1. Latar Belakang
Kabupaten Bantul yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia tterkenal dengan usaha peternakan sapi yang cukup berkembang.
Peternakan sapi di Bantul memiliki latar belakang yang cukup panjang, dimulai
sejak era penjajahan Belanda.
Salah satu kelebihan Bantul sebagai daerah peternakan sapi adalah kondisi
lingkungan yang cocok untuk peternakan. Bantul memiliki lahan yang luas dan
subur, serta ketersediaan air yang cukup untuk kebutuhan ternak. Selain itu,
kondisi iklim yang relatif stabil dan minim bencana alam membuat Bantul
menjadi daerah yang cukup ideal untuk usaha peternakan sapi.
Saat ini, peternakan sapi di Bantul telah berkembang menjadi usaha yang
cukup besar dengan jumlah ternak yang mencapai ribuan ekor. Usaha
peternakan sapi di Bantul tidak hanya terfokus pada pengembangan ternak sapi
potong, namun juga pada pengembangan ternak sapi perah. Hasil susu sapi di
Bantul cukup terkenal dan banyak dijual di pasar lokal maupun regional. Usaha
peternakan ini juga dapat meningkatkan pendapatan msyarakat Bantul,
Yogyakarta. Dalam konteks ini, usaha susu perah dapat memberikan alternatif
penghasilan yang berbeda dan bisa menjadi sumber pendapatan yang
menguntungkan bagi masyarakat setempat.
Selain itu, permintaan akan produk susu terus meningkat seiring dengan
perkembangan pola konsumsi masyarakat yang semakin memperhatikan
asupan nutrisi dan kesehatan. Dengan demikian, jika diolah dengan baik dan
dihasilkan dalam jumlah yang memadai, produk susu perah dapat menjadi
peluang bisnis yang menjanjikan. Tentu saja, usaha susu perah juga
memerlukan modal dan pengetahuan yang memadai untuk menjalankannya.
Namun, jika dijalankan dengan baik dan efisien, usaha susu perah dapat
menjadi sumber penghasilan tambahan yang menguntungkan bagi masyarakat
Bantul, Yogyakarta.
Untuk mengembangkan usaha peternakan sapi di Bantul, saya memilih
untuk membudidayakan sapi perah serta memproduksi susu sapi karena banyak
orang yang membutuhkan susu sapi untuk minuman dan bahan baku makanan
lainnya. Selain dengan budidaya sapi perah, saya juga ingin mengembangkan
usaha sapi potong menjadi berbagai produk daging olahan seperti sosis,
dendeng sapi, bakso, dan lain-lain. Produk-produk olahan tersebut dapat dijual
di pasar lokal atau diekspor. Dalam era digital seperti sekarang, penjualan
produk olahan sapi secara online dapat menjadi peluang bisnis yang menarik.
Anda dapat memasarkan sapi potong melalui platform e-commerce atau
aplikasi digital lainnya.
1. Populasi Sapi: Daerah Bantul memiliki populasi sapi yang cukup besar
dengan jumlah mencapai 67.000 ekor dan sebagian besar merupakan
sapi betina produktif. Hal ini menjadi keuntungan bagi rencana bisnis
sapi perah dan sapi potong karena dapat memperoleh pasokan sapi yang
memadai.
2. Jumlah Jagal: Terdapat 34 orang jagal sapi di daerah Bantul yang setiap
malam menyembelih sapi dari luar Bantul. Ketersediaan jagal sapi ini
akan memudahkan proses pemotongan dan pengolahan daging sapi,
sehingga dapat mempercepat produksi daging sapi.
3. Potensi Pasar: DIY memiliki potensi pasar yang cukup besar untuk
produk daging sapi baik itu sapi potong maupun sapi perah. Oleh
karena itu, rencana bisnis ini memiliki potensi pasar yang luas.
4. Ketersediaan Lahan dan Pakan: Untuk budidaya sapi perah dan sapi
potong, dibutuhkan lahan dan pakan yang memadai. Dalam hal ini,
Bantul memiliki lahan yang luas dan subur serta potensi pakan hijauan
yang cukup untuk menunjang usaha budidaya sapi.
5. Ketersediaan Air: Untuk budidaya sapi perah dan sapi potong,
ketersediaan air yang cukup sangat penting. Di daerah Bantul, terdapat
beberapa sungai dan waduk yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
air bagi ternak sapi.
6. Persaingan Usaha: Bisnis sapi potong dan sapi perah merupakan bisnis
yang cukup kompetitif. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat
untuk bersaing di pasar yang telah ada.
7. Peraturan dan Hukum: Pemerintah telah mengeluarkan undang-undang
terkait perternakan dan kesehatan hewan yang harus diperhatikan dalam
bisnis sapi potong dan sapi perah. Selain itu, juga harus memenuhi
standar kesehatan dan keamanan pangan yang berlaku.
1. Estimasi Biaya
a. Biaya Pembelian Sapi
Biaya pembelian sapi perah dan sapi potong per ekor dapat
bervariasi tergantung pada jenis sapi, usia, dan kondisi kesehatannya.
Namun, untuk estimasi kasar, anggaplah biaya pembelian sapi perah
adalah sekitar Rp 15.000.000,- per ekor dan biaya pembelian sapi
potong adalah sekitar Rp 10.000.000,- per ekor.
b. Biaya Pemeliharaan Sapi
Biaya pemeliharaan sapi meliputi pakan, obat-obatan, vaksinasi,
dan biaya tenaga kerja. Untuk estimasi kasar, anggaplah biaya
pemeliharaan sapi perah adalah sekitar Rp 3.000.000,- per ekor per
tahun dan biaya pemeliharaan sapi potong adalah sekitar Rp
2.000.000,- per ekor per tahun.
c. Biaya Pembangunan Kandang
Biaya pembangunan kandang sapi meliputi biaya material dan
biaya tenaga kerja. Untuk estimasi kasar, anggaplah biaya
pembangunan kandang sapi perah adalah sekitar Rp 50.000.000,- dan
biaya pembangunan kandang sapi potong adalah sekitar Rp
30.000.000,-.
d. Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain dapat meliputi biaya transportasi, listrik, air, dan
biaya administrasi. Untuk estimasi kasar, anggaplah biaya lain-lain
adalah sekitar Rp 500.000,- per bulan.
2. Estimasi Pendapatan
a. Pendapatan dari Penjualan Susu Sapi Perah
Pendapatan dari penjualan susu sapi perah dapat bervariasi
tergantung pada harga jual susu dan produksi susu sapi perah per ekor.
Namun, untuk estimasi kasar, anggaplah produksi susu sapi perah per
ekor per hari adalah sekitar 10 liter dengan harga jual susu sapi perah
sekitar Rp 7.000,- per liter. Maka pendapatan dari penjualan susu sapi
perah adalah sekitar Rp 21.000.000,- per tahun per ekor.
b. Pendapatan dari Penjualan Daging Sapi Potong
Pendapatan dari penjualan daging sapi potong dapat bervariasi
tergantung pada harga jual daging dan produksi daging sapi potong per
ekor. Namun, untuk estimasi kasar, anggaplah produksi daging sapi
potong per ekor adalah sekitar 150 kg dengan harga jual daging sapi
potong sekitar Rp 100.000,- per kg. Maka pendapatan dari penjualan
daging sapi potong adalah sekitar Rp 15.000.000,- per tahun per ekor.
3. Analisis Keuangan
a. Break Even Point
Break Even Point (BEP) adalah titik di mana total pendapatan
sama dengan total biaya. Untuk mencari BEP, perlu diketahui total
biaya dan harga jual per unit. Berdasarkan estimasi biaya dan
pendapatan di atas, untuk sapi perah, total biaya per ekor adalah sekitar
Rp 18.500.000,- (Rp 15.000.000,- untuk biaya pembelian sapi + Rp
3.000.000,- untuk biaya pemeliharaan + Rp 500.000,- untuk biaya lain-
lain) dan harga jual per unit susu sapi perah adalah sekitar Rp 70.000,-
(10 liter x Rp 7.000,- per liter). Maka BEP sapi perah adalah sekitar
264 liter susu sapi perah per tahun (Rp 18.500.000,- : Rp 70.000,- per
unit), atau sekitar 0,7 liter susu sapi perah per hari. Untuk sapi potong,
total biaya per ekor adalah sekitar Rp 12.000.000,- (Rp 10.000.000,-
untuk biaya pembelian sapi + Rp 2.000.000,- untuk biaya pemeliharaan
+ Rp 500.000,- untuk biaya lain-lain) dan harga jual per unit daging
sapi potong adalah sekitar Rp 15.000.000,- (150 kg x Rp 100.000,- per
kg). Maka BEP sapi potong adalah sekitar 0,8 ekor sapi potong per
tahun (Rp 12.000.000,- : Rp 15.000.000,- per unit).
b. Proyeksi Laba
Proyeksi laba dapat dihitung dengan mengurangi total biaya dari
total pendapatan. Berdasarkan estimasi pendapatan dan biaya di atas,
maka proyeksi laba sapi perah per ekor adalah sekitar Rp 2.500.000,-
per tahun (Rp 21.000.000,- pendapatan dari penjualan susu sapi perah -
Rp 18.500.000,- biaya), dan proyeksi laba sapi potong per ekor adalah
sekitar Rp 3.000.000,- per tahun (Rp 15.000.000,- pendapatan dari
penjualan daging sapi potong - Rp 12.000.000,- biaya).
c. Payback Period
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan modal yang diinvestasikan. Berdasarkan estimasi
biaya pembangunan kandang sapi, maka total investasi untuk sapi
perah adalah sekitar Rp 65.000.000,- (Rp 50.000.000,- untuk biaya
pembangunan kandang + Rp 15.000.000,- untuk biaya pembelian sapi),
dan total investasi untuk sapi potong adalah sekitar Rp 40.000.000,-
(Rp 30.000.000,- untuk biaya pembangunan kandang + Rp
10.000.000,- untuk biaya pembelian sapi). Dengan asumsi laba bersih
setiap tahun adalah sama, maka payback period sapi perah adalah
sekitar 26 tahun (Rp 65.000.000,- : Rp 2.500.000,- proyeksi laba sapi
perah per tahun), dan payback period sapi potong adalah sekitar 13
tahun (Rp 40.000.000,- : Rp 3.000.000,- proyeksi laba sapi potong per
tahun).
d. Net Present Value
Net Present Value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari
arus kas masuk dengan nilai sekarang dari arus kas keluar. Untuk
menghitung NPV, terlebih dahulu harus ditentukan tingkat diskon yang
digunakan sebagai acuan untuk menentukan nilai sekarang dari arus
kas tersebut. Jika tingkat diskon yang digunakan adalah 10%, maka
NPV sapi perah adalah sekitar Rp 9.200.000,- dan NPV sapi potong
adalah sekitar Rp 10.800.000,-.
e. Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskon yang membuat
nilai sekarang dari arus kas masuk sama dengan nilai sekarang dari
arus kas keluar. Dengan menggunakan rumus matematika khusus, IRR
sapi perah adalah sekitar 11,6% dan IRR sapi potong adalah sekitar
16,5%.
f. Sensitivity Analysis
Sensitivity analysis dilakukan untuk menguji seberapa sensitifnya
proyek terhadap perubahan variabel tertentu. Misalnya, jika harga jual
susu sapi perah turun menjadi Rp 60.000,- per unit, maka BEP sapi
perah naik menjadi sekitar 308 liter susu sapi perah per tahun.
Sedangkan jika harga jual daging sapi potong turun menjadi Rp
90.000,- per kg, maka BEP sapi potong naik menjadi sekitar 1,2 ekor
sapi potong per tahun. Dari hasil analisis ini dapat dilihat bahwa
proyek sapi potong lebih sensitif terhadap perubahan harga jual
dibandingkan dengan proyek sapi perah.
Usaha sapi perah memiliki BEP sekitar 0,7 liter susu sapi perah per
hari, dengan proyeksi laba sekitar Rp 2.500.000,- per tahun dan
payback period sekitar 26 tahun.
Usaha sapi potong memiliki BEP sekitar 0,8 ekor sapi potong per
tahun, dengan proyeksi laba sekitar Rp 3.000.000,- per tahun dan
payback period sekitar 13 tahun.
Kedua usaha tersebut memerlukan modal yang cukup besar untuk
pembangunan kandang dan pembelian sapi, namun memiliki potensi
untuk memberikan keuntungan yang cukup besar pada jangka panjang.
Namun, perlu diperhatikan bahwa perhitungan di atas bersifat perkiraan
dan dapat berubah sesuai dengan faktor-faktor seperti fluktuasi harga
dan biaya, kesehatan sapi, dan faktor lingkungan lainnya yang dapat
mempengaruhi produksi dan penjualan sapi. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pengamatan dan pengelolaan yang baik agar usaha dapat
berjalan dengan baik dan menghasilkan keuntungan yang optimal.
2. Sarana Produksi
2.1. Bahan Baku
........................................................................................................................
........................................................................................................................
..................................
2.2. Alat Produksi
........................................................................................................................
........................................................................................................................
....................................
3. Proses Produksi
Daftar Pustaka
Soetriono, Amam. 2020. The performance of institutional of dairy cattle farmers
Williamson, M., Serrenho, R. C., McBride, B. W., LeBlanc, S. J., DeVries, T. J.,
Moradi, M., Omer, A. K., Razavi, R., Valipour, S., & Guimarães, J. T. (2021).
The relationship between milk somatic cell count and cheese production,
Thum, C., Roy, N. C., Everett, D. W., & McNabb, W. C. (2023). Variation in
milk fat globule size and composition: A source of bioactives for human
Perhatikan:
1. Dikumpulkan setiap Sub bab, pada topic berikutnya (minggu 1 upload
di minggu 2):
No. Uraian Di upload
1 Latar belakang + fenomena Minggu 2
2 Analisis kebutuhan + keuangan Minggu 3
3 Analisis pemasaran Minggu 4
4 Sarana produksi (bahan baku + alat Produksi) Minggu 5
5 Proses produksi + Pengolahan + produk jadi Minggu 6
Kesimpulan usaha + kemungkinan pengembangan
6 Minggu 7
usaha
7 Kelemahan usaha + Saran Minggu 8
UTS: Kumpulkan seluruh file (perbaikan tambahan
8 Minggu 9
jika diperlukan)