Anda di halaman 1dari 26

BAB I

TERMINOLOGI HIMPUNAN KABUR

1.1 Pengantar

Himpunan klasik adalah himpunan dengan batas yang jelas. Sebagai contoh
himpunan klasik A adalah himpunan bilangan real yang lebih besar dari 165. Himpunan
tersebut dapat dinyatakan sebagai:

A = { x | x > = 165 } (1.1)

Jika x suatu bilangan real yang lebih besar dari 165, misalnya x = 165,001, maka x
termasuk ke dalam himpunan A, dan jika sebaliknya, misalnya x = 164,999 maka x tidak
termasuk dalam himpunan A.

Meskipun himpunan klasik cocok untuk bermacam-macam aplikasi dan telah


terbukti menjadi alat penting bagi matematika dan pengetahuan komputer, himpunan
klasik tidak menggambarkan konsep dan pikiran alam manusia, yang cenderung menjadi
abstrak dan tidak teliti. Sebagai ilustrasi, secara matematika kita dapat mengekspresikan
himpunan “orang tinggi” sebagai kumpulan orang yang mempunyai tinggi lebih dari 165
cm dan dapat dinyatakan seperti pernyataan 1.1. Himpunan klasik tersebut akan
mengelompokkan seseorang yang tingginya 165,001 cm sebagai “orang tinggi”, tetapi
orang yang tingginya 164.999 cm sebagai bukan “orang tinggi”. Perbedaan itu secara
intuitif tidak masuk akal. Kekurangan itu berasal dari peralihan yang drastis antara
menjadi anggota dan tidak menjadi anggota dalam himpunan. Kekurangan itu akan
semakin terlihat pada aplikasi himpunan tegas itu sendiri. Misalkan x menyatakan tinggi
badan dalam cm dan sebuah program studi mensyaratkan tinggi badan seorang calon
untuk dapat diterima adalah di atas 165 cm, maka seorang calon dengan tinggi badan
165,001 cm diterima pada program studi tersebut, tetapi calon dengan tinggi badan
164.999 cm tidak dapat diterima pada program studi tersebut.
2

Berbeda dengan himpunan klasik, himpunan kabur adalah himpunan tanpa batas
yang jelas. Peralihan dari suatu anggota himpunan ke bukan anggota himpunan secara
berjenjang dan peralihan berjenjang ini dikarakterisasi oleh fungsi keanggotaan,
sehingga himpunan kabur dapat dimodelkan dengan ungkapan bahasa seperti “air yang
panas” atau “temperatur yang tinggi”.

Kekaburan (fuzziness) tidak berasal dari keacakan anggota himpunan, tetapi


berasal dari ketidakpastian dan ketidaktepatan pikiran serta konsep yang abstrak.

1.2 Definisi Dasar dan Terminologi

Misalkan X adalah himpunan dari objek-objek dan x adalah elemen dari X.


Himpunan klasik A, A  X didefenisikan sebagai koleksi elemen-elemen atau objek-objek
x  X sedemikian hingga x memenuhi salah satu “termuat” atau “tak termuat” di A.
Dengan mendefenisikan fungsi karakteristik untuk setiap elemen x di X, maka kita dapat
menyatakan himpunan klasik A dengan pasangan terurut (x , 0) untuk x  A atau (x,1)
untuk x  A.

Berbeda dengan himpunan klasik di atas, himpunan kabur mengekspresikan


derajat elemen yang termuat pada himpunan. Fungsi karakteristik dari himpunan kabur
mempunyai nilai berkisar pada interval tertutup [0,1], yang menyatakan derajat
keanggotaan suatu elemen dalam himpunan yang diberikan.

1.2.1 Himpunan Kabur (Fuzzy Sets) dan Fungsi Keanggotaan (Membership Function)

Definisi 1.1

Jika X adalah himpunan objek-objek yang dinyatakan secara umum oleh x, maka
himpunan kabur A di X didefenisikan sebagai himpunan pasangan terurut:

~
A = {(x,  A (x)) | x  X} (1.2)

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
3

 A (x) disebut fungsi keanggotaan (membership function) yang selanjutnya disingkat FK


untuk himpunan kabur A. FK memetakan setiap elemen x ke tingkat keanggotaan
(membership grade) atau nilai keanggotaan (membership value) dalam interval [0 , 1].

Defenisi himpunan kabur adalah perluasan sederhana dari defenisi himpunan


klasik dengan fungsi karakteristik yang mempunyai nilai-nilai mulai dari 0 sampai dengan
1. Jika nilai dari FK atau  A (x) terbatas pada salah satu dari 0 atau 1, maka A berupa
himpunan klasik dengan fungsi karakteristik (characteristic function):

 A (x) =  1 jika x A
0 jika x A

Contoh 1.1. (Himpunan kabur dengan fungsi keanggotaannya)

~
a. A = “Banyaknya anak yang ideal dalam suatu keluarga”

~
b. B = “Usia sekitar 50 tahun”

c. = “Bilangan real sekitar 0”,

masing-masing dengan fungsi keanggotaan (FK) seperti pada Gambar 1.1

~ ~
(a) A dengan FK pada Semester Diskrit (b) B dengan FK pada Semesta Kontinu
1 1
Membership Grades

Membership Grades

0,8
0,8

0,6
0,6

0,4
0,4

0,2
0,2

0 0 2 4 6 0
0 50
X = Banyaknya Anak
X = Umur

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
4

(c) dengan FK pada semesta Bialangan Real

Gambar 1.1. Contoh Himpunan Kabur dan Fungsi Keanggotaan

Biasanya X merujuk pada semesta pembicaraan atau seterusnya disederhanakan


menjadi semesta dan konsisten untuk objek-objek diskrit (terurut atau tak terurut) atau
ruang kontinu.

1.2.2 Himpunan kabur dengan semesta diskrit tak terurut

Contoh 1.2.

Misal X = {Makassar, Sungguminasa, Maros, Parepare, Palopo} menyatakan himpunan

kota-kota yang dipilih salah satunya untuk ditinggali. Himpunan kabur menyatakan
“kota yang diinginkan sebagai tempat tinggal” yang dideskripsikan sebagai:

= { (Makassar, 0.9), (Sungguminasa, 0.8), (Maros, 0.6), (Parepare, 0.4), (Palopo, 0.7)}
Jelaslah bahwa semesta X adalah diskrit dan memuat objek berupa lima kota di Sulawesi
Selatan yang tak terurut.

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
5

1.2.3 Himpunan kabur dengan semesta diskrit terurut

Contoh 1.3

Misal X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6} menyatakan himpunan banyaknya anak pada suatu keluarga.


~
Himpunan kabur A = “Banyaknya anak yang ideal pada suatu keluarga” dengan FK
seperti pada gambar 1.1 (a) di atas dapat diekspresikan sebagai berikut:

~
A =
~
Himpunan kabur A merupakan contoh himpunan kabur dengan semesta diskrit terurut

X. Karena kesepakatan dalam himpunan kabur unsur-unsur dalam semesta yang

~
berderajat keanggotaan 0 tidak ditulis, maka himpunan kbur A disederhanakan sebagai

berikut.

~
A =

Contoh 1.4

Pengusaha Real Estate ingin mengklasifikasikan rumah yang ditawarkan pada


pelanggannya. Sebagai indikator kesenangan dari rumah-rumah ini adalah banyaknya
kamar tidur dalam rumah yang dinyatakan dalam himpunan semesta
X ={1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}. Himpunan kabur = “tipe rumah yang sesuai untuk

keluarga dengan 4 anggota” dapat diekspresikan sebagai:

= (1,0.2), (2,0.5), (3,0.8), (4,1)(5,0.7), (6,0.3),

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
6

1.2.4 Himpunan kabur dengan semesta kontinu

Contoh 1.5

Misal X = R  himpunan usia yang mungkin dalam suatu kehidupan, maka himpunan
~
kabur B = “Usia sekitar 50 tahun” dengan grafik fungsi keanggotaan seperti pada
Gambar 1.1 (b) dapat diekspresikan sebagai:

~ 1
B = {(x,  B (x)) | x  X } dengan fungsi keanggotaan  B (x) = .
 x  50 
4

1 
 10 

Contoh 1.6.

Misalkan X = R (bilangan real). Himpunan kabur = “bilangan real sekitar 0”, dengan
grafik FK seperti pada Gambar 1.1 (c) dapat diekspresikan sebagai:

= {(x, (x)) | x  X } dengan fungsi keanggotaan:

0, jika x  2  x  2


x2
(x) =  , jika  2  x  0
 2
 2  x , jika 0  x  2
 2

Dari contoh-contoh, jelas bahwa himpunan kabur bergantung pada dua hal, yaitu:
(1) mengidentifikasi semesta yang cocok dan (2) menentukan fungsi keanggotaan yang
sesuai. Menentukan fungsi keanggotaan adalah subyektif, yang berarti fungsi
keanggotaan yang ditentukan untuk konsep yang sama (misalkan “banyak anak ideal
pada suatu keluarga”) oleh individu yang berbeda akan sangat bermacam-macam.
Subyektivitas ini berasal dari perbedaan individu yang mengungkap konsep-konsep
abstrak. Kaitan antara subyektivitas dengan keacakan sangat kecil. Jadi subyektivitas dan

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
7

ketidakacakan adalah perbedaan utama antara himpunan kabur dengan teori


probabilitas.

~
Notasi lain untuk menyatakan himpunan kabur A adalah sebagai berikut.

  x  / x
xi X
A i i jika x kumpulan objek-objek diskrit
~ (1.3)
A =

  x  / x
x
A jika x elemen ruang kontinu (biasanya bil.real R)

Tanda penjumlahan dan pengintegralan pada persamaan (1.3) merupakan gabungan


pasangan (x,  A (x)). Tanda–tanda tersebut tidak menunjukkan penjumlahan dan
pengintegralan yang sebenarnya. Demikian pula “ / ” hanya tanda untuk memisahkan
antara derajat keanggotaan dengan elemen pada semesta dan tidak menyatakan
pembagian yang sebenarnya.

1.2.5 Ekspresi Alternatif

Dengan menggunakan notasi persamaan (1.3) kita dapat menuliskan kembali


~
himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.4, himpunan
~
kabur B pada contoh 1.5, dan himpunan kabur pada contoh 1.6 sebagai berikut:
~
A =
~
A = 0.3/1 + 0.7/2 + 1/3 + 0.7/4 + 0.3/5

= (1,0.2), (2,0.5), (3,0.8), (4,1)(5,0.7), (6,0.3),

= 0.2/1 + 0.5/2 + 0.8/3 + 1.0/4 + 0.7/5 + 0.3/6

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
8

~ 1
B = {(x,  B (x)) | x  X } dengan fungsi keanggotaan  B (x) = .
 x  50 
4

1 
 10 

~ 1
B  /x
4
R 
 x  50 
1  
 10 
0, jika x  2  x  2


x2
= dengan (x) =  , jika  2  x  0
 2
 2  x , jika 0  x  2
 2

Himpunan kabur biasanya mempunyai nama-nama sesuai dengan sifat-sifat yang


tampak pada pemakaian bahasa sehari-hari, seperti “besar”, ”sedang” atau “kecil” yang
disebut nilai bahasa atau label-label bahasa. Jadi semesta dari X acapkali disebut
variabel bahasa. Defenisi formal dari variabel bahasa dan nilai-nilai bahasa tidak
diberikan di sini tetapi akan dibahas pada bagian khusus dalam diktat ini.

1.2.6 Variabel Bahasa dan Nilai Bahasa.

Contoh 1.6

Andaiakan X = “usia”, maka kita dapat mendefenisikan himpunan kabur “muda”, “usia
menengah” dan “tua” yang masing-masing dikarakterisasikan oleh FK:  muda x ,

 usia menengah (x), dan  tua x . pada Gambar 1.2.

Muda Usia Menengah Tua


1
Membership Grades

0,8

0,6

0,4

0,2

Pengantar Teori Fuzzy


0 Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
10 20 30 40 50 60 70 80 90
9

Gambar 1.2 FK Himpunan Kabur “muda”, ”usia menengah”, dan “tua”

Dalam contoh di atas, “usia” merupakan variabel bahasa yang dapat mempunyai
bermacam-macam nilai bahasa seperti “muda”, “usia menengah”, dan “tua”. Jika
“muda” diasumsikan nilai dari “usia” maka ia mempunyai ekspresi “usia adalah
muda”, demikian juga untuk nilai-nilai lainnya.

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
10

1.2.7 Pendukung (Support)

Definisi 1.2

~
Pendukung (support) dari himpunan kabur A adalah himpunan dari semua titik-titik x di
semesta X sehingga (x) > 0, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.

~
Support ( A ) = {x ∈ X | (x) > 0} (1.4)

Contoh 1.7

~
a) Himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah:

~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~
Support ( A ) = {1, 2, 3, 4, 5}

b) Support dari himpunan kabur pada contoh 1.5 adalah:

Support ( ) =

dengan FK pada semesta Bialangan Real

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
11

1.2.8 Inti (Core)

Definisi 1.3.

~
Inti (Core) dari himpunan kabur A adalah himpunan semua titik-titik x di semesta X
sehingga (x) = 1, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.
~
Core ( A ) = { x ∈ X | (x) = 1} (1.5)
Contoh 1.8
~ ~
a. Inti (core) dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah core ( A ) = { 3 }.
~
A =

b. Inti (core) dari himpunan kabur pada contoh 1.5 adalah core ( ) = { 0 }

c. Inti (core) dari himpunan kabur pada contoh 1.2 adalah core ( ) = 

0, jika x  2  x  2
x2
 , jika  2  x  0
d. Perhatikan himpunan kabur = , dengan  F ( x)   2
 1, jika 0  x  1
 2  x, jika 1  x  2

Core ( ) =

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
12

1.2.9 Tinggi (height)


Definisi 1.4
~ ~
Tinggi dari suatu himpunan kabur A adalah derajat tertinggi dari x pada semesta X di A ,
dan dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.
~
h( A ) = max { (x)/ x ∈ X} (1.6)

Contoh 1.9
~
a) Tinggi himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan
~
himpunan kabur pada contoh 2.8 (c) adalah 1, atau h( A ) = h( ) = h( ) = 1.
~
 A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
 Himpunan C

0, jika x  2  x  2
x2
 , jika  2  x  0
 = , dengan  F ( x)   2
 1, jika 0  x  1
 2  x, jika 1  x  2

b) Tinggi himpunan kabur pada contoh 1.2 adalah h( ) = 0,9.

= { (Makassar, 0.9), (Sungguminasa, 0.8), (Maros, 0.6), (Parepare, 0.4), (Palopo, 0.7)}

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
13

1.2.10 Normalitas

Definisi 1.5

~
Himpunan kabur A normal jika intinya tidak kosong. Dengan kata lain, ada titik x  X
sehingga (x) = 1.

Contoh 1.10

~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan
himpunan kabur pada contoh 2.8 (c) adalah normal.

b. Himpunan kabur pada contoh 1.2 adalah tidak normal

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
14

1.2.11 Titik Silang (Crossover Point)

Definisi 1.6
~
Titik Silang (Crossover Point) dari himpunan kabur A adalah titik x  X sedemikian hingga
(x) = 0.5, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.

~
Crossover ( A ) = { x ∈ X | (x) = 0.5} (1.7)

Contoh 1.11

~ ~
a. Titik silang dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah crossover ( A ) = { }.

~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~ ~
b. Titik silang dari himpunan kabur B pada contoh 1.5 adalah crossover ( B ) = { 40, 60}.

1
 B (x) = .
 x  50 
4

1 
 10 

c. Titik silang dari himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah crossover ( ) = {-1, 1}

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
15

0, jika x  2  x  2


x2
= dengan (x) =  , jika  2  x  0
 2
 2  x , jika 0  x  2
 2

1.2.12 Himpunan Kabur Tunggal (Fuzzy Singelton)

Definisi 1.7

Himpunan kabur yang supportnya tunggal x  X dan (x) = 1 disebut himpunan kabur
tunggal (fuzzy singelton).

Contoh 1.12

Himpunan Kabur “usia 45 tahun” merupakan himpunan kabur tunggal karena


pendukungnya tunggal yakni 45 dan (45) = 1 dan (x) = 0 untuk x lainnya.

Gambar 1.3 (a) berikut mengilustrasikan inti (core), pendukung (support), dan
titik silang (crossover point) dari fungsi keanggotaan “bentuk bell” yang
merepresentasikan “usia menengah” dan gambar 1.3 (b) karakteristik himpunan kabur
tunggal (fuzzy singelton) “usia 45 tahun”
Derajat
. Keanggotaan
Usia
Menengah

0,5

Umur
Inti

Crossover Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
Point
16

Gambar 1.3 (a) Inti, Pendukung, dan Titik Silang dari Himpunan Kabur “Usia Menengah”.

(b) Himpunan Kabur Tunggal “Usia 45 Tahun”.

1.2.13 Potongan- (-cut) lemah dan kuat

Definisi 1.8

~
(a) Potongan- (-cut) lemah dari himpunan kabur A adalah himpunan tegas (klasik)
yang didefenisikan oleh:

~
A  = {x |  A (x)  } (1.8)

~
(b) Potongan- (-cut) lemah dari himpunan kabur A adalah himpunan tegas (klasik)
yang didefenisikan oleh:

~
A ' ={x |  A (x)  } (1.9)

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
17

Akibat Definisi 1.8

~ ~
a. A1 = Core ( A )
~ ~
b. A '0 = Suport ( A )

Contoh 1.13

~
a. Potongan-0,5 kuat dan lemah dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah sama,
yakni {2, 3, 4}.

~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}

~
b. Potongan-0,5 l dari himpunan kabur B pada contoh 1.5 adalah
.

c. Potongan-0,25 kuat dari himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah

0, jika x  2  x  2


x2
= dengan (x) =  , jika  2  x  0
 2
 2  x , jika 0  x  2
 2

d. Misalkan Potongan-α lemah dari himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah ,
maka dengan mensubstitusi dan pada persamaan fungsi keanggotaan himpunan

kabur , maka diperoleh .

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
18

1.2.14 Kekonveksan (Convexity )

Definisi 1.9

~
Himpunan kabur A adalah konveks jika dan hanya jika untuk sebarang x 1 , x 2  X dan

sebarang   0,1 berlaku:

 A x1  1   x2   Min A x1 ,  A x2  (1.10)

Definisi 1.10

~
Himpunan A konveks jika semua himpunan -level adalah konveks.

Definisi 1. 11

Himpunan klasik C di R n adalah konveks jika dan hanya jika untuk dua titik x 1  C dan

x 2  C, kombinasi kompleknya x1  1   x2 masih di C, dengan 0    1.

~ ~
Karena kekonveksan dari himpunan-himpunan (crisp) level A  berakibat A  digambar

satu segmen garis.


Catatan:

Defenisi kekonveksan dari himpunan kabur tidak seketat defenisi kekonveksan suatu
fungsi. Untuk pembanding, defenisi kekonveksan dari fungsi f(x) adalah:

f( x1  1   x2 )   f(x 1 ) + (1-) f(x 2 ) (1.11)

(a) Dua Himpunan Kabur Konveks (b) Himpunan Kabur Tak Konveks

1 1
Membership Grades

Membership Grades

0,8 0,8

0,6 0,6

0,4 0,4
Pengantar Teori Fuzzy
0,2 Untuk Mahasiswa S1 0,2
dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM

0 0
19

Gambar 1.4
(a) Dua Fungsi Keanggotaan Himpunan Kabur Konveks,
(b) Fungsi Keanggotaan Himpunan Kabur Tak Konveks.

Contoh 1.14

~
Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan himpunan
kabur pada contoh 2.8 (c) bersifat konveks.

1.2.15 Bilangan Kabur (Fuzzy Number)

Definisi 1.12

Bilangan Kabur (Fuzzy Number) adalah himpunan kabur dalam semesta bilangan real R
yang memenuhi sifat kenormalan dan kekonveksan.

~
Berdasarkan definisi di atas, maka suatu himpunan kabur A dalam semesta X
~ ~
merupakan bilangan kabur jika memenuhi: (i) X = R, (ii) A bersifat normal, dan (iii) A
bersifat konveks. Himpunan kabur yang paling banyak digunakan dalam literatur
memenuhi kondisi kenormalan dan kekonveksan, sehingga bilangan kabur merupakan
tipe himpunan kabur yang paling dasar.

Contoh 1.13
~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3 bukan bilangan kabur karena X ≠ R.
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
20

b. Himpunan kabur pada contoh 1.5 merupakan bilangan kabur.

~
c. Himpunan kabu B pada contoh 1.4 bukan bilangan kabur, karena semestanya bukan
R.

1
 B (x) = .
 x  50 
4

1 
 10 

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
21

1.2.16 Lebar Pita (Bandwidths) dari Himpunan Kabur Normal dan Koveks

Definisi 1.13

Untuk himpunan kabur normal dan konveks, lebar pita atau lebar (Bandwidths)
didefenisikan sebagai jarak antara dua titik silang (crossover points).

~
Lebar ( A ) = x2  x1 , dengan  A x1    A x2   0,5

Contoh 1.14
a. Diketahui bilangan real kabur sekitar 5 yang didefinisikan sebagai:

 0 jika x  3
x3
 jika 3  x  5
=  2
9x
 jika 5  x  9
 4
 0 jika x  9
~
Maka lebar ( 5 ) adalah |4-7| = 3, karena  5~ (4)   5~ (7)  0.5

b.

Maka lebar pita C = Bw (C)) = |-1-1| = 2.

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
22

1.2.17 Simetri (Symmetry)

Definisi 1.14

~
Himpunan kabur A dikatakan simetri jika FK-nya simetri terhadap suatu titik x = c, atau

 A c  x    A c  x  untuk semua x  X

Contoh 1.15
~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah simetris terhadap x = 3
~
A =

b. Himpunan kabur pada contoh 1.4 adalah tidak simetris.

= 0.2/1 + 0.5/2 + 0.8/3 + 1.0/4 + 0.7/5 + 0.3/6

c. Himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah simetris terhadap x = 0.

Tugas
~
Selidiki apakah himpunan kabur B pada contoh 1.4 dan bilangan kabur sekitar 5 pada
contoh 1.14 simetris? Berikan alasannya.

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
23

1.2.17 Terbuka kiri (Open Left), Terbuka kanan (Open Right), dan Tertutup (Closed)

Definisi 1.15
~
Himpunan kabur A dikatakan:

a. terbuka kiri jika lim  A x  1 dan lim  A x   0 ,


x  x 

b. terbuka kanan jika lim  A x   0 dan lim μ A x   1


x  x  

c. tertutup jika lim  A x   lim  A x   0


x  x 

Contoh 1.16

Andaiakan X = “usia”, maka kita dapat mendefenisikan himpunan kabur “muda”, “usia
menengah” dan “tua” yang masing-masing dikarakterisasikan oleh FK:  muda x ,

 usia menengah (x), dan  tua x . pada Gambar 1.2.

Muda Usia Menengah Tua


1
Membership Grades

0,8

0,6

0,4

0,2

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

X = Umur

Gambar 1.2 FK Himpunan Kabur “muda”, ”usia menengah”, dan “tua”

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
24

(a) Perhatikan Gambar 1.2, himpunan kabur “muda” adalah terbuka kiri, himpunan
kabur “tua” adalah terbuka kanan, dan himpunan kabur “usia menengah” adalah
tertutup.

~ ~
(b) Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur B pada contoh 1.5, dan

himpunan kabur pada contoh 1.6 semuanya berbentuk tertutup.

1.2.18 Kardinalitas

Definisi 1.16

~
Misalkan A adalah himpunan kabur finit, maka:

a. kardinalitas mutlak A didefenisikan sebagai A    A x  ,


~ ~
xX

~
~ ~ A
b. kardinalitas relatif dari A didefinisikan sebagai A  .
X

Kardinalitas relatif dari himpunan kabur bergantung pada kardinalitas semesta.


Jadi anda harus memilih semesta yang sama jika anda ingin membandingkan beberapa
himpunan kabur melalui kardinalitas relatifnya.

Contoh 1.17

a. Kardinalitas himpunan kabur = “tipe rumah yang sesuai untuk keluarga dengan 4
anggota” dari contoh 1.4 adalah:

= 0.2/1 + 0.5/2 + 0.8/3 + 1.0/4 + 0.7/5 + 0.3/6

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
25

b. Kardianal relatifnya adalah


= 0,35

~
Kardinalitas relatif dapat diinterpretasikan sebagai “bobot elemen-elemen A ” dari
~
elemen-elemen X, dan dibobot dengan derajat-derajat anggota dalam A .

Tugas

~
A =

Tentukan kardinalias mutlak dan kardinalitas relative dari A.

Definisi 1.17

~
Untuk himpunan kabur A dalam smesta X yang infinit, kardinalitas didefenisikan dengan

A    A~ x  dx, A tidak selalu ada.


~ ~
x

Contoh 1.18

(a) Kardinalitas himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah:

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
26

(b) Kardinalitas himpunan kabur pada contoh 1.8 (d) adalah 2,5.

1.3 LATIHAN
~
1. Diketahui himpunan kabur A = “bilangan bulat sekitar 10” yang didefinisikan sebagai
~
A = 0.1/7 + 0.5/8 + 0.8/9 + 1/10 + 0.8/11 + 0.5/12 + 0.1/13. Tentukan semua
~
himpunan -level dari A .
~
2. Untuk himpunan kabur A pada litihan nomor 1, tentukan kardinalitas dan kardinalitas
relatifnya.
3. Misalkan X = {1, 2, 3, …, 10}. Hitunglah kardinalitas dan kardinalitas relatif dari
himpunan kabur berikut
~
a. B = {(2, 0.4), (3, 0.6), (4, 0.8), (5, 1), (6, 0.8), (7, 0.6), (8, 0.4)}
~
b. C = {(2, 0.4), (4, 0.8), (5,1), (7, 0.6)}
~
4. Hitunglah lebar pita dari himpunan kabur A pada latihan nomor 1.
5. Tentukan support dan inti (core) dari himpunan-himpunan kabur berikut:
~
a. Himpunan kabur A pada latihan nomor 1,
~
b. Himpunan kabur B pada latihan nomor 3.
6. Sebutkan dua macam variabel bahasa beserta nilai-nilai bahasanya.
7. Definisikan bilangan bulat kabur sekitar 5 dengan lebar pita sama dengan 4.
8. Carilah semua unsur dasar himpunan kabur untuk himpunan kabur pada contoh 1.8
(d)

Pengantar Teori Fuzzy


Untuk Mahasiswa S1 dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM

Anda mungkin juga menyukai