id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan pustaka
1. Kanker
Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan
multiseluler (Meiyanto et al., 2003). Kanker ditandai dengan kelainan siklus sel
melalui peredaran darah atau limfatik, disebut juga fase metastasis (National
Cancer Institute). Menurut King (2000) Pada tahap awal, kanker berkembang
menjadi kanker in situ di mana sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi
normal menjadi sel kanker. Hiperplasia yaitu keadaan saat sel normal bertumbuh
dalam jumlah yang berlebihan disuatu jaringan. Perubahan ini dipicu oleh agen
susunan DNA fungsional atau gen sehingga terjadi mutasi. Proses mutasi akan
mengubah fungsi protoonkogen. Gen yang berubah susunannya antara lain adalah
gen yang berfungsi menekan pertumbuhan tumor (tumor suppressor gene) atau,
misalnya saja gen p53 (Nurlaila dan Hadi, 2008). Perubahan spesifik pada DNA
sel target menuntun pada proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
hiperplasia dapat kembali ke tingkat normal secara spontan, tetapi pada tingkat
Displasia yaitu pertumbuhan sel yang tidak normal dan dapat dilihat dari
mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan
menjadi cepat dan berubah menjadi bentuk tumor jinak (Silalahi, 2006).
Neoplasia yaitu sel pada jaringan yang telah berproliferasi secara tidak
normal dan bersifat invasive. Perubahan pertumbuhan sel menjadi tidak terkendali
tersebut disebabkan karena kerusakan DNA sehingga terjadi mutasi gen yang
mengkontrol pembelahan sel. Mutasi gen dapat disebabkan karena paparan zat
kimia maupun fisaika disebut zat karsinogenik, juga dapat terjadi secara spontan
neoplasia akan meningkat. Metastasis yaitu proses keluarnya sel kanker dari
kumpulannya dan menyebar ke bagian tubuh yang lain melewati aliran darah
maupun sistem getah bening. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh
berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk sel kanker ganas (Silalahi,
2006).
Kingdom : Plantae
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Famili : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Pohon kayu manis memiliki tinggi 6-12 m dengan akar tunggang dan
batang yang kuat dan keras, berkayu serta bercabang. Kulit batang dan daun
berbau aromatik kayu manis yang kuat, karena semua bagian terdapat sel-sel
tradisional baik sebagai bumbu masak maupun sebagai bahan dalam pengobatan
tradisional misalnya karminatif (Tyler et al., 1988). Kayu manis juga berkhasiat
pencernaan. Kayu manis juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Bisset &
Wichtl, 2001).
3. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak
nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami (Robbers et al.,
1996).
Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau
berwarna pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, dan larut di
dalam pelarut organik, tetapi sukar larut dalam air. Minyak atsiri larut dalam
etanol yang kadarnya diatas 70%. Kelarutan miyak atsiri akan lebih rendah jika
mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar. Minyak atsiri menguap pada suhu
kamar, penguapan makin banyak bila suhu dinaikkan (Robbers et al., 1996 ;
Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit batang, kulit ranting
atau daunnya dengan cara destilasi. Metode destilasi uap dan air digunakan untuk
mendapatkan destilat dengan jumlah banyak dan melindungi minyak atsiri dari
paparan langsung air panas, sehingga kualitas minyak tetap terjaga. Pada destilasi
uap dan air, bahan yang didestilasi diletakkan di dalam angsang alat destilasi,
sehingga tidak mengalami kontak langsung dengan alas dasar ketel (Guenther,
2006). Suhu yang digunakan pada destilasi uap dan air tidak pernah lebih dari
110°C. Dengan alasan itu, maka kerusakan minyak menjadi lebih kecil
dibandingkan dengan minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan uap langsung,
Kandungan minyak atsiri dalam kulit batang kayu manis yang berasal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
eugenol (<0,5%) dan coumarin (1,5-4%) (Bruneton, 1999). Selain itu, kulit batang
merusak proses kehidupan, diduga senyawa ini juga berkhasiat sebagai anti
menyebabkan gangguan yang cukup berarti pada pergerakan ion proton yang
dimulai karena adanya kebocoran beberapa ion tanpa adanya kerusakan yang luas
tidak jenuh pada atom C dan gugus karbonil C=O, karena adanya gugus karbonil
maka akan terjadi resonansi ke kanan, sehingga bagian gugus beta akan
bermuatan positif. DNA bakteri yang bermuatan negatif akan berikatan dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
gugus beta dari senyawa cinnamaldehyde, akibatnya sel tidak dapat melakukan
berdasarkan distribusinya pada fase diam dan fase gerak. Komponen yang
memiliki interaksi lebih besar maka akan bertahan lebih lama. Sebaliknya apabila
komponen memiliki interaksi yang lebih besar terhadap fase gerak akan bergerak
yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Kromatografi Lapis Tipis juga
dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi
kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk
dkk., 1991).
10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi
dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai
standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa
dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Gritter dkk., 1991).
kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata
partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering
digunakan adalah silica dan serbuk selulosa. Sistem yang paling sederhana ialah
campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat
mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal
sinar UV 254 nm, indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan
cahaya pada 254 atau 366 nm akan tampak sebagai bercak gelap pada plat yang
pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang umum digunakan dapat dilihat pada
Tabel 1.
11
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Vanilin asam 1 gram vanilin dalam Disemprot dan Pereaksi umum yang
sulfat asam sulfat pekat dipanaskanhingga digunakan. Terpen
muncul warna akan menghasilkan
warna merah atau
biru
Asam Asam fosfomolibdat Disemprot dan Untuk mendeteksi
fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol dipanaskan hingga terpen dengan
muncul warna bercak biru berlatar
kuning
Reagen 10 mL larutan KI 40% Jika reaksi tidak Deteksi alkaloid
Dragendorff ditambahkan dengan 10 spontan maka menghasilkan warna
mL larutan 0,85 gram diperlukan oranye pekat hingga
bismuth subnitrat pemanasan merah
dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL air.
Larutan tersebut
diencerkan dalam 10
mL asam asetat dan 50
mL air
Minyak atsiri yang diperoleh dari proses destilasi kulit batang kayu
(KLT) menggunakan fase diam Silica Gel GF 254 dengan fase gerak Toluen-Etil
asetat dengan perbandingan 93:7. Plat diperiksa dibawah sinar UV 254nm dan
2008).
Artemia salina Leach. atau sering disebut brine shrimp adalah sejenis
12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
garam tinggi (antara 15-300 per mil). Artemia salina Leach. merupakan salah satu
perputaran energi dalam rantai makanan, selain itu A. salina Leach. juga dapat
digunakan dalam uji laboratorium untuk mendeteksi toksisitas suatu senyawa dari
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Crustacea
Ordo : Arostracia
Familia : Artemiidae
Genus : Artemia
pipih, yaitu bagian tubuh yang menyerupai daun yang bergerak dengan ritme
teratur (Gambar 2). Artemia salina Leach. dewasa berwarna putih pucat, merah
muda, hijau, atau transparan dan biasanya hanya hidup beberapa bulan. Memiliki
mulut dan sepasang mata pada antenanya dapat dilihat pada gambar 2 (Kanwar,
2007).
13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
kering dan bulat penuh dalam keadaan basah. Warnanya coklat dan diselubungi
oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi
sampai enam bulan. Sementara induk-induk betinanya akan bertelur setiap 4-5
hari sekali, dihasilkan 50-300 telur atau nauplius. Nauplis akan dewasa setelah
yang disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kecoklatan
dengan diameter berkisar 200-300 mikron. Kista yang berkualitas baik akan
menetas sekitar 18-24 jam apabila diinkubasi air yang bersalinitas 5-70 permil.
Ada beberapa tahapan pada proses penetasan A. salina Leach. ini yaitu tahap
hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung atau tahap pengeluaran. Tahap
hidrasi terjadi penyerapan air sehingga kista yang diawetkan dalam bentuk kering
14
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tersebut akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalah
tahap pecah cangkang dan disusul tahap payung yang terjadi beberapa saat
Artemia yang baru menetas tidak makan, karena mulut dan anusnya
belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka berganti kulit
dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka mulai makan, dengan
pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya
mereka tidak pemilih jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut
tersedia di air dengan ukuran yang sesuai. Naupli berganti kulit sebanyak 15 kali
sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran
sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai
ukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi
500 kali dibandingakan biomas pada fase naupli. Fase hidup Artemia salina dapat
15
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada
hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun
dan merusak organisme (Sola dosis facit venenum : hanya dosis membuat racun,
Paracelsus) (Tjay, 2002). Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah
satu metode skrining untuk mengetahui ketoksikan suatu ekstrak ataupun senyawa
bahan alam (Meyer et al., 1982). Uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah
kematian larva Artemia salina Leach. karena pengaruh ekstrak atau senyawa
bahan alam pada konsentrasi yang diberikan (McLaughlin, 1998; Silva et al.,
2007).
inhalasi atau menggunakan media air. Kematian pada hewan uji digunakan
1975). Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya nilai LC50 selama 24
jam. Data tersebut dianalisis menggunakan probit analisis untuk mengetahui nilai
LC50. Jika nilai LC50 masing-masing ekstrak atau senyawa yang diuji kurang dari
sederhana pada dosis yang rendah dan sebagian besar senyawa anti tumor adalah
16
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
sitotoksik, maka BSLT dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa anti
sel. Pengujian ini adalah pengujian letalitas yang sederhana dan tidak spesifik
untuk aktifitas tumor, tetapi merupakan indikator toksisitas yang baik dan
menunjukkan korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor lainnya seperti uji
biaya yang rendah serta korelasinya terhadap pengujian toksisitas dan pengujian
tumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di laboratorium dengan
fasilitas sederhana (Sunarni dkk., 2003; Anderson et al., 1991; Sukardiman dkk.,
2004).
toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik
dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif. Metode BSLT dapat
digunakan dari berbagai system uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan,
anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik, dan ketoksikan dari hewan dan
tumbuhan laut serta senyawa racun dari tumbuhan darat. (Dwiatmaka, 2001;
larva udang merupakan general biossay sehingga semua zat dapat menembus
masuk menembus dinding sel larva tersebut. Biossay adalah suatu pengujian
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tentang toksisitas pada suatu produk dalam rangka pencarian produk alam yang
B. Kerangka pemikiran
pengembangan obat kanker. Obat alami dipilih karena tidak banyak efek samping
serta murah dan mudah diperoleh dari alam. Kayu manis merupakan tanaman
tetapi efeknya sebagai antikanker belum banyak diteliti. Bagian yang sering
digunakan sebagai obat adalah minyak atsiri hasil destilasi kulit batangnya.
merusak proses kehidupan, adanya sifat ini diduga berpotensi sebagai terapi
sampingan untuk penyakit kanker. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
skrining awal anti kanker dengan uji toksisitas larva Artemia salina Leach. Bagan
18
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
1. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak atsiri kulit batang kayu
2. Nilai LC50 dari uji toksisitas yang terkandung dalam minyak atsiri kulit
batang kayu manis terhadap larva Artemia salina Leach. bersifat toksik,
3. Profil KLT dari minyak atsiri hasil destilasi kulit batang kayu manis dapat
terdeteksi.
19
commit to user