Anda di halaman 1dari 9

MODUL 2

Akuntansi Perpajakan(3 SKS)


Oleh: Rahmawati,SE,MM

LAPORAN KEUANGAN
A. Laporan keuangan
1. Pengertian
Pengertian laporan keuangan menurut Kieso and Weygant (2001:3) adalah:
Financial statement are the principal means through which financial informations
communicated to those outside an enterprise. These statements provide the firms
history quantified in money terms.
Transaksi ekonomi yang terjadi selama satu periode akuntansi akan dicatat dan
dirangkum yang kemudian akan dibuat laporan keuangan untuk pemakai informasi.
Laporan keuangan digunakan sebagai perantara alat komunikasi antara perusahaan
dengan pihak-pihak lain yang membutuhkan, baik yang ada di dalam perusahaan
maupun di luar perusahaan.
Menurut IAI dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002),
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan posisi keuangan. Pengungkapan informasi pada pihak luar yang dapat
mempengaruhi keputusan pemakai informasi harus diungkapkan secara penuh (full
disclosure principle).
Menurut Schroeder (2001:114),
Pengungkapan tidak hanya pada laporan keuangan saja tetapi juga pada catatan
atas laporan keuangan (notes to financial statement), informasi tambahan
(supplementary information) dan juga other means of financial reporting, yang semua
ini termasuk dalam proses pelaporan keuangan.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

2. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:4) adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan
semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan,
karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu
dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Jadi, tujuan utama
dari penyusunan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan ekonomi.
3. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Karakteristik

kualitatif

merupakan

ciri

khas

yang

membuat

informasi

dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif
pokok menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:7-11), yaitu :
a.

Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Pemakai diasumsikan


memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang
wajar. Dengan penerapan PSAK 46, maka laporan keuangan menjadi lebih mudah
untuk dipahami karena beban pajak yang diakui tidak hanya pajak kini (current tax)
tetapi juga mengakui pajak tangguhan (deferred tax).
b.

Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses

pengambilan keputusan. Laporan keuangan memiliki kualitas relevan, apabila dapat


mempengaruhi

keputusan

ekonomi

pemakai

dengan

membantu

mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau
mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi
oleh materialitasnya.

Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk

mencantumkan

kesalahan

atau

dalam

mencatat

informasi

tersebut

dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan


keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai
sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau
kesalahan dalam mencatat (misstatement). Dengan penerapan PSAK 46, nilai pajak
penghasilan yang disajikan menjadi lebih relevan dan mencerminkan keadaan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

sebenarnya dari perusahaan. Sehingga pemakai informasi keuangan dapat melihat


konsekuensi pajak di masa mendatang, yang tampak dalam aktiva (kewajiban) pajak
tangguhan.
c.

Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal (reliable) apabila bebas dari pengertian yang

menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai


penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya
disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Karakteristik andal
mencakup penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan
sehat, dan kelengkapan. Laporan keuangan hendaknya disajikan secara wajar
seperti yang seharusnya, lebih mementingkan isi daripada sekedar bentuk, penyajian
informasi tidak hanya menguntungkan salah satu pihak yang berkepentingan saja,
selalu mengedepankan unsur kehati-hatian dan pertimbangan rasional pada saat
melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian dan tetap mengutamakan
kelengkapan dalam setiap pengungkapan informasi. Dengan penerapan PSAK 46,
maka laporan keuangan lebih memenuhi kriteria keandalan, karena ada konsekuensi
pajak di masa mendatang yang diakui Sehingga pemakai informasi keuangan bisa
mendapatkan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomi yang
berkaitan dengan perusahaan tersebut.
d.

Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan

antarperiode untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja


keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
antarperusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan
posisi keuangan secara relatif. Sehingga pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa dapat dilakukan secara
konsisten untuk perubahan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah pemakai
harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan, serta pengaruh perubahan
tersebut. Ketaatan pada Standar Akuntansi Keuangan, termasuk pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan dapat membantu pencapaian daya
banding. Dengan penerapan PSAK 46, ada konsekuensi pajak tangguhan di masa
mendatang dalam bentuk aktiva (kewajiban) pajak tangguhan. Sehingga kegunaan
dari laporan keuangan dapat lebih ditingkatkan dalam hal mengevaluasi posisi
keuangan dan memprediksi arus kas di masa mendatang.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Sifat dan Keterbatasan Pelaporan Keuangan Fiskal


Beberapa sifat dan keterbatasan laporan keuangan komersial yang relevan terhadap
laporan keuangan fiscal antara lain:
a. Laporan keuangan bersifat histories
b. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan estimasi
dan berbagai pertimbangan
c. Lebih mengutamakan hal yang material(tanpa mengurangi kelengkapan materi)
d. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis (substansi) setiap
transaksi/peristiwa (tanpa, dalam kondisi tertentu, memperhatikan bentuk
yuridis formalnya)
e. Terdapatnya

alternative

metode

akuntansi

yang

dapat

digunakan

mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis dan tingkat


kesukesesan antar wajib pajak
f.

Informasi kualitatif, sedangkan fakta (yang tidak mendasar) yang tidak dapat
dikuantifikasikan umumnya dikesampingkan.

Laporan keuangan fiscal dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan perpajakan sehingga


laporan itu lebih khusus-jumlah pemakainya lebih sedikit dari laporan keuangan komersial.
Dengan semakin meningkatnya kesadaran dan pemahaman tentang arti penting dan
peranan pajak terhadap pembangunan, para peminat perpajakan pun makin meningkat.
Terlebih lagi dengan semakin banyaknya penanaman modal asing yan gtentunya juga
membutuhkan jasa yang cukup berkualitas dari para konsultan dan akuntan pajak.
1. Hubungan Laporan Keuangan Fiskal dengan Laporan Keuangan Komersial
Laporan keuangan fiscal (yang dilampirkan di SPT) dapat disusun dengan proses
penyesuaian atau rekonsiliasi ketentuan perpajakan terhadap laporan keuangan
komersial. Untuk mengamankan dat ahistoris atas penyesuaian itu perlu diadakan
pencatatan terhadap pos-pos yang menyebabkan perbedaan sementara antara
ketentuan perpajakan dan standar akuntansi keuangan (misalnya penyusutan).
Implikasi dari aktivitas itu menunjukkan adanya perangkatpembukuan ganda
terhadap pos-pos tertentu yang memungkinkan adanya perbedaan antara ketentuan
perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk mengamankan kontinuitas
rekonsiliasi. Namun , karena pembukuan itu dapat direkonsiliasikan, secara yuridis
fiscalpembukuan ganda itu dapat dipertimbangkan.
Dalam praktek , pajak penghasilan dapat dihitung (untuk keperluan perhitungan laba
komersial)berdasarkan laba akuntansi (pajak teoritis) atau laba kena pajak(pajak riil).
Selisih antara keduanya dicatat sebagai pos aktiva lain-lain dineraca yang secara
teoritis dapat dialokasikan dari wkatu ke waktu. Dari praktek itu tampak SAK
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

memberikan kelonggaran kepada pengusaha untuk memilih metode akuntansi pajak


penghasilan.
Periode Akuntansi
Tidak diragukan lagi seperti halnya undnag-undang pajak juga berdasarkan pada
sutau konsep dasar periode akuntansi sebagai acuan pedoman dalam mennetukan saat
pengakuan terhadap penghasilan dan pengurang pengahsilan atau beban. Penghasilan
merupakan suatu aliran yang tidak terputus dan dapat terjadi pada setiap saat, sehingga
jumlah yang pasti hanya dapat diketahui kelak pada saat kegiatan yang dilakukan oleh
suatu entitas sebagai subjek pajak dan wajib pajak dihentikan atau pada saat eksistensi
subjek atau wajib pajak dinyatakan berakhir. Untuk dapat melakukan pengukuran ,
pencatatan dan pelaporan jumlah penghasilan akuntansi membagi jangka waktu
kelansungan hidup setiap sebagai entitas, kedalam interval waktu yang sama. Setiap
interval(jangka)

waktu

dimanan

penghasilan,

pengurang

penghasilan

dan

beban

diasosialisakan disebut dengan periode akuntansi. Sekali interval waktu tersbeut


ditetapkan , ketentuan yang berkaitan yang lazim disebut dengan standar atau metode dan
teknik akuntansi diaplikasikan untuk menetapkan periode dimana sejumlah penghasilan,
pengurnag penghasilan dan atau beban harus diasosialisasikan.
Untuj tujuan pelaporan kepada pihak eskstern, laba atau rugi dari perubahan sebagai
satu kesatuan ekuntansi, pada umumnya diukur, dan ditentukan untuk setiap jangka waktu
satu triwulan atau satu tahun. Sedang untuk pelaporan kepada pihak manajemen, laba atau
rugi tersbeut harus diukur atau ditentukan untuk setiap jangka waktu yang lebih pendek.
Mislanya bulanan dan mingguan. Karena fungsi dan tanggungjawabnya, khususnya yang
berkaitan dengan perencanaan dan pengendalian operasi perusahaan; manajemen dapat
saja menetapkan siklus atau periode pelaporan yang manapun, yang diyakini mampu
menyediakan informasi yang relevan dan bermanfaat baginya.
Interval waktu atau masa yang sama(yaitu tahunan) sebagai dsar penghitung pajak
penghaislan yang terutang bagi setiap wajib pajak juga dianut oleh undnag-undang pajak
(pasal 12 UU No.7 tahun 1983). Masa atau periode perhitungan pajak demiikian disebut
sebagai tahun pajak.
Pada prinsipnya tahun pajak adalah;
a. Tahun kelender atau tahun tahwin
b. Oleh karena itu senantiasa meliputi jangka 12 bulan
Suatu entitas sebagai wajib pajak diperkenankan untuk mengunakan tahun pajak (masa
perhitungan dan pelaporan pajak) yang tidak sama dnegan tahun tahwin dan tahun
kalender, mislanya tahun buku. Namun untuk tujuan perhitungan dna pelaporan pajaknya
harus mengacu pada dua ketentuan tersebut, yang dapat dijelaskan sebagai berikut;
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Dengan tahun tahwin sebagai acuan nya, maka penyebutan tahun pajak senantiasa
mengikuti tahun takwim.
Bagian tahun Pajak Sebagai Masa Transisi
Surat pemberitahuan yang mencakup jangka waktu kurang dari satu tahun atau
kurnag dari masa 12 bulan biasanya harus dibuat untuk yang pertamkalinya oleh para wajib
pajak baru, bagian tahun pajak yang terakhir kalinya oleh para wajib pajak yang
eksistensinya dinyatakan berakhir, dan oleh para wajib pajak yan gmemperoleh
persetujuann untuk menggati tahun pajaknya. Penghasilan yang dilaporkan dalam SPT
untuk jangka waktu kurang dari satu tahun atau kurang dari masa 12 bulan, yan gdibuat
dalam rangka penggantian tahun pajak harus dihitung dnegan cara disetahunkan.
Prosedur

penentuan jumlah penghasilan sebagai basis perhitungan pajak

penghasilan demikian itu diperlukan agar wajib pajak tidak terhindar dari penerapan tariff
progresif. Secara teknis pelaporan pajak untuk jangka waktu kurang dari satu tahun atau
kurang dari masa 12 bulan oleh para wajib pajak yang keberadaaan atau eksistensinya
memang kurnag dari jangka waktu satu tahun atau kurang dari masa 12 bulan tidak dapat
dikatakan sebagai akibat dari penggantian tahun pajak, sehingga jumlah penghasilannya
tidak perlu dianulisasikan atau disetahunkan.

Anulisasi Penghasilan Kena Pajak Dalam Masa Transisi


Undang-undnag pajak penghasilan tahun 2000 menerapkan tariff marjinal pajak
penghasilan yang tertinggi untuk wjiab pajak orang pribadi adalah 35%, sedang untuk wajib
pajak badan adalah 30%. Tanpa adanya ketentuan untuk anualisasikan penghasilan sebagai
baisi perhitungan pajak penghasilan dalam masa transisi bagi para wajib pajak yang ingin
mengubah tahun pajaknya, dengan mudah wajib pajak dapat menghindar dari pengenaan
tariff tinggi tersebut. Ini dapat dilakukan dengan seringkali mengubahtahun pajaknya, dalam
interval waktu yang relative pendek untuk mengurangi jumlah penghasilan kena pajak yang
harus dilaporkan didalam SPT. Sebagai contoh suatu perusahaan sebagai wajib pajak
badan akan mengubah tahun pajaknya, pada setiap kali jumlah penghasilan kena pajaknya
mencapai Rp.100 jutaan sebagai akibatnya, perusahaan sebagai wajib pajak badan tidak
pernah terkena tariff pajak marginal tertinggi sebesar Rp.30%.
Perhitungan jumlah pajak yang terutang untuk jangka waktu kurang dari satu tahun
atau kurang dari 12 bulan (bagian tahun pajak), relative mudah dilakukan. Jumlah pajak
penghasilan kena pajak untuk jangka waktu kurang dari satu tahun atau 12 bulan dikalikan
12 atau 360, kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah bulan atau hari yang tercakup dalam
mas apajak diperolehnya penghaslan. Haisl dari dua tahap perhitungan tersbeut kemudian
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

dipakai sebagai basis perhitungan pajak yang terutang dalam bagian tahun pajak sebagai
masa transisi. Pajak yan gdihitung berdsar jumlah penghasilan kena pajak yang
dianualisasikan atau disetahunakan tersbeut merupakan jumlah yangterutang seandainya
penghasilan diperoleh dalam satu tahun pajak, berdsar tariff yang berlaku untuk jangka
waktu kurnag dari satu tahun atau kurang dari 12 bulan.
Penyimpangan Konsep Dasar Periode Akuntansi
Tarif pajak yang bersifat progresif yang diperlakukan oleh Undnag-undnag pajak
guna menjamin tercapainya keadilan pajak. Namun demikian , tariff pajak yang progresif
justru bisa jadi akan membuat kewajiban atau beban pajak terasa lebih berat bagi wajib
pajak tertentu; terutama apabila terjadi ketidakluwesan didalam mengapliksikan konsep
dasar periode akuntansi. Oleh karena itu berbagai ketentuan perpajakan sengaja dilakukan
untuk menghilangkan atau memeinimalkan dampak yang justru tidak sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai. Termasuk dalam hal ini, antara lain adalah pemberian fasilitas berupa;
c. Kompensasi kerugian (psl 6 ayat 2 Undang-Undang No.17 tahun 2000; dan keputusan
Menteri Keuangan Nomor 958/KMK.04/1983.
d.

Penerapan tariff efektif atas penghasilan

untuk

beberapa tahun yang diterima atau diperoleh sekaligus (psl 3 PP Nomor 36 tahun 1983)
e.

Penerapan

tariff

efektif

(rata-rata)

terhadap

penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta yang tidak dipakai secara efektif
dalam operasi perushaaan(psl 2 dan psl 3 Nomor 36 Tahun 1983)
Kompensasi kerugian
Memberikan manfaat,terutama bagi wajib pajak yang memperoleh penghasilan dari usaha
tetap. Ketentuan ini, pada prinsipnya, memperkenankan sebagian atau seluruh kerugian
yang terjadi dalam suatu tahun pajak untuk
penghasilan

dikompensasikan(dikurangkan) dari

kena pajak pada tahun-thaun pajak lain. Secara

teoritis, terdapat dua

alternative cara mengompen sasikan kerugian yang terjadi pad sutau tahun pajak, yaitu
a. secara prospektif
b. Secara retroaktif.
Pelaksanaan kompensasi kerugian secara retroaktif relative lebih rumit administrasinya baik
bagi pemerintah (KPP) maupun bagi wajib pajak, karena menyangkut restitusi pajak yang
telah dibayar oleh wajb pajak pada tahun sebelumnya.
Diindonesia, kompensasi krugian secara retroaktif tidak diperkenankan; sebaliknya
hanya kompensasi secara prospektif yang diperkenankan oleh undnag-undnag pajak
penghasilan. Dengan mengopensisikan dengan penghasilan kena pajak dalam tahun-tahun
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

berikutnya.

Tidak

adanya

ketentuan

yang

membolehkan

wajib

pajak

untuk

mengompensasikan krugian atau rigiditas didalam mengaplikasikan konsep dasar periode


akuntansi; akan membuat setiap penghasilan pada setiap tahun

pajak senantiasa

dikenakan pajak; sednag kerugian yang terjadi pada tahun tahun pajak yang lain tidak
memperoleh manfaat atau penghematan pajak.
Undang-undang pajak penghasilan menetapkan limit atau membatasi jangka waktu yang
diperkenankan untuk mengompensasikan kerugian yan gdiderita oleh suatu perusahaan
atau wajib pajak dalam suatu pajak sebagai berikut;
a. batas waktu maksimum 5 tahun, bagi pada umumnya perusahaan
b. Batas maksimum 8 thn khusus untuk jenis dan daerah usaha tertentu

Penerapan Tarif Efektif atas penghasilan


Beberapa Tahun Yang Diterima Sekaligus
Fasilitas pajak yang berdampak identik dengan kompensasi kerugian, dan pada hakekatnya
merupakan penyimpangan dari konsep dasar periode akuntansi adalah diperkenankannya
wajib pajak untuk mengalokasikan atau membagi rata dan menerpakan tariff efektif(aratrata) atas penghasilan dalam beberapa tahun yang diterima atau diperoleh sekaligus.
Seperti halnya kompensasi kerugian, pada prinsipnya fasilitas pajak ini diberikan dengan
tujuan agar kewajiban pajak dari para wajib pajak yang realisasi penerimaan kas dari
penghaslannya berfluktuasi atau tidak teratur. Kurang lebih sama dengan kewajiban pajak
yang direalisasi penerimaan kas dari penghasilannya sama besar tetapi diperoleh secara
teratur. Dengan lain perkataan, ketentuan perpajakan memberikan

kesempatan kepada

para wajib pajak untuk melakukan stabilisasi penghasilan ken apajaknya.


ALokasi penghasilan untuk beberapa tahun yang dterima sekaligus ke dalam beberapa
tahun pajak juga memberikan manfaat lain berupa kesempatan bagi wajib pajak untuk
mengeliminasi dampak atau akibat dari tariff pajak penghasilan yang bersifat progresif.
Nilai Perolehan Kembali Sebagai
Dasar Pengukuran Penghasilan dari penjualan
Harta yang tidak dipakai secara aktif dalam kegiatan atau usaha
Fasilitas pajak (penyimpangan dari konsep dasar periode akuntansi) yang dapat dikatakan
edentik dengan alokasi penghasilan beberapa tahun yang diterima sekaligus atau
penghasilan tidak teratur, berupa penerapan tariff efektif dalam tahun terjadinya penerimaan
penghasilan, juga diberikan atas pengasilan yang didapat dari penjualan atau pengalihan
harta yang tidak digunakan secara aktif dalam kegiatan perusahaan (capital gains).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Penerapan tariff efektif sendiri, sebagai basis perhitungan beban atau pajak
penghasilan yang terutang dalam tahun terjadinya penjualan atau pengalihan harta(capital
gains), memang tidak membuat beban atau jumlah pajak yang terutang menjadi berbeda
dibandingkan dengan penerpaan konsep dsar periode akuntansi secara konsisten(dalam
arti stelsel murni atau stelsel akrual murni). Namun demikian, penerapan tariff efektif akan
berakibat beban pajak atau pajak penghasilan yang terutang lebih konsisten dengan asas
kemampuan untuk membayar.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Rahmawati,SE,MM
AKUNTANSI PERPAJAKAN

Anda mungkin juga menyukai