KELOMPOK 3
KELAS 7.3
SMPN 19 BEKASI
Disusun oleh:
Richardo Steven Satria Dewata
Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki
kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat
kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di
bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”
Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak
benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.
“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi
memperhatikan pembicaraan mereka.
“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.”
Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.
Pesan Moral: Setiap makhluk telah diciptakan Tuhan dengan sedemikian rupa.
Sebagai hamba yang baik, sebaiknya kita saling menjaga perasaan orang lain
dengan menggunakan tutur kata yang baik.
Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan
yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia
tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.
Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu
seperti kulit Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan
ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak
sengaja ditinggalkan oleh para pemburu Harimau. Kuda itu mencoba memakai
kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di
tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”
Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak
membuatnya bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa
seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing
Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.
“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku
membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari
semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya
sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya
seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah
meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan
melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap
mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari
berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari
ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut,
hahaha!” Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun,
suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.
Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terjatuh ke sungai.
Semut itu berjuang sangat keras untuk berenang supaya tidak tenggelam.
Melihat hal itu, Merpati tak hanya diam saja. Ia segera memetik sehelai daun di
atas pohon dan dijatuhkannya ke atas sungai dekat dengan posisi semut yang
hampir tenggelam.
"Semut, cepat berenang dan naiklah ke atas daun ini!" teriak Merpati.
Semut lantas berenang menuju daun dan naik di atasnya. Semut akhirnya
selamat dan tidak tenggelam di sungai.
"Terima kasih, Merpati! Kau telah menyelamatkan nyawaku!" ujar Semut.
"Sama-sama, Semut!" ujar Merpati.
Sejak saat itu, Semut dan Merpati pun menjadi sahabat.
Beberapa hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Si
Merpati, sedang terbang dan hinggap di atas ranting pohon. Tiba-tiba, datang
seorang pemburu yang langsung mengarahkan senapannya kepada Merpati.
Semut yang ingin menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si
Pemburu. Pemburu tersebut kesakitan dan senapannya pun menembak melesat
jauh dari Merpati. Merpati yang terkejut langsung terbang dan melihat
sahabatnya Semut yang sedang menggigit kaki Pemburu. Merpati pun selamat
dari bidikan pemburu.
Kemudian, Merpati berucap, "Terima kasih ya, Semut! Kau telah
menyelamatkan nyawaku!"
Semut pun menjawab, "Terima kasih kembali, Merpati!"
Pesan Moral: Berbuat baiklah kepada sesama dan biasakan sikap tolong-
menolong antar sesama. Perbuatan yang baik pasti akan mendapat balasan yang
baik pula.
Dahulu kala, hidup lah seekor kelinci. Kelinci bisa berlari dengan sangat cepat.
Ia bangga dengan keahliannya itu. Suatu hari, Kelinci melihat Kura-Kura yang
berjalan sangat lambat. Melihat betapa lambatnya Kura-Kura berjalan, Kelinci
pun menertawakan Kura-Kura dan berkata, "Kamu berjalan sangat lambat ya,
Kura-Kura! Hahaha.."
Mendengar hal itu, Kura-Kura pun menimpali, "Rupanya kamu sangat bangga
dengan kecepatanmu, ya, Kelinci. Bagaimana kalau kita berlomba dan kita lihat
siapa yang sebenarnya bisa lari lebih cepat?"
"Lomba lari? Denganmu? Tentu saja aku yang akan menang!" ujar Kelinci
dengan sombongnya.
"Kura-Kura akan butuh waktu sangat lama untuk mendekatiku," pikir Kelinci.
Kelinci pun memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon. Teduhnya
pohon yang rindang membuat Kelinci jadi mengantuk. Akhirnya, Kelinci pun
tertidur di bawah pohon tersebut.
Saat Kelinci akhirnya terbangun, ia kaget melihat Kura-Kura sudah sangat dekat
dengan garis finish. Kelinci pun segera bangkit dan berlari dengan kencang.
Namun, usaha Kelinci ternyata sia-sia. Kura-Kura yang sudah lebih dekat
dengan garis finish akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Kelinci sangat
kecewa. Seluruh hewan di hutan pun mengakui bahwa pemenang lomba lari
tersebut adalah Kura-Kura yang tetap berusaha dengan gigih sampai garis akhir.
Pesan Moral: Kita tidak boleh sombong dan meremehkan orang lain hanya
karena kita memiliki kemampuan yang lebih baik dari mereka karena pada
akhirnya, usaha keras dan kegigihan lah yang mampu membawa kita menuju
kesuksesan.
Dicari oleh:Evan W. P. Sinaga
Di suatu siang yang terik, seekor burung gagak merasa sangat kehausan. Tiba-
tiba, saat ia terbang, ia melihat ada sebuah teko yang berisi sedikit air di sebuah
kebun. Ia pun segera turun untuk meminum air di dalam teko tersebut.
Setelah melihat ke dalam teko, ternyata paruh Gagak tidak bisa menjangkau air
di dalamnya. Ia pun berpikir dan berusaha mencari cara agar bisa meminum air
di dalam teko tersebut.
Setelah berpikir, Gagak pun mendapat ide untuk memasukkan beberapa kerikil
ke dalam teko satu demi satu. Usahanya pun berbuah manis. Air di dalam teko
perlahan naik ke permukaan dan Gagak pun dapat dengan mudah untuk
meminum air tersebut. Gagak pun sudah tidak kehausan lagi setelah berhasil
meminum air di teko tersebut.
Pesan Moral: Kita harus bisa berpikir kreatif untuk mencari solusi saat
menghadapi kesulitan.
Pesan Moral:Bersyukurlah dengan yang kita miliki. Jangan serakah dan ingin
mengambil semuanya.
Keduanya tidak ada yang mau memberi jalan untuk yang lain dan terus
bertengkar. Tanpa disadari mereka sudah berjalan sampai ke tengah jembatan.
Saat mereka bertengkar dan mencoba untuk menyerobot satu sama lain,
jembatan itu goyah dan ambruk. Kedua kambing itu pun jatuh ke sungai
bersamaan.
Pesan Moral:kita tidak boleh meremehkan orang lain dan merasa kuat karena
memiliki tubuh besar.
Ada seekor Rusa yang sangat bangga dengan tanduk nya yang indah tetapi
membenci kakinya yang kurus tinggi. Maka suatu hari, sang Rusa berniat untuk
mencari hewan yang bisa mengubah keempat kakinya menjadi lebih gemuk.
Namun, saat sang Rusa sedang asik berjalan ke tengah hutan. Tiba tiba saja
sang Rusa mendengar Ada beberapa anjing pemburu datang mengejarnya
Karena itu, tanpa berpikir panjang sang Rusa pun langsung berlari sekencang
mungkin ke tengah hutan untuk menyelamatkan diri nya. Sang Rusa menerobos
hutan lebat dari semak belukar dan pohon pohon rindang. Karena ketakutan dan
kurang memperhatikan jalan tiba tiba saja "Duk!" Tanduk sang Rusa yang indah
tersangkut oleh batang batang pohon.
Sang Rusa mencoba untuk melepaskan tanduk nya akan tetapi "Huft!! Kenapa
susah sekali sih!". Sementara para anjing pemburu sudah semakin dekat. Di saat
saat genting ini, sang Rusa mengambil ancang ancang "Satu... Dua... Tiga..!"
Dengan hentakan kakinya yang keras, tanduk sang Rusa yang tersangkut pun
akhirnya terlepas. Dengan keempat kakinya yang ramping, ia langsung berlari
sekencang mungkin
Akhirnya setelah berlari cukup lama, sang Rusa selamat dari kejaraan anjing
pemburu itu. "Ah.. Akhirnya, lega sekali bisa terbebas dari anjing-anjing
pemburu itu" Katanya. Setelah kejadian itu sang Rusa pun berpikir "Ternyata
kakiku yang selalu ku sepelekan malah menjadi penyelamat saat di waktu
genting, sebaliknya tanduk ku yang selalu kubanggakan malah merepotkan
ku..". Sejak saat itu, sang Rusa pun tidak lagi mempersoalkan bentuk kakinya.
Pesan Moral:Kita harus bersyukur dengan kelebihan kita. Semua orang mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Jadi tidak ada orang yang sempurna.
Dicari oleh:Putri Aulia N.
Pada suatu ketika ada nelayan yang sedang mencari ikan bersama seekor Monyet. Monyet itu
dibawa untuk menemaninya menangkap ikan di laut. Namun ketika mereka sudah berada di
tengah lautan, tiba tiba saja datang angin puting beliung yang memporak porandakan perahu
nelayan tersebut. Beruntung nya Monyet menemukan sebilah papan kayu dan dia
menggelantung di papan tersebut.
Sudah hampir satu hari penuh Monyet menggelantung di tengah lautan dengan papan. "To..
Tolong... Tolonglah aku.... Aku sudah sangat lapar dan letih" Teriak Monyet ketika sudah di
ambang keputusan asaan dengan berurai air mata. Ditengah keputus asaan itu, tiba tiba
datanglah seekor Lumba-Lumba yang baik hati. "Kasihan sekali" Katanya saat melihat
Monyet, "ayo naik ke atas kepunggungku wahai sahabatku Monyet". Dengan sigap monyet
melompat ke punggung Lumba-Lumba tersebut.
Lumba-Lumba tersebut berenang membawa sang Monyet ke pinggir pantai di sebuah pulau
tepatnya di tengah lautan. Monyet yang melihat pulau tersebut sangat gembira dan
mengucapkan terimakasih kepada sang Lumba-Lumba atas kebaikan nya yang sudah
menolongnya membawa ke pulau. "Wahai sahabatku yang baik, terimakasih banyak atas
pertolongan mu. Kalau tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati tenggelam di tengah lautan.
Aku adalah Raja dari negeri seberang, kebetulan Raja di pulau ini adalah sahabat baikku."
Kata Monyet.
Akan tetapi Lumba-Lumba itu tau bahwa Monyet sedang berbohong karena Lumba-Lumba
tau pulau tersebut tidak berpenghuni. "Wah, kalau begitu kamu bisa menjadi Raja selanjutnya
mulai sekarang, karena tidak ada siapapun yang tinggal di pulau ini" Ucap sang Lumba-
Lumba sembari berenang menjauh dari Pulau ke tengah lautan.
Mendengar ucapan sang Lumba-Lumba, Monyet pun menjadi malu dan menyesali nya. Tapi
apalah daya, Lumba-Lumba yang baik hati itu telah pergi jauh dari Pulau ke tengah lautan.
Sekarang hanya tersisa Monyet sendiri di Pulau yang tidak berpenghuni itu.
Pesan Moral:Janganlah berbohong demi pujian dari orang lain. Karena kebohongan itu pasti
akan terungkap.