Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
Selasa, 1 Januari 2019, kami mengunjungi rumah teman kami di daerah Tanah Abang,
Jakarta Pusat, untuk memenuhi Tugas Observasi mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
dengan mewawancarai 2 (dua) narasumber, yang mempunyai syarat yaitu, 1 orang siswa
SMP dan 1 orang siswa SMA. Kami langsung mengunjungi narasumber yang kebetulan
tinggal di daerah tersebut.
Identitas Narasumber :
2. Narasumber ke-2 kami adalah Sami, siswa kelas X SMA Lazuardi. Pada masa
pubertas Sami juga mengalami hal yang tidak beda dengan narasumber 1, “suara saya
jadi berat, badan saya juga lebih tinggi, dan kumis saya mulai tumbuh.” ujarnya.
Menurutnya cara berpikirnya saat masa pubertas ialah lebih mudah memahami
sesuatu. Berbeda dengan narasumber pertama, Sami merasa ada yang aneh saat
berinteraksi dengan lawan jenis, terkadang ia merasa malu dan lebih memilih menjaga
jarak dengan lawan jenis. Sami mengalami mimpi basah saat umur 14 tahun, berarti ia
tidak mengalami masa pubertas dini.
Saat memasuki Sekolah Menengah Atas, Sami merasakan transisi yang sangat
signifikan karena teman-temanya mulai lebih dewasa, “dan lingkungannya lebih enak,
guru-guru di sekolah pun juga enak.” ungkapnya. Sami sekarang tinggal di asrama
yang disediakan oleh sekolahnya, katanya saat di asrama sholatnya lebih teratur, baca
doa tiap hari, dan juga di sekolahnya tidak diijinkan untuk memegang handphone.
Menurutnya itu merupakan sekolah yang cocok untuk teman sebayanya, “Jadinya kan
kita bisa belajar lebih serius karena ga megang handphone, ibadah juga lancar”
tambahnya. Saat belajar Sami lebih suka proses belajar dengan cara kinestetik. Karena
ia lebih mudah menangkap pelajaran melalui penjelasan secara gerakan (kinestetik).
Sami tidak pernah terlibat permasalahan saat disekolah. Sami pun pernah mengikuti
lomba English Speech.
Karena ia asrama, Sami mulai menjadi individu mandiri, dia bilang dengan tidak
bergantung kepada orang tua dan melakukan apapun sendiri dapat membangun
identitas individu yang mandiri. Saat dirumah dia tidak pernah mengalami masalah
yang berat, “paling karena pulang malam orang tua marah. Tapi lama-lama jadi biasa
saja karena tidak terlalu masalah juga.” ujarnya. Kalau dengan teman sebayanya
dilingkungannya dia hanya mengalami kesalahpahaman saja, “ya paling salah paham
aja, abis itu dijelasin yang sebenarnya juga udah selesai.” Saat ditanya bagaimana
membangun kepercaayan orang tua, guru, dan teman sebaya, Sami hanya menjawab,
“Caper aja ke mereka.” Lalu kami tanyakan lagi, “kalau kepercaayan mereka hilang,
bagaimana mengembalikannya?”, ia menjawab “Caperin lagi aja.” kami hanya
tersenyum dengan jawabannya.