.000.000 0
b. Biaya pegawai tunai lainnya 0 0 0
c. Biaya pegawai nontunai 20.000.000 20.000.000 0
d. Biaya tunjangan PPh [30% x (50 juta + 20 juta) / (100% - 30%)] 30.000.000 30.000.000
e. Total biaya operasi [a+b+c+e] 100.000.000 70.000.000 0
3 Penghasilan neto [1-2e] 10.000.000 10.000.000 0
4 PPh ditanggung pemberi kerja
a. PPh badan [22% x #3] 2,200.000
b. PPh 21 [30% x #2e = 30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
c. Total PPh ditanggung pemberi kerja 32,200.000
5 PPh 21 ditanggung pegawai [30% x #2e] 0
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 54
Perbandingan Jurnal Transaksi
No Uraian Debit (Rp000) Kredit (Rp000)
I. Perbandingan Jurnal Transaksi Menurut UU PPh lama
A1. Metode gross (pajak ditanggung pegawa plus imbalan tunai lainnyai)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 70 juta] 21.000.000
Kr. Bank 49.000.000
A2. Metode gross (pajak ditanggung pegawai plus imbalan nontunai lainnya)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai nontunai (sewa kendaraan) 20.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 50 juta] 15.000.000
Kr. Bank 35.000.000
Kr. Utang usaha (lessor) [aspek PPh 23 & PPN untuk transaksi lessor diabaikan] 20.000.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 55
Perbandingan Jurnal Transaksi
No Uraian Debit (Rp000) Kredit (Rp000)
I. Perbandingan Jurnal Transaksi Menurut UU PPh lama (lanjutan)
B1. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan tanpa tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000
Kr. Bank 70.000.000
Db. Biaya PPh 21 21.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 70 juta] 21.000.000
B2. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan tanpa tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai nontunai (sewa kendaraan) 20.000.000
Kr. Bank 50.000.000
Kr. Utang usaha (lessor) [aspek PPh 23 & PPN untuk transaksi lessor diabaikan] 20.000.000
Db. Biaya PPh 21 15.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 50 juta] 15.000.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 56
Perbandingan Jurnal Transaksi
No Uraian Debit (Rp000) Kredit (Rp000)
I. Perbandingan Jurnal Transaksi Menurut UU PPh lama (lanjutan)
C1. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000
Kr. Bank 70.000.000
Db. Biaya Tunjangan PPh 21 30.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
C2. Metode gross (pajak ditanggung perusahaan dengan tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai nontunai (sewa kendaraan) 20.000.000
Kr. Bank 50.000.000
Kr. Utang usaha (lessor) [aspek PPh 23 & PPN untuk transaksi lessor diabaikan] 20.000.000
Db. Biaya Tunjangan PPh 21 21.428.571
Kr. Utang PPh 21 [30% x (50 juta + 21.428.571)] 21.428.571

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 57
Perbandingan Jurnal Transaksi
No Uraian Debit (Rp000) Kredit (Rp000)
II. Perbandingan Jurnal Transaksi Menurut UU PPh Baru
A1. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 70 juta] 21.000.000
Kr. Bank 49.000.000
A2. Metode gross (pajak ditanggung pegawai)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai nontunai (sewa kendaraan) 20.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x 70 juta] 21.000.000
Kr. Bank 29.000.000
Kr. Utang usaha (lessor) [aspek PPh 23 & PPN untuk transaksi lessor diabaikan] 20.000.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 58
Perbandingan Jurnal Transaksi
No Uraian Debit (Rp000) Kredit (Rp000)
II. Perbandingan Jurnal Transaksi Menurut UU PPh Baru (lanjutan)
B1. Metode gross (pajak ditanggung pegawai tanpa tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai tunai lainnya 20.000.000
Db. Biaya PPh 21 30.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
Kr. Bank 70.000.000
B2. Metode grossup (pajak ditanggung pegawai dengan tunjangan PPh)
Db. Biaya gaji 50.000.000
Db. Biaya pegawai nontunai (sewa kendaraan) 20.000.000
Db. Biaya Tunjangan PPh 21 30.000.000
Kr. Utang PPh 21 [30% x (70 juta + 30 juta)] 30.000.000
Kr. Bank 50.000.000
Kr. Utang usaha (lessor) [aspek PPh 23 & PPN untuk transaksi lessor diabaikan] 20.000.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 59
60

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Membedah PP
55/2022
Sebagai Peraturan
Pelaksana UU PPh
Baru: Jilid 2
Free Webinar | 18 Januari 2023 | Pratama-
Kreston Tax Research Institute | Dr.
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Agenda Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6. Pembahasan Imbalan Natura & ”Pajak Natura”:
Ambiguitas dan Kompleksitas Pengaturan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 62
Pembahasan Imbalan Natura & ”Pajak Natura”:
Ambiguitas & Kompleksitas Pengaturan
Agenda 6

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 63
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
28 Romas 09:27 AM #Ijinbertanya Pak: Bagaimana jika ada fasilitas lapangan golf yang statusnya milik negara yang harus di rawat
Nasrun perusahaan dengan cara merawat rumput dan di gunakan agar kondisi tanah tetap solid, jika fasilitas golf akan
dikenakan PPh Natura maka lapangan akan menjadi semak belukar dan perusahan akan di anggap tidak
merawat asset negara, dalam hal ini bisakah di kecualikan dari natura?
29 Dewi 09:28 AM Pagi Pak Pri.. terkait natura berupa kendaraan yang dibawa oleh karyawan
utk jurnal akuntansinya sndiri bgmn ya pak ?
30 Lita 09:28 AM Pagi Pak Prie dan team, ijin bertanya, jika kita tidak masukan sewa apartment expatriate sebagai komponen
Helmida perhitungan PPh 21 di tahun 2022, apakah biaya sewa apartment itu menjadi undeductible di CIT dan
sebaliknya, jika sudah dibayar PPh 21-nya, maka menjadi deductible expense di Corporate Income Tax? Apa
ada resiko pajak jika tidak masukan natura di perhitungan PPh 21 tahun 2022? Terimakasih ,,
34 Herry 09:31 AM Pak, apakah sekarang tidak bisa PPH 21 ditanggung perusahaan (dijadikan biaya dan dikoreksi fiscal) ?
Imam Haruskah perhitungan PPH 21-nya di-gross up (dijadikan tunjangan PPH 21) ?
Santoso

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 64
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
35 Nurul Fitri_PT 09:32 AM Selamat Pagi Pak Pri, untuk kasus diperusahaan kami ada beberapa transaksi untuk karyawan sbb :
Ihara 1. untuk level manager keatas mendapatkan fasilitas mobil yang dibeli COP(car ownership program)
Manufacturing dimana 4tahun disewa dibayar dengan pembagian 70% dibayar oleh perusahaan dan 30% dibayar
Indonesia oleh karyawan, kemudian diakhir masa periode COP mobil menjadi milik karyawan, yang dimasukkan
sebagai biaya natura yang mana? dan dianggap natura pada saat diakhir masa leasing atau perbulan
pada saat pembayaran sewa?
2. Untuk karyawan diawal tahun kami ada pemberian award berupa uang cash untuk karyawan dengan
masa kerja tertentu dan untuk karyawan yang selalu masuk kerja setahun kebelakang, apakah ini
termasuk natura?
3. Untuk karyawan yang dinas keluar kantor kami memberikan beberapa fasilitas antara lain uang makan,
uang saku,reimburse uang transport(tiket pesawat,kereta,bensin) dll, apakah ini termasuk natura
juga?Mohon pencerahannya.Terimakasih
36 tryas 09:32 AM pagi pak pri, izin bertanya.. kalau natura dibayar sendiri oleh karyawan..lalu jika karyawan sudah
chrisanty membayar, karyawan tersebut reimburse ke perusahaan..apakah atas reimburse tersebut boleh
dibebankan oleh perusahaan ?
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 65
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
38 Baby Fadilla 09:33 AM Selamat pagi Pak Pri izin bertanya, jika pada jurnal accounting terdapat keterangan lengkap berisi
"reimburse biaya transport karyawan atas Nama A untuk bertemu dengan client" apakah biaya tersebut
termasuk objek pph 21 natura atau tidak? mengingat biaya transport tersebut ditujukan untuk kegiatan
usaha.
39 Rahmad 09:35 AM Assalamualaikum, izin bertanya untuk Pajak atas Natura/Kenikmatan apakah sudah wajib diterapkan
Haryadi_TaxD atau tetap menunggu PMK? karena di PP lebih fokus ke sisi formal, belum dijelaskan substansi spesifik.
Terima kasih.
40 Yan Prima 09:35 AM Izin tanya pak Tri,
1. Apakah meals yang diterima pada saat perjalanan dinas merupakan objek PPh 21 (terdapat report
perjalanan dinas serta bukti pengeluaran biaya makan dan biaya lain sepanjang perjalanan Dinas).
2. Apakah efek dari PP 55 ini utk membebankan biaya meals diatas harus taxable terlebih dahulu bru
bisa diakui sebagai deductible expense. mengingat meals ini terkait 3M dan bisa dikatagorikan
bukan sebagai natura/ BIK
mohon jawabannya, terima kasih.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 66
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
42 DJOKO 09:37 AM selamat pagi Pak izin bertanya sbb
SANTOSA 1. mhn tabel rinci bila ada natura yg dulu tidak kena pph , sekarang dgn pp 55 dikenakan pph
2. contoh perhit. pph pasal 21 yg berkaitan dgn natura yg kena pph 21 dan berlaku mulai kapankah ? thn
2022 àtau pertengahan thn 2023, trm kasiih
bgaimana juga dengan penyusutan apa ada perubahan aturan ? trm kasih
43 elindia 09:38 AM selamat siang pak izin bertanya, dalam PP 55 ada pasal tentang penilaian natura, penilaian yg di maksud
bgmn pak? apakah perlu appraisal terkait naturan rumah dinas, atau hanya penilaian internal perusahaan
saja cukup? terima kasih atas jawaban nya pak
46 Endrou 09:40 AM Selamat pagi pak pri, ijin bertanya. Apabila ada tenaga ahli dari luar negeri dan penghasilan teratur setiap
Utomo bulannya. namun selama bekerja di Indonesia terdapat biaya makan meeting, reimbursment, biaya
hotel/mess, operasional mobil/taxi, dan termasuk BBM, parkir dan pulsa. apakah bagi perusahaan biaya
tersebut termasuk natura sesuai pp sekarang ini? mohon pencerahan untuk natura ini berupa material atau
non material?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 67
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
45 Indriyanti 09:40 AM Selamat Pagi Pak Pri, izin bertanya. Perusahaan kami bergerak di bidang Konsultan Konstruksi yang
kebetulan memiliki rencana projek di Taiwan yang mengirimkan beberapa Engineer untuk melakukan
pekerjaan Jasa konstruksi di Taiwan. Jika Setiap bulan rutin masing-masing engineer menerima perdiem
dari PT kami yang akan dipergunakan engineer untuk pengeluaran seperti biaya transport dan biaya2 di
taiwan, tetapi atas perdiem tersebut akan diganti/direimburs oleh CLIENT taiwan sama besarnya dengan
porsi perdiem rutin yang dikeluarkan PTkami Jadi Pak, apakah perdiem tersebut masuk kedalam natura
yang harus dikenakan pph? bagaimana perhitungannya? serta, untuk gaji engineer di Taiwan dibayarkan
dalam USD dari Clien Taiwan dan dibayarkan ke rekening PT kam, Tidak langsung ke rekening Engineer.
Tetapi PT akan membayarkan gaji engineer dalam IDR. Bagaimana perlakuan pajaknya? apa diperlakukan
seperti gaji kayawan biasa atas penghasilan dalam negeri? atau tidak?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 68
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
47 Khalid 09:41 AM #ijin bertanya pak pri..
1. apakah kendaraan yang disewakan dari pihak ke-3 khusus untuk marketing/sales yang hanya
menggunakan kendaraan tsb merupakan natura terutang PPh bagi penerimanya?
2. jika perusahaan menyewakan laptop dari pihak ke-3 khusus untuk pegawai termasuk natura terutang
PPh?
3. jika perusahaan memberikan fasilitas laptop (inventaris kantor) yang digunakan untuk karyawan apakah
termasuk natura yang terutang PPh bagi penggunanya?
4. jika karyawan melakukan perjalanan dinas, apakah fasilitas berupa pesawat, hotel, dan pengeluaran
operasional pribadi yang diterimanya merupakan objek PPh?
5. jika perusahaan menyediakan P3K / obat2an, apakah obat2 yang digunakan karyawan termasuk
penghasilan juga bagi penerimanya?
6. apabila perusahaan ada meeting internal dan disediakan snack/makan malam, apakah peserta meeting
yang mendapatkan natura ini termasuk objek PPh?
terima kasih pak pri
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 69
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
48 Reza 09:42 AM mohon izin bertanya, apakah natura yg dilakukan pemotongan PPh 21 dapat diperlakukan sebagai Deductible
Expense? misalnya biaya sekolah anak direksi yang sblmnya dikoreksi PPh Badan, maka jika dipotong PPh
21 dapat menjadi DE meskipun pembayarannya dibayarkan langsung ke sekolah?
49 Eka 09:42 AM Pak Pri , ijin bertanya...jika voucher belanja apakah termasuk natura? mengingat seperti uang tpi bukan
barang juga...terimakasih
50 Tony 09:43 Selamat siang Pak Prie, ijin bertanya apakah rebust (penggantian) makan siang dinas luar digolongkan
Haryanto AM sebagai natura ya?
51 Raviando 09:43 Selamat Pagi Pak Pri, Izin bertanya ; Apabila seorang Expatriat mendapatkan mobil dinas, akan tetapi saat
va- XI IPS AM jam kerja normal mobil tersebut di gunakan juga untuk operasional divisi lain. kemudian saat pulang mobil
1 tersebut di bawa kembali oleh si Expatriate dan bermukim di rumah ybs. tambahan informasi Mobil Dinas
tersebut berikut Driver nya. Pertanyaannya apakah Cost atas sewa mobil Dinas dan Gaji Driver tersebut
tetap di masuk kan sebagai element Natura Expatriat tersebut?
52 Katarina_ 09:44 Mohon bertanya pak pPri, karyawan diberikan fasilitas kerja berupa laptop, kemudian setelah 3 tahun laptop
AWS AM tersebut menjadi milik karyawan, bgmn aspek perpajakannya. terima kasih

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 70
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
54 Tony Haryanto 09:45 AM perushaan yg meyediakan makan karyawan dengan cara masak sendiri dikantin perusahaan apakah
digolongkan sebagai penghasilan natura kaeyawan
55 002832 - 09:45 AM Pagi Pak Pri, ijin bertanya, kalau training mendaftar atas nama perusahaan yg pelaksanaannya scr
M.A.M Janny online yg diikuti beberapa staff, perlakukannya bgm ? terima kasih
Prabowo
56 tan erlina 09:45 AM kalau ada beli untuk parcel lebaran buat castomer apa juga natural atau entertainment pak
58 Suyanto 09:47 Selamat Siang Pak, Izin Bertanya, apabila perusahaan menyediakan tempat tinggal untuk seluruh
AM karyawan, dan di sediakan barang barang kebutuhan untuk sehari hari seperti sayuran untuk memasak,
apakah tempat tinggal dan barang kebutuhan seperti sayur sayuran untuk memasak di hitung sebagai
natura yang diberikan kepada seluruh karyawan ?
61 A. 09:52 selamat pagi pak pri, izin bertanya mengenai perlakuan apartment untuk expantriate apakah termasuk
AM natura? lalu penggantian biaya RS, pengantian biaya relokasi karyawan baru ke tempat perush berada
yang mana dibayarkan ke kary langsung apakah ini jg termasuk natura dan kita koreksi fiskal?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 71
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
63 Raviandova 09:55 AM Izin bertanya kembali Pak Pri, Apabila company yang usaha Konstruksi yg di kenakan PPh Final, apakah
- XI IPS 1 berdasarkan PP 55/2022 semua Natura kepada karyawannya menjadi Non deductible cost?
64 Unwanul 09:55 AM Izin Tanya Pak Pri.. Terkait dengan pemberian makanan dan minuman oleh pemberi kerja kepada semua
Hubby pegawai. apakah pegawai di sini hanya cakupannya pegawai tetap atau pegawai tidak tetap juga
termasuk karena kadang perusahaan juga sering kasih makan ke pegawai tidak tetap
65 DEASY 09:55 AM Assalamu'alaikum wr w Pak, ijin bertanya
jika aturan di perusahaan adalah setiap TKA yang bekerja diberikan mess, dan mess itu adalah
bangunan di pabrik namun ada beberapa TKA yang dikontrakkan mess di luar krna mess di pabrik tidak
cukup, maka bagaimanakan pemotongan pph 21 nya?
- bagaimanakah pph 21 atas mess di pabrik yg perusahaan tidak ada pembayaran sewa (krna
bangunan milik perusahaan sendri?
- bagaimanakah pph 21 atas mess yang dibayarkan perusahaan (1 mess adalah kontrakan rumah
dipakai untuk 2-3 orang TKA)
aturan pph 21 atas natura ini berlaku mulai kapan pak? apakah tahun 2022 kemarin untuk bukti potong
nya natura tersebut harus dimasukkan? karena tahun 2022 prshn belum potong pph 21 atas natura sewa
tersebut
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 72
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
66 Armin 09:56 AM Pa Pri, apakah beban yang tidak termasuk 3M (misal membership sport club) jika sudah dimasukkan sbg
pph psl 21, apakah otomatis menjadi deductable di pajak badan ?
67 FC - 09:56 AM Ijin bertanya Pak Pri :
Trimono 1. Bagaimana perlakuan untuk konsumsi meeting?
2. Bagaimana perlakuan untuk pemberian fasilitas kerja seperti Laptop dan handphone ?
Terima kasih
68 Thomas 09:57 AM Izin bertanya Pak Pri, perusahaan tempat kami berkarya tidak masuk kriteria remote area. Bidang usaha
perkebunan, untuk fasilitas tempat tinggal yang disediakan di area kebun, apakah masuk Non-Objek
PPh? Terima kasih
69 wiztavani 09:58 AM Pak Pri izin bertanya, untuk voucher makan bagi karyawan bagian marketing/sales, driver yang bertugas
diluar kantor, jika kupon digantikan dengan uang tunai sebesar nilai catering per sekali makan apakah
tetap dipotong Pph 21?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 73
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
70 Dewi 09:58 AM Assalamualaikum pak Pri.
Octavia 1. Apakah uang makan dan transport ( claim tergantung pemakaian dan ada receipt, misal gocar dll) yang
diberikan ketika karyawan tugas luar juga termasuk objek pajak pph 21
2. Untuk sarana mobil yang diberikan oleh company (rental), yang sudah di potong pph 23 , harus
dikenakan pph 21 lagi
71 Lenniwati J 09:58 AM Pak Pri, untuk biaya Swab Covid, karena setiap mau ke luar kota, waktu itu kan wajib dilakukan test
Swab, sbg persyaratan dalam perjalanan dinas perusahaan , apakah deductible ? Bisa dibiayakan ?
teirmakasih
72 Tedy 09:59 AM Ijin Bertanya Pak Pri...untuk penggantian kacamata apakah masuk ke "Peralatan untuk keselamatan
Sismanto Kerja"?
73 Wanty 10:00 AM selamat siang pak pri
perusahaan punya karyawan WNA,biaya perpanjangan visa, pasport
kemudian biaya outbond karyawan, biaya rapid test ke seluruh karyawan apa ini masuk objek pph 21?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 74
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
73 Veronika Dewi 10:02 AM Pak Pri, jika penghasilan berupa benefit in kind maka berapa nilai yang dilaporkan sebagai penghasilan
V Laiyan ?
75 Dianita 10:03 AM ijin bertaya pak pri, kalau ada pemberian fasilitas kos kosan dari kantor dimana perusahaan langsung
membayar ke pemilik kosan untuk salah satu karyawan,apakah termasuk objek pph 21? terima kasih.
sehat selalu team pratama indomitra
76 Winoto 10:04 AM Jika pemberian makanan untuk seluruh karyawan di lokasi kerja ( hutan) dan tidak masuk daerah
tertentu. Pertanyaannya apakah biaya tersebut bisa dibebankankan ? Sedangkan pegawai kantor pusat
tidak dapat fasilitas pemberian makanan.
77 Andrew 10:04 AM #izin bertanya. Selamat pagi Pak Pri.
Yogianto Mengapa peraturan pajak penghasilan itu sering menimbulkan ambiguitas pada masyarakat?
Terima kasih.
79 DJOKO 10:09 AM mhn bertanya lagi Pak, apa beda perlakuan aturan pph menurut PP 55 kalau fasilitas berupa mobil
SANTOSA minibus dengan sedan utk level pimpinan di perusahaan dlm penyusutan dan biaya pemeliharaaan yg
boleh dibebankan di perusahaan? dan apakah natura tsb juga diakui penghasilan tanpa pembedaan
jenis kendaraan ? trm kasiih
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 75
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
80 Katarina_AW 10:10 AM izin bertanya pak, fasilitas kendaraan pegawai tertentu misalnya direksi dan pemberian fasilitas berupa
S kartu kredit apakah natura yg merupakan objek pajak? terima kasih
81 Arif 10:11 AM Izin bertanya Pak Pri, Fasilitas kendaraan dan rumah dinas bagi pegawai tertentu apakah objek Pajak
Kurniawan pak? kemudian perhitungannya bagaimana Pak Pri? terimakasih pak
82 Rialita Lubis 10:11 AM pajak natura atas makan diluar kantor dan mobil dinas dari kantor apa kena objek pajak natura ?
83 Tri Yany 10:12 AM Izin bertanya Pak, apabila karyawan diberikan fasilitas klaim atas perjalanan ke site/cabang dan reimbust
pengobatan apakah juga kena Pajak natura atau tidak
84 Tony 10:12 AM Pak Pri, kalo perusahaan th 2022 tidak pot pemberian natura kepada direktur atau manager berupa
fasilitas sewa mobil dan kary ybs tdk melaporkan di spt OP bagaimana ya Pak..? siapa yang dikejar pajak
..? sedang PP 55 nerlaku mulai jan 2023
85 Septi 10:14 AM ijin bertanya pak.. jika perusahaan mengadakan program kesejahteraan pensiun melalui yayasan di mana
iuran dikumpulkan dr pegawai aktif (iuran tersebut tetap diperhitungkan sebagai objek PPh 21 Pekerja
aktif). Iuran tersebut lalu disetorkan ke yayasan untuk dikelola dan digunakan untuk memberikan fasilitas
kesehatan bagi pensiunan.. apakah ada kewajiban pemotongan PPh 21 atas pemberian fasilitas
kesehatan bagi pensiunan tersebut?
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 76
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
86 Yudi 10:16 AM #Bertanya, Pak Pri mau izin bertanya. Seperti yang dijelaskan bahwa untuk tahun 2022 perusahaan tidak
Setiawan berkewajiban untuk melakukan perhitungan PPh atas Natura, dan harus dilaporkan di SPT Pribadi
Perseorangan. Dikasus perusahaan kami, untuk kurang bayar tersebut akan kekurangan bayar akan
dibayar oleh HQ untk para expatriate. Seperti yang kita ketahui bahwa tahun 2023 perusahaan harus
melakukan perhitungan setiap bulannya, dan expatriate kami menanyakan boleh tidak untuk natura ini
baru dihitung Kembali pada saat pelaporan SPT Pribadi sehingga tidak menjadi beban buat perusahaan
tapi akan dibayarkan oleh HQ ? Apakah ini akan kena penalty karena tidak dihitung tiap bulan.? Terima
kasih sebelumnya.
87 Dewi Utari 10:16 AM Ijin bertanya, Pak. perusahaan akan melakukan pembayaran reimburse medical dari karyawan melalui
rekening karyawan saat pembayaran gaji. sebelumnya kami menerima cash untuk reimburse medical tsb
dan tdk dipotong wht 21. terkait pp55 ini, menurut perusahaan maka akan dilakukan pemotongan wht 21,
menjadi satu dengan perhitungan gaji. apakah demikian ?
88 agus.triawan 10:18 AM ijin bertanya, jika telat pemotongan atas natura, tahun pajak 2022, bagaimana dengan sanksi pajaknya ( di
pemberi kerja atau di penerima )?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 77
Rangkuman Pertanyaan ttg “Natura”
No. Penanya Pukul Pertanyaan
89 Novina 10:20 AM pak pri ijin bertanya, jika reimburse kesehatan dan perjalanan dinas atau akomodasi apa termasuk
Galingging kedalam pemotongan pph 21 dan jika tidak dipotong apakah bisa dijadikan biaya dalam perhitungan pph
badan. dan mohon infonya apakah materi beserta perhitungannya dapat dibagikan 🙏
90 MULYENI 10:20 AM Selamat siang pak pri ,,,
1. jika ada transaksi pergantian kacamata , gigi , dan seragam karyawan, gathering kantor apakah
termasuk natura
2. jika termasuk natura, apakah mulai di perhitungkan th 2022 karena th 2022 sudah di lakukan
pembayaran PPh 21 nya
92 Mujiyono 10:25 AM Ijin bertanya, bagaimana cara menghitung atau memotong pajak natura apabila karyawan dalam
perjalanan ke lapangan secara rombongan dapat fasilitas makan, minuman dan trasport serta
penginapan (pph21 menurut UU PPh baru)
93 Mawar 10:26 AM Pagi Pak Pri, semoga sehat selalu, mau bertanya kalau pemberi kerja melakukan pemotongan pph 21
Mawar atas natura/kenikmatan di tahun 2022, apakah boleh di bulan Dec 2022 saja atau mau revisi bayar dan
lapor dari Jan-Dec 2022 ?. Kalau premi Asuransi kesehatan swasta yang dibayar pemberi kerja dan
reimbursement kesehatan rawat jalan sesuai tagihan apakah perlu jadi natura dan nambah penghasilan
karyawan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute? makasih
| Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 78
“Ubi societas ibi ius”
-
“Di mana ada masyarakat,
Di situ ada hukum”
(Marcus Tulius Cicero, 106-143 SM)

79
Fenomena Kompleksitas Aturan Pajak
• Fenomena pertanyaan peserta Free Webinar Pratama-Kreston
yang begitu beragam dan banyak jumlahnya menggambarkan
kompleksitas peraturan pajak dan ambiguitas dari pengaturan
“pajak natura.
• Hal demikian sejalan dengan apa yang digambarkan oleh Skidmore
dkk (The Long Game: How Regulators and Companies Can Both
Win, 2003) di bawah ini.
• Skidmore dkk (2003) menyatakan sbb.:
• Ciri khas regulasi modern adalah kompleksitas karena
peraturan yang dibuat harus mengakomodasi berbagai tujuan
yang ditetapkan dan beragam perspektif.
• Bahwa memperlakukan sistem yang kompleks seperti mesin
akan menghasilkan konsekuensi serius yang tidak diinginkan
(unintended consequences)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 80
Fenomena Kompleksitas Aturan Pajak
• Pengenalan aturan baru dan seringnya kegagalan
‘amandemen peraturan sebagai upaya untuk menutup
celah (loopholes) atau memperbaiki unintended
consequences sudah umum di banyak sektor.
• Setiap peraturan baru dan revisiannya tersebut
menambah kompleksitas yang dihadapi oleh para pihak
yang diatur (regulatees) sehingga mereka menambah
anggota tim untuk tetap menjaga kepatuhan mereka
terhadap aturan.
• Pada akhirnya, “As rules become more and more detailed,
the potential increases both for ‘honest perplexity’ – Honest
simply not understanding them– and ‘creative Perplexity Creative
compliance’ –deliberately adopting a formalistic Compliance
interpretation of the rule, to comply with its letter but not its
spirit in order to gain some slight competitive advantage.”

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 81
Fenomena Kompleksitas Aturan Pajak
• Fenomena kompleksitas aturan pajak yang ada saat ini juga didukung
oleh hasil survei Hoppe dkk (The Tax Complexity Index – A Survey-Based
Country Measure of Tax Code and Framework Complexity, 2021) yang
merilis artikel riset mereka dengan memperkenalkan Tax Complexity
Index (TCI)
• Hoppe dkk (2021 menganggap bahwa perkembangan yang dihadapi
MNC dibentuk oleh, antara lain, berbagai tren di dalam sistem perpajakan
global yang masing-masing memiliki potensi efek ambivalen terkait
dengan kompleksitas pajak.
• Dengan kata lain, satu masalah tentang kompleksitas pajak memiliki
potensi dampak yang saling bertentangan. Potensi ambevalensi tersebut
berkaitan dengan tiga hal berikut::
1. Closing loopholes;
2. Global tax competition;
3. Digitalization

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 82
Fenomena
Kompleksitas
Aturan Pajak

Sumber
https://www.slideshare.net/Danielkatz/measuring-
the-complexity-of-the-law-the-united-states-code-
slides-by-daniel-martin-katz-michael-j-bommarito-ii
Kebutuhan Penafsiran Hukum Pajak
• Dikutip dari laman http://pkbh.uad.ac.id/penemuan- • Aturan hukum sebagai hasil karya menusia memiliki
hukum-oleh-hakim/ (18 Jan 2023), kehidupan kemampuan yang sangat terbatas.
bermasyarakat memerlukan suatu sistem hukum • Setiap peraturan hukum itu bersifat abstrak dan
agar tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis pasif.
dan teratur.
• “abstrak” karena sangat umum sifatnya, dan
• Pada kenyataannya, hukum atau peraturan • “pasif” karena tidak akan menimbulkan akibat
perundang-undangan yang disusun tidak dapat hukum apabila tidak terjadi peristiwa konkrit.
mencakup seluruh perkara yang timbul di tengah
masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum • Peristiwa hukum yang abstrak memerlukan
untuk menyelesaikan perkara tersebut. rangsangan agar dapat aktif, agar dapat diterapkan
kepada peristiwanya.
• Kalaupun aturan hukum itu jelas, tidak mungkin
isinya lengkap dan tuntas, tidak mungkin aturan • Interpretasi (penafsiran) menjadi salah satu metode
hukum tersebut mengatur segala kehidupan manusia penemuan hukum yang memberi penjelasan
secara lengkap dan tuntas karena kegiatan menusia mengenai teks aturan hukum agar ruang lingkup
sangat banyak dan beragam. kaidah tersebut diterapkan pada peristiwanya.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 84
Kebutuhan Penafsiran Hukum Pajak

Sumber:
https://lawhelpbd.com/inte
rnational-law/basic-rules-
of-interpretation/

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 85
Kebutuhan Penafsiran Hukum Pajak
• Secara sederhana, ketika memandang suatu objek, 3. Metode teleologis (sosiologis),
kita dapat melihatnya dari banyak perspektif. Hal 4. Metode sistematis (logis),
yang sama terjadi pada suatu objek berupa aturan 5. Metode historis (subjektif),
hukum dan peristiwa hukum.
6. Metode komparatif,
• Seperti dikutip dari laman 7. Metode futuristis (antisipatif),
https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?optio
n=com_content&view=article&id=231:penafsiran- 8. Metode restriktif, dan
undang-undang-dari-perspektif-penyelenggara- 9. Metode ekstensif.
pemerintahan&catid=100&Itemid=180&lang=en (18 • Beragam metode interpretasi di atas secara
Jan 2023), di dalam ilmu hukum, dikenal beragam sederhana dapat dikelompokkan menjadi dua
metode interpretasi atau penafsiran: pendekatan, yaitu
1. Metode gramatikal, 1. the textualist approach (focus on text) dan
2. Metode otentik, 2. the purposive approach (focus on purpose).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 86
Kebutuhan Penafsiran Hukum Pajak

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 87
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 4 (1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
UU PPh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya termasuk natura
dan/atau kenikmatan, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini;
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a:
Semua pembayaran atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan, seperti upah, gaji, premi asuransi jiwa, dan asuransi
kesehatan yang dibayar oleh pemberi kerja, atau imbalan dalam bentuk lainnya adalah objek pajak. Pengertian imbalan
dalam bentuk lainnya termasuk imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang pada hakikatnya merupakan
penghasilan.
Selain itu termasuk dalam pengertian penghasilan meliputi gratifikasi yang merupakan pemberian yang wajar karena
layanan dan manfaat yang diterima oleh pemberi gratifikasi sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau pemberian
jasa.
Yang dimaksud dengan "imbalan dalam bentuk natura" adalah imbalan dalam bentuk barang selain uang, sedangkan
"imbalan dalam
Free Webinar | Pratama-Kreston bentuk Institute
Tax Research kenikmatan" adalah
| Dr. Prianto Budi imbalan dalam
Saptono, Ak., bentuk hak atas pemanfaatan suatu fasilitas dan/atau pelayanan.88
CA, MBA.
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 4 (3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah
UU PPh d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan, meliputi:
1. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh pegawai;
2. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
3. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
4. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; atau
5. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
Penjelasan Pasal 4 ayat (3) huruf d:
Daerah tertentu merupakan daerah yang memenuhi kriteria antara lain daerah terpencil, yaitu daerah yang secara ekonomis
mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit
dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang
tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa
pengembalian yang relatif panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih dari 50 (lima puluh)
meter yang dasar
Free Webinar | Pratama-Kreston lautnya
Tax Research memiliki
Institute cadangan
| Dr. Prianto mineral.
Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 89
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal 6 (1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
UU PPh penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
n. biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
Penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf n:
Ayat (1)
Beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya
yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang
bersangkutan, misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, dan biaya rutin pengolahan limbah, sedangkan pengeluaran
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
amortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih
kurs, kerugian tersebut dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Huruf n
Cukup jelas

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 90
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal Ketentuan lebih lanjut mengenai:
32C d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura
dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d;
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
Penjelasan Pasal 32C:
Cukup jelas

Pasal (1) Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan objek Pajak Penghasilan sebagaimana
23 PP dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.
55/2022 (2) Biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan berkenaan dengan pekerjaan
atau jasa dapat dikurangkan dari penghasilan bruto untuk menentukan penghasilan kena pajak oleh pemberi kerja atau
pemberi imbalan atau penggantian dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan sepanjang merupakan biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 91
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal Penjelasan:
23 PP Ayat (1)
55/2022 Yang dimaksud dengan “imbalan dalam bentuk natura” adalah imbalan dalam bentuk barang selain uang. Termasuk dalam
pengertian uang antara lain cek, saldo tabungan, uang elektronik, atau saldo dompet digital. Natura dialihkan dari pemberi
kepada penerima sebagai bentuk dari penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa.
Yang dimaksud dengan “imbalan dalam bentuk kenikmatan” adalah imbalan dalam bentuk hak atas pemanfaatan suatu
fasilitas dan/atau pelayanan. Fasilitas dan/atau pelayanan yang diberikan pemberi kepada penerima dapat bersumber dari
aktiva pemberi atau aktiva pihak ketiga yang disewa dan/atau dibiayai pemberi.
Ayat (2)
Cukup jelas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 92
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal Dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan atas penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
24 PP diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) meliputi:
55/2022 a. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai;
b. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
c. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
d. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan
dan belanja daerah, dan/atau anggaran pendapatan dan belanja desa; atau
e. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
Penjelasan Pasal 24:
Cukup jelas
Pasal 1 14. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja berdasarkan perjanjian, kontrak, atau kesepakatan kerja,
PP baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan
55/2022 memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang
ditetapkan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam sektor pemerintahan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 93
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal Dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan atas penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
24 PP diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) meliputi:
55/2022 a. makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai;
b. natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu;
c. natura dan/atau kenikmatan yang harus disediakan oleh pemberi kerja dalam pelaksanaan pekerjaan;
d. natura dan/atau kenikmatan yang bersumber atau dibiayai anggaran pendapatan dan belanja negara, anggaran pendapatan
dan belanja daerah, dan/atau anggaran pendapatan dan belanja desa; atau
e. natura dan/atau kenikmatan dengan jenis dan/atau batasan tertentu
Pasal Makanan, bahan makanan, bahan minuman, dan/atau minuman bagi seluruh Pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
25 PP huruf a meliputi:
55/2022 a. makanan dan/atau minuman yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja;
b. kupon makanan dan/atau minuman bagi Pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian
makanan dan/atau minuman sebagaimana dimaksud dalam huruf a, meliputi Pegawai bagian pemasaran, bagian
transportasi, dan dinas luar lainnya; dan/atau
c. bahan makanan dan/atau bahan minuman bagi seluruh Pegawai dengan batasan nilai tertentu
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 94
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal (1) Natura dan/atau kenikmatan yang disediakan di daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliputi
26 PP sarana, prasarana, dan/atau fasilitas di lokasi kerja untuk Pegawai dan keluarganya berupa:
55/2022 a. tempat tinggal, termasuk perumahan;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan;
d. peribadatan;
e. pengangkutan; dan/atau
f. olahraga tidak termasuk golf, balap perahu bermotor, pacuan kuda, terbang layang, atau olahraga oto-motif,
sepanjang lokasi usaha pemberi kerja mendapatkan penetapan daerah tertentu dari Direktur Jenderal Pa-jak.
(2) Sarana, prasarana, dan fasilitas di lokasi kerja untuk Pegawai dan keluarganya berupa pengangkutan se-bagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi pengangkutan untuk Pegawai dan keluarga dalam melaksanakan penugasan.
(3) Daerah tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b meliputi daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi
yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh
transportasi umum, baik melalui darat, laut, maupun udara, sehingga un-tuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia
menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal me-nanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian
yang relatif panjang,
Free Webinar | Pratama-Kreston termasuk
Tax Research Institute |daerah perairan
Dr. Prianto laut Ak.,
Budi Saptono, yangCA,mempunyai
MBA. kedalaman lebih dari 50 (lima puluh) meter yang dasar95
lautnya memiliki cadangan mineral, termasuk daerah terpencil
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan
29 PP pekerjaan atau jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) dinilai dengan ketentuan sebagai berikut:
55/2022 a. untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk natura, yaitu berdasarkan nilai pasar; dan/atau
b. untuk penggantian atau imbalan dalam bentuk kenikmatan, yaitu berdasarkan jumlah biaya yang dikeluarkan atau
seharusnya dikeluarkan pemberi.
Pasal Pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan wajib melakukan pemotongan
30 PP Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
55/2022
Pasal (1) Ketentuan mengenai perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
73 PP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 29 berlaku sebagai berikut:
55/2022 a. bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang
menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022 dimulai sebelum tanggal 1 Januari 2022, mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2022; dan
b. bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang
menyelenggarakan pembukuan tahun buku 2022 dimulai tanggal 1 Januari 2022 atau setelahnya, mulai berlaku pada
saat tahun
Free Webinar | Pratama-Kreston buku 2022
Tax Research dimaksud
Institute dimulai.
| Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 96
Ilustrasi Kompleksitas Aturan Pajak Natura
Pasal Isi Pasal
Pasal (2) Ketentuan mengenai pemotongan Pajak Penghasilan bagi pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan dalam
73 PP bentuk natura dan/atau kenikmatan dan pelaporan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan bagi penerima
55/2022 penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan berlaku sebagai berikut:
a. kewajiban melakukan pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 bagi pemberi kerja atau
pemberi penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan mulai berlaku untuk penghasilan yang
diterima atau diperoleh sejak tanggal 1 Januari 2023; dan
b. atas penghasilan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang diterima atau diperoleh sejak:
1. tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan tanggal 31 Desember 2022, dari pemberi kerja atau pemberi penggantian
atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a; atau
2. awal tahun buku 2022 sampai dengan tanggal 31 Desember 2022, dari pemberi kerja atau pemberi penggantian
atau imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
yang belum dilakukan pemotongan Pajak Penghasilan oleh pemberi kerja atau pemberi penggantian atau imbalan
sebagaimana dimaksud dalam huruf a, atas Pajak Penghasilan yang terutang wajib dihitung dan dibayar sendiri serta
dilaporkan oleh penerima dalam Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2022.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 97
98

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Membedah PP
55/2022
Sebagai Peraturan
Pelaksana UU PPh
Baru: Jilid 3
Free Webinar | 25 Januari 2023 | Pratama-
Kreston Tax Research Institute | Dr.
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Agenda Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Allowable Deductions
8. Penyusutan & Amortisasi

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 100
Pembahasan Allowable Deductions
Agenda 7

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 101
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal
4. Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
a. Biaya promosi dan penjualan 18
b. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih 19
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan 20
5. Penyusutan harta berwujud dan/atau amortisasi harta 21, 22
tak berwujud

• Konsep pendasar dari Pasal 6 ayat (1) UU PPh tentang


allowable deductions yang menjadi rujukan dari Bab 4 dan Bab
5 PP 55/2022 di tabel atas adalah “matching cost against
revenue” atau “matching principle”.
• Konsep di atas dilandasi oleh paradigma akuntansi di era
industrial yang masih mengusung HCA (Historical Cost
Accounting) sesuai awal penyusunan UU PPh di tahun 1983

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 102
Rujukan Allowable Deductions
Pasal Isi Pasal
Pasal 6 (1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan
UU PPh penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
7. biaya promosi dan penjualan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dan Pasal 11A;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani
piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur
dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Researchdimaksud
Institute | Dr.dalam
Prianto Pasal 4 ayatAk.,
Budi Saptono, (1)CA,
huruf
MBA.k; 103
Rujukan Allowable Deductions
Pasal Isi Pasal
Pasal 6 Penjelasan:
UU PPh Ayat (1)
Beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2 (dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang
mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, dan biaya rutin pengolahan limbah, sedangkan pengeluaran yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Di samping
itu, apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian karena penjualan harta atau karena selisih kurs, kerugian tersebut
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
...
Huruf a
Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya
yang pada hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 104
Rujukan Allowable Deductions
Pasal Isi Pasal
Pasal 6 Ayat (1) [lanjutan...]
UU PPh Huruf b
Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau amortisasi.
Selanjutnya lihat ketentuan Pasal 9 ayat (2), Pasal 1 1, dan Pasal 1 1A beserta penjelasannya.
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar
sekaligus, pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
Huruf h
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya
sebagai biaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir.
Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya berarti penerbitan berskala nasional, melainkan juga penerbitan internal
asosiasi dan sejenisnya.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 105
Rujukan Allowable Deductions
Pasal Isi Pasal
Pasal 9 (1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh
UU PPh dikurangkan:
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan
standar akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,
yang memenuhi persyaratan tertentu;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 106
Rujukan Allowable Deductions
• Pengaturan Pasal 6 UU PPh tidak terlepas dari Pasal • Tujuan pemajakan atas pendapatan usaha adalah
9 UU PPh. Keduanya berkaitan dengan pemajakan untuk memperluas basis pemajakan sesuai konsep
atas penghasilan dari usaha, seperti apa yang global taxation system.
diuraikan oleh Burns & Krever (Taxation of Income • Sistem PPh di Indonesia tidak terlepas dari
from Business and Investment, 1998). sejarahnya di tahun 1980-1983 yang
• Terlepas dari desain PPh apapun, fenomena formulasinya mengadopsi sistem PPh di Amerika
umumnya adalah ada pengaturan khusus untuk Serikat.
pemajakan atas penghasilan dari usaha, yang • Menurut Burns & Krever (1998), sistem PPh di
berkaitan dengan: AS tersebut mengadopsi konsep yang
1. basis pemajakan, berkembang di Inggris dengan pendekatan
2. waktu pengakuan pendapatan dan “taxable business income” berdasarkan “the
3. pengurangan, dan profit-and-loss method”, yaitu: “taxable receipts
4. pemungutan pajak. and allowable deductions”

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 107
Rujukan Allowable Deductions
• Unsur yang paling penting dari empat faktor di atas di era industrial saat Revolusi Industri 1.0
adalah pengaturan timing of recognition, yang memunculkan banyak industri manufaktur
meliputi: yang berbasis mesin pabrik sehingga
1. Cash basis (saat penghasilan diterima atau dibutuhkan keandalan (reliability) dan
biaya dibayar); dan kepastian (certainty);
2. Accrual basis (saat penghasilan diperoleh atau 2. Konsep Fair Value Accounting (FVA), sesuai
biaya diakui); dengan perkembangan pasar modal dunia
yang terintegrasi karena perkembangan
• Untuk basis akrual berdasarkan “profit-and-loss teknologi informasi & komunikasi melalui
method”, rujukan utama dari taxable business income jaringan internet sehingga muncul investor
adalah laporan laba rugi yang disusun sesuai dengan global yang tidak dapat lagi mengacu pada
dua rujukan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu: keandalan (reliability) dan kepastian (certainty)
1. Konsep Historical Cost Accounting (HCA), informasi keuangan, tapi lebih ke penyajian
sesuai dengan awal perkembangan akuntansi yang tepat (faithful representation).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 108
Rujukan Allowable Deductions
• Secara teori, semua biaya yang dikeluarkan untuk expenses.
memperoleh penghasilan usaha harus diakui untuk • Contoh di atas terlihat di frasa “biaya untuk
tujuan menentukan laba bersih, walaupun waktu mendapatkan, menagih, dan memelihara
pengakuannya berbeda-beda sesuai dengan jenis penghasilan, termasuk...” beserta rinciannya di
bebannya. Pasal 6 ayat (1) UU PPh dan rinciannya di Pasal
• Model desain pengaturan tentang allowable 9 ayat (1) UU PPh.
deductions di Indonesia mengacu pada pengaturan • Frasa “biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
pendekatan deduktif. memelihara penghasilan, termasuk...” tidak pernah
• Pengaturan dimulai dengan bahasa yang luas berubah sejak UU PPh 1994, sedangkan UU PPh
dan tidak terbatas. 1983 menggunakan frasa “biaya untuk mendapatkan,
• Pengaturan selanjutnya dilengkapi dengan menagih dan me.melihara penghasilan, meliputi...”
pengaturan yang lebih spesifik tentang jenis
deductible expenses dan jenis non-deductible

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 109
Allowable Deductions
• Sesuai dengan Pasal 71 PP 55/2022 (seperti dikutip Pasal Isi Pasal
di tabel samping), peraturan pelaksana dari UU PPh Pasal 71 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua
yang sudah ada tetap berlaku sepanjang tidak PP peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 7
bertentangan dengan ketentuan di PP 55/2022. 55/2022 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50,
1. Biaya promosi mengacu ke PerMenkeu No. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
02/PMK.03/2010. 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
2. Biaya piutang yang nyata-nyata tidak dapat dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang
ditagih mengacu ke PerMenkeu No. Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
105/PMK.03/2009 s.t.d.t.d. PerMenkeu No. 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik
207/PMK.010/2015. Indonesia Nomor 6573), dinyatakan masih tetap berlaku
3. Biaya pemupukan atau pembentukan dana sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
cadangan mengacu ke PerMenkeu No. Peraturan Pemerintah ini.
81/PMK.03/2009 s.t.d.t.d. PerMenkeu No.
219/PMK.011/2012.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 110
Biaya Promosi
Pasal Isi Pasal
Pasal (1) Besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan
18 PP penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya promosi dan
55/2022 penjualan.
(2) Biaya promosi dan penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan hal sebagai berikut:
a. untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan penjualan;
b. dikeluarkan secara wajar; dan
c. menurut adat kebiasaan pedagang yang baik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya promosi dan penjualan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 111
Biaya Promosi
• Klausul di PerMenkeu No. 02/PMK.03/2010 (“PMK besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong.
02/2010”) tentang biaya promosi yang sering menjadi (3) Daftar sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
pangkal sengketa pajak saat ini mengacu ke Pasal 6, dibuat sesuai format sebagaimana ditetapkan
sebagaimana dikutip di bawah ini, karena dalam Lampiran Peraturan Menteri Keuangan
“bertentangan” dengan Pasal 6 ayat (1) UU PPh: ini, yang merupakan bagian yang tidak
“Pasal 6 terpisahkan dari Peraturan Menteri Keuangan
(1) Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas ini.
pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana (4) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada
dimaksud dalam Pasal 2 yang dikeluarkan ayat (1) dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib
kepada pihak lain. Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh Badan.
(2) Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada (5) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud
ayat (1) paling sedikit harus memuat data pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) tidak
penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan
Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, dari penghasilan bruto” (PMK 02/2010).
besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 112
Biaya Promosi
• Sesuai kaidah “lex superiori derogat legi inferiori” dikalahkan oleh Majelis Hakim sepanjang Pemohon
yang diadopsi di Pasal 7 dan 8 UU No. 12/2011 Banding menggunakan dalil Pasal 6 ayat (1) tentang
tentang Pembentukan Peraturan Perundang- frasa “...biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
undangan, peraturan yang lebih tinggi memelihara penghasilan, termasuk ....” yang
mengesampingkan peraturan di bawahnya. Dengan mengusung konsep matching cost against revenue.
kata lain, peraturan yang lebih rendah tidak boleh • Berdasarkan pendekatan material yang diusung di
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. dalam pembuktian di sengketa Pengadilan Pajak
• Berdasarkan kaidah dan aturan di atas, seringkali sesuai Pasal 76 UU No. 14/2002, persyaratan formal
pemeriksa pajak menggunakan pendekatan legalistik sesuai Pasal 6 PMK 02/2010 tidak diperlukan
formal sesuai makna tekstual dari Pasal 6 ayat (5) sepanjang terpenuhi konsep matching principle
PMK 02/2010. sesuai Pasal 6 ayat (1) UU PPh.
• Pada saat sengketa banding di Pengadilan Pajak,
koreksi fiskal pemeriksa dengan dalil di atas

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 113
Bad Debt Expense
Pasal Isi Pasal
Pasal (1) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih yang dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena
19 PP pajak harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
55/2022 a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak;
dan
c. atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut:
1. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani
piutang negara;
2. terdapat perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan;
3. telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau
4. adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c tidak berlaku untuk piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
kepada debitur kecil dan debitur kecil lainnya.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembebanan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih sebagai biaya dalam
menghitung Tax
Free Webinar | Pratama-Kreston penghasilan kena |pajak
Research Institute sebagaimana
Dr. Prianto Budi Saptono,dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Ak., CA, MBA. 114
Bad Debt Expense
Pasal Isi Pasal
Pasal Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf c angka 3:
19 PP Angka 3
55/2022 Yang dimaksud dengan “penerbitan umum atau khusus” adalah penerbitan oleh badan hukum Indonesia melalui media
cetak atau elektronik yang meliputi pemuatan pengumuman pada penerbitan surat kabar/majalah atau media massa yang
lazim lainnya, penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan Bank-Bank Umum Nasional
(PERBANAS), penerbitan/pengumuman Otoritas Jasa Keuangan, dan penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah
terdaftar sebagai Wajib Pajak dan pihak kreditur menjadi anggotanya

• Secara akuntansi, penghapusan piutang tak tertagih menggunakan dua pendekatan, yaitu:
• Indirect method yang memunculkan jurnal debit Bad Debt Expense (BDE) dan kredit Allowance for BDE; dan
• Direct method yang memunculkan jurnal debit BDE dan kredit Account Receivable (A/R).
• Ketentuan PPh hanya mengakomodasi metode langsung sesuai doktrin realisasi yang diusung di HCA sesuai Pasal 6
ayat (1) huruf h UU PPh juncto Pasal 19 PP 55/2022.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 115
Bad Debt Expense
• Ketentuan di PerMenkeu No. 105/PMK.03/2009 bisnis dengan pihak-pihak yang memiliki
(“PMK 105/2009”) yang perlu dicermati karena hubungan istimewa dengan Wajib Pajak” (PMK
beberapa kali memunculkan sengketa pajak ada di 105/2009).
Pasal 2, sebagaimana dikutip di bawah ini • Meskipun PMK 105/2009 telah diubah dua kali
“Pasal 2 dengan PerMenkeu 57/PMK.03/2010 dan PerMenkeu
(1) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih No. 207/PMK.010/2015, ketentuan Pasal 2 di atas
yang timbul dibidang usaha bank, lembaga tidak direvisi.
pembiayaan, industri, dagang dan jasa lainnya • Dengan kata lain, piutang afiliasi tidak dapat
dapat dibebankan sebagai biaya dalam dihapusbukukan untuk tujuan pajak, tapi hanya dapat
menghitung penghasilan kena pajak. dikonversi menjadi investasi ekuitas atau debt to
(2) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih equity swap dari sisi debiturnya.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
termasuk piutang yang berasal dari transaksi

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 116
Asset Impairment & Provision
Pasal Isi Pasal
Pasal (1) Untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, pembentukan
20 PP atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
55/2022 (2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang yang dihitung berdasarkan
standar akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan;
b. cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri,
yang memenuhi persyaratan tertentu.
(3) Ketentuan mengenai pembentukan atau pemupukan dana cadangan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto yang
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 117
memenuhi persyaratan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Asset Impairment & Provision
• Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh juncto Pasal 20 PP 55/2022 tetap mengusung konsep matching cost against
revenue meskipun bertentangan dengan doktrin realisasi yang juga diusung oleh UU PPh.
• Ada tiga PSAK yang terkait dengan pengaturan di Pasal 9 ayat (1) huruf c UU PPh sesuai tabel di bawah ini
No Ketentuan PPh PSAK
1. a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, • PSAK 48 Penurunan
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak Nilai Aset
piutang yang dihitung berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku dengan batasan • PSAK 71 Instrumen
tertentu setelah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan; Keuangan
b. cadangan untuk usaha asuransi, termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
2. d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; PSAK 57 Provisi, Liabilitas
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan Kontinjensi, dan Aset
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha Kontinjensi
pengolahan limbah industri
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 118
Asset Impairment & Provision
• Konsep pendasar perlakuan akuntansi di PSAK 48 • Kedua kerangka tersebut sama-sama mengacu pada
dan PSAK 71 mengacu ke definisi aset yang diatur di teori decision-usefulness yang menggunakan
KKPK (Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan) landasan berpikir bahwa laporan keuangan harus
(IAI, 2016), sebagaimana terlihat di tabel halaman bermanfaat bagi penggunanya di dalam pengambilan
berikut. keputusan ekonomi.
• Konsep pendasar perlakuan akuntansi di PSAK 57, • Ketika definisi aset dan/atau liabilitas terpenuhi,
khususnya provisi, juga mengacu pada KKPK, meskipun nilainya tidak pasti dan memerlukan
khususnya definisi liabilitas, seperti terlihat di tabel estimasi, entitas harus mengakui suatu aset dan/atau
halaman berikut. liabilitas (initial recognition dan re-measurement after
• KKPK yang mengadopsi Conceptual Framework for initial recognition)..
Financial Reporting (IASB, 2010), yang menjadi • Sebaliknya, jika persyaratan suatu aset dan/atau
konstitusi pengembangan SAK sesuai topik-topik liabilitas tidak terpenuhi lagi, entitas harus
tertentu. menghentikan pengakuannya (derecognition)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 119
Asset Impairment & Provision
No Istilah Definisi Penjelasan di KKPK
1 Aset sumber daya ▪ Sumber daya ekonomik adalah hak yang memiliki potensi menghasilkan manfaat ekonomik.
ekonomik kini yang ▪ Ada tiga aspek dari definisi aset tersebut, yaitu:
dikendalikan oleh a) Hak;
entitas sebagai b) potensi untuk menghasilkan manfaat ekonomik; dan
akibat dari peristiwa c) pengendalian
masa lalu. ▪ Ha dapat dibentuk oleh kontrak, undang-undang atau cara serupa)
▪ Agar potensi tersebut timbul, tidak perlu dipastikan, atau bahkan mungkin, bahwa hak akan
menghasilkan manfaat ekonomik.
▪ Pengendalian menghubungkan sumber daya ekonomik dengan entitas. Entitas mengendalikan
sumber daya ekonomik jika entitas memiliki kemampuan kini untuk mengarahkan penggunaan
sumber daya ekonomik dan memperoleh manfaat ekonomik yang mungkin mengalir darinya

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 120
Asset Impairment & Provision
No Istilah Definisi Penjelasan di KKPK
2 Liabilitas kewajiban ▪ Agar liabilitas timbul, tiga kriteria harus dipenuhi:
kini entitas a) entitas memiliki kewajiban;
untuk b) kewajiban tersebut adalah untuk mengalihkan sumber daya ekonomik; dan
mengalihkan c) kewajiban tersebut adalah kewajiban kini yang timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu
sumber daya ▪ Kewajiban adalah tugas atau tanggung jawab ketika entitas tidak memiliki kemampuan praktis untuk
ekonomik menghindarinya. Kewajiban selalu terutang kepada pihak (atau pihak-pihak) lain.
sebagai ▪ Untuk memenuhi kriteria pengalihan sumber daya ekonomik, kewajiban harus memiliki potensi untuk
akibat dari mensyaratkan entitas mengalihkan sumber daya ekonomik kepada pihak (atau pihak-pihak) lain.
peristiwa ▪ Agar potensi tersebut timbul, tidak perlu dipastikan, atau bahkan mungkin, bahwa entitas akan
masa lalu disyaratkan untuk mengalihkan sumber daya ekonomik
▪ Pengalihan tersebut mungkin, misalnya, disyaratkan hanya jika peristiwa masa depan tertentu
yang tidak pasti telah terjadi.
▪ Kewajiban kini timbul sebagai akibat dari peristiwa masa lalu hanya jika:
a) entitas telah memperoleh manfaat ekonomik atau mengambil tindakan; dan
b) sebagai konsekuensinya, entitas akan atau mungkin harus mengalihkan sumber daya ekonomik
yang tidak akan dialihkan jika entitas tidak memperoleh manfaat ekonomik atau mengambil
tindakan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute tersebut
| Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 121
Asset Impairment & Provision
No Istilah Definisi di KKPK Penjelasan
3 Ekuitas hak residual atas aset entitas setelah dikurangi seluruh liabilitas --
4 Penghasilan peningkatan aset, atau penurunan liabilitas, yang menghasilkan peningkatan ekuitas, selain yang --
berkaitan dengan kontribusi dari pemegang klaim ekuitas
5 Beban penurunan aset, atau peningkatan liabilitas, yang mengakibatkan --
penurunan ekuitas, selain yang berkaitan dengan distribusi ke pemegang klaim ekuitas

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 122
Asset Impairment & Provision
• Konsep pendasar dari cadangan piutang tak tertagih, • Karena tidak memadai lagi, PPAP di PSAK 55
cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan diganti dengan CKPN yang menggunakan
untuk usaha asuransi di sisi akuntansi berkaitan pendekatan “incurred loss”. Dengan kata lain, ketika
dengan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai kerugian terjadi, entitas harus melakukan
(CKPN) yang menggunakan pendekatan ECL pencadangan kerugian penurunan nilai.
(Expected Credit Loss). • Pada akhirnya, pengaturan PSAK 55 dengan metode
• Setiap piutang kepada pihak lain harus dinilai secara “incurred loss” diganti oleh ECL di PSAK 71 yang
periodik untuk menentukan (mengekspektasikan) menerapkan estimasi sehingga metode ini tidak
risiko kerugian dari ketidaktertagihan piutang sejalan dengan doktrin realisasi di UU PPh.
tersebut. • Akan tetapi, jika ditonjolkan doktrin realisasi, piutang
• Pengaturan sebelumnya di Pasal 9 ayat (1) huruf c tak tertagih baru akan dibebankan ketika nyata-nyata
UU PPh lama menggunaan pendekatan PPAP tak dapat ditagih. Hal demikian akan bertentangan
(Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif). dengan konsep “matching cost against revenue”

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 123
Asset Impairment & Provision
• Perlakuan akuntansi tentang provisi di PSAK 57 • Jika bisnis di atas tidak lagi menguntungkan, entitas
direpresentasikkan oleh UU PPh dengan bentuk: harus mengembalikan areal bisnisnya ke kondisi
1. cadangan biaya reklamasi untuk usaha semula. Bila digunakan doktrin realisasi, biaya
pertambangan; tersebut tidak dapat ditandingkan dengan
2. cadangan biaya penanaman kembali untuk pendapatannya sesuai konsep matching principle.
usaha kehutanan; dan • Untuk itu, doktrin realisasi diabaikan dan lebih
3. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan ditonjolkan konsep matching principle.
tempat pembuangan limbah industri untuk • Ketentuan di PerMenkeu No. 81/PMK.03/2009
usaha pengolahan limbah industri s.t.d.t.d. PerMenkeu No. 219/PMK.011/2012 tidak
• Biaya untuk ketiga model bisnis di atas bersifat membuat pengaturan secara lengkap tentang biaya
provisi sehingga transaksinya belum terjadi, nilainya cadangan yang disebut di UU PPh, tapi harus
berupa estimasi, dan tidak sejalan dengan doktrin merujuk pada peraturan di instansi terkait.
realisasi.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 124
Pembahasan Penyusutan & Amortisasi
Agenda 8

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 125
Metode Alokasi Biaya
• Penyusutan dan amortisasi yang diatur di Pasal 11 • Penyusutan dan amortisasi merepresentasikan
dan 11A UU PPh baru tidak terlepas dari konsep metode alokasi biaya di ilmu akuntansi ketika
matching cost against revenue. matching cost against revenue melibatkan
• Pengaturan di kedua pasal tersebut berkaitan pengakuan penghasilan lebih dari satu periode
dengan Pasal 6 ayat (1) huruf b UU PPh baru pembukuan untuk satu biaya.
tentang allowable deductions. • Metode amortisasi di Pasal 11A sama dengan
• Pengaturan di kedua pasal tersebut juga pengaturan di akuntansi (khususnya PSAK 19
berkaitan dengan Pasal 10 UU PPh tentang Aset Tak Berwujud)) yang mengadopsi konsep
pengukuran pada saat pengakuan awal akuntansi untuk aset tetap di PSAK 16 Aset
(measurement at initial recognition. Sementara Tetap.
itu, kedua pasal tersebut mengatur pengukuran • Perubahan pengaturan tentang penyusutan di Pasal
setelah pengakuan awal (subsequent 11 UU PPh dan amortisasi di Pasal 11A UU PPh
measurement after initial recognition). secara signifikan terlihat di tabel halaman berikut.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 126
Metode Alokasi Biaya
Pasal Isi Pasal
Pasal (6a) Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh)
11 UU tahun, penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar, sesuai dengan masa
PPh manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan
pembukuan Wajib Pajak.
(7) Penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu dapat diatur tersendiri.
Pasal (1a) Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha tertentu
11A UU (2a) Apabila harta tak berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun,
PPh amortisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) untuk harta tak berwujud kelompok 4 atau sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan
Wajib Pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 127
Metode Alokasi Biaya
Pasal Isi Pasal
Pasal (4) Penyusutan atas harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dimulai pada bulan dilakukannya
21 PP pengeluaran, kecuali:
55/2022 a. untuk harta berwujud yang masih dalam proses pengerjaan, dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta;
b. untuk harta berwujud yang belum pernah digunakan atau menghasilkan, dimulai pada bulan harta tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan mulai
menghasilkan, dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak; atau
c. untuk harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu.
(5) Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh)
tahun, penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama besar dengan masa manfaat:
a. 20 (dua puluh) tahun; atau
b. sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak,
dengan syarat dilakukan secara taat asas.
(6) Wajib Pajak yang telah melakukan penyusutan atas bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (5):
a. yang dimiliki dan digunakan sebelum Tahun Pajak 2022; dan
b. disusutkan sesuai masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a,
dapat memilih melakukan penyusutan sesuai masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b dengan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 128
menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat akhir Tahun Pajak 2022.
Metode Alokasi Biaya
Pasal Isi Pasal
Pasal (7) Penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur tersendiri, termasuk saat
21 PP dimulainya penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c.
55/2022 (8) Dalam hal terjadi pengalihan atau penarikan harta sehubungan dengan penggantian asuransi, jumlah nilai sisa buku harta
tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah penggantian asuransi yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai
penghasilan pada Tahun Pajak:
a. terjadinya penarikan harta tersebut; atau
b. diterimanya hasil penggantian asuransi jika hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat
diketahui dengan pasti di masa kemudian, dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak.
(9) Terhadap pengeluaran untuk perbaikan atas harta berwujud, yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
penghitungan penyusutan diatur tersendiri.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. kelompok harta berwujud, masa manfaat, dan penghitungan penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (3);
b. saat dimulainya penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (4);
c. penyusutan bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (5);
d. tata cara penyampaian pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (6);
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 129
Metode Alokasi Biaya
Pasal Isi Pasal
Pasal (10) Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan ...):
21 PP e. penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan digunakan dalam bidang usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada
55/2022 ayat (7);
f. pembebanan kerugian dan pembukuan penghasilan karena penggantian asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat
(8); dan
g. penyusutan atas pengeluaran untuk perbaikan harta berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (9),
diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal (2) Amortisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk bidang usaha
22 PP tertentu.
55/2022 (3) Apabila harta tak berwujud mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun, amortisasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan masa manfaat:
a. harta tak berwujud kelompok 4 (empat) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (2) Undang-Undang Pajak
Penghasilan; atau
b. sesuai dengan masa manfaat yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak,
dengan syarat dilakukan secara taat asas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 130
Metode Alokasi Biaya
Pasal Isi Pasal
Pasal (4) Wajib Pajak yang telah melakukan amortisasi harta tak berwujud sebagaimana dimaksud pada ayat (3):
22 PP a. yang dimiliki dan digunakan sebelum Tahun Pajak 2022; dan
55/2022 b. diamortisasi sesuai masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,
dapat memilih melakukan amortisasi sesuai masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dengan
menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat akhir Tahun Pajak 2022.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai:
a. penghitungan amortisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
b. saat dimulainya amortisasi untuk bidang usaha tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2);
c. amortisasi harta tak berwujud yang mempunyai masa manfaat melebihi 20 (dua puluh) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (3); dan
d. tata cara penyampaian pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
diatur dalam Peraturan Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 131
Metode Alokasi Biaya
• Peraturan pelaksana dari Pasal 11 & 11A UU PPh
saat ini mengacu di antaranya pada:
• PerMenkeu No. 96/PMK.03/2009 yang
mengatur jenis-jenis harta yang termasuk
dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan untuk keperluan penyusutan;
• PerMenkeu No. 248/PMK.03/2008 yang
mengatur amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya untuk bidang usaha
tertentu

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 132
133

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Membedah PP
55/2022
Sebagai Peraturan
Pelaksana UU PPh
Baru: Jilid 4
Free Webinar | 1 Februari 2023 | Pratama-
Kreston Tax Research Institute | Dr.
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Agenda Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9. Pembahasan Anti-Tax Avoidance Rules

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 135
“Ubi societas ibi ius”
-
“Di mana ada masyarakat,
Di situ ada hukum”
(Marcus Tulius Cicero, 106-143 SM)

13
6
Pembahasan Anti-Tax Avoidance Rules
Agenda 9

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 137
Latar Belakang dari SAAR ke GAAR
• Menurut Tax Justice Network (The State of Tax
Justice 2020: Tax Justice in the time of COVID-
19, 2020), di tahun 2020 Indonesia diperkirakan
mengalami kerugian sebesar USD 4.785.952.836
sebagai akibat dari penghindaran pajak GAARs
(corporate tax abuse). Nilai tersebut setara
dengan Rp 69,34 triliun. SAARs
Tax Avoidance
• Nyberg-Andersson (General Anti-Avoidance Behaviors
Rules & Legal Certainty in Sweden, USA, and
China: A Taxation Dertemined by Legal Culture,
2018) menyatakan bahwa belakangan ini terjadi
peningkatan trend secara internasional untuk
menggunakan GAAR (General Anti-Avoidance
Rules), bukan SAAR (General Anti-Avoidance
Rules), guna mengatasi perilaku tax avoidance
yang semakin canggih.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 138
Latar Belakang dari SAAR ke GAAR
• Waerzeggers & Hillier (Tax Law IMF Technical Note:
Introducing A GAAR, 2016), membuat catatan tentang GAAR
sbb.:
• Tujuan akhir dari GAAR adalah untuk memberantas
praktik unacceptable tax avoidance.
• GAAR merupakan ketentuan yang menjadi pilihan
terakhir bagi otoritas pajak untuk menghentikan praktik
unacceptable tax avoidance yang seharusnya mematuhi
persyaratan dan interpretasi undang-undang pajak.
• GAAR biasanya dirancang untuk menghentikan praktik-
praktik yang dilakukan dengan cara yang merusak
maksud dari undang-undang perpajakan. Misalnya, wajib
pajak menyalahgunakan (misuse & abuse) undang-
undang pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 139
Latar Belakang dari SAAR ke GAAR
• Waerzeggers & Hillier (2016) ... (Lanjutan) avoidance dapat dengan sendirinya membuat
• Ketentuan pajak melalui GAAR biasanya desain hukum GAAR menjadi kompleks karena
memberikan otoritas pajak kewenangan untuk arti frasa “tax avoidance" dapat berbeda untuk
• membatalkan manfaat pajak (tax benefit) setiap orangnya.
tertentu, atau • Apapun bentuk GAAR harus dapat berdampak
• mengenakan kewajiban pajak tambahan pada kebijakan yang berusaha untuk mengatasi
terhadap wajib pajak, pengaturan transaksi yang Wajib Pajak buat
ketika tindakan tax avoidance wajib pajak secara terang-terangan atau artifisial hanya
begitu terang-terangan, dibuat-buat, dan/atau untuk kepentingan pajak (tax benefit).
dibuat hanya untuk memperoleh manfaat pajak • Saat mempertimbangkan pengenalan GAAR,
yang relevan. policymaker harus memperhatikan desain hukum
• Akan tetapi, tujuan GAAR yang dimaksudkan dan kapasitas administratif serta infrastruktur
untuk menghilangkan unacceptable tax yang tersedia.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 140
Latar Belakang dari SAAR ke GAAR
• Waerzeggers & Hillier (2016) ... (Lanjutan)
• GAAR harus dirancang dan diterapkan agar tidak menghambat atau
menghalangi transaksi komersial biasa ketika wajib pajak dapat secara
sah memanfaatkan peluang yang tersedia bagi mereka ketika mereka
menyusun atau melaksanakan transaksi tersebut.
• Bahwa menarik garis pemisah antara transaksi yang, dan tidak,
tertangkap oleh GAAR akan selalu menjadi satu masalah tersendiri dan
seringkali rumit.
• Karena itu, keberhasilan GAAR mencapai tujuannya pada akhirnya akan
bergantung pada
• desain hukum dan penyusunan GAAR, dan
• kapasitas otoritas pajak untuk menerapkan GAAR secara tepat,
terukur, adil, dan dapat diprediksi.
• Infrastruktur negara untuk menyelesaikan sengketa pajak juga harus
diperhitungkan karena kewenangan luas yang diberikan GAAR kepada
otoritas pajak memerlukan perlindungan wajib pajak yang memadai.
Tax Rules: Binding vs. Breaking
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 141
Latar Belakang dari SAAR ke GAAR
• Meskipun bermacam dan bervariasi, GAAR dapat dibagi menjadi empat
tipe, yaitu:
1. Aturan yang mengidentifikasi satu atau beberapa transaksi yang
berikaitan dengan tujuan atau dampak untuk mendapatkan
manfaat pajak dan yang memungkinkan pemeriksaan ulang atas
kewajiban pajak berdasarkan transaksi hipotetis, bukan alternatif
yang paling efisien dari sisi pajak.
2. Aturan yang mengharuskan interpretasi hukum pajak berdasarkan
substansi ekonomi (economic substance) dan memungkinkan
pemeriksaan ulang kewajiban pajak berdasarkan transaksi legal
hipotetis yang menggambarkan substansi ekonominya.
3. Aturan yang dikembangkan di ranah pengadilan berdasarkan
doktrin yang luas
4. Aturan yang menargetkan transaksi yang menyimpang dan
bertentangan dengan hukum pajak.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 142
Aturan Berbasis SAAR, Tapi Berasa GAAR
• Untuk konteks Indonesia,
pada awalnya, di dalam
RUU KUP 2021 (yang
menjadi cikal bakal UU
HPP), pemerintah
mengusulkan aturan
pencegahan tax-avoidance
(penghindaran pajak) berupa
GAAR.
• GAAR tersebut, jika disetujui
DPR, akan menggantikan
aturan Pasal 18 UU PPh
yang masih mengusung
konsep SAAR.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 143
Aturan Berbasis SAAR, Tapi Berasa GAAR
• Berdasarkan data internal Direktorat Jenderal Pajak • Nilai yang dapat dipertahankan hanya sekitar
(DJP) selama 2014 s.d. 2020, faktanya adalah: 38,43% sehingga total potensi pajak yang hilang
• DJP mengalami kesulitan menangani kasus- karena ketiadaan GAAR dan praktik
kasus penghindaran pajak agresif. penghindaran pajak yang terdeteksi sebesar Rp
• Sekalipun DJP berupaya untuk melakukan 3.806.252.993.096.
penanganan dengan perangkat hukum yang • Nilai potensi pajak yang hilang di atas hanya
tersedia, jumlah pajak yang dipertahankan belum merupakan nilai kasus yang elemen
mencapai angka yang menggembirakan, seperti penghindaran pajaknya dapat dideteksi sehingga
terlihat di tabel halaman berikut. sengketanya hingga ke pengadilan pajak
dan/atau Mahkamah Agung.
• Berdasarkan tabel di slide halaman berikut, terlihat
informasi esensial sbb.: • Nilai menurut DJP di atas jauh lebih kecil dari
data kerugian menurut Tax Justice Network yang
• Total nilai potensi pajaknya sebesar Rp yang mencapai Rp 69 triliun untuk 2020 saja.
6.182.347.943.404.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 144
Aturan Berbasis SAAR, Tapi Berasa GAAR

Sumber: Naskah Akademik RUU KUP 2021 (Kemenkeu, 2021)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 145
Aturan Berbasis SAAR, Tapi Berasa GAAR
• Menurut perhitungan DJP, potensi pajak yang dapat memunculkan makna implisit GAAR.
dideteksi dari kasus yang memiliki elemen • Sesuai dengan UU HPP, amandemen terhadap Pasal
penghindaran pajak dengan perangkat SAAR hanya 18 UU PPh tentang Anti-Tax Avoidance Rules ada di
sekitar 8,92%. empat bagian, yaitu:
• Apabila nilai potensi pajak yang hilang pada 2014 s.d 1. Ketentuan ayat (1) Pasal 18 diubah,
2020 di atas diproporsikan untuk setiap tahunnya, 2. Pasal 18 ayat (3e) dihapus,
potensi pajak yang dapat dideteksi dari kasus
penghindaran pajak dengan perangkat SAAR 3. Penjelasan Pasal 18 ditambahkan, dan
menjadi jauh lebih kecil karena hanya sebesar 1,27% 4. Penjelasan ayat (3) Pasal 18.
saja. • Keempat amandemen Pasal 18 UU PPh oleh UU
• Pada akhirnya, DPR berkompromi untuk tetap HPP di atas diuraikan di beberapa slide berikut.
menggunakan SAAR di Pasal 18 UU PPh, tapi Secara ringkas, amandemen dibuat karena reformat
penambahan penjelasan Pasal 18 UU PPh pengaturan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 146
#1 Ketentuan Ayat (1) Pasal 18 Diubah
No Perihal Isi Ketentuan PPh
1a Aturan • Pasal 18 UU PPh
baru: (1) Menteri Keuangan berwenang mengatur batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan
penghitungan pajak berdasarkan Undang-Undang ini.
• Pasal 32C UU PPh
Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
t. batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak dalam Pasal 18 ayat
(1);
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
• Penjelasan Pasal 18 ayat (1) UU PPh
Dalam menentukan batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk tujuan perpajakan digunakan metode
yang lazim diterapkan di dunia internasional, misalnya melalui metode penentuan tingkat perbandingan tertentu yang
wajar mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal (debt to equity ratio), melalui persentase tertentu dari
biaya pinjaman dibandingkan dengan pendapatan usaha sebelum dikurangi biaya pinjaman, pajak, depresiasi dan
amortisasi (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization) atau melalui metode lainnya
1b Aturan Pasal 18
lama: (1) Menteri Keuangan berwenang mengeluarkan keputusan mengenai besarnya perbandingan antara utang dan modal
perusahaan
Free Webinar | Pratama-Kreston untuk keperluan
Tax Research Institute | Dr.penghitungan pajak
Prianto Budi Saptono, Ak.,berdasarkan
CA, MBA. Undang-undang ini. 147
#2 Pasal 18 ayat (3e) Dihapus
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2a Aturan • Pasal 18 UU PPh
baru: (3e) Dihapus.
• Pasal 32C UU PPh
Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan):
t. penetapan pihak yang sebenarnya melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau
badan yang dibentuk untuk maksud demikian (special purpose company) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
18 ayat (3b);
y. penetapan penjualan atas pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia atau
bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c);
z. penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi
kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3d);
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
2b Aturan Pasal 18
lama: (3e) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3b), ayat (3c), dan ayat (3d) diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan...
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 148
#3 Penjelasan Pasal 18 Ditambahkan
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2a Aturan baru: • Penjelasan Pasal 18 UU PPh
Pemerintah berwenang mencegah praktik penghindaran pajak sebagai upaya yang dilakukan Wajib Pajak untuk
mengurangi, menghindari, atau menunda pembayaran pajak yang seharusnya terutang yang bertentangan dengan
maksud dan tujuan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan. Salah satu cara penghindaran
pajak adalah dengan melakukan transaksi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya yang bertentangan
dengan prinsip substance over form, yaitu pengakuan substansi ekonomi di atas bentuk formalnya.
2b Aturan lama: Tidak ada penjelasan Pasal 18

Catatan: a. mengurangi;
b. menghindari; dan/atau
• Penjelasan Pasal 18 UU PPh baru di atas mengacu pada usulan
c. menunda,
amandemen menurut RUU KUP 2021 sbb.:
pembayaran pajak yang bertentangan dengan maksud dan
“Pasal 18 tujuan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
(1a)Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali perpajakan.
besarnya pajak yang seharusnya terutang, dalam hal Wajib (1b)Ketentuan mengenai penentuan kembali besarnya pajak
Pajak melakukan satu atau gabungan transaksi yang yang seharusnya terutang sebagaimana dimaksud pada
bertujuan: ayat (1a) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 149
#4 Penjelasan Ayat (3) Pasal 18
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2a Aturan • Penjelasan ayat (3) Pasal 18 UU PPh
baru: Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena adanya
hubungan istimewa. Wajib Pajak melakukan penghindaran pajak dengan cara, antara lain melaporkan penghasilan
kurang dari semestinya, melaporkan biaya melebihi dari semestinya, melaporkan laba usaha yang terlalu kecil
dibandingkan kinerja keuangan Wajib Pajak lainnya dalam bidang usaha yang sejenis, atau melaporkan rugi usaha
secara tidak wajar meskipun Wajib Pajak telah melakukan penjualan secara komersial selama 5 (lima) tahun.
Dalam hal demikian, Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya
sesuai dengan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.
Yang dimaksud dengan "prinsip kewajaran dan kelaziman usaha" adalah prinsip di dalam praktik bisnis yang sehat
sebagaimana berlaku di antara pihak-pihak yang tidak memiliki dan/atau dipengaruhi hubungan istimewa. Dalam
menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena
Pajak dapat digunakan:
a. metode perbandingan harga antarpihak yang independen (comparable uncontrolled price method);
b. metode harga penjualan kembali (resale price method);
c. metode biaya-plus (cost-plus method); atau

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 150
#4 Penjelasan Ayat (3) Pasal 18
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2a Aturan • Penjelasan ayat (3) Pasal 18 UU PPh (lanjutan)
baru: d. metode lainnya, seperti:
1. metode pembagian laba (profit split method);
2. metode laba bersih transaksional (transactional net margin method);
3. metode perbandingan transaksi independen (comparable uncontrolled transaction method);
4. metode dalam penilaian harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud (tangible asset and intangible asset
valuation); dan
5. metode dalam penilaian bisnis (business valuation).
Terhadap Wajib Pajak yang melaporkan laba usaha yang terlalu kecil dibandingkan kinerja keuangan Wajib Pajak
lainnya dalam bidang usaha yang sejenis atau melaporkan rugi usaha secara tidak wajar meskipun Wajib Pajak telah
melakukan penjualan secara komersial selama 5 (lima) tahun, dapat diterapkan pembandingan kinerja keuangan
dengan Wajib Pajak dalam kegiatan usaha yang sejenis (benchmarking) dalam rangka penghitungan pajak yang
seharusnya terutang.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 151
#4 Penjelasan Ayat (3) Pasal 18
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2a Aturan • Penjelasan ayat (3) Pasal 18 UU PPh (lanjutan)
baru: Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan modal
tersebut sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal
perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal
dan utang yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasarkan
data atau indikasi lainnya.
Dengan demikian, bunga yang dibayarkan oleh Wajib Pajak sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai
penyertaan modal itu tidak diperbolehkan untuk dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak Wajib Pajak.
Sementara itu, bagi pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh
pembayaran bunga tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.
Untuk selisih antara nilai transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa yang tidak sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha dengan nilai transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa yang sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha juga dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 152
#4 Penjelasan Ayat (3) Pasal 18
No Perihal Isi Ketentuan PPh
2b Aturan • Penjelasan ayat (3) Pasal 18 UU PPh
lama: Maksud diadakannya ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya penghindaran pajak yang dapat terjadi karena
adanya hubungan istimewa. Apabila terdapat hubungan istimewa, kemungkinan dapat terjadi penghasilan dilaporkan
kurang dari semestinya ataupun pembebanan biaya melebihi dari yang seharusnya. Dalam hal demikian, Direktur
Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau biaya sesuai dengan keadaan
seandainya di antara para Wajib Pajak tersebut tidak terdapat hubungan istimewa. Dalam menentukan kembali
jumlah penghasilan dan/atau biaya tersebut digunakan metode perbandingan harga antara pihak yang independen
(comparable uncontrolled price method), metode harga penjualan kembali (resale price method), metode biaya-plus
(cost-plus method), atau metode lainnya seperti metode pembagian laba (profit split method) dan metode laba bersih
transaksional (transactional net margin method).
Demikian pula kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan modal
tersebut sebagai utang maka Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan utang tersebut sebagai modal
perusahaan. Penentuan tersebut dapat dilakukan, misalnya melalui indikasi mengenai perbandingan antara modal
dan utang yang lazim terjadi di antara para pihak yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa atau berdasar data
atau indikasi lainnya.
Dengan demikian, bunga yang dibayarkan sehubungan dengan utang yang dianggap sebagai penyertaan modal itu
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute
tidak diperbolehkan | Dr.dikurangkan,
untuk Prianto Budi Saptono, Ak., CA, bagi
sedangkan MBA. pemegang
saham yang menerima atau memperoleh bunga153
tersebut dianggap sebagai dividen yang dikenai pajak.
Rujukan PP 55/2022
Pasal 32C UU PPh Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang mempunyai
Ketentuan lebih lanjut mengenai: hubungan istimewa dengan Wajib Pajak lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3);
t. batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat
dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak w. pelaksanaan perjanjian pembentukan harga
dalam Pasal 18 ayat (1); transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
u. penetapan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pasal 18 ayat (3a);
Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada
badan usaha luar negeri selain badan usaha yang x. penetapan pihak yang sebenarnya melakukan
menjual sahamnya di bursa efek sebagaimana pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2); pihak lain atau badan yang dibentuk untuk maksud
demikian (special purpose company) sebagaimana
v. penerapan prinsip kewajaran dan kelaziman usaha dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3b);
dalam rangka penghitungan besarnya Penghasilan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 154
Rujukan PP 55/2022
Pasal 32C UU PPh aa. kriteria hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
Ketentuan lebih lanjut mengenai (lanjutan): dalam Pasal 18 ayat (4);
y. penetapan penjualan atas pengalihan saham badan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
yang didirikan atau bertempat kedudukan di
Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3c);
z. penentuan kembali besarnya penghasilan yang
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
dari pemberi kerja yang memiliki hubungan
istimewa dengan perusahaan lain yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
ayat (3d);
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 155
Anti-Avoidance Rules di PP 55/2022
Saat diperoleh Deemed salary Benchmarking Hybrid Mismatch
dividen (34) (40) Ratio (41) (43)
Cakupan anti-
avoidance rules
(32)
Penetapan WP Penjualan saham Thin capitalization
Anti tax sebagai pembeli aset perusahaan (DER & Interest to
avoidance perusahaan (38) cangkang (39) EBITDA) (42)
rule (32)
Hubungan
istimewa (33)
WP bertransaksi Wewenang DJP Aturan pelaksana
afiliasi berbasis ALP tentang ALP (36) ALP melalui PMK (37)
(35)
Advance Pricing
Agreement (45,
46, 47)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 156
Anti-Avoidance Rules di PP 55/2022
No Perihal Ringkasan Pengaturan di PP 55/2022
1. Tax • Upaya Wajib Pajak untuk mengurangi, menghindari, atau menunda pembayaran pajak yang seharusnya terutang,
Avoidance dan
• Upaya tersebut bertentangan dengan maksud dan tujuan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan
2. Anti tax a. Controlled foreign corporation (CFC) rule: penetapan saat diperoleh dividen dan dasar penghitungannya oleh Wajib
avoidance Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri (non-bursa)
rules untuk b. Transfer pricing rule: penentuan kembali besaran penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai
transaksi modal untuk menghitung besarnya PhKP oleh Dirjen Pajak berdasarkan Arm’s Length Principle (ALP)
afiliasi c. SPV rule: Penetapan pihak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui special purpose
(hubungan vehicle (SPV) sepanjang terdapat ketidakwajaran penetapan harga
istimewa) d. Conduit company rule: penetapan pihak yang melakukan penjualan atau pengalihan saham perusahaan cangkang
(conduit company) di tax haven country
e. Deemed salary rule: penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh WPDN OP dari pemberi kerja yang
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan WPDN OP tersebut ke dalam bentuk biaya atau pengeluaran
lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan di luar negeri
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 157
Anti-Avoidance Rules di PP 55/2022
No Perihal Ringkasan Pengaturan di PP 55/2022
2. Anti tax f. Benchmarking rule: penghitungan kembali pajak yang seharusnya terutang berdasarkan pembandingan kinerja
avoidance keuangan dengan Wajib Pajak dalam kegiatan usaha yang sejenis terhadap Wajib Pajak yang melaporkan laba
rules untuk usaha yang terlalu kecil dibandingkan kinerja keuangan Wajib Pajak lainnya dalam bidang usaha yang sejenis atau
transaksi melaporkan rugi usaha secara tidak wajar meskipun Wajib Pajak telah melakukan penjualan secara komersial
afiliasi selama 5 (lima) tahun dan melaporkan kerugian fiskal selama 3 (tiga) tahun berturut-turut
(hubungan g. Thin capitalization rule: pengaturan batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan
istimewa) penghitungan pajak
h. Hybrid mismatch rule: Penghitungan kembali besarnya pajak yang seharusnya terutang dengan tidak
membebankan pembayaran yang dilakukan oleh WPDN kepada WPLN sebagai biaya yang mengurangi
penghasilan akibat dari pemanfaatan perbedaan perlakuan perpajakan suatu instrumen atau entitas yang dapat
mempunyai lebih dari satu karakteristik di negara atau yurisdiksi di mana Wajib Pajak berdomisili
i. Substance over form rule Penentuan kembali besarnya pajak yang seharusnya terutang dengan berpedoman pada
prinsip substance over form

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 158
Anti-Avoidance Rules di PP 55/2022
No Perihal Ringkasan Pengaturan di PP 55/2022
3. Hubungan istimewa
a. Definisi keadaan ketergantungan atau keterikatan satu pihak dengan pihak lainnya yang disebabkan oleh:
a. kepemilikan atau penyertaan modal;
b. penguasaan; atau
c. hubungan keluarga sedarah atau semenda,
yang mengakibatkan pihak satu dapat mengendalikan pihak yang lain atau tidak berdiri bebas dalam
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
b. Hubungan istimewa a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% pada Wajib
kepemilikan atau Pajak lain; atau
penyerahaan modal b. hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% pada 2 (dua) Wajib Pajak atau lebih
atau hubungan di antara 2 (dua) Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
c. Hubungan istimewa a. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai oleh pihak lain, secara langsung dan/atau tidak
penguasaan langsung;
b. dua pihak atau lebih berada di bawah penguasaan pihak yang sama secara langsung dan/atau tidak
langsung;
c. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai oleh pihak lain melalui manajemen atau
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 159
penggunaan teknologi;
Anti-Avoidance Rules di PP 55/2022
No Perihal Ringkasan Pengaturan di PP 55/2022
3. Hubungan istimewa
c. Hubungan istimewa d. terdapat orang yang sama secara langsung dan/atau tidak langsung terlibat atau berpartisipasi di
penguasaan (lanjutan) dalam pengambilan keputusan manajerial atau operasional pada dua pihak atau lebih;
e. para pihak yang secara komersial atau finansial diketahui atau menyatakan diri berada dalam satu grup
usaha yang sama; atau
f. satu pihak menyatakan diri memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain
d. Hubungan keluarga hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu
sedarah atau semenda derajat.
4. Metode Transfer Pricing a. metode perbandingan harga antar pihak yang independen (Comparable Uncontrolled Price Method);
b. metode harga penjualan kembali (Resale Price Method);
c. metode biaya-plus (Cost-Plus Method); atau
d. metode lainnya:
1) metode pembagian laba (Profit Split Method) ;
2) metode laba bersih transaksional (Transactional Net Margin Method);
3) metode perbandingan transaksi independen (Comparable Uncontrolled Transaction Method ;
4) metode dalam penilaian harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud (asset valuation); atau
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 160
5) metode dalam penilaian bisnis (business valuation).
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 32 (1) Menteri berwenang mencegah praktik penghindaran pajak sebagai upaya yang dilakukan Wajib Pajak untuk mengurangi,
menghindari, atau menunda pembayaran pajak yang seharusnya terutang yang bertentangan dengan maksud dan tujuan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
(2) Pencegahan praktik penghindaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan:
a. menetapkan saat diperolehnya dividen dan dasar penghitungannya oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan
modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek;
b. menentukan kembali besarnya penghasilan dan pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan menerapkan
Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha;
c. menetapkan pihak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang
dibentuk untuk maksud demikian sepanjang terdapat ketidakwajaran penetapan harga;
d. menetapkan pihak yang melakukan penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara yang didirikan atau
bertempat kedudukan di negara yang memberikan perlindungan pajak;
e. menentukan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dari pemberi kerja
yang mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tersebut ke dalam
bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 161
kedudukan di Indonesia;
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 32 (2) Pencegahan praktik penghindaran pajak ... (lanjutan):
f. menghitung kembali pajak yang seharusnya terutang berdasarkan pembandingan kinerja keuangan dengan Wajib
Pajak dalam kegiatan usaha yang sejenis terhadap Wajib Pajak yang melaporkan laba usaha yang terlalu kecil
dibandingkan kinerja keuangan Wajib Pajak lainnya dalam bidang usaha yang sejenis atau melaporkan rugi usaha
secara tidak wajar meskipun Wajib Pajak telah melakukan penjualan secara komersial selama 5 (lima) tahun dan
melaporkan kerugian fiskal selama 3 (tiga) tahun berturut-turut;
g. mengatur batasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak; dan/atau
h. menghitung kembali besarnya pajak yang seharusnya terutang dengan tidak membebankan pembayaran yang
dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri kepada Wajib Pajak luar negeri sebagai biaya yang mengurangi penghasilan
akibat dari pemanfaatan perbedaan perlakuan perpajakan suatu instrumen atau entitas yang dapat mempunyai lebih
dari satu karakteristik di negara atau yurisdiksi di mana Wajib Pajak berdomisili.
(3) Mekanisme pencegahan praktik penghindaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f
hanya dapat dilakukan terhadap transaksi antara pihak yang dipengaruhi hubungan istimewa.
(4) Dalam hal terdapat praktik penghindaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak dapat dicegah
menggunakan mekanisme yang diatur pada ayat (2) , Direktur Jenderal Pajak dapat menentukan kembali besarnya pajak
yang seharusnya
Free Webinar | Pratama-Kreston terutang
Tax Research dengan
Institute berpedoman
| Dr. Prianto pada
Budi Saptono, prinsip
Ak., CA, MBA.pengakuan substansi ekonomi di atas bentuk formalnya. 162
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 33 (1) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (3) merupakan keadaan ketergantungan atau keterikatan
satu pihak dengan pihak lainnya yang disebabkan oleh:
a. kepemilikan atau penyertaan modal;
b. penguasaan; atau
c. hubungan keluarga sedarah atau semenda,
yang mengakibatkan pihak satu dapat mengendalikan pihak yang lain atau tidak berdiri bebas dalam menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan.
(2) Hubungan istimewa karena kepemilikan atau penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dianggap
ada dalam hal:
a. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung paling rendah 25% (dua puluh lima persen)
pada Wajib Pajak lain; atau
b. hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada 2 (dua) Wajib
Pajak atau lebih atau hubungan di antara 2 (dua) Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 163
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 33 (3) Hubungan istimewa karena penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dianggap ada dalam hal:
a. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai oleh pihak lain, secara langsung dan/atau tidak langsung;
b. dua pihak atau lebih berada di bawah penguasaan pihak yang sama secara langsung dan/atau tidak langsung;
c. satu pihak menguasai pihak lain atau satu pihak dikuasai oleh pihak lain melalui manajemen atau penggunaan
teknologi;
d. terdapat orang yang sama secara langsung dan/atau tidak langsung terlibat atau berpartisipasi di dalam pengambilan
keputusan manajerial atau operasional pada dua pihak atau lebih;
e. para pihak yang secara komersial atau finansial diketahui atau menyatakan diri berada dalam satu grup usaha yang
sama; atau
f. satu pihak menyatakan diri memiliki hubungan istimewa dengan pihak lain.
(4) Hubungan istimewa karena hubungan keluarga sedarah atau semenda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dianggap ada dalam hal terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau
ke samping satu derajat.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 164
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 34 (1) Menteri berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen dan dasar penghitungannya oleh Wajib Pajak dalam negeri atas
penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya di bursa efek
sebagaimana diatur dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a dengan ketentuan sebagai berikut:
a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak dalam negeri tersebut paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah
saham yang disetor; atau
b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya memiliki penyertaan modal paling rendah 50% (lima
puluh persen) dari jumlah saham yang disetor.
(2) Penentuan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada akhir bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu
kewajiban penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan bagi badan usaha di luar negeri untuk Tahun Pajak yang
bersangkutan.
(3) Dalam hal badan usaha di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memiliki kewajiban untuk menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan atau tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan, saat
diperolehnya dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan pada akhir bulan ketujuh setelah Tahun Pajak yang
bersangkutan berakhir.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 165
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 34 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penentuan saat diperolehnya dividen dan dasar penghitungannya oleh Wajib
Pajak dalam negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamnya
di bursa efek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 35 (1) Wajib Pajak yang melakukan transaksi dengan pihak yang dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 33 ayat (1) wajib menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha.
(2) Transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. transaksi afiliasi; dan/atau
b. transaksi yang dilakukan antar pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa tetapi pihak afiliasi dari salah satu atau
kedua pihak yang bertransaksi tersebut menentukan lawan transaksi dan harga transaksi.
Pasal 36 (1) Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan untuk
menghitung besarnya penghasilan kena pajak dalam hal Wajib Pajak:
a. tidak menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1);
b. menerapkan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) namun tidak
sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan/atau
c. menentukan Harga Transfer tidak memenuhi Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax ayat (1).Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Research 166
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 36 (2) Penentuan kembali besarnya penghasilan dan/atau pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menentukan Harga Transfer sesuai Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha untuk menghitung besarnya penghasilan
kena pajak.
(3) Penentuan Harga Transfer sesuai Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan menggunakan:
a. metode perbandingan harga antar pihak yang independen;
b. metode harga penjualan kembali;
c. metode biaya-plus; atau
d. metode lainnya.
(4) Metode lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d seperti:
a. metode pembagian laba;
b. metode laba bersih transaksional;
c. metode perbandingan transaksi independen;
d. metode dalam penilaian harta berwujud dan/atau harta tidak berwujud; atau
e. metode dalam penilaian bisnis.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 167
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 36 5) Penggunaan metode sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dipilih berdasarkan ketepatan dan keandalan
masing-masing metode untuk transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa.
(6) Selisih antara nilai transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa yang tidak sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha dengan nilai transaksi yang dipengaruhi hubungan istimewa yang sesuai dengan Prinsip Kewajaran dan
Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bentuk pembagian laba secara tidak langsung kepada
entitas afiliasi sehingga diperlakukan sebagai dividen yang dikenai Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Prinsip Kewajaran dan Kelaziman Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32
ayat (2) huruf b, Pasal 35 ayat (1), dan Pasal 36 ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 38 (1) Wajib Pajak yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau badan yang dibentuk untuk
maksud demikian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c dapat ditetapkan sebagai pihak yang
sebenarnya melakukan pembelian tersebut dalam hal Wajib Pajak yang bersangkutan mempunyai hubungan istimewa
dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat ketidakwajaran penetapan harga.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 168
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 38 (2) Saham atau aktiva perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. saham atau aktiva yang sebelumnya dimiliki dan/atau dijaminkan oleh Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan
sebagai pihak yang sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang; atau
b. aktiva yang merupakan aset kredit (piutang) kepada Wajib Pajak dalam negeri yang ditetapkan sebagai pihak yang
sebenarnya melakukan pembelian, sehubungan dengan perjanjian utang piutang.
(3) Pihak atau badan yang dibentuk untuk maksud melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan pihak atau badan yang tidak mempunyai substansi usaha dan yang dibentuk oleh
Wajib Pajak dalam negeri yang bertujuan untuk membeli saham atau aktiva Wajib Pajak dalam negeri lainnya.
Pasal 39 (1) Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara yang
memberikan perlindungan pajak yang mempunyai hubungan istimewa dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d
dapat ditetapkan sebagai penjualan atau pengalihan saham badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
atau bentuk usaha tetap di Indonesia.
(2) Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipotong Pajak
Penghasilan sebesar 20% (dua puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 169
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 40 (1) Penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan
pekerjaan, kegiatan, atau jasa dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan di luar negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf e dilakukan dengan memperhatikan tingkat penghasilan yang wajar
yang seharusnya diperoleh oleh Wajib Pajak orang pribadi yang bersangkutan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan kembali besarnya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 41 (1) Penghitungan kembali pajak yang seharusnya terutang berdasarkan pembandingan kinerja keuangan dengan Wajib Pajak
dalam kegiatan usaha yang sejenis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf f dilakukan terhadap Wajib
Pajak yang telah melakukan penjualan secara komersial selama 5 (lima) tahun dan melaporkan kerugian fiskal selama 3
(tiga) tahun berturut-turut.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembandingan kinerja keuangan dengan Wajib Pajak dalam kegiatan usaha yang sejenis
dalam rangka penghitungan pajak yang seharusnya terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 170
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 42 (1) Pembatasan jumlah biaya pinjaman yang dapat dibebankan untuk keperluan penghitungan pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) huruf g dilakukan oleh Menteri menggunakan:
a. metode penentuan tingkat perbandingan tertentu antara utang dan modal;
b. metode penetapan persentase tertentu dari biaya pinjaman dibandingkan dengan pendapatan usaha sebelum
dikurangi biaya pinjaman, Pajak Penghasilan, penyusutan, dan amortisasi; atau
c. metode lainnya.
(2) Ketentuan mengenai penentuan dan tata cara penerapan penggunaan metode untuk pembatasan jumlah biaya pinjaman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 43 (1) Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri kepada Wajib Pajak luar negeri tidak dapat dibebankan
sebagai biaya yang mengurangi penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf h dalam hal
pembayaran tersebut:
a. tidak diperhitungkan sebagai penghasilan Wajib Pajak luar negeri yang dikenai pajak di negara atau yurisdiksi di mana
Wajib Pajak luar negeri tersebut berdomisili; atau
b. dibebankan sebagai pengurang penghasilan Wajib Pajak luar negeri di negara atau yurisdiksi di mana Wajib Pajak luar
negeri tersebut berdomisili,
yang mengakibatkan pembayaran dimaksud tidak dikenai pajak atau dikenai pajak yang rendah baik di Indonesia maupun
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 171
di negara atau yurisdiksi di mana Wajib Pajak luar negeri tersebut berdomisili.
Rincian Anti-Tax Avoidance Rules
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 43 (2) Ketentuan mengenai pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam negeri kepada Wajib Pajak luar negeri yang
tidak dapat dibebankan sebagai biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 44 (1) Pelaksanaan pencegahan praktik penghindaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (4) dilakukan dengan
menentukan kembali besarnya pajak yang seharusnya terutang dengan memperhatikan:
a. batasan kewenangan dan prosedur pelaksanaan;
b. kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak masuk dalam cakupan penghindaran pajak;
c. tahapan pengujian formil dan materiil;
d. mekanisme penjaminan kualitas; dan/atau
e. perlindungan hak Wajib Pajak.
(2) Pencegahan praktik penghindaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik dan Wajib Pajak tetap dapat melakukan upaya penyelesaian sengketa.
(3) Ketentuan mengenai batasan kewenangan dan prosedur pelaksanaan, kegiatan Wajib Pajak yang masuk dalam cakupan
penghindaran pajak, tahapan pengujian formil dan materiil, mekanisme penjaminan kualitas, dan perlindungan hak Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 172
173

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Membedah PP
55/2022
Sebagai Peraturan
Pelaksana UU PPh
Baru: Jilid 5
Free Webinar | 8 Februari 2023 | Pratama-
Kreston Tax Research Institute | Dr.
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
“Ubi societas ibi ius”
“Di mana ada masyarakat, Di situ
ada hukum”
(Marcus Tulius Cicero, 106-143 SM)

“...the defining characteristic of


modern regulation is complexity.”
(Skidmore dkk, The Long Game: How Regulators and
Companies Can Both Win, 2003)M)

17
5
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal Tgl
1 Ketentuan umum 1
2 Objek PPh
a. Objek PPh 2
b. Kriteria keahlian tertentu serta pengenaan pajak penghasilan bagi warga negara asing 3, 4, 5
3 Pengecualian dari objek PPh
a. Hibah, bantuan, atau sumbangan 6
b. Bantuan atau santunan yang dibayarkan badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu 7, 8
c. Ketentuan pengecualian pajak penghasilan atas dividen atau penghasilan lain 9, 10, 11
d. Penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu yang diterima oleh dana pensiun 12
e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau 13, 14,
lembaga nirlaba bidang pendidikan, bidang penelitian dan pengembangan, sosial, dan/atau keagamaan 15, 16
4 Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Jillid 3
a. Biaya promosi dan penjualan 18 (25 Jan
b. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih 19 2023)
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan 20
5. Penyusutan harta berwujud dan/atau amortisasi harta tak berwujud 21, 22

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 176
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal Tgl
6. Perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan Jilid 1 &
a. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan objek PPh 23 2 (11 &
bagi pihak penerima dan pengurang penghasilan bruto bagi pihak pemberi 18 Jan
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari 24, 25, 26, 27, 28 2023)
objek pajak penghasilan bagi pihak penerima
c. Penilaian natura dan/atau kenikmatan 29, 30, 31
7 Instrumen pencegahan penghindaran pajak 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, Jilid 4 (1
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, Feb
46, 47 2023)
8 Penerapan perjanjian internasional di bidang perpajakan 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54
9 Bantuan atau sumbangan termasuk zakat, infak, sedekah, dan sumbangan keagamaan yang 55
sifatnya wajib yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan
10 PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62,
peredaran bruto tertentu 63
11 Penurunan tarif PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka 64, 65, 66, 67, 68
12 Ketentuan peralihan 69
13 Webinar
Free Ketentuan penutup Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
| Pratama-Kreston 70, 71, 72, 73, 74 177
Agenda Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima
atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 178
Pembahasan PPh untuk Peredaran Bruto Tertentu
Agenda 10

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 179
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bab 10 PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
Pasal 56 (1) Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto
tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dalam jangka waktu tertentu.
(2) Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebesar 0,5% (nol koma lima persen).
(3) Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagai berikut:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas;
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri;
c. penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tersendiri; dan
d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
(4) Jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a meliputi:
a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri atas pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
pejabat pembuat akta tanah, penilai, dan aktuaris;
b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film,
foto model,
Free Webinar | Pratama-Kreston peragawan/peragawati,
Tax Research pemain
Institute | Dr. Prianto Budi drama,
Saptono, Ak., CA,dan penari;
MBA. 180
c. olahragawan
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 56 (4) Jasa sehubungan ... meliputi: (sambungan)
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang atau penjualan langsung dan kegiatan sejenis lainnya;
Pasal 56 Penjelasan:
Ayat (1) Cukup jelas.
Ayat (2) Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 181
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 56 Penjelasan: (sambungan)
Ayat (4)
Contoh:
Tuan A memiliki keahlian sebagai pemain piano. Dalam hal Tuan A mengajar piano untuk dan atas namanya sendiri untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu hubungan kerja, Tuan A menyerahkan jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas. Penghasilan Tuan A dari mengajar piano dikecualikan dari penghasilan usaha yang dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. Namun demikian, dalam hal Tuan A memiliki usaha
kursus piano dan mempekerjakan orang lain, penghasilan dari usaha tersebut bukan merupakan penghasilan jasa
sehubungan dengan pekerjaan bebas.
Pasal 57 (1) Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) merupakan:
a. Wajib Pajak orang pribadi; dan
b. Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, perseroan terbatas, atau badan usaha milik
desa/badan usaha milik desa bersama,
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar
delapan ratus
Free Webinar | Pratama-Kreston juta rupiah)
Tax Research dalam
Institute 1 (satu)
| Dr. Prianto Tahun
Budi Pajak.
Saptono, Ak., CA, MBA. 182
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 57 (2) Tidak termasuk Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal:
a. Wajib Pajak memilih untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan:
1. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan, untuk Wajib Pajak orang pribadi; atau
2. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan mempertimbangkan Pasal 31E Undang-
Undang Pajak Penghasilan, untuk Wajib Pajak badan;
b. Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan komanditer atau firma yang dibentuk oleh beberapa Wajib Pajak orang
pribadi yang memiliki keahlian khusus yang menyerahkan jasa yang sejenis dengan jasa sehubungan dengan
pekerjaan bebas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (4);
c. Wajib Pajak badan yang memperoleh fasilitas Pajak Penghasilan berdasarkan:
1. Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan
Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan beserta perubahan atau penggantinya; atau
3. Pasal 75 dan Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus beserta perubahan atau penggantinya; dan
d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 183
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 57 (3) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a wajib menyampaikan pemberitahuan kepada Direktur Jenderal
Pajak.
(4) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (3) untuk Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya tidak dapat dikenai Pajak
Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri
Pasal 57 Penjelasan:
Ayat (1)
Huruf a Cukup jelas.
Huruf b
Persekutuan komanditer disebut dengan istilah asing commanditaire vennootschap.
Yang dimaksud dengan “perseroan terbatas” dalam ketentuan ini termasuk perseroan perorangan.
Ayat (2)
Huruf a Cukup jelas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 184
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 57 Penjelasan: (sambungan)
Ayat (2)
Huruf b
Contoh:
Tuan C seorang konsultan pajak bersama Tuan D sesama konsultan pajak membentuk Firma CD dan Rekan. Firma
tersebut menjalankan usaha memberikan jasa konsultan pajak. Mengingat jasa yang diberikan oleh firma tersebut
sama dengan jasa yang diberikan Tuan C dan Tuan D sehubungan dengan pekerjaan bebas berupa jasa konsultan
pajak, maka firma tersebut tidak termasuk Wajib Pajak badan berbentuk firma yang dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
Huruf c Cukup jelas.
Huruf d Cukup jelas.
Ayat (3) Cukup jelas.
Ayat (4) Cukup jelas.
Ayat (5) Cukup jelas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 185
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 58 (1) Besarnya peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) merupakan jumlah peredaran bruto
dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun Pajak bersangkutan, yang ditentukan berdasarkan
keseluruhan peredaran bruto dari usaha, termasuk peredaran bruto dari cabang.
(2) Dalam hal Wajib Pajak orang pribadi merupakan suami-istri yang:
a. menghendaki perjanjian pemisahan harta dan penghasilan secara tertulis; atau
b. strinya menghendaki memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf b dan huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, besarnya
peredaran bruto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan penggabungan peredaran bruto usaha dari
suami dan istri.
Pasal 59 (1) Jangka waktu tertentu pengenaan Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1)
paling lama:
a. 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi;
b. 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, badan usaha milik
desa/badan usaha milik desa bersama, atau perseroan perorangan yang didirikan oleh 1 (satu) orang; dan
c. 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk perseroan terbatas.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 186
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 59 (2) Penghitungan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. bagi Wajib Pajak yang terdaftar setelah berlakunya Peraturan Pemerintah ini, jangka waktu pengenaan Pajak
Penghasilan bersifat final dihitung sejak Tahun Pajak Wajib Pajak bersangkutan terdaftar;
b. bagi Wajib Pajak badan usaha milik desa/badan usaha milik desa bersama atau perseroan perorangan yang didirikan
oleh 1 (satu) orang yang terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, jangka waktu pengenaan Pajak
Penghasilan bersifat final dihitung sejak Tahun Pajak Peraturan Pemerintah ini berlaku.
Pasal 60 (1) Jumlah peredaran bruto atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) setiap bulan
merupakan dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung Pajak Penghasilan yang bersifat final.
(2) Wajib Pajak orang pribadi yang memiliki peredaran bruto tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf a,
atas bagian peredaran bruto dari usaha sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun
Pajak tidak dikenai Pajak Penghasilan.
(3) Bagian peredaran bruto dari usaha tidak dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
jumlah peredaran bruto dari usaha yang dihitung secara kumulatif sejak Masa Pajak pertama dalam suatu Tahun Pajak
atau bagian Tahun Pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 187
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 60 (4) Peredaran bruto yang dijadikan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan jumlah peredaran bruto
dari usaha yang dihitung secara kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan imbalan atau nilai pengganti
berupa uang atau nilai uang yang diterima atau diperoleh dari usaha, sebelum dikurangi potongan penjualan, potongan
tunai, dan/atau potongan sejenis.
(5) Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) dikalikan dengan:
a. dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (1) huruf b; atau
b. dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah memperhitungkan bagian peredaran bruto dari
usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk Wajib Pajak orang pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57
ayat (1) huruf a.
Pasal 61 (1) Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) yang peredaran brutonya pada Tahun Pajak berjalan telah
melebihi Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), atas penghasilan dari usaha tetap dikenai tarif Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (2) sampai dengan akhir Tahun Pajak bersangkutan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 188
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 61 (2) Atas penghasilan dari usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat (1) yang diterima atau diperoleh pada Tahun
Pajak-Tahun Pajak berikutnya oleh Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan:
a. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan, untuk Wajib Pajak orang pribadi; atau
b. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang Pajak Penghasilan dengan mempertimbangkan Pasal 31E Undang-
Undang Pajak Penghasilan, untuk Wajib Pajak badan.
Pasal 62 (1) Pajak Penghasilan terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (5) dilunasi dengan cara:
a. disetor sendiri oleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu; atau
b. dipotong atau dipungut oleh pemotong atau pemungut Pajak Penghasilan dalam hal Wajib Pajak bersangkutan
melakukan transaksi dengan pihak yang ditunjuk sebagai pemotong atau pemungut pajak.
(2) Penyetoran sendiri Pajak Penghasilan terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a wajib dilakukan setiap bulan.
(3) Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b wajib dilakukan
oleh pemotong atau pemungut Pajak Penghasilan untuk setiap transaksi dengan Wajib Pajak yang dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan tata cara pemotongan
atau pemungutan
Free Webinar | Pratama-Kreston sebagaimana
Tax Research Institute | Dr. dimaksud
Prianto Budi pada ayat
Saptono, Ak., (3)
CA, diatur
MBA. dalam Peraturan Menteri. 189
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 63 (1) Dalam hal Wajib Pajak yang dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini bertransaksi
dengan pemotong atau pemungut pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (1) huruf b, Wajib Pajak harus
mengajukan permohonan surat keterangan kepada Direktur Jenderal Pajak.
(2) Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat keterangan bahwa Wajib Pajak bersangkutan dikenai Pajak Penghasilan bersifat
final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan dan penerbitan surat keterangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 190
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bab 12 Ketentuan peralihan
Pasal 69 (1) Penghitungan jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan bersifat final bagi Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak
badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas yang terdaftar:
a. sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, jangka waktu pengenaan
Pajak Penghasilan bersifat final dihitung sejak Tahun Pajak 2018 sampai dengan:
1. berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu, sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan masih memenuhi kriteria untuk dikenai Pajak
Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini; atau
2. Wajib Pajak tidak lagi memenuhi kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini, meskipun jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 1 belum berakhir; atau

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 191
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 69 b. setelah berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu sampai dengan berlakunya
Peraturan Pemerintah ini, jangka waktu pengenaan Pajak Penghasilan bersifat final dihitung sejak Tahun Pajak Wajib
Pajak terdaftar sampai dengan:
1. berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018
tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu, sepanjang Wajib Pajak yang bersangkutan masih memenuhi kriteria untuk dikenai Pajak
Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini; atau
2. Wajib Pajak tidak lagi memenuhi kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan
Pemerintah ini, meskipun jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 1 belum berakhir.
(2) Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan
terbatas yang terdaftar sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan tidak lagi memenuhi syarat untuk menjalankan
kewajiban perpajakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu, tidak dapat
dikenai Pajak Penghasilan bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 192
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 69 Penjelasan:
Ayat (1)
Contoh:
Tuan Z memiliki usaha kedai kopi dan telah terdaftar sebagai Wajib Pajak sejak tanggal 20 Oktober 2018.
Peredaran bruto yang diperoleh Tuan Z dari usahanya:
a. Tahun 2018: Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
b. Tahun 2019: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);
c. Tahun 2020: Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah);
d. Tahun 2021: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
e. Tahun 2022: Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah);
f. Tahun 2023: Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah);
g. Tahun 2024: Rp1.800.000.000,00 (satu miliar delapan ratus juta rupiah).
Tuan Z pada awal Tahun Pajak 2022 memenuhi kriteria untuk dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 sehingga pada Tahun Pajak 2022 Tuan Z dapat dikenai Pajak Penghasilan bersifat final
berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini sampai dengan jangka waktu 7 (tujuh) Tahun Pajak berakhir, yaitu sejak
Tahun Pajak
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax2018 sampai
Research dengan
Institute Tahun
| Dr. Prianto BudiPajak 2024.
Saptono, Untuk
Ak., CA, MBA.Tahun Pajak 2025 dan Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya 193
dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 69 Penjelasan:
Ayat (2)
Contoh 1:
Persekutuan Komanditer (CV) JK memiliki usaha penjualan gerabah dan terdaftar sebagai Wajib Pajak pada tanggal 4
Agustus 2016.
Peredaran bruto yang diperoleh CV JK:
a. Tahun 2018: Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah);
b. Tahun 2019: Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah);
c. Tahun 2020: Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
d. Tahun 2021: Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
CV JK telah dikenai Pajak Penghasilan final berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dalam
jangka waktu 4 (empat) Tahun Pajak, yaitu sejak Tahun Pajak 2018 sampai dengan Tahun Pajak 2021.
Untuk Tahun Pajak 2022 dan Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya Wajib Pajak tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, sehingga CV JK dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17
ayat (1) huruf b atau Pasal 17 ayat (1) huruf b dan Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 194
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Pasal 69 Penjelasan:
Ayat (2)
Contoh 2:
PT A memiliki usaha bengkel mobil dan terdaftar sebagai Wajib Pajak pada tanggal 24 Januari 2019.
Peredaran bruto yang diperoleh PT A:
a. Tahun 2019: Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
b. Tahun 2020: Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah);
c. Tahun 2021: Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah);
d. Tahun 2022: Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah).
PT A telah dikenai Pajak Penghasilan final berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dalam
jangka waktu 3 (tiga) Tahun Pajak, yaitu sejak Tahun Pajak 2019 sampai dengan Tahun Pajak 2021.
Untuk Tahun Pajak 2022 dan Tahun Pajak-Tahun Pajak berikutnya Wajib Pajak tidak dapat dikenai Pajak Penghasilan
bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, sehingga untuk Tahun Pajak 2022 dan Tahun Pajak-Tahun Pajak
berikutnya PT A dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b atau Pasal 17 ayat (1) huruf b dan
Pasal 31E Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 195
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bab 12 Ketentuan Penutup
Pasal 71 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2020 tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.
Pasal 72 Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku:
c. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau
Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6214), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 196
Analisis Income-based Taxation
• Pembahasan selanjutnya di bawah ini hanya berfokus
pada pajak atas penghasilan (PPh)
• PPh mengacu pada konsep accretion yang dikembangkan
berdasarkan model S-H-S.
• Konsep S-H-S tersebut berasal dari Simons (1938) yang
membuat definisi penghasilan berdasarkan definisi yang
dibuat oleh Haig (1921) dan Schanz (1896) sehingga
konsep S-H-S diambil dari Schanz-Haig-Simon
Sumber: (Holmes, 2001, The • Rumus penghasilan menurut model S-H-S menggunakan
Concept of Income: A Multi-
disciplinary Analysis, p. 51)
persamaan penghasilan = konsumsi + tambahan harta.
• Penerapan PPh dapat dilihat dari
• Pemberi penghasilan (withholding tax system &
schedular taxation system)
• Penerima penghasilan (global taxation system)

Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 197
Analisis Income-based Taxation

Pemberi
Penerima
Penghasilan
Penghasilan (Global
(Schedular Taxation
Taxation System)
System)

Penghasilan

Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 198
Analisis Income-based Taxation
• Untuk memberi kepastian hukum, penerapan PPh
berdasarkan skema pemotongan/pemungutan
(withholding tax) harus mengacu pada objek yang
dirinci (positive list) sesuai kelompok-kelompok Payer C
penghasilan (schedular) dan tarifnya.
Payer B Payer D
• Berdasarkan gambar di samping, pemberi
penghasilan (Payer A, Payer B, Payer C, Payer D,
dan Payer E) mengenakan PPh atas penghasilan
yang bersumber dari mereka (taxation at source)
melalui mekanisme withholding tax system. Payer A Payee Payer E
• Penghasilan yang tidak tercakup di suatu kelompok
(schedule) tidak menjadi objek pemotongan PPh.

Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 199
Analisis Income-based Taxation
• Untuk global taxation system, digunakan konsep 1) penghasilan yang tidak dikenakan pajak (non-
pemajakan global sehingga jenis penghasilan apapun objek PPh) sebagai bentuk tax incentive atau
harus dilaporkan ke otoritas pajak sesuai ketentuan 2) dikenakan dengan tarif khusus yang bersifat final
yang berlaku di negara tempat penerima penghasilan (presumed taxation)
berkedudukan.
• Selain pendekatan berbasis global taxation system
• Sesuai gambar di slide sebelumnya, Payee harus dan schedular taxation system, pajak berbasis
melaporkan seluruh penghasilan (world wide income) penghasilan juga dapat dikenakan berdasarkan
yang berasal dari Payer A, Payer B, Payer C, Payer pendekatan “presumed income” dan “actual income”
D, dan Payer E, dari manapun sumbernya dan (Tanzi & de Jantscher, Presumptive Income Taxation:
dengan nama atau dalam bentuk apapun. Administrative, Efficiency, and Equity Aspects, 1987).
• Dengan pertimbangan tertentu (misalnya prinsip
simplicity), ada pengecualian penghasilan yang
dilaporkan oleh Payee berupa:

Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 200
Analisis Income-based Taxation
• Global taxation system merupakan contoh dari melandasi untuk menggunakan presumptive tax
penerapan pajak berbasis “actual income”yang menurut Tanzi & de Jantscher (1987):
mengacu pada pembukuan dan laporan keuangan. • Kemudahan administrasi (untuk usaha jasa dan
• Menurut OECD (Glossary of Tax Terms, diakses 24 UMKM);
Juli 2021), “presumptive taxation” didefinisikan • Efisiensi (tarif pajak tinggi menjadi tidak efisien);
sebagai “concept of taxation according to which • Keadilan (penghasilan sama untuk global
income tax is based on ‘average’ income instead of taxation system, tapi bayar pajak beda karena
actual income”. Jadi, presumptive tax merupakan ada perilaku tax avoidance).
PPh yang dihitung berdasarkan penghasilan “rata- • Presumptive tax menggunakan cara tidak langsung
rata”, bukan jumlah yang aktual. untuk menentukan kewajiban pajak (Thuronyi,
• Presumptive tax muncul karena kekecewaan Presumptive Taxation, 1996). Cara ini berbeda dari
sebagian kalangan terhadap konsep global taxation aturan biasa (global taxation system) yang mengacu
system dan schedular taxation system. Alasan yang pada laporan keuangan wajib pajak.

Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 201
Analisis Income-based Taxation
• Istilah presumptive (dugaan) mengacu pada asumsi • Untuk kemudahan administrasi (ease of
bahwa nilai penghasilan aktual wajib pajak tidak lebih administration) dan kesederhanaan (simplicity),
kecil dari penghasilan yang dihasilkan dari penerapan pengakuan penghasilan (revenue recognition) secara
pajak dengan metode tidak langsung. umum di banyak negara menggunakan konsep
• Presumptive tax dapat digunakan untuk pajak apa akuntansi berikut ini:
pun yang biasanya didasarkan pada pembukuan • Cash basis, dan/atau
pajak penghasilan, turnover tax, dan PPN atau pajak • Accrual basis.
penjualan. Meskipun demikian, presumptive tax
paling umum digunakan untuk PPh.
• Contoh penerapan presumptive tax di Indonesia:
• PPh final 0,5% sesuai PP No. 23/2018; dan
• PPh final atas imbalan usaha jasa konstruksi
sesuai PP No. 51/2008 s.t.d.t.d PP No. 9/2022.
Inhouse Training | 19 Desember 2022 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 202
Analisis Ketentuan PPh Final 0,5%
• Berdasarkan Pasal 72 PP 55/2022, sejak 20
Desember 2022 saat PP 55/2022 diundangkan, PP
23/2018 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
• Konsiderans dari penerbitan PP 55/2022 khusus
untuk wajib pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu dalam jangka waktu tertentu adalah untuk
memberikan:
1. kepastian hukum (legal certainty),
2. penyederhanaan administrasi perpajakan
(simplicity),
3. Kemudahan (ease of administration, dan
4. Keadilan (equality atau equity).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 203
Analisis Ketentuan PPh Final 0,5%
• Pengaturan PPh final 0,5% mulai 20 Desember 2022 untuk pengaturan PPh final 0,5% tertuang di Pasal
sudah mengacu pada PP 55/2022, namun masih 69 PP 55/2022.
ada peraturan peralihan sesuai pengaturan di Pasal • Tujuan Ketentuan Peralihan adalah untuk:
69/2022.
1. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
• Sesuai dengan nomor urut 127 dari Lampiran II UU 2. menjamin kepastian hukum;
No. 12/2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (“UU P3”), Ketentuan 3. memberikan perlindungan hukum bagi pihak
Peralihan memuat penyesuaian pengaturan tindakan yang terkena dampak perubahan ketentuan
hukum atau hubungan hukum yang sudah ada Peraturan Perundang-undangan; dan
berdasarkan ketentuan lama terhadap ketentuan 4. mengatur hal-hal yang bersifat transisional
baru. atau bersifat sementara.
• Dengan kata lain, hubungan hukum antara PP
23/2018 dan Pasal 56 s.d. Pasal 63 PP 55/2022

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 204
Analisis Ketentuan PPh Final 0,5%
• Beberapa kutipan pasal di PP 55/2022 di halaman • Sesuai nomor urut 176 Lampiran II UU P3, fungsi
sebelumnya menyertakan beberapa kutipan penjelasan di peraturan adalah sebagai tafsir resmi
penjelasan resmi dari pembuat aturan yang isinya policymaker atas norma tertentu di dalam batang
“Cukup Jelas.” tubuh. Karena itu, Pejelasan hanya memuat uraian
• Menurut Maria Farida Indrati Soeprapto (Ilmu terhadap kata, frasa, kalimat, atau padanan
Perundang-Undangan 2: Proses dan Teknik kata/istilah asing dalam norma yang dapat disertai
Pembentukannya, 2007, hal. 144), bagian dengan contoh.
Penjelasan merupakan ‘interpretasi resmi’ (autentik) • Untuk itu, Penjelasan merupakan sarana untuk
dari pembentuk peraturan perundang-undangan memperjelas norma dalam batang tubuh. Penjelasan
(policymaker). tidak boleh mengakibatkan terjadinya ketidakjelasan
• Tujuannya adalah untuk membantu masyarakat dari norma yang dimaksud.
mengetahui maksud atau latar belakang
pembentukan peraturan perundang-undangan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 205
Analisis Ketentuan PPh Final 0,5%
• Sesuai Pasal 56 PP 55/2022, PPh final 0,5% dalam 1. penghasilan yang diterima atau diperoleh
jangka waktu tertentu dikenakan atas: Wajib Pajak orang pribadi dari jasa
• penghasilan dari usaha sehubungan dengan pekerjaan bebas;
• yang diterima atau diperoleh 2. penghasilan yang diterima atau diperoleh di
• Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi dan luar negeri yang pajaknya terutang atau telah
badan berbentuk koperasi, persekutuan dibayar di luar negeri;
komanditer, firma, perseroan terbatas, atau 3. penghasilan yang telah dikenai Pajak
BUMDes/BUMDes bersama) Penghasilan yang bersifat final dengan
• yang memiliki peredaran bruto tertentu hingga ketentuan peraturan perundang-undangan
Rp 4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak. perpajakan tersendiri; dan
4. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek
• Berdasarkan PP 55/2022, pengenaan PPh final di pajak.
atas tidak dikenakan atas jenis penghasilan sbb.:

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 206
Analisis Ketentuan PPh Final 0,5%
• PPh final 0,5% juga tidak berlaku jika kondisi berikut dimaksud dalam Pasal 56 ayat (4) PP 55/2022;
terpenuhi: c. Wajib Pajak badan yang memperoleh fasilitas
a. Wajib Pajak yang memilih untuk dikenai Pajak PPh berdasarkan:
Penghasilan berdasarkan: 1. Pasal 31A UU PPh;
1. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh, untuk 2. PP No. 94/2010 tentang Penghitungan
Wajib Pajak orang pribadi; atau Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan
2. tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan
dengan mempertimbangkan Pasal 31E UU beserta perubahan atau penggantinya; atau
PPh, untuk Wajib Pajak badan; 3. Pasal 75 dan Pasal 78 PP 40/2021 tentang
b. Wajib Pajak badan berbentuk persekutuan Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus
komanditer atau firma yang dibentuk oleh beserta perubahan atau penggantinya; dan
beberapa Wajib Pajak orang pribadi yang d. Wajib Pajak bentuk usaha tetap.
memiliki keahlian khusus yang menyerahkan
jasa yang sejenis dengan jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas sebagaimana
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 207
208

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
Membedah PP
55/2022 Sebagai
Peraturan Pelaksana
UU PPh Baru: Jilid 6
Free Webinar | 15 Februari 2023 |
Pratama-Kreston Tax Research Institute |
Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
“Ubi societas ibi ius”
“Di mana ada masyarakat, Di situ
ada hukum”
(Marcus Tulius Cicero, 106-143 SM)

“...the defining characteristic of


modern regulation is complexity.”
(Skidmore dkk, The Long Game: How Regulators and
Companies Can Both Win, 2003)M)

21
0
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal Tgl
1 Ketentuan umum 1
2 Objek PPh
a. Objek PPh 2
b. Kriteria keahlian tertentu serta pengenaan pajak penghasilan bagi warga negara asing 3, 4, 5
3 Pengecualian dari objek PPh Jillid 6
a. Hibah, bantuan, atau sumbangan 6 (15 Feb
b. Bantuan atau santunan yang dibayarkan badan penyelenggara jaminan sosial kepada wajib pajak tertentu 7, 8 2023)
c. Ketentuan pengecualian pajak penghasilan atas dividen atau penghasilan lain 9, 10, 11
d. Penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu yang diterima oleh dana pensiun 12
e. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu dan sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau 13, 14,
lembaga nirlaba bidang pendidikan, bidang penelitian dan pengembangan, sosial, dan/atau keagamaan 15, 16
4 Biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Jillid 3
a. Biaya promosi dan penjualan 18 (25 Jan
b. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih 19 2023)
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan 20
5. Penyusutan harta berwujud dan/atau amortisasi harta tak berwujud 21, 22

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 211
Ringkasan Bab di PP 55/2022
Bab Judul Bab PP 55/2022 Pasal Tgl
6. Perlakuan perpajakan atas penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan Jilid 1 &
a. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan merupakan objek PPh 23 2 (11 &
bagi pihak penerima dan pengurang penghasilan bruto bagi pihak pemberi 18 Jan
b. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan yang dikecualikan dari 24, 25, 26, 27, 28 2023)
objek pajak penghasilan bagi pihak penerima
c. Penilaian natura dan/atau kenikmatan 29, 30, 31
7 Instrumen pencegahan penghindaran pajak 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, Jilid 4 (1
39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, Feb
46, 47 2023)
8 Penerapan perjanjian internasional di bidang perpajakan 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54
9 Bantuan atau sumbangan termasuk zakat, infak, sedekah, dan sumbangan keagamaan yang 55
sifatnya wajib yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan
10 PPh atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, Jilid 5 (8
peredaran bruto tertentu 63 Feb ‘23)
11 Penurunan tarif PPh bagi WP badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka 64, 65, 66, 67, 68
12 Ketentuan peralihan 69
13 Webinar
Free Ketentuan penutup Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.
| Pratama-Kreston 70, 71, 72, 73, 74 212
Agenda Pembahasan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Non-objek PPh

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 213
Pembahasan Non-objek PPh
Agenda 11

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi


Saptono, Ak., CA, MBA. 214
Konsep & Pembagian Penghasilan
Global Taxation
Objek PPh non- System
final [Pasal 4 ay
(1)]
Doktrin Realisasi
Objek PPh

Penghasilan = Objek PPh final Diatur oleh


Konsumsi + [Pasal 4 ay (2)] banyak PP
Tambahan Harta

Non-Objek PPh Diatur dengan PP


[Pasal 4 ay (3)] 55/2022

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 215
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Sepanjang waktu, menurut Holmes (The Concept of pengenaan pajak.
Income: A Multi-disciplinary Analysis, 2000, pp. ix-x), • Tidak ada kesepakatan universal tentang arti
disiplin ilmu ekonomi, ilmu akuntansi, dan ilmu hukum penghasilan (Vladimirova, Solving the Realization
telah mengembangkan pemahamannya masing- Problem with A Consumption Tax: Reconsidering
masing terhadap pengertian penghasilan. Andrew's Proposal, 2013, p. 492).
• Sebagai akibatnya, timbul perbedaan interpretasi • Pandangan para ekonom tentang pendapatan
tentang penghasilan dan perbedaan praktik umumnya berbeda dari lembaga pemerintah,
pengukuran penghasilan. bahkan para ahli dan ekonom di dalam
• Meskipun demikian, masing-masing disiplin ilmu pemerintah tidak sepakat di antara mereka
melihat pengertian penghasilan dari disiplin ilmu sendiri (p. 492).
lainnya sebagai panduan (p. x). • Kondisi di atas menghasilkan basis pajak
• Menurut Avi-Yonah dkk (Global perspectives on penghasilan menggunakan gabungan konsep
income taxation law, 2011, p. 17), titik awal dari dari pandangan politik, ekonomi, dan hukum (p.
pembahasan tentang pajak penghasilan apapun 492).
adalah definisi penghasilan sebagai dasar
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 216
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Di banyak negara, definisi legal tentang penghasilan konsep tersebut.
berasal dari dua struktur definisi (Ault & Arnold, • Sistem pajak apapun dapat mendefinisikan
Comparative Income Taxation, A Structural Analysis, 3rd penghasilan kena pajak berdasarkan global system
Edition, 2010, p. 197; Avi-Yonah, Sartori, & Marian, Global (misalnya AS) atau berdasarkan schedular system
perspectives on income taxation law, 2011, p. 17), yaitu (misalnya Italia).
• schedular system, atau
• Konsep penghasilan, yang ada saat ini dan berasal dari
• global system. masa lalu, memiliki karakteristik yang bersumber dari
• Menurut Avi-Yonah dkk (2011, pp. 18-19), tidak ada satu pertanian, yang terjadi di Zona Temperate (Seltzer,
negara pun di dunia yang mendefinisikan penghasilan Goldsmith, & Slade, Origins of the Special Legal Status of
hanya berdasarkan global system ataupun schedular Capital Gains, 1951, p. 25).
system. • Di dalam perekonomian yang didominasi sektor pertanian,
• Tidak ada satu negara pun yang menerapkan secara penghasilan tampaknya merupakan fakta nyata dan
murni source concept ataupun accretion concept berasal dari panen tahunan dan kekayaannya berbentuk
karena ada proses konvergensi tentang kedua uang (p. 25).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 217
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Masalah mendasar yang melandasi problematika tentang • Menurut McMillan (The Concept of Income as Related
definisi penghasilan dan pengukurannya mengacu pada to The Non-Charitable NonProfit, 2010, p. 463), untuk
perbedaan signifikan antara konsep penghasilan menurut: menerapkan pajak atas penghasilan atau
1. konteks ekonomi, membebaskan jenis penghasilan tertentu dari
2. konteks akuntansi, dan pengenaan pajak, perlu lebih dulu didefinisikan apa
itu penghasilan.
3. konteks perpajakan. • Secara konseptual, formulasi penghasilan pertama
• Konflik muncul di antara konsep penghasilan menurut kali dikembangkan oleh Simons (Personal Income
domain pajak dan akuntansi (Sommerfeld, Anderson, & Taxation: The Definition of Income as A Problem of
Brock, An introduction to taxation, 2nd edition, 1972, p. Fiscal Policy, 1938).
132). • Definisi Simons (1938) di atas berdasarkan definisi
• Untuk konteks perpajakan, dua ahli menyatakan sbb.: yang dibuat oleh Haig (The Federal Income Tax,
1921) dan Schanz (Der Einkommensbegriff und die
• Menurut Ulbrich (Public Finance in Theory and Einkommensteuergesetze, 1896).
Practice, 2nd edition, 2011, p. 177), penghasilan
merupakan dasar pengukuran yang paling
sederhana.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 218
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Definisi penghasilan dari Haig dan Simons di atas NonProfit, 2010, p. 465).
biasa dikenal dengan istilah definisi penghasilan • Weisbach (A Partial Mark-to-Market Tax System,
menurut Haig-Simons (Thuronyi, 1990, pp. 45-46; 1999, p. 95) menyatakan bahwa perpajakan dengan
McMillan, 2010, p. 465; King, 1995). konsep S-H-S, yang juga disebut sebagai "mark-to-
• Seringkali, untuk definisi/konsep penghasilan market taxation" pada umumnya merupakan bentuk
tersebut, digunakan juga istilah S–H–S (Goode, ideal pajak penghasilan karena karakteristiknya yang
1977; White, 2017, p. 48) atau SHS yang berasal dari adil, sederhana, dan efisien.
singkatan Schanz–Haig–Simons. • Secara teoritis, pengertian penghasilan mengacu
• Definisi penghasilan SHS secara komprehensif pada concept of income (accretion, source, or trust
dirumuskan sbb.: “...income for a given period is the concept) (Thuronyi, Comparative Tax Law, 2003, p.
sum of a taxpayer’s change in real wealth and her 233).
consumption during this period” (McMillan, The
Concept of Income as Related to The Non-Charitable

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 219
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Karena tujuan kebijakan pajak yang bervariasi di pembuat kebijakan akan mengambil kondisi ideal
berbagai negara, pada awalnya PPh secara aktual yang kedua (McMillan, 2010, p. 463).
berangkat dari konsep penghasilan yang ideal • Menurut Mansury (Panduan Konsep Utama Pajak
(McMillan, 2010, p. 463). Penghasilan Indonesia, Jilid 2, 1996, p. 23), sebagian
• Akan tetapi, sesuatu yang ideal masih harus besar ahli ekonomi pajak bersepakat bahwa konsep
dipahami lagi untuk mengetahui apa saja yang S-H-S menjadi titik tolak ideal guna merumuskan
masih belum tercakup (p. 463). penghasilan untuk tujuan pajak.
• Di dalam praktik, konsep yang ideal tersebut • Tema pokok dari konsep S-H-S adalah bahwa “the
harus diterjemahkan lagi berdasarkan “the accretion theory of income” menjadi satu-satunya
second-best theory” (Lipsey & Lancaster, The teori yang membuahkan konsep penghasilan yang
General Theory of Second Best, 1956). memungkinkan penerapan konsep “ability to pay
• Dengan kata lain, jika kondisi ideal dari suatu approach” (Mansury, Pembahasan Mendalam Pajak
konsep penghasilan tidak dapat dicapai, atas Penghasilan, 2000, p. 39).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 220
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Akan tetapi, jika pengertian penghasilan menurut mengakui bahwa adalah sangat sulit untuk
konsep S-H-S di atas diadopsi penuh, akan muncul mengenakan pajak atas penghasilan yang baru
kesulitan untuk menghitung penghasilan yang berupa capital appreciation tersebut (p. 23).
sebenarnya (Mansury, 1996, p. 23). • Capital appreciation pada umumnya tidak
• Sebagai contohnya, tambahan kemampuan merefleksikan atau menjadi ukuran dari progress
ekonomis menurut konsep S-H-S mencakup juga aktivitas operasi (Paton & Littleton, An Introduction to
kenaikan nilai harta yang dimiliki meskipun harta Corporate Accounting Standards, Monograph No. 3,
tersebut tetap dimiliki dan tidak dialihkan 1940, p. 62).
kepemilikannya kepada pihak lain (p. 23). • Capital appreciation juga bukan merupakan hasil
• Dengan kata lain, definisi ekonomi perpajakan dari suatu transaksi atau konversi (p. 62).
tentang penghasilan mencakup juga semua • Capital appreciation muncul tanpa ada tambahan
tambahan kemampuan ekonomis yang belum sumber daya likuid yang dapat digunakan untuk
direalisasikan (unrealized). memenuhi kewajiban atau melakukan
• Dari sisi administrasi, para ahli ekonomi perpajakan pembayaran kepada investor (p. 62).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 221
Konsep & Pembagian Penghasilan
• Karena konsep ideal tentang penghasilan tidak dapat litigasi terus-menerus dan akan timbul
diterapkan sesuai penjelasan di atas, muncul doktrin administrative nightmare (p. 141).
realisasi. • Jika konsep penghasilan menurut S-H-S dianggap
• Menurut Sommerfeld et al. (An introduction to sebagai “the best concept of income”, “the realized
taxation, 2nd edition, 1972, pp. 140-141), alasan income concept” dianggap sebagai “the second best
utama untuk menerapkan konsep realisasi di dalam concept of income” (Mansury R. , 2000, p. 40), sesuai
perpajakan adalah perlunya tingkat kepastian dan dengan teori “the second best” yang dikemukakan
objektivitas yang tinggi saat perhitungan pajak. oleh Lipsey & Lancaster (1956).
• Bahwa mengabaikan doktrin realisasi akan
mengakibatkan subjektivitas yang cukup besar
sehingga pengenaan pajak akan tergantung
pada penilaian pribadi (p. 141).
• Selain itu, dapat muncul juga tax dispute dan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 222
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 1 Hibah, Bantuan, atau Sumbangan
Pasal 6 (1) Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan merupakan objek Pajak Penghasilan bagi
pihak pemberi.
(2) Dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanjang:
a. hibah, bantuan, atau sumbangan diberikan kepada:
1. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat;
2. badan keagamaan;
3. badan pendidikan;
4. badan sosial termasuk yayasan;
5. koperasi; atau
6. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil; dan
b. tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan.
(3) Ketentuan mengenai:
a. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 1
merupakan orang tua kandung dan anak kandung;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 223
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 1 Hibah, Bantuan, atau Sumbangan
Pasal 6 (3) Ketentuan ...: (lanjutan)
b. badan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 2 merupakan badan, yang tidak mencari
keuntungan dengan kegiatan utamanya mengurus tempat ibadah dan/atau menyelenggarakan kegiatan di bidang
keagamaan;
c. badan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 3 merupakan badan yang tidak mencari
keuntungan dengan kegiatan utamanya menyelenggarakan pendidikan;
d. badan sosial termasuk yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 4 merupakan badan yang tidak
mencari keuntungan dengan kegiatan utamanya menyelenggarakan:
1. pemeliharaan kesehatan;
2. pemeliharaan orang lanjut usia atau panti jompo;
3. pemeliharaan anak yatim dan/atau piatu dan penyandang disabilitas;
4. penanganan ketunaan sosial, ketelantaran, dan penyimpangan perilaku;
5. santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan sejenisnya;
6. pemberian beasiswa; dan/atau
7. pelestarian
Free Webinar | Pratama-Kreston lingkungan
Tax Research Institute | Dr.hidup;
Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 224
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 1 Hibah, Bantuan, atau Sumbangan
Pasal 6 (3) Ketentuan ...: (lanjutan)
e. koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 5 merupakan badan sebagaimana diatur dalam
ketentuan perundang-undangan di bidang perkoperasian; atau
f. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a angka 6
merupakan orang pribadi yang memiliki dan menjalankan usaha produktif yang memenuhi kriteria:
1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha; atau
2. memiliki peredaran usaha setahun sampai dengan Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
(4) Ketentuan mengenai tata cara penilaian dan penghitungan atas keuntungan karena pengalihan harta sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Pasal 7 (1) Harta hibahan dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sepanjang:
a. diterima oleh:
1. keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat;
2. badan keagamaan;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 225
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 1 Hibah, Bantuan, atau Sumbangan
Pasal 7 (1) Harta hibahan ...sepanjang: (lanjutan)
a. diterima ...: (lanjutan)
3. badan pendidikan;
4. badan sosial termasuk yayasan;
5. koperasi; atau
6. orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3); dan
b. tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak yang bersangkutan.
(2) Harta hibahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk uang atau barang.
(3) Ketentuan mengenai tata cara penilaian dan penghitungan atas harta hibahan yang berbentuk barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 226
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 2 Bantuan atau Santunan yang Dibayarkan BPJS kepada Wajib Pajak Tertentu
Pasal 8 (1) Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu
dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
(2) Wajib Pajak tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan:
a. Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang tidak mampu;
b. Wajib Pajak atau anggota masyarakat yang mengalami bencana alam; dan/atau
c. Wajib Pajak atau anggota masyarakat tertimpa musibah.
(3) Ketentuan mengenai bantuan atau santunan yang dibayarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Menteri.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 227
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (1) Penghasilan berupa:
a. dividen yang berasal dari dalam negeri atau dividen yang berasal dari luar negeri; atau
b. penghasilan lain berupa penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri dan penghasilan dari
luar negeri tidak melalui bentuk usaha tetap,
yang memenuhi persyaratan tertentu dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan.
(2) Dividen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak:
1. orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia dalam jangka waktu tertentu; dan/atau
2. badan dalam negeri;
b. dividen yang berasal dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam negeri atau Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 228
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (2) Dividen ... dengan ketentuan sebagai berikut: (lanjutan)
c. dividen yang berasal dari luar negeri sebagaimana dimaksud dalam huruf b merupakan:
1. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek;
atau
2. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa
efek sesuai dengan proporsi kepemilikan saham;
d. dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek
sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 1 dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sebesar dividen yang
diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu;
e. dalam hal dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya diperdagangkan di bursa
efek sebagaimana dimaksud dalam huruf d diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kurang dari
dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, berlaku ketentuan:
1. atas dividen yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan; dan
2. atas selisih dari dividen yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dikurangi dengan dividen yang diinvestasikan
sebagaimana
Free Webinar | Pratama-Kreston dimaksud
Tax Research Institute dalamBudi
| Dr. Prianto angka 1 dikenai
Saptono, Ak., CA,Pajak
MBA. Penghasilan; 229
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (2) Dividen ... dengan ketentuan sebagai berikut: (lanjutan)
f. selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha
di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebagaimana dimaksud dalam huruf c angka 2
harus:
1. diinvestasikan paling rendah 30% (tiga puluh persen) dari laba setelah pajak; atau
2. diinvestasikan sebelum Direktur Jenderal Pajak menerbitkan surat ketetapan pajak atas dividen tersebut
sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan;
g. dalam hal dividen sebagaimana dimaksud dalam huruf f diinvestasikan di Indonesia setelah Direktur Jenderal Pajak
menerbitkan surat ketetapan pajak atas dividen tersebut sehubungan dengan penerapan Pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang Pajak Penghasilan, dividen dimaksud tidak dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan;
h. dalam hal dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek sebagaimana dimaksud dalam huruf f, diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
kurang dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah laba setelah pajak, berlaku ketentuan:
1. atas dividen yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 230
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (2) Dividen ... dengan ketentuan sebagai berikut: (lanjutan)
h. dalam hal dividen ..., berlaku ketentuan: (lanjutan)
2. atas selisih dari 30% (tiga puluh persen) laba setelah pajak dikurangi dengan dividen yang diinvestasikan
sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dikenai Pajak Penghasilan; dan
3. atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud dalam angka 1
serta atas selisih sebagaimana dimaksud dalam angka 2, tidak dikenai Pajak Penghasilan;
i. dalam hal dividen yang dibagikan berasal dari badan usaha di luar negeri yang sahamnya tidak diperdagangkan di
bursa efek sebagaimana dimaksud dalam huruf f, diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia lebih
dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah laba setelah pajak, berlaku ketentuan:
1. atas dividen yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan; dan
2. atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen yang diinvestasikan sebagaimana dimaksud dalam angka 1,
tidak dikenai Pajak Penghasilan;
j. dividen yang dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b merupakan
dividen yang dibagikan berdasarkan rapat umum pemegang saham atau dividen interim sesuai dengan ketentuan
peraturan
Free Webinar | Pratama-Kreston perundang-undangan;
Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 231
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (2) Dividen ... dengan ketentuan sebagai berikut: (lanjutan)
k. rapat umum pemegang saham atau dividen interim sebagaimana dimaksud dalam huruf j termasuk rapat sejenis dan
mekanisme pembagian dividen sejenis;
l. dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri atau
Wajib Pajak badan dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam huruf a, tidak dipotong Pajak Penghasilan;
m. dalam hal Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memenuhi ketentuan investasi sebagaimana dimaksud
dalam huruf a angka 1, atas dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri terutang Pajak Penghasilan pada saat dividen diterima atau diperoleh; dan
n. Pajak Penghasilan yang terutang sebagaimana dimaksud dalam huruf m wajib disetor sendiri oleh Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Penghasilan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikecualikan dari objek Pajak Penghasilan dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan
dalam negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sepanjang diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung
kegiatan usaha lainnya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu dengan syarat
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 232
penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut paling rendah 30% (tiga puluh persen) dari laba setelah pajak;
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (3) Penghasilan lain ... sebagai berikut: (lanjutan)
b. dalam hal penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia kurang dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah laba
setelah pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a berlaku ketentuan:
1. atas penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan;
2. atas selisih dari 30% (tiga puluh persen) laba setelah pajak dikurangi dengan penghasilan setelah pajak yang
diinvestasikan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dikenai Pajak Penghasilan; dan
3. atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan sebagaimana
dimaksud dalam angka 1 serta atas selisih sebagaimana dimaksud dalam angka 2, tidak dikenai Pajak
Penghasilan;
c. dalam hal penghasilan setelah pajak dari suatu bentuk usaha tetap di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia lebih dari 30% (tiga puluh persen) dari jumlah laba
setelah pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, berlaku ketentuan:
1. atas penghasilan setelah pajak yang diinvestasikan tersebut, dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan; dan
2. atas
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax sisa labaInstitute
Research setelah| Dr.pajak dikurangi
Prianto dengan
Budi Saptono, penghasilan
Ak., CA, MBA. setelah pajak yang diinvestasikan sebagaimana 233
dimaksud dalam angka 1, tidak dikenai Pajak Penghasilan; dan
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (3) Penghasilan lain ... sebagai berikut: (lanjutan)
d. penghasilan dari luar negeri tidak melalui bentuk usaha tetap yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak badan dalam
negeri atau Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dikecualikan dari pengenaan Pajak Penghasilan dalam hal
penghasilan tersebut diinvestasikan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan
memenuhi persyaratan berikut:
1. penghasilan berasal dari usaha aktif di luar negeri; dan
2. bukan penghasilan dari perusahaan yang dimiliki di luar negeri.
(4) Pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dan ayat (3) huruf a dan huruf d berlaku ketentuan:
a. tidak dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang;
b. tidak dapat dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan; dan/atau
c. tidak dapat dimintakan pengembalian kelebihan pembayaran pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 234
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 9 (5) Dalam hal Wajib Pajak tidak menginvestasikan penghasilan dalam jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b dan ayat (3) huruf a dan huruf d berlaku ketentuan:
a. penghasilan dari luar negeri tersebut merupakan penghasilan pada Tahun Pajak diperoleh; dan
b. pajak atas penghasilan yang telah dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan tersebut merupakan kredit
pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Undang-Undang Pajak Penghasilan.
(6) Ketentuan mengenai tata cara pengecualian Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Menteri.
Pasal 10 (1) Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf a angka 1 dan huruf b dan ayat (3) harus memenuhi kriteria
dan jangka waktu tertentu.
(2) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk investasi yang meliputi:
a. surat berharga Negara Republik Indonesia dan surat berharga syariah Negara Republik Indonesia;
b. obligasi atau sukuk badan usaha milik negara yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;
c. obligasi atau sukuk lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh pemerintah yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas
Jasa Keuangan;
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 235
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 10 (2) Kriteria ... meliputi: (lanjutan)
d. investasi keuangan pada bank persepsi termasuk bank syariah;
e. obligasi atau sukuk perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan;
f. investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha;
g. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh pemerintah;
h. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham;
i. penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di Indonesia sebagai pemegang saham;
j. kerja sama dengan lembaga pengelola investasi;
k. penggunaan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya dalam bentuk penyaluran pinjaman bagi usaha mikro dan kecil
di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang usaha mikro, kecil, dan menengah; dan/atau
l. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 236
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 10 (3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a sampai dengan huruf e dan huruf 1 ditempatkan pada instrumen
investasi di pasar keuangan sebagai berikut:
a. efek bersifat utang;
b. sukuk;
c. saham;
d. unit penyertaan reksa dana;
e. efek beragun aset;
f. unit penyertaan dana investasi real estat;
g. deposito;
h. tabungan;
i. giro;
j. kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa berjangka di Indonesia; dan/atau
k. instrumen investasi pasar keuangan lainnya termasuk produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi, perusahaan
pembiayaan, dana pensiun, atau modal ventura yang mendapatkan persetujuan Otoritas Jasa Keuangan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 237
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 10 (4) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f sampai dengan huruf 1 ditempatkan pada instrumen investasi di luar
pasar keuangan sebagai berikut:
a. investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha;
b. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh pemerintah;
c. investasi pada properti dalam bentuk tanah dan/atau bangunan yang didirikan di atasnya;
d. investasi langsung pada perusahaan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. investasi pada logam mulia berbentuk emas batangan atau lantakan;
f. kerja sama dengan lembaga pengelola investasi;
g. penggunaan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya dalam bentuk penyaluran pinjaman bagi usaha mikro dan kecil
di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang usaha mikro, kecil, dan menengah; dan/atau
h. bentuk investasi lainnya di luar pasar keuangan yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dan huruf d dilakukan melalui mekanisme penyertaan modal ke
dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 238
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 3 Ketentuan Pengecualian PPh atas Dividen atau Penghasilan Lain
Pasal 10 (6) Sektor yang menjadi prioritas pemerintah dalam investasi sektor riil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b meliputi
sektor yang ditetapkan dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional.
(7) Properti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c tidak termasuk properti yang mendapatkan subsidi dari pemerintah.
(8) Logam mulia sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e merupakan emas batangan atau lantakan dengan kadar
kemurnian 99,99% (sembilan puluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen).
(9) Emas batangan atau lantakan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan emas yang diproduksi di Indonesia dan
mendapatkan akreditasi dan sertifikat dari Badan Standardisasi Nasional dan/atau London Bullion Market Association.
(10)Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat dialihkan, kecuali ke dalam bentuk investasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
Pasal 11 Jangka waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. paling lambat:
1. akhir bulan ketiga setelah Tahun Pajak diterima atau diperoleh dividen atau penghasilan lain, untuk Wajib Pajak
orang pribadi; atau
2. akhir bulan keempat setelah Tahun Pajak diterima atau diperoleh dividen atau penghasilan lain, untuk Wajib Pajak
badan; dan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 239
b. paling singkat 3 (tiga) Tahun Pajak terhitung sejak Tahun Pajak dividen atau penghasilan lain diterima atau diperoleh.
Rincian Pengaturan
Pasal Isi Pasal PP 55/2022
Bagian 4 Penghasilan dari Penanaman Modal dalam Bidang-bidang Tertentu yang Diterima oleh Dana Pensiun
Pasal 12 (1) Penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu yang diterima atau diperoleh dana pensiun dikecualikan
dari objek Pajak Penghasilan.
(2) Dana pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Otoritas
Jasa Keuangan.
(3) Dana pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (2), selain yang disahkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, termasuk juga
dana pensiun yang telah disahkan oleh Menteri sebelum beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan
pengawasan dana pensiun dari Menteri kepada Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 31 Desember 2012.
(4) Penghasilan dari penanaman modal dalam bidang-bidang tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. bunga, diskonto, dan imbalan dari deposito, sertifikat deposito, dan tabungan pada bank di Indonesia yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, serta Sertifikat Bank Indonesia;
atau
b. bunga, diskonto, dan imbalan dari obligasi, obligasi syariah (sukuk), Surat Berharga Syariah Negara, dan Surat
Perbendaharaan Negara yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan perdagangannya pada bursa efek di Indonesia.
(5) Ketentuan mengenai tata cara pengecualian dari objek Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA. 240
241

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA, MBA.

Anda mungkin juga menyukai