PERCOBAAN - 4
BIAS TRANSISTOR
1. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum, menyusun rangkaian, memeriksa rangkaian dan
menganalisa data diharapkan mahasiswa dapat :
a. Menghitung bias transistor untuk fixed bias, self bias, collector to base bias.
b. Mengukur bias transistor untuk fixed bias, self bias, collector to base bias.
c. Merancang kondisi dc pada transistor dengan rangkaian bias transistor untuk fixed
bias, self bias, collector to base bias.
2. Dasar Teori
Pemberian bias DC pada transistor ditujukan untuk mendapatkan level tegangan dan arus
yang tetap. Suatu rangkaian yang menggunakan transistor, perlu ditentukan level tegangan
DC dari rangkaian untuk menentukan titik kerja transistor yang dipakai. Dalam penguat
transistor, level tegangan dan arus yang tetap tersebut akan menempatkan suatu titik kerja
pada kurva karakteristik sehingga menentukan daerah kerja transistor. Daerah kerja
transistor memiliki titik yang biasanya disebut sebagai Quiescent Point. Disamping itu
yang perlu diperhatikan adalah agar titik kerja tidak diletakkan diluar batas maksimum dari
arus maupun tegangan yang sudah ditentukan oleh pabrik agar tidak merusak transistor itu
sendiri.
Agar transistor bekerja pada suatu titik kerja tertentu diperlukan rangkaian bias. Rangkaian
bias ini akan menjamin pemberian tegangan bias pada junction E-B dan B-C dari transistor
dengan benar. Transistor akan bekerja pada daerah aktif bila junction E-B diberi bias maju
dan B-C diberi bias mundur. Dalam praktek dikenal berbagai bentuk rangkaian bias yang
masing-masing mempunyai keuntungan dan kerugian. Kemantapan kerja transistor
terhadap pengaruh temperatur merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan bentuk rangkaian bias. Karena perubahan temperatur akan mempengaruhi β
(faktor penguatan arus pada CE) dan arus bocor ICBO
Secara umum ada beberapa teknik bias sederhana yang cukup populer:
a. Fixed Bias
Rangkaian bias tetap cukup sederhana karena hanya terdiri atas dua resistor RB dan RC.
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
Dalam metode ini, resistor RB dengan resistansi tinggi dihubungkan ke basis, sesuai
dengan namanya. Arus basis yang dibutuhkan disediakan oleh V CC yang mengalir
melalui RB. Sambungan base emitor bias maju, karena basis positif terhadap emitor.
Besarnya arus basis yang dibutuhkan ditentukan oleh besarnya resistansi RB yang tepat
karena arus kolektor IC = βIB. Makanya nilai RB harus diketahui. Gambar 4.1 di
bawah ini menunjukkan bagaimana metode bias tetap.
I c=βI B
atau
Ic
I B=
β
Dengan menghitung rangkaian tertutup dari VCC, base, emitter and ground, dapat
diterapkan hukum Kirchhoff tegangan,
VCC=IBRB+VBE
Atau
IB.RB=VCC – VBE
Sehingga
Vcc−V BE
RB =
IB
VCC adalah tegangan tertentu yang telah diketahui dan jika IB dipilih pada nilai yang sesuai
maka RB dapat ditentukan langsung, metode ini disebut metode bias tetap.
24
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
Rangkaian collector to base bias sama dengan rangkaian bias tetap kecuali resistor
basis RB dihubungkan ke kolektor, bukan ke suplai VCC seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.2 di bawah ini.
Rangkaian ini dapat meningkatkan stabilitas secara signifikan. Jika nilai IC meningkat,
tegangan di RL meningkat dan karenanya VCE juga meningkat. Hal ini pada gilirannya akan
mengurangi arus basis IB.
Nilai RB dapat dihitung sebagai berikut.
VRL=(IC+IB)RL≅ICRL
Dari gambar,
ICRL+IBRB+VBE=VCC
Atau
IBRB=VCC−VBE−ICRL
Sehingga
Vcc−V BE−I c R L
RB =
IB
Karena
25
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
I c=βI B
maka
IBRB=VCC−VBE−βIBRL
IBRB+βIBRL =VCC−VBE
Sehingga
Vcc−V BE
I B≃
R B+ βR L
c. Voltage Divider Bias
Di antara semua metode pemberian biasing dan stabilisasi, metode bias pembagi
tegangan adalah yang paling baik. Bias diberikan melalui dua resistor R1 dan R2 yang
terhubung ke VCC. Resistor RE yang dipasang di emitor digunakan untuk peningkatan
stabilisasi. Nama pembagi tegangan berasal dari pembagi tegangan yang dibentuk oleh
R1 dan R2. Penurunan tegangan pada resistor maju R2 pada persimpangan base-emitor.
Hal ini menyebabkan arus basis dan arus kolektor arus dalam kondisi sinyal nol.
Gambar 4.3 di bawah menunjukkan rangkaian metode bias pembagi tegangan.
Untuk melakukan analisis dc, perlu dibuat rangkaian ekivalen dari rangkaian tersebut.
Rangkaian bias pembagi tegangan dapat digambarkan rangkaian ekivalennya seperti
gambar 4.4 berikut :
26
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
Dengan RBB = R1 // R2
R2
V BB ≃ Vcc
Dan R 1 +R2
VBB=IBRBB+VBE+IERE
Karena
Vcc−V BE
I B=
I E=( β+1 )I B maka RB +(β +1 )R E sedangkan I C =( β+1)I B
4. Langkah Percobaan
1. Siapkan catu daya ( Power Supply).
2. Pastikan catu daya pada kondisi OFF dan pengatur tegangan pada posisi minimum.
27
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
6. Dengan menggunakan analisis ekivalen dc, hitunglah terlebih dahulu berapa VB,
IC, dan VCE dengan menganggap hFE = = 100 .
7. Pindahkan catu daya ke posisi ON, ukurlah besarnya VB, IC, dan VCE dengan
menggunakan volt meter dan amperemeter.
8. Catat hasilnya pada tabel
2N3094 BC107
VB
IC
VCE
28
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
29
Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Elektro
Prodi Teknik Telekomunikasi Praktek Elektronika Telekomunikasi
14. Dengan menggunakan analisis ekivalen dc, hitunglah terlebih dahulu berapa VB,
IC, dan VCE dengan menganggap hFE = = 100 .
15. Pindahkan catu daya ke posisi ON, ukurlah besarnya VB, IC, dan VCE dengan
menggunakan volt meter dan amperemeter.
16. Catat hasilnya pada tabel
2N3094 BC107
VB
IC
VCE
B. Pertanyaan
30