Anda di halaman 1dari 31

Lampiran 1.

PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA DAN GAMBARAN OBSERVASI

A. Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi-terstruktur.

Berikut pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti kepada beberapa lesbian di kota Salatiga
sebagai objek penelitian:

1. Sejak kapan anda mengetahui bahwa anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan?
2. Menurut anda, apakah yang membuat anda memiliki ketertarikan terhadap perempuan?
3. Apakah anda cukup terbuka tentang perbedaan orientasi seksual anda?
4. Apakah orang tua/ keluarga anda mengetahui keadaan tersebut?
 Jika Ya, bagaimana respon dan pengaruhnya terhadap hubungan/interaksi anda
dengan orang tua/ keluarga?
 Jika TIDAK, kemungkinan apa yang akan terjadi ketika orang tua / keluarga anda
mengetahuinya?
 Mengapa anda menutupi perbedaan orientasi seksual anda terhadap
keluarga anda?
 Apakah orang tua/ keluarga pernah merasa curiga terhadap anda berkaitan
dengan perbedaan orientasi seksual anda?
5. Siapa saja orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda, dan bagaimana
mereka bisa mengetahuinya?
6. Menurut anda, apakah orang-orang yang mengetahui perbedaan orientasi seksual anda
merasa risih/ terganggu?
7. Bagaimana komentar orang-orang di sekitar anda tentang perbedaan orientasi seksual
anda?

NO. Butchy Femme


1. Cara Berpakaian/ berpenampilan:
- Butchy cenderung memilih untuk - Femme umumnya berpakaian seperti
menggunakan pakaian layaknya laki- umumnya perempuan heterokseksual.
laki. Bagaimana tanggapan orang di Bagaimana cara mengenali atau
sekitar anda ketika melihat anda mengidentifikasi perempuan tersebut
sebagai perempuan namun berpakaian lesbian/ tidak dari penampilan luarnya?
layaknya laki-laki? - Menurut anda, apakah setiap
- Bagaimana cara anda mengetahui perempuan dengan penampilan
seorang perempuan tersebut lesbian maskulin/ tomboy adalah lesbian?
(femme) melalui penampilan luarnya? Bagimana cara anda mengetahuinya?
2. Apa yang anda lakukan agar anda dapat Apa yang anda lakukan agar anda dapat
diterima dengan baik oleh lingkungan diterima dengan baik oleh lingkungan
sekitar anda, dan bagaimana caranya? sekitar anda, dan bagaimana caranya?
3. Siapa orang yang paling nyaman untuk anda Siapa orang yang paling nyaman untuk anda
ajak cerita (curhat) segala hal, termasuk ajak cerita (curhat) segala hal, termasuk
tentang perbedaan orientasi seksual anda? tentang perbedaan orientasi seksual anda?
Mengapa? Mengapa?

Untuk meneliti lebih jauh tentang bagian depan (front), peneliti akan melakukan wawancara
terhadap beberapa rekan kerja/ teman sekolah/ teman kuliah objek (A). Berikut beberapa
pertanyaan yang akan diajukan:

1. Bagaimana penampilan A menurut anda? (cara berpakaian, cara berjalan, cara berbicara,
dan lain-lain)
2. Bagaimana sifat A menurut anda? (personality)
3. Berdasarkan jawaban pertanyaan nomor 1 dan 2, apakah hal tersebut mempengaruhi anda
untuk berinteraksi dengan A? Mengapa?
4. Apakah anda cukup dekat atau mengenal A dengan baik?
 Jika Ya, apa yang membuat anda nyaman untuk berkawan dengan A?
 Jika TIDAK, apa yang membuat anda tidak nyaman atau enggan untuk berkawan
dengan A?
B. Observasi
Di samping melakukan wawancara, peneliti juga akan melakukan observasi. Observasi
atau pengamatan juga dilakukan saat melakukan wawancara dengan informan sebagai subjek
penelitian. Hal ini termasuk penampilan, cara penyampaian pesan, cara bicara serta sikapnya
selama wawancara berlangsung (pengamatan baik secara verbal maupun nonverbal).
Selain melakukan pengamatan langsung terhadap subjek, peneliti juga akan melakukan
pengamatan di lingkungan sekitar subjek seperti lingkungan rumah (keluarga), lingkungan
kerja/ lingkungan pergaulannya sehari-hari. Observasi yang dilakukan di lingkungan sekitar
subjek penelitian akan membantu peneliti dalam melihat dan mengamati interaksi antara
subjek penelitian (lesbian) dengan orang-orang di sekitar lingkungan terdekatnya (lingkungan
rumah/ keluarga, lingkungan kerja/ lingkungan kuliah/ lingkungan sekolah/ lingkungan
pergaulan).
Lampiran 2.

TRANSKRIP WAWANCARA

I. Transkrip Wawancara dengan Informan 1


Informan 1 : Ambar (butchy)
Hari, tanggal : Minggu, 23 April 2017
Waktu : 18.35 WIB
Lokasi : Depot Es Dhaw’t
Keterangan : P sebagai Peneliti, I1 sebagai Informan 1

P : Langsung aja ya kak.


I1 : Iya. Mbak aja nggakpapa. Jangan kak. Emang cah pramuka?
P : Oke, mbak. Pertama kali kamu tahu kalau kamu suka sama perempuan itu kapan?
Terus kamu taunya gimana mbak?
I1 : Sejak SMP kayaknya. Dulu tu aku suka lihat cewek-cewek yang menurutku cantik gitu.
Lha terus kalau pas pada tahu kalau tak liatin pada senyum. Pas disenyumin tu rasane
gimana ,,,,, gitu. Langsung seneng banget pokoke.
P : Kamu anak ke berapa mbak?
I1 : Anak terakhir. Kakak 1, perempuan. Tapi jarak umurnya juga jauh banget, 10-12 tahun
kayaknya. Wong kakakku juga udah punya anak. Anaknya 3
P : Lha tinggalnya dimana?
I1 : Ya di rumah. Bareng aku, sama ibuku.
P : Lha bapakmu mbak?
I1 : Mbuh, nggak tau dimana.
P : Loh kok bisa?
I1 : Iya, dari kecil ki aku cuma tinggal sama ibuku, sama kakakku. Waktu aku baru umur
berapa ya, aku juga nggak inget. Bapakku pergi sama istri pertamanya. Terus nggak pernak
mbalik. Kakakku ya sama. Suaminya juga pergi gitu aja.
P : Keluargamu tahu nggak kalau kamu lesbian?
I1 : Who, jangan sampe. Iso entek aku.
P : Lah kenapa mbak?
I1 : Ya pokoknya jangan sampe pada tahu. Apalagi ibuku. Eh, tapi ibuku pernah diomongi
orang-orang gitu sih. Terus tanya mbek aku. Ya aku mesti njawab endak lah. Ibuku ki juga
pernah bilang nek aku sampe kayak Fita (bukan nama sebenarnya), mending ibuku mati aja.
Jangan sampe lah pokoknya. Fita ki ya sama, lesbian juga. Di kampung udah pada tahu.
Terus kan aku penampilane ya kayak gini. Rambut pendek banget kayak cowok. Terus
ibuku ngomong gitu. Untunge ibuku ki orange kalau belum lihat sendiri ya belum percaya.
P : Berarti di rumah sama sekali nggak ada yang tahu? Kalau kamu pasang atau upload foto
di sosmed gitu, apa nggak pada curiga mbak?
I1 : Ada sih, ponakanku sing anake mbakku yang paling besar. Tapi ya dia diem aja. Nggak
bilang-bilang sama orang rumah. Kalo aku pasang foto gitu ya santai aja. Nek sama orang
rumah ki aku cuma pake telpon atau SMS. Kalau sosmed-sosmed gitu, BBM dan lain-lain
enggak. Nek ibuku ki sing penting isoh telpon wes cukup.
P : Kalau misal ibumu sampai tahu, kamu mau gimana mbak?
I1 : Ya pokoknya ya jangan sampe tahu lah. Gimana caranya pokoknya jangan sampe tahu.
P : Lha kalo sampe tahu?
I1 : Ya piye ya? Ya jangan sampe tahu. Mbuh, aku nggak tahu gimana kalau sampe ibuku
tahu.
P : Lha temen-temenmu sendiri gimana mbak pas tahu kalau kamu lesbian?
I1 : Ya nggak tahu pada piye. Nek aku kan santai. Sing penting aku koyo’ ngene. Meh
konconan monggo, ora yo ra masalah. Aku sih santai orange.

Hari, tanggal : Minggu, 30 April 2017


Waktu : 19.05 WIB
Lokasi : Angkringan, Jalan Jendral Sudirman

P : Mbak, kalau secara penampilan atau tampak luar bisa nggak kita tahu kalau perempuan
itu lesbian atau bukan?
I1 : Em.... kalau butchy sih kelihatan ya. Kayak misalnya aku. Kan kamu bisa lihat, model
rambutku kayak gini dan aku juga kalau potong rambut mesti pendek. Malah semakin
pendek kalo tiap potong. Jadi kalau butchy tu ya kelihatan dari cara berpakaiannya,
potongan rambutnya juga. Pasti kayak cowok, tomboi. Semua cewek tomboi itu 80% pasti
butchy.
P : Kalau femme gimana cara tahunya?
I1 : Nek femme susah sih. Kalau dia nggak bilang kalau dia lesbi ya kita juga nggak tahu.
Soalnya kan kalau femme penampilannya sama kayak cewek-cewek biasa lainnya. Jadi
nggak kelihatan.
P : Berarti walaupun butchy juga nggak bisa tahu mana yang femme mana yang bukan?
I1 : Ya iya, susah soalnya. Kalo mereka nggak bilang kalo mereka „menggok‟ ya kita-kita
yang butchy juga nggak akan tahu.
P : Lha kalau sama-sama butchy?
I1 : Ya Kalo pas liat cewek tomboy di jalan dan nggak kenal, terus misal pas liat-liatan,
pasti dia bakal ngliatin kitanya tu sok cool gitu dan biasanya kayak sinis gitu. Nah itu pasti
dia juga butchy
P : Kalau kamu di rumah gitu apa nggak ditanyain mbak, kok potong rambutnya pendek
model cowok, terus pakaiannya juga model-model cowok?
I1 : Kalau rambut sih pernah ditanyai ibuku sih. Kok potong rambut terus. Ya untunge aku
juga kerja kan jadi satpam. Jadi ya bisa buat alesan.
P : Lha kamu bilang piye mbak?
I1 : Ya aku bilang aja biar lebih enak dilihatnya. Kan kalau potong pendek kelihatan rapi.
Gitu aja.
P : Terus kalau masalah baju piye mbak? Kamu ndak yo gelem nek suruh pake rok atau
dress gitu mbak?
I1 : Ya nggak masalah sih. Nek di kampung kadang kan aku juga nge-MC. Kayak acara-
acara tujuhbelasan gitu gitu. Kalau pas suruh pake rok ya aku pake rok. Pokoknya pake baju
yang lebih feminine, ya pantes-pantese aja gimana. Dandan juga, ning yo tipis-tipis aja.
P : Nggak risih?
I1 : Enggak sih. Kan emang aku dasare juga cewek to, jadi ya biasa aja
P : Lha kan sekarang berarti kamu dah umur berapa mbak? 25? 26?
I1 : Emm ..., berapa yo? 26 kayake ya? Ho‟o, 26
P : Lha pernah ditanya buat nikah apa ndak?
I1 : Ya iya, pernah. Ibuku ya pernah tanya soal kui.
P : terus kamu langsung piye mbak ditanya gitu?
I1 : Yo aku bilang we, nek kepengenku wes kabeh, wes terlaksana, gek aku mikirke nikah.
Lagian sekarang juga kan aku sing cara-carane jadi tulang punggung keluarga. Ibuku kerja
seadanya. Mbakku juga sama. Siapa lagi sing meh diandelke nek nggak aku?”
P : Kamu sendiri pernah pacaran sama cowok atau nggak mbak?
I1 : Pernah 1 kali. Tapi dah dulu banget jaman SMA.
P : Itu pacar pertama apa gimana mbak?
I1 : Enggak. Pacaran pertama dulu aku pas SMP. Tapi ya sama cewek. Terus pas SMA itu
sama cowok. 3 tahun ada kayake.
P : Lha kok terus sekarang sama cewek lagi mbak. 3 tahun ki lumayan lama lhoo..
I1 : Aku yo nggak tahu kok bisa lama gitu. Pokoke dulu ki aku pacaran sama yang cowok itu
kan pas jaman jek sekolah. Terus abis dia lulus, dia pergi nerusin sekolah pendidikan buat
tentara gitu di Malang. Jadi terus LDR-an. Itu ya masih pacaran mbek aku. Tapi let sebentar
terus putus.
P : Kenapa mbak?
I1 : Ya nggak kenapa-kenapa. Cuma kan emang feel-nya beda. Soalnya pas LDR kui, aku
sendiri juga deket sama cewek-cewek gitu. Daripada aku nggak bebas tur ngapusi terus, ya
makanya mending tak putus aja. Pas dia balik terus tak putusin.
P : Terus kamu ketemu sama pacarmu yang sekarang itu gimana mbak? Kan kalau secara
umum atau kalau kita lihat biasa, femme itu nggak bisa langsung ketahuan kalau dia femme?
I1 : Dari broadcast-an di BBM.
P : Udah pacaran berapa lama?
I1 : Sekarang udah 2 tahun
P : Orang-orang lai tu biasanya tahu kamu lesbian dari mana ekh mbak?
I1 : Dari .. menyimpulkan sendiri sih paling. Aku kan kalo di sosmed kayak BBM,
Instagram gitu-gitu kan kadang posting juga fotone pacarku. Jadi ya paling pada tahunya dai
situ.
P : Ada rencana buat serius sama pacarmu sekarang ini mbak?
I1 : Piye ya? Nek di sini tu kan susah ya. Tapi aku juga belum tahu sih. Aku sih Cuma
pengen menuhi kepengene ibuku. Cuma sampe saiki yo angel sih. Nek aku mikire ya aku
nggak bisa selamanya „menggok‟ gini terus. Suk mben yo kudu „lurus‟ meneh. Tapi yo mbuh
carane piye karena kan memang di Indonesia sendiri kan susah ya buat yang lesbi atau
homo gitu. Malah nek menurutku, orang-orang sing demo sana-sini tu berlebihan. Nek
butchy sing nganggep dirinya itu cowok malah menurutku bodo. Soale meh piyeo ya kita itu
cewek.
I1 : Yo nek pengenku sih, misal aku putus mbek iki yo kudu sama-sama „lurus‟. Nek putus
terus sama cewek lagi yo podo wae. Soale Alin kan juga anak tunggal, lha kalo de’e
„menggok‟ nggak punya keturunan, sing neruske silsilah keluargane sopo jal?
P : Iya juga sih. Lha tapi yang bikin kamu lebih milih pacaran sama cewek apa mbak?
Padahal kan dulu kamu udah sempet pacaran lama juga sama cowok?
I1 : Ya karena aku lebih tertarik sama cewek. ... Soalnya juga pacaran sama cewek kan
nggak beresiko.
II. Transkrip Wawancara dengan Informan 2
Informan 2 : Alin (femme)
Hari, tanggal : Minggu, 23 April 2017
Waktu : 18.35 WIB
Lokasi : Depot Es Dhaw’t
Keterangan : P sebagai Peneliti, I2 sebagai Informan 2

P : Sejak kapan kamu tertarik dengan perempuan?


I2 : Mungkin sejak SD, mbak. Soale jaman SD dulu tu sering nggoda-nggodain cewek-
cewek gitu. Aku dulu lebih sering maine kan sama temen-temen sing cowok. Terus senenge
ki do nggodani cewek-cewek sing do lewat wi lhoo mbak. Aku yo melu-melu wae. Tapi nek
aku luwih seneng nggodani cewek-cewek sing modele kayak cowok mbak. Yang tomboy
gitu.
P : Mulai pacaran dengan perempuan sejak kapan?
I2 : Sejak SMP aku mbak.
P : Pernah pacaran sama cowok?
I2 : Nggak pernah malah mbak. Pacarku dari dulu sampe sekarang ki ya cewek semua mbak.
P : Emang udah berapa kali pacaran?
I2 : Sama Ambar ini berarti... kelima
P : Selama ini orang tua tahu?
I2 : Ya dulu sih awale ya nggak tau mbak, Tapi terus ibuku tau.
P : Tau darimana?
I2 : Ya tau aja sendiri. Kan kalo sama pacarku kan ya sering tak ajak main ke rumah. Terus
ibuku lama-lama mungkin menyimpulkan sendiri. Terus ya taunya dari situ.
P : Reaksi pertamanya gimana?
I2 : Nggak gimana-gimana mbak. Ya cuma tanya, iya apa nggak. Terus aku bilang iya. Tapi
ibuku ya nggak marah, nggak piye-piye. Cuma bilang ya udah. Gitu tok.
P : Kalau bapak?
I2 : Bapakku dah nggak bareng aku sama ibuku okh mbak. Sama kayak Ambar, bapakku
pergi juga sama istri pertamane. Tapi ibuku sekarang juga dah nggak tinggal bareng-bareng
aku. Ibuku tinggal mbek bapak tiriku. Lha aku tinggal sendiri sekarang.
P : Terus temen-temenmu gimana mbak pas tahu kalau kamu lesbian?
I2 : Nggak gimana-gimana mbak. Ya pada biasa aja. Aku juga biasa aja, kan juga pada tahu
mbak kalo aku sukanya yang tomboy-tomboy gitu.
III. Transkrip Wawancara dengan Informan 3
Informan 3 : Rika (butchy)
Hari, tanggal : Jumat, 28 April 2017
Waktu : 11.15 WIB
Lokasi : UKSW
Keterangan : P sebagai Peneliti, I3 sebagai Informan 3

P : Dulu pertama kali kamu merasa mulai tertarik sama cewek itu gimana kak? Sejak kapan
kak?
I3 : Kalo aku udah dari lama sih. Dari aku kecil malah. Tapi ya dulu kan belum ngerti.
Cuma suka suka aja gitu. Soalnya dulu tu kan papaku sebenernya pengen punya anak cowok
to. Cuma ya keluarnya aku. Ya karena papaku pengen banget anak cowok, terus aku ya
diajari sama papaku kayak anak cowok. Mainan-mainan yang dikasih ke aku juga maianan
yang biasane buat anak cowok.
P : Emang pertama kali suka itu gimana kak ceritanya?
I3 : Kalo dulu aku pertama suka tu sama apa tuh namanya. Nanny. Apa ya? Kayak
babysitter itu lho. Nah ya itu, pertama kali aku suka ya sama dia. Sampe sekarang aja aku
masih inget jelas okh orangnya. Mukanya kayak gimana itu aku masih inget banget.
P : Berarti itu baru suka sebatas seneng aja gitu kak?
I3 : Iya, ya seneng aja liatnya. Tapi belum ngerti kalo itu suka yang naksir, tertarik gitu
belum.
P : terus mulai nyadar kalo kamu lebih tertarik ke cewek kapan kak?
I3 : Pas SMP sih menurutku. Tapi pas SD juga aku suka, seneng gitu lihat temen-temenku
yang cewek. Pas di SD itu ya aku juga kalo main sama anak-anak cowok. Main bola juga.
Pas SMP aku tambah tomboy. Nah pas SMP itu aku pacaran sama femme Semarang.
P : Kok bisa langsung dapetnya sama femme tapi di Semarang kak? Kenalannya gimana?
I3 : Iya. Dulu tu masik jamane mig33 tu llho. Tau ndak? Ya kenalnya dari situ. Cuma dia
umurnya lebih tua dari aku. 5 tahun di atasku umurnya.
P : Terus selama ini ya pacarannya sama cewek terus kak?
I3 : Enggak sih. Aku pernah pacaran sama cowok juga. Pas SMP. Tapi nggak kayak pacaran.
Ngrasane ya kayak sama temen biasa aja.

Hari, tanggal : Jumat, 9 Juni 2017


Waktu : 15.25 WIB
Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri

P : Kalau dari keluarga, kamu anak ke berapa dari berapa bersaudara kak?
I3 : Aku anak ke dua. Kakaku 11 tahun di atasku, cowok.
P : Orangtuamu tahu nggak kalau kamu lesbian?
I3 : Tahu
P : Tahu bener-bener tahu atau?
I3 : Ya tahu, tahu... terpaksa tahu. Maksude ... kan ketahuan. Bukannya aku came out gitu
lho. Tapi ya udah, ketahuan gitu lho.
P : Ketahuannya dari mana kak?
I3 : Dari... ya aku kan orange terbuka. Maksude nggak yang menutupi kalo kayak gini di
lingkunganku.
P : Di rumah juga?
I3 : Ya. Bukan di rumah. Maksude .. dulu kan di sekolah to. Aku biasa-biasa aja. Nggak
yang nutupin kayak gimana... gitu. Terpaksa ya papa mamaku tahu. Karena kan Salatiga kan
kecil banget to. Aku juga nggak.. gimana ya? Em, rata-rata temen-temenku yang kayak gini
tu nutupin gitu lho. Nggak yang terbuka kayak aku.
P : Terus berarti orangtuamu tahunya dari mana kak?
I3 : Dulu, mamaku tahunya dari itu, apa.. temennya dia di sekolah. Kan dia guru, nah
tahunya ya dari temen sesama guru itu.
P : Terus ditanyain?
I3 : Ya nggak dtanyai. Di sidang lah. Di sidang gitu, dimarahin blablablaa.. Diomongin
„kamu tu harus hidup yang normal‟. Lha aku nggak tahu, hidup yang normal tu yang kayak
gimana. Maksudnya dari kecil pun aku tahunya aku suka sama cewek gitu lho. Aku nggak
tahu, yo mungkin aku pernah kan pacaran sama cowok juga. Cuman ih, nggak ada feel gitu
lho. Piye ya? Coba kamu pacaran sama cewek, nggak ada feel to? Ya sama aja. Jadi kayak,
kamu tu sukanya sama cowok, tapi nek suruh pacaran sama cewek kan nggak suka to. Y
sama, kayak aku juga gitu.
P : Tapi sampai sekarang juga apa nggak disuruh berubah pacaran sama cowok dan lain-
lain?
I3 : O disuruh, disuruh. Yo disuruh, udahlah kamu sama, eh ya bukan suruh sama cowok
langsung gitu ya. Kayak, hiduplah normal kayak cewek-cewek lain. Ya dulu aku pernah
berubah. Ya mencoba untuk berubah tapi ya nggak bisa.
P : Maksudnya konteks berubah tu berubah yang gimana kak? Penampilan atau dai segi apa?
I3 : Nggak bisa, kalo penampilan aku nggak bisa. Karena dari kecil emang aku udah kayak
gini.
P : Tapi kan dulu pas SD kamu rambutnya masih panjang juga kak?
I3 : Ya rambut panjang. Cuma kan aku kayak memilih pakaian yang celana panjang lah,
yang kayak-kayak gitu. Nggak yang rok, dress, atau apalah yang kayak gitu lho.
P : Berarti nggak pernah pakai dress atau rok atau berpenampilan feminine gitu kak?
I3 : Ya pernah, kalau disuruh. Kayak wisuda kemarin kan aku juga pake kain. Jadi kayak
event-event kayak gitu ya aku ya mikir nggak mungkinlah pake pakaian yang senyamanku.
Soalnya waktu itu aku perah liat ada anak apa ya? Dia wisuda, cewek. Tapi pake jas. Ya
wisuda kemarin ini. Tapi makeup-an, rapi gitu.
P : Kamu kenal kak? Atau tahu kalau dia butchy?
I3 : Nggak tahu, aku tu nggak tahu butchy-butchy sini. Soalnya mereka tu kayak
berkelompok gitu lho. Nah sedangkan aku kan temenannya sama yang normal-normal gitu,
biasa aja.
P : Kalau sekarang dah di komunitas atau belum?
I3 : Nggak. Nggak mau aku.
P : Kalau di Salatiga sebenernya ada komunitas nggak sih kak?
I3 : Ada, banyak. Memang sudah ada sih sejak dulu.
P : Maksudnya komunitas yang komunitas atau Cuma kumpul-kumpul aja?
I3 : Kalo komunitas tu jadi satu sama yang LGBT-LGBT itu lho. Bukan yang khusus lesbi
tok. Itu ketuanya yang ketua kostum-kostum itu.
P : Terus orangtuamu sekarang udah biasa aja berarti kak?
I3 : Ya biasa aja. Mungkin juga karena aku udah nggak tahu lagi aku gimana. Soalnya juga
aku udah yang nggak terlalu vulgar gitu lho untuk „ni lho aku pacaran mbek sapa, aku deket
mbek sapa‟.
P : Tapi nggak pernah tanya-tanya?
I3 : Enggak. Ya taunya aku gek proses untuk berubah. Tapi aku dah berubah atau belum tu
ya mereka juga nggak pernah tanya.
P : Kalau latar belakang budaya orang tua apa kak?
I3 : Papaku jawa. Kalau mamaku Belanda tapi papanya mamaku tu Ambon
P : Kakakmu dah married?
I3 : Udah, tapi nganu, cerai. Tinggal di Jakarta
P : Kesibukan sekarang apa kak? Mau lanjut S2 atau kerja?
I3 : Belum tahu sih. Aku pengen sekolah lagi sih jane. Tapi belum tahu juga. Kalau
sekarang ini paling bantu-bantu mamaku di kafe. Soale pegawainya kan pada dipecati to.
Jadi nggak ada yang bantu juga.
P : Kalau sekarang kamu sama siapa kak?
I3 : Ada. Tapi ya sama kayak mantanku sing kemarin itu.
P : Kalau mantanmu yang dulu itu, orangtuanya tau nggak kak?
I3 : Sebenernya nggak tahu. Cuma kan pernah ketahuan pas sama aku dulu. Cuma kan
nggak dikerasi sama orangtuanya. Jadi ya Cuma dibilangi aja, „kamu sekarang kayak gitu to?
Ya udah jangan‟. Gitu tok sih
P : Yang membedakan kamu kalau di rumah sama di luar rumah kira-kira apa kak?
I3 : Sama aja sih nek menurutku. Kalau di rumah manja sih, tapi sama aja kalau di luar juga
gitu. Soalnya kan aku anak terakhir dan kakakku juga beda umure kan jauh juga, jadi ya
pasti lebih dimanja.
P : Di rumah sering ngobrol sama orang tua?
I3 : Jarang sih. Ngobrol kalau hal penting tu jarang. Kalau cuma basa-basi sering. Kayak
missal tanya tentang kucingku, kan aku pelihara kucing di rumah. Kalau masalah penting ya
kayak misalnya aku mau kuliah lagi atau ngomongin tentang kerjaan gitu sih
P : Lebih deket sama papa atau mama?
I3 : Sama papa. Kalau ada apa-apa aku bilangnya sama papa dulu. Soalnya nggak tau sih,
males. Aku juga nggak tau ya, mama-mama yang lain kayak apa ya. Eem, nek menurutku ki
hawane nek cerita sama mama tu rempong gitu lho. Terus tanya macem-macem. Nah itu
sing aku males, sumpah, nggak suka. Kalau papaku lebih yang to the point.
Kenapa kamu nggak cari yang femme?
P : Agak susah sih kak
I3 : Iya sih, susah. Kecuali kalau di kota-kota besar gitu tinggal nongkrong di club pasti
ketemu. Apalagi kalau femme. Mereka kan juga lebih gampang sih untuk berubah. Lha nek
butchy susah.
P : Kamu sendiri nggak kepikiran untuk nikah kak?
I3 : Enggak lah. Yo, yo mbuh yo. Aku sih ikut aja sama rencana Tuhan kayak gimana.
P : Tapi nggak berencana apa-apa kak?
I3 : Enggak. Aku nggak percaya sama pernikahan okh
P : Karena apa kak?
I3 : Karena aku nggak percaya sama orang, dalam hal apapun. Menurutku manusia itu
nggak bisa berkomitmen.
P : Kalau untuk pacaran kak?
I3 : Pacaran yo percaya percaya aja sih. Nek untuk nikah aku nggak mau.
P : Kenapa pacaran bisa percaya percaya aja kak?
I3 : Ya karena masih belum ada ikatan gitu lho. Nek aku mikir, pernikahan ya harus buat
seumur hidup lah, dan itu kan 2 orang. Mosok aku tok?
P : Kalau pacaran kan hampir sama kak, istilahnya aku sama kamu, kamu sama aku?
I3 : Iya, tapi kan bisa sewaktu-waktu putus to. Nah yang aku bingung tu, ada temenku, dia
femme. Pacaran gitu kan sama cewek. Terus putus, pacaran sama cowok. Jadi susah banget
buat lihat atau tahu dia tu femme bener apa nggak.
P : Sering curhat nggak sama temen-temen?
I3 : Ya sering, tapi tertentu. Aku kalau curhat yang kayak maslaah sama pacarku gitu ya
paling sama sahabatku aja. Sekarang ngapain curhat sama banyak orang? Aku Cuma pengen
didenger aja sih. Ya beruntungnya sih di fakultasku dulu tu orang-orangnya open minded
banget. Jadi buat berteman gitu nggak sulit. Sejauh ini juga kayaknya nggak ada yang nggak
suka sama aku sih. Soalnya aku sendiri juga kalo temenan ya nggak milih-milih. Nggak
Cuma temenan sama yang terkenal-terkenal tok, atau sama yang cupu-cupu tok. Di
fakultasku sih nek menurutku ya, orang-orange lebih lihat dari kualitas sih. Bukan dari kamu
lesbi/nggak, kamu cantik/nggak. Tapi nek kamu orange njelehi terus pada nggak suka ya
tetep aja pada nggak suka. Jadi bukan karena kamu lesbi atau nggak. Nyatanya ada anak
sastra yang kayak gitu aja temennya banyak, dimana-mana malah. Semua temen-temenku ya
tahu aku kayak gini okh. Bahkan yang cuma kenal-kenal, nggak deket gitu ya biasa aja.
P : Waktu temen-temen di fakultas atau misa di kampus gitu tahu kalau kamu lesbian pada
gimana kak?
I3 : Yo .... mbuh ya.. Aku sih luweh. Sing penting kan aku emang kaya‟ gini. Meh piye?
I3 : Aku sama aja sih, kalau di rumah atau nggak. Tapi lebih manja di rumah. Manja banget.
Di kumpulan ya sama, manja. Ya kayak misalnya tadi, tolong belike ini. Kalo sama temenku
yang lain juga, kayak missal „eh mbok belike rokok‟. Ya kayak-kayak gitu. Jadi aku juga
pengen mereka tu mengayomi aku. Dasare juga aku tu kan anak paling kecil di rumah jadi
ya pasti dimanjane, jadi ya pengennya dimanja terus.
P : Dari kecil kamu mainannya ya kayak mobil-mobilan gitu-gitu kak?
I3 : Iya. Ya layangan juga, ya mainan-mainan cowok gitu. Di SD juga, tanya aja sama
kakakmu. Nek pada main bola gitu ya aku ikut. Temen-temen cewek ya juga ada, tapi nggak
yang terus aku ikut mereka yang nggosiplah, atau apa main rok-rokan, enggak. Sodara-
sodaraku juga cowok-cowok semua. Dulu pas kecil juga kan di rumahku banyaknya cowok-
cowok, soalnya kan buat kost-kostan gitu. Jadi ya emang dari kecil bergaulnya sama cowok-
cowok juga. Papa mamaku juga kan pengennya punya anak cowok, tapi kok tiba-tiba yang
keluar aku kan nggak tau juga.
P : Kalau saudara-saudara gitu ada yang tahu?
I3 : Ya mungkin ada, sebagian. Tapi yo luweh. Soalnya papaku juga orangnya cuek sih.
P : Kalau pacarmu yang sekarang itu asli femme atau gimana kak?
I3 : Nah itu, aku juga belum tahu sih. Kayaknya masih setengah-setengah gitu. Kayak
mantanku yang kemarin itu kan juga gitu. Tapi sekarang dia udah bener-bener femme
kayaknya. Soalnya kalau pacarku yang ini aku juga nggak tahu sih dia lesbi bener atau
nggak. Ya sama kayak aku sama mantanku dulu itu, kan dulu aku juga nggak tau dia pure
atau nggak. Ternyata sekarang kan pure to de-en.
P : Kamu kenal sama pacarmu yang sekarang itu gimana kak?
I3 : Udah kenal sek. Ya nggak kenal banget sih, cuma tahu. Tapi terus kan mulai deket,
deket, deket terus nyaman, ya wes. Tapi aku nggak yang punya harapan terus dia suka sama
aku enggak. Tapi ya aku cuma bilang, „aku suka sama kamu‟ gitu tok. Ternyata dia juga
suka.
P : Tapi dia juga pernah pacaran sama cowok?
I3 : Iya, pernah. Tapi ya mbuh dia tu piye. Soalnya aku juga nggak prefer kamu lesbi banget
atau gimana. Yang penting aku suka kamu, kamu suka aku ya wes.
P : Kalau suatu saat nanti pacarmu terus berpaling ke cowok gimana kak?
I3 : Yo luweh, karepmu. Hahaha .. Aku lihatnya tu yang sekarang sekarang gitu lho. Nggak
mikir yang ke depan depan itu piye. Lha itu tadi yang aku bilang aku nggak percaya sama
pernikahan itu ya itu, karena aku nggak tahu ke depannya itu kayak gimana. Misal sekarang
aku janji itu sama kamu, tapi besoknya kamu dah nggak mau kan aku juga nggak tahu. Jadi
aku ndak mau gitu lho.
P : Kalau untuk menikah sama cewek? Ada keiinginan untuk sampai ke sana nggak?
I3 : Belum tahu aku. Kalau pengen sih pengen, tapi belum tahu aku.
P : Belum tahu dalam hal apa kak?
I3 : Ya ada nggak to orang yang mau sama aku?
P : Nyatanya kan ada kak?
I3 : Itu kan pacaran? Kalau nikahnya? Soalnya aku orangnya susah banget. Aku selalu
individu gitu lho. Terlalu ... apa ya.. ini wilayahku, wilayahku. Meskipun kowe pacarku,
kowe nggak boleh pegang ini.
P : Misalnya apa kak? Contohnya
I3 : Misale kamar, dan aku mikire sesuk nek aku misalnya nikah, itu aku harus share
kamarku gitu lho. Aku nggak mau.
P : Karena apa?
I3 : Ya nggak mau, nggak bisa aja gitu lho.
P : Kalau ada temen masuk, main gitu berarti nggak boleh?
I3 : Em, nggak. Itu .. aku membayangkannya jangka panjang. Misalnya temen masuk ke
kamarku ya nggak apa-apa, main. Nah kalau nikah kan setiap waktu, tiap hari. Jadi aku
harus cari orang yang nggak bakalan nyentuh barang-barangku dan aku juga bilang mbek
pacarku kalau misalnya nikah besok aku bakal bangun rumah yang kamarnya sendiri-sendiri.
Kamu nggak boleh masuk kamarku, tapi kalau aku masuk kamarmu boleh. Aku nggak tau
sih perasaannya dia kayak apa pas aku ngomong gitu. Jadi mungkin orang susah nerima aku
kayak gitu.
I3 : Kamu ndak meneliti tentang eh, em.. mempelajari tentang lesbi itu apa? Penyakit atau
apa?
P : kalau menurutku sih bukan penyakit kak. Kalau penyakit kan berarti bisa menular ya.
Ini kan enggak. Kalau dari literature yang tak baca pengaruhnya macem-macem sih. Ada
yang genetik, psikologis gitu juga ada kak.
I3 : Soalnya aku sendiri tu nggak tahu ikh aku tu kenapa. Cuma satu hal yang aku tahu pasti
tu dari pas kecil pun aku dah tahu kalau aku suka sama cewek.
P : Tahunya dari mana kak?
I3 : Ya aku suka sama nanny, apa ya namanya... babysitter.. dan sampe sekarang pun aku
masih inget orangnya kayak apa.
P : Emang kriteria cewekmu yang kayak gimana kak?
I3 : Sebenere yang dewasa. Lebih dewasa daripada aku.
P : Cuma dewasa aja?
I3 : Ho‟o...
P : Dari penampilan?
I3 : Luweh, yang penting rambute panjang nggak sama kayak aku. Meh secantik apa pun
nek rambute pendek, aku tetep ngomong elek. Nggak suka aku. Penting nggak suka aku.
Kan ada, cewek yang feminine tapi rambute pendek. Meh cantiknya kayak gimana pun aku
tetep ngomonge elek.
P : Jadi kriterianya dewasa dan rambut panjang tok?
I3 : Dulu sih aku bingunge antara dewasa atau tua tu aku nggak mudeng. Soale pertamanan
aku kan sama yang anak Semarang itu beda 5 tahun, tua dia 5 tahun. Nah aku suka banget
gitu lho. Tapi semakin ke sini ya nggak peduli umurmu berapa ya yang penting kowe dewasa.
P : Ukuran dewasa menurutmu itu yang gimana?
I3 : Ya nggak childish. Soalnya aku tahu kalau aku masih kadang childish. Nek sama-sama
childish yo berat to, berantem terus. Nggak bisa.
P : Contohnya kak?
I3 : Contohnya, kan ada to cewek yang pengennya dimanja, lha itu aku susah. Nggak bisa,
karena aku yang kayak gitu. Aku yang manja. Kayak kalau dulu sama yang anak Semarang
itu, itu dia dewasa. Mungkin emang udah umure pa ya. Nah kalau mantanku yang kemarin,
itu kan seumuran dan dia masih childish banget.
P : Tapi lama kan kak sama yang kemarin itu?
I3 : Ya lama, tapi itu aku yo mbek nahan-nahan. Jadi pas sama yang kemarin itu ya sering
gelut. Jadi ya akhire 50:50 gitu lho. Aku gek pengen manja sek, y awes aku sek. Nnati baru
kamu.
P : Berarti kalau yang ngemong harus satune?
I3 : Yang ngemong harus sing lain. Nggak aku. Ya aku bisa tapi mungkin 25%, dianya harus
75%.
P : Kalau sama yang sekarang kak?
I3 : Mbek sing sekarang ya tak paksain harus kayak gitu. Cuma mungkin dia masih masa-
masa... apa ya.. settle down gitu lho. Masa-masa pengenalan sek sama aku. Soalnya kita
jadiannya juga cepet. Jadi kita deket cuma 1 minggu terus aku bilang suka, tapi itu aku
nggak berharap dia juga suka sama aku. Tapi ternyata dia juga suka sama aku, ajdi ya udah.
P : Itu dikenalke atau gimana kak?
I3 : Enggak, ya emang udah kenal. Kan satu fakultas sama aku. Aku pernah sak kelas sama
dia. Pertamane kita nggak kenal, terus abis tu pernah sekelompok, terus kenalan. Y awes,
ternyata orange enak gitu lho diajak omong. Aku ndeketin juga Cuma seminggu itu tok
akhire aku bilang sama dia.
P : Yang membuat kamu tertarik sama dia apa kak?
I3 : Lali sampe’an.. hahaha.. Beda sih, beda. Perbedaan. Kayak kamu lihat aku, kan yo kek
cewek, ngerokok. Nah orang itu beda. Kayak beda dari circle-ku gitu lho. Kayak orange tu ...
cupu. Cupu dalam artian yang postif ya. Biasa aja gitu lho anaknya. Kalau kayak aku kan
„slengekan‟, blablabla, macem-macem. Nek kayak dia tu yang alim, terus ya aku mikir kok
apik men dan ternyata aku bisa to suka sama cewek yang kayak gitu. Aku tertarik dalam
ketertarikanku sendiri.
P : Kongkritnya gimana kak?
I3 : Jadi misalnya kayak Nonik gitu, ngrokokan. Dia temenku, termasuk dalam circle-ku
gitu lho. Tapi kalau yang rajin, rajin kuliah, nggak ngrokokan, itu kayak yang ... amazed gitu
lho.
P : Berarti kalau yang tipically kayak Nonik gitu bukan untuk jadi pasangan? Cuma temen
aja?
I3 : Iya. Ya mungkin beda ya. Kayak mantan-mantanku yang dulu tu kan juga ngrokokan,
seneng nongkrong. Tipe-tipe cewek nakal kayak aku gitu. Tapi kalo yang ini beda gitu lho.
Ada sesuatu yang beda, makanya aku penge banget deket sama dia. Waktu aku pertama kali
deketin dia juga aku ngomong sama diriku sendiri kalau nothing to lose gitu lho. Aku cuma
ngomong „aku seneng mbek kowe‟ dan ternyata responnya juga ... positif. Jadi ya udah lah
jalani dulu. Dan dari situ kita baru proses pengenalan. Dulu kowe piye, mbek sopo wae.
Makanya kau ngomong ini kita baru proses settle down gitu lho. Jadi ya baru tahu kalau aku
orange gini gini gini. Jadi kita jalani aja, kalau baru tahu aku orange gini, ya terus gelut ya
gelut aja. Baru kan nanti dia tahu, „oh dia nggak suka to aku kayak gini‟. Kalo sebelum
pacaran udah tahu dulu kan nggak enak. Maksude piye ya... ya sebenernya aku PDKT juga
terbuka banget sih. Aku juga bilang, „ki lho aku orange gini gini gini, aku lesbi, dan lain-
lain‟. Pokoke tak omongke sing elek-elek.

IV. Transkrip Wawancara dengan Informan 4 dan 5


Informan 4 : Imanuel (teman kerja dari Ambar)
Hari, tanggal : Selasa, 30 Mei 2017
Waktu : 20.13 WIB
Lokasi : Bulu, Tegalrejo
Keterangan : P sebagai Peneliti, I4 sebagai Informan 4

P : Menurutmu Ambar orangnya kayak gimana kalo secara penampilan?


I4 : Pakaiannya santai, lebih ke cowok banget sih. Cara jalannya juga kayak cowok, tomboy
nya kenceng. Feminimnya sih kadang-kadang, tapi jarang banget feminim. Wong kalo tak
bilangin “mbok kowe ki rodok feminin sithik” malah bilang “hiihh geli”
P : Menurutmu personality-nya gimana?
I4 : Orangnya grapyak, gampang bergaul. Intine nyantai, nggak yang terlalu pilih-pilih gitu.
P : Alasan kamu nyaman temenan sama dia apa?
I4 : ya karena grapyaknya itu. Gampang nyambung kalo diajak ngobrol, wong kalo ngobrol
sama dia tu kayak nggak ngobrol sama cewek. Malah kayak sama temen cowok, jadi juga
nggak canggung. Ngomong ya sak jeplak-jeplake
P : Berarti kamu lebih liat dia sebagai cowok?
I4 : Iya, lebih ke cowok. Ya walaupun aku tau kalo dia cewek. Lhaa wong dia tu kalo
dipeluk cewek malah geli jal. Soalnya waktu itu aku pernah liat dia dipeluk-peluk sama
Laila, security juga. Terus malah geli gitu, sampe gilo banget.
P : Kalo dilihat kan dia orangnya santai, kelihatan seneng, tanpa beban gitu. Kalau
menurutmu dia aslinya memang gitu atau ada yang ditutupi? Atau kamu pernah lihat dia
sedih/galau gitu nggak?
I4 : Nggak tau juga sih. Mungkin emang gitu orange. Soalnya juga nggak pernah liat dia
sedih/galau gitu. Nyantai banget kok.

Informan 5 : Vina (teman dekat Rika)


Hari, tanggal : Jumat, 9 Juni 2017
Waktu : 16.10 WIB
Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri
Keterangan : P sebagai Peneliti, I5 sebagai Informan 5

P : Menurutmu yang membedakan Rika di rumah dan di luar lingkungan rumah apa?
I5 : Beda. Kalo di rumah tu ya kayak anak rumah biasa gitu sih. Ya manja... ya sama, kalau
di rumah ya selayaknya kalau kayak kita di rumah gitu sih. Kalau di luar ya lebih macho.
Penampilan sih sama.
P : Kamu tahu kalau Rika lesbi dari mana?
I5 : Emm, aku taunya dari itu sih. Dulu kan waktu awal-awal masuk. Kan dia kan kakak
angkatanku ya, ada sih satu lagi kakak angkatanku juga meh sama. Terus ada temenku, dia
normal to, itu kalau lihat satune Rika tu dia sampe „ih ya ampun, keren banget‟. Kayak gitu
gitu. Terus pas basket ada Rika to, terus temenku juga bilang „itu kayaknya juga sama deh‟.
Aku sih ya jawabe cuma „oh, iya to?‟ gitu tok sih. Terus ya udah, aku biasa aja sih. Cuma
gitu aja.
P : Kalau menurutmu dia tipe orang yang gimana kak?
I5 : Dia Ambivert. Jadi setengah ekstrovert setengah introvert.
P : Kenapa kamu mau temenan sama dia?
I5 : Orangnya enak sih. Biasa aja, apa adanya gitu. Baik juga orangnya.
P : Yang buat kamu nggak masalah kalau dia lesbi apa?
I5 : Apa ya? Aku biasa aja sih orangnya. Nggak yang lihat dia dari dia lesbi/normal.
Soalnya juga di fakultasku kan mungkin nggak Cuma 1 atau 2 orang yang lesbi, gay, kayak
kayak gitu. Jadi kita lihatnya kualitas dia, bukan dari dia lesbi/nggak-nya.
Lampiran 3.

TRANSKRIP OBSERVASI

Subjek yang di observasi : Ambar

Pengamatan 01

Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 23 April 2017

Waktu : 18.35 WIB

Lokasi : Depot Es Dhaw‟t

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (model rambut, pakaian, Ambar sebagai seorang butchy berpenampilan
dan sebagainya) tomboy dengan model potongan rambut sangat
pendek (panjang rambut di atas bahu). Pakaian
yang digunakan cukup santai dengan kaos
oblong uni-sex dengan celana 7/8 yang longgar
atau gombrang (model pakaian laki-laki) dan
menggunakan jaket dengan ukuran yang lebih
besar yang biasanya digunakan seseorang
untuk mendaki gunung. Dari kaos yang
digunakan peneliti melihat bahwa Ambar tidak
ingin menonjolkan bentuk tubuh terutama
bagian payudara dengan cara menggunakan
kaos yang lebih longgar.
2. Cara berjalan, cara berinteraksi dan Cara berjalan terlihat seperti laki-laki pada
gestur umumnya. Saat diwawancarai sering
melakukan kontak mata langsung. Tidak
terlihat gugup, cukup santai dan rileks ketika
menjawab pertanyaan. Sesekali memasukan
tangan ke saku celana dan bersandar. Kadang
memagang rambutnya walaupun tidak ada apa-
apa dirambutnya. Sesekali Ambar juga
melontarkan guyonan-guyonan.
3. Cara berinteraksi dengan pacarnya Saat melakukan wawancara dengan peneliti,
(Alin) Ambar datang bersama pacarnya (femme).
Selama proses wawancara, Ambar sesekali
melontarkan gombalan kepada pacarnya.
Bahasa yang digunakan campur antara bahasa
Jawa dengan bahasa Indonesia, misalnya “lha
kamu wes ngomong belum?”. Ambar cukup
percaya diri dan santai saat memanggil
pacarnya dengan istilah „yang‟ seperti
pasangan heteroseksual pada umumnya.
Ambar sesekali mencolek pipi pacarnya,
sedangkan pacarnya kadang bersandar di
pundak Ambar.

Pengamatan 02

Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 21 Mei 2017

Waktu : 11.20 – 14.45 WIB

Lokasi : Rumah Ambar

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (pakaian yang dikenakan Ambar berpenampilan sama, dengan kaos
saat di rumah) oblong yang longgar saat di rumah. Ambar
juga mengenakan celana pendek boxer saat di
rumah. Saat akan keluar rumah, ia mengenakan
celana 7/8 sebagai luaran dengan model celana
yang longgar atau gombrang (model celana
laki-laki)
2. Lingkungan dan keadaan rumah Rumah Ambar terletak di lingkungan
perkampungan/desa. Di rumahnya tersebut,
keluarganya memelihara beberapa ekor ayam.
Keadaan rumahnya cukup sederhana, dengan
sebagaian dari rumahnya masih berdinding
kayu, serta lantai rumah yang hanya di semen
halus saja. Saat peneliti datang ke rumahnya,
peneliti bertemu dengan kakak perempuan
Ambar yang ramah. Selain itu peneliti juga
bertemu dengan keponakan-keponakan Ambar,
serta anak dari keponakannya. Di samping itu
peneliti juga bertemu dengan ibu dari Ambar.
Keluarga Ambar adalah keluarga dengan latar
belakang budaya Jawa. Hal tersebut nampak
ketika mempersilahkan peneliti untuk masuk
ke dalam rumah, makan, serta berbincang di
mana ibu dan kakaknya menggunakan bahasa
Jawa dalam berkomunikasi.
3. Interaksi Ambar di tengah keluarganya Ambar sangat dekat dan akrab dengan
keponakan-keponakannya yang masih kecil.
Keponakan-keponakannya tersebut sangat
senang bermain atau hanya berada dekat
dengan Ambar. Peneliti melihat bahwa
keponakan-keponakannya tersebut cenderung
menganggap Ambar sebagai kakaknya, bukan
tantenya. Ambar mengaku bahwa setiap akhir
minggu ia selalu mengusahakan untuk pulang
karena keponakan-keponakannya akan
mencarinya apabila ia tidak pulang.
Saat peneliti berada di sana, Ambar sesekali
mengajak keponakannya bermain dan juga
mengajak mereka keluar untuk nonton
penampilan reog di dekat rumahnya.
4. Kedekatan Ambar dengan ibunya Ambar terlhat sangat menyayangi ibunya. Hal
tersebut nampak ketika peneliti hendak
berpamitan untuk pulang, Ambar melontarkan
sedikit candaan kepada ibunya lalu kemudian
memeluk ibunya dengan erat tanpa rasa
canggung atau malu saat ada peneliti.
5. Interaksi Ambar dengan pacarnya Saat peneliti berkunjung, Alin sebagai pacar
Ambar juga akan datang dan berkunjung ke
rumahnya. Selama Alin berkunjung, Ambar
tidak terlalu banyak menunjukan kemesraan di
antara mereka.

Pengamatan 03

Hari, Tanggal Pengamatan : Selasa, 6 Juni 2017

Waktu : 19.25 – 21.20 WIB

Lokasi : Kontrakan Ambar

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (pakaian yang dikenakan Ambar menggunakan kaos oblong yang
saat di kontrakan) longgar pula saat di kontrakan, sertacelana
pendek boxer. Saat menjemput peneliti di
depan gang, ia mengenakan celana 7/8 sebagai
luaran dengan model celana yang longgar atau
gombrang (model celana laki-laki)
2. Keadaan di kontrakan Ambar tinggal di kontrakan dengan salah
seorang rekan kerjanya yang juga bekerja
sebagai security di tempat yang sama. Rekan
kerjanya tersebut juga seorang butchy yang
tinggal bersama dengan pacarnya (femme).
Sesekali pacar Ambar menginap juga di
kontrakan tersebut. Saat peneliti berkunjung,
salah seorang teman Ambar yang dulu adalah
pacar dari rekan kerja satu kontrakannya
tersebut akan datang dan menginap. Namun
semua penghuni kontrakan pun juga sudah
mengganggap dia sebagai teman. Teman
Ambar tersebut kini memilik pasangan laki-
laki.
3. Interaksi dengan teman-teman di Ambar banyak melontarkan guyonan-guyonan
kontrakan sehingga suasana di kontrakan menjadi
semakin hidup.
4. Interaksi dengan pacar saat di kontrakan  Ambar terlihat perhatian dengan pacarnya.
Kadang saling manja satu sama lain. Saat
teman Ambar akan datang dan minta
dijemput, Ambar merajuk pada pacarnya
untuk menjemput temannya tersebut
dengan íming-iming uang sangu Rp
20.000,-. Saat pacarnya merajuk karena
kakinya sakit pun Ambar memijit kaki
pacarnya.
 Saat pacarnya meminta sebatang rokok
pada teman Ambar ketika sudah di
kontrakan, Ambar mengingatkan, “he
kamu ki cewek, jangan banyak-banyak
ngrokok”. Malah pacarnya menjawab,
“Lha kan kamu juga cewek to”
 Secara spontan Ambar langsung menutupi
bagian dadanya dan terkekeh.

Pengamatan 04

Hari, Tanggal Pengamatan : Sabtu, 10 Juni 2017

Waktu : 18.43 – 19.08 WIB

Lokasi : Depan SMP Negeri 01 Salatiga

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan Ambar mengenakan sweter putih uni-sex
namun tidak terlalu longgar dengan celana
jeans panjang yang sedikit longgar.
2. Gestur yang ditunjukan oleh teman Saat bertemu dengan peneliti di depan SMP
Ambar Negeri 01 Salatiga, Ambar datang bersama
seorang temannya. Teman Ambar adalah
perempuan heteroseksual dan berhijab.
Teman Ambar tetap santai dan terlihat cukup
dekat dengan Ambar. Ia tidak menunjukan rasa
jijik atau tidak nyaman meskipun tahu bahwa
Ambar adalah seorang lesbian.
3. Interaksi Ambar dan teman Ambar  Saat bertemu dengan peneliti tersebut,
Ambar dan temannya melihat salah
seorang teman peneliti dan mengatakan
bahwa teman peneliti mirip dengan salah
seorang artis Indonesia, yaitu Vino
Bastian. Seperti perempuanpada
umumnya, mereka menunjukan reaksi
sedikit heboh dan penasaran.
 Peneliti menawarkan untuk
memperkenalkan mereka dan juga
mengatakan bahwa teman peneliti sudah
punya pacar dan pacarnya juga ada di
sana. Kemudian Ambar menjawab dengan
candaan, “wah ojo. Ojo mbok kenalke.
Ngko nek malah aku naksir cewek’e pie?”

Subjek yang diobservasi : Alin (femme)

Pengamatan 01

Hari, tanggal pengamatan : Minggu, 23 April 2017

Waktu : 18.35 WIB

Lokasi : Depot Es Dhaw‟t

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (model rambut, pakaian, Alin seorang femme berpenampilan feminine
dan sebagainya) dengan kaos ketat yang dapat lebih
menonjolkan bentuk tubuhnya. Selain itu Alin
juga mengenakan celana jeans model pensil.
Pilihan pakaian yang digunakan adalah pakaian
yang sesuai dengan ukuran badan dan body-fit.
Dari model atau tatanan rambutnya, Alin
memiliki rambut yang panjang dan lebih sering
diurai, atau hanya diikat sebagaian saja dan
sisanya terurai.
2. Cara berjalan, berinteraksi dan gestur Saat bertemu dengan peneliti pertama kali,
Alin menunjukan sikap sedikit malu namun
tetap berusaha santai dan rileks. Cara berjalan
yang ditunjukan sama seperti perempuan
heteroseksual pada umumnya. Pada saat
peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
padanya, Alin hanya menjawab dengan singkat
sehingga peneliti berusaha untuk membuat
informan lebih nyaman dan mau menceritakan
lebih banyak tentang dirinya.
Bahasa yang sering digunakan adalah bahasa
sehari-hari, campuran antara bahasa Jawa
ngoko dan bahasa Indonesia dengan aksen
medok Jawa.
3. Cara berinteraksi dengan pacarnya Alin tidak sungkan untuk menunjukan
(Ambar) kedekatannya dengan Ambar. Selama
wawancara, peneliti mengamati bahwa Alin
cenderung lebih manja terhadap pasangannya.
Alin tidak malu saat Ambar mencolek pipinya
di depan peneliti. Selama wawancara tersebut
pun Alin juga tidak merasa canggung untuk
menyandarkan kepalanya di pundak Ambar
dan menerima suapan makanan dari Ambar.

Pengamatan 02

Hari, Tanggal Pengamatan : Minggu, 21 Mei 2017

Waktu : 11.20 – 14.45 WIB

Lokasi : Rumah Ambar

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan Menggunakan kaos ketat, celana panjang, dan
sepatu. Berpenampilan casual namun tetap
feminin.
2. Interaksi Alin dengan pacarnya (Ambar) Saat berkunjung ke rumah Ambar, Alin dan
Ambar tidak banyak menunjukan kemesraan.
Alin lebih banyak berinteraksi dengan
keponakan-keponakan Ambar.

Pengamatan 03

Hari, Tanggal Pengamatan : Selasa, 6 Juni 2017

Waktu : 19.25 – 21.20 WIB

Lokasi : Kontrakan Ambar

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (pakaian yang dikenakan Alin sering berkunjung dan bermalam di
saat di kontrakan) kontrakan Ambar. Pada saat peneliti datang,
Alin pun sedang berada di kontrakan. Peneliti
mengamati bahwa dari penampilan baik
pakaian dan tatanan rambut yang ditunjukan
Alin tidak jauh berbeda seperti pada saat
peneliti pertama kali bertemu.
2. Interaksi dengan teman-teman di Peneliti mengamati bahwa Alin sudah
kontrakan mengenal baik teman-teman Ambar di
kontrakan. Alin juga menunjukan sikap
manjanya tidak hanya melalui gestur pada
Ambar, namun juga dari caranya berbicara.
Tidak hanya saat berbicara pada Ambar saja,
namun juga ke teman-teman di kontrakan.
3. Interaksi dengan Ambar saat di Alin terlihat lebih manja ketika berada di
kontrakan kontrakan. Peneliti mengamati bahwa interaksi
yang dilakukan oleh AMbar dan Alin tidak
jauh berbeda seperti pasangan heteroseksual
pada umumnya.
Subjek yang diobservasi : Rika (butchy)

Pengamatan 01

Hari, Tanggal Pengamatan : Jumat, 28 April 2017

Waktu : 11.15 WIB

Lokasi : UKSW

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan (model rambut, pakaian, Rika sebagai seorang butchy memiliki
dan sebagainya) penampilan tomboy, maskulin dan terbilang
sangat macho. Selain itu, Rika juga seorang
perokok berat. Dalam berpakaian, Rika selalu
menggunakan pakaian laki-laki, baik kaos,
kemeja, kaos kerah hingga celana panjang
maupun celana pendek gombrang. Rika
memiliki tubuh yang besar. Apabila orang
tidak mengenalnya maka orang tersebut dapat
mengasumsikan bahwa Rika adalah seorang
laki-laki karena bagian payudaranya pun tidak
menonjol, model rambut yang cepak serta
pakaian yang dikenakannya sangat
menunjukan sisi maskulin. Rika juga memiliki
beberapa tato di tubuhnya seperti di tangan dan
di kakinya. Selain itu suaranya juga sangat
berat.
2. Cara berjalan, interaksi dan gestur  Cara berjalan yang ditunjukan Rika sangat
menunjukan cara berjalan seperti laki-laki
heteroseksual pada umumnya.
 Saat peneliti melakukan wawancara dan
berbincang, Rika tidak banyak melakukan
kontak mata secara langsung dengan
peneliti.

Pengamatan 02

Hari, tanggal pengamatan : Jumat, 9 Juni 2017

Waktu : 15.25 WIB

Lokasi : Food Court Kampoeng Kemiri

No. Aspek yang Diamati Keterangan


1. Penampilan Peneliti mengamati bahwa dari segi
penampilan, Rika selalu tampil tomboy,
maskulin dan macho seperti pada saat peneliti
bertemu pertama kali.
2. Gestur Rika selalu memegang sesuatu dan tidak
banyak melakukan kontak mata (misalnya
memegang rokok, sedotan, gelas, dan lain-lain)

Pada beberapa acara di UKSW, peneliti sempat bertemu dengan Rika. Menurut pengamatan
peneliti, dari segi penampilan (cara berpakaian dan lain-lain), informan memiliki konsistensi
terhadap pakaian, model rambut dan sebagainya.
Hanya pada saat wisuda informan menggunakan kebaya dan kain serta makeup tipis pada
wajahnya. Namun tetap maskulin dan macho. Selain itu setelah upacara wisuda selesai, Rika
berfoto dengan teman-temannya dan sudah mengganti alas kakinya dengan sandal jepit.

Anda mungkin juga menyukai