Anda di halaman 1dari 2

5) ACHLAK DAN MORAL

Pernah seorang filosof tatkala mendengar peristiwa Mi'radjnja Nabi


Muhammad s.a.w., naik dari bumi jang fana ini kealam jang aman
tenteram itu berkata : „Alangkah enaknja kalau aku dapat berbuat seperti
Rasul Tuhan ini, aku naik dari masjarakat jang bobrok dan katjau ini
kealam jang tinggi, ketempat jang dikundjungi Utusan Tuhan itu. Setibanja
disana, aku tiada akan mau lagi turun, aku akan tetap dialam jang njaman
itu ; buat apa kembali kealam jang penuh dengan kesukaran dan kesulitan
ini".
Memang bagi tiap2 djiwa jang sudah tiada tawakal lagi, jang sudah
penuh dengan kekesalan, jang sudah lepas dari rasa „muth-mainnah",
ketetapan hati, hendak larilah ia dari laut dan darat, bahkan ada djuga
djiwa jang hendak lepas dari dunia ini seluruhnja. Akan tetapi Muhammad
s.a.w. bukanlah demikian, ia pernah menghadapi kesulitan jang ber-timpa2,
perdjuangan jang penuh dengan kesukaran, tetapi ia tidak pernah meminta
supaja ia djangan dikembalikan ketengah masjarakat jang katjau ini, ia
tiada pernah meminta supaja dilepaskan sama sekali dari pada kesukaran
dan kesulitan. Ia sebagai pemimpin tiada hendak lari meninggalkan
kesukaran, meskipun ia pernah diangkat Tuhan terlepas dari alam jang
bobrok ini.
Ia sebagai „ra'in", memimpin umat dalam memperbaiki kekatjauan
masjarakat. Ia hanja berseru kepada Tuhannja : „ Berilah aku kekuatan
untuk menghadapi masjarakat ini, kekuatan jang akan membawa kepada
kemaslahatan dan pertolongan bagi umat manusia."
Didalam memimpin umat, Muhammad tiada pernah hendak
memonopoli. Ber-kali2 beliau berkata : „Tiap2 kamu adalah pemimpin, dan
tiap2 pemimpin akan diminta pertanggungan-djawabnja atas pimpin
annja".
Ia sebagai pemimpin membangkitkan orang jang dipimpinnja kearah
kejakinan dan pendirian, bahwa tiap2 orang mempunjai kewadjiban dan
tanggung-djawab. Sipat pemimpin bukanlah membunuh tjita2 jang akan
tumbuh, tetapi memupuk dan membesarkan tunas jang sedang mendjelma,
supaja ia lekas dapat menjambung generasi jang telah tua.
Didalam memimpin umat, seringkali pula kita mendapati pemimpin2
besar dan ketjil, lemah dan menurutkan sadja kemauan orang2 jang
dipimpinnja karena takut namanja akan djatuh. Pada hal Muhammad telah
memberikan tjontoh, apabila hendak mengambil suatu ke-putusan, lebih
dahulu bermusjawaratlah dan apabila putusan telah didapat, maka
tawakallah kepada Tuhan. Apabila kita menurutkan sadja

1
hawa nafsu mereka jang dipimpin dengan tiada memegang teguh akan putusan dan kejakinan, maka
akan hanjutlah dalam arus orang banjak dengan tiada mengalirkan kearah djalan jang baik.
Karena takut populeritet akan hilang, takut kursi akan djatuh, lantas saudara perturutkan sadja
hawa nafsu mereka, maka akan djadi hantjurlah masjarakat jang saudara pimpin.
Bukan demikian tjara Muhammad memimpin dan memberikan pimpinan.
Ini harus saudara ingat dan saudara renungkan !

Mei 1951

Anda mungkin juga menyukai