Anda di halaman 1dari 32

DAFTAR WAWANCARA

Tabel 9 Daftar Wawancara

TOKOH PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT


No Nama Keterangan
1 Yosef Tote, MSi Bupati Manggarai Timur
2 John Nahas Ketua DPRD Manggarai Timur
3 Melchior Carvallo, Ketua Kesbangpol Kabupaten Manggarai Timur
Msi (dalam percakapan non formal, tidak khusus
wawancara)
4 Yohanes Subur, MSi Staf Kesbangpol Kabupaten Manggarai Timur
5 Syahdan Odom, MSi Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Timur
6 Egidius Asa, MSi Camat Borong
7 H.Galuh Ali (alm) Ketui MUI Kabupaten Manggarai Timur
8 Muhammad Jamil Ketua PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)
Tumpek
9 Pendeta Markus Pendeta GMIT (dalam percakapan non formal, tidak
khusus wawancara)
10 Stefanus Banggur Sarjana teknik yang banyak berkecimpung dalam
pembuatan sarana air bersih
TOKOH ADAT
11 Donatus Jematu Putera sulung Tu’a Dalu Riwu terakhir
12 Kanis Karjon Tokoh Adat
Putera Tu’a Dalu Riwu terakhir
13 Petrus Janggur Tokoh Adat dari Pau dan Katekis
14 Henrikus Sawsa Tokoh Adat dan tetua Gelarang Pau
15 Bernardus Alung Tu’a Adat Kantar
16 Benediktus Tas Tu’a Adat Torok Golo
17 Andreas Lujam Tu’a Adat Waling
18 Alex Juang Tu’a Adat Waling
TOKOH GEREJA
19 Hubert Leteng, Pr Uskup Ruteng
20 Laurensius Sopang, Pr Vikjen Keuskupan Ruteng
21 Manfred Habur, Pr Puspas Keuskupan Ruteng (dalam percakapan non
formal, tidak khusus wawancara)
22 Beny Jaya, Pr Vikep Manggarai Timur dan Pastor Paroki Borong
23 Bene Bensy, Pr Vikep Manggarai Barat
24 Aleksius Hiro, Pr Pastor kapelan Borong (dalam percakapan non formal,
tidak khusus wawancara)
25 Roling Mujur, Pr Pastor kapelan Borong (dalam percakapan non formal,
tidak khusus wawancara)
26 Laurens Tjoang, Pr Pastor penggerak pembangunan jalan sekitar tahun
1990-an
27 Benediktus Jehadun, Pastor Paroki Labuan Bajo
Pr
28 Blasius Harmin, Pr Pastor Paroki Watunggong
29 Daniel Manik, SVD Pastor Paroki Lengko Ajang
30 Dedy Madur, Pr Pastor di Reo dan penggerak koperasi
31 Wasser, SVD Pastor dan penggerak pembangunan
32 Herman Ando, Pr Pastor dan dosen STKIP
33 Arsenius Viccar, CSE Imam yang pernah mendampingi Mondo ketika TOP di
Borong
34 Elisa Maria, CSE Imam yang pernah mendampingi Mondo ketika TOP di

319
Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus
wawancara)
35 Gertrudis Ota, OSU Pimpinan biarawati Ursulin di Borong (dalam
percakapan non formal, tidak khusus wawancara)
36 Mathilda Boko, OSU Biarawati Ursulin di Borong (dalam percakapan non
formal, tidak khusus wawancara)
37 Marselina A. Teme, Biarawati Ursulin di Borong (dalam percakapan non
OSU formal, tidak khusus wawancara)
WARGA MONDO
38 Stefanus Syukur Tu’a Golo Mondo
39 Petrus Banis Tu’a Panga Teber
40 Mateus Soni Tu’a Panga Wodo
41 Bernardus Lajang Tu’a Panga Pau
42 Benediktus Muda Panga Pau
43 Donatus Darus Tu’a Panga Poka
44 Benediktus Enggok Tu’a Panga Carep
45 Alfonsius Dasung Warga
46 Feri Sehadung Warga
47 Siprianus Wer Warga
48 Kornelis Ketua Kombas
49 Kletus Ketua Kombas
50 Aleks Mantan Ketua Stasi Longko (dalam percakapan non
formal, tidak khusus wawancara)
51 Warga pada umumnya (tidak dalam wawancara khusus namun dalam
percakapan-percakapan non formal di berbagai
kesempatan)

320
Uskup Ruteng, Mgr. Hubert Leteng,Pr. Romo Paroki Borong, Rm. Beny Jaya, Pr.

Bupati Manggarai Timur, Yosef Tote Camat Borong, Egidius Asa

Putra Sulung Tu’a Dalu Riwu terakhir, Tu’a Golo Mondo, Stefanus Syukur
Donatus Jematu

Gambar 37 Beberapa informan penting


(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2010)

321
Lampiran 2 Sekilas Profil Daerah dan Pembangunan di
Sekitar Mondo

1. MANGGARAI TIMUR, KABUPATEN MUDA


Kabupaten Manggarai Timur dengan ibukota Borong mendapatkan
otonomi daerah pada tahun 2007. Daerah Otonomi Baru (DOB) ini merupakan
pemekaran dari Kabupaten Manggarai Provinsi NTT, yang telah ditetapkan
melalui Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007,
dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI, H. Mardiyanto pada
tanggal 23 November 2007 di Jakarta 224. Pada tanggal 14 Februari 2009 barulah
dilantik Bupati dan wakilnya yang merupakan pilihan rakyat lewat dua kali
putaran PILKADA. Yosef Tote dan Andreas Agas 225, demikianlah nama
pemimpin daerah pilihan rakyat, dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati
Manggarai Timur oleh Frans Lebu Raya, Gubernur NTT. Kedua orang yang
terpilih sebagai bupati dan wakilnya ini merupakan putera daerah kelahiran
Manggarai Timur.

1.1 Profil Umum Kabupaten Manggarai Timur


Kabupaten ini merupakan satu dari 20 kabupaten/kota yang terdapat di
Provinsi Nusa Tenggara Timur. 226 Secara administratif, Kabupaten Manggarai
Timur yang memiliki luas 2.519,55 km2 ini terbagi dalam 6 kecamatan, 10
kelurahan, dan 104 desa dengan pusat pemerintahan di Borong. Di sebelah
Utara, Manggarai Timur berbatasan dengan Laut Flores sementara di sebelah
Selatan dengan Laut Sawu. Bagian Barat kabupaten berbatasan dengan
Kabupaten Manggarai sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Ngada. Oleh karena itu, Manggarai Timur memiliki pemandangan
tepi pantai baik di utara maupun di selatan. Adapun di bagian tengah kabupaten,
daerahnya hijau bergunung-gunung sehingga kabupaten muda ini memiliki
pemandangan laut dan pegunungan sekaligus.

224
Berdasarkan data dari BAPPEDA Kabupaten Manggarai Timur.
225
Bupati dan Wakilnya beragama Katolik sesuai dengan agama mayoritas penduduk.
226
Data ini berdasarkan buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Manggarai Timur tahun 2009-2014, hal. 9.

322
Sebagian besar kawasan Manggarai Timur terdiri dari pegunungan dan
perbukitan. Wilayah yang memiliki kemiringan lebih dari 40% mencapai
205.513 ha, atau seluas 81,60%. Adapun lahan yang digunakan sebagai
perkampungan, sawah, ladang, dan perkebunan dari total keseluruhan wilayah
kabupaten hanyalah sebesar 32.329 ha, atau sekitar 12% (lihat tabel berikut).
Tabel 10 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah

No Kecamatan Luas Area Per- Sawah Tegalan Per-


Luas % kam- 2x 1x / ladang kebunan
Area pung (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)
(Ha) -an
(Ha)
1 Borong 49.026 19,46 169 198 508 4.993 33
2 Kota Komba 49.194 19,52 72 0 2.75 3.847 1.178
4
3 Elar 56.759 22,53 218 260 117 2.628 9
4 Sambi 40.009 15,88 107 72 482 5.144 55
Rampas
5 Poco Ranaka 33.362 8,30 92 3.08 1.38 1.943 451
0 9
6 Lamba Leda 36.043 14,31 161 0 292 3.255 0
Jumlah Total 264.39 100,0 819 3610 5542 21.810 548
3
% 100,0 0,33 0,35 2,20 8,66 0,22

Sumber: RPJMD KMT 2009-2014

Di wilayah Manggarai Timur yang cukup luas ini, jumlah penduduk


tahun 2008 sekitar 248.756 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar
94,09 jiwa/km2. 227 Mayoritas penduduk DOB ini bekerja di sektor pertanian.
Pada tahun 2008, terhitung ada 206.850 orang atau sekitar 83% penduduk yang
bergerak di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan. Sisanya,
bekerja di sektor jasa dan perdagangan, eceran dan rumah makan, industri
pengolahan, dan bangunan. Kebanyakan kampung-kampung orang Manggarai
berada di dataran tinggi yang dikelingi oleh gunung-gunung atau di kawasan
perbukitan. Mereka yang tinggal di daerah pesisir umumnya adalah kaum
pendatang baik dari Pulau Flores sendiri seperti Bajawa dan Ende ataupun dari
luar Flores seperti Bugis dan Makasar. Namun, perlahan-lahan seiring dengan
kemajuan pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur, mulai banyak pula
orang Manggarai yang tinggal di daerah pesisir, seperti Borong. Sebelumnya,
jarang sekali ada orang Manggarai yang tinggal di Borong. Umumnya mereka
yang tinggal di Borong sekarang ini adalah orang-orang yang bergerak di sektor
perdagangan dan jasa khususnya sebagai pegawai negeri atau guru.

227
Jumlah penduduk tidak disebutkan pasti karena menurut data RPJMD KMT 2009-
2014 hal. 60 besaran angka tersebut masih merupakan prediksi BAPPEDA.

323
Dalam sambutannya di bulan Februari 2009, Yosef Tote menyebutkan
masyarakat yang mencapai pendidikan hingga tingkat SMU atau sederajat
hanya 0.91%, sedangkan yang bisa mencapai jenjang perguruan tinggi jauh
lebih sedikit lagi, yaitu hanya 0.04%. Kualitas sumber daya manusia yang
rendah ini bukan saja ditemukan di kalangan bawah lapisan masyarakat bahkan
termasuk pula di tingkat jajaran pemerintah daerah sebagaimana yang
dikeluhkan oleh banyak orang.
Tabel 11 Penduduk Manggarai Timur Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah %


1 Tidak/belum pernah sekolah 23.062 9.41
2 SD/MI/sederajad 34.065 13.90
3 SMP/MTs/sederajad 6.715 2.74
4 SMA/MA/SMK/sederajad 2.230 0.91
5 Universitas 98 0.04
6 Putus sekolah 178.905 73.00
Jumlah 245.075 100

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

1.2 Perekonomian Daerah


Pada tanggal 15 Februari 2009 dalam sambutannya sesudah Misa Syukur
Pelantikan Bupati dan Wakilnya, Yosef Tote selaku Bupati baru mengatakan
bahwa masyarakat Manggarai Timur umumnya masuk dalam kriteria miskin.
Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang masuk kategori sangat miskin
sejumlah 26.582 KK, miskin 14.492 KK, sedang 9802 KK, kaya 2024 KK, dan
sangat kaya 54 KK. 228 Dengan demikian, jumlah penduduk yang termasuk
dalam kategori miskin adalah 77.56% KK. Ditambahkannya pula bahwa
perekonomian di Manggarai Timur masih belum stabil. Dalam RJPMD
diungkapkan salah satu penyebab ketidakstabilan ini adalah karena kontribusi
terbesar PDRB berasal dari sektor yang rentan terhadap perubahan alam, yaitu
pertanian.
Mayoritas masyarakat Manggarai Timur yang merupakan petani juga
memengaruhi tabel kontribusi PDRB kabupaten. Sejak tahun 2005 hingga 2007
sektor pertanian mendominasi kontribusi tersebut, sementara sektor lainnya
hanya menyumbang sedikit saja.

228
Menurut data RPJMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

324
Tabel 12 Prosentase kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Manggarai
Timur 2005 – 2007

NO SEKTOR 2005 2006 2007


(%) (%) (%)
1 Pertanian 65,66 65,18 65,17
2 Pertambangan dan penggalian 2,16 2,13 2,14
3 Industri pengolahan 0,77 0,85 1,04
4 Listrik dan air bersih 0,06 0,06 0,06
5 Bangunan/konstruksi 6,71 6,37 6,38
6 Perdagangan, hotel, dan restoran 12,72 13,24 13,27
7 Pengangkutan dan komunikasi 1,30 1,32 1,32
8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 1,73 1,71 1,71
9 Jasa-jasa 8,90 9,23 9,21
PDRB 100 100 100

Sumber: PDRB Kabupaten Manggarai Timur 2009 - 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perekonomian daerah masih


sangat tergantung dari hasil pertanian. Menyandarkan peningkatan ekonomi ke
bidang industri rasanya masih sulit berhubung listrik dan air bersih yang belum
memadai, ditambah lagi masyarakat yang umumnya petani masih merasa
janggal dan belum terbiasa untuk bekerja di luar sektor pertanian. 229 Selama ini,
masyarakat petani di Manggarai hanya menanam secara manual sehingga
hasilnya tidak optimal. Jenis tanah, suhu udara, topografi, ada atau tidaknya
hujan, dan berbagai fenomena alam yang di luar kuasa manusia memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen para petani. Di samping itu,
masih cukup banyak desa-desa di Manggarai Timur yang terisolir karena belum
dapat dicapai oleh kendaraan sehingga menyulitkan distribusi dan pemasaran.

1.3 Kondisi Infrastruktur


Secara umum kondisi infrastruktur di Kabupaten Manggarai Timur masih
membutuhkan banyak pembenahan. Melalui sambutannya dalam acara
Musrenbang Kabupaten Manggarai Timur yang diadakan di Borong, 5 April
2010, Andreas Agas sebagai wakil bupati menyampaikan bahwa mutu
infrastruktur masih belum baik dan isolasi wilayah di banyak tempat masih
belum mendapatkan solusinya. Menyandang tugas sebagai Pemerintah Daerah
Manggarai Timur pada saat ini memang tidak mudah. Di kala era modernisasi
dan globalisasi sudah memasuki sendi-sendi kehidupan dunia yang terus
berputar, Manggarai Timur masih harus berjuang untuk memiliki infrastruktur
229
Dalam adat Manggarai, masyarakat dengan kebunnya nyaris tak terpisahkan. Hal ini
terungkap dalam falsafah Manggarai gendang oné lingko péang , yang artinya gendang
di dalam kebun di luar. Hingga saat ini, falsafah yang merupakan tradisi turun temurun
tersebut masih dihidupi di kalangan masyarakat Manggarai Timur.

325
yang memadai. Sarana transportasi laut dan udara sedang dalam perencanaan.
Jalan yang menjadi urat nadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum
optimal, itupun masih banyak daerah yang belum terjangkau. Setidaknya,
hingga tahun 2008 kondisi jalan di Kabupaten Manggarai Timur adalah sebagai
berikut:
Tabel 13 Kondisi Jalan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2008

No Status Panjang Kondisi Jalan


Jalan (Km) Baik Sedang Rusak
Km % Km % Km %
1 Negara 81,60 80,00 98,00 - - 1,6 1,9
2 Provinsi 163,80 12,50 7,63 67,57 41,2 83,8 51,1
3 Kabupaten 788,36 90,65 11,50 194,40 24,7 503,3 63,8
Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Sejak dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur yang baru,
prioritas pembangunan difokuskan kepada pembangunan infrastruktur jalan.
Adapun perkembangan infrastruktur jalan pada tahun 2009 adalah sebagai
berikut:
Tabel 14 Kondisi Jalan tingkat Kabupaten di Kabupatan Manggarai Timur Tahun 2009

Panjang Kondisi Jalan


(Km) Aspal Telford Tanah Baik Sedang Rusak
Km Km Km Km Km Km
822,66 332,35 268,19 222,12 176,25 225,0 421.41
Sumber: Sambutan Wakil Bupati Manggarai Timur dalam Musrenbang 5 April 2010

Panjang jalan provinsi di Kabupaten Manggarai Timur sepanjang 163.87 km,


yaitu pada ruas jalan Gongger – Dampek – Pota – Buntal – Batas Kabupaten
(63.87 km) dan ruas jalan Bea laing – Dangka Mangkang – Mukun – Mbazang
(100 km). Pada tahun 2009 kondisi jalan provinsi dalam kondisi baik 39.80 km,
rusak ringan dan rusak berat 124.07 km. Selain itu, selama tahun 2009 ada
upaya peningkatan jalan yang sudah ada dan pembukaan jalan baru pula baik
secara swakelola maupun swadaya masyarakat pada beberapa kecamatan, yaitu
sepanjang 34.80 km. Sehubungan dengan keadaan yang memprihatinkan ini,
pemerintah daerah telah memiliki rencana sendiri untuk meningkatkannya.
Bahkan, dalam suatu acara Misa Syukur pelantikan anggota DPRD Manggarai
Timur di Ketang sekitar bulan November 2009, Bupati menyampaikan bahwa ia
juga telah mendapatkan anggarannya untuk meningkatkan jaringan jalan
tersebut, sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru. Walaupun demikian, Bupati
sempat menyampaikan bahwa sebetulnya jika ingin membangun jalan yang
dapat menghubungkan seluruh daerah yang ada di Manggarai Timur,

326
pemerintah belum memiliki dana yang cukup. 230 Syukurlah, Bupati memiliki
cara tersendiri untuk itu, yakni melalui pendekatan budaya. Setiap kali hendak
membuat jalan, Bupati melakukan kepok dengan Tu’a Adat setempat. Kepok
merupakan suatu acara adat khas Manggarai yang biasa digunakan untuk
memberikan sambutan, mengadakan perjanjian bersama, dan berbagai
kesempatan lainnya. Selama ini, pendekatan tersebut selalu berhasil karena
setelah Bupati melakukan kepok, dengan ikhlas Tu’a Adat merelakan tanahnya
untuk dipakai membangun jalan. Keikhlasan ini diikuti juga oleh seluruh
anggota masyarakat yang tinggal di sana. Jadi, untuk sementara ini di
Manggarai Timur belum pernah terjadi pemerintah harus memberikan ganti rugi
untuk pembebasan tanah kepada rakyat. Umumnya masyarakat memberikan
tanahnya dengan rela demi kepentingan bersama, dan menghargai perjanjian
yang telah dibuat bersama tersebut. Ini karena penghayatan spiritual masyarakat
yang masih kuat, takut terkena kutuk atau musibah jika melanggar perjanjian
kepok. Sebetulnya, cukup banyak juga kelompok masyarakat yang sudah
berpikir modern dan tidak terlalu percaya dengan kepercayaan tersebut, namun
mereka juga menaati kepok agar tidak terkena sanksi sosial berupa
pengucilan. 231
“Kepok itu sifatnya sangat kuat, dia jauh lebih kuat daripada meterai dan
stempel. Sedangkan stempel itu hanya buatan manusia, bisa kita beli di Ruteng.
Tapi, kepok itu ikatan adat yang berlaku turun temurun,” demikian penjelasan
Yosef Tote, Bupati Manggarai Timur yang sering melakukan kepok dalam
menjalankan pembangunan di kabupatennya.
Kemajuan pembangunan jalan pun tidak lepas dari pantauan ketat Bupati
dan Wakilnya. Pada Pekan Suci 2010 yang jatuh di bulan April 232, Bupati dan
Wakil menghadiri Misa di Gereja-Gereja tempat sedang dilangsungkannya
pembangunan jalan. Bupati dan Wakil mengambil jalur yang berbeda agar lebih
banyak lokasi yang terpantau. Dengan demikian, mereka dapat melihat
langsung kemajuan pembangunan jalur transportasi dan bagaimana

230
Berdasarkan wawancara dengan Bapak dan Ibu Bupati pada tanggal 24 April 2010 di
rumah dinas.
231
Sebetulnya tidak ada hukum adat yang menyatakan seseorang akan dikucilkan jika
melanggar kepok. Namun, ini terjadi dengan sendirinya jika terjadi di tengah
masyarakat yang masih sangat menghargai kepok.
232
Pekan Suci merupakan sepekan menjelang Hari Paska. Pada hari-hari tersebut, umat
Katolik biasanya menghadiri Misa setiap hari, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, Malam
Paska, dan Hari Raya Paska. Dengan demikian, Bupati dan Wakilnya berjalan dari kota
ke kota untuk menghadiri Misa di tempat yang berbeda-beda.

327
pembangunan tersebut dapat menolong masyarakatnya yang sebelumnya
terisolir.
Selain jalan, kondisi irigasi di Manggarai Timur juga masih terhitung
kurang memadai. Sebagai daerah pertanian, seharusnya irigasi menjadi hal yang
penting dalam pembangunan di Manggarai Timur. Oleh karena itu, pemerintah
berencana untuk memberikan perhatian terhadap peningkatan irigasi selama
lima tahun ke depan agar dapat mengoptimalkan pembangunan di bidang
pertanian. Sementara ini, kondisi umum irigasi di Kabupaten Manggarai Timur
hingga tahun 2008 adalah sebagai berikut:
Tabel 15 Keadaan Irigasi Pedesaan Per Kecamatan tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah (unit) Kondisi


Baik Rusak
1 Poco Ranaka 64 21 43
2 Elar 53 10 43
3 Lamba Leda 16 6 10
4 Sambi Rampas 50 - 50
5 Kota Komba 45 17 28
6 Borong 23 6 17
JUMLAH 251 60 191

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Di Kabupaten Manggarai Timur, ada beberapa sungai besar yang dapat


dimanfaatkan untuk irigasi. Hingga saat ini, sungai-sungai tersebut belum
pernah mengalami kehilangan airnya sama sekali walau di musim kemarau
panjang.
Kesulitan utama yang paling segera dirasakan oleh mereka yang baru
pertama kali datang ke Manggarai Timur biasanya adalah masalah air bersih.
Stefanus Banggur, asisten ahli Pater Wasser yang banyak berkecimpung dalam
pembuatan saluran air bersih mengatakan bahwa sebetulnya cukup banyak mata
air dengan debit besar di Kabupaten, namun belum digunakan secara maksimal.
Pada saat ini, Pemerintah Daerah sedang mengusahakan peningkatan pelayanan
air bersih untuk masyarakat. Menurut data tahun 2008, jangkauan pelayanan air
bersih di kabupaten muda ini baru mencapai sekitar 52,14%, yaitu 25.370 KK
dari total penduduk kabupaten yang berjumlah 52.634 KK. Itupun, tidak
berjalan dengan baik karena adanya penurunan debit air, kondisi topografi yang
tidak diperhitungkan, dan kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam
melakukan pemeliharaan dan perawatan jaringan pipa. Kesulitan masyarakat
dalam mengakses air bersih berdampak besar terhadap kesehatan dan kualitas
sumber daya manusia.

328
Listrik juga masih merupakan masalah serius di Manggarai Timur.
Hingga saat ini, untuk dapat memenuhi kebutuhan kelistrikan rumah tangga,
Manggarai Timur masih bergantung kepada PLN ranting Ruteng. Oleh karena
adanya keterbatasan kapasitas, setiap hari selalu ada pemadaman bergilir.
Walaupun demikian, ini masih lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di
kampung-kampung di daerah pegunungan. Kondisi demografi dan penyebaran
penduduk yang bervariasi memunculkan kesulitan tersendiri untuk
mengembangkan jaringan distribusi listrik yang dapat menjangkau semua
tempat. Padahal, kebanyakan masyarakat Manggarai Timur tinggal di kampung-
kampung yang terletak di daerah pegunungan. Selain itu, jika pelayanan
ditingkatkan dengan mengembangkan jaringan listrik sampai ke kampung-
kampung terpencil, akankah masyarakat mampu membayar iurannya?
Di dalam kabupaten yang baru ini, sudah terdapat pula beberapa sarana
dan prasarana yang dapat memfasilitasi kepentingan masyarakat umum. Pada
tahun 2010, kebanyakan sarana dan prasarana tersebut berada di Borong, yang
menjadi pusat Kabupaten Manggarai Timur. Menurut data tahun 2008, sarana
dan prasarana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 16 Sarana dan prasarana publik tahun 2008
NO JENIS SARANA/PRASARANA JUMLAH
1 Penginapan 2 buah
2 Rumah Makan / Warung 20 buah
3 Perbankan 2 buah
4 Toko 9 unit
5 Pasar 8 unit
6 Kantor Pos 1 unit
7 Koperasi 17 buah
8 Sarana/prasarana pendidikan 1.681 unit

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Selain itu, sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru, Manggarai Timur


membutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan. Namun, hingga
pertengahan tahun 2010 belum tampak adanya bangunan pemerintahan
permanen yang telah menjadi hak milik pemerintah. Berikut ini tabel bangunan
yang dipakai untuk keperluan pemerintahan. Dari seluruh bangunan yang ada,
tidak ada satu pun yang khusus baru dibangun untuk keperluan tersebut,
melainkan memakai bangunan-bangunan lama yang umumnya milik
masyarakat, kemudian dialihfungsikan untuk kepentingan pemerintah. Namun,
pada tahun 2010 perlahan-lahan sudah mulai dirintis pembangunan kantor
Bupati di Lehong.

329
Tabel 17 Data Sarana dan Prasarana Gedung Kantor Pemerintahan

No Unit Kerja Status Gedung Status Kepemilikan


Permanen Semi Hak Milik Sewa Pinjam
Permanen
1 Bupati/Sekretariat - V V -
Daerah
2 DPRD/Setwan V - - - V
3 Dinas KPPO V - - - V
4 Dinas Kesehatan dan V - - - V
Sosial
5 Dinas PU, V - - V -
Pertambangan, dan
Energi
6 Dinas Pertanian, - V - - V
Kelautan, dan Perikanan
7 Dinas Kehutanan dan V - - - V
Perkebunan
8 Dinas Perindag, V - - V -
Koperasi, dan UKM
9 Dinas Perhubungan, - V - V -
Pariwisata, Kominfo
10 Dinas Kependudukan, - V - - V
Capil, dan Nakertrans
11 Dispenda, Pengelolaan V - - V -
Keu & Aset Daerah
12 Bappeda V - - V -
13 Inspektorat - V - - -
14 Badang Kesbangpol dan - V - V -
PM
15 Badan Kepegawaian V - - - V
Daerah
16 Kantor Pemberdayaan V - - - V
Perempuan dan KB
17 Kantor P2KP - V - V -
18 Kantar Satpol PP dan V - - - V
Linmas

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009 - 2014

Demikianlah kurang lebih sekilas gambaran umum mengenai Daerah


Otonomi Baru Kabupaten Manggarai Timur. Sebuah kabupaten dengan wilayah
yang cukup luas namun masih membutuhkan banyak pembenahan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jaringan transportasi, penyediaan
air bersih, dan listrik merupakan infrastruktur utama yang masih menjadi
pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu, kualitas pendidikan dan kesehatan
masyarakat juga masih membutuhkan perhatian yang besar. Memikirkan
kebangkitan ekonomi juga menjadi hal yang urgen mengingat mayoritas
warganya masuk dalam kategori miskin.
Umumnya kampung-kampung di Manggarai Timur masih sangat minim
sarana infrastruktur, baik jalur transportasi, air bersih, maupun listrik.

330
Lambatnya laju pembangunan di kampung-kampung mencerminkan laju
pembangunan kabupaten yang menaunginya. Usia pemerintah daerah DOB ini
memang masih sangat muda, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup panjang
untuk dapat melihat perkembangan yang signifikan.

2. BORONG, KECAMATAN HETEROGEN


Borong merupakan kota kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten
Manggarai Timur. Ke kota inilah masyarakat Mondo harus pergi jika ingin
meneruskan sekolah ke jenjang SMP dan SMU. Jika ada warga yang sakit dan
membutuhkan pertolongan medis, di Borong terdapat sebuah Puskesmas
sederhana yang buka 24 jam, dengan para perawat yang bergiliran jaga. Selain
itu, sepasang suami istri yang menjadi dokter di Puskesmas tersebut tinggal
bersebelahan dengan Puskesmas. Jika ada warga Borong, termasuk Mondo,
ingin meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau membutuhkan
rumah sakit, mereka harus pergi ke kota Ruteng yang berjarak sekitar 56 km
dari Borong. Selain itu, untuk berbelanja keperluan sehari-hari, rakyat Mondo
juga harus ke pasar di Borong karena di Mondo sendiri tidak ada pasar. Hari
pasar di Borong adalah Senin dan Selasa. Pusat Paroki yang menaungi Mondo
juga berada di Borong. Jika umat di Mondo membutuhkan jasa imam karena
ada yang meninggal dunia, menikah, dan sebagainya, ke Boronglah mereka
harus pergi. Lebih dari itu, jika kemarau berkepanjangan sehingga kebun-kebun
di Mondo menjadi kering, banyak masyarakat Mondo yang turun ke Borong
untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu, situasi dan kondisi kota Borong
menjadi sangat signifikan bagi kehidupan sehari-hari warga Mondo. Berikut ini
akan digambarkan sekilas kondisi kota Borong.
Borong terletak di bagian selatan kabupaten, berhadapan langsung
dengan Laut Sawu yang luas. Di bagian utaranya Borong berbatasan dengan
Mando Sawu yang merupakan hutan negara. Adapun batas timur dan barat
Borong dibatasi oleh dua buah sungai, yaitu Waé Pake dan Waé Care. Luas
wilayah Kecamatan Borong sekitar 49.026 km2. 233 Walaupun berada di daerah
pesisir dengan pantai Cepi Watunya yang terkenal, Borong bukanlah dataran
rendah yang rata melainkan berbukit-bukit. Berdasarkan data terakhir tahun

233
Data luas Borong ini diperoleh dari Tabel 2, RJPMD Kabupaten Manggarai Timur,
2009-2014. Dikatakan “sekitar” karena tabel-tabel lain pada buku yang sama
menunjukkan angka yang tidak tepat sama namun berkisar di sekitar angka tersebut.

331
2008, kawasan Borong yang memiliki kemiringan lebih dari 40% mencapai
36.004 ha, atau sekitar 73%.

Peta 5 Kecamatan Borong

Kota Borong umumnya dipadati dengan permukiman. Ada juga daerah-


daerah tertentu yang menjadi perkebunan atau areal persawahan namun tidak
terlalu banyak. Selebihnya adalah hutan, semak belukar, dan rerumputan. Pada
Peta Kecamatan Borong, dapat dilihat Desa Golo Kantar sebetulnya masih

332
termasuk kota Borong. Akan tetapi, masyarakat di Borong maupun di Desa
Golo Kantar selalu menyebutnya sebagai dua tempat yang berbeda. Lebih-lebih
di Mondo yang terhitung cukup terisolir karena di musim hujan tidak ada
kendaraan apa pun yang dapat menghantar orang dari Borong ke Mondo dan
sebaliknya. Hal ini berbeda sekali dengan Kelurahan Kota Ndora dan Rana
Loba, semua masyarakat setempat mengakui tempat itu sebagai kawasan kota
Borong.
Kecamatan Borong terdiri dari 19 desa dan 2 kelurahan, yaitu: Golo
Kantar, Desa Nanga Labang, Sita, Golo Loni, Golo Rutuk, Sano Lokom, Rondo
Woing, Golo Ros, Torok Golo, Satar Lahing, Beo Ngencung, Golo Meleng,
Gurung Liwut, Lolo Lalong, Benteng Riwu, Benteng Raja, Poco Rii,
Ngampang Mas, dan Rana Masak. Dua kelurahan, yaitu Kelurahan Rana Loba
dan Ndora. Adapun jumlah penduduk Kecamatan Borong yang tersebar di
berbagai desa dan kelurahan tersebut sampai dengan akhir November 2008
sebanyak 55.751 jiwa, dengan rincian laki-laki 27.491 jiwa, perempuan 28.260
jiwa. Dengan munculnya DOB Manggarai Timur, mulai direncanakan pula
distribusi penduduk kota Borong. Hal ini mengingat penduduk kota Borong
yang semakin padat karena banyaknya pendatang yang bekerja menjadi
pegawai negeri di Borong maupun pekerjaan lain.
Banyak pemuka agama dan masyarakat setempat mengatakan kerukunan
umat beragama di Borong cukup baik. Menurut data statistik paroki, penduduk
Borong terdiri dari 90% beragama Katolik, 7% beragama Islam, 2% beragama
Protestan, dan 1% beragama Hindu atau Budha. Dalam suasana yang plural,
umat yang berlainan agama itu hidup berdampingan dengan baik. Setiap
tahunnya, Remaja Masjid aktif membantu perayaan Natal dan Paska baik di
Gereja Katolik maupun Protestan. Sebaliknya, Orang Muda Katolik membantu
jalannya Takbiran umat muslim agar berlangsung dengan lancar. Demikian pula
penyelenggaraan MTQ kaum muslim melibatkan banyak bantuan dari umat
Katolik dan Protestan. Hal ini terjadi misalnya di bulan April 2010, MTQ
diselenggarakan di Lapangan Kota Baru, Borong. Kegiatan ini didanai
sepenuhnya oleh pemerintah daerah dan anggota panitia seluruhnya juga dari
jajaran pemerintah daerah. Padahal, mayoritas pegawai pemerintah daerah
beragama Katolik. Acara itu pun dihadiri lengkap oleh para imam dari Gereja
Katolik dan pendeta dari Gereja Protestan. Kerukunan yang terjalin dalam
masyarakat yang plural ini menjadi salah satu kebanggaan Egidius Asa, Camat
Borong yang rajin terjun ke segala kalangan.

333
“Dulu kaum Muslim sempat datang dan mengeluh tidak berani takbiran, karena
pernah terjadi satu kali mereka dilempari batu ketika takbiran. Akan tetapi,
setelah ada jaminan dari Kecamatan, sekarang mereka sudah dua kali takbiran
dan bahkan umat Katolik ikut pula takbiran bersama mereka. Sebaliknya, saat
Prosesi Bunda Maria, umat Islam berpartisipasi pula dan justru menyediakan
kampung-kampung mereka sebagai jalur prosesi,” cerita Egidius. 234
Beberapa tokoh agama yang sempat dihubungi juga mengungkapkan rasa
syukur mereka tinggal di Borong karena cukup eratnya persaudaraan antarumat
beragama. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa sekitar tahun 2000 pernah
terjadi kerusuhan di Borong dengan isu SARA. Akan tetapi, pihak keluarga
korban yang terlibat menepis hal itu dan mengatakan bahwa itu sebetulnya
berkaitan dengan masalah kecemburuan sosial dan pekerjaan. 235 Kejadian ini
berawal dari kekecewaan seorang pria Katolik yang hendak melamar pekerjaan
sebagai supir namun ditolak. Yang menolak lamarannya sebetulnya adalah
orang Manggarai pula namun beragama Islam. Oleh karena kecewa lamarannya
ditolak, pria Katolik ini membakar mobil pria Islam tersebut di depan
rumahnya. Kerusuhan dengan cepat menyebar karena diiringi dengan isu bahwa
pria Islam yang menjadi korban itu telah menebarkan racun rabies di saluran air
minum penduduk Borong. Korban sebetulnya adalah petugas sanitarian di
Puskesmas Sita. Kebetulan sebelum kejadian tersebut korban membubuhkan
abate untuk membunuh jentik nyamuk. Akan tetapi, tindakannya tersebut segera
dijadikan bahan fitnah menyebar virus rabies. Masyarakat yang tidak terlalu
mengerti dan mudah diprovokasi terbawa suasana sehingga terciptalah
kerusuhan di Borong. Menurut cerita penduduk, pihak kepolisian datang cukup
cepat namun suasana tegang masih meliputi Borong hingga kira-kira tiga hari
lamanya.
“Kita di Borong ini bukan bicara soal perbedaan tetapi soal toleransi,” demikian
ungkap Jamil, ketua PHBI 236 Kabupaten Manggarai Timur. “Bahkan agama
kami pun mengajarkan untuk membina hubungan silaturahmi antarumat
sehingga mendapatkan suatu berkah.”
“Sejak dahulu masyarakat di Borong ini selalu rukun. Memang sempat terjadi
kerusuhan dan tegang pasca kerusuhan, tetapi kemudian silaturahmi cepat

234
Berdasarkan wawancara tanggal 20 Oktober 2009.
235
Berdasarkan wawancara tanggal 22 Oktober 2009 sore, dengan ketua PHBI yang
kebetulan menjadi paman dari korban utama kerusuhan di Borong. Ketua PHBI ini
merupakan orang Manggarai dari Dalu Sita.
236
PHBI merupakan singkatan dari Peringatan Hari Besar Islam.

334
terjalin kembali berkat upaya dan kerja sama yang erat antar tokoh agama,”
jelas alm. H. Galuh Ali, ketua MUI 237 Kabupaten Manggarai Timur. 238
Dalam sebuah acara ekumene atau doa bersama antara agama, Pendeta
Protestan dari GMIT juga mengungkapkan suasana yang menyenangkan
antarumat beragama di Borong.
“Kita biasa bersama-sama seperti ini, apalagi kalau ada acara-acara besar, kita
pasti berkumpul semua,” kata Pendeta Markus. 239
Kerukunan antarumat beragama dapat disaksikan juga dalam peristiwa-
peristiwa yang berhubungan dengan pemerintahan. Pada tanggal 15 Februari
2009 dalam Misa Syukur Pelantikan Bupati Manggarai Timur, para tokoh
agama tersebut maju ke depan dan mengumandangkan doanya menurut cara
dan kepercayaannya masing-masing. Ketika ada pergelaran Caci 240 dalam
rangka syukuran pelantikan Bupati, acara sempat ditunda sebentar untuk
menghormati kaum Muslim yang sedang sembahyang Jumat. Di daerah sekitar
kampung-kampung Muslim di Borong bahkan dilarang keras ada
penyembelihan babi demi menghormati mereka. Padahal, masyarakat
Manggarai cukup sering melakukan penyembelihan babi.
Kerukunan antarumat beragama ini memang tidak berkaitan langsung
dengan kehidupan di Kampung Mondo yang mayoritas Katolik. Namun, situasi
plural ini dialami juga oleh masyarakat Mondo yang terdiri dari berbagai klan.
Interaksi yang kuat antara Mondo dan Borong agaknya saling memengaruhi
dalam hal kerukunan hidup bersama di situasi yang plural. Bahkan, kerukunan
warga Mondo dengan warga Borong yang berlainan agama pun sudah terjalin
sejak lama. Sekitar tahun 1950-an banyak orang Ende beragama muslim
menetap di Borong. Kepada orang Ende inilah warga Mondo dahulu sering
memasarkan jagung hasil kebunnya.

237
MUI merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia. Ketua MUI di Kabupaten
Manggarai Timur merupakan orang Ende.
238
Berdasarkan wawancara tanggal 22 Oktober 2009 pagi. Sekitar bulan Maret tahun
2010 kemudian beliau meninggal dunia.
239
Hal ini diungkapkan dalam Hari Pangan Sedunia yang diadakan oleh pemerintah
Kabupaten Manggarai Timur pada tanggal 4-5 November 2009. Acara tersebut ditutup
dengan doa ekumene yang dipimpin oleh Rm. Aleksius Hiro, Pr dan doa umat dipimpin
oleh para tokoh agama dari Katolik, Protestan, dan Islam. Penulis termasuk salah satu
yang ikut memimpin doa umat sehingga bisa bercakap-cakap bersama para tokoh
agama yang hadir.
240
Caci merupakan tarian khas Manggarai.

335
3. OMNES VOS FRATRES ESTIS
“Omnes Vos Fratres Estis” merupakan bahasa latin yang berarti “Kamu
Semua adalah Saudara.” Ungkapan ini merupakan semboyan Keuskupan
Ruteng yang dicetuskan oleh Mgr. Dr. Hubertus Leteng, Pr. Beliau ditahbiskan
sebagai Uskup Ruteng pada tanggal 14 April 2010 dan menaungi seluruh
Gereja Katolik yang ada di tiga kabupaten, Manggarai, Manggarai Barat, dan
Manggarai Timur. Dalam Garis-Garis Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng
2008-2012, diungkapkan bahwa sebagai sebuah Gereja lokal, Keuskupan
Ruteng menyadari dirinya sedang dalam sebuah peziarahan yang berangkat dari
Sabda Yesus, “Marilah…” menuju sabda-Nya yang lain, “Pergilah...”
Mendengar sabda suci “Marilah,” para warga Gereja menyadari dirinya sebagai
insan-insan ilahi yang dipanggil. Namun, bersamaan dengan kesadaran akan
panggilan suci, timbullah “rasa diutus” yang mengejewantahkan permintaan
luhur, “Pergilah.” Demikianlah, persandingan rasa dipanggil dan rasa diutus
menghidupkan semangat Gereja untuk bertolak ke tempat yang dalam (bdk.
Luk. 5:1-11). Hal ini diterjemahkan antara lain dengan terjunnya para imam,
biarawan/wati ke berbagai pelosok pedalaman untuk menyampaikan kabar
gembira.
“Kedalaman adalah sebuah kekuatan batin yang menarik, sebuah semangat
yang mengendalikan gerakan besar kemanusiaan, sebuah keberanian atau zelus
pastoralis yang menggebu-gebu, sebuah semangat yang tidak penah mati, roh
dari perutusan Gereja kapan pun dan di mana pun, dan Gereja Manggarai 241
menyadari sungguh-sungguh bahwa roh itu tidak pernah mati.”(Garis-Garis
Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012)
Roh itulah yang kemudian melahirkan sebuah spiritualitas tertentu dalam
Gereja lokal di Manggarai. Dalam Keuskupan Ruteng saat ini, spiritualitas
dimengerti sebagai kualitas dalam diri manusia yang memengaruhi seluruh
pribadi dan kesadaran manusia; sebuah pengalaman keberadaan manusia dalam
relasinya dengan Allah yang tentunya juga bertalian dengan dinamika
kehidupan manusiawi. 242 Dalam tulisan ini, spiritualitas dalam pengertian inilah
yang akan digunakan agar tulisan ini menjadi lebih kontekstual.

241
Yang dimaksud Gereja Manggarai sebagaimana yang ditulis dalam Garis-Garis
Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012 adalah Keuskupan Ruteng, yaitu
Gereja yang mencakup seluruh orang Manggarai dari Selat Sape di ujung barat hingga
Wae Mokel di ujung timur. Dibandingkan dengan wilayah administrasi pemerintahan,
berarti mencakup 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan
Manggarai Timur.
242
Garis-Garis Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012.

336
Agama Katolik memasuki tanah Manggarai tahun 1912, dan itu berarti,
tak lama lagi Gereja lokal di Manggarai akan memasuki usia seratus tahun.
Uskupnya yang pertama berasal dari Belanda, Mgr. Wilhelmus van Bekkum,
SVD. Berdasarkan catatan statistik dokumen Gereja Katolik Ruteng,
pertambahan jumlah umat Katolik dalam sepuluh tahun ini cukup pesat,
mencapai kurang lebih seratus ribu jiwa. Menurut catatan, sebagian besar
karena kelahiran, hanya sedikit saja yang karena perpindahan agama secara
sukarela. Keuskupan Ruteng menaungi tiga kevikepan, masing-masing
kevikepan kira-kira seluas kabupaten yang ada di Manggarai. Jumlah imam
praja yang bekerja untuk Keuskupan Ruteng berjumlah sekitar 250 imam,
masih ditambah lagi imam biarawan dari SVD dan Fransiskan. Adapun
Kampung Mondo, termasuk Paroki Borong, Kevikepan Manggarai Timur.

3.1 Paroki Borong, Pusat Kevikepan Manggarai Timur


Seluruh penduduk di Kampung Mondo beragama Katolik dan menjadi
umat dari Paroki Borong. Pastor Paroki Borong saat ini adalah Rm. Beny Jaya,
Pr, yang sekaligus juga menjadi Kepala Kevikepan Manggarai Timur. Dalam
menjalankan tugasnya di paroki, Rm. Beny dibantu oleh dua orang imam
kapelan, yaitu Rm. Aleksius Hiro, Pr dan Rm. Leobaldus Roling Mujur, Pr.
Ketiga imam inilah yang secara bergantian datang ke Mondo untuk melayani
kebutuhan spiritual umat di sana. Umat biasa menyapa mereka Rm. Beny, Rm.
Leksi, dan Rm. Roling.
Berhubung Paroki Borong terlalu luas maka dibagi menjadi 8 stasi
termasuk pusat paroki. 243 Adapun pusat paroki dibagi menjadi 7 wilayah.
Mondo yang terletak di daerah pinggiran kota Borong masuk dalam wilayah
Stasi Longko. Paroki Borong sendiri merupakan pusat dari Kevikepan
Manggarai Timur yang berada di dalam naungan Keuskupan Ruteng. Agar
program-program paroki dan pastoral lebih mudah sampai di kalangan umat,
setiap paroki umumnya membagi umatnya di dalam komunitas-komunitas basis
yang biasa disebut kombas. Di Mondo ada tiga kombas yang biasa disebut
Mondo 1, Mondo 2, dan Mondo 3, bahkan saat ini sedang direncanakan ada
pemekaran kombas sehingga seluruhnya kelak akan ada 4 kombas di Mondo.

243
Di akhir tahun 2010 telah terjadi pemekaran paroki, stasi Sok kini menjadi sebuah
paroki tersendiri.

337
Tabel 18 Daftar Stasi yang ada di Paroki Borong tahun 2010

NO NAMA STASI
1 Stasi Borong (Daerah Golo Karot)
2 Purangmese
3 Sok
4 Toka
5 Peot
6 Warat
7 Jawang
8 Longko
Sumber: hasil wawancara

Sebelum tahun 1964, Borong belum merupakan paroki, melainkan masih


merupakan bagian dari Paroki Waerana. Dengan demikian, dalam sejarah
parokial, Mondo pernah menjadi umat dari Paroki Waerana. Dalam catatan
sejarah Paroki Borong, tertulis bahwa sebelum tahun 1960 belum ada
masyarakat yang menganut agama Katolik di Borong, dalam arti di wilayah
pusat kota Borong saat ini. Umumnya umat Katolik merupakan penduduk asli
Manggarai yang tinggal di kampung-kampung daerah pegunungan, antara lain
di Mondo. Sedangkan Borong yang merupakan dataran rendah di tepian pantai
didiami oleh masyarakat pendatang dari Ende, Bajawa, dan sebagainya. Para
nelayan dari Ende yang datang dan kemudian menetap di Borong mayoritas
beragama muslim dan sampai sekarang masih terdapat kampung-kampung
muslim di Borong yang didiami oleh orang Ende. Oleh karena itu, bisa
dikatakan di Borong tidak ada agama suku karena di daerah tersebut tidak ada
penduduk asli. Setelah tahun 1960 datanglah sekitar 30 KK dari Bajawa dan
menetap di Borong. Mereka ini beragama Katolik dan menjadi perintis
berkembangnya agama Katolik di Borong bersama beberapa orang Manggarai
yang tinggal di Borong pula. Semakin lama umat Katolik semakin bertambah
banyak sehingga pada tanggal 15 Agustus 1964 terbentuklah Paroki Borong
yang kini bernama Paroki St. Gregorius Borong untuk menghormati pastor
paroki pertama Pater Gregorius Vojenciak, SVD.
Paroki Borong secara geografis berbatasan dengan Paroki Mbeling di
utara dan Laut Sawu di selatan. Bagian timur berbatasan dengan Paroki Kisol
dan kawasan barat berbatasan dengan dua paroki, yaitu Nangalanang dan Sita.
Ketika Paroki Borong baru berdiri, umatnya hanya puluhan KK. Namun, kini
Borong didominasi oleh masyarakat beragama Katolik dengan jumlah lebih dari
12 ribu jiwa, termasuk warga Mondo di dalamnya. Walaupun umat Katolik
mendominasi jumlah penduduk di Borong, umat beragama lain yang jumlahnya

338
sangat sedikit merasa tentram dan nyaman hidup berdampingan tanpa merasa
terancam. 244

3.2 Peranan Gereja dalam Pembangunan


Umumnya para imam bekerja di paroki dan sudah sejak dahulu menjadi
ujung tombak pembangunan karena berkarya langsung di tengah masyarakat.
Berdasarkan cerita penduduk setempat, ternyata Gereja banyak sekali
melakukan pembangunan di Manggarai. Dana yang digunakan untuk
pembangunan itu diambil dari Dana APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang
biasanya dikumpulkan Gereja dari kolekte umat selama masa Prapaska. Selain
itu, tak jarang Gereja mendapatkan dana pula dari pemerintah untuk
pembangunan. Walaupun demikian, tidak selamanya hubungan antara Gereja
dan pemerintah harmonis. Salah satu contoh konkret terjadi pada tahun 2008.
Ketika itu pemerintah menyerahkan proyek penghijauan kepada Kevikepan
Manggarai Timur. Pihak Gereja menerima sekitar 30 ribu anak pohon kayu
untuk ditanam di 27 paroki yang ada di seluruh kevikepan. Setiap pohon
dibarengi Rp. 25.000,- untuk biaya penanaman. Ternyata, belakangan baru
diketahui bahwa sebetulnya setiap pohon selain ada uang penanaman juga ada
uang pemeliharaan yang besarnya Rp. 25.000,- juga. Namun, pemerintah tidak
memberikan uang pemeliharaannya itu kepada Gereja. Persoalannya, pihak
Gereja sudah menandatangani bahwa sudah menerima pohon. Tanda terima itu
dianggap berarti juga sudah menerima seluruh uang penanaman dan
pemeliharaan, padahal Gereja hanya menerima uang penanaman saja. Kasus ini
memang tidak diperpanjang oleh pihak Gereja namun dengan tegas Gereja tidak
mendukung oknum pemerintah yang saat itu hendak maju berkampanye245.
Pada akhirnya memang ia memang kurang mendapat dukungan suara sehingga
tidak terpilih. Relasi Gereja dengan pemerintah selanjutnya tetap baik karena
tidak lama kemudian, tepatnya awal Februari 2009, jajaran pemerintah telah
berganti dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati yang baru.246
Walaupun misi utama Gereja bergerak di bidang spiritual, namun Gereja
memiliki juga program-program yang menyentuh langsung kehidupan konkret

244
Hal ini diungkapkan langsung oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat
sebagaimana yang digambarkan dalam sub bab mengenai Kecamatan Borong.
245
Berkampanye untuk maju sebagai Calon Bupati/Wakil Bupati atau sebagai calon
legislatif dirahasiakan.
246
Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih merupakan paket yang didukung penuh oleh
Gereja.

339
umatnya. Berdasarkan keputusan Sinode Keuskupan Ruteng, tahun 2009
menjadi Tahun Peduli Kemiskinan. Untuk itu, Pusat Pastoral Keuskupan
Ruteng merencanakan program-program bagi umatnya lewat komisi-komisi
yang dibentuk oleh keuskupan. Program-program ini kemudian dilaksanakan
oleh komisi dan bekerja sama dengan pastor paroki setempat. Selain itu, ada
pula berbagai kegiatan pembangunan yang merupakan inisiatif dari para imam
dan bukan merupakan program Keuskupan. Namun, masyarakat tetap
memandangnya sebagai peran Gereja bagi pembangunan.

 Pembuatan Jalan
Sekitar tahun 1990-an, daerah-daerah di Manggarai umumnya masih
terisolir. Kemudian datanglah LSM Intercorporation yang mewakili Pemerintah
Swiss hendak memberikan bantuan untuk pembuatan jalan di Manggarai.
Setelah melakukan survai, LSM tersebut memercayakan Keuskupan Ruteng
untuk menangani proyek tersebut. Maka, ditunjuklah Pater Stanis Ograbeck,
SVD dan Pater Wasser, SVD sebagai wakil keuskupan untuk melaksanakan
karya ini. Di tahun 1994, Pater Stanis dipindahkan ke Kalimantan sehingga
posisinya kemudian diganti oleh Rm. Laurens Tjoang, Pr.
Hal menarik dari proyek pembuatan jalan ini adalah adanya keterlibatan
masyarakat. Prosesnya, pertama direncanakan dulu di daerah mana saja yang
akan dibuka ruas-ruas jalan. Setelah ditentukan lokasinya, Rm. Laurens dan
Pater Wasser menghubungi para Romo Paroki yang daerahnya akan dibuat
jalan. Tugas para Romo Paroki ini adalah memotivasi dan memobilisasi
masyarakat setempat untuk mengumpulkan material dan berpartisipasi
membuat jalan. Jadi, misalnya masyarakat mengumpulkan batu, kemudian Rm.
Laurens dan Pater Wasser akan datang membawa mobil-mobil pengangkut
batu. Mobil-mobil tersebut merupakan bantuan dari Intercorporation.
Masyarakat setempat yang bekerja itu digaji dengan dana dari Swiss tersebut,
sehingga pekerjaan ini membuka lapangan pekerjaan yang sangat luas karena
dapat melibatkan sangat banyak orang. Memang, upah yang diberikan tidak
setinggi jika bekerja di proyek karena justru dengan demikian masyarakat lebih
merasa memiliki jalan tersebut, yang dibuat dengan semangat swadaya karena
partisipasi mereka sendiri.
Segi positif lainnya dari sistem ini adalah masalah pemberdayaan. LSM
pertama-tama melatih dulu tim dari keuskupan, dengan Rm. Laurens Tjoang di
antaranya. Setelah itu, tim keuskupan ini melatih lagi beberapa orang yang

340
dapat menjadi tenaga trampil untuk diterjunkan di daerah-daerah. Di daerah-
daerah, mereka melatih lagi para penduduk setempat agar dapat menjadi tenaga
yang diandalkan.
Pembuatan jalan ini hanya sampai tingkat bebatuan saja, atau biasa
disebut dengan istilah Telford. Peningkatan ke aspal kemudian dilakukan oleh
pemerintah daerah. Dalam hal ini, Rm. Laurens Tjoang menceritakan kerja
sama antara Gereja dan pemerintah daerah bagus sekali. Tak jarang bahkan
jajaran pemerintah sampai ke Kepala Desa berusaha keras membantu para
Romo memobilisasi masyarakat. Sebagian besar jalan-jalan utama di Manggarai
merupakan buah dari pekerjaan ini. Dan hasilnya cukup banyak, antara lain
masyarakat sekarang sudah mulai terbuka dari keterisolasiannya, transportasi
lebih mudah, dan mereka dapat menjual komoditinya dengan harga yang lebih
baik karena terbebas dari belenggu para lintah darat. Jalan-jalan yang sudah
dibuat antara lain menghubungkan Reo di Kabupaten Manggarai dan Benteng
Jawa di Manggarai Timur (sekitar 40 km). Jalur lain adalah dari Nanga Ramut
di Kecamatan Satarmese Barat ke Repi di Kecamatan Lembor daerah Todo
(sekitar 40 km), keduanya masih dalam Kabupaten Manggarai. Jalur
selanjutnya adalah Rangga ke Tebang (sekitar 25 km), keduanya berada di
Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai. Jalur Mombok ke Elar (sekitar 20
km) juga merupakan hasil program ini, keduanya masih dalam Kecamatan Elar
Kabupaten Manggarai Timur. Kondisi jalan semua jalur tersebut masih bagus
sampai sekarang dan menjadi jalur-jalur transportasi yang penting di
Manggarai.
Situasi pembangunan jalan di banyak daerah tersebut tidak seperti di
Mondo. Jika di daerah-daerah lain pada umumnya inisiatif pembangunan jalan
datang dari pemerintah atau Gereja, di Mondo inisiatif murni dari masyarakat.
 Penyediaan Sarana Air Bersih
Pater Wasser, SVD adalah seorang imam yang berasal dari Swiss. Di
tahun 2010 usianya sudah 81 tahun, namun tubuhnya masih sehat, penglihatan
dan pendengarannya pun masih baik. Pertama kali menginjak tanah Manggarai
tahun 1977, hatinya gelisah melihat penderitaan umatnya yang dililit oleh
kemiskinan, penyakit, dan kebodohan. Lebih-lebih ketika ditugaskan di
Wangkung tahun 1978. Umatnya yang miskin sangat rentan terhadap penyakit.
Bahkan yang digolongkan sehat pun umumnya menderita koreng, kudis, dan
penyakit kulit lainnya. Dugaannya kuat bahwa ini semua disebabkan tidak
adanya air bersih bagi masyarakat. “Ayah saya dulu petani dan kami
mempunyai mata air sendiri. Dari sana saya belajar memasang pipa-pipa untuk

341
mengalirkan air bersih,” cerita Pater Wasser. Berdasarkan pengalamannya
inilah akhirnya Pater Wasser mulai memasang pipa-pipa dan mengalirkan air
bersih bagi umatnya di Wangkung. Wangkung terletak di Kabupaten
Manggarai, sekitar 10 km di sebelah barat Ruteng. “Sejak itu memang kami
tumbuh sehat dan bersih, Suster,” ungkap Maximus Banggur, salah seorang
umatnya, yang mengalami sendiri dampak air bersih hasil jerih payah Pater
Wasser. Dan akhirnya, berdatanganlah para camat dari berbagai pelosok
Manggarai, meminta bantuan Pater Wasser untuk membantu menyediakan
sarana air bersih di kecamatannya. Perjuangannya dalam menyediakan air
bersih bagi masyarakat masih berlanjut sampai sekarang. Namun, Pater Wasser
kini tidak sendirian lagi, karena sudah memiliki tim ahli yang membantunya
bekerja di daerah-daerah. Setiap hari Sabtu, seluruh anggota tim berkumpul
untuk memberikan laporan kepada Pater Wasser dan membicarakan program-
program yang sedang maupun yang akan dijalankan.
Karya Pater Wasser ini sempat pula dinikmati oleh warga Mondo selama
beberapa waktu, sayang hanya sementara saja karena kemudian pipa-pipanya
rusak.

Gambar 38 (dari kiri ke kanan) Pater Wasser, Rm. Sergius Paulus CSE, para
karyawan/wati yang bekerja dengan Pater Wasser
(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2009)

 Koperasi Kredit (Kopdit) Jalur Paroki


Program ini dijalankan oleh sebuah komisi yang dibentuk oleh
Keuskupan Ruteng, yaitu Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi, biasa

342
disingkat PSE. Ketua Komisi adalah Rm. Simon Nama, Pr. Untuk
melaksanakan program ini, para anggota komisi melakukan sosialisasi tentang
dasar-dasar Kopdit ke paroki-paroki, bekerja sama dengan para pastor paroki
setempat. Setelah itu, dilakukanlah pengorganisasian wadah-wadah Kopdit di
masing-masing paroki. Setelah Kopdit berdiri, Komisi memberikan
pendampingan dan penguatan Kopdit dengan kunjungan rutin dan mengadakan
pula pendidikan dan pelatihan untuk para pengurus Kopdit. Untuk urusan
Kopdit ini, Komisi PSE bekerja sama dengan Puskopdit Manggarai dan Dinas
Perindag-Kop Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
Salah satu imam yang cukup aktif di bidang Kopdit ini adalah Rm. Dedi
Madur, Pr. Sejarah keaktifannya di Kopdit berawal ketika ia masih ditugaskan
sebagai Pastor Paroki di sebuah desa di Rangga. Umumnya umatnya adalah
para petani sederhana yang sangat miskin. Sebagai seorang imam muda yang
baru lulus dari pendidikan imamat, Rm. Dedi prihatin melihat umatnya yang
kurang pengetahuan, tidak mampu memanajemen ekonomi rumah tangga, dan
tidak memiliki kebiasaan hidup sehat. “Kegembiraan seorang pastor adalah
ketika melihat umatnya bergembira,” ucapnya pada tanggal 10 Oktober 2009.
Oleh karena itu, Rm. Dedi pun mulai belajar mengenai koperasi dan menjalin
kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang tersebut. Semakin lama
kepiawaiannya mengelola koperasi pun semakin meningkat seiring dengan
pengalaman demi pengalaman yang diperolehnya. Kini, Rm. Dedi termasuk
salah seorang imam yang rajin berkeliling ke paroki-paroki di Keuskupan
Ruteng untuk mengembangkan Kopdit. Pada saat ini, Kopdit jalur paroki
berjumlah 67 Kopdit dengan anggota 9480 orang dan aset Rp. 8.676.268.843.
Seluruh paroki di Keuskupan Ruteng ada 96 buah, jadi sebagian besar paroki di
Keuskupan Ruteng sudah memiliki Kopdit. Ada 5 paroki lain yang sebetulnya
sudah memiliki Kopdit namun data modalnya belum ada, sementara 24 paroki
lainnya memang belum ada Kopdit tetapi sudah ada UBSP.
UBSP merupakan singkatan dari Usaha Bersama Simpan Pinjam. Salah
satu paroki yang belum ada Kopdit namun ada UBSP adalah Lengko Ajang.
Pater Daniel Manek, SVD adalah seorang imam muda yang bertugas di sana.
Diceritakan bagaimana umatnya membentuk kelompok dan mengumpulkan
uang bersama untuk UBSP ini. Uang yang dikumpulkan tersebut digunakan
untuk modal yang kemudian dipinjamkan kepada anggotanya yang
membutuhkan sesuai dengan sumbangannya. Perbedaan utama dengan
Koperasi, modal ini habis dipinjam oleh anggota, atau dengan kata lain, modal
di tangan anggota. Sedangkan Koperasi, selalu ada uang yang disimpan di

343
Koperasi sebagai modal. Salah satu cara yang dilakukan Pastor Paroki Lengko
Ajang untuk merangsang UBSP ini adalah memelihara sapi. Dengan demikian,
umat diperkenalkan untuk beternak sapi dan timbul semangat menabung agar
dapat membeli dan memelihara sapi.
Kampung Mondo terletak di Stasi Longko, dan di sana sudah ada pula
Koperasi untuk perempuan. Rm. Beny Jaya mendirikan Koperasi untuk
perempuan ini pada tahun 2006 di kota Borong dan pada tahun 2009 didirikan
pula di Stasi Longko. Anggota koperasi tersebut antara lain adalah para
perempuan dari Mondo.

 Pengembangan Rantai Komoditi Kopi


Selain Kopdit, Rm. Simon Nama, Pr beserta rekan-rekan di Komisi PSE
juga aktif dalam program pengembangan rantai komoditi kopi. Salah satu
kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan program ini adalah pelatihan
pengolahan pasca panen bagi para petani kopi. Selain itu, dibentuk juga wadah
pemasaran serta memediasi para petani dengan pengusaha lokal untuk
melindungi harga kopi sehingga daya tawar petani kopi bisa lebih kuat. Hingga
saat ini sudah terbentuk 4 wadah pemasaran di Desa Arus, Watu Arus,
Rengkam, dan Nggalak Leleng, serta masih ada 8 desa lain yang didampingi
juga secara intensif. Masih banyak lagi sebetulnya kegiatan-kegiatan lain yang
dilakukan oleh komisi, yang kesemuanya bertujuan menolong para petani kopi
baik mulai dari pengolahan hingga pemasaran. Dalam peringatan Hari Pangan
Sedunia tanggal 4 November di Borong, Rm. Simon Nama, Pr bahkan
mempromosikan kopi para petani asuhannya tersebut yang sudah dikemas
secara menarik dan penampilan kemasannya pun tidak kalah dengan kopi
bermerk lainnya yang sudah beredar di pasaran. Dalam kesempatan tersebut,
diajukan pula usul kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk
membuat regulasi yang terkait dengan pemasaran kopi.

 Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya


Program lain yang dikerjakan oleh Komisi PSE adalah membuat Pusat
Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya. Pusat kegiatan ini berada di Mano
dan kegiatan yang sudah dilakukan adalah membangun kandang sapi berukuran
6 x 21 m dan sebuah bangunan pengolahan limbah ternak berukuran 4 x 6 m.
Sebagai tempat penggembalaan ternak, terbentang padang rumput seluas 4 ha.

344
Pada tahun 2008 digemukkan 8 ekor sapi, dan tahun berikutnya 7 ekor.
Diharapkan program ini dapat meningkatkan ketrampilan petani di bidang
pertanian organik.

 Penghijauan
Karya ini berawal dari keprihatinan Pater Wasser, SVD yang melihat air
bersih yang telah diusahakannya hanya digunakan untuk minum dan mencuci
saja. Maka dibentuklah kelompok yang dinamakan KERAN. Kelompok ini
terdiri dari 10 hingga 15 ibu yang tersebar di berbagai desa. Para ibu ini
dikumpulkan dan diajarkan menanam sayur, membuat apotik hidup, mengolah
penganan lokal, dan sebagainya. Selain itu, digerakkan pula penghijauan
dengan menanam tanaman ampupu, berbagai tanaman komoditi, dan
pengumpulan serta penyebaran bibit. Apa yang sudah dilakukan oleh Pater
Wasser ini dianggap sangat baik oleh pihak Keuskupan sehingga digulirkanlah
program Seribu Pohon oleh Sinode Keuskupan Ruteng.
Komisi PSE merupakan komisi yang ditugaskan untuk program
penghijauan ini. Selain untuk melestarikan lingkungan, program ini juga
diharapkan dapat meningkatkan perekonomian umat. Pada tahun 2007 dan 2008
dilakukanlah pembagian bibit mahoni dan suren ke 37 paroki di bawah
monitoring Rm. Yosef K., Pr. Tahun 2007 ada 6000 koker mahoni dan 12.000
koker suren yang didistribusikan, sedangkan pada tahun 2008 didistribusikan
22.000 koker suren untuk paroki yang berada di dataran tinggi dan 3000 koker
mahoni untuk paroki yang berada di dataran rendah.
Pada tahun 2008, bahan-bahan katakese untuk umat ditekankan kepada
penghijauan dan penanaman kayu keras. Tujuannya, agar umat disadarkan
untuk menyelamatkan lingkungan dan memberikan alternatif peningkatan
ekonomi di lain pihak. Oleh karena itu, para katekis terjun ke kampung-
kampung untuk mensosialisasikan hal ini. Di Borong, pihak Paroki sendiri ikut
memberikan contoh konkret penghijauan dan melibatkan umat untuk menanam
di tanah paroki. Di awal masa puasa tahun 2008, Rm. Beny Jaya
mengumpulkan semua Ketua Wilayah dan mensosialisasikan program ini.
Kemudian, diatur jadwal setiap hari Jumat selama masa puasa (sekitar 7 kali
Jumat), umat dari wilayah-wilayah secara bergantian menanam mahoni dan jati
di lahan paroki seluas 4 ha. Lokasi penanaman tersebut terletak di Liangbala.

345
 Pembuatan Irigasi
Pada tahun 2005 para imam dari Paroki Wukir memimpin umatnya untuk
membuat saluran irigasi. Dana pembuatan saluran tersebut diperoleh dari
pemerintah Kabupaten Manggarai yang berasal dari program pemberdayaan
masyarakat. Sebelumnya, dana untuk program pemberdayaan masyarakat ini
disalurkan lewat kecamatan dan desa. Namun, ternyata dana tersebut tidak
dipergunakan sebagaimana mustinya sehingga pada tahun 2005 pemerintah
kabupaten memutuskan untuk mengalirkan dana tersebut melalui paroki.

 Pengurangan Resiko Bencana


Pengurangan Resiko Bencana juga merupakan salah satu program
Komisi PSE. Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat di daerah
rawan dapat semakin siap menghadapi bencana. Lewat berbagai diskusi tematik
dan pelatihan, kini sudah ada 6 orang staf trampil dalam memfasilitasi berbagai
kegiatan analisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas masyarakat di daerah
rawan bencana. Selain itu, ada 284 orang masyarakat di 4 lokasi program yang
mengenal dan memahami program ini. Sudah terbuat pula peta daerah rawan
bencana dan lokasi evakuasi di masing-masing lokasi sasaran program. Adapun
lokasi program ini berada di Desa Perak Paroki Rii, Desa Gapong Paroki Pagal,
Desa Selama Paroki Reo, dan Desa Satar Punda Paroki Reo.

 Kaderisasi Kepemimpinan di Bidang Politik


Salah satu program yang dijalankan oleh keuskupan lewat komisinya
adalah kaderisasi kepemimpinan dalam bidang politik. Tujuan dari program ini
adalah agar kaum awam dapat mengimplementasikan nilai-nilai Katolik dalam
kehidupan sosial-politik. Untuk menjalankan program ini, komisi bekerja sama
dengan pemerintah daerah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan
Manggarai Timur. Program ini dilakukan di paroki-paroki yang ada di
Keuskupan Ruteng pada musim safari Aksi Puasa Pembangunan, yaitu kira-kira
7 minggu menjelang Hari Raya Paska.
Menjelang PEMILU legislatif tahun 2009, Paroki Borong juga
melakukan pengkaderan ini. Rm. Beny Jaya mengadakan pengkaderan di tiga
titik, yaitu di Borong, Benteng Jawa, dan Mano. Di masing-masing titik
tersebut, pihak paroki memfasilitasi pertemuan antara para calon legislatif
dengan masyarakat setempat. Sempat juga muncul keluhan bahwa ternyata

346
cukup banyak calon legislatif yang kurang kompeten dalam hal kemampuan
berpikir maupun berbicara. Melalui program ini, para calon legislatif dapat
meningkatkan kapasitasnya dalam berbicara, berlogika, berkomunikasi, dan
menjalin relasi, sementara masyarakat belajar menyuarakan pendapatnya dan
menilai calon legislatif mana yang sesuai dengan aspirasi mereka.

 Advokasi Tambang
Komisi lain yang dibentuk oleh Keuskupan Ruteng dan memiliki
program yang berkaitan langsung dengan pembangunan adalah Komisi
Keadilan dan Perdamaian, dengan Rm. Ardus Jehaut, Pr sebagai ketua. Salah
satu program yang sedang ramai digalakkan saat ini adalah Advokasi Tambang.
Para anggota komisi turun ke daerah-daerah pertambangan dan berjumpa
dengan masyarakat di sana, antara lain ke Reo dan Waning. Setelah
menyampaikan kepada masyarakat apa saja yang menjadi keuntungan dan
kerugian jika ada pertambangan di daerah mereka, tampaklah bahwa ternyata
umumnya masyarakat tidak mengerti sebelumnya. Tambah pula, mereka lebih
tidak mengerti lagi ketika sebelumnya disodori kertas untuk ditandatangani;
mereka tidak sadar bahwa tandatangan tersebut merupakan tanda persetujuan
mereka dibukanya tambang di tanah mereka. Hasil studi komisi menunjukkan
bahwa dampak negatif dari pertambangan jauh lebih besar daripada dampak
positifnya, baik untuk masyarakat setempat maupun lingkungan. Oleh karena
itu, komisi ini pun menggagas pernyataan sikap tolak tambang yang diajukan
kepada pemerintah daerah agar dapat ditinjau kembali atau bahkan
dihentikannya pertambangan yang telah banyak merugikan masyarakat.

 Sosialisasi Menabung dan Hidup Hemat


Sesuai dengan program Keuskupan Ruteng, katakese tahun 2009
ditekankan kepada peduli kemiskinan. Komisi Kateketik yang diketuai Rm.
Manfred Habur, Pr menyusun bahan-bahan katakese untuk umat dengan tema
ekonomi rumah tangga berkeadilan. Di Borong, para katekis dikumpulkan oleh
Pastor Paroki dan dibagikan bahan katakese tersebut untuk disampaikan kepada
umat, termasuk di Mondo. Melalui katakese itu, umat diajak untuk hidup hemat
dan menabung sebagai salah satu usaha pengentasan kemiskinan. Selain itu,
topik ini diberikan juga kepada pasangan-pasangan yang akan menikah dalam
Kursus Pembinaan Perkawinan.

347
 Pengobatan Gratis bagi Anak-Anak
Keuskupan memiliki pula program pengobatan gratis bagi anak-anak,
namun hanya berlangsung sesekali dengan bekerja sama dengan rumah sakit
yang ada di keuskupan. Di Borong, Paroki bekerja sama dengan PERDAKI
memberikan pelayanan pemeriksaan mata dan pembuatan kacamata gratis untuk
anak-anak. Tim yang telah ditunjuk dan dilatih, terjun ke sekolah-sekolah untuk
mengadakan pemeriksaan. Dalam hal ini, Paroki memfasilitasi pelaksanaannya
termasuk juga menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk para petugas yang
memberikan pelayanan gratis tersebut.
Selain yang telah disebutkan di atas, banyak pula para imam yang
mengasuh anak-anak kurang mampu dengan membantu membiayai pendidikan
mereka hingga ke jenjang yang tinggi dan membiarkan mereka tinggal di
pastoran. Umumnya, anak-anak tersebut diberi tanggung jawab untuk
memelihara babi paroki. Hasil dari pemeliharaan babi itulah yang dipakai untuk
membiayai kehidupan dan pendidikan anak-anak yang kurang mampu
tersebut. 247
Hal yang paling sering dilakukan oleh para imam untuk meneruskan
program-program keuskupan adalah lewat katakese. Misalnya, untuk mendidik
hidup hemat, kebiasaan hidup sehat, mengurangi resiko bencana longsor, dan
sebagainya. Rm. Laurensius Sopang, Pr yang menjadi Vikaris Jenderal
Keuskupan bercerita bagaimana cara imam-imam di Manggarai berkatekese
kepada umat. 248 Setelah memberikan Misa, biasanya mereka masih meluangkan
waktu lagi 1 jam untuk berbicara kepada umat mengenai pentingnya
pendidikan. Dalam kesempatan lain, mereka akan mengajarkan umat cara hidup
hemat. Pada kesempatan berikutnya, mendorong umat untuk hidup dengan
sehat. Masih banyak lagi sebetulnya peranan Gereja dalam pembangunan di
tanah Manggarai, namun tidak semua sempat direkam dalam penelitian ini.
Demikianlah kurang lebih yang dilakukan para imam di Manggarai, mereka
berjalan dari kampung ke kampung untuk memberikan pelayanan kepada umat
di bidang spiritual. Namun, seringkali tak dapat dihindari juga memberikan
pelayanan di bidang non spiritual.
Walaupun cukup banyak peranan para imam, biarawan/wati dalam
pembangunan langsung di tengah masyarakat, Uskup Ruteng Mgr. Hubert

247
Berdasarkan wawancara dengan Rm. Dedi Madur, Pr dan Rm. Beny Jaya, Pr.
248
Berdasarkan wawancara pada tanggal 3 Februari 2009.

348
Leteng, Pr menegaskan bahwa Gereja tidak akan pernah menggantikan posisi
pemerintah dalam melakukan pembangunan. Sampai selamanya, peranan utama
Gereja adalah di bidang spiritual. 249 Dengan lebih panjang, Rm. Bene Bensy, Pr
yang menjadi Vikep Manggarai Barat menjelaskan bahwa dalam pembangunan,
fungsi Gereja yang pertama adalah sebagai pemberi motivasi. Hal ini penting
agar umat atau masyarakat mengambil bagian dalam pembangunan yang
dicanangkan oleh pemerintah. Tanpa partisipasi masyarakat, pembangunan
tidak akan berjalan. Kedua, Gereja menjadi pemberi arah yang tepat, supaya
pembangunan yang diberikan oleh pemerintah atau negara, jangan
menghasilkan manusia-manusia yang materialistis, konsumeristis, dan
hedonistis.
“Gereja perlu memberi penjelasan bahwa pembangunan bukan untuk
memperkaya manusia semata, tetapi justru supaya manusia dekat dengan
Tuhan. Jadi, pembangunan bukan justru menjauhkan umat dari Tuhan. Di
sinilah Gereja harus memberikan motivasi,” ungkap Bene Bensy.
Yang ketiga, Gereja berfungsi menetapkan kerangka nilai-nilai bagi manusia
sebagai subjek pembangunan. Gereja bertugas untuk menyadarkan manusia
bahwa tujuan pembangunan bukan demi pembangunan itu sendiri tapi demi
manusianya. Di satu pihak manusia adalah subjek pembangunan, tetapi di lain
pihak manusia adalah objek pembangunan.
“Jangan sampai manusia lupa bahwa dia juga adalah subjek dari pembangunan.
Nah, di sinilah peranan dari Gereja,” jelas Bene Bensy.
Adapun peranan Gereja yang keempat adalah berdoa agar pembangunan itu
menghasilkan manusia-manusia yang religius.
“Bukan manusia yang kaya, materialistis, tapi kurang beriman. Nah, itulah
peran dari Gereja,” ujar Bene Bensy menutup penjelasannya.
Apa yang diungkapkan oleh Rm. Bene Bensy, Pr ini terbukti beberapa
kali di Borong. Dalam acara Hari Pangan Sedunia yang diadakan pada tanggal 4
November 2009, Rm. Beny Jaya, Pr. selaku Vikep Manggarai Timur
menyatakan dukungannya terhadap program-program pemerintah.
“Gereja punya komitmen bukan hanya mengurus altar, tetapi dari altar menuju
ke pasar. Pada hari ini Gereja hadir untuk mewujudkan komitmen sebagai
bagian dari masyarakat Manggarai Timur ini,” demikian kata pembukaan Rm.

249
Berdasarkan wawancara pada tanggal 3 Maret 2010 di keuskupan.

349
Beny Jaya, Pr. ketika menyatakan dukungannya atas program-program
pemerintah yang berkaitan dengan pangan lokal.
“Maka saya tegaskan bahwa Gereja mendukung Perda 250 yang akan dikeluarkan
pemerintah daerah sehubungan dengan pangan lokal,” seru Rm. Beny Jaya, Pr.
tegas di hadapan seluruh peserta seminar Hari Pangan Sedunia.

250
Perda yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten Manggarai Timur sehubungan
dengan pangan lokal adalah bahwa setiap hari Jumat masyarakat harus mengkonsumsi
makanan lokal dalam arti non beras.

350

Anda mungkin juga menyukai