0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
43 tayangan14 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dalam dunia modern. Terdapat tiga sudut pandang yang berkaitan dengan bisnis yaitu ekonomi, hukum, dan etika. Bisnis harus memenuhi ketiga aspek tersebut agar dapat disebut sebagai bisnis yang baik. Dokumen juga membahas perkembangan etika bisnis dan beberapa kritik yang ditujukan kepada etika bisnis.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
PPT BISNIS DAN ETIKA DALAM DUNIA MODERN KELOMPOK 5.pdf
Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dalam dunia modern. Terdapat tiga sudut pandang yang berkaitan dengan bisnis yaitu ekonomi, hukum, dan etika. Bisnis harus memenuhi ketiga aspek tersebut agar dapat disebut sebagai bisnis yang baik. Dokumen juga membahas perkembangan etika bisnis dan beberapa kritik yang ditujukan kepada etika bisnis.
Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis dalam dunia modern. Terdapat tiga sudut pandang yang berkaitan dengan bisnis yaitu ekonomi, hukum, dan etika. Bisnis harus memenuhi ketiga aspek tersebut agar dapat disebut sebagai bisnis yang baik. Dokumen juga membahas perkembangan etika bisnis dan beberapa kritik yang ditujukan kepada etika bisnis.
Kelompok 5 1. Reka Gita Parera 2. Nabila Larasati 3. Dhea Dwi Rizki Hadi 4. M. Rizki Ramadhani Bisni dan Etika dalam Dunia Modern
Bisnis modern merupakan realistas yang yang amat
kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan bisnis. Guna menjelaskan kekhususan aspek etis ini, dalam suatu pendekatan pertama kita membandingkan dulu dengan aspek-aspek lain, terutama aspek ekonomi dan hukum. Sebab, bisnis sebagai kegiatan social dapat disoroti sekurang kurangnya dari tiga sudut pandang yang berbeda tetapi tidak selalu mungkin dipisahkan ini : sudut pandang ekonomi, hokum, dan etika. Sudut pandang ekonomis Bisnis adalah kegiatan ekonomis Yang terjadi dalam kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli, memproduksimemasarkan, bekerja- memperkerjakan, dan bertinteraksi dengan orang lain lainnya, dengan maksud memperoleh untung. Dipandang dari sudut ekonomis, good bussines atau bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa banyak untung. Orang bisnis selalu akan berusaha membuat bisnis yang baik (dalam arti itu). Sudut pandang moral Disamping aspek ekonomi dari bisnis, di sini tampak aspek lain : aspek moral. Selalu ada kendala etis bagi perilaku kita, termasuk juga perilaku ekonomis. Tidak semuanya bisa kita lakukan untuk mengejar tujuan kita (di bidang bisnis : mencari keuntungan) boleh kita lakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Bisnis yang baik (good bussines) bukan saja bisnis yang baik secara moral. Sudut pandang hukum Tidak diragukan, bisnis terikat juga oleh hukum. “Hukum dagang” atau “Hukum bisnis” merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dari segi norma, hukum lebih jelas dan pasti dibandingkan etika. Karena hukum dituliskan hitam atas putih dan ada sanksi tertentu, bila terjadi pelanggaran. Hukum dan etika kerap kali tidak bisa dilepaskan satu sama lain. Memang benar, ada hal-hal yang diatur oleh hukum tidak mempunyai hubungan langsung dengan etika. Tetapi ada juga ada perilaku dalam segi moral penting, tetapi tidak diatur menurut hukum. Tolak ukur untuk tiga sudut pandang Dapat disimpulkan, supaya patut disebut good bussines, tingkah laku bisnis harus memenuhi syarat-syarat dari semua sudut pandang tadi. Memang benar bisnis yang ekonomis tidak baik (jadi, tidak membawa untung) tidak pantas disebut bisnis yang baik. Bisnis tidak pantas disebut good bussines kalau tidak baik dari sudut pandang etika dan hukum juga. Dalam hal ini penting aspek hukum lebih mudah diterima, sekurang-kurang pada taraf teoritis (walaupundalam praktek barangkali sering dilanggar). Apa itu Etika Bisnis? – Etika sebagai praksis berarti : apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
– Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam
etika sebagai refleksi kita berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
– Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik
buruknya manusia. Karena itu etika dalam arti ini disebut juga “filsafat parktis”. Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso dan mikro. Tiga taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda untuk menjalankan kegitan ekonomi dan bisnis.
– Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek
moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan.
– Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis
menyelidiki masalah etis di bidang organisasi. Organisasi di sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi dan lain-lain.
– Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam
hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Di sini dipelajari tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor. Perkembangan etika bisnis Sepanjang sejarah, kegiatan perdaganga atau bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika. Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga, di sini kita menghadapi suatu fenomena baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian besar intensif seperti sekarang ini.
Etika bisnis dalam arti khusus ini pertama kali timbul di
Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan dunia lain. Kritik atas etika bisnis 1. Etika bisnis itu kontradiktif Kritik lain tidak berasal dari satu orang, tetapi ditemukan dalam kalangan popular yang cukup luas. Sebenarnya bukan kritik, melainkan skepsis. Orang- orang ini menilai etika bisnis sebagai suatu usaha yang naïf. 2. Etika bisnis mendiskriminasi Kritik pertama kali ini lebih menarik karena sumbernya daripada isinya. Sumbernya adalah Peter Drucker, ahli ternama dalam bidang teori manajemen. Tuduhan Drucker tidak beralasan. Sekali-kali tidak benar bahwa etika bisnis memperlakukan bisnis dengan cara lain ordinary folk (orang biasa). Kritiknya berasal dari salah paham besar terhadap maksud etika bisnis. Justru karena orang bisnis merupakan ordinary folk (orang biasa). Justru orang bisnis merupakan ordinary folk, mereka memerlukan etika. Sebagaimana semua orang lain, para pebisnis merupakan pelaku moral. 3. Etika bisnis tidak praktis Tidak ada kritik atas etika bisnis yang menimbulkan begitu banyak rekasi seperti artikel yang dimuat dalam Harvard Business Review pada tahun 1993 dengan judul “What’s the matter with business ethics?”. Pengarangnya adalah Adrew Stark, seorang dosen manajemen di Universitas Toronto, Kanada. Ia menilai, kesenjangan besar menganga antara etika bisnis akademis dan para professional di bidang manajemen. 4. Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggung jawab Kritikan lain lagi dilontarkan kepada etika terapan pada umumnya, termasuk juga etika bisnis, di samping etika biomedis, etika jurnalistik, etika profesi hukum dan lain- lain. Kritisi meragukan entah etika bisnis memiliki keahlian etis khusus, yang tidak dimiliki oleh para pebisnis dan manajer itu sendiri. Seluruh kritikan ini juga berdasarkan salah pahan. Etika bisnis sama sekali tidak bermaksud mengambil alih tanggung jawab etis pebisnis, para manajer, atau pelaku moral lain di bidang bisnis. Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengambil tempat dari para pelaku moral dalam perusahaan. TERIMA KASIH
Pendekatan sederhana untuk komunikasi profesional: Panduan praktis untuk komunikasi profesional dan strategi komunikasi bisnis tertulis dan interpersonal terbaik
Pendekatan sederhana untuk marketing: Panduan praktis untuk dasar-dasar marketing profesional dan strategi terbaik untuk menargetkan bisnis Anda ke pasar
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional