Anda di halaman 1dari 54

iv

v
vi
vii
viii
ix
x
ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JENIS TEAM


GAMES TOURNAMENT DENGAN TEKA-TEKI SILANG UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
XI D SEMESTER GENAP SMPN 1 TANJUNG BINTANG
LAMPUNG SELATAN

Oleh

Annisa Silfiyani, S.Pd

Hasil pengamatan guru IPA SMPN 1 Tanjung Bintang terungkap sulitnya

membelajarkan IPA secara aktif dan sekaligus memperoleh hasil belajar yang

baik. Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru IPA, guru

menyampaikan materi pelajaran, sedangkan siswa hanya mendengarkan dan

mencatat penjelasan dari guru, enggan bertanya dan cenderung diam saat guru

melontarkan pertanyaan.

Dalam proses pembelajaran peran guru lebih dominan sebagai penyampai materi

dan siswa sebagai penerima materi. Variasi kegiatan pembelajaran yang

diterapkan minim, menyebabkan pembelajaran yang berlangsung monoton dan

cenderung kurang bergairah. Berdasarkan uraian diatas diperlukan suatu model

pembelajaran yang melibatkan peran aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif jenis teams

tournament games dengan teka – teki silang

Annisa Silfiyani, S.Pd


Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah (1) Apakah model pembelajaran

kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang dapat

xi
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa ? dan (2) Apakah model

pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang

dapat meningkatkan hasil belajar siswa

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di adalah kelas IX D SMPN 1 Tanjung

Bintang. Lampung Selatan. Semester 2 tahun pelajaran 2016/ 2017. Dengan

jumlah siswa 35 orang. Penelitian ini meliputi 3 siklus tindakan. Dalam 1 siklus

meliputi kegiatan : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

Data dikumpulkan dengan menggunakan jurnal harian, lembar observasi terfokus,

tes hasil belajar dan angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa 36,36%

pada siklus 1 sebesar 54,54% berakhir hingga siklus 3 sebesar 90,90 %. Dan

rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 79,71 menjadi 83,14. Ini berarti terjadi

peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 3,43 poin dan ketuntasan belajar

sebesar naik sebesar 11,43 % pada siklus 1

sebesar 77,14 % menjadi 88,57%. Adanya pernyataan yang positif bahwa model

pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang

sangat menyenangkan.

xii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(UU No 20 Tahun 2003 (pasal 1)) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(UU No 14 Tahun 2005 (pasal 1)) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci

keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten

membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan

pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima.

Sehingga guru selaku pendidik profesional harus mampu mengorganisasi

khususnya pembelajaran dalam kelas, guru sebagai pengajar

dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk peserta

didiknya dan juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru

1
mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang

berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered. hasil

pengamatan guru IPA SMPN 1 Tanjung Bintang terungkap sulitnya

membelajarkan IPA secara aktif dan sekaligus memperoleh hasil belajar yang

baik. Dan rendahnya hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata ulangan harian 1 pada

semester 2 sebesar 56,0.

sedangkan ukuran keberhasilan sebuah proses pembelajaran bila nilai rata – rata

yang diperoleh siswa minimal 6,5 sebanyak 85% dari jumlah siswa .

Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru IPA kelas IX D pada

materi tata surya, guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah,

sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru, enggan

bertanya dan cenderung diam saat guru melontarkan pertanyaan.

Tindakan diatas merupakan usaha guru dalam meningkatkan aktifitas dan hasil

belajar siswa, namun pada kenyataannya proses peningkatan hasil belajar dan

aktivitas belajar siswa belum mencapai hasil yang diinginkan. Dalam proses

pembelajaran peran guru lebih dominan sebagai penyampai materi dan siswa

sebagai penerima materi. Variasi kegiatan pembelajaran yang diterapkan minim,

menyebabkan pembelajaran yang berlangsung monoton dan cenderung kurang

bergairah.

Metode ceramah yang biasa disampaikan oleh guru memiliki beberapa kelemahan

antara lain materi yang diperoleh siswa terbatas pada yang disampaikan guru,

berdampak buruk bagi siswa ingin selalu diceramahi, cenderung membosankan

apalagi jika kemampuan bertutur sang guru kurang baik, sulit mengetahui tingkat
2
penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan, tidak semua siswa memiliki

daya tangkap yang tajam, kurang merangsang kreativitas dan keterampilan siswa,

dan dapat menimbulkan verbalisme.

Sesekali guru melontarkan pertanyaan namun siswa cenderung pasif saat ditanya

tidak menjawab dan menundukkan kepala, metode tanya jawab ternyata membuat

siswa merasa takut, sulit membuat pertanyaan sesuai dengan tingkat berpikir dan

mudah dipahami siswa, waktu sering banyak terbuang, guru masih mendominasi

pembelajaran, siswa yang menjawab salah atau tidak bisa menjawab belum tentu

kurang karena faktor tergesa-gesa atau kurang waktu untuk berpikir, tidak cukup

waktu untuk memberikan pertanyaan kepada semua siswa jika jumlah siswa

banyak. Ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar

siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Model pembelajaran yang

dipilih merupakan salah satu faktor eksternal yang menunjang keberhasilan

belajar siswa. Untuk itu para guru, khususnya disini guru IPA harus mempunyai

kreativitas dan inovasi untuk mengembangkan metode mengajar dari

model pembelajaran yang dipilih, guna menciptakan pembelajaran yang menarik

bagi siswa.

Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model pembelajaran

yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para

siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2005:4).

Berdasarkan uraian diatas diperlukan suatu model pembelajaran yang melibatkan

peran aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ada beberapa model

3
yang diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa salah satu

diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif jenis teams tournament

games dengan teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar kelas

IX D semester genap SMP Negeri 1 Tanjung Bintang

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut

1. Pembelajaran yang berlangsung monoton dan cenderung kurang bergairah.

Variasi kegiatan pembelajaran yang diterapkan minim.

2. Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah, siswa hanya mendengarkan dan

mencatat penjelasan dari guru,enggan bertanya dan cenderung diam saat guru

melontarkan pertanyaan.

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah seperti diuraikan diatas, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah model pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan

teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar siswa ?

2. Apakah model pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan

teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar siswa ?

4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan cara pemecahan masalah yang diungkapkan diatas,

maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif

jenis teams tournament games dengan teka – teki silang

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif

jenis teams tournament games dengan teka – teki silang

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah

1. Bagi guru : 1. Bahan pertimbangan dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran.

2. Sebagai salah satu prasyarat kenaikkan pangkat

2. Bagi siswa : 1. Dapat berpikir kreatif dan inovatif dalam

menyelesaikan masalah dalam keseharian, berani

Mengungkapkan gagasan, memiliki rasa

tanggungjawab dan kerjasama antar siswa.

3. Bagi Sekolah : 1. Menjadi salah satu penilaian sekolah terhadap guru

dan siswa yang menjadi acuan kualitas tersebut.

5
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori belajar

diantaranya behaviorisme, teori belajar kognitivisme dan teori belajar

konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus pada aspek objektif

diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat melampaui perilaku untuk

menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Piaget menyatakan bahwa anak

membangun sendiri

skemanya serta membangun konsep-konsep melalui pengalaman-pengalamannya.

Abruscato (1999)

Vigotsky menyatakan bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang

membentuk pengetahuan seorang.

Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan

selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan

tersebut serta memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih

tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan

sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan,

dorongan, serta menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan

siswa dapat mandiri.

Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya. Pertama,


6
menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi

dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam

masing-masing zone of proximal development mereka. Kedua, pendekatan

Vygotsky dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar

Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan

model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif

terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa

dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.

(Santrock, John W. 2008)

Piaget membedakan perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat

taraf, yaitu (1) taraf sensori motor, (2) taraf pra-operasional, (3) taraf operasional

konkrit, dan (4) taraf operasional formal. Walaupun ada perbedaan individual

dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget mengasumsikan bahwa

seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun

pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Perkembangan

kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif

berinteraksi dengan lingkungan. Antara teori Piaget dan konstruktivis terdapat

persamaan yaitu terletak pada peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai

pemberi informasi. Guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif

bagi siswa-siswanya Woolfolk (1993) dan membantu siswa menghubungkan

antara apa yang sudah diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan

dipelajari Abruscato (1999).

7
Dan Teori belajar konstruktivisme memandang belajar sebagai sebuah proses di

mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.

Pandangan konstruktivis dalam pembelajaran mengatakan, bahwa

anak-anak diberi kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar

secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan

yang lebih tinggi (Slavin, dalam Abruscato, 1999).

Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka

sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar

dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental

aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental

siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan,

tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap

merupakan kunci pembelajaran (Von Glaserfelt dalam Suparno, 1997; Abruscato,

1999).

Dapat diartikan menurut ketiga teori yang diatas bahwasanya belajar merupakan

sebuah proses yang panjang, dilakukan secara terus menerus, dialami oleh

individu seorang pelajar, secara berkesinambungan, dan secara aktif

mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapatkan. Bukan sekadar menentukan

hasil belajar tapi pada akhirnya akan terbentuk pola perubahan prilaku. Proses

perubahan tingkah laku ini menitikberatkan interaksi individu pelajar dengan

lingkungan sekitarnya. Dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-

pengalaman belajar.

8
2. Aktivitas Belajar

Gagne menyebutkan ada lima macam hasil belajar, yaitu :

1. Keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup


belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah, yang
semuanya diperoleh melalui materi yang disajikan di sekolah.

Menurut Gagne (1985), terdapat hirarki keterampilan intelektual yang

berbeda. Setiap keterampilan pada hirarki tersebut merupakan prasyarat yang

harus dikuasai siswa untuk mempelajari keterampilan-keterampilan

berikutnya.

2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah


baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam
memperhatikan, belajar, mengingat dan berpikir.

Sebagai contoh apabila siswa menggunakan metode kata kunci untuk


mengingat arti dari istilah-istilah dalam biologi, maka siswa akan
menggunakan strategi kognitif untuk pengkodean informasi tersebut.

Kondisi belajar yang harus diperhatikan ketika proses belajar adalah sebagai
berikut.
a. Siswa harus memiliki beberapa materi atau masalah untuk dapat bekerja
sehingga dapat dilatihkan.
b. Siswa harus mendapat kejelasan dari deskripsi strategi yang
memungkinkan dipilih.
c. Siswa harus berlatih strategi kognitif dalam berbagai situasi dan dengan
permasalahan baru.

3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan


kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. Kondisi
internal yang harus diperhatikan guru adalah bahwa siswa harus memiliki
suatu kumpulan pengetahuan yang terorganisasi (struktur kognitif) dan
strategi-strategi untuk memroses (encoding) informasi baru. Sedangkan

9
kondisi eksternal yang harus diperhatikan guru antara lain adalah tujuan
belajar informasi verbal harus jelas dan materi baru harus disajikan secara
bermakna, sehingga siswa dapat memrosesnya.

4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan


mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. Dalam
keterampilan motorik, terdapat dua komponen, yaitu komponen pertama
adalah aturan yang menggambarkan bagaimana membuat gerakan, sedangkan
komponen kedua adalah memperagakan gerakan itu sendiri, misalnya
menggunakan mikroskop.

Kondisi belajar yangharus diperhatikan guru, adalah:


a. Memberikan arahan, seringkalidalam bentuk verbal, penjelasan urutan
dari langkah-langkah suatu kegiatan/gerakan.
b. Memberikan umpan balikyang segeraterhadap penampilan yang tepat
yang telah diperagakan siswa.
c. Memberikan latihan sesering mungkin untuk menanggulangi gerakan.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.

Belajar menurut Gagne tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah,
tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi tertentu, yaitu kondisi internal
dan kondisi eksternal. Kondisi internal,antara lain yang menyangkut kesiapan
siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (prerekuisit), sedangkan kondisi
eksternal merupakan situasi belajar dan penyajian stimulus yang secara sengaja
diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil
belajar tersebut di atas memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan
dikontrol.

Belajar sangat dibutuhkan adanya aktivitas, dikarenakan tanpa adanya aktivitas

proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas

pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun

10
rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah

dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor

(Nanang Hanafiah, 2010:23).

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses

belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget

menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa

berbuat sesuatu, berarti anak itu tidak berfikir (Sardiman, 2011:100).

Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana (2010:24) menjelaskan bahwa aktivitas

belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa

hal-hal berikut ini:

1. Peserta didik memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud

adanya motivasi internal untuk belajar sejati.

2. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang

dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral.

3. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuh kembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

demokratis di kalangan peserta didik.

5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh

kembangkan pemahaman dan berfikir kritis serta menghindarkan

terjadinya verbalisme.

11
6. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik

sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan dan serasi dengan kehidupan di

masyarakat di sekitarnya.

3. Hasil Belajar

Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan dengan teorinya yang

terkenal yaitu Condition of Learning. Teorinya menjelaskan tiga hal, yaitu

taksonomi hasil belajar, kondisi belajar khusus, dan 9 peristiwa pembelajaran.

Gagne mengkategorikan taksonomi hasil belajar dalam lima komponen, yaitu:

informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan

keterampilan motorik. Gagne mengatakan hal tersebut dikarenakan atas asumsi

bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan kondisi belajar yang

berbeda pula.Artinya untuk membangun strategi kognitif siswa memerlukan

kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun sikap atau keterampilan

motorik.

Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik learning

condition). Ia menekankan bahwa sangatlah penting untuk mengkategorisasikan

tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, atau taksonomi seperti

dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru dapat merancang pembelajarannya

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Ia juga menekankan bahwa

untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, harus sangat-sangat memperhatikan

kondisi khusus (critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Jika

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata,

12
katakanlah maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk

atau tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.

9 peristiwa pembelajaran, yaitu:

1. Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.

2. Informing learner of the objectives; memberitahukan siswa tujuan

pembelajaran yang akan mereka capai/peroleh;

3. stimulating recall of prior learning; guru biasa menyebutnya dengan

appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelajaran terkait

sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari

berikutnya;

4. Presenting stimulus; setelah itu mulailah dengan menyajikan stimulus;

5. Providing learning guidance; berikan bimbingan belajar;

6. Eliciting performance; tingkatkan kinerja;

7. Providing feed back; alias berikan umpan balik;

8. Assessing performance; ukur capaian hasil belajar mereka;

9. Enhancing retention and transfer; tingkatkan capaian hasil belajar sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan untuk dicapai.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran Kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus

pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan

pembelajaran kooperatif diharapkan saling menciptakan interaksi yang asah, asih,

13
asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak

hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja

mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan

dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup

di masyarakat.

Didalam pembelajaran kooperatif terdapat elemen-elemen yang berkaitan.

Menurut Lie ( 2004 ):

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar

siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling

ketergantungan positif yang dapat dicapai melalui : saling ketergantungan

mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling

ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling

ketergantungan hadiah.

2. Interaksi tatap muka

Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan

berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya

juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan

teman sebaya.

14
3. Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Penilaian ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi

pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru

kepada kelompok agar semua kelompok mengetahui siapa kelompok yang

memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan,maksudnya yang

dapat mengajarkan kepada temannya. Nilai kelompok tersebut harus didasarkan

pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk

kelompnya. Intinya yang dimaksud dengan akuntabilitas individual adalah

penilaian kelompok yang didasarkan pada rata-rata penguasaan semua anggota

secara individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa

yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari

guru juga siswa lainnya.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe


TGT ( T e a m G a m e s T o u r n a m e n t ) d e n g a n t e k a - t e k i s i l a n g

Pada model pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan

siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi

kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau

turnamen berjalan secara adil.

Menurut Slavin dalan Max Darsono (2001) menuliskan bahwa pembelajaran

15
Pada pelaksanaanya TGT dibagi menjadi 5 komponen (fase ) yaitu presentasi

kelas (penyampaian materi), tim,game atau permainan, turnamen atau

pertandingan dan penghargaan tim.

Permainan yang digunakan dalam turnamen/pertandingan ini adalah teka teki

silang dan puzzle. Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di

mana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan

huruf-huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan.

Petunjuknya biasa dibagi ke dalam kategori ‘mendatar’ dan ‘menurun’ tergantung

arah kata-kata yang harus diisi. Seperti Scarable merupakan permainan merangkai

keping-keping gambar menjadi satu kesatuan utuh yang membutuhkan kesabaran

dan ketekunan. Kepuasan yang didapat setelah menyelesaikan permainan

Scarable adalah salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru

bagi dirinya.

Terdapat 5 komponen utama dalam TGT, yaitu :

Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,

biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi

yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar

memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan

membentuk siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat

game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

16
Kelompok (team)

Kelompok terdiri atas 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari

prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa atau etnik. Fungsi kelompok adalah

untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus

untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih baik dan

optimal pada saat game

Game

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang (oleh dibantu guru

sebagai Scafolding) siswa untuk menguji pengetahuan yang di dapat siswa dari

penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba

menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar

pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa

untuk turnamen .

Turnamen

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah

guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.

Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiap

kelompok saling bertukar Quizzes tournamen yang telah disiapkan oleh tiap

kelompok (pelaksanaan kuis/ games).

Team Recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team

akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi Kriteria

yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 70 atau

17
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 45 - 65 dan “Good Team” apabila

rata-ratanya 30-40.

Penilaian

Nilai para siswa haruslah didasarkan pada skor kuis atau penilaian individual

lainnya, bukan pada poin turnamen atauskor tim. Penilaian individual dalam TGT

dapat berupa tes formatif, ujian tengah semester, atau ujian akhir semester.

Tetapi, poin-poin turnamen para siswa atau skor tim dapat dijadikan sebagian

kecil dari nilai mereka. Ini adalah langkah-langkah model cooperative learning

tipe TGT yang diadaptasi dari Slavin sebagai pembelajaran di kelas.

B. Kajian Hasil Penelitian

Pembelajaran kooperatif (kelompok) merupakan salah satu model pembelajaran

yang merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para

siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu

sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2005:4). Disini,

para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan

berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu

dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Model

pembelajaran

kooperatif merupakan contoh model pembelajaran yang dapat membantu

peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ada, hal

ini dikarenakan adanya interaksi siswa didalam kelompoknya dan juga interaksi

dengan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menghasilkan akibat akibat

positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok,

18
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan

meningkatkan rasa harga diri (Slavin, 2005 :5).

Dalam pembelajaran kooperatif ini, siswa saling membantu pembelajaran

agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas

yang diberikan dengan baik. Di dalam setiap kelompok, siswa yang

berkemampuan

lebih tinggi akan membantu proses pemahaman bagi siswa yang

berkemampuan sedang atau rendah. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa

dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam) berdasarkan prestasi mereka

sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, dan jenis kelamin. Pembelajaran kooperatif

dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran dan

bukannya menjadi masalah (Slavin, 2005:5). Adanya kelompok dengan berbagai

kemampuan heterogen inilah yang membuat interaksi dalam setiap kelompok

dapat berjalan dengan baik. Bermain didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang

membantu anak

mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral,

dan emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah

untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental

yang berada diambang ketegangan. Bermain sambil belajar dapat dijadikan

metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika. Model

pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil bermain adalah

metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments).

Metode pembelajaran TGT (Teams Games Tournaments) merupakan contoh

model pembelajaran kooperatif (kelompok) yang mempunyai tema belajar sambil

19
bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat diterapkan untuk materi

tata surya (IPA), karena TGT lebih tepat diterapkan untuk mengajar obyek yang

didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta

ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari model cooperatif

learning yang lain adalah, metode TGT menambahkan dimensi kegembiraan

yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling

membantu

dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar

kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu

siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu memastikan telah

terjadi tanggung jawab individual.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini

adalah sebagai berikut : “Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

jenis teams tournament games dengan teka – teki silang dapat meningkat

aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI D di SMP Negeri 1 Tanjung

Bintang Tahun Pelajaran 2016 – 2017”.

20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2017. Penelitian ini

berlangsung di kelas IX D SMP Negeri 1 Tanjung Bintang.

Tahun pelajaran 2016 – 2017. Pembelajaran yang berlangsung monoton dan

cenderung kurang bergairah. Variasi kegiatan pembelajaran yang diterapkan

minim. Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah, siswa hanya mendengarkan dan

mencatat penjelasan dari guru,enggan bertanya dan cenderung diam saat guru

melontarkan pertanyaan. Berdasarkan permasalahan dan cara pemecahan masalah

yang diungkapkan, maka tujuan penelitian ini diharapkan mampu

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan model pembelajaran

kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Tanjung Bintang.

Jumlah siswa kelas IX D adalah 35 orang yang terdiri dari 18 orang laki - laki

dan 17 orang perempuan.

21
C. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian, maka peneliti menggunakan

beberapa metode yang diharapkan melengkapi data penelitian. Dalam

pengumpulan data, peneliti menggunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode observasi merupakan suatu proses yang komplek, Suatu proses yang

tersusun dari berbagai biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses – proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan dengan

observasi digunakan bila penelitian berkenaan prilaku manusia, proses kerja,

gejala gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi aktivitas adalah pengamatan tingkah laku dan kegiatan siswa selama

proses pembelajaran, dilihat dengan menggunakan lembar observasi terfokus

aktivitas siswa. sesudah diterapkan model pembelajaran kooperatif jenis teams

tournament games dengan teka – teki silang

Lembar observasi terfokus guru (peneliti) yaitu melihat perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi tindakan pembelajaran menerapkan model

pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki

silang

2. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode yang digunakan untuk mencari data

mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, prasasti,

notulen, agenda dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi yang diamati

adalah sejumlah keterangan data.


22
Metode ini digunkan untuk memperoleh informasi dari bermacam macam

sumber data antara lain : Rencana pembelajaran, jurnal harian, angket, lembar

evaluasi dan lainnya yang dianggap menunjang penelitian ini

3. Metode Tes dan Non Tes

Tes Sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelgensia, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok.

Tes yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar adalah tes tertulis,

nilai yang diperoleh siswa hasil tes pada setiap akhir siklus pembelajaran.

Non tes yang digunakan untuk memperoleh bakat atau minat siswa, melalui

lembar angket atau kuisioner

D. Prosedur Kinerja Penelitian Tindakan Kelas

1. Prosedur Kinerja

Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Berdasarkan hal diatas maka

dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur : (1) perencanaan,

(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi untuk setiap siklus. Secara

lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap kelas dapat dijabarkan

sebagai berikut :

(1) Perencanaan

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai

berikut:

23
- Rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan berupa rencana

pembelajaran, dengan rancangan kegiatan ini diupayakan dapat membantu

siswa agar lebih memahami materi. Pada perencanaan ini termuat materi yang

akan disajikan dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

model pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka –

teki silang

- Membuat dua macam lembar observasi : (a) untuk melihat bagaimana

aktivitas siswa ketika seluruh proses tindakan dilakukan, dengan lembar

observasi terfokus, (b) untuk melihat kemampuan guru dalam menyiapkan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif jenis

teams tournament games dengan teka – teki silang dan implementasinya di

kelas, juga dengan instrumen observasi terfokus.

(2) Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melakukan pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif jenis teams tournament

games dengan teka – teki silang sesuai dengan rancangan tindakan

pembelajaran yang telah dibuat.

(3) Observasi

Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dengan menggunakan jurnal harian, lembar observasi terfokus, tes hasil belajar

dan angket yang telah dibuat.

24
(4) Refleksi

Hasil yang didapat pada tahap observasi pada setiap siklusnya dikumpulkan

serta dianalisis. Hasil analisis observasi yang menggunakan jurnal harian,

instrumen observasi terfokus, tes siklus dan angket yang digunakan peneliti

untuk merefleksikan diri dengan melihat data hasil observasi tersebut.

2. Data dan Cara Pengambilannya

(1) Sumber data : Sumber data penelitian ini adalah siswa, peneliti dan guru mitra

(2) Jenis data : Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif

yang terdiri dari (a) skor hasil belajar dari setiap siklus, (b) data hasil

observasi pelaksanaan pembelajaran, (c) data sikap siswa, (d) data refleksi

peneliti setiap selesai memberikan pelajaran.

(3) Angket/ Kuisioner

(4) Cara pengambilan data :

(a) Skor hasil belajar di ambil dari hasil tes pada setiap siklus,


Nilai didapat dengan cara = x 10 .... (1)

∑ ,
Ketuntasan =
x 100 % .... (2)

Peningkatan Ketuntasan Siklus = KB (siklus 2) – KB (siklus 1) .... (3)

(b) Data hasil observasi pelaksanaan pembelajaran di ambil dengan lembar

observasi terfokus untuk melihat aktivitas belajar siswa dan tindakan guru

dalam memberikan pembelajaran,

25
(c) Data sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif jenis

teams tournament games dengan teka – teki silang diperoleh melalui angket

yang diisi oleh siswa dengan memberikan tanggapan terhadap model

pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki

silang. Penilaian ini dilakukan setelah semua kegiatan pembelajaran dan tes

hasil belajar selesai.

(d) Data refleksi guru diambil dari jurnal harian yang berisi seluruh tindakan

guru selama proses belajar mengajar berlangsung, setiap selesai

memberikan pengajaran.

(e) Data Angket/ kuisioner diambil dari penyebaran angket kepada siswa, yang

diambil hasilnya setelah siklus 3 berakhir

Tabel 3.1 . Interprestasi minat siswa

Rata -rata Interprestasi

1,0 – 1,9 Sangat Negatif

2,0 – 2,9 Positif

3,0 – 3,9 Sangat Positif


Rata – rata nilai Angket / item =

3. 5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif jenis teams

tournament games dengan teka – teki silang.


26
Ketuntasan proses pembelajaran individual dicapai jika mendapat nilai ≥ 6,5 dan

tuntas secara klasikal jika mendapat nilai ≥ 6,5 sebesar 85%. Ada peningkatan

aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan kriteria baik, peningkatan

keterterpan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif jenis teams

tournament games dengan teka – teki silang yang dilihat dari jurnal harian dan

instrumen observasi terfokus, serta ada sikap siswa yang positif (kuisioner/

angket) terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif jenis teams

tournament games dengan teka – teki silang.

27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pelaksanaan tindakan penelitian pembelajaran sesuai

dengan rencana tindakan. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan tes formatif yang dilakukan setiap siklus berakhir.

Aktivitas siswa dengan model pembelajaran kooperatif jenis team games

tournament menggunakan lembar observasi terfokus aktivitas siswa, sedangkan

aktivitas guru dengan menggunakan lembar observasi terfokus persiapan dan

keterterapan tindakan oleh guru (peneliti) yang langsung dapat dicatat oleh guru

mitra saat pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh sebagai berikut.

Tabel 4.1 Data hasil penelitian

ketercapaian
No Fokus Observasi
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Aktivitas guru
1. 68,75% 75% 90,90%
Aktivitas siswa
2. 54,54% 72,72% 93,75%
Rata - rata hasil belajar
3. 79,71 73,71 88,57
Ketuntasan belajar
4. 77,14% 74,28% 93,75%

28
B. Pembahasan

4.2.1 Siklus 1

Siklus dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2017, Pelaksanaan pada siklus

meliputi prosedur sebagai berikut : Perencanaan, pelaksanaan tidakan,

observasi dan refleksi. Bersamaan dengan hal tersebut juga dikoleksi data

melalui lembar observasi terfokus aktivitas siswa, lembar observasi terfokus

persiapan dan kerterterapan tindakan oleh guru (peneliti), dan skor hasil tes

formatif. Data yang didapat sebagai berikut.

4.2.1.1 Aktivitas siswa

Berdasarkan (lampiran 10) lembar observasi terfokus aktivitas siswa pada model

pembelajaran kooperatif jenis team games tournament untuk siklus 1, masih

banyak dijumpai perilaku siswa yang kurang relevan dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dapat terlihat pada rendahnya persentase aktivitas siswa

pada kriteria baik hanya sebesar 54,54%, kriteria cukup 27,27% dan persentase

kurang 18,18%. Siswa tampak berusaha antusias menanggapi tugas yang

diberikan dan nampak canggung saat berada dalam kelompok.

Kondisi pembelajaran yang berlangsung selama ini cenderung siswa bekerja

secara individual, hal ini yang menyebabkan siswa nampak canggung saat

diposisikan dalam kelompok

Siswa dalam tiap kelompok berusaha membuat karton permainan, siswa belum

terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament

diantara siswa dalam kelompok nampak respon positif saling berkomunikasi

29
menyampaikan pendapatnya, dan siswa yang lain memperhatikan sambil sesekali

memberikan tanggapan.

4.2.1.2 Aktivitas guru

Berdasarkan lembar observasi terfokus persiapan dan keterterapan tindakan oleh

guru (lampiran 9) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif jenis team

games tournament untuk siklus 1 hanya 68,75 % yang terpenuhi untuk kriteria

baik. Dan 31,25% dengan kriteria cukup . belum terbiasanya guru memberikan

kesempatan siswa untuk mengkomunikasikan dengan temannya terhadap tugas

yang diberikan, Guru tampak kurang sabar menunggu siswa mendata pertanyaan

pada karton permainan. Tidak lupa guru mengingatkan untuk membaca berulang

petunjuk yang diberikan.

4.2.1.3 Hasil belajar

Tabel 4.2
Nilai Akhir Siklus 1 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40 1 40
2 50 2 100
3 60 5 300
4 70 3 210
5 80 12 960
6 90 2 180
7 100 10 1000
Jumlah 35 2790
Rata - rata 79,71

∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 % = 77,14 %

30

Rata – rata nilai kelas = =

!
= = = 79,71

Data tes siklus 1 menggambarkan belum tercapai ketuntasan belajar secara

klasikal yaitu 85% dari siswa yang mencapai nilai ≥ 6,5 hanya karena didapat 27

siswa dari 35 siswa atau 77,14 %dengan rata – rata nilai kelas 79,71 dari

ekstrapolasi jurnal harian didapatkan data dari guru sebagai berikut :

1. Penataan untuk belajar kelompok tercipta karena persiapan pada pertemuan

minggu yang lalu. Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran

kooperatif jenis team games tournament ini. Beberapa siswa berusaha

menyesuaikan kondisi dengan model pembelajaran ini

2. Model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament telah

menciptakan suasana aktif bagi siswa yang ditunjukkan dengan siswa bertanya

dan menjawab pertanyaan – pertanyaan, namun siswa belum terbiasa bekerja

secara kelompok.

3. Pada pelaksanaan model pembelajaran pada penelitian ini secara alamiah

menjadi metode variatif.

4.2.1.4 Refleksi

Guru (peneliti) dan guru mitra telah mendapatkan kemampuan baru dalam

menyiapkan salah satu model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif

31
jenis team games tournament. Hasil tindakan yang dirasa tidak memuaskan pada

siklus 1 adalah :

1. Pengelolaan model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament

yang dirasa kurang memuaskan karena hanya mencapai 68,75 % dengan

kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru kurang memberikan kesempatan

kepada siswa untuk saling berkomunikasi dan bertanya atau meminta bantuan

dengan teman sejawatnya sebelum guru menjelaskan langkah kegiatan

selanjutnya. Guru juga belum menata waktu dengan efektif.

2. Hasil pengamatan yang belum memuaskan adalah rendahnya aktivitas siswa

yang hanya diperoleh 54,54%, dengan kriteria baik. Hal ini karena siswa

belum terbiasa mengikuti model pembelajaran kooperatif jenis team games

tournament yang mengkondisikan siswa untuk aktif dalam bekerja dalam

kelompok. Selain itu juga mungkin karena siswa terbiasa hanya menerima

materi yang diberikan oleh guru,sehingga siswa masih merasa malu – malu

dalam mengungkapkan konsepsinya dalam diskusi kelas. Oleh karena itu guru

lebih banyak berperan dalam buat kesimpulan terhadap materi yang dipelajari

3. Hasil belajar siswa masih rendah dan belum mencapai ketuntasan secara

klasikal. Berdasarkan analisis data dan diskusi dengan guru mitra diyakini

yang menjadi penyebab rendahnya perolehan nilai tes pada siklus 1 karena

siswa belum terbiasa mengerjakan soal tes dengan waktu yang singkat dan

dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Penyebab lain siswa belum terbiasa

belajar dengan kegiatan yang padat dengan waktu yang singkat.

4.2.1.5 Rekomendasi perbaikan rencana tindakan pada siklus 1


32
Berdasarkan hasil refleksi siklus 1, direkomendasikan perbaikan siklus 2

sebagai berikut :

1. Guru melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya dalam diskusi

kelas, dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan lalu menunjukkan

beberapa siswa untuk menjawabnya. Guru harus lebih bersabar dan

memberikan kesempatan siswa untuk berpikir.

2. Guru membagi waktu yang digunakan pada setiap fase pembelajaran dengan

merinci setiap tahap kegiatan pembelajaran, sehingga rencana tindakan dapat

dilakukan sesuai dengan yang telah direncanakan. Fase Penyajian kelas

30 menit, fase kelompok dan game 30 menit, fase turnamen 25 menit fase team

recognize 15 menit, dan sisa waktunya 20 menit untuk tes formatif.

4.2.2 Siklus 2

Siklus dilaksanakan pada tanggal 15 februari 2017, Pelaksanaan pada siklus

meliputi penyelengaraan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan 2 yang

mengacu pada hasil refleksi dan rekomendasi pada siklus 1. Bersamaan dengan

hal tersebut juga dikoleksi data melalui lembar observasi terfokus aktivitas siswa,

lembar observasi terfokus persiapan dan kerterterapan tindakan oleh guru

(peneliti), dan skor hasil tes formatif. Data yang didapat sebagai berikut.

4.2.2.1 Aktivitas siswa

33
Berdasarkan lembar observasi terfokus aktivitas siswa (lampiran 13) dengan

model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament untuk siklus 2 ini

diperoleh hasil belajar sebesar 72,72% dengan indikator baik dan 27,27% dengan

indikator cukup. Siswa tampak berusaha menanggapi dan menjawab setiap

pertanyaan – pertanyaan yang diajukan oleh teman dalam teamnya, tampak

keberanian dan spontanitas saat guru bertanya. Siswa antusias menyampaikan

pendapatnya saat berdiskusi kelompok. Siswa lebih aktif dan ceria. Siswa harus

berulang kali diingatkan dengan waktu pembuatan karton game

Tiap kelompok mulai ada pembiasaan untuk saling bekerjasama dalam kegiatan

kelompoknya.

4.2.2.2 Aktivitas guru

Berdasarkan lembar observasi terfokus persiapan dan keterterapan tindakan oleh

guru (lampiran12) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif jenis team

games tournament untuk siklus 2 tercapai 75 % yang terpenuhi untuk kriteria

baik. Dan 25% dengan kriteria cukup . Tindakan guru dalam pembelajaran telah

terterapkan dengan baik. Guru mulai terbiasa melakukan pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament, guru juga telah

menyelengarakan pembelajaran sesuai dengan rekomendasi dan refleksi pada

siklus 1

34
4.2.2.3 Hasil belajar

Tabel 4.3
Nilai Akhir Siklus 2 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40 3 120
2 50 2 100
3 60 4 240
4 70 9 630
5 80 8 640
6 90 5 450
7 100 4 400
Jumlah 35 2580
Rata – rata 73,71

∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 = 74,28 %


Rata – rata nilai kelas = =

! !

= = = 74,28

Data tes siklus 2 menggambarkan belum tercapai ketuntasan belajar secara

klasikal yaitu 85% dari siswa yang mencapai nilai ≥ 6,5 hanya karena

didapat 26 siswa dari 35 siswa atau 74,28 % Pada siklus 2 mengalami penurunan

nilai rata – rata 6 point dan penurunan ketercapaian ketuntasan pembelajaran

sebesar ketercapaian sebesar 2,86 %.

Dari ekstrapolasi jurnal harian didapatkan data dari guru sebagai berikut :

35
1. Penataan kelas untuk belajar kelompok terlaksana dengan anggota kelompok

yang sama dengan pertemuan yang lalu.

2. Kegiatan pembuatan karton game dilakukan oleh siswa dan guru

mengobservasi kegiatan tersebut dapat terlaksana. Guru bertindak sebagai

scafolding, dimana menguji pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian

kelas dan belajar kelompok.

3. Tampak model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament telah

menciptakan suasana yang aktif bagi siswa yang ditunjukkan dengan siswa

yang menjawab pertanyaan dan bertanya kepada guru, ini berarti bahwa siswa

telah menggunakan dan menggali pengetahuannya. Siswa juga mulai dapat

mengontruksi sendiri pengetahuannya, namun masih perlu dibimbing dan

dibantu oleh guru.

4. Hasil belajar siswa didapat pada siklus 2 ini mengalami penurunan hal ini

disebabkan ada beberapa materi berkait dengan pemahaman konsep dan

persamaan yang disampaikan oleh guru, belum sepenuhnya terserap dengan

maksimal, namun berbeda dengan aktivitas siswa yg menunjukkan keaktifan.

5. Pelaksanaan model pembelajaran pada penelitian ini secara alamiah menjadi

metode yang variatif

5.2.2.4 Refleksi

1. Guru (peneliti) dan guru mitra mulai terbiasa melaksanakan model

pembelajaran kooperatif jenis team games tournament, Pengelolaan model

pembelajaran kooperatif jenis team games tournament terpenuhi sebesar

36
75 %dengan kriteria baik dan 25% dengan kritaria cukup. Guru telah mampu

mempersiapkan pembelajaran dengan penataan waktu yang telah

diseimbangkan sehingga seluruh tindakan dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencana pembelajaran dan waktu yang telah ditentukan, namun perlu

menambah waktu untuk tes formatif . Upaya yang telah dilakukan untuk

mempertahankan kenerja yang dilaksanakan pada siklus 1 telah dijumpai pada

siklus 2 ini.

2. Aktivitas siswa dalam pada siklus 2 ini lebih terarah karena siswa mulai aktif

dalam bertanya dan menjawab terhadap pertanyaan guru . Dalam pelaksanaan

kerja kelompok siswa tampak saling bekerjasamam dan dalam mengemukaan

pendapatnya. Siswa masih perlu bantuan dari guru dalam membuat karton

game. Hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai peningkatan yang

maksimal. Namun siswa sudah mulai dapat mengikuti model pembelajaran

kooperatif jenis team games tournament, namun belum terbiasa mengerjakan

tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dengan waktu yang singkat.

4.2.2.4 Rekomendasi perbaikan rencana tindakan untuk siklus 3

Berdasarkan hasil refleksi siklus 2, direkomendasikan perbaikan tindakan utntuk

siklus 3 sebagai berikut :

1. Guru mempertahankan kinerja yang dilakukan pada siklus 2. Tindakan yang

perlu ditingkatkan adalah guru lebih memperjelas dalam melontarkan

pertanyaan dengan cara memberikan penjelasan lebih singkat terlebih dahulu

agar siswa lebih mudah dalam memahaminya sehingga siswa dapat menjawab

pertanyaan guru dengan benar dan sesuai dengan konsep ilmiah.

37
Siklus 3

Siklus dilaksanakan pada tanggal 22 februari 2017, Pelaksanaan pada siklus

meliputi penyelengaraan pembelajaran sesuai dengan rencana tindakan 2 yang

mengacu pada hasil refleksi dan rekomendasi pada siklus 2. Bersamaan

dengan hal tersebut juga dikoleksi data melalui lembar observasi terfokus

aktivitas siswa, lembar observasi terfokus persiapan dan kerterterapan tindakan

oleh guru (peneliti), dan skor hasil tes formatif. Data yang didapat sebagai

berikut.

4.2.3.1 Aktivitas siswa

Berdasarkan lembar observasi terfokus aktivitas siswa (lampiran 16) dengan

model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament untuk siklus 3 ini

mencapai 90,90%dengan indikator baik dan 9% dengan indikator cukup. Hal ini

karena siswa telah terbiasa melakukan kegiatan model pembelajaran kooperatif

jenis team games tournament.

4.2.3.2 Aktivitas guru

Berdasarkan lembar observasi terfokus persiapan dan keterterapan tindakan oleh

guru (lampiran15) dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif jenis team

games tournament untuk siklus 3 ini ternyata mencapai 93,75% dengan indikator

baik. Hal ini karena guru telah berupaya mempertahankan kinerja pada siklus 2

sehingga dapat terlaksana dengan sangat baik pada siklus 3. Guru juga telah

38
menyelengarakan pembelajaran sesuai dengan rekomendasi dan refleksi pada

siklus 2

4.2.3.3 Hasil belajar

Tabel 4.4 Data hasil belajar siswa pada siklus 3

Tabel 4.4
Nilai Akhir Siklus 3 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40
2 50 1 50
3 60 3 180
4 70 3 210
5 80 12 960
6 90 9 810
7 100 7 700
Jumlah 35 2910
Rata - rata 83,14

∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 % = 88,57 %


Rata – rata nilai kelas = =

! !

! !
= = = 83,14

Berdasarkan data tes siklus 3 ini diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan

belajar sebanyak 88,57 %yaitu didapat 31 siswa dari 35 siswa, dengan nilai rata-

rata yang dicapai adalah 83,14

Dari ekstrapolasi jurnal harian didapatkan data dari guru sebagai berikut :
39
1. Penataan kelas untuk belajar berkelompok terlaksana dengan anggota

kelompok yang sama dengan pertemuan sebelumnya.

2. Model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament, telah

menciptakan suasana yang aktif bagi siswa, dimana siswa telah menggunakan

dan menggali pengetahuannya dalam menjawab pertanyaan dan

mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelompok.

3. Pembelajaran ini juga secara alamiah siswa merasa saling membutuhkan atau

yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai

melalui, saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan

menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling

ketergantungan peran, saling ketergantungan hadiah.

4. Pelaksanaan model pembelajaran pada penelitian ini secara alamiah menjadi

metode yang variatif

4.2.3.4 Refleksi

1. Guru (peneliti) dan guru mitra lebih terbiasa dalam mempersiapkan Model

pembelajaran kooperatif jenis team games tournament. Pengelolaan waktu

yang terperinci disesuaikan dengan fase kegiatan pembelajaran dilaksanakan

kembali pada siklus ketiga ini. Secara alamiah siswa telah paham dalam

mengikuti Model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament

sehingga pemberian pembelajaran sebagai proses dan hasil tercipta dengan

seimbang.

2. Kegiatan pembelajaran pada siklus 3 ini lebih terarah dalam penerapannya.

Hal ini karena upaya yang telah dilakukan dalam mempertahankan kinerja

40
3. pada siklus 2 terlaksana dengan lebih optimal pada siklus 3.

Siswa tampak aktif dan lebih berani dalam bertanya dan menjawab serta

dalam mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelompok maupun diskusi

kelas. Siswa bekerjasama dalam kelompok secara alamiah saling

ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas,

saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan peran, saling

ketergantungan hadiah.

Hasil tes pada siklus 3 telah meningkat dengan baik dengan rata-rata kelas

mencapai 83,14 namun ketuntasan belajar belajar baru mencapai

88,57 %. Hal ini berarti perbaikan tindakan siklus 3 telah meningkatkan

hasil belajar siswa. Materi tata surya berakhir pada siklus 3

C. Analisis Hasil Angket

Pada prinsipnya proses pembelajaran tindakan kelas ini mengarah kepada

penggunaan dalam mata pelajaran IPA. Diakhir pembelajaran siklus 3. Guru

menyebarkan kuisioner hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa

termotivasi dalam pembelajaran IPA dengan Model pembelajaran kooperatif

jenis team games tournament.

Tabel 4.5
Data Hasil Pengolahan kuisioner minat belajar IPA dengan
Model pembelajaran Generatif

No Pernyataan Rata- Interprestasi


Rata

1 Apakah media permainan teka – teki 3,81 Positif


silang (TTS) ini pada materi tata surya
mudah dibuat sebagai media pembelajaran

41
IPA

Apakah dengan menggunakan media


2 permainan teka – teki silang (TTS), 3,77 Positif
membuat minat belajar IPA materi tata
Surya ini menjadi lebih berkembang.

Apakah dengan menggunakan media


3 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,86 Positif
materi tata surya ini membuat kalian lebih
kreatif

Apakah dengan menggunakan media


4 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,66 Positif
materi tata surya ini membuat kalian lebih
berani dan percaya diri

Apakah dengan menggunakan media


5 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,60 Positif
materi tata surya ini membuat kalian lebih
aktif dalam kelompok

Apakah dengan menggunakan media


permainan teka – teki silang (TTS), pada
6 materi tata surya ini membuat kalian 3,81 Positif
belajar IPA lebih menarik dan
menyenangkan.

Apakah dengan menggunakan media


7 permainan teka – teki silang (TTS), 3,64 Positif
membuat kalian lebih efektif dan efesien
dalam memahami materi tata surya ini.

Apakah dengan menggunakan media


8 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,77 Positif
materi tata surya ini membuat kalian lebih
termotivasi.

Apakah dengan menggunakan media


permainan teka – teki silang (TTS), pada
9 materi tata surya ini membuat kalian lebih 3,74 Positif
bertanggungjawab untuk menyelesaikan
permainan.

42
Apakah dengan menggunakan media
10 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,75 Positif
materi tata surya ini membuat kalian
saling bekerjasama dalam kelompok

Contoh :
∑ !
Rata – rata nilai Angket / item = =

= = = 3,8 (Positif)

Nampak bahwa tiap item kuisioner yang diberikan menunjukkan respon yang

positif

43

Anda mungkin juga menyukai