21.1c.3. PTK IPA 2 2018
21.1c.3. PTK IPA 2 2018
v
vi
vii
viii
ix
x
ABSTRAK
Oleh
membelajarkan IPA secara aktif dan sekaligus memperoleh hasil belajar yang
baik. Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru IPA, guru
mencatat penjelasan dari guru, enggan bertanya dan cenderung diam saat guru
melontarkan pertanyaan.
Dalam proses pembelajaran peran guru lebih dominan sebagai penyampai materi
pembelajaran yang melibatkan peran aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif jenis teams
kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang dapat
xi
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa ? dan (2) Apakah model
pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang
jumlah siswa 35 orang. Penelitian ini meliputi 3 siklus tindakan. Dalam 1 siklus
pada siklus 1 sebesar 54,54% berakhir hingga siklus 3 sebesar 90,90 %. Dan
rata-rata hasil belajar meningkat sebesar 79,71 menjadi 83,14. Ini berarti terjadi
peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 3,43 poin dan ketuntasan belajar
sebesar 77,14 % menjadi 88,57%. Adanya pernyataan yang positif bahwa model
pembelajaran kooperatif jenis teams tournament games dengan teka – teki silang
sangat menyenangkan.
xii
BAB I. PENDAHULUAN
(UU No 20 Tahun 2003 (pasal 1)) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
(UU No 14 Tahun 2005 (pasal 1)) Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
dituntut untuk mampu memilih strategi pembelajaran yang sesuai untuk peserta
didiknya dan juga materi yang diajarkannya. Akan tetapi, belum semua guru
1
mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang
berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered. hasil
membelajarkan IPA secara aktif dan sekaligus memperoleh hasil belajar yang
baik. Dan rendahnya hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata ulangan harian 1 pada
sedangkan ukuran keberhasilan sebuah proses pembelajaran bila nilai rata – rata
yang diperoleh siswa minimal 6,5 sebanyak 85% dari jumlah siswa .
Kegiatan pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru IPA kelas IX D pada
materi tata surya, guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah,
sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan dari guru, enggan
Tindakan diatas merupakan usaha guru dalam meningkatkan aktifitas dan hasil
belajar siswa, namun pada kenyataannya proses peningkatan hasil belajar dan
aktivitas belajar siswa belum mencapai hasil yang diinginkan. Dalam proses
pembelajaran peran guru lebih dominan sebagai penyampai materi dan siswa
bergairah.
Metode ceramah yang biasa disampaikan oleh guru memiliki beberapa kelemahan
antara lain materi yang diperoleh siswa terbatas pada yang disampaikan guru,
apalagi jika kemampuan bertutur sang guru kurang baik, sulit mengetahui tingkat
2
penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan, tidak semua siswa memiliki
daya tangkap yang tajam, kurang merangsang kreativitas dan keterampilan siswa,
Sesekali guru melontarkan pertanyaan namun siswa cenderung pasif saat ditanya
tidak menjawab dan menundukkan kepala, metode tanya jawab ternyata membuat
siswa merasa takut, sulit membuat pertanyaan sesuai dengan tingkat berpikir dan
mudah dipahami siswa, waktu sering banyak terbuang, guru masih mendominasi
pembelajaran, siswa yang menjawab salah atau tidak bisa menjawab belum tentu
kurang karena faktor tergesa-gesa atau kurang waktu untuk berpikir, tidak cukup
waktu untuk memberikan pertanyaan kepada semua siswa jika jumlah siswa
siswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Model pembelajaran yang
belajar siswa. Untuk itu para guru, khususnya disini guru IPA harus mempunyai
bagi siswa.
peran aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ada beberapa model
3
yang diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa salah satu
games dengan teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar kelas
B. Identifikasi Masalah
2. Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah, siswa hanya mendengarkan dan
mencatat penjelasan dari guru,enggan bertanya dan cenderung diam saat guru
melontarkan pertanyaan.
teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar siswa ?
teka – teki silang untuk meningkat aktivitas dan hasil belajar siswa ?
4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
kegiatan pembelajaran.
5
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar
Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori belajar
membangun sendiri
Abruscato (1999)
Vigotsky menyatakan bahwa relasi sosial dengan masyarakat dan budayalah yang
Vygotsky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan
terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa
taraf, yaitu (1) taraf sensori motor, (2) taraf pra-operasional, (3) taraf operasional
konkrit, dan (4) taraf operasional formal. Walaupun ada perbedaan individual
seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun
kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh anak memanipulasi dan aktif
persamaan yaitu terletak pada peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai
antara apa yang sudah diketahui siswa dengan apa yang sedang dan akan
7
Dan Teori belajar konstruktivisme memandang belajar sebagai sebuah proses di
mana pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar
dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental
aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental
tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap
1999).
Dapat diartikan menurut ketiga teori yang diatas bahwasanya belajar merupakan
sebuah proses yang panjang, dilakukan secara terus menerus, dialami oleh
hasil belajar tapi pada akhirnya akan terbentuk pola perubahan prilaku. Proses
pengalaman belajar.
8
2. Aktivitas Belajar
berikutnya.
Kondisi belajar yang harus diperhatikan ketika proses belajar adalah sebagai
berikut.
a. Siswa harus memiliki beberapa materi atau masalah untuk dapat bekerja
sehingga dapat dilatihkan.
b. Siswa harus mendapat kejelasan dari deskripsi strategi yang
memungkinkan dipilih.
c. Siswa harus berlatih strategi kognitif dalam berbagai situasi dan dengan
permasalahan baru.
9
kondisi eksternal yang harus diperhatikan guru antara lain adalah tujuan
belajar informasi verbal harus jelas dan materi baru harus disajikan secara
bermakna, sehingga siswa dapat memrosesnya.
Belajar menurut Gagne tidak merupakan sesuatu yang terjadi secara alamiah,
tetapi hanya akan terjadi dengan adanya kondisi tertentu, yaitu kondisi internal
dan kondisi eksternal. Kondisi internal,antara lain yang menyangkut kesiapan
siswa dan apa yang telah dipelajari sebelumnya (prerekuisit), sedangkan kondisi
eksternal merupakan situasi belajar dan penyajian stimulus yang secara sengaja
diatur oleh guru dengan tujuan memperlancar proses belajar. Tiap-tiap jenis hasil
belajar tersebut di atas memerlukan kondisi-kondisi tertentu yang perlu diatur dan
dikontrol.
proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Pada proses aktivitas
pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek peserta didik, baik jasmani maupun
10
rohani sehingga perubahan perilakunya dapat berubah dengan cepat, tepat, mudah
dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif afektif maupun psikomotor
Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam proses
belajar kedua aktivitas itu harus saling berkaitan. Lebih lanjut lagi piaget
menerangkan dalam buku Sardiman bahwa jika seorang anak berfikir tanpa
belajar dapat memberikan nilai tambah (added value) bagi peserta didik, berupa
terjadinya verbalisme.
11
6. Menumbuh kembangkan sikap kooperatif dikalangan peserta didik
masyarakat di sekitarnya.
3. Hasil Belajar
Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan dengan teorinya yang
bahwa hasil belajar yang berbeda tersebut memerlukan kondisi belajar yang
kondisi berbeda dengan ketika kita ingin membangun sikap atau keterampilan
motorik.
Hal kedua dari teorinya Gagne adalah kondisi belajar khusus (specifik learning
tujuan pembelajaran sesuai dengan tipe hasil belajar, atau taksonomi seperti
dijelaskan di atas. Dengan cara seperti ini guru dapat merancang pembelajarannya
kondisi khusus (critical condition) yang harus disiapkan untuk mencapai itu. Jika
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah mengingat sejumlah kosa kata,
12
katakanlah maka kita harus menyiapkan kondisi khusus yaitu berupa petunjuk
atau tips alias trik tertentu, sehingga siswa bisa mengingat dan memahaminya.
1. Gaining Attention; yaitu upaya ata cara kita untuk meraih perhatian siswa.
berikutnya;
13
asuh sehingga tercipta masyarakat belajar ( learning community ). Siswa tidak
hanya terpaku belajar pada guru, tetapi dengan sesama siswa juga.
di masyarakat.
siswa merasa saling membutuhkan atau yang biasa disebut dengan saling
ketergantungan hadiah.
Dengan hal ini dapat memaksa siswa saling bertatap muka sehingga mereka akan
berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru tetapi dengan teman sebaya
juga karena biasanya siswa akan lebih luwes, lebih mudah belajarnya dengan
teman sebaya.
14
3. Akuntabilitas individual
pelajaran secara individual. Hasil penilaian ini selanjutnya disampaikan oleh guru
pada rata-rata, karena itu anggota kelompok harus memberikan kontribusi untuk
secara individual.
Keterampilan sosial dalam menjalin hubungan antar siswa harus diajarkan. Siswa
yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari
siswa dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi
15
Pada pelaksanaanya TGT dibagi menjadi 5 komponen (fase ) yaitu presentasi
silang dan puzzle. Teka-teki silang atau disingkat TTS adalah suatu permainan di
mana kita harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak putih) dengan
arah kata-kata yang harus diisi. Seperti Scarable merupakan permainan merangkai
Scarable adalah salah satu pembangkit motivasi untuk mencoba hal-hal yang baru
bagi dirinya.
Penyajian kelas
yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar
membentuk siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat
16
Kelompok (team)
Kelompok terdiri atas 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa atau etnik. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih baik dan
Game
sebagai Scafolding) siswa untuk menguji pengetahuan yang di dapat siswa dari
penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa
untuk turnamen .
Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiap
kelompok saling bertukar Quizzes tournamen yang telah disiapkan oleh tiap
akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi Kriteria
yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 70 atau
17
lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 45 - 65 dan “Good Team” apabila
rata-ratanya 30-40.
Penilaian
Nilai para siswa haruslah didasarkan pada skor kuis atau penilaian individual
lainnya, bukan pada poin turnamen atauskor tim. Penilaian individual dalam TGT
dapat berupa tes formatif, ujian tengah semester, atau ujian akhir semester.
Tetapi, poin-poin turnamen para siswa atau skor tim dapat dijadikan sebagian
kecil dari nilai mereka. Ini adalah langkah-langkah model cooperative learning
pembelajaran
ini dikarenakan adanya interaksi siswa didalam kelompoknya dan juga interaksi
dengan guru. Selain itu, pembelajaran kooperatif juga menghasilkan akibat akibat
18
penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan
agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas
berkemampuan
dapat berjalan dengan baik. Bermain didefinisikan sebagai suatu aktivitas yang
membantu anak
mencapai perkembangan yang utuh, baik secara fisik, intelektual, sosial, moral,
dan emosional (Andang Ismail, 2006 : 15-16). Fungsi utama bermain adalah
untuk relaksasi dan menyegarkan kembali (refreshing) kondisi fisik dan mental
pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tema belajar sambil bermain adalah
19
bermain. Metode pembelajaran TGT kemungkinan tepat diterapkan untuk materi
tata surya (IPA), karena TGT lebih tepat diterapkan untuk mengajar obyek yang
didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta
ilmu pengetahuan. Yang membedakan TGT dengan metode dari model cooperatif
yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling
membantu
siswa bermain dalam game, temannya tidak boleh membantu memastikan telah
C. Hipotesis Tindakan
jenis teams tournament games dengan teka – teki silang dapat meningkat
aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas XI D di SMP Negeri 1 Tanjung
20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari – Februari 2017. Penelitian ini
minim. Aktivitas dan hasil belajar siswa rendah, siswa hanya mendengarkan dan
mencatat penjelasan dari guru,enggan bertanya dan cenderung diam saat guru
B. Subjek Penelitian
Jumlah siswa kelas IX D adalah 35 orang yang terdiri dari 18 orang laki - laki
21
C. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian, maka peneliti menggunakan
1. Metode Observasi
Metode observasi merupakan suatu proses yang komplek, Suatu proses yang
tersusun dari berbagai biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting
gejala gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.
Observasi aktivitas adalah pengamatan tingkah laku dan kegiatan siswa selama
silang
2. Metode Dokumentasi
mengenai hal hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, prasasti,
sumber data antara lain : Rencana pembelajaran, jurnal harian, angket, lembar
kelompok.
Tes yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar adalah tes tertulis,
nilai yang diperoleh siswa hasil tes pada setiap akhir siklus pembelajaran.
Non tes yang digunakan untuk memperoleh bakat atau minat siswa, melalui
1. Prosedur Kinerja
Prosedur tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus. Berdasarkan hal diatas maka
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi untuk setiap siklus. Secara
lebih rinci prosedur penelitian tindakan untuk setiap kelas dapat dijabarkan
sebagai berikut :
(1) Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai
berikut:
23
- Rancangan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan berupa rencana
siswa agar lebih memahami materi. Pada perencanaan ini termuat materi yang
teki silang
(3) Observasi
dengan menggunakan jurnal harian, lembar observasi terfokus, tes hasil belajar
24
(4) Refleksi
Hasil yang didapat pada tahap observasi pada setiap siklusnya dikumpulkan
instrumen observasi terfokus, tes siklus dan angket yang digunakan peneliti
(1) Sumber data : Sumber data penelitian ini adalah siswa, peneliti dan guru mitra
(2) Jenis data : Jenis data yang didapat adalah data kuantitatif dan data kualitatif
yang terdiri dari (a) skor hasil belajar dari setiap siklus, (b) data hasil
observasi pelaksanaan pembelajaran, (c) data sikap siswa, (d) data refleksi
(a) Skor hasil belajar di ambil dari hasil tes pada setiap siklus,
Nilai didapat dengan cara = x 10 .... (1)
∑ ,
Ketuntasan =
x 100 % .... (2)
observasi terfokus untuk melihat aktivitas belajar siswa dan tindakan guru
25
(c) Data sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif jenis
teams tournament games dengan teka – teki silang diperoleh melalui angket
silang. Penilaian ini dilakukan setelah semua kegiatan pembelajaran dan tes
(d) Data refleksi guru diambil dari jurnal harian yang berisi seluruh tindakan
memberikan pengajaran.
(e) Data Angket/ kuisioner diambil dari penyebaran angket kepada siswa, yang
∑
Rata – rata nilai Angket / item =
3. 5 Indikator Kinerja
Indikator kinerja pada penelitian ini adalah adanya peningkatan aktivitas dan hasil
tuntas secara klasikal jika mendapat nilai ≥ 6,5 sebesar 85%. Ada peningkatan
tournament games dengan teka – teki silang yang dilihat dari jurnal harian dan
instrumen observasi terfokus, serta ada sikap siswa yang positif (kuisioner/
27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
keterterapan tindakan oleh guru (peneliti) yang langsung dapat dicatat oleh guru
ketercapaian
No Fokus Observasi
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
Aktivitas guru
1. 68,75% 75% 90,90%
Aktivitas siswa
2. 54,54% 72,72% 93,75%
Rata - rata hasil belajar
3. 79,71 73,71 88,57
Ketuntasan belajar
4. 77,14% 74,28% 93,75%
28
B. Pembahasan
4.2.1 Siklus 1
observasi dan refleksi. Bersamaan dengan hal tersebut juga dikoleksi data
persiapan dan kerterterapan tindakan oleh guru (peneliti), dan skor hasil tes
Berdasarkan (lampiran 10) lembar observasi terfokus aktivitas siswa pada model
pembelajaran. Hal ini dapat terlihat pada rendahnya persentase aktivitas siswa
pada kriteria baik hanya sebesar 54,54%, kriteria cukup 27,27% dan persentase
secara individual, hal ini yang menyebabkan siswa nampak canggung saat
Siswa dalam tiap kelompok berusaha membuat karton permainan, siswa belum
29
menyampaikan pendapatnya, dan siswa yang lain memperhatikan sambil sesekali
memberikan tanggapan.
games tournament untuk siklus 1 hanya 68,75 % yang terpenuhi untuk kriteria
baik. Dan 31,25% dengan kriteria cukup . belum terbiasanya guru memberikan
yang diberikan, Guru tampak kurang sabar menunggu siswa mendata pertanyaan
pada karton permainan. Tidak lupa guru mengingatkan untuk membaca berulang
Tabel 4.2
Nilai Akhir Siklus 1 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40 1 40
2 50 2 100
3 60 5 300
4 70 3 210
5 80 12 960
6 90 2 180
7 100 10 1000
Jumlah 35 2790
Rata - rata 79,71
∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 % = 77,14 %
30
∑
Rata – rata nilai kelas = =
!
= = = 79,71
klasikal yaitu 85% dari siswa yang mencapai nilai ≥ 6,5 hanya karena didapat 27
siswa dari 35 siswa atau 77,14 %dengan rata – rata nilai kelas 79,71 dari
menciptakan suasana aktif bagi siswa yang ditunjukkan dengan siswa bertanya
secara kelompok.
4.2.1.4 Refleksi
Guru (peneliti) dan guru mitra telah mendapatkan kemampuan baru dalam
31
jenis team games tournament. Hasil tindakan yang dirasa tidak memuaskan pada
siklus 1 adalah :
kriteria baik. Hal ini terjadi karena guru kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk saling berkomunikasi dan bertanya atau meminta bantuan
yang hanya diperoleh 54,54%, dengan kriteria baik. Hal ini karena siswa
kelompok. Selain itu juga mungkin karena siswa terbiasa hanya menerima
materi yang diberikan oleh guru,sehingga siswa masih merasa malu – malu
dalam mengungkapkan konsepsinya dalam diskusi kelas. Oleh karena itu guru
lebih banyak berperan dalam buat kesimpulan terhadap materi yang dipelajari
3. Hasil belajar siswa masih rendah dan belum mencapai ketuntasan secara
klasikal. Berdasarkan analisis data dan diskusi dengan guru mitra diyakini
yang menjadi penyebab rendahnya perolehan nilai tes pada siklus 1 karena
siswa belum terbiasa mengerjakan soal tes dengan waktu yang singkat dan
sebagai berikut :
2. Guru membagi waktu yang digunakan pada setiap fase pembelajaran dengan
30 menit, fase kelompok dan game 30 menit, fase turnamen 25 menit fase team
4.2.2 Siklus 2
mengacu pada hasil refleksi dan rekomendasi pada siklus 1. Bersamaan dengan
hal tersebut juga dikoleksi data melalui lembar observasi terfokus aktivitas siswa,
(peneliti), dan skor hasil tes formatif. Data yang didapat sebagai berikut.
33
Berdasarkan lembar observasi terfokus aktivitas siswa (lampiran 13) dengan
model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament untuk siklus 2 ini
diperoleh hasil belajar sebesar 72,72% dengan indikator baik dan 27,27% dengan
pendapatnya saat berdiskusi kelompok. Siswa lebih aktif dan ceria. Siswa harus
Tiap kelompok mulai ada pembiasaan untuk saling bekerjasama dalam kegiatan
kelompoknya.
baik. Dan 25% dengan kriteria cukup . Tindakan guru dalam pembelajaran telah
model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament, guru juga telah
siklus 1
34
4.2.2.3 Hasil belajar
Tabel 4.3
Nilai Akhir Siklus 2 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40 3 120
2 50 2 100
3 60 4 240
4 70 9 630
5 80 8 640
6 90 5 450
7 100 4 400
Jumlah 35 2580
Rata – rata 73,71
∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 = 74,28 %
∑
Rata – rata nilai kelas = =
! !
= = = 74,28
klasikal yaitu 85% dari siswa yang mencapai nilai ≥ 6,5 hanya karena
didapat 26 siswa dari 35 siswa atau 74,28 % Pada siklus 2 mengalami penurunan
Dari ekstrapolasi jurnal harian didapatkan data dari guru sebagai berikut :
35
1. Penataan kelas untuk belajar kelompok terlaksana dengan anggota kelompok
menciptakan suasana yang aktif bagi siswa yang ditunjukkan dengan siswa
yang menjawab pertanyaan dan bertanya kepada guru, ini berarti bahwa siswa
4. Hasil belajar siswa didapat pada siklus 2 ini mengalami penurunan hal ini
5.2.2.4 Refleksi
36
75 %dengan kriteria baik dan 25% dengan kritaria cukup. Guru telah mampu
menambah waktu untuk tes formatif . Upaya yang telah dilakukan untuk
siklus 2 ini.
2. Aktivitas siswa dalam pada siklus 2 ini lebih terarah karena siswa mulai aktif
pendapatnya. Siswa masih perlu bantuan dari guru dalam membuat karton
game. Hasil belajar yang diperoleh siswa belum mencapai peningkatan yang
tes yang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran dengan waktu yang singkat.
agar siswa lebih mudah dalam memahaminya sehingga siswa dapat menjawab
37
Siklus 3
dengan hal tersebut juga dikoleksi data melalui lembar observasi terfokus
oleh guru (peneliti), dan skor hasil tes formatif. Data yang didapat sebagai
berikut.
model pembelajaran kooperatif jenis team games tournament untuk siklus 3 ini
mencapai 90,90%dengan indikator baik dan 9% dengan indikator cukup. Hal ini
games tournament untuk siklus 3 ini ternyata mencapai 93,75% dengan indikator
baik. Hal ini karena guru telah berupaya mempertahankan kinerja pada siklus 2
sehingga dapat terlaksana dengan sangat baik pada siklus 3. Guru juga telah
38
menyelengarakan pembelajaran sesuai dengan rekomendasi dan refleksi pada
siklus 2
Tabel 4.4
Nilai Akhir Siklus 3 Hasil belajar IPA
Siswa kelas IX D di SMP N 1 Tanjung Bintang
No Nilai Frekwensi Jumlah
1 40
2 50 1 50
3 60 3 180
4 70 3 210
5 80 12 960
6 90 9 810
7 100 7 700
Jumlah 35 2910
Rata - rata 83,14
∑ ,
Ketuntasan = x 100 % = 100 % = 88,57 %
∑
Rata – rata nilai kelas = =
! !
! !
= = = 83,14
Berdasarkan data tes siklus 3 ini diketahui bahwa siswa yang mencapai ketuntasan
belajar sebanyak 88,57 %yaitu didapat 31 siswa dari 35 siswa, dengan nilai rata-
Dari ekstrapolasi jurnal harian didapatkan data dari guru sebagai berikut :
39
1. Penataan kelas untuk belajar berkelompok terlaksana dengan anggota
menciptakan suasana yang aktif bagi siswa, dimana siswa telah menggunakan
3. Pembelajaran ini juga secara alamiah siswa merasa saling membutuhkan atau
yang biasa disebut dengan saling ketergantungan positif yang dapat dicapai
4.2.3.4 Refleksi
1. Guru (peneliti) dan guru mitra lebih terbiasa dalam mempersiapkan Model
kembali pada siklus ketiga ini. Secara alamiah siswa telah paham dalam
seimbang.
Hal ini karena upaya yang telah dilakukan dalam mempertahankan kinerja
40
3. pada siklus 2 terlaksana dengan lebih optimal pada siklus 3.
Siswa tampak aktif dan lebih berani dalam bertanya dan menjawab serta
ketergantungan hadiah.
Hasil tes pada siklus 3 telah meningkat dengan baik dengan rata-rata kelas
menyebarkan kuisioner hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa
Tabel 4.5
Data Hasil Pengolahan kuisioner minat belajar IPA dengan
Model pembelajaran Generatif
41
IPA
42
Apakah dengan menggunakan media
10 permainan teka – teki silang (TTS), pada 3,75 Positif
materi tata surya ini membuat kalian
saling bekerjasama dalam kelompok
Contoh :
∑ !
Rata – rata nilai Angket / item = =
= = = 3,8 (Positif)
Nampak bahwa tiap item kuisioner yang diberikan menunjukkan respon yang
positif
43