Anda di halaman 1dari 15

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan pustaka

1. Kanker

Kanker adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan

mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis pada organisme

multiseluler (Meiyanto et al., 2003). Kanker ditandai dengan kelainan siklus sel

khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali,

menyerang jaringan biologis disekitarnya dan bermigrasi ke jaringan tubuh lain

melalui peredaran darah atau limfatik, disebut juga fase metastasis (National

Cancer Institute). Menurut King (2000) Pada tahap awal, kanker berkembang

menjadi kanker in situ di mana sel-sel pada jaringan tersebut masih terlokalisasi

dan mungkin memiliki kesamaaan fungsional dengan sel normal.

Hiperplasia, displasia, dan neoplasia menjadi penyebab perubahan sel

normal menjadi sel kanker. Hiperplasia yaitu keadaan saat sel normal bertumbuh

dalam jumlah yang berlebihan disuatu jaringan. Perubahan ini dipicu oleh agen

karsinogenik (zat yang dapat menimbulkan kanker) mulai bekerja mengubah

susunan DNA fungsional atau gen sehingga terjadi mutasi. Proses mutasi akan

mengubah fungsi protoonkogen. Gen yang berubah susunannya antara lain adalah

gen yang berfungsi menekan pertumbuhan tumor (tumor suppressor gene) atau,

misalnya saja gen p53 (Nurlaila dan Hadi, 2008). Perubahan spesifik pada DNA

sel target menuntun pada proliferasi abnormal sebuah sel. Sel yang mengalami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

hiperplasia dapat kembali ke tingkat normal secara spontan, tetapi pada tingkat

lebih lanjut menjadi ganas (Silalahi, 2006).

Displasia yaitu pertumbuhan sel yang tidak normal dan dapat dilihat dari

perkembangan nukleusnya. Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas

mitosis meningkat, dan tidak ada ciri khas sitoplasma yang berhubungan dengan

diferensiasi sel pada jaringan. Sel-sel akan tumbuh sehingga pertumbuhannya

menjadi cepat dan berubah menjadi bentuk tumor jinak (Silalahi, 2006).

Neoplasia yaitu sel pada jaringan yang telah berproliferasi secara tidak

normal dan bersifat invasive. Perubahan pertumbuhan sel menjadi tidak terkendali

tersebut disebabkan karena kerusakan DNA sehingga terjadi mutasi gen yang

mengkontrol pembelahan sel. Mutasi gen dapat disebabkan karena paparan zat

kimia maupun fisaika disebut zat karsinogenik, juga dapat terjadi secara spontan

ataupun diwariskan (mutasi germline). Potensi metastatik sel yang mengalami

neoplasia akan meningkat. Metastasis yaitu proses keluarnya sel kanker dari

kumpulannya dan menyebar ke bagian tubuh yang lain melewati aliran darah

maupun sistem getah bening. Sel-sel yang menyebar ini kemudian akan tumbuh

berkembang di tempat baru, yang akhirnya membentuk sel kanker ganas (Silalahi,

2006).

2. Kayu manis (Cinnamomum burmanii BI.)

Klasifikasi dari Kayu manis (Cinnamomum burmanii BI.) menurut

Rismunandar (2001) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Laurales

Famili : Lauraceae

Genus : Cinnamomum

Species : Cinnamomum burmanii BI.

Pohon kayu manis memiliki tinggi 6-12 m dengan akar tunggang dan

batang yang kuat dan keras, berkayu serta bercabang. Kulit batang dan daun

berbau aromatik kayu manis yang kuat, karena semua bagian terdapat sel-sel

yang mengandung minyak atsiri (Departemen Kesehatan RI, 1997).

Tanaman kayu manis terutama bagian kulit batangnya digunakan secara

tradisional baik sebagai bumbu masak maupun sebagai bahan dalam pengobatan

tradisional misalnya karminatif (Tyler et al., 1988). Kayu manis juga berkhasiat

mengatasi masuk angin, diare, dan penyakit yang berhubungan dengan

pencernaan. Kayu manis juga memiliki aktivitas sebagai antioksidan (Bisset &

Wichtl, 2001).

3. Minyak Atsiri

Minyak atsiri dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak

esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar minyak

nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang, namun mudah menguap

sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami (Robbers et al.,

1996).

Pada umumnya minyak atsiri dalam keadaan segar tidak berwarna atau

berwarna pucat, berbau sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, dan larut di

dalam pelarut organik, tetapi sukar larut dalam air. Minyak atsiri larut dalam

etanol yang kadarnya diatas 70%. Kelarutan miyak atsiri akan lebih rendah jika

mengandung fraksi terpen dalam jumlah besar. Minyak atsiri menguap pada suhu

kamar, penguapan makin banyak bila suhu dinaikkan (Robbers et al., 1996 ;

Departemen Kesehatan RI, 1985).

Minyak atsiri kayu manis dapat diperoleh dari kulit batang, kulit ranting

atau daunnya dengan cara destilasi. Metode destilasi uap dan air digunakan untuk

mendapatkan destilat dengan jumlah banyak dan melindungi minyak atsiri dari

paparan langsung air panas, sehingga kualitas minyak tetap terjaga. Pada destilasi

uap dan air, bahan yang didestilasi diletakkan di dalam angsang alat destilasi,

sehingga tidak mengalami kontak langsung dengan alas dasar ketel (Guenther,

2006). Suhu yang digunakan pada destilasi uap dan air tidak pernah lebih dari

110°C. Dengan alasan itu, maka kerusakan minyak menjadi lebih kecil

dibandingkan dengan minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan uap langsung,

terutama uap bertekanan tinggi (Guenther, 2006).

Kandungan minyak atsiri dalam kulit batang kayu manis yang berasal

dari Indonesia sebanyak 1,3-2,7%. Kandungan utama minyaknya adalah

cinnamaldehyde (65-80%) (Kardinan, 2005). Minyak pada kulit batang kayu

manis mengandung cukup banyak aldehid, termasuk didalamnya yaitu:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

cinnamaldehyde (70-88%), (E)-0-methoxy-cinnamaldehyde (3-15%),

benzaldehyde (0,5-2%), salicylaldehyde (0,2-1%), cinnamyl acetate (0-6%),

eugenol (<0,5%) dan coumarin (1,5-4%) (Bruneton, 1999). Selain itu, kulit batang

kayu manis juga mengandung phenylpropanes lainnya meliputi

hydroxycinnamaldehyde, o-methoxycinnamaldehyde, cinnamyl alcohol dan

asetatnya, dan terpena diantarannya limonene, a-terpineol, tannin, mucilage,

oligoeric procyanidins dan kumarin (Bisset & Wichtl, 2001).

Kandungan cinnamaldehyde pada minyak atsiri kulit batang kayu manis

berkhasiat sebagai fungisida dan bakterisida karena bersifat menghambat dan

merusak proses kehidupan, diduga senyawa ini juga berkhasiat sebagai anti

kanker (Bisset & Wichtl, 2001). Cinnamaldehyde merupakan senyawa organik

yang mempunyai gugus fungsi karbonil (Gambar 1). Penelitian menunjukkan

bahwa mekanisme cinnamaldehyde diduga menghambat sintesis dinding sel atau

menghambat biosintesis enzim. Pada interaksi cinamaldehyde dengan dinding sel

menyebabkan gangguan yang cukup berarti pada pergerakan ion proton yang

dimulai karena adanya kebocoran beberapa ion tanpa adanya kerusakan yang luas

pada komponen sel. Selain itu, cinnamaldehyde juga menghambat transport

glukosa sehingga mengahambat proses glikolisis pada sel. Mekanisme toksik

cinnamaldehyde terjadi karena senyawa cinnamaldehyde memiliki gugus alfa-beta

tidak jenuh pada atom C dan gugus karbonil C=O, karena adanya gugus karbonil

maka akan terjadi resonansi ke kanan, sehingga bagian gugus beta akan

bermuatan positif. DNA bakteri yang bermuatan negatif akan berikatan dengan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

gugus beta dari senyawa cinnamaldehyde, akibatnya sel tidak dapat melakukan

replikasi dan sintesis protein (Fessenden & Fessenden,1986).

Gambar 1. Struktur kimia cinnamaldehyde (Egawa et al., 2008)

4. KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran

senyawa menjadi senyawa murninya. Prinsip KLT adalah pemisahan komponen

berdasarkan distribusinya pada fase diam dan fase gerak. Komponen yang

memiliki interaksi lebih besar maka akan bertahan lebih lama. Sebaliknya apabila

komponen memiliki interaksi yang lebih besar terhadap fase gerak akan bergerak

lebih cepat (Gritter dkk., 1991).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dapat digunakan untuk memisahkan

senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon

yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas. Kromatografi Lapis Tipis juga

dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi

yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara

kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk

pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis (Gritter

dkk., 1991).

10

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi

dengan pereaksi-pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang

diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai

Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa

standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa

dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh

karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0 (Gritter dkk., 1991).

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran

kecil dengan diameter partikel antara 10-30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata

partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin

baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering

digunakan adalah silica dan serbuk selulosa. Sistem yang paling sederhana ialah

campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat

mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal

(Gandjar & Rahmat, 2008).

Deteksi senyawa dilakukan dengan menggunakan detektor UV di bawah

sinar UV 254 nm, indikator pada plat KLT akan memancarkan warna hijau dan

pada UV 366 nm akan memancarkan warna ungu. Komponen yang menyerap

cahaya pada 254 atau 366 nm akan tampak sebagai bercak gelap pada plat yang

bercahaya (Gibbons, 2006). Metode deteksi lain adalah dengan menggunakan

pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang umum digunakan dapat dilihat pada

Tabel 1.

11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 1. Beberapa Jenis Pereaksi Semprot untuk KLT (Gibbons, 2006)

Pereaksi Komposisi Perlakuan Keterangan


semprot

Vanilin asam 1 gram vanilin dalam Disemprot dan Pereaksi umum yang
sulfat asam sulfat pekat dipanaskanhingga digunakan. Terpen
muncul warna akan menghasilkan
warna merah atau
biru
Asam Asam fosfomolibdat Disemprot dan Untuk mendeteksi
fosfomolibdat 5% b/v dalam etanol dipanaskan hingga terpen dengan
muncul warna bercak biru berlatar
kuning
Reagen 10 mL larutan KI 40% Jika reaksi tidak Deteksi alkaloid
Dragendorff ditambahkan dengan 10 spontan maka menghasilkan warna
mL larutan 0,85 gram diperlukan oranye pekat hingga
bismuth subnitrat pemanasan merah
dalam 10 mL asam
asetat dan 50 mL air.
Larutan tersebut
diencerkan dalam 10
mL asam asetat dan 50
mL air

Minyak atsiri yang diperoleh dari proses destilasi kulit batang kayu

manis dipisahkan dan diidentifikasi dengan metode Kromatografi Lapis Tipis

(KLT) menggunakan fase diam Silica Gel GF 254 dengan fase gerak Toluen-Etil

asetat dengan perbandingan 93:7. Plat diperiksa dibawah sinar UV 254nm dan

365nm kemudian di deteksi dengan pereaksi semprot spesifik berupa reagen

vanillin-asam sulfat selanjutnya dihitung Rf yang dihasilkan (Dian & Widodo,

2008).

5. Artemia salina Leach.

Artemia salina Leach. atau sering disebut brine shrimp adalah sejenis

udang-udangan primitif. Hewan ini hidup planktonik di perairan yang berkadar

12

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

garam tinggi (antara 15-300 per mil). Artemia salina Leach. merupakan salah satu

komponen penyusun ekosistem laut yang keberadaannya sangat penting untuk

perputaran energi dalam rantai makanan, selain itu A. salina Leach. juga dapat

digunakan dalam uji laboratorium untuk mendeteksi toksisitas suatu senyawa dari

ekstrak tumbuhan (Kanwar, 2007).

a. Klasifikasi Artemia salina Leach.

Berikut ini klasifikasinya :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Classis : Crustacea

Ordo : Arostracia

Familia : Artemiidae

Genus : Artemia

Species : Artemia salina

b. Karakteristik Artemia salina

Artemia salina Leach. dewasa memiliki panjang tubuh umumnya sekitar

8-10 mm bahkan mencapai 15 mm tergantung lingkungan. Tubuhnya memanjang

terdiri sedikitnya 20 segmen dan dilengkapi kira-kira 10 pasang phyllopodia

pipih, yaitu bagian tubuh yang menyerupai daun yang bergerak dengan ritme

teratur (Gambar 2). Artemia salina Leach. dewasa berwarna putih pucat, merah

muda, hijau, atau transparan dan biasanya hanya hidup beberapa bulan. Memiliki

mulut dan sepasang mata pada antenanya dapat dilihat pada gambar 2 (Kanwar,

2007).

13

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 2. Artemia salina Leach. (Croghan, 1957)

Telur Artemia salina Leach. berbentuk bulat berlekuk dalam keadaan

kering dan bulat penuh dalam keadaan basah. Warnanya coklat dan diselubungi

oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berfungsi untuk melindungi

embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultraviolet dan

mempermudah pengapungan. A. Salina Leach. yang sudah dewasa dapat hidup

sampai enam bulan. Sementara induk-induk betinanya akan bertelur setiap 4-5

hari sekali, dihasilkan 50-300 telur atau nauplius. Nauplis akan dewasa setelah

berumur 14 hari, dan siap untuk berkembang biak (Mudjiman, 1995).

Artemia salina Leach. dapat diperjualbelikan dalam bentuk telur istirahat

yang disebut kista. Kista ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kecoklatan

dengan diameter berkisar 200-300 mikron. Kista yang berkualitas baik akan

menetas sekitar 18-24 jam apabila diinkubasi air yang bersalinitas 5-70 permil.

Ada beberapa tahapan pada proses penetasan A. salina Leach. ini yaitu tahap

hidrasi, tahap pecah cangkang dan tahap payung atau tahap pengeluaran. Tahap

hidrasi terjadi penyerapan air sehingga kista yang diawetkan dalam bentuk kering

14

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tersebut akan menjadi bulat dan aktif bermetabolisme. Tahap selanjutnya adalah

tahap pecah cangkang dan disusul tahap payung yang terjadi beberapa saat

sebelum nauplius keluar dari cangkang (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Artemia yang baru menetas tidak makan, karena mulut dan anusnya

belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam menetas mereka berganti kulit

dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka mulai makan, dengan

pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainnya. Pada dasarnya

mereka tidak pemilih jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut

tersedia di air dengan ukuran yang sesuai. Naupli berganti kulit sebanyak 15 kali

sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran

sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai

ukuran sampai dengan 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya akan mencapi

500 kali dibandingakan biomas pada fase naupli. Fase hidup Artemia salina dapat

dilihat pada Gambar 3 (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Gambar 3. Siklus hidup Artemia salina Leach. (Abatzopolulos et al., 2010)

15

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari suatu zat

terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok farmakodinamika,

karena efek terapeutis obat berhubungan erat dengan efek toksisnya. Pada

hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup tinggi dapat bekerja sebagai racun

dan merusak organisme (Sola dosis facit venenum : hanya dosis membuat racun,

Paracelsus) (Tjay, 2002). Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah

satu metode skrining untuk mengetahui ketoksikan suatu ekstrak ataupun senyawa

bahan alam (Meyer et al., 1982). Uji toksisitas ini dapat diketahui dari jumlah

kematian larva Artemia salina Leach. karena pengaruh ekstrak atau senyawa

bahan alam pada konsentrasi yang diberikan (McLaughlin, 1998; Silva et al.,

2007).

Angka kematian hewan coba dihitung sebagai Median Lethal Dose

(LC50) atau Median Lathal Concentration (LC50). Penggunaan LC50 dimaksudkan

untuk pengujian ketoksikan dengan perlakuan terhadap hewan coba secara

inhalasi atau menggunakan media air. Kematian pada hewan uji digunakan

sebagai pedoman untuk memperkirakan dosis kematian pada manusia (Cassaret,

1975). Metode ini dilakukan dengan menentukan besarnya nilai LC50 selama 24

jam. Data tersebut dianalisis menggunakan probit analisis untuk mengetahui nilai

LC50. Jika nilai LC50 masing-masing ekstrak atau senyawa yang diuji kurang dari

1000 μg/mL maka dianggap menunjukkan adanya aktivitas biologik. Dengan

berdasarkan pada pemikiran bahwa efek farmakologi adalah toksikologi

sederhana pada dosis yang rendah dan sebagian besar senyawa anti tumor adalah

16

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sitotoksik, maka BSLT dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa anti

tumor. Senyawa yang mempunyai kemampuan membunuh larva udang

diperkirakan juga mempunyai kemampuan membunuh sel kanker dalam kultur

sel. Pengujian ini adalah pengujian letalitas yang sederhana dan tidak spesifik

untuk aktifitas tumor, tetapi merupakan indikator toksisitas yang baik dan

menunjukkan korelasi yang kuat dengan pengujian antitumor lainnya seperti uji

sitotoksitas dan uji leukemia tikus. Karena kesederhanaan prosedur pengerjaan,

biaya yang rendah serta korelasinya terhadap pengujian toksisitas dan pengujian

antitumor menjadikan BSLT sebagai uji hayati pendahuluan untuk aktivitas

tumor yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin di laboratorium dengan

fasilitas sederhana (Sunarni dkk., 2003; Anderson et al., 1991; Sukardiman dkk.,

2004).

Metode BSLT juga digunakan untuk mendeteksi keberadaan senyawa

toksik dalam proses isolasi senyawa dari bahan alam yang berefek sitotoksik

dengan menentukan harga LC50 dari senyawa aktif. Metode BSLT dapat

digunakan dari berbagai system uji seperti uji pestisida, mitotoksin, polutan,

anastetik, komponen seperti morfin, karsinogenik, dan ketoksikan dari hewan dan

tumbuhan laut serta senyawa racun dari tumbuhan darat. (Dwiatmaka, 2001;

Mukhtar dkk., 2007).

Alasan digunakannya larva udang dalam percobaan ini adalah karena

larva udang merupakan general biossay sehingga semua zat dapat menembus

masuk menembus dinding sel larva tersebut. Biossay adalah suatu pengujian

17

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tentang toksisitas pada suatu produk dalam rangka pencarian produk alam yang

potensial yang biasanya menggunakan makhluk hidup sebagai sampel.

B. Kerangka pemikiran

Penelitian tentang bahan obat alami sedang berkembang, salah satunya

pengembangan obat kanker. Obat alami dipilih karena tidak banyak efek samping

serta murah dan mudah diperoleh dari alam. Kayu manis merupakan tanaman

yang banyak dibudidayakan di Indonesia sebagai obat berbagai macam penyakit,

tetapi efeknya sebagai antikanker belum banyak diteliti. Bagian yang sering

digunakan sebagai obat adalah minyak atsiri hasil destilasi kulit batangnya.

Minyak atsiri ini mengandung cinnamaldehyde yang bersifat menghambat dan

merusak proses kehidupan, adanya sifat ini diduga berpotensi sebagai terapi

sampingan untuk penyakit kanker. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk

skrining awal anti kanker dengan uji toksisitas larva Artemia salina Leach. Bagan

kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 4.

18

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pencarian bahan obat alami untuk penyakit kanker

Minyak atsiri kulit batang kayu manis mengandung


cinnamaldehyde yang bersifat menghambat dan merusak
proses kehidupan (Bisset & Wichtl, 2001)

Uji toksisitas dengan metode BSLT

Memperoleh nilai LC50

Menentukan kandungan kimia dengan KLT dan pereaksi


semprot
Gambar 4. Bagan alir kerangka pemikiran

C. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam minyak atsiri kulit batang kayu

manis memiliki potensi sebagai kandidat antikanker.

2. Nilai LC50 dari uji toksisitas yang terkandung dalam minyak atsiri kulit

batang kayu manis terhadap larva Artemia salina Leach. bersifat toksik,

yaitu di bawah 1000 μg/ml.

3. Profil KLT dari minyak atsiri hasil destilasi kulit batang kayu manis dapat

terdeteksi.

19

commit to user

Anda mungkin juga menyukai