Anda di halaman 1dari 13

KUMPULAN CERITA FABEL

KELOMPOK 3
KELAS 7.3
SMPN 19 BEKASI

Disusun oleh:
Richardo Steven Satria Dewata

Pengumpul Cerita Fabel:


Evan W. P. Sinaga
Muhammad Ichsan Prabowo
Putri Aulia N.
Syifa Dwi Sahla
Semua Istimewa
Ulu, seekor Katak Hijau, sedang berdiri di pinggir kolam. Hari itu langit sangat gelap dan hari seperti
itulah yang Ulu sukai. Tidak lama kemudian, air mulai menetes perlahan-lahan dari angkasa.
“Hujan telah tiba!” Ulu berteriak dengan girang. Ulu pun mulai bersenandung sambil melompat-
lompat mengitari kolam. Ia melihat Semut yang kecil sedang berteduh di balik bunga matahari.
“Wahai Semut, hujan telah tiba jangan bersembunyi!” seru Ulu kepada Semut yang sedang berusaha
keras menghindari tetesan air hujan.
Semut menghela napas dan menatap Ulu dalam-dalam, “Ulu, aku tidak suka dengan hujan. Kamu
lihat betapa mungilnya tubuhku? Air hujan akan menyeret dan menenggelamkanku ke kolam! Aku
tidak bisa berenang sepertimu, makanya aku berteduh,” sahut Semut.
“Makanya Semut, kau harus berlatih berenang! Aku sejak masih berudu sudah bisa berenang, masa
kau tidak bisa? Berenang itu sangat mudah, julurkan saja kakimu,” Ulu menjulurkan kakinya, “dan
tendang ke belakang seperti ini! Ups, maaf, kakimu kan pendek.”
Sambil tertawa, Ulu melompat meninggalkan Semut.
Semut hanya bisa menatap Ulu dengan kesal. Semut tidak dapat berenang karena ia berjalan. Ulu
kembali berseru, “Hujan telah tiba! Hujan telah tiba! Oh, hai Ikan! Aku sangat suka dengan hujan,
bagaimana denganmu? Ulu berhenti di pinggir kolam dan berbicara kepada Ikan yang sedang
berenang di dalam kolam. Ikan mendongakkan kepalanya ke atas dan berbicara kepada Ulu.
“Aku tidak dapat merasakan hujan, Ulu. Lihatlah, aku tinggal bersama air. Bagaimana caranya aku
dapat menikmati hujan seperti kamu, Ulu?” Ikan pun kembali berputar-putar di dalam kolam.
“Hah! Sedih sekali hidupmu Ikan! Seandainya kamu seperti aku, dapat hidup di dalam dua dunia,
darat dan air, mungkin kamu akan dapat merasakan kebahagiaan ini. Nikmati saja air kolammu, sebab
kamu tidak akan dapat pernah merasakan rintikan hujan di badanmu!”
Apa yang Ulu katakan sangat menusuk hati Ikan. Ikan menatap ke arah tubuhnya yang bersisik, lalu
menatap ke arah tubuh licin Ulu. Ikan yang bersedih hati pun berenang meninggalkan Ulu ke sisi
kolam yang lain. Ulu pun kembali melompat-lompat di sekitar kolam dan kembali bersenandung.
Saat Ulu tiba di bawah pohon, ia melihat Burung sedang bertengger di dahan pohon dan
membersihkan bulunya. Ulu mengira Burung juga sama seperti Semut dan Ikan yang tidak dapat
menikmati hujan.
“Hai Burung, kenapa kau tidak mau keluar dan menikmati hujan? Apakah kamu takut bulumu basah?
Atau apakah kamu takut tenggelam ke dalam kolam seperti Semut? Ataukah memang kamu tidak bisa
menikmati indahnya hujan seperti Ikan?” Setelah berkata demikian, Ulu tertawa kencang-kencang.
Burung menatap ke arah Ulu yang masih tertawa,” Hai Ulu, apakah kau bisa naik kemari?” Ulu
kebingungan.
“Apa maksudmu Burung?”
“Apakah kau bisa memanjat naik kemari, Ulu?”
“Apa yang kau maksud Burung? Tentu saja aku tidak bisa!” Ulu cemberut dan menatap ke arah dua
kakinya. Ulu menyesal punya kaki yang pendek sehingga tidak bisa terbang.
“Ulu, tidakkah kamu tahu bahwa Sang Pencipta membuat kita dengan keunikan yang berbeda-beda?
Aku tidak bisa berenang sepertimu dan Ikan, tetapi aku bisa terbang mengitari angkasa.

Burung kembali berkata dengan bijak, “Itulah yang kumaksud Ulu, kita masing-masing memiliki
kelebihan sendiri. Semut tidak bisa berenang sepertimu, tetapi ia bisa menyusup ke tempat-tempat
kecil yang tidak dapat kau lewati. Ikan tidak dapat melompat-lompat sepertimu, tetapi ia bernapas di
bawah air. Kamu tidak seharusnya menghina mereka!”

Ulu mulai menyadari bahwa tindakannya salah. Diam-diam Ulu berpikir bahwa tindakannya itu tidak
benar. Ia seharusnya tidak menyombongkan kelebihan dan menghina teman-temannya.

“Maafkan aku, Burung.” ucap Ulu seraya menatap sendu ke arah Semut dan Ikan yang sejak tadi
memperhatikan pembicaraan mereka.

“Maafkan aku Semut, Ikan, selama ini aku telah menyinggung perasaanmu.”

Sejak saat itu, Ulu mulai menghargai teman-temannya dan mereka pun menyukainya kembali.

Pesan Moral: Setiap makhluk telah diciptakan Tuhan dengan sedemikian rupa.
Sebagai hamba yang baik, sebaiknya kita saling menjaga perasaan orang lain
dengan menggunakan tutur kata yang baik.

Dicari oleh:Richardo Steven Satria Dewata

Kuda Berkulit Harimau

Seekor Kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan
yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia
tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.

Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan Kuda itu melihat sesuatu, “Itu
seperti kulit Harimau,” gumam Kuda itu. Kuda itu lalu mendekatinya dan
ternyata memang benar apa yang dilihatnya adalah kulit Harimau yang tak
sengaja ditinggalkan oleh para pemburu Harimau. Kuda itu mencoba memakai
kulit Harimau itu, “Wah, kebetulan sekali, kulit Harimau ini sangat pas di
tubuhku. Apa yang akan kulakukan dengannya, ya?”

Terlintaslah di benak Kuda itu untuk menakuti binatang-binatang hutan yang


melewati dirinya. “Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan
sering dilalui oleh binatang hutan. Di mana ya?” tanya Kuda dalam hati sambil
mencari tempat yang cocok. Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang
cukup gelap untuk bersembunyi, lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan
kulit Harimau. Tak lama kemudian, beberapa Domba gunung berjalan ke
arahnya. Kuda itu menggumam bahwa Domba-domba itu cocok dijadikan
sasaran empuk kejahilannya.

Ketika Domba-domba itu melewatinya, Kuda itu meloncat ke arah mereka


sehingga sontak Domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut
dengan kulit Harimau yang dikenakan Kuda itu. “Tolong, ada Harimau! Lari,
cepat lari!” teriak salah satu Domba. Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat
Domba-domba itu pontang-panting berlari.

Setelah itu, Kuda segera kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia


menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu. “Ah, ada Tapir
menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa lebih lama
bersiap-siap melompat!” kata Kuda itu dalam hati. Tibalah saat Kuda itu
meloncat ke arah Tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-langgang menjauhi
Kuda yang memakai kulit Harimau itu. Kuda itu kembali ke semak-semak
sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.

Kali ini, Kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak
membuatnya bosan. Tiba-tiba, seekor Kucing Hutan berlari sambil membawa
seekor Tikus di mulutnya. Kucing itu tidak melewati semak-semak, Kucing
Hutan itu duduk menyantap Tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.

“Ah, ternyata Kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku
membuatnya kaget di sana,” kata Kuda itu dalam hati. Kuda itu pun keluar dari
semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati Kucing Hutan. Saat jaraknya
sudah sangat dekat dengan Kucing Hutan, Kuda itu mengaum seperti halnya
seekor Harimau, tetapi dia tidak sadar bahwa bukannya mengaum, dia malah
meringkik. Mendengar suara itu, Kucing Hutan menoleh ke belakang dan
melihat seekor Kuda berkulit Harimau. Sesaat, Kucing Hutan itu siap-siap
mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak sembari
berkata, “Saat aku melihatmu memakai kulit Harimau itu, aku pasti akan lari
ketakutan, tapi rupanya suaramu itu ringkikan Kuda, jadi aku tidak takut,
hahaha!” Kucing Hutan itu juga berkata kepada Kuda bahwa sampai kapan pun,
suara ringkiknya tidak akan bisa berubah jadi auman.

Pesan moral:sepandai-pandainya orang berpura-pura, suatu saat akan terbongkar


juga kepura-puraannya itu. Kejujuran merupakan sikap yang paling indah di
dunia ini.

Dicari oleh:Richardo Steven Satria Dewata

Persahabatan Semut dan Merpati

Suatu hari, seekor merpati melihat ada seekor semut yang terjatuh ke sungai.
Semut itu berjuang sangat keras untuk berenang supaya tidak tenggelam.
Melihat hal itu, Merpati tak hanya diam saja. Ia segera memetik sehelai daun di
atas pohon dan dijatuhkannya ke atas sungai dekat dengan posisi semut yang
hampir tenggelam.
"Semut, cepat berenang dan naiklah ke atas daun ini!" teriak Merpati.
Semut lantas berenang menuju daun dan naik di atasnya. Semut akhirnya
selamat dan tidak tenggelam di sungai.
"Terima kasih, Merpati! Kau telah menyelamatkan nyawaku!" ujar Semut.
"Sama-sama, Semut!" ujar Merpati.
Sejak saat itu, Semut dan Merpati pun menjadi sahabat.
Beberapa hari berikutnya, Semut yang sedang berjalan melihat sahabatnya, Si
Merpati, sedang terbang dan hinggap di atas ranting pohon. Tiba-tiba, datang
seorang pemburu yang langsung mengarahkan senapannya kepada Merpati.
Semut yang ingin menyelamatkan Merpati, langsung menggigit kaki Si
Pemburu. Pemburu tersebut kesakitan dan senapannya pun menembak melesat
jauh dari Merpati. Merpati yang terkejut langsung terbang dan melihat
sahabatnya Semut yang sedang menggigit kaki Pemburu. Merpati pun selamat
dari bidikan pemburu.
Kemudian, Merpati berucap, "Terima kasih ya, Semut! Kau telah
menyelamatkan nyawaku!"
Semut pun menjawab, "Terima kasih kembali, Merpati!"
Pesan Moral: Berbuat baiklah kepada sesama dan biasakan sikap tolong-
menolong antar sesama. Perbuatan yang baik pasti akan mendapat balasan yang
baik pula.

Dicari oleh:Evan W. P. Sinaga

Lomba Lari Kelinci dan Kura-Kura

Dahulu kala, hidup lah seekor kelinci. Kelinci bisa berlari dengan sangat cepat.
Ia bangga dengan keahliannya itu. Suatu hari, Kelinci melihat Kura-Kura yang
berjalan sangat lambat. Melihat betapa lambatnya Kura-Kura berjalan, Kelinci
pun menertawakan Kura-Kura dan berkata, "Kamu berjalan sangat lambat ya,
Kura-Kura! Hahaha.."

Mendengar hal itu, Kura-Kura pun menimpali, "Rupanya kamu sangat bangga
dengan kecepatanmu, ya, Kelinci. Bagaimana kalau kita berlomba dan kita lihat
siapa yang sebenarnya bisa lari lebih cepat?"

"Lomba lari? Denganmu? Tentu saja aku yang akan menang!" ujar Kelinci
dengan sombongnya.

Keesokan harinya, Kelinci dan Kura-Kura pun berlomba. Seluruh hewan di


hutan turut berkumpul untuk menonton perlombaan itu.
Perlombaan pun dimulai. Seperti dugaan, Kelinci langsung berlari sangat cepat,
meninggalkan Kura-Kura yang berjalan lambat di belakang. Meskipun
tertinggal jauh, Kura-Kura tetap berusaha untuk berlari.

Setelah beberapa saat, Kelinci berbalik untuk melihat di mana Kura-Kura


berada. Ternyata, Kura-Kura berjalan sangat lambat dan berada jauh di
belakangnya.

"Kura-Kura akan butuh waktu sangat lama untuk mendekatiku," pikir Kelinci.
Kelinci pun memutuskan untuk istirahat sejenak di bawah pohon. Teduhnya
pohon yang rindang membuat Kelinci jadi mengantuk. Akhirnya, Kelinci pun
tertidur di bawah pohon tersebut.

Beberapa saat kemudian, Kura-Kura berhasil sampai di titik di mana Kelinci


tertidur pulas di bawah pohon. Melihat Kelinci yang tertidur pulas, Kura-Kura
berusaha berlari tanpa menimbulkan suara agar Kelinci tidak terbangun.
Perlahan tapi pasti, Kura-Kura pun berhasil melewati Kelinci yang tetap tertidur
pulas.

Saat Kelinci akhirnya terbangun, ia kaget melihat Kura-Kura sudah sangat dekat
dengan garis finish. Kelinci pun segera bangkit dan berlari dengan kencang.

Namun, usaha Kelinci ternyata sia-sia. Kura-Kura yang sudah lebih dekat
dengan garis finish akhirnya berhasil memenangkan perlombaan. Kelinci sangat
kecewa. Seluruh hewan di hutan pun mengakui bahwa pemenang lomba lari
tersebut adalah Kura-Kura yang tetap berusaha dengan gigih sampai garis akhir.

Pesan Moral: Kita tidak boleh sombong dan meremehkan orang lain hanya
karena kita memiliki kemampuan yang lebih baik dari mereka karena pada
akhirnya, usaha keras dan kegigihan lah yang mampu membawa kita menuju
kesuksesan.
Dicari oleh:Evan W. P. Sinaga

Gagak yang Cerdik

Di suatu siang yang terik, seekor burung gagak merasa sangat kehausan. Tiba-
tiba, saat ia terbang, ia melihat ada sebuah teko yang berisi sedikit air di sebuah
kebun. Ia pun segera turun untuk meminum air di dalam teko tersebut.

Setelah melihat ke dalam teko, ternyata paruh Gagak tidak bisa menjangkau air
di dalamnya. Ia pun berpikir dan berusaha mencari cara agar bisa meminum air
di dalam teko tersebut.

Setelah berpikir, Gagak pun mendapat ide untuk memasukkan beberapa kerikil
ke dalam teko satu demi satu. Usahanya pun berbuah manis. Air di dalam teko
perlahan naik ke permukaan dan Gagak pun dapat dengan mudah untuk
meminum air tersebut. Gagak pun sudah tidak kehausan lagi setelah berhasil
meminum air di teko tersebut.

Pesan Moral: Kita harus bisa berpikir kreatif untuk mencari solusi saat
menghadapi kesulitan.

Dicari oleh:Syifa Dwi Salha


Keserakahan Seekor Anjing

Seekor Anjing terlihat sedang mencuri sepotong daging. Setelah berhasil, ia


berlari secepat mungkin menghindari kejaran pemilik daging tersebut sampai
akhirnya mengarah ke sebuah sungai.
"Hahahaha! Aku berhasil membawa daging segar untuk makan malam," kata si
anjing sambil tertawa.
Ketika melewati jembatan di sungai, anjing itu melihat di bawah ada anjing lain
yang membawa sepotong daging juga, sama sepertinya. Ia berpikir untuk
mencuri daging milik anjing lain yang berada di bawah jembatan agar bisa
membawa pulang dua potong daging.
"Wah, ada anjing lain yang juga membawa daging. Hmmm... Aku ambil saja
kali ya, jadi aku bisa puas makan daging malam ini," ujar si anjing dalam hati.
Anjing itu menggonggong dan menyerang anjing lain hingga potongan daging
miliknya terlepas dari gigitan dan jatuh ke dalam air. Namun ia tersadar, kalau
anjing lain yang ia lihat sebagai musuh adalah bayangan dirinya sendiri di
permukaan air sungai.
"Oh tidak! Aku ceroboh sekali, kenapa aku begitu bodoh sampai
menghilangkan daging buruanku," kata si anjing sambil menangis.

Pesan Moral:Bersyukurlah dengan yang kita miliki. Jangan serakah dan ingin
mengambil semuanya.

Dicari oleh:Syifa Dwi Sahla


Kisah dua kambing
Suatu hari yang menyenangkan, dua ekor kambing terlihat mencoba
menyeberangi jembatan yang sudah rapuh dan sempit. Kedua kambing ini ingin
menyeberangi jembatan, namun tak ada yang mau mengalah.

Keduanya tidak ada yang mau memberi jalan untuk yang lain dan terus
bertengkar. Tanpa disadari mereka sudah berjalan sampai ke tengah jembatan.

Saat mereka bertengkar dan mencoba untuk menyerobot satu sama lain,
jembatan itu goyah dan ambruk. Kedua kambing itu pun jatuh ke sungai
bersamaan.

Pesan Moral:lebih baik mengalah daripada mengalami kemalangan karena sikap


keras kepala.

Dicari oleh:Muhammad Ichsan Prabowo


Kisah gajah dan semut
Gajah dikenal sebagai binatang yang besar. Suatu hari, kawanan gajah yang
besar datang ke hutan untuk mencari makan.
Kehadiran gajah ini mengganggu kawanan semut yang tinggal di sana. Banyak
rumah semut hancur karena diinjak gajah yang mencari makan.
"Pergilah dari sini, gajah! Ini daerah tempat kami tinggal," kata salah satu
semut.
Mendengar ucapan itu, gajah hanya tertawa. Ia tak peduli dan menganggap
semut adalah binatang kecil yang tidak berbahaya.
Kawanan semut merasa kesal dan berencana untuk mengusir gajah-gajah itu
dari hutan tempat mereka tinggal. Keesokan harinya, semut-semut mencoba
bicara pada kawanan gajah dan meminta mereka meninggalkan hutan.
Gajah menolak untuk meninggalkan hutan dan hal ini membuat kawanan semut
semakin marah. Semut-semut itu pun menyerang kawasan gajah dengan
menggigit kulit dan masuk ke dalam telinga hingga gajah-gajah terjatuh.
Kawanan gajah akhirnya menyerah dan meninggalkan hutan. Mereka sadar
bahwa semut-semut itu tidak bisa diremehkan hanya karena memiliki badan
kecil.

Pesan Moral:kita tidak boleh meremehkan orang lain dan merasa kuat karena
memiliki tubuh besar.

Dicari oleh:Muhammad Ichsan Prabowo


Rusa yang membenci kakinya yang ramping

Ada seekor Rusa yang sangat bangga dengan tanduk nya yang indah tetapi
membenci kakinya yang kurus tinggi. Maka suatu hari, sang Rusa berniat untuk
mencari hewan yang bisa mengubah keempat kakinya menjadi lebih gemuk.
Namun, saat sang Rusa sedang asik berjalan ke tengah hutan. Tiba tiba saja
sang Rusa mendengar Ada beberapa anjing pemburu datang mengejarnya
Karena itu, tanpa berpikir panjang sang Rusa pun langsung berlari sekencang
mungkin ke tengah hutan untuk menyelamatkan diri nya. Sang Rusa menerobos
hutan lebat dari semak belukar dan pohon pohon rindang. Karena ketakutan dan
kurang memperhatikan jalan tiba tiba saja "Duk!" Tanduk sang Rusa yang indah
tersangkut oleh batang batang pohon.
Sang Rusa mencoba untuk melepaskan tanduk nya akan tetapi "Huft!! Kenapa
susah sekali sih!". Sementara para anjing pemburu sudah semakin dekat. Di saat
saat genting ini, sang Rusa mengambil ancang ancang "Satu... Dua... Tiga..!"
Dengan hentakan kakinya yang keras, tanduk sang Rusa yang tersangkut pun
akhirnya terlepas. Dengan keempat kakinya yang ramping, ia langsung berlari
sekencang mungkin
Akhirnya setelah berlari cukup lama, sang Rusa selamat dari kejaraan anjing
pemburu itu. "Ah.. Akhirnya, lega sekali bisa terbebas dari anjing-anjing
pemburu itu" Katanya. Setelah kejadian itu sang Rusa pun berpikir "Ternyata
kakiku yang selalu ku sepelekan malah menjadi penyelamat saat di waktu
genting, sebaliknya tanduk ku yang selalu kubanggakan malah merepotkan
ku..". Sejak saat itu, sang Rusa pun tidak lagi mempersoalkan bentuk kakinya.

Pesan Moral:Kita harus bersyukur dengan kelebihan kita. Semua orang mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Jadi tidak ada orang yang sempurna.
Dicari oleh:Putri Aulia N.

Lumba-Lumba dan Monyet.

Pada suatu ketika ada nelayan yang sedang mencari ikan bersama seekor Monyet. Monyet itu
dibawa untuk menemaninya menangkap ikan di laut. Namun ketika mereka sudah berada di
tengah lautan, tiba tiba saja datang angin puting beliung yang memporak porandakan perahu
nelayan tersebut. Beruntung nya Monyet menemukan sebilah papan kayu dan dia
menggelantung di papan tersebut.
Sudah hampir satu hari penuh Monyet menggelantung di tengah lautan dengan papan. "To..
Tolong... Tolonglah aku.... Aku sudah sangat lapar dan letih" Teriak Monyet ketika sudah di
ambang keputusan asaan dengan berurai air mata. Ditengah keputus asaan itu, tiba tiba
datanglah seekor Lumba-Lumba yang baik hati. "Kasihan sekali" Katanya saat melihat
Monyet, "ayo naik ke atas kepunggungku wahai sahabatku Monyet". Dengan sigap monyet
melompat ke punggung Lumba-Lumba tersebut.
Lumba-Lumba tersebut berenang membawa sang Monyet ke pinggir pantai di sebuah pulau
tepatnya di tengah lautan. Monyet yang melihat pulau tersebut sangat gembira dan
mengucapkan terimakasih kepada sang Lumba-Lumba atas kebaikan nya yang sudah
menolongnya membawa ke pulau. "Wahai sahabatku yang baik, terimakasih banyak atas
pertolongan mu. Kalau tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati tenggelam di tengah lautan.
Aku adalah Raja dari negeri seberang, kebetulan Raja di pulau ini adalah sahabat baikku."
Kata Monyet.
Akan tetapi Lumba-Lumba itu tau bahwa Monyet sedang berbohong karena Lumba-Lumba
tau pulau tersebut tidak berpenghuni. "Wah, kalau begitu kamu bisa menjadi Raja selanjutnya
mulai sekarang, karena tidak ada siapapun yang tinggal di pulau ini" Ucap sang Lumba-
Lumba sembari berenang menjauh dari Pulau ke tengah lautan.
Mendengar ucapan sang Lumba-Lumba, Monyet pun menjadi malu dan menyesali nya. Tapi
apalah daya, Lumba-Lumba yang baik hati itu telah pergi jauh dari Pulau ke tengah lautan.
Sekarang hanya tersisa Monyet sendiri di Pulau yang tidak berpenghuni itu.

Pesan Moral:Janganlah berbohong demi pujian dari orang lain. Karena kebohongan itu pasti
akan terungkap.

Dicari Oleh:Putri Aulia N.

Anda mungkin juga menyukai