1.1 Pengantar
Himpunan klasik adalah himpunan dengan batas yang jelas. Sebagai contoh
himpunan klasik A adalah himpunan bilangan real yang lebih besar dari 165. Himpunan
tersebut dapat dinyatakan sebagai:
Jika x suatu bilangan real yang lebih besar dari 165, misalnya x = 165,001, maka x
termasuk ke dalam himpunan A, dan jika sebaliknya, misalnya x = 164,999 maka x tidak
termasuk dalam himpunan A.
Berbeda dengan himpunan klasik, himpunan kabur adalah himpunan tanpa batas
yang jelas. Peralihan dari suatu anggota himpunan ke bukan anggota himpunan secara
berjenjang dan peralihan berjenjang ini dikarakterisasi oleh fungsi keanggotaan,
sehingga himpunan kabur dapat dimodelkan dengan ungkapan bahasa seperti “air yang
panas” atau “temperatur yang tinggi”.
1.2.1 Himpunan Kabur (Fuzzy Sets) dan Fungsi Keanggotaan (Membership Function)
Definisi 1.1
Jika X adalah himpunan objek-objek yang dinyatakan secara umum oleh x, maka
himpunan kabur A di X didefenisikan sebagai himpunan pasangan terurut:
~
A = {(x, A (x)) | x X} (1.2)
A (x) = 1 jika x A
0 jika x A
~
a. A = “Banyaknya anak yang ideal dalam suatu keluarga”
~
b. B = “Usia sekitar 50 tahun”
~ ~
(a) A dengan FK pada Semester Diskrit (b) B dengan FK pada Semesta Kontinu
1 1
Membership Grades
Membership Grades
0,8
0,8
0,6
0,6
0,4
0,4
0,2
0,2
0 0 2 4 6 0
0 50
X = Banyaknya Anak
X = Umur
Contoh 1.2.
kota-kota yang dipilih salah satunya untuk ditinggali. Himpunan kabur menyatakan
“kota yang diinginkan sebagai tempat tinggal” yang dideskripsikan sebagai:
= { (Makassar, 0.9), (Sungguminasa, 0.8), (Maros, 0.6), (Parepare, 0.4), (Palopo, 0.7)}
Jelaslah bahwa semesta X adalah diskrit dan memuat objek berupa lima kota di Sulawesi
Selatan yang tak terurut.
Contoh 1.3
~
A =
~
Himpunan kabur A merupakan contoh himpunan kabur dengan semesta diskrit terurut
~
berderajat keanggotaan 0 tidak ditulis, maka himpunan kbur A disederhanakan sebagai
berikut.
~
A =
Contoh 1.4
Contoh 1.5
Misal X = R himpunan usia yang mungkin dalam suatu kehidupan, maka himpunan
~
kabur B = “Usia sekitar 50 tahun” dengan grafik fungsi keanggotaan seperti pada
Gambar 1.1 (b) dapat diekspresikan sebagai:
~ 1
B = {(x, B (x)) | x X } dengan fungsi keanggotaan B (x) = .
x 50
4
1
10
Contoh 1.6.
Misalkan X = R (bilangan real). Himpunan kabur = “bilangan real sekitar 0”, dengan
grafik FK seperti pada Gambar 1.1 (c) dapat diekspresikan sebagai:
0, jika x 2 x 2
x2
(x) = , jika 2 x 0
2
2 x , jika 0 x 2
2
Dari contoh-contoh, jelas bahwa himpunan kabur bergantung pada dua hal, yaitu:
(1) mengidentifikasi semesta yang cocok dan (2) menentukan fungsi keanggotaan yang
sesuai. Menentukan fungsi keanggotaan adalah subyektif, yang berarti fungsi
keanggotaan yang ditentukan untuk konsep yang sama (misalkan “banyak anak ideal
pada suatu keluarga”) oleh individu yang berbeda akan sangat bermacam-macam.
Subyektivitas ini berasal dari perbedaan individu yang mengungkap konsep-konsep
abstrak. Kaitan antara subyektivitas dengan keacakan sangat kecil. Jadi subyektivitas dan
~
Notasi lain untuk menyatakan himpunan kabur A adalah sebagai berikut.
x / x
xi X
A i i jika x kumpulan objek-objek diskrit
~ (1.3)
A =
x / x
x
A jika x elemen ruang kontinu (biasanya bil.real R)
~ 1
B = {(x, B (x)) | x X } dengan fungsi keanggotaan B (x) = .
x 50
4
1
10
~ 1
B /x
4
R
x 50
1
10
0, jika x 2 x 2
x2
= dengan (x) = , jika 2 x 0
2
2 x , jika 0 x 2
2
Contoh 1.6
Andaiakan X = “usia”, maka kita dapat mendefenisikan himpunan kabur “muda”, “usia
menengah” dan “tua” yang masing-masing dikarakterisasikan oleh FK: muda x ,
0,8
0,6
0,4
0,2
Dalam contoh di atas, “usia” merupakan variabel bahasa yang dapat mempunyai
bermacam-macam nilai bahasa seperti “muda”, “usia menengah”, dan “tua”. Jika
“muda” diasumsikan nilai dari “usia” maka ia mempunyai ekspresi “usia adalah
muda”, demikian juga untuk nilai-nilai lainnya.
Definisi 1.2
~
Pendukung (support) dari himpunan kabur A adalah himpunan dari semua titik-titik x di
semesta X sehingga (x) > 0, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.
~
Support ( A ) = {x ∈ X | (x) > 0} (1.4)
Contoh 1.7
~
a) Himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah:
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~
Support ( A ) = {1, 2, 3, 4, 5}
Support ( ) =
Definisi 1.3.
~
Inti (Core) dari himpunan kabur A adalah himpunan semua titik-titik x di semesta X
sehingga (x) = 1, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.
~
Core ( A ) = { x ∈ X | (x) = 1} (1.5)
Contoh 1.8
~ ~
a. Inti (core) dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah core ( A ) = { 3 }.
~
A =
b. Inti (core) dari himpunan kabur pada contoh 1.5 adalah core ( ) = { 0 }
c. Inti (core) dari himpunan kabur pada contoh 1.2 adalah core ( ) =
0, jika x 2 x 2
x2
, jika 2 x 0
d. Perhatikan himpunan kabur = , dengan F ( x) 2
1, jika 0 x 1
2 x, jika 1 x 2
Core ( ) =
Contoh 1.9
~
a) Tinggi himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan
~
himpunan kabur pada contoh 2.8 (c) adalah 1, atau h( A ) = h( ) = h( ) = 1.
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
Himpunan C
0, jika x 2 x 2
x2
, jika 2 x 0
= , dengan F ( x) 2
1, jika 0 x 1
2 x, jika 1 x 2
b) Tinggi himpunan kabur pada contoh 1.2 adalah h( ) = 0,9.
= { (Makassar, 0.9), (Sungguminasa, 0.8), (Maros, 0.6), (Parepare, 0.4), (Palopo, 0.7)}
1.2.10 Normalitas
Definisi 1.5
~
Himpunan kabur A normal jika intinya tidak kosong. Dengan kata lain, ada titik x X
sehingga (x) = 1.
Contoh 1.10
~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan
himpunan kabur pada contoh 2.8 (c) adalah normal.
Definisi 1.6
~
Titik Silang (Crossover Point) dari himpunan kabur A adalah titik x X sedemikian hingga
(x) = 0.5, atau dinyatakan dalam bentuk notasi sebagai berikut.
~
Crossover ( A ) = { x ∈ X | (x) = 0.5} (1.7)
Contoh 1.11
~ ~
a. Titik silang dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah crossover ( A ) = { }.
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~ ~
b. Titik silang dari himpunan kabur B pada contoh 1.5 adalah crossover ( B ) = { 40, 60}.
1
B (x) = .
x 50
4
1
10
c. Titik silang dari himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah crossover ( ) = {-1, 1}
0, jika x 2 x 2
x2
= dengan (x) = , jika 2 x 0
2
2 x , jika 0 x 2
2
Definisi 1.7
Himpunan kabur yang supportnya tunggal x X dan (x) = 1 disebut himpunan kabur
tunggal (fuzzy singelton).
Contoh 1.12
Gambar 1.3 (a) berikut mengilustrasikan inti (core), pendukung (support), dan
titik silang (crossover point) dari fungsi keanggotaan “bentuk bell” yang
merepresentasikan “usia menengah” dan gambar 1.3 (b) karakteristik himpunan kabur
tunggal (fuzzy singelton) “usia 45 tahun”
Derajat
. Keanggotaan
Usia
Menengah
0,5
Umur
Inti
Gambar 1.3 (a) Inti, Pendukung, dan Titik Silang dari Himpunan Kabur “Usia Menengah”.
Definisi 1.8
~
(a) Potongan- (-cut) lemah dari himpunan kabur A adalah himpunan tegas (klasik)
yang didefenisikan oleh:
~
A = {x | A (x) } (1.8)
~
(b) Potongan- (-cut) lemah dari himpunan kabur A adalah himpunan tegas (klasik)
yang didefenisikan oleh:
~
A ' ={x | A (x) } (1.9)
~ ~
a. A1 = Core ( A )
~ ~
b. A '0 = Suport ( A )
Contoh 1.13
~
a. Potongan-0,5 kuat dan lemah dari himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah sama,
yakni {2, 3, 4}.
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~
b. Potongan-0,5 l dari himpunan kabur B pada contoh 1.5 adalah
.
0, jika x 2 x 2
x2
= dengan (x) = , jika 2 x 0
2
2 x , jika 0 x 2
2
d. Misalkan Potongan-α lemah dari himpunan kabur pada contoh 1.6 adalah ,
maka dengan mensubstitusi dan pada persamaan fungsi keanggotaan himpunan
Definisi 1.9
~
Himpunan kabur A adalah konveks jika dan hanya jika untuk sebarang x 1 , x 2 X dan
Definisi 1.10
~
Himpunan A konveks jika semua himpunan -level adalah konveks.
Definisi 1. 11
Himpunan klasik C di R n adalah konveks jika dan hanya jika untuk dua titik x 1 C dan
~ ~
Karena kekonveksan dari himpunan-himpunan (crisp) level A berakibat A digambar
Defenisi kekonveksan dari himpunan kabur tidak seketat defenisi kekonveksan suatu
fungsi. Untuk pembanding, defenisi kekonveksan dari fungsi f(x) adalah:
(a) Dua Himpunan Kabur Konveks (b) Himpunan Kabur Tak Konveks
1 1
Membership Grades
Membership Grades
0,8 0,8
0,6 0,6
0,4 0,4
Pengantar Teori Fuzzy
0,2 Untuk Mahasiswa S1 0,2
dan S2 Pendidikan Matematilka FMIPA UNM
0 0
19
Gambar 1.4
(a) Dua Fungsi Keanggotaan Himpunan Kabur Konveks,
(b) Fungsi Keanggotaan Himpunan Kabur Tak Konveks.
Contoh 1.14
~
Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur pada contoh 1.5, dan himpunan
kabur pada contoh 2.8 (c) bersifat konveks.
Definisi 1.12
Bilangan Kabur (Fuzzy Number) adalah himpunan kabur dalam semesta bilangan real R
yang memenuhi sifat kenormalan dan kekonveksan.
~
Berdasarkan definisi di atas, maka suatu himpunan kabur A dalam semesta X
~ ~
merupakan bilangan kabur jika memenuhi: (i) X = R, (ii) A bersifat normal, dan (iii) A
bersifat konveks. Himpunan kabur yang paling banyak digunakan dalam literatur
memenuhi kondisi kenormalan dan kekonveksan, sehingga bilangan kabur merupakan
tipe himpunan kabur yang paling dasar.
Contoh 1.13
~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3 bukan bilangan kabur karena X ≠ R.
~
A = dalam X = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
~
c. Himpunan kabu B pada contoh 1.4 bukan bilangan kabur, karena semestanya bukan
R.
1
B (x) = .
x 50
4
1
10
1.2.16 Lebar Pita (Bandwidths) dari Himpunan Kabur Normal dan Koveks
Definisi 1.13
Untuk himpunan kabur normal dan konveks, lebar pita atau lebar (Bandwidths)
didefenisikan sebagai jarak antara dua titik silang (crossover points).
~
Lebar ( A ) = x2 x1 , dengan A x1 A x2 0,5
Contoh 1.14
a. Diketahui bilangan real kabur sekitar 5 yang didefinisikan sebagai:
0 jika x 3
x3
jika 3 x 5
= 2
9x
jika 5 x 9
4
0 jika x 9
~
Maka lebar ( 5 ) adalah |4-7| = 3, karena 5~ (4) 5~ (7) 0.5
b.
Definisi 1.14
~
Himpunan kabur A dikatakan simetri jika FK-nya simetri terhadap suatu titik x = c, atau
A c x A c x untuk semua x X
Contoh 1.15
~
a. Himpunan kabur A pada contoh 1.3 adalah simetris terhadap x = 3
~
A =
Tugas
~
Selidiki apakah himpunan kabur B pada contoh 1.4 dan bilangan kabur sekitar 5 pada
contoh 1.14 simetris? Berikan alasannya.
1.2.17 Terbuka kiri (Open Left), Terbuka kanan (Open Right), dan Tertutup (Closed)
Definisi 1.15
~
Himpunan kabur A dikatakan:
Contoh 1.16
Andaiakan X = “usia”, maka kita dapat mendefenisikan himpunan kabur “muda”, “usia
menengah” dan “tua” yang masing-masing dikarakterisasikan oleh FK: muda x ,
0,8
0,6
0,4
0,2
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
X = Umur
(a) Perhatikan Gambar 1.2, himpunan kabur “muda” adalah terbuka kiri, himpunan
kabur “tua” adalah terbuka kanan, dan himpunan kabur “usia menengah” adalah
tertutup.
~ ~
(b) Himpunan kabur A pada contoh 1.3, himpunan kabur B pada contoh 1.5, dan
1.2.18 Kardinalitas
Definisi 1.16
~
Misalkan A adalah himpunan kabur finit, maka:
~
~ ~ A
b. kardinalitas relatif dari A didefinisikan sebagai A .
X
Contoh 1.17
a. Kardinalitas himpunan kabur = “tipe rumah yang sesuai untuk keluarga dengan 4
anggota” dari contoh 1.4 adalah:
~
Kardinalitas relatif dapat diinterpretasikan sebagai “bobot elemen-elemen A ” dari
~
elemen-elemen X, dan dibobot dengan derajat-derajat anggota dalam A .
Tugas
~
A =
Definisi 1.17
~
Untuk himpunan kabur A dalam smesta X yang infinit, kardinalitas didefenisikan dengan
Contoh 1.18
(b) Kardinalitas himpunan kabur pada contoh 1.8 (d) adalah 2,5.
1.3 LATIHAN
~
1. Diketahui himpunan kabur A = “bilangan bulat sekitar 10” yang didefinisikan sebagai
~
A = 0.1/7 + 0.5/8 + 0.8/9 + 1/10 + 0.8/11 + 0.5/12 + 0.1/13. Tentukan semua
~
himpunan -level dari A .
~
2. Untuk himpunan kabur A pada litihan nomor 1, tentukan kardinalitas dan kardinalitas
relatifnya.
3. Misalkan X = {1, 2, 3, …, 10}. Hitunglah kardinalitas dan kardinalitas relatif dari
himpunan kabur berikut
~
a. B = {(2, 0.4), (3, 0.6), (4, 0.8), (5, 1), (6, 0.8), (7, 0.6), (8, 0.4)}
~
b. C = {(2, 0.4), (4, 0.8), (5,1), (7, 0.6)}
~
4. Hitunglah lebar pita dari himpunan kabur A pada latihan nomor 1.
5. Tentukan support dan inti (core) dari himpunan-himpunan kabur berikut:
~
a. Himpunan kabur A pada latihan nomor 1,
~
b. Himpunan kabur B pada latihan nomor 3.
6. Sebutkan dua macam variabel bahasa beserta nilai-nilai bahasanya.
7. Definisikan bilangan bulat kabur sekitar 5 dengan lebar pita sama dengan 4.
8. Carilah semua unsur dasar himpunan kabur untuk himpunan kabur pada contoh 1.8
(d)