Anda di halaman 1dari 111

Isu PPh & PPN atas

Pengakuan Pendapatan
Sesuai PSAK 72 (Sesi 1 & 2)
Free Webinar | Pratama–Kreston Tax Research Insittute
Rabu | 4 & 11 Nov. 2020 | Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
 Nama lengkap : Dr. Prianto Budi Saptono, Ak., CA., MBA
 Nama panggilan : Prianto atau Prie
 Tempat, tgl lahir : Purwokerto, 8 September 1971
 Keluarga : 1 istri, 6 anak, 2 menantu, 2 cucu
 Pendidikan : D3 STAN (1993) - D4 STAN (1999) - S2 UGM (2012) - S3 FISIP UI (2020)
 Pekerjaan : • Pernah bekerja di Ditjen Pajak - pemeriksa fungsional di Karikpa Jakarta Enam (1994 –
1999)
• Pernah bekerja sebagai auditor/konsultan di KAP Kanaka Puradiredja & Rekan (1999-
2004)
• Pendiri/pemilik PT Pratama Indomitra Konsultan dengan 100 pegawai (2010 – skrg)
• Pengajar S1 Fak. Ilmu Administrasi UI (Sep 2014 – skrg)
• Pengajar S2 Magister Administrasi Institut STIAMI (mulai 2020)
 Organisasi : • Ketua Bidang Kompartemen Akuntan Pajak Ikatan Akuntan Indonesia Wilayah Jakarta
• Ketua Bid. Penelitian & Pengembangan IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) Pusat
• Anggota Komite Perpajakan IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 2
Agenda Pembahasan
Sesi 1:
1. Latar Belakang Masalah
2. Ikhtisar Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK 72
3. Konsep Pemajakan Berbasis Penghasilan
4. Konsep Pemajakan Berbasis Konsumsi
5. Isu PPh dan PPN atas Pengakuan Pendapatan
sesuai PSAK 72
Sesi 2:
6. Transfer of Control, Time of Supply, & Aspek
Penyerahan Menurut PPN

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 3
#1
Latar Belakang Masalah

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 4
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Aristoteles (ahli filsafat Yunani), sebagaimana dikutip dari Higson (Corporate Financial
Reporting, 2003), menyatakan “if you wish to understand something, observe its
beginnings and development” (p. 40)
 PSAK 72 Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan mulai berlaku sejak 1 Januari
2020.
 Untuk memahami PSAK 72, cara yang paling tepat adalah dengan menelaah IFRS 15
Revenue from Contracts with Customers, yang dijadikan sebagai rujukan adopsi dari
PSAK 72 dan yang mulai berlaku efektif 1 Januari 2018.
 PSAK 72 tidak terlepas dari proses transformasi paradigma akuntansi yang dikatakan
oleh Shortridge & Smith (Understanding the changes in accounting thought, 2009)
sebagai sebuah revolusi sesuai dengan pengertian Thomas Kuhn (The structure of
scientific revolutions, 1970).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 5
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Transformasi paradigma akuntansi digambarkan oleh Shortridge & Smith (2009,
p. 12) seperti terlihat pada slide di halaman berikut.
 Sesuai dengan model transformasi paradigma pada slide sebelumnya,
transformasi paradigma akuntansi yang ada pada IFRS 15 mencakup:
 Pergeseran pendekatan pengaturan dari rules-based approach ke
principles-based approach;
 Perubahan karakteristik kualitatif dari reliability ke arah faithful
representation;
 Perubahan basis pengukuran dari Historical Cost Accounting (HCA)
menjadi Fair Value Accounting (FVA).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 6
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi

Sumber:
diadaptasi dari
Shortridge &
Smith (2009, p.
12)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 7
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Perubahan paradigma akuntansi pada gambar di halaman sebelumnya
menghasilkan tiga perubahan radikal akuntansi, yaitu:
 Dari rules based-based approach menuju ke principles-based approach di
dalam pendekatan penyusunan SAK-nya;
 Dari income statement orientation menuju ke balance-sheet orientation di
dalam metode pengukuran penghasilannya; dan
 Dari historical cost accounting (HCA) menuju ke fair value accounting (FVA)
di dalam kualitas informasi yang dihasilkan dari proses pelaporan
keuangannya.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 8
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Perubahan paradigma akuntansi dari industrial paradigm menuju information paradigm tidak
terlepas dari dasar pijakan sesuai dengan teori decision-usefulness yang diinisiasi oleh
Staubus (An Accounting Concept of Revenue, 1954) melalui disertasi doktoralnya (Previts &
Flesher, 2015, p. 52).
 Teori decision-usefulness bersifat normatif dan deduktif yang fokus pada tujuan pelaporan
keuangan karena pada dasarnya informasi laporan keuangan yang disiapkan oleh
manajemen adalah untuk memberikan informasi bermanfaat di dalam proses pengambilan
keputusan.
 Menurut Staubus (Two Views of Accounting Measurement, 2004, p. 268), pertanyaan tentang
tujuan pelaporan keuangan merupakan faktor kunci yang memungkinkan banyak jawaban
diperoleh, khususnya berkaitan dengan “decision-usefulness objectives”. Jawaban yang
banyak tersebut mau tak mau mengarah ke pertanyaan tentang siapa pengguna laporan
keuangan dan kegunaannya apa (p. 269).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 9
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Staubus (1954, p. 18) menyimpulkan bahwa laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
perusahaan harus memberikan informasi yang fokus pada kebutuhan investor jangka
pendek maupun jangka panjang (Staubus, 1977, p. 21)
 Paradigma fair value yang sekarang diadopsi oleh IFRS berpangkal tolak dari decision
usefulness paradigm yang diformulasikan di dalam proyek kerangka konseptual FASB
(Hitz, The Decision Usefulness of Fair Value Accounting – A Theoretical Perspective,
2007, p. 328).
 Pergeseran ke fair value paradigm tidak hanya dilakukan oleh FASB, tapi juga oleh IASB.
Menurut Hitz (2007, p. 328), salah satu akar masalah yang menjadi titik tolak pergeseran
paradigma tersebut adalah model pelaporan keuangan yang menggunakan revenue-
expense approach sesuai konsep Paton & Littleton (An Introduction to Corporate
Accounting Standards, Monograph No. 3, 1940).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 10
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 Teori decision usefulness selanjutnya tertuang di dalam sebuah Conceptual
Framework (CF) yang menjadi “a structured theory of accounting” (Gornik-
Tomaszewski & Choi, The Conceptual Framework: Past, Present, and Future,
2018, p. 47)”.
 IASB telah merevisi CF 2010 dengan menerbitkan “Conceptual Framework for
Financial Reporting 2018” (IASB, 2018a) atau CF 2018 untuk dijadikan sebagai
panduan penyusun standar dan praktisi akuntansi (Deloitte Global, 2020b;
2020c).
 CF 2018 ini mulai berlaku sejak 1 Januari 2020 dan secara eksplisit
menyatakan bahwa CF tersebut menjadi “practical tool” untuk membantu
mengembangkan standar akuntansi (IASB, 2018c, p. 3).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 11
IFRS &
Transformasi Paradigma Akuntansi
 CF 2018 berisi konsep-konsep tingkat tinggi yang membantu IASB membuat
keputusan ketika penerapan konsep tidak menghasilkan solusi tunggal (IASB,
2018c, p. 3).
 Di Indonesia, CF 2018 diadopsi ke dalam KKPK (Kerangka Konseptual
Pelaporan Keuangan) (IAI, 2018) yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2020
bersamaan dengan pemberlakuan PSAK 72 yang sudah mengadopsi KKPK
tersebut.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 12
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 IFRS 15 merupakan hasil dari projek bersama antara IASB dan FASB. IASB
menerbitkan standar akuntansi berupa IAS dan IFRS, sedangkan FASB
menerbitkan US GAAP.
 IFRS 15 dilengkapi juga dengan Basis for Conclusions on IFRS 15 Revenue
from Contracts with Customers (IFRS Foundation, 2014) yang berisi
rangkuman dasar kesimpulan dan alasan yang menjadi pertimbangan
penyusunan pengaturan akuntansi di IFRS 15.
 Sesuai dengan paragraf BC2 Basis for Conclusions on IFRS 15, standar
akuntansi sebelum IFRS 15 memiliki perbedaan prinsip-prinsip dan kadangkala
sulit untuk dipahami dan diterapkan untuk transaksi yang tidak simpel.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 13
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 Secara umum, pengakuan pendapatan sebelum IFRS 15 terbagi menjadi


 pendapatan dari penjualan barang;
 pendapatan jasa; dan
 bunga, royalti dan dividen.
 Perlakuan akuntansi yang sebelumnya diatur secara terpisah di dalam
beberapa SAK dianggap menyulitkan pengguna laporan keuangan.
 Contoh perbedan pengaturan pengakuan pendapatan terlihat pada slide di
halaman berikut.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 14
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

Sumber: diadaptasi dari Kieso, Weygandt, & Warfield (2014, hal. 889)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 15
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 Situasi klasik yang sering muncul di dalam pengakuan pendapatan terjadi ketika
pendapatan diakui sebagai akibat dari penyediaan barang atau jasa secara terpisah.
1. Entitas mengakui pendapatan atas penjualan produk dari persediaan pada
tanggal penjualan yang biasanya terjadi pada tanggal pengiriman ke pelanggan.
2. Entitas mengakui pendapatan dari penyediaan jasa pada saat jasa telah
dilakukan dan dapat ditagih.
3. Entitas mengakui pendapatan dari hak untuk menggunakan aset, seperti bunga,
sewa, dan royalti, seiring dengan waktu penggunaan aset.
4. Entitas mengakui keuntungan atau kerugian penjualan aset selain persediaan
pada tanggal penjualan atau pertukaran aset.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 16
No SAK Internasional SAK Indonesia
1 IAS 18 Revenue PSAK 23 Pendapatan
2 IAS 11 Construction Contracts PSAK 34 Kontrak Konstruksi
3 SIC 31 Revenue – Barter Transaction Involving --
Advertising Services
4 IFRIC 13 Customer Loyalty Programs ISAK 10 Program Loyalitas Pelanggan
5 IFRIC 15 Agreements for the Construction of Real Estate ISAK 21 Perjanjian Konstruksi Real Estat
6 IFRIC 18 Transfers of Assets from Customers ISAK 27 Pengalihan Aset dari Pelanggan
7 -- PSAK 44 Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat
8 -- PPSAK 7 Pencabutan PSAK 44: Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estat

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 17
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 Pada akhirnya, IASB dan FASB bersepakat untuk menerbitkan satu SAK yang
mengatur pengakuan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan. IASB
menyatakan bahwa IFRS 15 memberikan “...the general principles of a contract-
based revenue recognition model with a measurement approach that was based
on an allocation of the transaction price” (IFRS Foundation, 2014).
 IFRS 15 mengenalkan konsep bahwa:
 sebuah kontrak berisi kewajiban pelaksanaan atau “performance obligation”
bagi entitas untuk mentransfer barang atau jasa kepada pelanggan; dan
 pendapatan diakui ketika entitas telah memenuhi kewajibannya (performance
obligation) dan sebagai hasilnya pelanggan memiliki kendali (control) atas
barang atau jasa yang ditransfer oleh entitas tersebut.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 18
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 IFRS 15 menerapkan prinsip “contract based revenue recognition” yang


dianggap sebagai prinsip yang paling cocok untuk “general revenue recognition
standard for contracts with customers” (BC24).
 Untuk mengukur “performance obligation” sebagai dasar penentuan besaran
pendapatan, harus diterapkan “allocated transaction price approach”. Dengan
demikian, entitas harus mengalokasikan harga transaksi ke setiap performance
obligation yang ada di dalam suatu kontrak.
 Konsep “performance obligation” itu mirip dengan ide tentang “deliverables”,
komponen, atau elemen suatu kontrak yang ada di SAK sebelumnya.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 19
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 Dengan “allocated transaction price approach”, paragraf BC181 Basis for


Conclusion on IFRS 15 menyatakan bahwa
“... an entity allocates the transaction price to each performance obligation at
an amount that depicts the amount of consideration to which the entity expects
to be entitled in exchange for satisfying each performance obligation. That
allocation determines the amount of revenue that an entity recognises when
(or as) it satisfies each performance obligation”.
 Konsep allocated transaction price approach biasanya mengharuskan entitas
untuk menerapkan tiga tahapan untuk menentukan jumlah pendapatan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 20
Latar Belakang Penerbitan IFRS 15

 Ketiga tahapan untuk menentukan jumlah pendapatan menurut paragraf BC183


adalah:
a. determine the transaction price for the contract (step 3);
b. allocate the transaction price to performance obligations (step 4); and
c. recognise revenue at the amount allocated to the satisfied performance
obligation (step 5)
 Tujuan dari penentuan harga transaksi sesuai kontrak adalah “... to predict the
total amount of consideration to which the entity will be entitled from the
contract....” dan harga transaksi harus disesuaikan jika ada komponen
pembiayaan signifikan (BC185).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 21
Permasalahan dari Adopsi IFRS 15 ke
dalam PSAK 72
 Ketiga tahap di atas merupakan tahap ketiga, keempat, dan kelima dari lima tahap
di dalam proses pengakuan pendapatan menurut IFRS 15 yang diadopsi ke
dalam PSAK 72.
 Tahap pertama dan kedua masing-masing adalah (1) identifikasi kontrak; dan (2)
menentukan performance obligation.
 Sebagian besar SAK tentang pendapatan sebelumnya mengharuskan entitas
untuk menilai pengalihan barang atau jasa dengan mempertimbangkan
pengalihan risiko dan manfaat kepemilikan (transfer of risks & rewards).
 Berdasarkan IFRS 15 / PSAK 72, entitas harus menilai pengalihan barang atau
jasa dengan mempertimbangkan kapan pelanggan memperoleh kendali ( transfer
of control) atas barang atau jasa tersebut (BC118)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 22
Permasalahan dari Adopsi IFRS 15 ke
dalam PSAK 72
 Jadi, pendapatan diakui ketika (atau saat) barang atau jasa dialihkan ke
pelanggan karena entitas memenuhi performance obligation-nya dengan
mengalihkan kendali (transfer of control) atas barang atau jasa yang dijanjikan
yang mendasari kewajiban pelaksanaan tersebut kepada pelanggan.
 Lebih Lanjut, IASB (par. BC120) menyatakan sbb.:
 Description of control is based on the meaning of control in the definitions of
an asset in the boards’ respective conceptual frameworks.
 Control of a promised good or service (ie an asset) is the customer’s ability
to direct the use of, and obtain substantially all of the remaining benefits
from, the asset.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 23
Permasalahan dari Adopsi IFRS 15 ke
dalam PSAK 72
 Berdasarkan tahapan pengakuan pendapatan menurut IFRS 15/PSAK 72,
permasalahan yang muncul adalah bagaimana pengakuan pendapatan yang
berdasarkan prediksi menurut PSAK 72 tersebut dilihat dari perspektif
ketentuan PPh dan PPN karena ada perbedaan konsep yang melandasi
pengakuan pendapatan sebelum dan pada saat penerapan PSAK 72

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 24
#2
Ikhtisar Perlakuan Akuntansi
Menurut PSAK 72

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 25
Latar Belakang PSAK 72

 PSAK 72 disahkan pada tanggal 26 Juli 2017 dan mulai berlaku efektif per 1
Januari 2020. Entitas diperkenankan untuk memilih opsi penerapan dini. PSAK
72 mengadopsi IFRS 15 Revenue from Contracts with Customers.
 Sesuai dengan principles-based approach, PSAK 72 mengatur prinsip-prinsip
pengakuan dan pengukuran semua jenis pendapatan dengan pelanggan
sehingga menjadikan PSAK 72 sebagai standar tunggal untuk pengakuan
pendapatan.
 Ada lima tahapan pengakuan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan,
sebagaimana terlihat pada slide di halaman berikut ini.

26

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA
Lima Tahapan Pengakuan Pendapatan
Sesuai PSAK 72
1. Mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan
2. Mengidentifikasi kewajiban pelaksanaan di dalam kontrak
3. Menentukan harga transaksi
4. Mengalokasi-kan harga transaksi pada kewajiban pelaksanaan
5. Mengakui pendapatan

Sumber: diadaptasi dari PSAK 72

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 27
Tahapan Proses Pengakuan Pendapatan

No Tahap Penjelasan
1 Mengidentifikasi • Kontrak adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang menimbulkan
kontrak dengan hak dan kewajiban yang dapat dipaksakan.
pelanggan • Tujuan mengidentifikasi kontrak dengan pelanggan adalah untuk:
a. memastikan bahwa terdapat kontrak legal yang disepakati.
b. menentukan apakah kontrak harus dibagi menjadi beberapa bagian.
2 Mengidentifikasi • Kewajiban pelaksanaan (performance obligation) adalah janji di dalam
kewajiban kontrak dengan pelanggan untuk mengalihkan kepada pelanggan baik:
pelaksanaan di a. barang atau jasa (atau sepaket barang atau jasa) yang bersifat dapat
dalam kontrak dibedakan; atau
b. serangkaian barang atau jasa yang bersifat dapat dibedakan yang
secara substansial sama dan memiliki pola pengalihan yang sama
kepada pelanggan.

28

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA
Tahapan Proses Pengakuan Pendapatan

No Tahap Penjelasan
• Kewajiban pelaksanaan dapat berupa kewajiban terkait imbalan dari penyediaan
barang, imbalan atas pemberian jasa, dan kompensasi atas penyediaan aset
(seperti imbalan bunga atas investasi; royalti atas hak kekayaan intelektual; iuran
sewa untuk properti, pabrik, dan peralatan), dan perangkat lunak.
• Kewajiban pelaksanaan di dalam kontrak dapat berdiri sendiri (single
performance obligation), gabungan antara beberapa kewajiban pelaksanaan,
atau beberapa kewajiban pelaksanaan yang sepakat untuk diatur melalui kontrak
terpisah.
3 Menentukan • Harga transaksi adalah Jumlah imbalan yang diharapkan menjadi hak entitas
harga dalam pertukaran untuk mengalihkan barang atau jasa yang dijanjikan kepada
transaksi pelanggan, tidak termasuk jumlah yang ditagih atas nama pihak ketiga.
• Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan jumlah imbalan yang diharapkan
menjadi hak entitas setelah diselesaikan kewajiban pelaksanaan.
29

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA
Tahapan Proses Pengakuan Pendapatan

No Tahap Penjelasan
4 Mengalokasi- • Entitas seringkali harus mengalokasikan harga transaksi ke lebih dari satu
kan harga kewajiban pelasanaan di dalam kontrak.
transaksi pada • Jika alokasi diperlukan, harga transaksi yang dialokasikan untuk berbagai
kewajiban kewajiban pelaksanaan mengacu pada nilai wajar relatifnya.
pelaksanaan • Ukuran nilai wajar terbaik adalah apa yang dapat dijual entitas atas barang
atau jasa berdasarkan pada harga jual berdiri sendiri (stand-alone selling
price), yaitu harga barang atau jasa yang dijanjikan dijual secara terpisah
oleh entitas kepada pelanggan.
• Jika informasi stand-alone selling price tidak tersedia, entitas mengestimasi
stand-alone selling price pada jumlah yang akan menghasilkan alokasi
harga transaksi sesuai dengan tujuan alokasi harga.

30

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA
Tahapan Proses Pengakuan Pendapatan

No Tahap Penjelasan
5 Mengakui • Entitas mengakui pendapatan dalam laporan keuangan ketika (atau selama)
pendapatan entitas telah menyelesaikan kewajiban pelaksanaan sesuai kontrak.
• Prinsip utama yang digunakan adalah ketika penguasaan atas aset telah
beralih ke pelanggan.

31

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA
#1 Identifikasi Kontrak

 Entitas mencatat kontrak dengan pelanggan hanya jika seluruh kriteria berikut terpenuhi:
1. Para pihak di dalam kontrak telah menyetujui kontrak dan berkomitmen untuk
melaksanakan kewajiban masing-masing;
2. Entitas dapat mengidentifikasi hak setiap pihak mengenai barang atau jasa yang akan
dialihkan;
3. Entitas dapat mengidentifikasi jangka waktu pembayaran barang atau jasa yang akan
dialihkan;
4. Kontrak memiliki substansi komersial (yaitu risiko, waktu atau jumlah arus kas masa
depan entitas diperkirakan berubah sebagai akibat dari kontrak); dan
5. Kemungkinan besar (probable) entitas akan menagih imbalan yang akan menjadi
haknya dalam pertukaran barang atau jasa yang akan dialihkan ke pelanggan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 32
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Perlakuan akuntansi biasanya hanya mengacu pada satu kewajiban pelaksanaan


(performance obligation). Akan tetapi, ada banyak pengaturan pendapatan yang
mencakup lebih dari satu kewajiban pelaksanaan.
 Untuk menentukan apakah entitas harus melaksanakan banyak performance
obligation, tahap dua diterapkan guna mengevaluasi apakah produk di dalam
pengaturan pendapatan dapat dibedakan.
 Jika performance obligation dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya
(konsep capable being distinct), setiap performance obligation tersebut harus
dipertanggungjawabkan secara terpisah.
 Jika beberapa performance obligation saling memiliki ketergantungan dan saling
terkait, performance obligation tersebut dilaporkan sebagai satu kesatuan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 33
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Kontrak dengan pelanggan dapat mencakup banyak janji untuk mentransfer


barang atau jasa.
 PSAK 72 memberikan prinsip untuk mengidentifikasi kewajiban kinerja yang
memisahkan barang atau jasa yang dijanjikan dengan cara yang relevan ketika
diterapkan di berbagai industri dan transaksi dalam ruang lingkup IFRS 15.
 Prinsip tersebut adalah ide tentang barang atau jasa yang berbeda (“distinct”).
Istilah “distinct”, di dalam pengertian biasa, menunjukkan sesuatu yang
berbeda, terpisah atau tidak serupa.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 34
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Di dalam hal ini, IASB menyatakan sbb: “...the good or service must be capable
of being distinct—that is, the good or service is capable of providing a benefit to
the customer either on its own or together with other resources that are readily
available to the customer” (BC97).
 Konsep “capable of being distinct” mengisyaratkan bahwa “...any good or
service that is regularly sold separately should be able to be used on its own or
with other resources. Otherwise, there would be no market for an entity to
provide that good or service on a stand-alone basis” (BC99).
 Penilaian tentang apakah “...customer can benefit from the goods or services
on its own...” harus didasarkan pada karakteristik barang atau jasa itu sendiri,
bukan cara pelanggan menggunakan barang atau jasa tersebut (BC100).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 35
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Di dalam beberapa kasus, meskipun masing-masing barang atau jasa yang


dijanjikan sebagai satu paket barang atau jasa mungkin dapat dibedakan,
barang atau jasa tersebut tidak boleh diperhitungkan secara terpisah karena
tidak akan menghasilkan penggambaran yang tepat (faithful depicts) dari
kewajiban pelaksanaan entitas sesuai kontrak.
 Contohnya adalah kontrak konstruksi dan kontrak produksi yang melibatkan
banyak barang dan jasa yang ditransfer ke pelanggan dan masing-masing
barang atau jasa tersebut dapat dibedakan (misalnya berbagai bahan
bangunan, tenaga kerja dan jasa manajemen proyek).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 36
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Penentuan performance obligation menjadi penting karena pengakuan


pendapatan terjadi ketika barang atau jasa dialihkan ke pelanggan dan entitas
telah memenuhi performance obligation-nya dengan mengalihkan kendali
(transfer of control) atas barang atau jasa yang dijanjikan dan mendasari
performance obligation tersebut kepada pelanggan (BC117).
 Untuk pengalihan barang, penentuan kapan terjadi “transfer of control” akan
jauh lebih mudah dari pengalihan jasa karena pengalihan barang terjadi pada
suatu waktu (at a point in time).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 37
#2 Identifikasi Performance Obligation

 Untuk pengalihan jasa (misalnya jasa konstruksi), adalah sulit untuk menentukan
kapan pelanggan memperoleh kendali atas jasa tersebut karena di dalam banyak
kontrak jasa, aset yang berasal dari pengalihan jasa dibuat dan digunakan secara
bersamaan sehingga pelanggan tidak pernah mengakui jasa tersebut sebagai aset.
 Karena kriteria “transfer of control” harus berlaku sama untuk pengalihan barang dan
jasa. PSAK 72 mengatur persyaratan yang fokus pada masalaah kapan performance
obligation dipenuhi (yaitu ketika barang atau jasa ditransfer ke pelanggan).
 Selain pengaturan “at a point in time”, PSAK 72 juga mengatur kriteria untuk
menentukan kapan performance obligation dipenuhi sepanjang waktu (“over the
time”).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 38
#3 Identifikasi Harga Transaksi

 Harga transaksi di dalam kontrak seringkali mudah ditentukan karena pelanggan


setuju untuk membayar jumlah tetap kepada entitas untuk waktu yang singkat.
 Di kontrak lainnya, untuk menentukan harga transaksi, entitas harus
mempertimbangkan faktor-faktor sbb.:
1. Imbalan variabel (variable consideration);
2. Estimasi yg membatasi pengakuan imbalan variabel (constraining
estimates of variable consideration);
3. Keberadaan komponen pendanaan signifikan di dalam kontrak (the
existence of a significant financing component in the contract);
4. Imbalan nontunai (non-cash consideration); dan
5. Utang imbalan kepada pelanggan (consideration payable to a customer)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 39
#3 Identifikasi Harga Transaksi
No Faktor Penjelasan
1 Imbalan variabel • Di banyak kasus, jumlah imbalan dapat bervariasi tergantung pada
(variable kejadian di masa depan.
consideration) • Variasi tersebut dapat berupa diskon, rabat, pengembalian dana,
kredit, konsesi harga, insentif, bonus pelaksanaan, denda, atau
variasi lainnya yang serupa.
2 Estimasi yg • Faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa pendapatan
membatasi yang sudah diakui sebelumnya dijurnal balik (batal diakui) di
pengakuan imbalan antaranya meliputi:
variabel (constraining a. jumlah imbalan sangat rentan terhadap faktor di luar entitas,
estimates of variable misalnya volatilitas pasar, aksi pihak ketiga, kondisi cuaca, dan
consideration) risiko keusangan barang atau jasa yang dijanjikan;

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 40
#3 Identifikasi Harga Transaksi
No Faktor Penjelasan
2 Estimasi yg membatasi b. ketidakpastian jumlah imbalan tidak dapat diatasi untuk jangka waktu yang
pengakuan imbalan lama;
variabel (constraining c. pengalaman entitas tentang kontrak sejenis terbatas atau pengalaman
estimates of variable tersebut kurang dapat memberikan prediksi;
d. entitas memiliki praktik untuk menawarkan kisaran harga yang lebar atau
consideration) untuk mengubah syarat dan ketentuan pembayaran atas kontrak sejenis
dengan kondisi sejenis;
e. kontrak berisi imbalan dengan jumlah yang banyak atau kisaran harga yang
lebar.
3 Keberadaan komponen • Entitas mempertimbangkan nilai waktu uang (time value of money) jika di
pendanaan signifikan di kontrak terdapat komponen pendanaan yang signifikan.
dalam kontrak (the existence • Waktu pembayaran ke entitas kadangkala tidak berbarengan dengan saat
of a significant financing penyerahan barang atau jasa ke pelanggan.
component in the contract) • Di banyak kasus, entitas menerima imbalan setelah produk atau jasa
diserahkan. Dalam kondisi demikian, entitas memberikan pendanaan kepada
pelanggan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 41
#3 Identifikasi Harga Transaksi

No Faktor Penjelasan
4 Imbalan nontunai (non- • Entitas kadangkala menerima imbalan berupa barang, jasa, atau
cash consideration) imbalan nontunai lainnya.
• Ketika hal di atas terjadi, entitas mengakui pendapatan
berdasarkan nilai wajar dari imbalan nontunai yang diterima.
5 Utang imbalan kepada • Entitas sering melakukan pembayaran kepada pelanggan
pelanggan sebagai bagian dari pengaturan pendapatan. Imbalan yang
(consideration payable dibayarkan atau terutang dapat mencakup diskon, potongan
to a customer) harga, kupon, produk gratis, atau layanan.
• Secara umum, utang imbalan di atas mengurangi imbalan yang
diterima dan pendapatan yang harus diakui.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 42
#4 Alokasi Harga Transaksi ke Setiap
Performance Obligation
 Di tahap keempat, entitas mengalokasikan harga transaksi ke masing-masing
kewajiban pelaksanaan sesuai kontrak berdasarkan “relative stand-alone selling
prices” dari barang atau jasa yang dijanjikan.
 Alokasi ini dibuat pada awal kontrak dan tidak disesuaikan untuk mencerminkan
perubahan selanjutnya di dalam harga jual barang atau jasa yang berdiri
sendiri.
 Bukti terbaik untuk menentukan stand-alone selling price adalah harga yang
dapat diamati dari suatu barang atau jasa ketika entitas menjual barang atau
jasa tersebut secara terpisah.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 43
#4 Alokasi Harga Transaksi ke Setiap
Performance Obligation
 Entitas perlu membuat estimasi harga jual barang atau jasa yang tidak memiliki
“observable stand-alone selling price”, dan harus memaksimalkan penggunaan
observable inputs saat membuat perkiraan tersebut.
 Estimasi stand-alone selling price dapat menggunakan tiga
metode/pendekatan.
 Adjusted market assessment approach
 Expected cost plus a margin approach
 Residual approach

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 44
#4 Alokasi Harga Transaksi ke Setiap
Performance Obligation
No Metode Penjelasan
1 Adjusted • Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan penilaian pasar
market yang disesuaikan.
assessment • Pendekatan ini dipakai oleh entitas untuk mengevaluasi pasar
approach tempat jual beli barang atau jasa terjadi dan utk mengestimasi harga
yang ingin dibayar pelanggan terkait barang/jasa tsb.
• Pendekatan ini juga mencakup rujukan pada harga dari pesaing
entitas utk barang atau jasa serupa dan penyesuaian harga tsb
sesuai keperluan utk mencerminkan biaya dan margin entitas.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 45
#4 Alokasi Harga Transaksi ke Setiap
Performance Obligation
No Metode Penjelasan
2 Expected cost • Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan biaya ekspektasian
plus a margin ditambah margin.
approach • Pendekatan ini dipakai oleh entitas untuk memprakirakan biaya
ekspektasian guna memenuhi kewajiban pelaksanaan, lalu
menambahkan margin yang sesuai untuk barang atau jasa tersebut.
3 Residual • Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan residual.
approach • Pendekatan ini dipakai oleh entitas untuk mengestimasi harga jual
berdiri sendiri dengan merujuk pada harga transaksi total dikurangi
dengan jumlah harga jual berdiri sendiri yang dapat diobservasi atas
barang atau jasa yang dijanjikan di dalam kontrak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 46
#4 Alokasi Harga Transaksi ke Setiap
Performance Obligation
No Metode Penjelasan
3 Residual Entitas dapat menggunakan pendekatan residual untuk mengestimasi
approach harga jual berdiri sendiri atas barang atau jasa hanya jika salah satu
(sambungan) dari kriteria berikut terpenuhi:
a. Entitas menjual barang/jasa yang sama kepada pelanggan yang
berbeda (pada waktu yang sama atau berdekatan) untuk jumlah
dengan kisaran yang lebar (yaitu harga jual sangat bervariasi karena
harga jual berdiri sendiri yang representatif tidak terlihat dari
transaksi lalu atau bukti yang dapat diobservasi lainnya).
b. Entitas belum menetapkan harga untuk barang/jasa tsb dan
barang/jasa tsb belum pernah dijual sebelumnya dengan basis
berdiri sendiri (yaitu harga jual tidak pasti).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 47
#5 Akui pendapatan

 Entitas mengakui pendapatan ketika (atau selama) entitas memenuhi kewajiban


pelaksanaan dengan mengalihkan barang/jasa yang dijanjikan (yaitu aset) kepada
pelanggan.
 Aset dialihkan ketika (atau selama) pelanggan memperoleh pengendalian atas aset
tersebut.
 Indikator yang menunjukkan bahwa pelanggan telah memperoleh pengendalian, terdiri
dari:
1. Entitas memiliki hak terhadap pembayaran atas aset.
2. Entitas telah mengalihkan hak hukum atas aset.
3. Entitas telah mengalihkan kepemilikan fisik aset.
4. Pelanggan memiliki risiko dan manfaat kepemilikan yang signifikan.
5. Pelanggan telah menerima aset.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 48
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus A

 Dimisalkan PT Farmasi menjual produknya ke apotek dengan menggunakan


harga standar dan pada akhir tahun membayar diskon 5% berdasarkan total
pembelian untuk tahun tersebut. Selama Januari PT Farmasi menerbitkan
faktur ke apotek pelanggan € 5.000.000 untuk barang-barang yang dipasok.
 Berdasarkan informasi di atas, jurnal yang dibuat PT Farmasi terlihat pada tabel
di di bawah ini.

Th Deskripsi Debit Kredit


1 Piutang usaha 5.000.000
Penjualan obat 4.750.000
Utang rabat penjualan 250.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 49
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus B

 Dimisalkan PT ABG menandatangani kontrak untuk penjualan 10 truk batubara,


dengan biaya masing-masing $ 242.000, dengan pembayaran yang
ditangguhkan dua tahun kemudian.
 Jika pembayaran disyaratkan setelah pengiriman, harga kontrak seharusnya
menjadi $ 200.000 untuk kendaraan yang sama.
 Hal di atas menyiratkan bahwa setiap batubara satu truk yang dijual mencakup
bunga $ 42.000 dengan tingkat bunga majemuk sebesar 10% per tahun.
 Jika tingkat suku bunga pasar juga 10% per tahun, jurnal transaksinya dibuat
pada tabel di halaman berikut.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 50
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus B
Th Deskripsi Debit Kredit
1 Piutang usaha 2.420.000
Penjualan batubara 2.000.000
Pendapatan bunga 200.000
Bunga ditangguhkan (deferred interest) 220.000

2a Deferred interest 220.000


Pendapatan bunga 220.000
2b Bank 2.420.000
Piutang usaha 2.420.000

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 51
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus C

 Dimisalkan PT Kimia memasok bahan kimia ke PT Pabrikan dengan dasar


bahwa PT Kimia akan memasok 108.000 ton selama tahun ini, dengan
pengiriman 9.000 ton per bulan dan bonus tahunan sebesar 3% untuk setiap
pengiriman jika kualitas melebihi kemurnian 99%, sepanjang tidak ada
pengiriman terlambat.
 Harga kontraknya adalah £ 1.100 per ton.
 Berdasarkan pengalaman masa lalu, empat bulan akan menghasilkan bonus
dan semua pengiriman akan tepat waktu.
 Berdasarkan informasi di atas, jurnalnya dibuat sbb.:

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 52
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus C
Th Deskripsi Debit Kredit
Piutang usaha 9.900.000
Piutang bonus 99.000
Penjualan 9.999.000

Keterangan:
• Berdasarkan pendekatan nilai yang diharapkan (expected value approach), PT Kimia
menghitung nilai yang diharapkan berdasarkan harapan.
• Bonus dalam sebulan memiliki nilai yang diharapkan (4/12) * 3% + (8/12) * 0% = 1%.
• Rumus 4/12 di atas merepresentasikan 4 bulan dari 12 bulan ketika bonus dapat
diperoleh dan 8/12 mewakili 8 dari 12 bulan ketika tidak ada bonus yang diharapkan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 53
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

 Johnny membeli paket bundling telekomunikasi 12 bulan dengan operator


seluler lokal PT ABC dengan ketentuan sebagai berikut:
 Biaya tetap bulanan Johnny adalah CU 100 (CU = Currency Unit).
 Johnny menerima handset gratis pada awal rencana.

 PT ABC menjual handset yang sama seharga CU 300 dan paket prabayar
bulanan yang sama tanpa handset seharga CU 80 / bulan.
 Bagaimana seharusnya PT ABC mengakui pendapatan dari rencana ini sejalan
dengan PSAK 30 dan PSAK 72?

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 54
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 55
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

 Beberapa operator lainnya mengidentifikasi komponen-komponen ini, tetapi


kemudian membatasi pendapatan yang dialokasikan untuk penjualan handset
dengan jumlah yang diterima dari pelanggan (CU 0).
 Untuk simplifikasi, diasumsikan bahwa PT ABC tidak mengakui pendapatan dari
penjualan handset karena ABC memberikannya secara gratis. Biaya handset
diakui sebagai untung atau rugi. Secara efektif, PT ABC memperlakukan itu
sebagai biaya untuk memperoleh pelanggan baru.
 Penghasilan dari paket bulanan diakui setiap bulan. Entri jurnal adalah untuk
mendebit piutang atau pendapatan tunai dan kredit dengan CU 100

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 56
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

 IAS 18 (PSAK 30) menyatakan bahwa PT ABC harus menerapkan kriteria


pengakuan untuk komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari satu
transaksi (handset + paket bulanan).
 SAK tidak memberikan panduan tentang cara mengidentifikasi komponen-
komponen ini dan bagaimana mengalokasikan harga jual dan sebagai hasilnya,
ada beragam praktik yang diterapkan.
 Misalnya, perusahaan telekomunikasi mengakui pendapatan dari penjualan
paket bulanan secara penuh ketika layanan diberikan, dan tidak ada
pendapatan untuk handset. Operator memperlakukan biaya handset sebagai
biaya untuk memperoleh pelanggan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 57
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

 Berdasarkan IFRS 15 (PSAK 72), PT ABC perlu mengidentifikasi semua


kewajiban pelaksanaan (performance obligation) dari kontraknya dengan
Johnny (langkah 2 dari model 5 langkah):
1. Kewajiban untuk mengirimkan handset
2. Kewajiban untuk memberikan layanan jaringan selama 1 tahun
 Harga transaksi (langkah 3) adalah CU 1.200 yang dihitung sebagai biaya
bulanan CU 100 kali 12 bulan.
 Selanjutnya, PT ABC perlu mengalokasikan bahwa harga transaksi CU 1 200
untuk kewajiban pelaksanaan secara individual berdasarkan kontrak sesuai
harga jual relatif yang berdiri sendiri (relative stand-alone selling prices) (atau
berdasarkan estimasi). Langkah ini merupakan langkah 4.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 58
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D
Stand-alone Revenue (=relative selling
Performance obligation % on total
selling price price = 1 200*%)
Handset 300.00 23.8% 285.60
Network services 960.00 (=80*12) 76.2% 914.40
Total 1 260.00 100.0% 1 200.00

 Di langkah 5, PT ABC mengakui pendapatan saat memenuhi kewajiban pelaksanaan


 Ketika memberikan handset kepada Johnny, PT ABC harus mengakui pendapatan
CU 285,60;
 Ketika memberikan layanan jaringan kepada Johnny, PT ABC harus mengakui total
pendapatan CU 914.40 yang dicatat sebulan sekali ketika tagihan muncul.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 59
Ilustrasi Penerapan PSAK 72 – Kasus D

No Deskripsi Dr. Cr.


1. Jurnal saat penyerahan handset ke Johnny
Unbilled revenue 285.60
Revenue from sale of goods 285.60
2. Jurnal saat layanan jaringan tersedia setiap bulan sesuai
kontrak dengan Johnny
Receivable to Johnny 100.00
Revenue from network services [=914.40/12] 76.20
Unbilled revenue [=285.60/12] 23.80

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 60
#3
Konsep Pemajakan
Berbasis Penghasilan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 61
Two Leading Tax Bases

Sumber: (Holmes, 2001, The


Concept of Income: A Multi-
disciplinary Analysis, p. 51)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 62
Konsep Penghasilan menurut UU PPh

 “Pasal 4
(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun...” (UU No.
7/1983; UU No. 36/2008).
 Formulasi penghasilan di Pasal 4 UU PPh di atas mengacu pada konsep S-H-S
tersebut berasal dari Simons (1938) yang membuat definisi penghasilan
berdasarkan definisi yang dibuat oleh Haig (1921) dan Schanz (1896) sehingga
konsep S-H-S diambil dari Schanz-Haig-Simon.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 63
 Formula yang dipakai adalah Income = Consumption + Net Wealth atau Y = C +
ΔW, sesuai dengan persamaan di bawah ini

Sumber: (McMillan, 2010, hal. 465)

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 64
Konsep Penghasilan menurut UU PPh

No Elemen Penjelasan
1. setiap tambahan kemampuan ekonomis Elemen ini mengacu pada “accretion concept of
income”
2. diterima atau diperoleh Elemen ini mengacu timing of recognition (cash
accounting concept & accrual accounting concept)
3. berasal dari Indonesia maupun dari luar Elemen ini mengacu pada global taxation system
Indonesia
4. untuk konsumsi atau untuk menambah Elemen ini sesuai dengan Schanz-Haig-Simons (S-
kekayaan Wajib Pajak H-S) model
5. dengan nama dan dalam bentuk apapun Elemen ini mengacu pada konsep “substance over
form”

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 65
Konsep Penghasilan menurut UU PPh

 Elemen penghasilan berupa “diterima atau diperoleh” ini mengacu pada timing of recognition:
 cash accounting concept
 accrual accounting concept

 Pembukuan menurut Pasal 28 UU No. 28/2007:


(7) Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya
pajak yang terutang” (UU No. 16/2000; UU No. 28/2007).
 Penjelasan Pasal 28 ayat (7):
“Dengan demikian pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim
dipakai di Indonesia misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain” (UU No. 16/2000; UU No. 28/2007).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 66
Konsep Penghasilan menurut UU PPh

 Konsep akuntansi mengacu hanya pada basis akrual, sedangkan perpajakan


tetap mengakomodasi kedua konsep (basis kas dan basis akrual) karena tidak
semua Wajib pajak dapat melakukan pembukuan sesuai dengan SAK.
 Dari sisi pengaturan pajak, perubahan radikal pertama (rules based vs
principles based approach) tidak akan mengakibatkan paradigma akuntansi
menurut ketentuan pajak mengalami perubahan karena pengaturan pajak tetap
akan menggunakan rules-based approach sesuai prinsip kepastian (certainty).
 Perubahan radikal kedua (income statement vs. balance sheet orientation) juga
tidak akan mengakibatkan fokus ketentuan pajak mengalami perubahan karena
pengaturan pajak tetap fokus pada laporan laba rugi (income statement
orientation) yang berkaitan dengan PPh.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 67
Konsep Penghasilan menurut UU PPh

 Perubahan paradigma ketiga (HCA FVA) berkaitan erat dengan konsep


akuntansi akrual dan tiga perlakuan perpajakan atas penghasilan sbb.:
 Mark-to-market taxation sesuai konsep penghasilan berdasarkan Schanz-
Haig-Simons (S-H-S concept of income) (Weisbach, A Partial Mark-to-
Market Tax System, 1999, p. 95);
 Realization taxation sesuai ability-to-pay principle dan wherewithal-to-pay
concept (Weisbach, 1999, p. 97); dan
 Hybrid taxation (Schenk, An Efficiency Approach to Reforming a
Realization-Based Tax, 2004b, p. 503) yang memadukan dua model
pemajakan di atas
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 68
#4
Konsep Pemajakan
Berbasis Konsumsi

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 69
Konsep Nilai Tambah (Value Added)
menurut UU PPN
 Menurut Alain A. Tait (1988, hal. 4-6) di dalam bukunya “Value-added Tax:
International Practice and Problems” yang diterbitkan oleh IMF di antaranya
menyatakan menulis tentang konsep dasar PPN di bawah ini.
 Value added is the value that a producer (whether a manufacturer,
distributor, advertising agent, hairdresser, farmer, race horse trainer, or
circus owner) adds to his raw materials or purchases (other than labor)
before selling the new or improved product or service.
 The inputs (the raw materials, transport, rent, advertising, and so on) are
bought, people are paid wages to work on these inputs and, when the final
good or service is sold, some profit is left.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 70
Konsep Nilai Tambah (Value Added)
menurut UU PPN
 So, value added can be looked at:
 from the additive side (wages plus profits) or
 from the subtractive side (output minus inputs).

 Value added = wages + profits = output - input.


 Tait (1988, hal. 9) menyatakan bahwa PPN menggantikan pajak penjualan
(sales tax) karena pajak penjualan tidak lagi memadai sebagai akibat dari faktor
“cascade tax”.
 Cascade tax terjadi karena pajak penjualan dikenakan atas transaksi penjualan
di setiap tahapan distribusi dari pabrikan – pedagang besar – pedagang
eceran.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 71
Konsep Nilai Tambah (Value Added)
menurut UU PPN
 Jika dimisalkan t = tax = pajak, VAT = t(Value Added) dapat dirumuskan sbb.:
1. VAT = t(output – input)
2. VAT = t(output) – t(input)
3. VAT = t(wages + profit)
4. VAT = t(wages) + t(profit)
 Berdasarkan empat formula di atas, UU PPN menerapkan formula 2 sehingga
muncul istilah Pajak Keluaran (PK) dan Pajak Masukan (PM). Berdasarkan
rumus tersebut, semua output terutang PPN dan semua input terutang PPN.
Selanjutnya, VAT dihitung berdasarkan rumus PK – PM = t(output) – t(input).

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 72
Konsep Place of Supply di dalam PPN

 Tait (1988, hal. 371) menyatakan sbb.:


 To be liable to VAT, the supply of goods or services must be made within the
country.
 That may seem simple, but first "country" has to be defined to include the
continental shelf and territorial sea (important in these days of supplying oil
rigs, or covering a complex archipelago), and to exclude free ports or free
zones.
 Di Indonesia, konsep di atas tercakup di dalam pengertian Daerah Pabean di
Pasal 4 UU No. 42/2009.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 73
Konsep Time of Supply di dalam PPN

 Tait (1988, hal. 373) menyatakan sbb.:


 The important point about time of supply is that the VAT is liable at the rate
applicable at a particular time.
 In general, the clearest way to express the options on this issue is as follows.
The time of supply is the earlier of:
1. When the invoice is issued. This is the best, and clearest, dated documentary
evidence.
2. When the goods are made available to the customer or the services rendered.
3. When payment is made.
 Konsep di atas tertuang di dalam Pasal 13 ayat 1a UU No. 42/2009 dan Pasal 17 PP
No. 1/2012.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 74
Konsep Time of Supply di dalam PPN

Pasal 13 UU PPN
(1a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada:
a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
Pajak;
b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan
Jasa Kena Pajak;
c. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian
tahap pekerjaan; atau
d. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 75
#5
Isu PPh dan PPN atas
Pengakuan Pendapatan
Sesuai PSAK 72

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 76
Isu PPh

 Pemahaman konsep akuntansi akrual sesuai dengan rumusan penghasilan


yang dibuat pada tahun 1981-1983 dan tertuang di dalam Pasal 4 ayat (1) UU
PPh.
 Pengertian penghasilan menurut UU PPh tidak pernah mengalami perubahan
hingga amandemen keempat UU PPh.
 Rumusan akuntansi akrual menurut UU PPh masih mengacu pada konsep
HCA, sedangkan akuntansi akrual menurut PSAK sudah mengacu pada FVA.
 Konsep “matching cost against revenue” yang berorientasi pada HCA tidak lagi
mendominasi pengaturan di PSAK yang sudah konvergen dengan IFRS yang
lebih berbasis pada FVA.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 77
Isu PPh

 Orientasi pelaporan keuangan menurut UU PPh masih mengacu pada income


statement orientation, sedangkan PSAK sudah mengubah orientasinya dari
income statement ke balance sheet orientation sehingga pengaturan tentang
pengakuan dan pengukuran lebih menggunakan FVA.
 Ketika digunakan FVA, tujuan pelaporan keuangan tidak lagi berfokus pada
karakteristik kualitatif reliability yang memiliki komponen verifiability.
 Karakteristik reliabilitas sudah digantikan dengan karakteristik “faithful
representation” yang tidak lagi menyertakan komponen verifiability.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 78
Isu PPN

 Time of control sebagai dasar pengakuan pendapatan sering menjadi dispute


karena pengaturan di Pasal 13 ayat (1a) UU PPN menggunakan istilah
penyerahan yang multitafsir.
 Meskipun sudah ada pengaturan lebih teknis melalui Pasal 17 Peraturan
Pemerintah No. 1/2012, rincian “saat penyerahan” menurut ketentuan tersebut
juga masih memunculkan dispute karena perbedaan perspektif di antara Wajib
Pajak/Konsultan Pajak dan petugas kantor pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 79
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 80
Sesi 2 | Agenda 6 | 11 November 2020

Transfer of Control,
Time of Supply, & Aspek
Penyerahan Menurut PPN

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 81
Transfer of Control di PSAK 72

 Persyaratan Transfer of Control (par. 31-34):


 Entitas mengakui pendapatan ketika (atau selama) entitas memenuhi
kewajiban pelaksanaan dengan mengalihkan barang atau jasa yang
dijanjikan (yaitu aset) kepada pelanggan. Aset dialihkan ketika (atau
selama) pelanggan memperoleh pengendalian atas aset tersebut (par. 31
PSAK 72).
 Sesuai paragraf 32 PSAK 72, untuk setiap performance obligation yang
diidentifikasi sesuai dengan, paragraf 22-30, entitas menentukan pada
insepsi kontrak apakah entitas memenuhi kewajiban pelaksanaan:
 sepanjang waktu atau over time (sesuai par. 35-37) atau
 pada suatu waktu tertentu atau at a point in time (sesuai par. 38).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 82
Transfer of Control di PSAK 72

 Pengendalian atas Aset (par.33):


 Barang atau jasa itu merupakan aset, meskipun hanya sementara, ketika barang
atau jasa tersebut diterima dan digunakan (sebagaimana di dalam kasus jasa).
 Pengendalian atas aset merujuk pada kemampuan untuk (1) mengarahkan
penggunaan aset dan (2) memperoleh seluruh sisa manfaat secara substansial
dari aset tersebut.
 Pengendalian mencakup kemampuan untuk mencegah entitas lain (1)
mengarahkan penggunaan aset dan (2) memperoleh manfaat dari aset tersebut.
 Manfaat atas aset adalah arus kas potensial (arus masuk atau penghematan arus
keluar) yang dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung dalam berbagai
cara (par. 34), seperti terangkum di tabel pada slide di halaman berikut.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 83
Transfer of Control di PSAK 72

No Contoh Manfaat atas Aset


1 Menggunakan aset untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa (mencakup
jasa publik)
2 Menggunakan aset untuk meningkatkan nilai aset lain
3 Menggunakan aset untuk menyelesaikan liabilitas atau mengurangi beban
4 Menjual atau mempertukarkan aset
5 Menjaminkan aset untuk perolehan pinjaman
6 Mengusai aset

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 84
Transfer of Control di PSAK 72

No Kriteria Transfer of Control Over TIme Contoh


1 Pelanggan secara simultan menerima dan mengonsumsi • Jasa rutin atau berulang
manfaat yang disediakan oleh entitas selama entitas (seperti jasa kebersihan)
melaksanakan performance obligation-nya • Jasa pengangkutan kargo
2 Performance obligation yang dilakukan entitas Jasa konstruksi berdasarkan
menimbulkan atau meningkatkan aset yang dikendalikan percentage of completion
pelanggan selama aset tersebut ditimbulkan atau method (PoCM).
ditingkatkan
3 Performance obligation yang dilakukan entitas tidak Jasa konsultasi
menimbulkan suatu aset dengan penggunaan alternatif
bagi entitas dan entitas memiliki hak atas pembayaran
yang dapat dipaksakan atas pelaksanaan yang telah
diselesaikan sampai saat ini

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 85
Transfer of Control di PSAK 72

 Pengakuan pendapatan sepanjang waktu (over time) dilakukan jika satu dari
ketiga kriteria di slide sebelumnya terpenuhi.
 Jika kriteria pengakuan pendapatan berdasarkan performance obligation over
time sesuai dengan paragraf 35-37 PSAK 72 tidak terpenuhi, entitas mengakui
pendapatan berdasarkan waktu tertentu (at a point in time).
 Untuk menentukan waktu tertentu ketika pelanggan memperoleh pengendalian
atas aset yang dijanjikan dan entitas memenuhi kewajiban pelaksanaan, entitas
mempertimbangkan persyaratan pengendalian sesuai paragraf 31-34.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 86
Transfer of Control di PSAK 72

 Indikator pengalihan pengendalian mencakup, tapi tidak terbatas pada, hal sbb (par. 38):
1. Entitas memiliki hak kini atas pembayaran aset (present right to payment for the
asset);
2. Entitas telah mengalihkan kepemilikan fisik atas aset (transferred physical
possession of the asset)
3. Pelanggan memiliki hak kepemilikan legal atas aset (legal title to the asset).
4. Pelanggan memiliki risiko dan manfaat signifikan atas kepemilikan aset (significant
risks and rewards of ownership of the asset)
5. Pelanggan telah menerima aset (acceptance of the asset)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 87
Transfer of Control di PSAK 72

 Untuk setiap performance obligation satisfied over time, entitas mengakui


pendapatan sepanjang waktu (revenue over time) dengan mengukur kemajuan
terhadap penyelesaian penuh (progress towards complete satisfaction) atas
performance obligation tersebut (par. 39).
 Tujuan ketika mengukur kemajuan adalah untuk menggambarkan pelaksanaan
entitas di dalam mengalihkan pengendalian atas barang atau jasa yang dijanjikan
kepada pelanggan (pemenuhan atas performance obligation entitas) (par. 39).
 Entitas menerapkan metode tunggal atas pengukuran kemajuan untuk setiap
performance obligation satisfied over time dan entitas menerapkan metode
tersebut secara konsisten terhadap performance obligation serupa dan di dalam
keadaan serupa (par. 40).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 88
Transfer of Control di PSAK 72

 Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas mengukur kembali kemajuan


terhadap penyelesaian penuh atas kewajiban pelaksanaan yang dipenuhi
sepanjang waktu (par. 40).
 Dua metode yang sesuai untuk pengukuran kemajuan mencakup (par. 41):
 Metode output = berdasarkan pengukuran langsung atas nilai barang atau
jasa yang dialihkan kepada pelanggan (value to customer) sampai saat ini
secara relatif terhadap sisa barang atau jasa yang dijanjikan dalam kontrak.
 Metode input = berdasarkan usaha atau input entitas atas pemenuhan
kewajiban pelaksanaan secara relatif terhadap total input yang diharapkan
untuk memenuhi kewajiban pelaksanaan tersebut
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 89
Transfer of Control di PSAK 72

No Metode PoCM Contoh


1 Output approach  • survei pelaksanaan yang diselesaikan sampai saat ini,
value to customer • penilaian (appraisal) atas hasil yang dicapai,
• tonggak (milestones) yang dicapai,
• waktu yang berlalu dan
• unit yang diproduksi atau unit yang dikirimkan.
2 Input approach  • sumber daya yang dikonsumsi,
entity’s efforts or inputs • jam tenaga kerja yang dibebankan,
towards satisfying a • biaya yang terjadi,
performance obligation • waktu yang berlalu atau
• jarn.mesin yang digunakan

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 90
Transfer of Control Over Time

 Contoh 18 (par. CI92 – CI94)


 Entitas, pemilik dan manajer klub kesehatan, menyepakati kontrak dengan
pelanggan untuk akses satu tahun ke klub kesehatan manapun milik
entitas.
 Pelanggan memiliki penggunaan tidak terbatas untuk menggunakan klub
kesehatan dan berjanji untuk membayar sebesar Rp100 per bulan.
 Ukuran terbaik terhadap penyelesaian penuh atas performance obligation
over time di atas adalah ukuran berbasis waktu (time-based measure)
sehingga entitas mengakui pendapatan dengan dasar garis lurus sepanjang
tahun sebesar Rp100 per bulan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 91
Transfer of Control Over Time

 Contoh 19 (par. CI95 – CI100)


 Pada November 20X2, entitas menyepakati kontrak dengan pelanggan
untuk menata ulang bangunan tiga lantai dan memasang elevator baru
dengan jumlah imbalan Rp5 juta.
 Jasa penataan yang dijanjikan mencakup instalasi elevator, yang
merupakan single performance obligation satisfied over time, dengan
rincian seperti terangkum di slide halaman berikut.
 Entitas menggunakan metode input berdasarkan biaya yang terjadi untuk
mengukur kemajuan terhadap penyelesaian penuh atas kewajiban
pelaksanaan (misalnya 20% progress per 31/12/20X2)
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 92
Transfer of Control Over Time
No Uraian RAB pada Awal Kontrak (1/11/20X2) Rp 000
1 Nilai kontrak per 1 Nov 20X2 5.000
2 Biaya untuk menyelesaikan pekerjaan:
a. Elevator 1.500
b. Biaya lainnya 2.500
c. Total Biaya 4.000

No Uraian Progress per 31/12/20X2 Rp 000


1 Pendapatan
a. Elevator (100% x Rp 1.500) 1.500
b. Pendapatan selain elevator (20% x [Rp 5.000 – Rp 1.500]) 700
c. Subtotal pendapatan [a+b] 2.200
2 Biaya
a. Elevator 1.500
b. Biaya lainnya [20% x Rp 2.500 500
c. Total
Free Webinar Biaya [a+b]
| Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 2.000 93

3. Laba [1c – 2c] 200


Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
 Menurut KPMG (Contracts & VAT, 2017), empat konsep dasar yang
memengaruhi persyaratan kontrak adalah:
 Nature of supply (e.g. goods, services, tangible property, real property,
intellectual property);
 Consideration paid (e.g. cash or in kind payments);
 Place of supply (e.g. domestic or foreign transaction) ; dan
 Time of supply (i.e. when the VAT is payable);

 Setiap kontrak harus mencakup masing-masing unsur mendasar di atas untuk:


 menghindari ambiguitas (multi-tafsir), dan
 meminimalkan risiko utang PPN.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 94
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
 Konsep time of supply atau “Basic Tax Point” menentukan kapan tanggal
 barang dibeli atau dijual untuk tujuan PPN.
 jasa diserahkan atau diterima untuk tujuan PPN

 Penentuan tanggal ini sangat penting karena akan menentukan saat pembuatan Faktur
Pajak dan masa pelaporan PPN yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan
pajak keluaran dan pajak masukan.
 Ketentuan PPN di Indonesia sudah mengatur time of supply, yaitu:
 Pasal 13 ayat (1) dan (1a) UU No. 42/2009;
 Pasal 19 UU No. 42/2009 (pengaturan lebih lanjut melalui PP);
 Pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 1/2012.
 Peraturan Menkeu No. 151/PMK.03/2013;
 Penegasan Dirjen Pajak melalui SE-50/PJ/2010.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 95
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
No Kategori Pengertian Saat Penyerahan
1. BKP berwujud
a. barang bergerak 1)Barang tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak
ketiga untuk dan atas nama pembeli;
2. Barang tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang untuk
pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke
cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;
3. Barang tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan;
atau
4. harga atas penyerahan barang tersebut diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten
b. berupa barang saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai BKP berwujud
tidak bergerak tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak pembeli
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 96
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
No Kategori Pengertian Saat Penyerahan
2. BKP tidak berwujud 1. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud diakui sebagai
piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
dan diterapkan secara konsisten; atau
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas
atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam
hal saat sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak diketahui.
3. BKP berupa persediaan pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat:
dan/ atau aktiva yang 1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;
menurut tujuan semula 2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam
tidak untuk diperjual- Anggaran Dasar;
belikan, yang masih 3. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan;
tersisa pada saat atau
pembubaran perusahaan 4. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak melakukan
terjadi kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdasarkan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budidata
S., Ak, atau
CA, MBAdokumen yang ada. 97
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
No Kategori Pengertian Saat Penyerahan
4. pengalihan BKP dalam 1. saat disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan,
rangka penggabungan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan
peleburan, pemekaran, bentuk usaha sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham yang
pemecahan, dan tertuang dalam perjanjian penggabungan, peleburan, pemekaran,
pengambilalihan usaha pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha; atau
yang tidak memenuhi 2. saat ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan,
ketentuan Pasal 1A pemekaran, pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau perubahan
ayat (2) huruf d UU bentuk usaha oleh Notaris.
PPN atau perubahan
bentuk usaha
5. Impor Barang Kena saat Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke dalam Daerah Pabean
Pajak

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 98
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
No Kategori Pengertian Saat Penyerahan
6. Penyerahan Jasa Kena a. saat harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang
Pajak atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten;
b. saat kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada huruf a tidak diketahui; atau
c. saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara
nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma
atau pemakaian sendiri Jasa Kena Pajak.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 99
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
No Kategori Pengertian Saat Penyerahan
7. Pemanfaatan BKP 1)Saat yang terjadi lebih dahulu antara:
Tidak Berwujud a. harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut
dan/atau Jasa Kena dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
Pajak dari luar Daerah b. harga jual BKP Tidak Berwujud dan/atau penggantian JKP tersebut
Pabean ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
c. harga perolehan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP tersebut dibayar
baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya,
2)pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat
terjadinya sebagaimana dimaksud pada butir 1) di atas tidak diketahui
8. Ekspor BKP Berwujud saat BKP dikeluarkan dari Daerah Pabean
9. Ekspor BKPTidak saat Penggantian atas BKP Tidak Berwujud yang diekspor tersebut dicatat
Berwujud atau diakui sebagai piutang atau penghasilan
10. Ekspor Jasa Kena saat Penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui
Pajak sebagai piutang atau penghasilan
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 100
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 1 – BKP Bergerak:
 PT Aman menyerahkan BKP secara langsung kepada Tuan Igna pada 15 Mei 2011.
 Atas transaksi penyerahan BKP tersebut PT Aman menerbitkan Faktur Pajak pada
15 Mei 2011.
 Contoh 2 – BKP Bergerak :
 PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan syarat FOB
shipping point.
 Barang Kena Pajak dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan dikirim ke gudang PT
Ceria pada 10 Juni 2011 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi dengan
tanggal DO 10 Juni 2011. Barang diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Juni 2011.
 Atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Berkah menerbitkan
Faktur Pajak pada tanggal 10 Juni 2011
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 101
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 3 – BKP Bergerak :
 PT Cantik (Jakarta) menjual BKP kepada PT Sentosa (Semarang) dengan
syarat FOB destination.
 Barang dikeluarkan dari gudang PT Cantik dan dikirim ke gudang PT Sentosa
pada tanggal 12 Agustus 2011 dengan menggunakan perusahaan ekspedisi.
 Barang diterima oleh PT Sentosa pada tanggal 13 Agustus 2011. PT Cantik
menerbitkan faktur penjualan (invoice) pada tanggal 16 Agustus 2011.
 Atas penyerahan Barang Kena Pajak tersebut, PT Cantik wajib menerbitkan
Faktur Pajak pada tanggal 13 Agustus 2011 atau paling lama tanggal 16
Agustus 2011.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 102
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 4 – BKP Tak Bergerak :
 Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani pada 1 Mei 2011.
 Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah
tersebut dibuat atau ditandatangani pada 1 September 2011.
 Faktur Pajak harus diterbitkan pada 1 September 2011.
 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, barang
tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli
atau penerimanya, Faktur Pajak harus diterbitkan pada saat barang
tersebut secara nyata diserahkan atau pada saat berada dalam
penguasaan pembeli atau penerima barang.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 103
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 5 – BKP Tak Bergerak :
 Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata pada tanggal 1
Agustus 2011. Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 Agustus 2011.
 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, barang
tidak bergerak telah diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli
atau penerimanya, Faktur Pajak harus dibuat pada saat barang tersebut
secara nyata diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau
penerima barang.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 104
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 6 – BKP Tak Bergerak :
 Rumah siap pakai dijual dan diserahkan secara nyata pada tanggal 1
Agustus 2011.
 Perjanjian jual beli ditandatangani tanggal 1 September 2011.
 Faktur Pajak harus diterbitkan pada tanggal 1 Agustus 2011.
 Contoh 7 – JKP:
 PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan
masa kontrak 12 tahun.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 105
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 7 – JKP (lanjutan):
 Di dalam kontrak disepakati antara lain:
 PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tersebut pada tanggal 1 September 2011;
 Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00.
 Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29
September 2011 dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 per tahun.
 Pada 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk tahun
pertama.
 Atas penyerahan Jasa Kena Pajak tersebut, PT Semangat wajib menerbitkan Faktur
Pajak pada 29 September 2011 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp
10.000.000,00.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 106
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 8 – JKP:
 PT Toryung mengontrak Firma Cerah Konsultan untuk memberikan jasa konsultasi
manajemen dan pelatihan kepada staff marketing PT Toryung selama 6 (enam)
bulan dengan nilai kontrak Rp 60.000.000,00.
 Pembayaran jasa konsultasi akan dilakukan setiap bulan dan Firma Cerah
Konsultan mulai memberikan jasa konsultasi sejak tanggal 1 Juli 2011.
 Pada tanggal 10 Agustus 2011, Firma Cerah Konsultan mengajukan tagihan untuk
pembayaran jasa konsultasi bulan Juli sebesar Rp 10.000.000,00.
 PT Toryung melakukan pembayaran atas tagihan tersebut pada tanggal 20
Agustus 2011.
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 107
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 8 – JKP (lanjutan):
 Atas transaksi tersebut, Firma Cerah Konsultan wajib menerbitkan Faktur Pajak
pada tanggal 10 Agustus 2011 dengan DPP sebesar Rp 10.000.000,00 (sesuai
dengan nilai tagihan) meskipun pembayaran baru diterima tanggal 20 Agustus
2011.
 Contoh 9 – JKP:
 PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.
 PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode
pemakaian selama satu bulan.

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 108
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN (SE-50/PJ/2010)
 Contoh 9 – JKP (lanjutan):
 Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa
hari, sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya
(lihat tabel di slide halaman berikut).
 Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1-30 Juni 2011, PT Setiyakom
menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli 2011.
 Untuk kasus di atas, Faktur Pajak diterbitkan pada saat penyerahan jasa tersebut
dinyatakan atau dicatat sebagai piutang atau penghasilan, yaitu pada akhir
periode pemakaian (30 Juni 2011) atau paling lama pada saat diterbitkannya
faktur penjualan (5 Juli 2011).
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 109
Konsep Time of Supply di dalam
Ketentuan PPN
Faktur Pajak
Periode Pemakaian/ Periode pengakuan Saat diakui Penerbitan faktur
No diterbitkan paling
penyerahan JKP penghasilan penghasilan penjualan
lama
1a 1 - 30 Juni 2011 1 - 30 Juni 2011 Juni 2011 30 Juni 2011 30 Juni 2011
1b 1 - 30 Juni 2011 1 - 30 Juni 2011 Juni 2011 5 Juli 2011 5 Juli 2011
1c 1 - 30 Juni 2011 1 - 30 Juni 2011 Juni 2011 31 Juli 2011 31 Juli 2011
2 26 Mei - 25 Juni 2011 26 Mei - 25 Juni 2011 Juni 2011 6 Juli 2011 6 Juli 2011
3 16 Mei - 15 Juni 2011 16 Mei - 15 Juni 2011 Mei 2011 20 Juni 2011 20 Juni 2011
4 16 Mei - 15 Juni 2011 16 Mei - 15 Juni 2011 Juni 2011 20 Juni 2011 20 Juni 2011
5 16 Mei - 15 Juni 2011 16 Mei – 31 Mei 2011 Mei 2011 31 Mei 2011 31 Mei 2011
1-15 Juni 2011 Juni 2011 15 Juni 2011 15 Juni 2011

Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 110
Free Webinar | Pratama-Kreston Tax Research Institute | Dr. Prianto Budi S., Ak, CA, MBA 111

Anda mungkin juga menyukai