Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER

STATISTIK TERAPAN
Prodi Magister Akuntansi – FE UNIGA

DOSEN: Drs. Gunadi, M. Sc., Ph.D.

Nama : Ratna Dwi Mei Wulandari


NIM : 21024006

1. a. Metode penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu penelitian deskriptif yang
terfokus pada kasus tertentu. Sedangkan metode statistik menggunakan metode deskriptif
korelasi product moment. Metode penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus yaitu
penelitian deskriptif yang terfokus pada kasus tertentu. Sedangkan metode statistik
menggunakan metode deskriptif korelasi product moment. Metode deskriptif korelasi
product moment yaitu salah satu parametrik dari beberapa jenis uji korelasi yang
digunakan untuk mengetahui derajat keeratan hubungan 2 variabel yang berskala interval
atau rasio dan memiliki distribusi data yang normal.
b. Rumusan Hipotesis
H1 = Apakah terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap penerimaan gaji pertama
H0 = Tidak terdapat pengaruh tingkat pendidikan terhadap penerimaan gaji pertama
c. Tidak sama, hal itu terlihat dari data perhitungan SPSS dimana (a) rata-rata jumlah gaji
pertama Lulusan SMA adalah 60,5; (b) rata-rata jumlah gaji pertama lulusan D3 adalah
54,6; dan (c) rata-rata jumlah gaji pertama lulusan S1 adalah 64,2. Berdasarkan hal
tersebut jumlah gaji pertama tertinggi diterima oleh lulusan S1.

2. 1. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian studi kasus untuk mencari distribusi,
frekuensi karakteristik responden. Penelitian studi kasus yaitu penelitian deskriptif yang
terfokus pada kasus tertentu. Metode statistik yang digunakan yaitu metode distribusi.
2. H1 = Apakah terdpapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kategori pekerjaan
H0 = Tidak terdapat pengaruh antara tingkat pendidikan terhadap kategori pekerjaan
3. Berdasarkan hasil statistik diatas a mendapat nilai 43.3% dan memiliki perkiraan jumlah
kurang dari 5. Jumlah harapan minimum adalah 0,41. Berdasarkan hasil chie square hitung
H1 diterima, yang artinya tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kategori
pekerjaan.

3. a. Asusmsinya yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah kredit gagal membayar,


diantaranya yaitu status bayar (gagal bayar atau tidak gagal bayar), lama bekerja di
tempat sekarang (Years with current employer), lama tinggal di alamat sekarang (Years at
current address), rasio hutang terhadap penghasilan (Debt to income ratio x100), besar
hutang kartu kredit dalam jutaan (Credit card debt).
b. Berdasarkan koefisien model fungsi diskriminan yang dihasilkan menyatakan nilai fungsi
diterima sebesar 1.037 dan nilai fungsi yang ditolak sebesar -343.
c. Berdasarkan hasil perhtungan SPPS diatas variabel dengan nilai Uji Wilks’
Lambda tertinggi yaitu variabel rasio hutang terhadap penghasilan (Debt to income ratio
x100) dengan nilai t hitung sebesar 73,5. Variabel tertinggi kedua yaitu variabel lama
bekerja di tempat sekarang (Years with current employer) dengan nilai t hing sebesar
43,26. Kemudian disusul dengan variabel besar hutang kartu kredit dalam jutaan (Credit
card debt) dengan nilai t hitung sebesar 26,5. Yang terakhir yaitu lama tinggal di alamat
sekarang (Years at current address) dengan nilai t hitung sebesar 12,9. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel yang paling baik untuk mendiskriminasi nasabah yang gagal
bayar dan yang tidak gagal bayar adalah variabel Debt to income ratio x100 dengan nilai
73,5. Yang artinya ketika nasabah mengajukan hutang akan tetapi tidak memiliki
penghasilan maka terindikasi akan gagal dalam membayar pinjaman tersebut dan
mengakibatkan kredit macet.
d. Hasil klasifikasi menggunakan model diskriminan linier yang dihasilkan menunjukkan
bahwa terdapat beberapa nasabah yang salah diklasifikasi oleh model. Dari data nasabah
yang tidak disertakan dalam pembentukan model, berapa sebanyak 150 nasabah salah
diklasifikasikan.
e. Penyusunan model / fungsi diskriman hendaknya memperhatikan ukuran masing-masing
kelompok yang dapat mengindikasikan probabilitas masuk ke dalam salah satu kelompok.
Misalnya kelompok gagal bayar berjumlah lebih sedikit dari yang tidak gagal bayar, maka
kemungkinan gagal bayar lebih kecil. Jika resiko biaya yang harus ditanggung untuk
mengklasifikasi nasabah gagal bayar jauh lebih besar dari pada yang tidak, maka ada
baiknya hal ini dimasukkan dalam menentukan apakah calon nasabh akan diklasifikasi
gagal bayar.
f. Berdasarkan analsis ansabah tersebut telah bekerja selama 17 tahun, telah tinggal di alamat
tempat tinggal selama 12 tahun, rasio hutang terhadap pengahasilan sebesar 9,30% dan
besar hutang kartu kredit sebesar 11,36 juta. Sehingga pengajuan kredit nasabah tersebut
ditolak, karena antara pengahsilan dan hutang tidak seimbang.

4. a. Jika menggunakan kemiripan dengan jarak sebesar 20 maka jumlah klaster yang dihasilkan
oleh metode pengklasteran adalah sebanyak 2 klaster.
b. Anggota (mobil-mobil) masing-masing klaster jika pengklasteran menggunakan jarak
kemiripan 20 adalah Accord, Corolla, Cavalier, Civid, dan Focus.

Anda mungkin juga menyukai