Anda di halaman 1dari 14

BISNIS DAN ETIKA DALAM DUNIA MODERN

Kelompok 5
1. Reka Gita Parera
2. Nabila Larasati
3. Dhea Dwi Rizki Hadi
4. M. Rizki Ramadhani
Bisni dan Etika dalam Dunia Modern

Bisnis modern merupakan realistas yang yang amat


kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kegiatan bisnis. Guna menjelaskan
kekhususan aspek etis ini, dalam suatu pendekatan
pertama kita membandingkan dulu dengan aspek-aspek
lain, terutama aspek ekonomi dan hukum. Sebab, bisnis
sebagai kegiatan social dapat disoroti sekurang
kurangnya dari tiga sudut pandang yang berbeda tetapi
tidak selalu mungkin dipisahkan ini : sudut pandang
ekonomi, hokum, dan etika.
Sudut pandang ekonomis
Bisnis adalah kegiatan ekonomis Yang terjadi dalam
kegiatan ini adalah tukar-menukar, jual-beli,
memproduksimemasarkan, bekerja-
memperkerjakan, dan bertinteraksi dengan orang
lain lainnya, dengan maksud memperoleh untung.
Dipandang dari sudut ekonomis, good bussines atau
bisnis yang baik adalah bisnis yang membawa
banyak untung. Orang bisnis selalu akan berusaha
membuat bisnis yang baik (dalam arti itu).
Sudut pandang moral
Disamping aspek ekonomi dari bisnis, di sini
tampak aspek lain : aspek moral. Selalu ada kendala
etis bagi perilaku kita, termasuk juga perilaku
ekonomis. Tidak semuanya bisa kita lakukan untuk
mengejar tujuan kita (di bidang bisnis : mencari
keuntungan) boleh kita lakukan juga. Kita harus
menghormati kepentingan dan hak orang lain. Bisnis
yang baik (good bussines) bukan saja bisnis yang
baik secara moral.
Sudut pandang hukum
Tidak diragukan, bisnis terikat juga oleh hukum.
“Hukum dagang” atau “Hukum bisnis” merupakan
cabang penting dari ilmu hukum modern. Dari segi
norma, hukum lebih jelas dan pasti dibandingkan
etika. Karena hukum dituliskan hitam atas putih dan
ada sanksi tertentu, bila terjadi pelanggaran. Hukum
dan etika kerap kali tidak bisa dilepaskan satu sama
lain. Memang benar, ada hal-hal yang diatur oleh
hukum tidak mempunyai hubungan langsung dengan
etika. Tetapi ada juga ada perilaku dalam segi moral
penting, tetapi tidak diatur menurut hukum.
Tolak ukur untuk tiga sudut pandang
Dapat disimpulkan, supaya patut disebut good
bussines, tingkah laku bisnis harus memenuhi
syarat-syarat dari semua sudut pandang tadi.
Memang benar bisnis yang ekonomis tidak baik
(jadi, tidak membawa untung) tidak pantas disebut
bisnis yang baik. Bisnis tidak pantas disebut good
bussines kalau tidak baik dari sudut pandang etika
dan hukum juga. Dalam hal ini penting aspek hukum
lebih mudah diterima, sekurang-kurang pada taraf
teoritis (walaupundalam praktek barangkali sering
dilanggar).
Apa itu Etika Bisnis?
– Etika sebagai praksis berarti : apa yang dilakukan
sejauh sesuai atau tidak sesuai dengan nilai dan norma
moral.

– Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral. Dalam


etika sebagai refleksi kita berpikir tentang apa yang
dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

– Etika adalah cabang filsafat yang mempelajari baik


buruknya manusia. Karena itu etika dalam arti ini
disebut juga “filsafat parktis”.
Seperti etika terapan pada umumnya, etika bisnis pun dapat
dijalankan pada tiga taraf : taraf makro, meso dan mikro. Tiga
taraf ini berkaitan dengan tiga kemungkinan yang berbeda
untuk menjalankan kegitan ekonomi dan bisnis.

– Pada taraf makro, etika bisnis mempelajari aspek-aspek


moral dari sistem ekonomi sebagai keseluruhan.

– Pada taraf meso (madya atau menengah), etika bisnis


menyelidiki masalah etis di bidang organisasi. Organisasi di
sini terutama berarti perusahaan, tapi bisa juga serikat buruh,
lembaga konsumen, perhimpunan profesi dan lain-lain.

– Pada taraf mikro, yang difokuskan adalah individu dalam


hubungan dengan ekonomi atau bisnis. Di sini dipelajari
tanggung jawab etis dari karyawan dan majikan, bawahan dan
manajer, produsen dan konsumen, pemasok dan investor.
Perkembangan etika bisnis
Sepanjang sejarah, kegiatan perdaganga atau bisnis
tidak pernah luput dari sorotan etika. Namun demikian,
jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami
dan dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga, di
sini kita menghadapi suatu fenomena baru. Belum
pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian
besar intensif seperti sekarang ini.

Etika bisnis dalam arti khusus ini pertama kali timbul di


Amerika Serikat dalam tahun 1970-an dan agak cepat
meluas ke kawasan dunia lain.
Kritik atas etika bisnis
1. Etika bisnis itu kontradiktif
Kritik lain tidak berasal dari satu orang, tetapi
ditemukan dalam kalangan popular yang cukup luas.
Sebenarnya bukan kritik, melainkan skepsis. Orang-
orang ini menilai etika bisnis sebagai suatu usaha
yang naïf.
2. Etika bisnis mendiskriminasi
Kritik pertama kali ini lebih menarik karena sumbernya
daripada isinya. Sumbernya adalah Peter Drucker, ahli
ternama dalam bidang teori manajemen. Tuduhan
Drucker tidak beralasan. Sekali-kali tidak benar bahwa
etika bisnis memperlakukan bisnis dengan cara
lain ordinary folk (orang biasa). Kritiknya berasal dari
salah paham besar terhadap maksud etika bisnis. Justru
karena orang bisnis merupakan ordinary folk (orang
biasa). Justru orang bisnis merupakan ordinary folk,
mereka memerlukan etika. Sebagaimana semua orang
lain, para pebisnis merupakan pelaku moral.
3. Etika bisnis tidak praktis
Tidak ada kritik atas etika bisnis yang menimbulkan
begitu banyak rekasi seperti artikel yang dimuat
dalam Harvard Business Review pada tahun 1993
dengan judul “What’s the matter with business
ethics?”. Pengarangnya adalah Adrew Stark, seorang
dosen manajemen di Universitas Toronto, Kanada.
Ia menilai, kesenjangan besar menganga antara etika
bisnis akademis dan para professional di bidang
manajemen.
4. Etikawan tidak bisa mengambil alih tanggung jawab
Kritikan lain lagi dilontarkan kepada etika terapan pada
umumnya, termasuk juga etika bisnis, di samping etika
biomedis, etika jurnalistik, etika profesi hukum dan lain-
lain. Kritisi meragukan entah etika bisnis memiliki keahlian
etis khusus, yang tidak dimiliki oleh para pebisnis dan
manajer itu sendiri. Seluruh kritikan ini juga berdasarkan
salah pahan.
Etika bisnis sama sekali tidak bermaksud mengambil alih
tanggung jawab etis pebisnis, para manajer, atau pelaku
moral lain di bidang bisnis. Etika bisnis bisa membantu
untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengambil
tempat dari para pelaku moral dalam perusahaan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai