Collector feedback configuration ini adalah metode biasing bergantung beta lain yang membutuhkan
dua resistor untuk memberikan bias DC yang diperlukan untuk transistor. Collector ke base feedback
configuration memastikan bahwa transistor selalu bias di wilayah aktif terlepas dari nilai Beta (ß).
Tegangan bias basis DC berasal dari tegangan kolektor VC, sehingga memberikan stabilitas yang baik.
Di sirkuit ini, resistor bias dasar, RB terhubung ke kolektor transistor C, bukannya ke rel tegangan suplai,
Vcc. Sekarang jika arus kolektor meningkat, voltase kolektor turun, mengurangi drive dasar dan dengan
demikian secara otomatis mengurangi arus kolektor untuk menjaga titik-Q transistor tetap. Oleh karena
itu metode collector feedback configuration ini menghasilkan feedback negatif di sekitar transistor
karena ada feedback langsung dari terminal keluaran ke terminal input melalui resistor, RB.
Karena tegangan biasing diturunkan dari penurunan tegangan pada resistor beban, RL, jika arus beban
meningkat maka akan terjadi penurunan tegangan yang lebih besar pada RL, dan tegangan kolektor
yang dikurangi, VC. Efek ini akan menyebabkan penurunan yang sesuai pada arus basis, IB yang pada
gilirannya, mengembalikan IC ke normal.
Reaksi sebaliknya juga akan terjadi ketika arus kolektor transistor berkurang. Kemudian metode biasing
ini disebut self-biasing dengan stabilitas transistor menggunakan jenis jaringan bias umpan balik yang
umumnya baik untuk sebagian besar desain amplifier.
Besarnya penguatan tegangan dari rangkaian penguat common collector adalah mendekati satu. Fungsi
yang sangat berguna dari emitter follower adalah transformasi impedansi (resistansi), yaitu mempunyai
resistansi input (Rin) yang tinggi dan resistansi output (Rout) yang rendah. Untuk penjelasan prinsip
kerja dari rangkaian penguat common collector, dengan konfigurasi common collector, maka berikut ini
diberikan suatu contoh gambar rangkaian penguat common collector. Gambar 1 memperlihatkan
gambar rangkaian penguat common collector dengan bias tetap (fixed bias), kapasitor kopling input (C1
= 10 mF) dan kapasitor kopling output (C2 = 100 mF)
Analisa DC
Untuk analisa DC dari rangkaian penguat common collector pada Gambar 1, maka semua kapasitor
kopling (input dan output) diasumsikan open atau tidak tersambung, karena kapasitor menjadi
rangkaian terbuka untuk analisa DC. Sehingga rumus arus collector menjadi:
IC = VCC-VBE/(RB/𝛽)+RE
Sedangkan untuk rangkaian percobaan (Gambar 4), rangkaian biasingnya adalah voltage divider, maka
arus collector menjadi:
IC = VTH-VBE/(RTH/𝛽)+RE
Dimana:
Analisa AC
Untuk analisa AC dari rangkaian common collector tersebut, maka dibuatlah rangkaian ekivalen AC,
yaitu dengan asumsi bahwa semua kapasitor kopling (input dan output) menjadi short circuit atau
dianggap tidak ada kapasitor (XC≅0, pada frekuensi sinyal) dan sumber DC menjadi ground. Gambar 2
dan 3 memperlihatkan rangkaian ekivalen ac dari rangkaian penguat tersebut.
re = 26mV/IE
Dari Gambar 3, maka dengan teori rangkaian listrik dapat ditentukan besar penguatan tegangannya
yaitu:
AV = Vout/Vin = (RE//RC//RL)/(re+RE//RL)
Persamaan terakhir ini juga berlaku untuk rangkaian percobaan (Gambar 4).
Pada Gambar 5, resistor base RB tidak dihubungkan ke VCC, seperti pada rangkaian bias sebelumnya,
melainkan dihubungkan ke collector. Tegangan collector memberikan bias untuk junction base-emitter.
Model feedback negatif seperti ini akan membuat titik Q menjadi stabil. Apabila arus IC bertambah,
maka tegangan pada RC akan meningkat, sehingga menyebabkan tegangan collector (VC) berkurang.
Ketika tegangan collector (VC) berkurang, maka tegangan yang melalui RB juga akan berkurang,
sehingga arus base (IB) akan berkurang. Berkurangnya nilai arus IB ini akan mengakibatkan nilai arus IC
akan berkurang.
Gambar 4. Rangkaian ekivalen AC setelah disederhanakan
Pada Gambar 5, resistor base RB tidak dihubungkan ke VCC, seperti pada rangkaian bias sebelumnya,
melainkan dihubungkan ke collector. Tegangan collector memberikan bias untuk junction base-emitter.
Model feedback negatif seperti ini akan membuat titik Q menjadi stabil. Apabila arus IC bertambah,
maka tegangan pada RC akan meningkat, sehingga menyebabkan tegangan collector (VC) berkurang.
Ketika tegangan collector (VC) berkurang, maka tegangan yang melalui RB juga akan berkurang,
sehingga arus base (IB) akan berkurang. Berkurangnya nilai arus IB ini akan mengakibatkan nilai arus IC
akan berkurang.
Dengan menggunakan hukum Ohm, arus base dapat dinyatakan degan persamaan (1) sebagai berikut:
IB = (VC - VBE) / RB
Dengan mengasumsikan bahwa IC >> IB, maka tegangan collector dapat dituliskan
VC ≌ VCC – IC.RC
Dan karena
IB = IC / β
ICx(RC + (RB / β)) = (VCC – VBE) -> IC = (VCC – VBE) / (RC + (RB / β))
VCE = VC – IC.RC
Persamaan (2) memperlihatkan bahwa nilai arus collector bergantung kepada nilai β dan VBE.
Kebergantungan ini tentunya dapat diminimisasi dengan membuat RC >> RB/ β dan VCC >> VBE.
Telah diketahui bersama bahwa variasi nilai β berbanding lurus dengan temperature, sedangkan variasi
nilai VBE berbanding terbalik dengan temperature. Perhatikan Gambar 6. Rangkaian bias collector
feedback mempunyai nilai awal IB, IC dan VCE, seperti ditunjukkan pada Gambar 6(a). Pada bagian (b),
memperlihatkan temperature meningkat, sehingga nilai β meningkat dan nilai VBE menurun.
Pertambahan nilai β menyebabkan pertambahan nilai pada IC. Sedangkan penurunan nilai VBE akan
menyebabkan pertambahan pada nilai IB, yang pada gilirannya akan menyebabkan pertambahan nilai
pada IC juga. Bertambahnya nilai IC ini akan berakibat meningkatnya tegangan pada RC. Hal ini
membuat tegangan collector (VC) berkurang, sehingga tegangan yang melalui RB juga berkurang, yang
berakibat berkurangnya arus base (IB). Berkurangnya nilai arus IB ini akan mengakibatkan nilai arus IC
menjadi berkurang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rangkaian collector feedback menjaga kestabilan
titik Q, seperti ditunjukkan pada Gambar 6(c).