Anda di halaman 1dari 13

BUPATI SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN PERATURAN BUPATI SEMARANG


NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP


DESA DI KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2020

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 12 ayat


(8) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor
60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, perlu
menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pembagian
dan Penetapan Rincian Dana Desa Setiap Desa di Kabupaten
Semarang Tahun anggaran 2020;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Jawa Tengah;
2. Undang-Undang Nomor 67 Tahun 1958 tentang
Perubahan Batas-batas Wilayah Kotapraja Salatiga Dan
Daerah Swatantra Tingkat II Semarang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 1652)
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab
Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4400);
6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang
Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3079);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Salatiga dan Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3500);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6321);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Dana Desa Yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 168, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5558)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang
Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5864);
12. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2019 tentang
Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2020 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 220);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014
tentang Pedoman Pembangunan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2094);
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
537) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
121/PMK.07/2018 tentang Perubahan Ketiga Atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.07/2017
tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1341);
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.07/2018
tentang Pengelolaan Dana Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1838);
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);
17. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 Tahun 2019
tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2020 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2019 Nomor 1012);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran
Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor ...
Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2020
(Lembaran Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2019
Nomor ...);
20. Peraturan Bupati Semarang Nomor 78 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Daerah
Kabupaten Semarang Tahun 2018 Nomor 78);
21. Peraturan Bupati Semarang Nomor ... Tahun 2019
tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2020
(Berita Daerah Kabupaten Semarang Tahun 2019
Nomor ...);
22. Peraturan Bupati Semarang Nomor ... Tahun 2019
tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Kabupaten Semarang Tahun
Anggaran 2020 (Berita Daerah Kabupaten Semarang
Tahun 2019 Nomor ...);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN


DAN PENETAPAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA DI
KABUPATEN SEMARANG TAHUN ANGGARAN 2020.
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Semarang.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan menurut prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan daerah otonom.
4. Bupati Semarang yang selanjutnya disebut Bupati adalah Kepala Daerah
Kabupaten Semarang.
5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Kabupaten Semarang.
6. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam
sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan
masyarakat.
8. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.
9. Jumlah Desa adalah jumlah Desa yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri.
10. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disingkat KPPN
adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang
memperoleh kuasa dari Bendahara Umum Negara untuk kuasa dari
Bendahara Umum Negara untuk melaksanakan sebagian fungsi Kuasa
Bendahara Umum Negara;
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat APB
Desa adalah rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa.
12. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD serta
ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
13. Rekening Kas Umum Negara yang selanjutnya disingkat RKUN adalah
rekening tempat penyimpanan uang Negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh
penerimaan Negara dan membayar seluruh pengeluaran Negara pada bank
sentral.
14. Rekening Kas Umum Daerah yang selanjutnya disingkat RKUD adalah
rekening tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah pada bank yang ditetapkan.
15. Rekening Kas Desa yang selanjutnya disingkat RKD adalah rekening
tempat penyimpanan uang Pemerintah Desa yang menampung seluruh
penerimaan Desa dan untuk membayar seluruh pengeluaran Desa pada
bank yang ditetapkan.
16. Prioritas Penggunaan Dana Desa adalah pilihan kegiatan yang didahulukan
dan diutamakan daripada pilihan kegiatan lainnya untuk dibiayai dengan
Dana Desa.
17. Padat Karya Tunai adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat desa,
khususnya yang miskin dan marginal, yang bersifat produktif dengan
mengutamakan pemanfaatan sumber daya, tenaga kerja, dan teknologi
lokal untuk memberikan tambahan upah/pendapatan, mengurangi
kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
18. Anak Kerdil (stunting) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi
di bawah lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak
terlalu pendek untuk usianya.
19. Badan Usaha Milik Desa selanjutnya disebut BUM Desa adalah badan
usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.
20. Badan Usaha Milik Desa Bersama yang selanjutnya disingkat BUM Desa
Bersama adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya
dimiliki oleh desa yang bekerjasama dan/ atau masyarakat.
21. Tambahkan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana Alokasi
Khusus (DAK)
22. Tambahkan BKUD
23. Tambahkan penjelasan IDM
24. Tambahkan penjelasan IKG
25. PAdes

BAB II
JUMLAH DESA

Pasal 2

Jumlah Desa sebanyak 208 (dua ratus delapan) Desa yang terletak di 19
(sembilan belas) Kecamatan di wilayah Daerah.

BAB III
PENETAPAN RINCIAN DANA DESA

Pasal 3

Rincian Dana Desa setiap Desa di Kabupaten Semarang Tahun Anggaran


2020, dialokasikan secara merata dan berkeadilan berdasarkan:

a. Alokasi Dasar;
b. Alokasi Afirmasi;
c. Alokasi Kinerja; dan
d. Alokasi Formula.
Pasal 4

Alokasi dasar setiap desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a,


dihitung berdasarkan alokasi dasar per Kabupaten dibagi jumlah Desa
sebagaimana telah ditetapkan dalam Lampiran Peraturan Presiden Nomor 78
Tahun 2019 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2020.

Pasal 5

(1) Alokasi Afirmasi setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
diberikan kepada Desa Tertinggal dan Desa Sangat Tertinggal yang memiliki
jumlah penduduk miskin tinggi.
(2) Besaran Alokasi Afirmasi setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan …..
mengenai Tata Cara Pengalokasian Dana Desa.

Pasal 6

Alokasi kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, dibagi kepada


desa-desa dengan kinerja terbaik dalam pengelolaan keuangan desa,
pengelolaan Dana Desa, capaian keluaran (output) Dana Desa, dan capaian
hasil (outcome) pembangunan desa.

Pasal 7

Penghitungan alokasi kinerja setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal


6 dilakukan dengan menggunakan pembobotan sebagai berikut:
a. Pengelolaan keuangan Desa dengan bobot 20% (dua puluh perseratus);
b. Pengelolaan Dana Desa dengan bobot 20% (dua puluh perseratus);
c. Capaian keluaran (output) Dana Desa dengan bobot 25% (dua puluh lima
perseratus); dan
d. Capaian hasil (outcome) pembangunan desa dengan bobot 35% (tiga puluh
lima perseratus).

Pasal 8

(1) Pengelolaan keuangan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a


dinilai dari perubahan rasio PADes terhadap total pendapatan APBDesa
dan rasio belanja bidang pembangunan dan pemberdayaan terhadap
bidang APBDesa.
(2) Pengeloaan Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b
dinilai dari persentase kesesuaian bidang pembangunan dan
pemberdayaan sebagai prioritas Dana Desa terhadap total Dana Desa dan
persentase pengadaan barang jasa dana desa secara swakelola.
(3) Capaian keluaran atau output Dana Desa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 huruf c dinilai dari persentase realisasi anggaran Dana Desa dan
persentase capaian output Dana Desa.
(4) Capaian hasil atau outcome pembangunan Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf d dinilai dari perubahan skor IDM, perubahan status
desa, status desa terakhir, dan perbaikan jumlah penduduk miskin.
Pasal 9

Alokasi formula sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d, dihitung


berdasarkan data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan
indeks kesulitan geografis yang bersumber dari kementerian yang berwenang
dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
statistik.

Pasal 10

Penghitungan alokasi formula setiap Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal


5 dilakukan dengan menggunakan formula sebagai berikut:
AF Desa = {(0,10 * Z1) + (0,50 * Z2) + (0,15 * Z3) + (0,25 * Z4)} * AF Kab
Keterangan:

AF Desa = Alokasi Formula setiap Desa


Z1 = rasio jumlah penduduk setiap Desa terhadap total penduduk
Desa Kabupaten Semarang
Z2 = rasio jumlah penduduk miskin setiap Desa terhadap total
penduduk miskin Desa Kabupaten Semarang
Z3 = rasio luas wilayah setiap Desa terhadap total luas wilayah
Desa Kabupaten Semarang
Z4 = rasio IKG setiap Desa terhadap IKG Desa Kabupaten
Semarang.
AF Kab = Alokasi Formula Kabupaten Semarang

Pasal 11

Penetapan Rincian Dana Desa dan format Rincian Dana Desa untuk setiap
Desa di Kabupaten Semarang Tahun Anggaran 2020 sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

BAB III
MEKANISME DAN TAHAPAN PENYALURAN DANA DESA

Pasal 11

(1) Penyaluran Dana Desa dilakukan melalui pemindahbukuan dari RKUD ke


RKD.
(2) Pemindahbukuan dari RKUD ke RKD dilakukan paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja setelah Dana Desa diterima di RKUD setelah persyaratan
penyaluran telah dipenuhi.
(3) Penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara bertahap, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tahap I paling cepat bulan Januari dan paling lambat minggu ketiga
bulan Juni sebesar 20% (dua puluh persen);
b. tahap II paling cepat bulan Maret dan paling lambat minggu keempat
bulan Juni sebesar 40% (empat puluh persen): dan
c. tahap III paling cepat bulan Juli sebesar 40% (empat puluh persen).
(4) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap I dilaksanakan setelah
Camat menerima Peraturan Desa mengenai APBDes dari Kepala Desa.
(5) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap II dilaksanakan setelah
Camat menerima laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana
Desa tahun anggaran sebelumnya dari Kepala Desa.
(6) Penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD tahap III dilaksanakan setelah
Camat menerima laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana
Desa sampai dengan tahap II dari Kepala Desa, serta laporan konvergensi
pencegahan stunting tingkat desa tahun anggaran sebelumnya.
(7) Dalam hal penyaluran Dana Desa tahap I dan tahap II secara bersamaan,
penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan setelah Camat menerima dokumen persyaratan
penyaluran dari Kepala Desa, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. tahap I dan tahap II berupa peraturan Desa mengenai APBDes; dan
b. tahap III berupa:
1. laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa tahun
anggaran sebelumnya;
2. laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa sampai
dengan tahap II;
3. laporan konvergensi (Segala upaya dalam rangka untuk
mengupayakan) pencegahan stunting tingkat desa tahun anggaran
sebelumnya.
(8) Laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa sampai
dengan tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (7), menunjukkan rata-
rata realisasi penyerapan paling sedikit sebesar 75% (tujuh puluh lima
perseratus) dan rata-rata capaian output menunjukkan paling sedikit
sebesar 50% (lima puluh perseratus).
(9) Capaian output sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dihitung
berdasarkan rata-rata persentase capaian output dari seluruh kegiatan.
(10)Penyusunan laporan realisasi penyerapan dan capaian output sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) dan ayat (7) dilakukan sesuai dengan tabel
referensi data bidang, kegiatan, sifat kegiatan, uraian output, volume
output, cara pengadaan, dan capaian output.
(11)Dalam hal tabel referensi data sebagaimana dimaksud pada ayat (10)
belum memenuhi kebutuhan input data, kepala desa dapat
memutakhirkan tabel referensi data dengan mengacu pada peraturan yang
diterbitkan oleh kementerian/lembaga terkait.

BAB IV
PRIORITAS PENGGUNAAN DANA DESA

Pasal 12

(1) Penggunaan Dana Desa setiap Desa diprioritaskan untuk :


a. membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,
peningkatan kualitas hidup manusia serta penanggulangan
kemiskinan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa;
b. membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sesuai
dengan prioritas yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 11 tahun
2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun Anggaran 2020;
(2) Dana Desa dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak
termasuk dalam prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) setelah mendapat persetujuan Bupati.
(3) Persetujuan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan pada
saat evaluasi rancangan peraturan Desa mengenai APBDesa melalui
Camat.
(4) Dana Desa tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bukan
merupakan kewenangan desa.

Pasal 13

(1) Pelaksanaan kegiatan pembangunan agar mengutamakan prinsip-prinsip


sebagai berikut :
a. Swakelola, artinya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan
secara mandiri oleh Desa dan tidak dikontrakkan kepada pihak
ketiga/kontraktor swasta, maupun kontraktor dari kota/luar Desa;
b. Menggunakan sebanyak-banyaknya tenaga kerja setempat, atau
bersifat padat karya, sehingga bisa menyerap tenaga kerja dan
memberikan pendapatan bagi mereka yang bekerja ; dan
c. Menggunakan bahan baku atau material setempat, agar dapat
menumbuhkembangkan usaha kegiatan ekonomi produktif Desa,
sehingga dapat memberikan penghasilan kepada masyarakat yang
memiliki bahan baku seperti batu, pasir, kayu, bambu dan lainnya.
(2) Setiap kegiatan pembangunan fisik yang dilaksanakan di Desa
mempertimbangkan proporsi besaran upah tenaga kerja sebesar 30% (tiga
puluh perseratus).
(3) Tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memprioritaskan
sasaran antara lain sebagai berikut :
a. kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin;
b. pencari nafkah utama keluarga;
c. laki-laki, wanita dan pemuda dan usia produktif dan bukan anak-anak;
d. petani/kelompok petani yang mengalami paceklik dan menunggu masa
tanam panen;
e. tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan (ter-PHK).
(4) Hasil pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari Dana Desa harus dibuatkan
prasasti sebagai bukti dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan.

Pasal 14

(1) Kepala Desa bertanggung jawab atas penggunaan Dana Desa.


(2) Pemerintah daerah dapat melakukan pendampingan atas penggunaan
Dana Desa.
(3) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada
APBD.

Pasal 15

Pengelolaan keuangan desa dikelola sesuai dengan ketentuan perundang-


undangan dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember.
Pasal 16

(1) Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan
bukti yang lengkap dan sah.
(2) Bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat pengesahan
oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan
bukti dimaksud.
(3) Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat
dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa
ditetapkan menjadi peraturan desa.
(4) Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak
lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak
yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 17

Penggunaan Dana Desa (DD) untuk kegiatan pembangunan fisik dengan


anggaran lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) gambar
teknis agar diketahui oleh Pendamping Desa Teknik Infrastruktur (PDTI)
dan Kepala Seksi Kecamatan yang membidangi infrastuktur.

BAB V
PELAPORAN DANA DESA

Pasal 18

(1) Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi penyerapan dan capaian


output Dana Desa setiap tahap penyaluran kepada Camat.
(2) Laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. tahap I berupa peraturan Desa mengenai APBDesa dari Kepala Desa;
b. tahap II berupa laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana
Desa tahun anggaran sebelumnya dari Kepala Desa; dan
c. tahap III berupa laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana
Desa sampai dengan tahap II.
(3) Laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa tahun
anggaran sebelumnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
disampaikan paling lambat tanggal 7 Februari tahun anggaran berjalan.
(4) Laporan realisasi penyerapan dan capaian output Dana Desa sampai
dengan tahap II sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c disampaikan
paling lambat tanggal 7 Juni tahun anggaran berjalan.
(5) Dalam hal terdapat pemutakhiran capaian output setelah batas waktu
penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4),
Kepala Desa dapat menyampaikannya pemutakhiran capaian output kepada
Camat.

Pasal 19

(1) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan Dana Desa dibuat dan


dilaksanakan sesuai dengan sumber dananya.
(2) Guna kelancaran dan kemudahan dalam penyusunan pelaporan dan
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dilakukan dengan Aplikasi
Sistem Keuangan Desa (Siskeudes).

BAB VI
SANKSI

Pasal 20

(1) Kepala BKUD menunda penyaluran Dana Desa, dalam hal:


a. desa belum memenuhi dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
Ayat (4) atau Pasal 11 ayat (5);
b. terdapat Sisa Dana Desa di RKD tahun anggaran sebelumnya lebih dari
30% (tiga puluh perseratus); dan/atau
c. terdapat rekomendasi dari aparat pengawas fungsional daerah.
(2) Penundaan penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan terhadap penyaluran Dana Desa tahap I tahun anggaran
berjalan sebesar Sisa Dana Desa di RKD tahun anggaran sebelumnya.
(3) Dalam hal Sisa Dana Desa di RKD tahun anggaran sebelumnya lebih besar
dari jumlah Dana Desa yang akan disalurkan pada tahap I, penyaluran
Dana Desa tahap I tidak dilakukan.
(4) Dalam hal sampai dengan minggu pertama bulan Juli tahun anggaran
berjalan sisa Dana Desa di RKD tahun anggaran sebelumnya masih lebih
besar dari 30% (tiga puluh perseratus), penyaluran Dana Desa yang
ditunda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat disalurkan dan
menjadi sisa Dana Desa di RKUD.
(5) Bupati atas usulan Kepala BKUD melaporkan Dana Desa yang tidak
disalurkan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) kepada
Kepala KPPN selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana
Alokasi Khusus (DAK) Fisik dan Dana Desa.
(6) Dana Desa yang tidak disalurkan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak dapat disalurkan kembali pada tahun anggaran berikutnya.
(7) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c disampaikan
oleh aparat pengawas fungsional di daerah dalam hal terdapat potensi atau
telah terjadi penyimpangan penyaluran dan/atau penggunaan Dana Desa.
(8) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) disampaikan kepada
Bupati melalui Kepala BKUD dengan tembusan kepada Kepala KPPN
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana Alokasi Khusus
(DAK) Fisik dan Dana Desa sebelum batas waktu tahapan penyaluran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

Pasal 21

(1) Kepala BKUD menyalurkan kembali Dana Desa yang ditunda dalam hal:
a. dokumen persyaratan penyaluran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1) huruf a telah diterima;
b. sisa Dana Desa di RKD tahun anggaran sebelumnya kurang dari atau
sama dengan 30% (tiga puluh perseratus); dan/atau
c. terdapat rekomendasi dari aparat pengawas fungsional daerah.
(2) Dalam hal dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a tidak diterima dan tidak terdapat usulan pencabutan rekomendasi
penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c sampai dengan
berakhirnya tahun anggaran, Dana Desa tidak dapat disalurkan lagi ke
RKD dan menjadi sisa Dana Desa di RKUD.
(3) Bupati atas usulan Kepala BKUD melaporkan sisa Dana Desa di RKUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala KPPN selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik
dan Dana Desa paling lambat akhir bulan Februari tahun anggaran
berjalan.
(4) Kepala BKUD melalui Camat memberitahukan kepada Kepala Desa yang
bersangkutan mengenai Dana Desa yang tidak dapat disalurkan ke RKD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk dianggarkan kembali dalam
rancangan APBDesa tahun anggaran berikutnya paling lambat akhir bulan
Desember tahun anggaran berjalan.
(5) Kepala BKUD menganggarkan kembali sisa Dana Desa di RKUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rancangan APBD tahun
anggaran berikutnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Dalam hal Desa telah memenuhi persyaratan penyaluran kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b sebelum minggu
kedua bulan Juni tahun anggaran berjalan, Bupati atas usulan Kepala
BKUD menyampaikan permintaan penyaluran kembali Dana Desa tahap II
yang belum disalurkan dari RKUN ke RKUD kepada Kepala KPPN selaku
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK)
Fisik dan Dana Desa paling lambat minggu ketiga bulan Juni tahun
anggaran berjalan.

Pasal 22

(1) Bupati atas usulan Camat melakukan pemotongan penyaluran Dana Desa
dalam hal setelah dikenakan sanksi penundaan penyaluran Dana Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf b, masih terdapat
sisa Dana Desa di RKD lebih dari 30% (tiga puluh perseratus) sampai
dengan akhir minggu kedua bulan Juni.
(2) Pemotongan penyaluran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan pada penyaluran Dana Desa tahap III.
(3) Bupati atas usulan Kepala BKUD melaporkan pemotongan penyaluran
Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala KPPN
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Penyaluran Dana Alokasi Khusus
(DAK) Fisik dan Dana Desa.

BAB VII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 23

Peraturan Bupati ini mulai berlaku mulai tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten
Semarang.

Ditetapkan di Ungaran
pada tanggal
BUPATI SEMARANG,

MUNDJIRIN

Diundangkan di Ungaran
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN SEMARANG,

GUNAWAN WIBISONO

BERITA DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2019 NOMOR

Anda mungkin juga menyukai