Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN OBSERVASI

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

Disusun Oleh :

Dian Amelia (1512618007)

Natazsja Clarissa Azzahra (1512618023)

Muhammad Rafif (1512618031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019
Selasa, 1 Januari 2019, kami mengunjungi rumah teman kami di daerah Tanah Abang,
Jakarta Pusat, untuk memenuhi Tugas Observasi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
dengan mewawancarai 2 (dua) narasumber, yang mempunyai syarat yaitu, 1 orang siswa
SMP dan 1 orang siswa SMA. Kami langsung mengunjungi narasumber yang kebetulan
tinggal di daerah tersebut.

Identitas Narasumber :

1. Nama : Syabil Nurhadi


Tempat, tanggal lahir :
Alamat :
Foto Bersama Interview :

2. Nama : Abdurahman Sami


Tempat, tanggal lahir :
Alamat :
Foto bersama interview :

Pertanyaan yang diajukan :


1. Jelaskan perubahan yang terjadi pada masa pubertas
1) Apa saja yang anda rasakan pada saat
memasuki masa pubertas?
2) Adakah perubahan kemampuan
berpikir yang dialami ketika memasuki
masa pubertas.? Coba anda ceritakan
berdasarkan pengalaman anda alami?
3) Apa saja yang perlu untuk diketahui oleh seseorang yang memasuki masa
pubertas?
4) Apa yang anda alami tentang interaksi anda dengan lawan jenis?
2. Apakah anda mengalami pubertas dini (dibawah usia 12 tahun) atau tidak? Jika Ya
jelaskan apa yang terjadi dan bagaimana anda melaluinya?
3. Pengaruh sekolah pada perkembangan
1) Apa yang anda rasakan pada saat transisi dari SD ke SMP atau dari SMP ke
SMA?
2) Menurut anda sekolah seperti apa yang cocok untuk anak SMP atau SMA?
3) Proses pembelajaran seperti apa yang menurut anda yang terbaik untuk anda dan
teman-teman disekolah?
4) Apa saja yang perlu dilakukan jika anda mengalami masalah disekolah?
5) Jenis masalah apa saja yang dialami oleh anda?
6) Apa yang anda lakukan untuk membuat prestasi ?
4. Perubahan sosial-emosi pada masa remaja
1) Bagaimana anda membangun identitas diri sebagai individu yang mandiri?
2) Konflik apa yang biasanya terjadi di rumah, sekolah dan dengan teman sebaya?
3) Seperti apa biasanya anda menyelesaikan masalah yang terjadi di rumah, sekolah
dan dengan teman sebaya?
4) Seberapa besar orangtua, keluarga, teman dan guru membarikan kepercayaan
pada anda, dan bagaimana membangunnya?
5) Jika anda kehilangan kepercayaan dari salah satu diantaranya, bagaimana cara
anda memperbaikinya?
Hasil Observasi :
1. Melihat hasil wawancara pada naraumber pertama yaitu Syabil anak siswa kelas IX
SMPN 38, perubahan pada saat memasuki pubertas sama dengan remaja-remaja pada
umumnya, “Yang saya rasakan ialah perubahan fisik, suara saya juga menjadi berat.”
ujarnya. Memasuki masa pubertas juga mengalami perubahan kemampuan dalam
berpikir Syabil. Pola pikir Syabil mulai luas dan juga banyak hal yang ingin dia
ketahui. Sebelum memasuki masa pubertas pasti setiap remaja sudah mengetahui apa
saja yang akan dialami, karena pasti di sekolah sudah dijelaskan oleh para guru
mereka atau dengan melihat perubahannya pada orang-orang disekitarnya yang sudah
mengalami pubertas lebih dahulu. Pada masa pubertas pasti terdapat horon yang
embuatkita menjadi lebih tertarik dengan lawan jenis, seperti mulai merasakan
getaran cinta, rasa ingin memiiki, namun ternyata Syabil tidak terlalu mempehatikan
opsi ini. Saat kami tanyakan “Apa yang kamu alami saat berinteraksi dengan lawan
jenis? Adakah perbedaannya, sebelum dan sesudah memasuki masa pubertas?”,
“Tidak, biasa saja.” jawab Syabil dengan lugas. Dia menyinggung bahwa memikirkan
lawan jenis itu buang-buang waktu saja.
Syabil tidak mengalami pubertas dini, karena Syabil mengalami mimpi basah (ciri-ciri
masa pubertas pada anak laki-laki) saat umur 13 tahun.
Semenjak memasuki Sekolah Menengah Pertama, Syabil merasakaan transisi dari SD
ke SMP seperti mulai mempunyai lebih banyak teman. Saat disekolah Syabil lebih
senang belajar dengan cara mendengarkan penjelasan dari guru. Menurutnya itu
adalah cara terbaik proses pembelajaran. Syabil menceritakan bahwa dia pernah
terkena masalah di sekolah yaitu, menjadi saksi temannya yang melibatkan polisi juga
untuk menyelesaikannya. Saat kami bertanya bagaimana dia keluar dari masalah itu,
Syabil bilang “Saya hanya intropeksi diri saya saja, dan pasti minta masukan sama
orang tua.” Meskipun sempat terlibat karena ulah temannya, Syabil juga pernah
mendapat juara kelas, dan juga memenangkan perlombaan pada bidang olahraga.
Karena Syabil sangat suka dengan olahraga, terutama futsal.
Syabil adalah anak terakhir dari 4 (empat) bersaudara. Saat kami menyakan
bagaimana cara dia agar membangun identitas diri sebagai individu yang mandiri, ia
menjawab, “kalau saya sih dengan melakukan aktifitas dengan sendiri, biar lebih
terlatih mandiri”. Syabil tidak penah membuat masalah di rumah maupun di
lingkunganya, “tidak pernah ada masalah, ya paling berantem karena hal sepele saja,
habis itu biasa lagi. Kalau misal saya salah pasti saya meminta maaf.” ujarnya. Saat
ditanya tentang berapa besar kepercyaan yang diberikan orang tua, guru, dan teman-
temannya, Syabil menjawab, “Saya tidak pernah berbohong pada mereka, pasti
mereka pun sangat mempernyai saya. Yang pasti sih dijaga kepercayaan mereka.
Kalau ke guru saya biasanya cari muka agar mendapat kepercyaannya.” Lalu kami
bertanya lagi, bagaimana jika kamu kehilangan kepercayaannya, “Meminta maaf yang
pasti, terus jangan melakukan kesalahan yang sama lagi.” tutupnya.

2. Narasumber ke-2 kami adalah Sami, siswa kelas X SMA Lazuardi. Pada masa
pubertas Sami juga mengalami hal yang tidak beda dengan narasumber 1, “suara saya
jadi berat, badan saya juga lebih tinggi, dan kumis saya mulai tumbuh.” ujarnya.
Menurutnya cara berpikirnya saat masa pubertas ialah lebih mudah memahami
sesuatu. Berbeda dengan narasumber pertama, Sami merasa ada yang aneh saat
berinteraksi dengan lawan jenis, terkadang ia merasa malu dan lebih memilih menjaga
jarak dengan lawan jenis. Sami mengalami mimpi basah saat umur 14 tahun, berarti ia
tidak mengalami masa pubertas dini.
Saat memasuki Sekolah Menengah Atas, Sami merasakan transisi yang sangat
signifikan karena teman-temanya mulai lebih dewasa, “dan lingkungannya lebih enak,
guru-guru di sekolah pun juga enak.” ungkapnya. Sami sekarang tinggal di asrama
yang disediakan oleh sekolahnya, katanya saat di asrama sholatnya lebih teratur, baca
doa tiap hari, dan juga di sekolahnya tidak diijinkan untuk memegang handphone.
Menurutnya itu merupakan sekolah yang cocok untuk teman sebayanya, “Jadinya kan
kita bisa belajar lebih serius karena ga megang handphone, ibadah juga lancar”
tambahnya. Saat belajar Sami lebih suka proses belajar dengan cara kinestetik. Karena
ia lebih mudah menangkap pelajaran melalui penjelasan secara gerakan (kinestetik).
Sami tidak pernah terlibat permasalahan saat disekolah. Sami pun pernah mengikuti
lomba English Speech.
Karena ia asrama, Sami mulai menjadi individu mandiri, dia bilang dengan tidak
bergantung kepada orang tua dan melakukan apapun sendiri dapat membangun
identitas individu yang mandiri. Saat dirumah dia tidak pernah mengalami masalah
yang berat, “paling karena pulang malam orang tua marah. Tapi lama-lama jadi biasa
saja karena tidak terlalu masalah juga.” ujarnya. Kalau dengan teman sebayanya
dilingkungannya dia hanya mengalami kesalahpahaman saja, “ya paling salah paham
aja, abis itu dijelasin yang sebenarnya juga udah selesai.” Saat ditanya bagaimana
membangun kepercaayan orang tua, guru, dan teman sebaya, Sami hanya menjawab,
“Caper aja ke mereka.” Lalu kami tanyakan lagi, “kalau kepercaayan mereka hilang,
bagaimana mengembalikannya?”, ia menjawab “Caperin lagi aja.” kami hanya
tersenyum dengan jawabannya.

Anda mungkin juga menyukai