Psikologi F2
(Erriska Nur Aulia / 205120301111059)
Konsep utama dari teori Carl Rogers Person Centered adalah self. Menurutnya self
merupakan struktuk kepribadian yang sebenarnya. Self concept terbentuk berdasarkan
significant person seperti orang tua dan distorsi pengalaman. Konsep ini menjelaskan
mengenai pandangan diri dalam hubungannya dengan bermacam peran dalam kehidupan dan
hubungan interpersonal. Self concept juga meliputi semua aspek dalam keberadaan dan
pengalaman yang disadari, meskipun tidak semuanya akurat. Saat seseorang telah membentuk
konsep dirinya maka akan kesulitan dalam melakukan perubahan. Pengalaman yang dirasa
tidak konsisten dengan self concept cenderung untuk disangkal atau diterima dengan syarat
telah didistorsi atau diubah.
Self Concept
Berdasarkan self concept tersebut, saya pernah pada posisi bingung memilih antara pulang
pergi ke sekolah (SMA) atau tinggal di pondok pesantren saja agar lebih dekat dengan
sekolah. Mengingat jarak antara rumah ke sekolah cukup jauh sekitar 45 menit apabila
mengendarai sepeda motor dan saat itu juga saya masih belum bisa mengendarai sepeda
motor. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya saya memilih untuk tinggal di pesantren saja.
Orang-orang disekeliling saya, terutama orang tua sangat tidak yakin akan keputusan saya
tersebut. Menurut mereka, saya tidak akan pernah bisa untuk tinggal di pesantren, berdasarkan
konsep diri saya yang selalu kekanak-kanakan dan sulit untuk adaptasi apabila ditempatkan
pada lingkungan dan orang-orang baru. Namun saya tetap ingin sekali tinggal di pesantren,
berharap menjadi pribadi yang lebih baik lagi, ingin bisa beradaptasi, dan tentunya mandiri.
Akhirnya kedua orang tua saya menyetujui kemauan saya tersebut meskipun saya rasa banyak
sekali keraguan mereka. Singkat cerita, akhirnya saya berangkat ke pesantren untuk tinggal
disana. Dan ternyata memang tidak mudah “benar apa kata ibu, saya sulit untuk adaptasi
disini.” Semuanya terasa begitu sulit. Lingkungan yang baru, makan tidak teratur, tidak
mempunyai teman akrab sehingga selalu merasa sendirian, harus menjalani peraturan
pesantren yang saya sendiri merasa terbebani. Hal-hal tersebut membuat saya begitu sedih
dan tertekan. Hingga akhirnya selang beberapa minggu, ketika orang tua saya menjenguk ke
pesantren, saya mengutarakan keinginan untuk pulang saja. Dengan berat hati akhirnya
mereka menyetujui kemauan saya untuk pulang ke rumah.
Faktor yang mendasari konsep diri saya tersebut adalah :
• Lingkungan
Pada lingkungan yang saya tinggali tidak pernah sekalipun untuk menuntut saya
mematuhi suatu peraturan tertentu yang akhirnya membuat saya terbebani, seperti
tidak ada peraturan untuk saya tidur dan bangun di jam tertentu ataupun harus
menjalani serangkaian aktivitas tertentu . Kemudian saya tidak pernah merasa
sendirian karena selalu ada sahabat saya yang selalu menemani dan kakak yang selalu
ada untuk saya.
• Pola asuh orang tua
Pada pola asuh orang tua dari saya kanak-kanak hingga sekarang mereka sering tidak
memperbolehkan saya untuk keluar sendirian, seperti ketika saya ingin keluar untuk
mencetak dokumen. Jadi saya diantarkan oleh ayah saya. Ketika saya tanya kenapa
tidak boleh, alasannya adalah mereka khawatir. Terutama dengan ibu. Sering kali ibu
selalu menemani kemanapun saya pergi. Dari segi pertemanan mereka sering
melarang saya untuk berteman atau disuruh berteman dengan teman tertentu. Bahkan
dulu ketika saya SD dan SMP ibu juga yang pertama kali mencarikan saya teman. Jadi
terdapat seorang anak yang dia disuruh untuk duduk di sebelah saya dan berkenalan
dengan saya.
2. Secondary Disposition
Pada secondary disposition, saya tidak akan menaruh ketulusan atau rasa sayang
saya lagi ketika saya mendapati kekecewaan yang sangat mendalam terhadap
seseorang. Meskipun setelah itu saya tahu bahwa saya akan sangat sulit untuk
melupakan orang tersebut (termasuk kedalam hal relationship maupun
pertemanan). Namun saya tetap akan berusaha untuk tidak peduli. Faktor yang
mendasari secondary disposition tersebut adalah dari dalam diri saya sendiri. Saya
tidak ingin apabila saya memberikan rasa sayang dan ketulusan kepada orang tidak
tepat dan mengulangi kesalahan yang sama. Terdapat keinginan untuk saya
bahagia dan tidak mendapati kekecewaan lagi.