Anda di halaman 1dari 8

IV.

PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

A. Latar Belakang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan
keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur pengeluaran
dan penerimaan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan
secara umum.

APBN ditetapkan setiap tahun dan dilaksanakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran


rakyat. Penetapan APBN dilakukan setelah dilakukan pembahasan antara Presiden dan
DPR terhadap usulan RAPBN dari Presiden dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah (DPD). Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2009, APBN
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara Tahun 2009.

PNBP merupakan lingkup keuangan negara yang dikelola dan dipertanggungjawabkan


sehingga Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai lembaga audit yang bebas dan
mandiri turut melakukan pemeriksaan atas komponen yang mempengaruhi pendapatan
negara dan merupakan penerimaan negara2 sesuai dengan undang-undang. Laporan hasil
pemeriksaan BPK kemudian diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

B. DASAR HUKUM
1. UU No. 20 Tahun 1997 ttg PNBP;
2. UU No. 17 Tahun 2003
3. PP No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran PNBP;
4. PP No. 59 Tahun 1998 ttg Tarif atas Jenis PNBP Yang Berlaku Pada Dephutbun;
5. PP 73 Tahun 1999 ttg Tata Cara Penggunaan PNBP Yang Bersumber dari Kegiatan
Tertentu;
6. PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;
7. PP No. 22 tahun 2005 ttg Pemeriksaan PNBP
8. PP No. 36 tahun 2010 ttg Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam
9. Permenkeu No. 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan dan Penyusunan
Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian / Lembaga / Kantor / Satuan
Kerja.
10. Permenkeu No. 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan
Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran PNBP Yang Terutang.
11. Permenkeu No. 231/PMK.02/2009 tentang Pedoman Umum Pemeriksaan PNBP.
12. Permenkeu No. 34 Tahun 2011 ttg Pengajuan dan Penyelesaian Keberatan Atas
Penetapan PNBP Yang Terutang.
13. Permenhut No. P.02/Menhut-II/2006 tentang Juklak Penatausahaan Pungutan dan
Iuran Bidang PHKA.
14. Permenhut No. P.11/Menhut-II/2007 ttg Pembagian Rayon di TN, Tahura, TWA,
Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan PNBP.
15. Permenhut No. P.48/Menhut-II/2010 ttg Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka
Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 03/PMK.02/2013 Tentang Tata Cara
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Oleh Bendahara Penerimaan
17. Menperindag No.476/MPP/Kep/8/2004 Tentang Penetapan Harga Patokan Tumbuhan
Alam dan Satwa Liar yang dilindungi.
18. Kepmenkeu No. 656/KMK.06/2001 tentang Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,
Penyetoran Pungutan dan Iuran Bidang PHKA.
19. Kepmenhut No.447/Kpts-II/2003 tentang Tata Usaha Pengambilan dan Penangkapan
serta Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar
20. Perdirjen Perben No. PER-47/PB/2009 tentang Juklak Penatausahaan dan
Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian /
Lembaga/Kantor/Satuan Kerja.

C. Definisi PNBP

1. PNBP, adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari
penerimaan perpajakan.
2. Kas Negara adalah tempat penyimpanan Uang Negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan
negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
3. Bank Persepsi adalah bank umum yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk
menerima setoran penerimaan negara bukan dalam rangka ekspor dan impor, yang
meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri dan penerimaan bukan pajak.
4. Pos Persepsi adalah kantor pos yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk menerima
setoran penerimaan negara.
5. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja
kementerian/lembaga
6. Bendahara Penerimaan Pembantu adalah bendahara yang bertugas membantu
bendahara penerimaan untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, dan
menatausahakan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada
kantor/satuan kerja kementerian/lembaga.

D. Jenis-jenis PNBP

PNBP dalam UU No. 20 Tahun 1997 dapat dikelompokkan meliputi :


a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana Pemerintah;
b. Penerimaan dari pemanfaatan sumber daya alam;
c. Penerimaan dari hasil-hasil pengelolaan kekayaan Negara yang dipisahkan;
d. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilaksanakan Pemerintah;
e. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan dan yang berasal dari pengenaan denda
administrasi;
f. Penerimaan berupa hibah yang merupakan hak Pemerintah; dan
g. Penerimaan lainnya yang diatur dalam Undang-undang tersendiri.

Pengelompokan PNBP ini kemudian ditetapkan dalam PP No. 22 Tahun 1997 yang telah
diubah dengan PP No. 52 Tahun 1998 dengan menjabarkan jenis-jenis PNBP yang berlaku
umum di semua Departemen dan Lembaga Non Departemen, sebagai berikut :
a. Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan);
b. Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan Negara;
c. Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan Negara;
d. Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro);
e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (tuntutan ganti rugi dan tuntutan
perbendaharaan);
f. Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah; dan
g. Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.

PNBP Direktorat Jenderal PHKA yang terdapat dalam PMK Nomor No 91/PMK.05/2007
tentang Bagan Akun Standar adalah sebgaia berikut :
1. Pendapatan Dana Pengamanan Hutan (Illegal logging), kode MAP 423721
2. Iuran menangkap / mengambil / mengangkut Satwa Liar, Mengangkut / Mengambil
Tumbuhan Alam Hidup atau Mati (IASL/TA), kode MAP 423731.
3. Pungutan Izin Pengusahaan Pariwisata Alam/PIPPA (Kode MAP 423732)
4. Pungutan Izin Pengusahaan Taman Buru /PIPTB (Kode MAK 423733)
5. Pungutan Izin Berburu di taman Buru dan Areal Buru / PIB (Kode MAP 423734)
6. Pungutan Masuk Obyek Wisata Alam (Taman Wisata Alam, Taman Nasional, dan taman
Buru), Kode MAP 423735.
7. Iuran Hasil Usaha Pengusahaan Pariwisata Alam / IHUPA (Kode MAP 423736)
8. Iuran Hasil Usaha Perburuan di Taman Buru / IHUPTB Kode (MPA 423737)

E. Potensi PNBP Bidang PHKA

Harapan peningkatan Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Sektor Kehutanan


khususnya Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam setiap tahunnya diharapkan
semakin meningkat. Dengan beban tersebut telah dilakukan beberapa upaya untuk
meningkatkan PNBP Bidang PHKA diantaranya adalah :
1. Revisi tarif yang tercantum dalam PP nomor 59 tahun 1998 sejak tahun 2007
dengan nomor surat : S.419/Menhut-II/2007 tanggal 2 Juli 2007 perihal Usulan
Perubahan Tarif dan Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Departemen
Kehutanan, namun hingga tanggal 31 desember 2011 revisi dimaskud belum
terlaksana menjadi peraturan baru yang dapat dipedomani oleh setiap satuan kerja.
2. Menyusun Target / Estimasi sejak tahun 2012, secara berjenjang dari tingkat satuan
kerja hingga Eselon I PHKA diteruskan Sekretariat Jenderal Kementerian Kehutanan
melalui Biro Keuangan dengan menggunakan Aplikasi TPRPNBP.11
3. Setiap satuan kerja yang memiliki potensi wisata disarankan untuk mengalokasikan
anggaran yang cukup dan berkesinambungan untuk pengembangan dan
peningkatan dukungan sarana dan prasana kegiatan wisata di wilayah kerjanya.
4. Pada Tingkat Eselon I PHKA dialokasikan anggaran kegiatan Pembinaan /
Optimalisasi PNBP Bidang PHKA.
5. Meningkatkan efektivitas Pelaporan PNBP dari satuan kerja ke eselon I PHKA
dengan menggunakan Aplikasi TPRPNBP.11 Yang dikeluarkan oleh Kementerian
Keuangan melalui Direktorat Jenderal PNBP Kementerian Keuangan.
6. Identifikasi dan Invetarisasi potensi obyek wisata yang ada di daerah melalui
Direktorat teknis PJLKK2HL.
7. Meningkatkan promosi hingga taraf internasional melalui media cetak dan elektronik.
F. Tentang Tata Cara Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Oleh Bendahara
Penerimaan

1. Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara


2. Penyetoran langsung ke Kas Negara dilakukan melalui Bank/Pos Persepsi yang ditunjuk
oleh Bendahara Umum Negara
3. Dalam hal disuatu tempat tertentu tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi, penyetoran
ke Kas Negara dapat dilakukan melalui Bendahara Penerimaan
4. Bendahara Penerimaan berkewajiban melakukan penyetoran secepatnya ke Rekening
Kas Negara
5. Penyetoran PNBP sebagaimana dimaksud pada nomer 5 dilaksanakan oleh Bendahara
Penerimaan setiap akhir hari kerja saat PNBP diterima
6. Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan pada hari kerja berikutnya setelah PNBP
diterima dapat dilakukan dalam hal :
a. PNBP diterima pada hari libur/yang diliburkan;
b. Layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat/kedudukan Bendahara
Penerimaan tidak tersedia; atau
c. Dalam hal tidak tersedia layanan Bank/Pos Persepsi yang sekota dengan tempat
kedudukan Bendahara Penerimaan, sepanjang memenuhi kondisi sebagai berikut:
1). Kondisi geografis satuan kerja yang tidak memungkinkan melakukan penyetoran
setiap hari;
2). Jarak tempuh antara lokasi Bank/Pos Persepsi dengan tempat/kedudukan
Bendahara Penerimaan melampaui waktu 2 jam; dan/atau
3). Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penyetoran PNBP lebih besar daripada
penerimaan yang diperoleh, maka Penyetoran PNBP oleh Bendahara
Penerimaan dapat dilakukan secara berkala.

7. Dalam hal pemungutan PNBP suatu satuan kerja berada di beberapa tempat yang tidak
satu kota dengan Bendahara Penerimaan, dapat ditunjuk Bendahara Penerimaan
Pembantu oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
8. Penyetoran PNBP oleh Bendahara Penerimaan Pembantu ke rekening Kas Negara
dilaksanakan pada hari kerja saat PNBP diterima
9. PNBP yang diterima oleh Bendahara Penerimaan Pembantu setelah pukul 12.00 waktu
setempat disetorkan ke rekening Kas Negara pada hari kerja berikutnya.
10.Dalam hal penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dilakukan,
Bendahara Penerimaan Pembantu dapat menyetorkan PNBP yang diterimanya secara
berkala sesuai ketentuan
11.Bendahara Penerimaan Pembantu melakukan pembukuan atas setoran penerimaan
yang dikelolanya dan melaporkan secara periodik kepada Bendahara Penerimaan
satuan kerja induknya

G. Permohonan untuk melakukan penyetoran secara berkala atas PNBP yang diterima
Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit dilengkapi dengan :
1. Alamat satuan kerja dan alamat bank persepsi/pos persepsi tempat penyetoran PNBP
satker yang bersangkutan;
2. Penjelasan mengenai jarak tempuh, kondisi geografis, dan biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan penyetoran;
3. Usulan periode penyetoran PNBP secara berkala yang akan dilakukan oleh satuan kerja.
4. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan melakukan penelitian dan penilaian
atas permohonan satuan kerja
5. Atas hasil penelitian dan penilaian oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Perbendaharaan dapat menerbitkan surat penolakan atau persetujuan kepada Kepala
satuan kerja untuk melakukan penyetoran PNBP secara berkala.
6. Surat penolakan atau persetujuan, sewaktu-waktu dapat ditinjau kembali oleh Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan
7. Persetujuan penyetoran PNBP secara berkala dapat diberikan dengan ketentuan
penyetoran dilakukan paling sedikit satu kali dalam satu minggu
8. Surat persetujuan atau penolakan penyetoran PNBP secara berkala ditembuskan
kepada Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Direktur Jenderal
Anggaran, dan Pimpinan Instansi Pemerintah satuan kerja yang bersangkutan

H. Izin Penggunaan PNBP

Walaupun PNBP memiliki sifat segera harus disetorkan ke kas negara, namun Sebagian
dana dari suatu Penerimaan Negara Bukan Pajak dapat digunakan oleh Instansi yang
bersangkutan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak. Pemberian ijin penggunaan dan besaran jumlah ditentukan oleh Menteri
Keuangan melalui Keputusan Menteri Keuangan, setelah Pimpinan instansi pemerintah
mengajukan permohonan yang sedikitnya dilengkapi dengan :
a. Tujuan penggunaan dana PNBP antara lain untuk meningkatkan pelayanan,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan produktivitas kerja serta
meningkatkan efisiensi perekonomian;
b. Rincian kegiatan pokok instansi dan kegiatan yang akan dibiayai PNBP;
c. Jenis PNBP beserta tarif yang berlaku; dan
d. Laporan realisasi dan perkiraan tahun anggaran berjalan serta perkiraan untuk 2(dua)
tahun anggaran mendatang.

I. Pemeriksaan PNBP
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan atas kepatuhan pemenuhan
kewajiban PNBP berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang PNBP.
a. Dasar Pemeriksaan
Atas permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah, Instansi Pemeriksa dapat
melaksanakan pemeriksaan terhadap Wajib Bayar yang menghitung sendiri
kewajibannya.
b. Permintaan Pimpinan Instansi Pemerintah dapat dilakukan berdasarkan :
1) Hasil pemantauan Instansi Pemerintah terhadap Wajib Bayar yang bersangkutan;
2) Laporan dari pihak ketiga; atau
3) Permintaan Wajib Bayar atas kelebihan pembayaran PNBP
J. Target PNBP PHKA
Penyusunan Target PNBP Bidang PHKA telah dilakukan secara berjenjang sejak tahun
2011 dari satuan kerja pemungut dan dilakukan pembahasan pada tiap tahapan hingga
ditetapkan oleh DPR-RI sebagai bagian dari Undang Undang APBN tahun berikutnya.
Target PNBP PHKA dalam 4 tahun terakhir sebagai berikut :

Tahun
No Jenis Target 2011 2012 2013 2014
UU No.10/2010 UU No.22/2011 UU No.19/2012 Target Indikatif
1 2 5 7 8 8

1 IASL/TA 10,036,693,685 6,571,832,939 6,511,654,733 8,666,852,026

2 PIPPA 1,056,374,200 3,020,151,360 102,300,300 1,468,111,890

4 MOWA 17,155,263,500 22,087,580,150 29,347,057,000 28,997,238,985

5 IHUPA 638,000,000 145,635,551 124,125,000 227,797,356

Besaran target disusun berdasarkan pertimbangan daya tarik potensi wisata dan dukungan
fasilitas yang dimiliki oleh satker pemungut, faktor realitas juga menjadi pertimbangan agar
jarak antara target yang ditetapkan tidak terlalu jauh.

Dalam grafik

35,000,000,000
30,000,000,000
25,000,000,000
20,000,000,000 IASL/TA
PIPPA
15,000,000,000 MOWA
10,000,000,000 IHUPA

5,000,000,000
-
2011 2012 2013 2014
K. Realisasi PNBP PHKA

Penerimaan Negara Bukan Pajak bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, di
dominiasi dari jenis setoran Iuran Masuk Obyek Wisata Alam MOWA (423735)

Jenis Tahun
No
Penerimaan
2010 2011 2012 s/d April 2013

1 2 5 7 8 8
1 IASL/TA 6,174,098,608 6,201,575,343 6,430,980,457 416,110,014
2 PIPPA 294,319,660 102,922,500 358,418,000 -
3 PIB 1,000,000 300,000 - -
4 MOWA 19,453,725,176 26,679,137,821 20,042,472,484 13,421,018,686
5 IHUPA 1,076,858,586 118,212,233 188,262,278 8,499,112
6 IHUPATB 2,000,000 175,000 750,000 -
Jumlah 27,002,002,030 33,102,322,897 27,020,883,219 13,845,627,812

30,000,000,000

25,000,000,000

20,000,000,000 IASL/TA
PIPPA
15,000,000,000 PIB
MOWA
10,000,000,000 IHUPA
IHUPATB
5,000,000,000

-
2010 2011 2012 s/d April 2013

L. Pelaporan PNBP

PNBP dipungut atau ditagih oleh Instansi Pemerintah (Departemen dan Lembaga Non
Departemen) sesuai dengan perintah UU atau PP atau penunjukan dari Menteri Keuangan,
berdasarkan Rencana PNBP4 yang dibuat oleh Pejabat Instansi Pemerintah5 tersebut.
PNBP yang telah dipungut atau ditagih tersebut wajib dilaporkan secara tertulis oleh Pejabat
Instansi Pemerintah kepada Menteri Keuangan dalam bentuk Laporan Realisasi PNBP
Triwulan yang disampaikan paling lambat 1(satu) bulan setelah triwulan tersebut berakhir,
dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut :
M. PNBP terutang

PNBP yang harus dibayar pada suatu saat atau dalam suatu periode tertentu menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku disebut PNBP yang Terutang. Jumlah PNBP
yang terutang ditentukan dengan cara :

a. Ditetapkan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian paten, pelayanan pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan penjualan karcis masuk; atau
b. Dihitung sendiri oleh Wajib Bayar, antara lain pemanfaatan sumber daya alam.

Juklak PNBP terutang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Terutang.

Anda mungkin juga menyukai