Anda di halaman 1dari 31

MKK FARMAKOLOGI

TATALAKSANA SEPSIS NEONATORUM

DISUSUN OLEH:

dr. Revina Ilka Busri

PEMBIMBING:

Dr. Elly Usman, Apt. M.Sc

PROGRAM STUDI KESEHATAN ANAK PROGRAM SPESIALIS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2023
Skenario

Seorang bayi perempuan lahir secara caesarian section di RSUP M. Djamil


Padang. Lahir SC atas indikasi Ketuban pecah dini 48 jam dan panggul sempit. Bayi
lahir tidak langsung menangis dengan Apgar Score 5/6 dan air ketuban hijau kental.
Bayi sesak dengan frekuensi napas 78x/menit, retraksi ada, ada napas cuping hidung.
Frekuensi jantung 170x/menit, suhu tubuh hanya 35.5oC. Dilakukan resusitasi
neonatus, bayi menangis, namun tidak kuat, napas cepat, retraksi dan napas cuping
hidung berkurang, SPO2 86% dengan O2 0.5 L/LPM. Frekuensi napas menjadi :
65x/menit, Suhu 36,2, HR 165x/menit. BBL 3000gram, PB 52cm. Pasien sudah
diinjeksi Vitamin K di Ruang Operasi

Vital Sign

Keadaan umum: Sakit sedang

HR : 165x/menit

RR : 65x/menit

T : 36.2oC

SO2 : 86%

Pemeriksaan Fisik:

Kulit : Kuning(-), cyanosis (-) teraba hangat, tidak ada ruam

Kepala : Bulat, simetris, UUB datar, UUB 2x2 cm, UUK 1/2x1/2 cm,
LK 34 cm (normocephal)

Mata : Udem palpebra tidak ada, Konjungtiva tidak pucat, sklera


ikterik(-/-), pupil isokor 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+)
Hidung : secret tidak ada, nafas cuping hidung ada

Telinga : secret tidak ada, nafas cuping hidung ada

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah, sianosis sirkum oral tidak ada,
tongue tie tidak ada

Leher : Tidak ada pembesaran KGB regio colli

Pulmo : Inspeksi: Normochest, Retraksi ada

Palpasi: Fremitus tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi: Suara nafas bronkovesikuler, ronki dan wheezing


tidak ada

Jantung: Inspeksi: Iktus tidak tampak

Palpasi: Ictus cordis teraba di 1 jari medial LMCS RIC IV


sinistra

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi: Bunyi jantung I – II regular, tidak ada bising

Abdomen: Inspeksi: tidak distensi

Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba

Perkusi : timpani

Auskultasi: bunyi usus normal

Ekstremitas: Akral hangat, CRT < 2 detik. CTEV tidak ada

Diagnosis: Aspirasi mekonium sindrom + Susp. Sepsis Neonatorum


Rencana Tatalaksana

Pasang CPAP dengan FiO2 25% dan PEEP5

Rawat NICU dengan inkubator

Periksa darah rutin

Kultur darah

IVFD KAEN I B 13cc/jam

Inj. Ampisilin 2x150mg (IV)

Inj. Gentamisin 1x15mg (IV)


Aspirasi Mekonium

Hipoksia akut maupun kronik dapat mengakibatkan keluarnya mekonium


intrauterine.Sindrom. Aspirasi mekonium (meconium aspiration syndrome, MAS)
disebabkan aspirasi cairan amnion yang mengandung mekonium.

Derajat keparahan MAS berkaitan dengan derajat asfiksia dan jumlah


mekonium yang teraspirasi. Mekonium yang teraspirasi juga menyebabkan obstruksi
jalan napas akut, peningkatan resistensi jalan napas, atelektasis, dan hiperekspansi
yang disebabkan oleh mekanisme ball-valve. Fase obstruksi diikuti dengan fase
inflamasi 12-24 jam sesudahnya yang mengakibatkan kerusakan lebih lanjut. Aspirasi
cairan lain (misalnya darah atau cairan amnion) mengakibatkan kerusakan yang sama
tetapi lebih ringan.

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis MAS bervariasi dan bergantung pada derajat hipoksia,


jumlah sertakonsistensi mekonium yang teraspirasi.

- Bayi dengan MAS sering menunjukkan tanda postmaturitas, yaitu kecil


masakehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, dan pewarnaan kuning-hijau pada
kulit.

- Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium


bervariasi.Walaupun MAS dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit, sebagian
besar bayi dengan MAS memiliki riwayat mekonium kental seperti lumpur.

- Obstruksi jalan napas. MAS dini akan bermanifestasi sebagai obstruksi saluran
napas.Gasping, apnu, dan sianosis dapat terjadi akibat mekonium kental yang
menyumbat saluran napas besar.
- Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran napas distal tetapi
tidak menyebabkan obstruksi total akan bermanifestasi sebagai distres pernapasan,
berupa takipnu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, peningkatan diameter
anteroposterior dada, dan sianosis.

Pemeriksaan penunjang

1. Darah perifer lengkap dan septic work-up untuk menyingkirkan infeksi.

2. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia. Hiperventilasi mengakibatkan


alkalosis repiratorik pada kasus ringan, tetapi pada kasus berat akan mengakibatkan
asidosis respiratorik.

3. Foto toraks menunjukkan hiperinflasi, diafragma mendatar, dan infiltrat


kasar/bercak iregular. Dapat ditemukan pneumotoraks atau pneumomediastinum.

4. Ekokardiografi diperlukan bila diduga terjadi persistent pulmonary hypertension of


the newborn (PPHN)

Tata laksana

A. Tata laksana bayi dengan cairan amnion bercampur mekonium di ruang


persalinan

1. Nilai konsistensi mekonium. Kejadian MAS meningkat seiring dengan


peningkatankonsistensi mekonium.

2. Rekomendasi bahwa dokter kebidanan harus membersihkan hidung dan orofaring


bayi sebelum melahirkan bahu atau dada, tidak dianjurkan lagi. Jika ditemukan
mekonium pada cairan ketuban, bayi harus segera diserahkan kepada dokter anak
untuk dibersihkan (AAP 2009).

3. Pada penilaian awal sebuah persalinan dengan ketuban bercampur mekonium,


dokter anak harus menentukan apakah bayi bugar atau tidak. Bayi dikatakan bugar
bila frekuensi denyut jantung >100 kali/menit, bernapas spontan, dan tonus baik
(bergerak spontan atau fleksi ekstremitas).

a. Bila bayi bugar, berikan perawatan rutin tanpa memandang konsistensi mekonium.

b. Bila terdapat distres pernapasan, lakukan laringoskopi direk dan pengisapan


intratrakeal (menggunakan aspirator mekonium).

4. Bayi yang dilahirkan dengan ketuban bercampur mekonium, sebanyak 20-30%


akan mengalami depresi saat melalui perineum. Pada kasus ini, intubasi
menggunakan laringoskop sebaiknya dilakukan sebelum usaha napas dimulai. Setelah
intubasi, pipa endotrakeal dihubungkan dengan mesin pengisap. Prosedur ini diulangi
sampai trakea bersih atau bila resusitasi harus dimulai.Visualisasi pita suara tanpa
melakukan pengisapan tidak dianjurkan karena mekonium masih mungkin berada di
bawah pita suara. Ventilasi tekanan positif sebisa mungkin dihindari sampai
pengisapan trakea selesai. Kondisi umum bayi tidak boleh diabaikan selama
melakukan pengisapan trakea. Pengisapan trakea harus dilakukan dengan cepat dan
ventilasi harus segera dimulai sebelum terjadi bradikardi.

B. Tata laksana MAS

Walaupun telah dilakukan pengisapan trakea, bayi yang mengalami distres


intrapartum masih berisiko mengalami MAS dan harus dipantau secara ketat.

1. Perawatan rutin. Distres sering mengakibatkan abnormalitas metabolik seperti


hipoksia, asidosis, hipoglikemia, dan hipokalsemia. Koreksi abnormalitas metabolic
bila diperlukan. Cairan harus direstriksi untuk mencegah edema serebri dan paru.

2. Pemantauan saturasi oksigen. Pulse oxymetri dapat dijadikan pemeriksaan awal


untuk mendeteksi PPHN dengan membandingkan saturasi oksigen pada lengan kanan
dengan saturasi oksigen pada ekstremitas bawah.

3. Obstruksi. Pada bayi dengan aspirasi mekonium berat, dapat terjadi obstruksi
mekanik saluran napas dan pneumonitis kimia.Atelektasis dan inflamasi yang terus
berjalan serta terbentuknya pirau ekstrapulmonar akan memperburuk mismatch
ventilasi-perfusi dan mengakibatkan hipoksemia berat.

4. Hipoksemia. Tata laksana hipoksemia adalah meningkatkan konsentrasi oksigen


inspirasi dengan pemantauan analisis gas darah dan pH. Bayi harus mendapat oksigen
yang adekuat karena hipoksia berulang mengakibatkan vasokonstriksi paru dan
selanjutnya dapat menyebabkan PPHN.

5. Ventilasi mekanik. Ventilasi mekanik terindikasi bila PaCO2 >60 mmHg atau
terdapat hipoksemia persisten (PaO2 <50 mmHg). Pada kasus berat, seringkali
dibutuhkan inspiratory pressure yang lebih tinggi dibandingkan kasus sindrom gawat
napas. Waktu ekspirasi yang cukup harus diberikan untuk mencegah air trapping
akibat obstruksi parsial saluran napas. Bayi dengan MAS berat yang tidak berespons
dengan ventilator konvensional dan yang mengalami air leak syndrome mungkin
membutuhkan high frequency oscillatory ventilator.

6. Medikamentosa.

a. Antibiotik. Seringkali sulit untuk membedakan antara pneumonia bakterial dan


MAS hanya berdasarkan temuan klinis dan foto toraks. Walaupun beberapa bayi
dengan MAS juga mengalami infeksi, penggunaan antibiotik spektrum luas
terindikasi hanya pada kasus dengan infiltrat pada foto toraks. Kultur darah darus
dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi dan mengevaluasi keberhasilan terapi
antibiotik.

b. Surfaktan. Mekonium menghambat aktivitas surfaktan endogen. Terapi surfaktan


dapat meningkatkan oksigenasi, menurunkan komplikasi pulmonal, dan menurunkan
kebutuhan ECMO (extracorporeal membrane oxygenation). Surfaktan tidak rutin
diberikan untuk kasus MAS, tetapi dapat dipertimbangkan untuk kasus yang berat
dan tidak berespons terhadap terapi standar.

c. Kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada MAS tidak dianjurkan.


Komplikasi

1. Air leak. Pneumotoraks atau pneumomediastinum terjadi pada 10-20% pasien


dengan MAS. Air leak terjadi lebih sering pada bayi yang mendapat ventilasi
mekanik. Bila terjadi pneumotoraks, maka harus ditata laksana segera.

2. Hipertensi pulmonal. Sebanyak 35% kasus PPHN berhubungan dengan MAS.


Ekokadiografi harus dilakukan untuk menentukan derajat keterlibatan pirau kanan ke
kiri terhadap hipoksemia dan mengeksklusi penyakit jantung bawaan. Pada kasus
MAS yang disertai PPHN, dapat dipertimbangkan pemberian inhalasi nitrit oksida
atau vasodilator sistemik seperti magnesium sulfat dengan bantuan inotropik untuk
mencegah hipotensi.

Prognosis

Dengan kemajuan terapi seperti pemberian surfaktan,- high frequency ventilation,


inhalasi nitrit oksida, dan ECMO, angka mortalitas dapat dikurangi sampai <5%.
Bronchopulmonary displasia- dan penyakit paru kronik merupakan sekuele akibat
ventilasi mekanik jangka panjang. Sekuele neurologik sering terjadi pada kasus
asfiksia berat.
Sepsis Neonatal

Sepsis neonatal merupakan sindrom klinis penyakit sistemik akibat infeksi


yang terjadi dalam satu bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur dan protozoa
dapat menyebabkan sepsis pada neonatus. Insidensnya berkisar 1 – 8 di antara 1000
kelahiran hidup dan meningkat menjadi 13-27 per 1000 kelahiran hidup pada bayi
dengan berat <1500 g. Mortalitas akibat sepsis neonatal adalah sekitar 13 – 25 %.

Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik, sehingga skrining dan
pengelolaan terhadap faktor risiko perlu dilakukan.Terapi awal pada neonatus yang
mengalami sepsis harus segera dilakukan tanpa menunggu hasil kultur.

Sepsis dibedakan menjadi :

- Early onset sepsis (EOS), timbul dalam 3 hari pertama, berupa gangguan
multisistem- dengan gejala pernapasan yang menonjol; ditandai dengan
awitan tiba-tiba dan cepatberkembang menjadi syok septik dengan mortalitas
tinggi.
- Late onset sepsis (LOS), timbul setelah umur 3 hari, lebih sering di atas 1
minggu. Pada sepsis awitan lambat, biasanya ditemukan fokus infeksi dan
sering disertai dengan meningitis.
- Sepsis nosokomial, ditemukan pada bayi risiko tinggi yang dirawat,
berhubungan dengan monitor invasif dan berbagai teknik yang digunakan di
ruang rawat intensif.

Penegakan Diagnosis

Manifestasi klinis adalah hal yang penting dalam mendiagnosis sepsis


neonatorum dan manifestasi dapat timbul baik secara spesifik atau tidak spesifik.
Manifestasi tidak spesifik biasanya terjadi pada EOS, yaitu hipotermia atau
hipertermia, letargi, poor cry, tidak bisa minum ASI, perfusi memburuk berupa
pemanjangan capillary refill, hipotonia, refleks neonatus tidak ada, bradikardi
atau takikardi, distres pernapasan, apnea, hipoglikemia/hiperglikemia, atau
asidosis metabolik. Manifestasi spesifik adalah manifestasi yang mengenai organ-
organ spesifik, misalnya pada sistem saraf pusat terjadi pembonjolan ubun-ubun
besar (UUB), iritabel, stupor/koma, kejang, atau retraksi leher yang sering terjadi
pada meningitis, pada jantung terjadi hipotensi atau syok, pada sistem pencernaan
terjadi intoleransi makanan, diare, distensi abdomen, pada hepar dapat terjadi
hepatomegali atau ikterus, dan lain-lain.

Diagnosis kejadian sepsis neonatorum masih terbilang sulit, hal ini


disebabkan oleh perbedaan ketentuan diagnosis dari tiap institusi atau organisasi.
Berdasarkan European consensus statement tahun 2010, nenonatus didiagnosis
sepsis jika mengalami dua manifestasi klinis dan dua hasil tes laboratorium, jika
ada atau sebagai akibat dari temuan terbukti (hasil positif pada pemeriksaan
kultur, mikroskop, atau reaksi rantai polimerase) atau terduga (sindrom klinis
seperti perforasi organ visera, ptekie atau purpura pada kulit, atau X-ray dada
menunjukkan tanda pneumonia) sebagai infeksi.
Karena hasil pemeriksaan penunjang tidak didapatkan dalam waktu
sebentar serta sebagai dasar pengobatan awal yang berhubungan sepsis secara
segera, IDAI (2009) membentuk kriteria kecurigaan besar sepsis, kategori
pertama adalah bayi usia ≤3 hari dengan ibu yang memiliki riwayat infeksi rahim,
demam, atau ketuban pecah dini (KPD) dan bayi memiliki dua atau lebih gejala pada
kategori A, atau tiga atau lebih gejala pada kategori B (tabel 4) dan kategori
kedua adalah bayi usia >3 hari yang memiliki dua atau lebih gejala pada kategori
A, atau tiga atau lebih gejala pada kategori B.

Tatalaksana

Kecurigaan besar sepsis:

-Antibiotik
Antibiotik awal diberikan ampisilin dan gentamisin. Bila organisme tidak dapat
ditemukan dan bayi tetap menunjukkan tanda infeksi sesudah 48 jam, ganti ampisilin
danberi sefotaksim, sedangkan gentamisin tetap dilanjutkan. Pada sepsis nosokomial,
pemberian antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat. Jika disertai dengan
meningitis, terapi antibiotik diberikan dengan dosis meningitis selama 14 hari untuk
kuman Gram positif dan 21 hari untuk kuman Gram negatif. Lanjutan terapi
dilakukan berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas, gejala klinis, dan pemeriksaan
laboratorium serial (misalnya CRP).

- Respiratori
Menjaga patensi jalan napas dan pemberian oksigen untuk mencegah
hipoksia. Pada kasus tertentu mungkin dibutuhkan ventilator mekanik.

- Kardiologi

Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan serta lakukan
pemantauan tekanan darah (bila tersedia fasilitas) dan perfusi jaringan untuk
medeteksi dini adanya syok. Pada gangguan perfusi dapat diberikan volume
ekspander (NaCl fisiologis, darah atau albumin, tergantukebutuhan) sebanyak 10
ml/kgBB dalam waktu setengah jam, dapat diulang 1-2 kali. Jangan lupa untuk
melakukan monitor keseimbangan cairan. Pada beberapa keadaan mungkin
diperlukan obat-obat inotropik seperti dopamine atau dobutamin.

- Hematologi
Transfusi komponen jika diperlukan, atasi kelainan yang mendasari.
- Tunjangan nutrisi adekuat
- Manajemen khusus
 Pengobatan terhadap tanda khusus lain atau penyakit penyerta serta
komplikasi yang-terjadi (misal: kejang, gangguan metabolik,
hematologi, respirasi, gastrointestinal, kardiorespirasi, hiperbilirubin).
 Pada kasus tertentu dibutuhkan imunoterapi dengan pemberian
imunoglobulin, antibodi monoklonal atau transfusi tukar (bila fasilitas
memungkinkan).
 Transfusi tukar diberikan jika tidak terdapat perbaikan klinis dan
laboratorium setelah pemberian antibiotik adekuat.
- Bedah

Pada kasus tertentu, seperti hidrosefalus dengan akumulasi progesif dan


enterokolitis nekrotikan, diperlukan tindakan bedah.

- Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialisasi lainnya, dll)


- Pengelolaan bersama dengan sub bagian Neurologi anak, Pediatri Sosial,
bagian Mata, Bedah Syaraf dan Rehabilitasi anak.

- Tumbuh Kembang
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita dengan sepsis, terutama jika
disertai dengan meningitis, adalah gangguan tumbuh kembang berupa gejala
sisa neurologis seperti retardasi mental, gangguan penglihatan, kesukaran
belajar dan kelainan tingkah laku.
Farmakologi Ampicilin dan Gentamicin

1. Ampisilin

Ampicillin atau ampisilin adalah suatu antibiotik semi sintetik derivat


penisilin berspektrum luas, digunakan untuk mengobati berbagai macam infeksi
bakteri gram positif dan negatif yang tidak menghasilkan zat beta-laktamase seperti
pada kasus infeksi saluran pernapasan atau infeksi saluran kemih. Obat ini tidak
untuk mengobati infeksi virus.
Secara klinis, ampicillin dapat digunakan untuk mengobati infeksi traktus
respiratorius, yang disebabkan bakteri gram positif dan negatif yang masih sensitif
terhadap obat ini. Misalnya Streptococcus pneumonia yang mana merupakan patogen
utama penyebab pneumonia, stafilokokus, Haemophillus influenzae.
Ampicillin juga untuk mengobati infeksi saluran kemih dan kelamin
disebabkan gonokokus. Namun, ampicillin kurang peka mengobati infeksi
pencernaan yang disebabkan Shigella sp atau Salmonella sp.
Mekanisme kerja ampicillin yang bersifat bakterisidal adalah dengan
menghambat pertumbuhan dan reproduksi bakteri, dengan cara menginterupsi sintesis
dinding sel bakteri sehingga terjadi lisis dan kematian sel. Efek samping obat yang
umum adalah gangguan gastrointestinal berupa mual, dan muntah. Reaksi
hipersensitivitas juga dapat terjadi, terutama pada pemberian obat secara parenteral.

Farmakodinamik

Mekanisme kerja obat ampicillin dimulai ketika obat terikat pada reseptor
primer protein PBPs dan secara cepat menginaktivasi protein tersebut. PBPs berlokasi
di bagian dalam membran dinding sel bakteri dan memainkan peranan penting dalam
siklus sel, serta pembentukkan morfogenetik dari dinding sel peptidoglikan. Fungsi
peptidoglikan adalah mempertahankan integritas dinding sel pada lingkungan yang
hipotonik.
Selanjutnya, inaktivasi PBPs akan mengganggu pembentukan rantai
peptidoglikan yang diperlukan untuk kekuatan dan rigiditas dinding sel bakteri.
Gangguan terhadap sintesis dinding sel bakteri mengakibatkan melemahnya dinding
sel, lisis sel dan kematian sel.

Farmakokinetik

Farmakokinetik ampicillin dimulai setelah obat dikonsumsi per oral dan


diabsorpsi di gastrointestinal. Obat menjalani siklus enterohepatik, dan diekskresikan
ke urin dan feses. Obat yang diberikan secara parenteral segera didistribusikan ke
seluruh tubuh dengan konsentrasi puncak obat tercapai lebih cepat dan lebih tinggi
daripada obat per oral pada dosis yang sama.

Absorpsi

Obat kurang diabsorpsi secara baik di gastrointestinal apabila dikonsumsi bersama


makanan. Absorpsi obat dalam perut kosong adalah sekitar 30-55%. Konsentrasi
puncak obat dalam plasma darah tercapai sekitar 2 jam.

Distribusi

Setelah diabsorpsi, obat didistribusikan ke seluruh tubuh termasuk ke hati, empedu,


otot, dan lemak. Obat ampicillin akan terkonsentrasi dalam cairan empedu dan
menjalani sirkulasi enterohepatik.

Metabolisme

Sebagian besar obat ampicillin tidak dimetabolisme. Sebagian kecil obat


dimetabolisme dengan cara hidrolisis cincin beta-laktam menjadi penicilloic acid.
Eliminasi

Waktu paruh obat per oral sekitar 60-90 menit, per injeksi sekitar 27 menit. Sebagian
besar ampicillin diekskresikan ke urine dalam bentuk tidak berubah, sama seperti
amoxicillin. Obat juga diekskresikan ke dalam air susu ibu dan feses.

Resistensi

Resistensi bakteri terhadap obat golongan penisilin beta-laktam adalah melalui


mekanisme penurunan penetrasi antibiotik ke dalam sel bakteri. Mekanisme resistensi
bakteri terhadap obat golongan penisilin beta-laktam melalui beberapa cara, yaitu :

 Penurunan permeabilitas membran sitoplasma bakteri yang menyebabkan


ampicillin tidak dapat masuk ke intraseluler bakteri
 Bakteri memompa keluar zat yang dianggap toksik dari sel. Kemampuan ini
disebut efflux pumps
 Bakteri memodifikasi lokasi sel target, sehingga terjadi penurunan afinitas
terhadap antibiotik
 Bakteri memproduksi enzim beta-laktamase sehingga antibiotik tidak dapat
menginterupsi membran sel bakteri

Ampicilin diindikasikan untuk mengobati infeksi saluran pernapasan, saluran


kemih dan kelamin yakni gonore tanpa komplikasi, septikemia dan meningitis, yang
disebabkan bakteri gram positif atau negatif.
Bakteri gram positif atau negatif diantaranya adalah Streptococcus pneumonia,
stafilokokus, Haemophillus influenza, gonokokus, Proteus mirabilis, yang masih
sensitif dengan obat ini dan tidak menghasilkan zat beta-laktamase.
Pemberian ampicillin dapat melalui per oral, intravena (IV), dan intramuskular
(IM), disesuaikan dengan kondisi pasien. Lamanya pasien diterapi dengan ampicillin
bergantung pada tipe dan beratnya infeksi. Durasi terapi sebaiknya ditentukan oleh
respon pasien secara klinis dan ditunjang dengan pemeriksaan bakteriologis.
Umumnya, terapi ampicillin dilanjutkan sekitar 2–3 hari setelah pasien menunjukkan
gejala asimtomatik atau adanya bukti bahwa infeksinya sudah tereradikasi.

Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Dosis pemberian ampicillin pada dewasa dan anak adalah sebagai berikut.

Dosis Dewasa

Dosis ampicillin pada orang dewasa dengan infeksi saluran pernafasan atas:

 Oral : 250-500 mg tiap 6 jam


 Parenteral : 250 - 500 mg tiap 6 jam (IM/IV)

Dosis Anak

Dosis ampicillin pada anak dengan infeksi saluran pernafasan atas

 ≤ 40 kg : 25-50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 - 8 jam (IV/IM)


 ≥ 40 kg: 250-500 mg tiap 6 jam (IV/IM)

Infeksi Saluran Kemih


Pemberian obat ampicillin untuk infeksi ini terdiri dari dosis dewasa dan anak.
Dosis Dewasa
Dosis pada infeksi saluran kemih tanpa gonorrhea 500 mg tiap 6–8 jam secara per
oral.
Infeksi saluran kemih: 500 mg tiap 4–6 jam (IV/IM).
Dosis Anak
Dosis ampicillin pada anak dengan infeksi saluran kemih:
 <40 kg : 50 -100 mg/kgBB dalam dosis terbagi tiap 6 jam (IV/IM)
 ≥40 kg : 500 mg tiap 6 jam (IV/IM)

Gonorrhea
Pemberian obat ampicillin untuk infeksi ini terdiri dari dosis dewasa dan anak.

Dosis Dewasa

Oral: 2 gram secara dalam dosis tunggal ditambahkan probenecid 1 gram.


Intravena: 3,5 g diberikan bersamaan dengan probenecid 1 g (IV).

Dosis Anak

Penggunaan ampicillin dalam pengobatan gonorrhea dilakukan pada anak dengan


berat badan >20 kg. Dosis dapat berbeda pada berbagai produk ampicillin. Dosis
umum yang dapat diberikan adalah 3,5 g diberikan per oral secara bersamaan dengan
probenecid 1 g.

Meningitis Bakterial

Dosis pemberian ampicillin pada dewasa dan anak dengan meningitis bakterial adalah
sebagai berikut.

Dosis Dewasa
Dosis ampicillin pada dewasa dengan meningitis bakterial:
 Parenteral: 150 - 200 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 3 - 4 jam (IV)
 Dosis maksimum: 12 gram/hari

Dosis Neonatus

Ampicillin bukan lini pertama pasien dengan meningitis bakterial, namun


dapat diberikan sebagai tambahan lini pertama. Berdasarkan berbagai studi, pasien
dengan dugaan meningitis bakterial tidak dianjurkan untuk menunda antibiotik.
Antibiotik yang dianjurkan adalah sefalosporin generasi ketiga seperti ceftriaxone
atau cefotaxime.
Pada neonatus dengan usia kehamilan kurang dari atau sama dengan 34 minggu,
berikut dosis yang diberikan:

 Usia mencapai 7 hari: 100 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam (IV)
 Usia 8 - 28 hari: 150 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam (IV)
Pada neonatus dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu:

 Usia 0 - 28 hari: 150 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 8 jam(IV)

Dosis Anak

Parenteral: 150 - 200 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 3–4 jam (IV). Durasi
terapi sedikitnya 14 hari, bila tanpa komplikasi. Dosis maksimum 12 gram/hari.

Sepsis

Pemberian obat ampicillin untuk septikemia terdiri dari dosis dewasa dan anak.

Dosis Dewasa

Dosis dewasa diberikan 150-200 mg/kgBB/hari secara intravena selama 3 hari,


selanjutnya diberikan secara intramuskular tiap 3–4 jam.

Dosis Neonatus

 Usia ≤7 hari : 100 mg/kgBB tiap 12 jam (IV/IM)


 Usia 8 - 28 hari dengan berat badan ≤2 kg: 50 mg/kgBB tiap 8 jam (IV/IM)
 Usia 8 - 28 hari dengan berat badan >2 kg: 50 mg/kgBB tiap 6 jam (IV/IM)

Dosis Anak

Dosis anak >20 kg dengan septikemia adalah 150–200 mg/kgBB per hari.
Pemberian obat dimulai secara intravena sedikitnya 3 hari, dilanjutkan secara
intramuskular tiap 3-4 jam. Durasi terapi sedikitnya 10 hari.

Tatalaksana Khusus Pasien Gagal Ginjal

Pemberian ampicillin perlu diperhatikan pada pasien dengan penurunan fungsi


ginjal. Dianjurkan pemberian ampicillin disesuaikan dengan fungsi ginjal pasien.
Tidak diperlukan penyesuaian dosis pada pasien ini, namun terdapat perubahan jam
pemberian.
Pemberian ampicillin pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, adalah sebagai
berikut :
 Laju Filtrasi Glomerulus < 10 mL/min/1.73 meter persegi, berikan tiap 12 –
16 jam
 Laju Filtrasi Glomerulus 10 – 50 mL/min/1.73 meter persegi, berikan tiap 6 –
12 jam.
 Laju Filtrasi Glomerulus >50 mL/min/1.73 meter persegi, berikan tiap 6 jam

Efek Samping
Efek samping yang pernah dilaporkan:
 Gastrointestinal: nyeri tenggorokan, glositis, stomatitis, black hairy tongue,
pseudomembranous colitis, dan diare
 Hematologi: anemia, trombositopenia, trombositopenik purpura, eosinofilia,
leukopenia
 Hepar: hepatitis, kolestasis, kenaikan enzim serum glutamic-oxaloacetic
transaminase (SGOT) dan serum glutamic-pyruvic transaminase (SGPT)
 Sistem susunan saraf pusat: kejang
 Kulit: eritema, pruritus, urtikaria
 Lainnya: demam, reaksi hipersensitivitas

Interaksi Obat
Ampicillin dapat menghilangkan efek terapeutik vaksin oral tifoid, vaksin
kolera, atau BCG. Penggunaan bersamaan dengan obat tetrasiklin, dapat
menghilangkan efek terapeutik ampicillin. Selain itu, ampicillin dapat menurunkan
absorpsi atau bioavailabilitas obat atenolol, juga dapat mengakselerasi degradasi obat
golongan aminoglikosida.
Penggunaan ampicillin bersamaan dengan obat klorokuin, dapat menurunkan
konsentrasi ampicillin dalam serum. Ampicillin dapat memperbesar efek
antikoagulan dari warfarin. Sedangkan, penggunaan ampicillin bersamaan dengan
obat probenecid dapat meningkatkan konsentrasi ampicillin dalam serum.
Konsentrasi obat ampicillin yang tinggi dalam urine dapat memberikan hasil
tes glukosa yang false positive, apabila digunakan larutan Benedict, Fehling, atau
Clinitest.

 Penggunaan pada Kehamilan


Penggunaan ampicillin masuk dalam kategori B oleh FDA yang berarti studi
pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, namun
belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Penggunaan ampicillin masuk dalam kategori A oleh TGA yang berarti studi
terkontrol pada wanita hamil tidak menunjukan adanya risiko terhadap janin, dan
kecil kemungkinannya untuk membahayakan janin.
Suatu studi melaporkan bahwa terapi ampicillin pada wanita hamil yang
menderita infeksi akut sistem respirasi dan traktus genitourinarius, terutama pada
kehamilan trimester pertama, dapat menurunkan proporsi bayi lahir prematur.

Penggunaan pada Ibu Menyusui


Ampicillin diketahui dapat diekskresikan dalam jumlah sedikit di ASI akan
tetapi dinilai tidak dapat menyebabkan efek samping pada balita yang disusui. WHO
menyatakan bahwa obat ampicillin dapat diberikan pada ibu menyusui. Meski
demikian, penggunaannya pada ibu menyusui tetap dalam pengawasan.
Sebuah studi observasi tidak terkontrol melaporkan kasus diare dan
kandidiasis oral pada bayi dengan ibu mengonsumsi ampicillin. Namun, pada studi
prospektif terkontrol didapatkan hanya 1 ibu melaporkan kasus diare dan tidak
ditemukan kandidiasis oral. Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah sampel yang
sedikit dan dan penelitian masih terus dilakukan terkait efek samping ini.

Kontraindikasi
Penggunaan obat ampicillin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat
alergi terhadap obat ampicillin, atau komponennya, atau dengan derivat penisilin
lainnya seperti golongan sefalosporin.
Peringatan
Pemberian ampicillin diawasi pada neonatus ≤6 hari dan pasien dengan
gangguan fungsi ginjal. Hal ini terkait dengan akumulasi obat dalam darah oleh
karena konsentrasi obat dalam serum yang tinggi dan memanjangnya waktu paruh
obat. Sehingga dapat menimbulkan toksisitas obat ampicillin.
Peringatan juga diberikan pada penggunaan jangka panjang yang dapat
menyebabkan superinfeksi jamur atau bakteri. Pada penggunaan ampicillin untuk
tujuan profilaksis endokarditis, obat ini sebaiknya digunakan hanya pada pasien
dengan risiko tinggi saja. Pada pasien dengan mononukleosis infeksius sebaiknya
tidak diberikan antibiotik kelas ampicillin karena berisiko menyebabkan reaksi ruam.

2. Gentamicin

Gentamicin adalah antibiotik spektrum luas golongan aminoglikosida, yang


diisolasi dari Micromonospora purpurea. Gentamicin efektif terhadap infeksi bakteri
Gram-positif dan Gram-negatif, misalnya pada infeksi mata, otitis eksterna, infeksi
saluran kemih, dan infeksi kulit.
Gentamicin bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri melalui
ikatan terhadap 16S rRNA. Obat ini umumnya dapat ditoleransi baik, tetapi pernah
dilaporkan menimbulkan peningkatan konsentrasi kreatinin di darah, neurotoksisitas,
dan ototoksisitas.
Efek gentamicin sangat bergantung pada fungsi ginjal. Maka, penyesuaian
dosis harus dilakukan jika gentamicin digunakan pada pasien dengan gangguan
ginjal.
Farmakologi gentamicin adalah sebagai antibiotik golongan aminoglikosida yang
menginhibisi sintesis protein bakteri. Obat ini berdifusi utamanya ke cairan
ekstraseluler, dan didistribusikan sebagian kecil dengan berikatan pada protein
plasma.
Farmakodinamik
Gentamicin memiliki efek bakterisidal terhadap bakteri Gram-positif
(Staphylococcus sp) dan bakteri Gram-negatif (Citrobacter sp, Enterobacter sp,
Escherichia coli, Klebsiella sp, Proteus sp, Serratia sp, Pseudomonas aeruginosa).
Gentamicin menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan pada ribosom
prokariotik subunit 30s dan 50s.

Farmakokinetik
Gentamicin memiliki absorpsi yang kurang baik jika diberikan per oral.
Ekskresi utamanya via urine dalam bentuk yang tidak berubah.

Absorpsi
Absorpsi gentamicin pada saluran cerna rendah. Absorpsi cepat jika diberikan
secara intramuskular, dengan waktu mencapai konsentrasi plasma tertinggi berkisar
antara 30-60 menit.

Distribusi
Gentamicin terdistribusi secara luas ke jaringan, limfe, pleura, cairan sendi
maupun peritoneum. Gentamicin dapat menembus sawar plasenta. Akan tetapi
penetrasi menembus sawar darah otak serta jaringan okular rendah. Distribusi
gentamicin berikatan dengan protein plasma <30%.

Metabolisme
Gentamicin tidak mengalami perubahan bentuk karena tidak dimetabolisme
oleh tubuh.

Eliminasi
Gentamicin terutama dieliminasi di ginjal. Eliminasi gentamicin pada empedu
hanya sedikit. [7] Gentamicin dieliminasi dalam bentuk aktif tanpa perubahan bentuk.
Fungsi ginjal berperan penting dalam proses eliminasi obat ini. Pada penderita
dewasa tanpa penurunan fungsi ginjal, waktu paruh eliminasi berkisar 2-4 jam,
sedangkan pada individu dengan gangguan fungsi ginjal 24-60 jam.

Indikasi dan Dosis Gentamicin


Indikasi gentamicin adalah pada infeksi mata, otitis eksterna, infeksi saluran
kemih, dan infeksi kulit.

Infeksi Mata
Pada kasus infeksi mata superfisial, gentamicin dapat digunakan untuk
penderita anak maupun dewasa sebanyak 1-2 tetes gentamicin 0,3% hingga 6 kali
sehari atau 2-3 kali sehari pemberian gentamicin 0,3% ointment.
Pada infeksi yang berat, dapat diberikan 1-2 tetes gentamicin 0,3% setiap 15
menit, kemudian jumlah tetesan dititrasi seiring perbaikan gejala. Akan tetapi
penggunaan ointment mata pada neonatus dalam rangka profilaksis gonococcal
ophthalmia neonatorum tidak disarankan karena berasosiasi dengan reaksi
peradangan berat.

Otitis Eksterna
Pada kasus otitis eksterna, gentamicin tetes telinga 0,3% dapat diberikan 3-4
kali per hari sebanyak 2-3 tetes per kali hingga terjadi resolusi gejala (umumnya 6
hari). Gentamicin tidak boleh digunakan pada pasien dengan ruptur membran timpani
karena dapat menyebabkan ototoksisitas.

Infeksi Saluran Kemih


Pada kasus infeksi saluran kemih gentamicin dapat diberikan pada pasien
anak dengan dosis 5 mg/kgBB/hari.
Pada pasien dewasa, gentamicin dapat digunakan pada kasus pyelonefritis
dengan dosis 5 mg/kgBB  intravena sekali sehari.
Infeksi Kulit
Pada kasus infeksi kulit, gentamicin topikal 0,1% dapat diaplikasikan 3-4 kali
per hari pada pasien dewasa maupun anak-anak.

Infeksi Intraabdomen atau Sepsis Gram Negatif


Pada pasien dengan infeksi intraabdomen (seperti peritonitis) atau suspek
sepsis gram negatif, gentamicin digunakan sebagai terapi empiris kombinasi dengan
antibiotik betalaktam.

Populasi khusus
Klirens gentamicin sangat bergantung pada laju filtrasi glomerulus sehingga
pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal eliminasi gentamicin dapat
berlangsung lebih lambat.
Dosis disesuaikan berdasarkan dosisi 1,7 mg/kgBB/dosis diberikan setiap 8 jam atau
5-7 mg/kgBB/ dosis sekali sehari. Pada pasien dengan klirens kreatinin >50 ml/menit,
tidak dibutuhkan penyesuaian dosis. Pada pasien dengan klirens kreatinin 10-50
ml/menit, dosis diberikan setiap 12-48 jam. Pada pasien dengan klirens kreatinin < 10
ml/menit, dosis diberikan setiap 48-72 jam.

Dosis gentamycin injeksi


Gentamycin injeksi (gentamicin) diberikan dengan dosis berikut :
 Dewasa : 3-5 mg/kg berat badan/hari.
 Infeksi berat : dosis dinaikkan menjadi 5 mg/kg berat badan/hari.
 Anak-anak : 6-7.5 mg/kg berat badan/hari.
 Bayi : 7.5 mg/kg berat badan/hari.
 Bayi prematur dan bayi berusia kurang dari 1 minggu : 5 mg/kg berat
badan/hari.
 Diberikan dalam 3 dosis terbagi secara intramuskular/intravena

Efek Samping dan Interaksi Obat Gentamicin


Efek samping gentamicin yang pernah dilaporkan antara lain adalah efek
ototoksik, neurotoksik, serta nefrotoksik.

Efek Samping
Efek samping gentamicin yang pernah dilaporkan antara lain gangguan
vestibular, neuropati perifer, atau peningkatan kadar kreatinin transien.

Ototoksik
The Canadian Adverse Drug Reaction Monitoring Program (CADRMP)
melaporkan efek samping penggunaan tetes telinga gentamicin yakni gangguan
vestibular dan ketulian pada pasien dengan perforasi membran timpani atau pengguna
tuba timpanoplasti. Sifat ototoksik pada vestibula dan koklea ini juga dilaporkan pada
penggunaan gentamicin intravena.

Nefrotoksik
Efek nefrotoksik dapat timbul akibat administrasi gentamicin terutama pada
populasi dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan jangka lama atau dosis lebih
tinggi dari rekomendasi. Penurunan fungsi ginjal akibat penggunaan gentamicin dapat
ditandai dengan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin serum,
proteinuria, hingga oliguria. Oleh karenanya, penting untuk dilakukan pemantauan
fungsi ginjal, dan penyesuaian dosis berdasarkan klirens kreatinin.

Neurotoksik
Efek samping neurotoksik gentamicin yang pernah dilaporkan adalah
gangguan N.VIII, neuropati perifer, ensefalopati, konvulsi, dan myasthenia gravis
like-syndrome.

Interaksi Obat
Gentamicin dapat mengalami interaksi dengan beberapa obat-obatan
mengakibatkan penurunan ekskresi obat, peningkatan risiko perdarahan, dan
nefrotoksik.

Menurunkan Ekskresi Obat


Koadministrasi gentamicin dengan acarbose, paracetamol, abacavir,
allopurinol, alprazolam, aztreonam, dan cidofovir akan menurunkan laju ekskresi
sehingga meningkatkan kadar serum obat.

Peningkatan Risiko Efek Samping


Risiko perdarahan meningkat pada koadministrasi warfarin dengan
gentamicin.
Efek nefrotoksik meningkat pada koadministrasi gentamicin dengan aspirin,
amphotericin B, siklosporin, cisplatin, furosemide, kanamisin, ketoprofen, dan
ketorolac.
Efek Samping dan Interaksi Obat Gentamicin
Efek samping gentamicin yang pernah dilaporkan antara lain adalah efek
ototoksik, neurotoksik, serta nefrotoksik.

Efek Samping
Efek samping gentamicin yang pernah dilaporkan antara lain gangguan
vestibular, neuropati perifer, atau peningkatan kadar kreatinin transien.
Ototoksik
The Canadian Adverse Drug Reaction Monitoring Program (CADRMP)
melaporkan efek samping penggunaan tetes telinga gentamicin yakni gangguan
vestibular dan ketulian pada pasien dengan perforasi membran timpani atau pengguna
tuba timpanoplasti. Sifat ototoksik pada vestibula dan koklea ini juga dilaporkan pada
penggunaan gentamicin intravena.

Nefrotoksik
Efek nefrotoksik dapat timbul akibat administrasi gentamicin terutama pada
populasi dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan jangka lama atau dosis lebih
tinggi dari rekomendasi. Penurunan fungsi ginjal akibat penggunaan gentamicin dapat
ditandai dengan peningkatan Blood Urea Nitrogen (BUN), kreatinin serum,
proteinuria, hingga oliguria. Oleh karenanya, penting untuk dilakukan pemantauan
fungsi ginjal, dan penyesuaian dosis berdasarkan klirens kreatinin.

Neurotoksik
Efek samping neurotoksik gentamicin yang pernah dilaporkan adalah
gangguan N.VIII, neuropati perifer, ensefalopati, konvulsi, dan myasthenia gravis
like-syndrome.

Interaksi Obat
Gentamicin dapat mengalami interaksi dengan beberapa obat-obatan
mengakibatkan penurunan ekskresi obat, peningkatan risiko perdarahan, dan
nefrotoksik.

Menurunkan Ekskresi Obat


Koadministrasi gentamicin dengan acarbose, paracetamol, abacavir,
allopurinol, alprazolam, aztreonam, dan cidofovir akan menurunkan laju ekskresi
sehingga meningkatkan kadar serum obat.

Peningkatan Risiko Efek Samping


Risiko perdarahan meningkat pada koadministrasi warfarin dengan
gentamicin.
Efek nefrotoksik meningkat pada koadministrasi gentamicin dengan aspirin,
amphotericin B, siklosporin, cisplatin, furosemide, kanamisin, ketoprofen, dan
ketorolac.

Penggunaan pada Kehamilan


Penggunaan gentamicin pada kehamilan dimasukkan FDA dalam Kategori D.
Artinya, ada bukti positif risiko terhadap janin manusia.
Gentamicin dapat menembus sawar plasenta. Walaupun studi terkait efek
pemberian gentamicin pada hewan uji tidak menunjukkan bahaya pada fetus,
beberapa laporan kasus menunjukkan efek ototoksik berupa tuli bilateral kongenital
setelah administrasi antibiotik aminoglikosida lainnya yaitu streptomisin.

Penggunaan pada Ibu Menyusui


Gentamicin diperbolehkan dikonsumsi ibu menyusui. Gentamicin diekresikan
pada ASI. Akan tetapi konsentrasi gentamicin pada plasma infant rendah akibat
rendahnya absorpsi gentamicin pada saluran pencernaan. Bayi yang menyusui perlu
dipantau timbul diare atau infeksi jamur.

Kontraindikasi
Gentamicin dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap gentamicin maupun obat golongan aminoglikosida lainnya akibat
kecenderungan reaksi sensitivitas silang pada obat golongan aminoglikosida. Obat ini
mengandung sodium metabisulfite. Reaksi alergi ringan hingga anafilaksis dapat
timbul dipicu sulfite tersebut.

Peringatan
Gentamicin memiliki efek samping nefrotoksik. Penggunaan gentamicin pada
pasien dengan penurunan fungsi ginjal berisiko lebih besar menimbulkan perburukan
fungsi ginjal. Fungsi ginjal harus dipantau untuk pertimbangan penyesuaian dosis
maupun penghentian konsumsi obat. Gentamicin juga berpotensi ototoksik terutama
pada penderita dengan perforasi membran timpani atau pada penggunaan gentamicin
intravena.

Anda mungkin juga menyukai

  • FIXGABUNGAN
    FIXGABUNGAN
    Dokumen35 halaman
    FIXGABUNGAN
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Ggn. Tumbuh Dan Kembang - Fix
    Ggn. Tumbuh Dan Kembang - Fix
    Dokumen44 halaman
    Ggn. Tumbuh Dan Kembang - Fix
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Hati Metabolik
    Penyakit Hati Metabolik
    Dokumen28 halaman
    Penyakit Hati Metabolik
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Muntah
    Muntah
    Dokumen9 halaman
    Muntah
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Kista Koledokus
    Kista Koledokus
    Dokumen10 halaman
    Kista Koledokus
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis Akut
    Hepatitis Akut
    Dokumen27 halaman
    Hepatitis Akut
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Diare
    Diare
    Dokumen16 halaman
    Diare
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Konstipasi
    Konstipasi
    Dokumen5 halaman
    Konstipasi
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Hepatitis Virus
    Hepatitis Virus
    Dokumen3 halaman
    Hepatitis Virus
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • MKK Muntah
    MKK Muntah
    Dokumen13 halaman
    MKK Muntah
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Tubulopati
    Tubulopati
    Dokumen62 halaman
    Tubulopati
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Efek Ovicidal Albendazole 10% Terhadap Telur Cacing Fasciola Gigantica Secara in Vitro
    Efek Ovicidal Albendazole 10% Terhadap Telur Cacing Fasciola Gigantica Secara in Vitro
    Dokumen7 halaman
    Efek Ovicidal Albendazole 10% Terhadap Telur Cacing Fasciola Gigantica Secara in Vitro
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Neonatus 2
    Fisiologi Neonatus 2
    Dokumen43 halaman
    Fisiologi Neonatus 2
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • Disfagia
    Disfagia
    Dokumen8 halaman
    Disfagia
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat
  • PR Eria Minggu 1
    PR Eria Minggu 1
    Dokumen7 halaman
    PR Eria Minggu 1
    Revina Ilka Busri Sikumbang
    Belum ada peringkat