Downloadfile 1
Downloadfile 1
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada program studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
Oleh :
IMAN NUGRAHA
NIM : 2017.9.1.1.00017
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
BUNGA BANGSA CIREBON
2021
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN
PENDEKATAN BEHAVIORAL TEKNIK ASERTIF UNTUK
MENANGANI SISWA KORBAN BULLYING DI MA AL-
MUTAWALLY KUNINGAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada program studi Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam
Oleh :
IMAN NUGRAHA
2017.9.1.1.00017
i
ii
PERSETUJUAN
Oleh :
IMAN NUGRAHA
NIM. 2017.9.1.1.00017
Meyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
iii
iv
NOTA DINAS
Kepada Yth.
Dekan Tarbiyah
IAI Bunga Bangsa Cirebon
Di
Cirebon
Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi penulisan skripsi dari
Iman Nugraha Nomor Induk Mahasiswa 2017.9.1.1.00017, berjudul “Efektivitas
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral Teknik Asertif Untuk
Menangani Siswa Korban Bullying Di MA Al-Mutawally Kuningan”. Bahwa
skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Tarbiyah untuk
dimunaqosahkan.
v
ABSTRAK
vi
ABSTRACT
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat serta
seluruh umatnya yang setia.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana
stara satu (S1) di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon adalah membuat
karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat
skripsi ini dengan judul “Efektivitas Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Behavioral Teknik Asertif Untuk Menangani Siswa Korban Bullying Di MA Al-
Mutawally Kuningan.”.
Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini,
namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari
berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril maupun materil kepada penulis,
maka penulis ingin menyapaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. H. Oman Fathurohman, MA. Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa
Cirebon.
2. Drs. Sulaiman, M.M.Pd. Wakil Rektor I Bidang Akademis Institut Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon.
3. Muslimah, M.Pd. Ketua Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam Institut
Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
4. Taufiqurrahman, MA. Dosen Pembimbing I.
5. Hara Permana, M.Pd. Dosen Pembimbing II.
6. Rizqi Isnaeni Fajri, S.Pd., M.Psi. Dosen Psikologi Program Studi Bimbingan Dan
Konseling Pendidikan Islam Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
7. Dosen dan Staff Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam Institut Agama
Islam Bunga Bangsa Cirebon.
8. Segenap Keluarga Tercinta, Kak Riyan, Kak Wawan, Kak Dedi,ceu Eti selaku
kakak kandung saya atas materi dan doa yang telah diberikan selama saya kuliah
juga sampai saat ini, Terutama Bapak Ibu yang senantiasa menjadi support system
terbaik saya, terima kasih untuk do’a sekaligus motivasi untuk mampu
menyelesaikan studi, Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat
waktu.
9. Rekan-rekan peserta didik di MA Al - Mutawally Kuningan yang sudah
membantu dalam proses penelitian skripsi saya.
10.Rekan – rekan kelas Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI)
Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon angkatan 2017.
viii
11.Rekan-rekan Bimbingan Skripsi, Bimbingan Konseling Pendidikan Islam (Rizal,
Lili, Leman, Jaelani, Khaeva, Pak Nanang, Abdan).
12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga budi
baik yang telah bapak, ibu, saudara berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
terkait. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiyah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karna itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar manusia untuk
menyempurnakan eksistensi kemanusiaannya, kebutuhan pendidikan tersebut
menyeluruh bagi manusia untuk menembus batas-batas status ekonomi,
sosial, politik, agama dan budaya, maka dari itu fungsi dan peranan
pendidikan sangatlah kompleks dan berkelanjutan untuk menuju suatu tujuan
tertentu. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat memberi perubahan
pada peserta didik, baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Namun, masih ada kesenjangan-kesenjangan yang tidak baik atau kekerasan
dalam lingkungan pendidikan. Tidak ada seorang pun yang menginginkan
terjadinya kekerasan. Namun faktanya kekerasan terus berlangsung, bahkan
terus meningkat. Ironisnya kekerasan tidak selalu di monopoli oleh perang
dan kerusuhan masal, melainkan juga melanda dunia pendidikan. Salah satu
kekerasan dalam dunia pendidikan ialah perilaku bullying. Bullying dalam
dunia pendidikan sekarang ini sudah menjadi hal umum, seharusnya
pendidikan mampu mendorong peserta didik untuk dapat meningkatkan
kemampuan agar peserta didik terus berkembang kearah yang lebih baik.
Salah satu kejadian yang menjadi perhatian dunia pendidikan saat ini
adalah kekerasan yang dilakukan di sekolah, baik yang dilakukan oleh
seorang guru kepada peserta didik, ataupun oleh peserta didik kepada peserta
didik lainnya. Seperti yang kita lihat bersama, sering terjadinya aksi tawuran
dan kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah saat ini
semakin banyak menghiasi deretan berita di media cetak maupun di media
elektronik menjadi bukti sudah tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan pada
peserta didik akhir-akhir ini. Dalam hal ini tentunya kasus-kasus kekerasan
tersebut tidak hanya mencoreng citra pendidikan saja yang sejauh ini
dipercaya oleh banyak kalangan sebagai tempat di mana proses humanisasi
berlangsung, tetapi juga menimbulkan sebuah pertanyaan, bahkan gugatan
dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi pendidikan di
sekolah dewasa ini (Wiyani, 2012).
Tingkat bullying terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan komisi
Perlindungan Anak Indonesia mencatat dalam periode waktu 9 tahun, dari
tahun 2011 sampai tahun 2019, ada 37.381 laporan kekerasan terhadap anak.
Untuk bullying baik di pendidikan ataupun sosial media, angkanya mencapai
2.473 laporan dan trennya terus meningkat (kpai.go.id, 2020).
1
2
149 siswa. Alasan siswa yang keluar salah satu faktornya yaitu adanya
tindakan bullying, diantara kasus bullying itu menyangkut bullying verbal,
menurut guru BK di MA Al-Mutawally siswa yang keluar ini bernama inisial
“A” alasan “A” ini keluar yaitu karena sering di ejek oleh teman-temannya
dengan sebutan Badak karena merasa tidak tahan dengan perilaku teman-
temannya “A” ini mengeluarkan diri dari sekolah.
Berdasarkan fakta diatas, dapat di simpulkan bahwa tindakan bullying
merupakan tindakan yang dapat merugikan untuk diri sendiri ataupun orang
lain. Upaya dalam mengatasi dan mencegah munculnya masalah tindakan
bullying memerlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh. Oleh karena itu,
diperlukan keterlibatan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa,
kepala sekolah sampai orang tua murid yang bertujuan adalah untuk dapat
menyadarkan seluruh komponen sekolah tentang bahaya dari tindakan
bullying.
Beberapa hal yang dapat mengurangi tindakan bullying verbal dan non
verbal salah satunya layanan bimbingan dan konseling yaitu konseling
kelompok. Konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang
menekankan pada proses berfikir sadar, perasaan- perasaan, dan perilaku-
perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan
perkembangan individu yang sehat (Rahmianor & Handayani, 2020)
Menurut (Gerald, 2013) Terapi tingkah laku (konseling behavioral)
merupakan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang bersumber
dalam berbagai teori tentang belajar. Pemusatan istilah belajar dalam
pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor menolong orang
(konseli) belajar atau memperbaiki perilaku. Konselor berperan membantu
dalam proses pembelajaran menciptakan kondisi yang sebagian rupa sehingga
klien dapat memperbiki perilakunya serta memecahkan masalahnya.
Dalam konseling behavioral terdapat karakteristik dan asumsi mendasar,
yaitu: terapi perilaku didasarkan pada prinsip dan prosedur metode ilmiah,
terapi perilaku berhubungan dengan permasalahan konseli dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, konseli dalam terapi perilaku diharapkan berperan
aktif berkaitan dengan permasalahannya, menekankan keterampilan konseli
dalam mengatur dirinya dengan harapan mereka dapat bertanggung jawab,
ukuran perilaku yang terbentuk adalah perilaku yang nampak dan tidak
nampak, mengidentifikasi permasalahan dan mengevaluasi perubahan,
intervensi perilaku bersifat individual dan menyesuaikan pada permasalahan
khusus yang dialami konseli, kerjasama antara konseli dengan konselor, dan
menekankan aplikasi secara praktis dan konselor bekerja keras untuk
mengembangkan prosedur kultural secara spesifik untuk mendapatkan konseli
yang taat dan kooperatif. Diantara tujuan dan kegunaan konseling behavioral
menurut (Sanyata, 2012) adalah usaha untuk memanfaatkan secara sistematis
4
A. Deskripsi Teori
1. Konseling Kelompok
a. Pengertian Konseling Kelompok
Secara etimologi konseling berasal dari bahasa latin yaitu
“consllium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai
dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-
Sexon, Istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau menyampaikan (Prayitno, 2009).
Menurut (Corey, 2015) konseling kelompok merupakan suatu
layanan yang dapat mencegah atau memperbaiki baik pada bidang
pribadi, sosial belajar ataupun karir. Konseling kelompok menekankan
pada komunikasi interpersonal yang melibatkan pikiran, perasaan dan
perilaku dan menfokuskan paa saat ini dan sekarang. Konseling
kelompok berorientasi pada masalah dan anggota kelompok sebagaian
besar dipengaruhi oleh isi dan tujuan mereka.
Sedangkan menurut Sunawan dalam jurnal (Marjanti, 2015)
mengemukakan bahwa layanan konseling kelompok adalah layanan
yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan
masalah pribadi melalui dinamaika kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
kelompok ialah bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, kemudian diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
b. Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan umum dari konseling kelompok ialah mengembangkan
kepribadian peserta didik dalam mengembangkan kemampuan sosial,
komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, serta dapat memecahkan
masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus
dari konseling kelompok, adalah:
a. Topik yang mengandung pembahasan masalah aktual, hangat,
serta menarik perhatian anggota kelompok.
b. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap
yang terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi /
komunikasi.
7
8
perlu dimiliki oleh tiap orang. Karena dengan berani dan mampu
berkata tidak, orang tersebut telah mengatakan perasaan yang
sesungguhnya dan jujur baik pada diri sendiri dan orang lain.
2. Teknik asertif permintaan, sebagai makhluk bersosial, seseorang
akan selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Dalam interaksi itu
tidak jarang mereka saling membutuhkan pertolongan orang lain.
Ada yang mendapatkan pertolongan tersebut, ada juga yang
tidak. Tampaknya, terpenuhi tidaknya permintaan tersebut
ditentukan oleh cara seseorang memintanya.
3. Teknik asertif menerima pujian, salah satu hal yang dapat
menggambarkan sejauh mana sesorang menghargai dirinya
adalah ketika ia menerima pujian dari orang lain atau bagaimana
respons spontannya terhadap keberhasilan dan kelebihan orang
lain. Pada kenyataannya, memberi pujian dengan tepat dan
penting dilakukan. Karena menyatakan dengan tepat hal yang
dipujikan atas kita akan mempengaruhi penerimaan orang lain
terhadap kita. Hal tersebut bisa mengungkapkan tingkat
kepercayaan kita akan orang lain.
4. Teknik asertif kemarahan, menunjukkan kemarahan, kejengkelan
ataupun ketidak puasan dengan tepat, sering kali menjadikan
seseorang lepas kendali. Orang tersebut emosional dan kelihatan
tidak resional bahkan secara fisik kelihatan tidak menarik.
Karena terlalu emosi, kadang-kadang hal yang menyebabkan
seseorang marah menjadi tidak spesifik dan seseorang cenderung
asal melepaskan emosi. Ahirnya yang membuatnya tidak puas,
terabaikan. Orang lainpun tidak tahu,bisa jadi lain hari akan
terulang lagi pengalaman serupa. Semua karena seseorang yang
bersangkutan tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan
tepat hal yang membuatnya marah.
c. Kegunaan Teknik asertif
Wills dalam Ani Prastiwi mengemukakan bahwa teknik asertif
merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik beratkan
pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dalam menyatakannya. Teknik asertif merupakan suatu teknik
untuk membantu konseli dalam hal-hal berikut:
1. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya
2. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain
mengambil keuntungannya
3. Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak” d. Mereka
yang suka menyatakan cinta dan respon positif lainnya
4. Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan
pendapat dan fikirannya.31 Dari uraian diatas dapat ditarik
16
4. Bermain Peran
pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang
lebih baik. Konseli bermain peran sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi. Konselor member umpan balik secara verbal,
pemberian model perilaku yang lebih baik, pemberian penguat
positif dan penghargaan.
Seperti telah dipaparkan atau dijelaskan di atas bahwa konseling
behavioral bertujuan menolong klien untuk lebih asertif dan
mengekpresikan pikiran dan hasratnya dalam situasi yang
membangkitkan tingkah laku asertif, maka dari itu konseling behavioral
dengan teknik asertif dirasa dapat membantu korban bullying dalam
mengatasi permasalahannya.
3. Bullying
a. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari Bahasa Inggris yaitu “bully” yang berarti
menggertak atau menggangu. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully yaitu penggertak, orang yang mengganggu seseorang lemah.
Sejiwa yang menyampaikan bahwa bullying merupakan situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan,
memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan
sengaja secara berulang-ulang, untuk memperlihatkan kekuasaannya.
Karena korban lemah secara fisik atau mental korbanpun tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri (Nasir, 2018). Bullying
adalah tindakan yang agresif, merugikan dan dapat mengakibatkan
sebuah ketidak nyamanan dan trauma bagi korban. Menurut (Swearer et
al., 2010) korban bullying akan merasakan sakit secara fisik dan psikis,
akan menghindari sekolah, nilai akademik menurun, rasa takut yang
tinggi, rasa kecemasan meningkat, dan muncul sebuah keinginan untuk
bunuh diri.
Menurut Olweus bullying adalah masalah psikososial yaitu
menghina dan merendahkan seseorang cara berulang-ulang dengan
berdampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban (Kusumasari
Kartika Hima, Dkk (2019), n.d.)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang ulang, dilakukan dengan sadar dan secara sengaja yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat ketidak
seimbangan kekuatan dan kekuasaan.
18
b. Jenis Bullying
Menurut Cloroso bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk
tindakan :
a. Bullying secara fisik
Jenis bullying secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
mencakar, serta meludahi anak yang tertidas ke posisi yang
menyakitkan, dan merusak serta menghancurkan pakaian serta
barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat sang
penindas, akan semakin berbahaya, bahkan walaupun tidak
dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying secara verbal
Kekerasan verbal merupakan bentuk penindasan yang paling
umum dilakukan, kekerasan tersebut bisa dilakukan oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah
dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi. Dalam penindasan secara verbal
dapat dilakukan di taman bermain bercampur dengan hingar
bingar yang terdengar oleh orang lain.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu,
penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar.
c. Bullying secara relasioanal
Bullying Relasioanal merupakan jenis bullying paling sulit
dideteksi dari luar. Penindasan relasional ialah pelemahan harga
diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar
gosip itu, tetapi tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak
seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa
tubuh yang kasar (Radhiah, 2020b).
19
c. Dampak Bullying
Dampak dari korban bullying adalah biasanya korban akan
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological wel-being) korban akan
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga,
penyesuaian sosial yang buruk, dimana korban merasa takut ke sekolah
bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dalam belajar bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari
pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman
(Wiyani, 2012).
Tindakan bullying akan memperoleh dampak yang buruk bagi
korban dan sangat membahayakan terutama dalam keberlangsungan
belajar siswa di sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bahkan bukan hanya di sekolah di lingkungan
masyarakat bullying juga ikut andil dalam penyebab tindakan kriminal.
Dalam hal ini semua pihak ikut menaggung dampak buruk bullying,
bukan hanya korban bahkan pelaku dan siswa yang melihat kejadian
bullying dapat memiliki dampak yang buruk. Terlebih jika tindakan
bullying dilakukan dengan terus menerus tentu akan menimbulkan efek
yang tidak baik (Prahardika, 2014).
Dampak dari tindakan bullying yang begitu besar terhadap
kenyamanan dan keberlangsungan hidup setiap individu maka jauh-jauh
hari Allah SWT telah memperingati akan hal tersebut dalam Al-Qur’an,
yang berisi sebagai berikut :
ْ ۤ ْ َّن َوهام
َ َ َن ْ َس ٰخاَّا َ ََُّيِذ ْك َانهْ َا ا ع ْ َٰياُّيهَ اااََِّذ ْيُّيَ ا َ ّٰ انوْه َا ا
َوا ا َن اخا مء ن
َّخ َيه ً ن ْ َ ا ََ َن َ َواه َا ا َّ ا َُّيا َخ ار َ َواه َام ن
ْ َس ٰخاَّا َ َُّيِذ ْك ِذ ا ۤع
َابۚ َبَْئ ا
َس َْ َِّب َ ااَ اق
ْ َوا ا َتاهوااباه ْزَو ْ
َّن َوه ْا ِذَۚ َ اواَ ا َتاهلَه ْۤزََوَّّانَه ْف اخ ْك َم ا َخ َيه ً ن نْ اخاء ا
١١ َكَ ْه َْمََّ ٰظنَلْ ْه ََا ا َْ ّ ْ ا َسمَّ َ ْفخا ْقَبه َع اد
ََ َّْ ا َْياا ََْۚ اوان َََ ِذَّلََُّياهت
َبَفااْ ٰوَ ِٕى ا ْ َْ ا
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (Q.S.Al
Hujurat:11”).
20
PRETEST PRETEST
POSTTEST POSTTEST
D. Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis bertujuan dalam menghasilkan suatu keputusan,
yaitu keputusan menerima atau menolak suatu hipotesis. Pengujian hipotesis
digunakan dalam menjawab rumusan masalah penelitian. (Sugiyono, 2019).
Penelitian ini akan menjawab dua hipotesis. Berikut ini hasil perhitungan dari
statistik uji t dalam penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik
pemberian informasi.
24
A. Metode Penelitian
Secara umum penelitian di definisikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2019).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan eksperimen. Dalam penelitian kuantitatif mencakup
penelitian eksploratif dan penelitian sebab akibat (causal). Penelitian
eksploratif lebih menekankan pada suatu upaya menggambarkan situasi.
Penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang banyak menggunakan
angka, mulai dari proses pengumpulan data, analisis data dan penampilan data
(Hardani et al., 2020).
Menurut (Sugiyono, 2013) penelitian eksperimen di definisikan sebagai
metode penelitian yang digunakan dalam mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalian. Perlakuan yang
dilakukan berupa suatu tindakan tertentu kepada kelompok dan setelah dilihat
pengaruhnya. Maka dengan demikian metode penelitian eksperimen diartikan
sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk mencari perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
B. Design Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2013) terdapat beberapa bentuk penelitian desain
eksperimen, diantaranya : Pre-Experimental Design, True Experimental
Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Dalam penelitian
ini menggunakan penelitian True Eksperimental Design, dengan pola
penelitian Pretest-Posttest Control Group Design,desain ini ada dua
kelompok yang di pilih secara random yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, kemudian diberi pretest untuk mengatahui keadaan awal
apakah ada perbedaan.
Tabel 3.1
R O1 X O2
R O3 O4
Keterangan :
R : Kelompok Eksperimen dan Kontrol Diambil Secara Random
X : Treatmen Latihan Asertif
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Postest kelompok kontrol
25
26
Tabel 3.2
Jadwal Penelitian Kelas Kontrol
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Bullying
No Aspek Indikator Deskriptor favorable Unfavorable
dan
menghancu
rkan
barang-
barang
milik anak
yang
tertindas
1. Skala Bullying
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur
bullying yaitu dengan menggunakan skala bullying dengan
memperhatikan aspek-aspek yang dikemukakan dalam Coloroso, yaitu:
a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying dengan penindasan secara fisik,
meludahi anak yang ditindas sampai ke posisi yang menyakitkan,
30
Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable
Total 46
1. Hasil Penelitian
A. Kasus Bullying kelas kontrol dan kelas eksperimen di MA Al-Mutawally
berdasarkan hasil pre-test.
1. Hasil pretest kelas kontrol
Setelah peneliti membagikan angket kepada kelas kontrol maka
dapat diketahui hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Kontrol di MA Al-
Mutawally Kuningan.
No Nama Skor
1 CJ 67
2 DR 76
3 DRD 94
4 IN 80
5 AM 85
6 KDF 101
7 MY 104
8 SO 80
9 PZ 103
10 PAR 91
11 YSA 94
33
34
Tabel 4.2
Hasil Pretest Kelas Kontrol
No Skor Jumlah Kategori Persentasi
1 67 1 Rendah 9,1%
2 76 1 Rendah 9,1%
3 80 2 Rendah 18,2%
4 85 1 Rendah 9,1%
5 91 1 Rendah 9,1%
6 94 2 Sedang 18,2%
Jumlah 11 100%
Mean 88,6
Median 91
Modus 80 & 94
Nilai Terendah 67
35
Tabel 4.3
Grafik Presentasi Pretest Kelas Kontrol
60% 54,60%
50% 45,40%
40%
30%
20%
10% 0%
0%
Tinggi
Sedang
Rendah
1 AR 107
2 CA 102
3 DM 123
4 FR 104
5 LR 97
6 MH 97
36
7 MR 126
8 ND 94
9 PD 100
10 RR 109
11 SD 105
12 YI 107
1 94 1 Sedang 8,3%
2 97 2 Sedang 16,6%
Jumlah 12 100%
37
Mean 105,9
Median 104,5
Nilai Terendah 94
Tabel 4.6
Grafik Presentasi Pree-Test Kelas Eksperimen
Tabel 4.7
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Kontrol di MA Al-
Mutawally Kuningan.
No Nama Skor
1 CJ 75
2 DR 89
3 DRD 95
4 IN 70
5 AM 61
6 KDF 100
7 MY 107
8 SO 92
9 PZ 103
10 PAR 100
11 YSA 94
1 61 1 Rendah 9,1%
2 70 1 Rendah 9,1%
3 75 1 Rendah 9,1%
39
4 89 1 Rendah 9,1%
5 92 1 Sedang 9,1%
6 94 1 Sedang 9,1%
7 95 1 Sedang 9,1%
Jumlah 11 100%
Mean 89,6
Median 94
Modus 100
Nilai Terendah 61
40
Tabel 4.9
Grafik Presentasi Posttest Kelas Kontrol
Tabel 4.10
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Eksperimen di
MA Al-Mutawally Kuningan.
No Nama Skor
1 AR 104
2 CA 77
3 DM 89
4 FR 108
5 LR 95
6 MH 118
41
7 MR 88
8 ND 103
9 PD 76
10 RR 85
11 SD 97
12 YI 90
Tabel 4.11
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
No Skor Jumlah Kategori Persentasi
1 76 1 Rendah 8,3%
2 77 1 Rendah 8,3%
3 85 1 Rendah 8,3%
4 88 1 Rendah 8,3%
5 89 1 Rendah 8,3%
6 90 1 Rendah 8,3%
7 95 1 Sedang 8,3%
8 97 1 Sedang 8,3%
Jumlah 12 100%
Mean 94,2
Median 92,5
Modus -
Nilai Terendah 76
Tabel 4.12
Grafik Presentasi Posttest Kelas Eksperimen
Tabel 4.13
Grafik Nilai Rata-Rata Perbandingan Pretest – Posttest
Tabel 4.14
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
B Eksperimen
Pretest 12 94 126 105.92 9.830
Postest Eksperimen 12 76 118 94.17 12.554
Pretest Kontrol 11 67 104 88.64 12.036
Posttest Kontrol 11 61 107 89.64 14.726
Valid N (listwise) 11
E
Tabel 4.15
Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas XI
Statis Statis
tic df Sig. tic Df Sig.
Hasil Pretest Eksperimen .210 12 .149 .880 12 .088
Korban Posttest Eksperimen .130 12 .200 *
.971 12 .923
Bullying *
Pretest Kontrol .127 11 .200 .948 11 .615
Posttest Kontrol .210 11 .190 .898 11 .176
a. Lilliefors Significance
Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Berdasarkan hasil nilai signifikansi (Sig) Shapiro-Wilk dari pretest -
posttes skala korban bullying pada kelompok eksperimen dan kontrol
keduanya memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai 0,05 (Sig
> 0,05). Nilai pretest kelompok eksperimen memiliki nilai signifikansi
0,88 dan nilai posttest kelompok eksperimen memiliki nilai signifikansi
0,923. Sedangkan Nilai pretest kelompok kontrol memiliki nilai
signifikansi 0,615 dan nilai posttest kelompok kontrol memiliki nilai
signifikansi 0,176. Maka dapat dinyatakan bahwa data pretest – posttes
skala korban bullying pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.
3. Uji Paired Sapel T Test Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Uji Paired Sampel T Test digunakan untuk mengetahui perbedaan rata
– rata dua sampel yang berpasangan
Tabel 4.16
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Pretest Eksperimen 105.92 12 9.830 2.838
Posttest Eksperimen 94.17 12 12.554 3.624
Pair 2 Pretest Kontrol 88.64 11 12.036 3.629
Posttest Kontrol 89.64 11 14.726 4.440
46
Tabel 4.17
Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of
the Sig.
Std. Std. Difference (2-
Deviati Error Lowe tailed
Mean on Mean r Upper T df )
Pair 1 Pretest
Eksperim
en -
Posttest 2.2
Eksperim 11.750 18.152 5.240 .217 23.283 42 11 .047
en
Pair 2 Pretest
-
Kontrol - -
-1.000 10.649 3.211 6.154 .31 10 .762
Posttest 8.154
1
Kontrol
Berdasarkan hasil dari tabel diatas pair 1 di peroleh nilai sig (2-
tailed) sebesar 0.047 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata – rata hasil pree-test kelas eksperimen
dengan post-test kelas eksperimen, yang artinya ada pengaruh
penggunaan konseling behavioral terhadap korban bullying pada peserta
didik di MA Al-Mutawally.
4. Uji Homogenitas Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa sampel data
yang akan diukur memang berasal dari populasi yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas pada data pretest – posttest skala korban bullying diuji
melalui uji Levene’s Test dengan bantuan program SPSS 16.0 dengan
hasil uji sebagai berikut:
47
Tabel 4.18
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Data Based on Mean .284 1 21 .600
Korban Based on Median .057 1 21 .814
Bullying
Based on Median
and with adjusted .057 1 18.539 .814
df
Based on trimmed
.222 1 21 .643
mean
Tabel 4.19
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelas N Mean Deviation Mean
Data Postest Kelas
12 94.33 12.492 3.606
Korban Eksperimen
Bullying Posttest Kelas
11 89.64 14.726 4.440
Kontrol
Tabel 4.20
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
48
95%
Confidenc
e Interval
of the
Sig. Std. Differenc
(2- Mean Error e
tailed Diffe Diffe Lowe Up
F Sig. t df ) rence rence r per
Data Equal
- 16.
Korban variances .284 .600 .827 21 .417 4.697 5.678
7.111 504
Bullying assumed
Equal
variances 19. - 16.
.821 .421 4.697 5.720
not 737 7.245 639
assumed
Berdasarkan tabel diatas dihasilkan nilai sig. (2 tiled) sebesar 0.417
> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini efektif dalam
penurunan korban bullying.
2. Pembahasan
Teknik asertif pada dasarnya merupakan suatu program belajar
yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. (Nursalim, 2013) mengemukakan bahwa
Teknik asertif merupakan suatu program belajar untuk mengajar manusia
mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara jujur dan tidak membuat
orang lain menjadi terancam.
Dengan memiliki perilaku asertif, peserta didik korban bullying
lebih mudah mengekpresikan diri, terbuka secara sosial dan emosional,
mencapai tujuan tanpa menghancurkan orang lain, bertanggung jawab,
dan berani mengambil keputusan tanpa rasa cemas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Fatmawati, 2020) dalam jurnalnya yang berjudul penerapan konseling
kelompok latihan asertif pada siswa korban bullying. Hasil dari
penelitiannya adalah penerapan konseling kelompok asertif dapat
meningktkan asertif peserta didik korban bullying.
Penelitian yang sama dilakukan oleh (Arumsari, 2017) dalam
jurnalnya yang berjudul strategi konseling latihan asertif untuk mereduksi
perilaku bullying. Hasil dari penelitiannya adalah strategi konseling
latihan asertif merupakan salah satu bantuan yang dapat diberikan bagi
peserta didik yang mengalami korban bullying.
49
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis data yang telah disajikan dapat
disimpulkan bahwa korban bullying di MA Al-Mutawally mengalami
penurunan dengan dapat dibuktikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil dari angket pretest kelas eksperimen di peroloh
presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 100% dan nilai rendah
0%. Dengan rata – rata nilai (mean) 105,9, median 104,5, modus 97 &
107, nilai tertinggi 126 dan nilai terendah 94.
2. Berdasarkan hasil dari angket posttest kelas eksperimen di peroleh
presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 50% dan nilai rendah
50%. Setelah di berikan perlakuan atau treatmen layanan konseling
kelompok dengan teknik asertif pada kelas eksperimen yang sudah
mengikuti pre-test di awal dengan rata – rata 106 dan dapat di
deskripsikan dengan korban bullying yang tinggi, setelah mengikuti
post-test menghasilkan perubahan berupa penurunan korban bullying
dengan rata – rata 94. Dengan nilai rata – rata nilai (mean) 94,2,
median 92,5, nilai tertinggi 118 dan nilai terendah 76.
3. Hasil uji T dengan menggunakan program SPSS versi 16 pair 1
diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0.047 < 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata – rata
hasil pretest-posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yang
artinya layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral
teknik asertif efektif dalam menurunkan korban bullying.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok
dengan pendekatan behavioral teknik asertif efektif dalam menurukan korban
bullying di MA Al-Mutawally, hal ini dibuktikan oleh peneliti dengan melihat
hasil postest dan dapat dilihat dari keaktifan peserta didik di dalam kelas,
kemudian interaksi terhadap teman dan gurunya.
B. SARAN
1. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
program sekolah dalam mengatasi korban bullying dan diharapkan
untuk digunakan sebagai referensi bagi sekolah untuk dapat
memberikan sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang
keberhasilan untuk peserta didiknya.
2. Guru bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, hendaknya
memberikan layananan yang baik terhadap peserta didik lain yang
memiliki masalah korban bullying agar korban bullying terus
berkurang.
54
55
56
57
Wiyani, N. A. (2012). Save our children from school bullying. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yasdiananda, E. W. (2013). Hubungan antara self esteem dengan asertivitas pada
siswa kelas X SMAN 5 Merangin. Jurnal Psikologi, 1(1).
LAMPIRAN - LAMPIRAN
60
1. Surat Permohonan Izin Penelitian
2. Surat Persetujuan Penelitian
3. Perhitungan SPSS 16.0
a. Uji Deskriptif Pree-test – Post-test Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Descriptive Statistics
Pree-Test
12 94 126 105.92 9.830
Eksperimen
Valid N (listwise) 11
Post-Test *
.130 12 .200 .971 12 .923
Eksperimen (PBL)
Pree-Test Kontrol *
.127 11 .200 .948 11 .615
(Konvensional)
Post-Test Kontrol
.210 11 .190 .898 11 .176
(Konvensional)
a. Lilliefors Significance
Correction
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelas N Mean Deviation Mean
Data Postest Kelas
12 94.33 12.492 3.606
Korban Eksperimen
Bullying Posttest Kelas
11 89.64 14.726 4.440
Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
Sig. Std. the
(2- Mean Error Difference
tailed Diffe Diffe Up
F Sig. t df ) rence rence Lower per
Data Equal
16.
Korban variances .284 .600 .827 21 .417 4.697 5.678 -7.111
504
Bullying assumed
Equal
variances 19. 16.
.821 .421 4.697 5.720 -7.245
not 737 639
assumed
4. Garis Interval
No Interval Klasifikasi
1 46 – 91 Rendah
2 92 – 137 Sedang
3 138 – 184 Tinggi
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
PETUNJUK PENGISIAN
Contoh :
Pernyataan SS S TS STS
Pernyataan SS S TS STS
Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan diri saudara/i,
masing-masing anda memiliki jawaban yang berbeda , sehingga tidak ada
jawaban yang salah.
No Pernyataan SS S TS STS
C. Peserta
Peserta dalam pelatihan asertif ini adalah peserta didik kelas XI MA
Al-Mutawally yang mengalami korban bullying.
Rangkaian Pelatihan Asertif
7. Jadwal Pelatihan
Cirebon ,………………………..
(…………………………..)
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN BARANG
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Inisial : …………………………………………………………
Jenis Kelamin : ........…………………………………………………...
Usia : ....………………………………………………………
Menyatakan bersedia untuk diambil gambar berupa foto atau rekaman
selama mengikuti proses “Pelatihan Asertif”. Kesediaan saya ini sepenuhnya atas
dasar keinginan saya pribadi tanpa ada paksaan, bujukan atau ancaman pihak
manapun. Hasil dokumentasi selama “Pelatihan Asertif” tidak akan
dipublikasikan dan hanya dipergunakan dalam lingkungan yang terbatas.
Cirebon,…………………..
(…………………………….)
LEMBAR IDENTITAS
Anda dimohon untuk mengisi identitas dengan lengkap dan teliti
sehingga tidak ada pertanyaan yang melewati. Kerahasiaan data Anda akan kami
jamin sepenuhnya.
Nama :………………………………………………...
Jenis Kelamin :………………………………………………...
Tempat, Tanggal Lahir :………………………………………………...
Jumlah Saudara :………………………………………………...
Anak Ke :………………………………………………...
Asal sekolah :………………………………………………...
Alamat Asli : .………………………………………………
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) KONSELING
KELOMPOK
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021
A. Tujuan Layanan
E. Waktu
Hari : Selasa
Tanggal : 20 April 2021
F. Tahap Kegiatan
a. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari Bahasa Inggris yaitu “bully” yang berarti
menggertak atau menggangu. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully yaitu penggertak, orang yang mengganggu seseorang lemah.
Sejiwa yang menyampaikan bahwa bullying merupakan situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan,
memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan
sengaja secara berulang-ulang, untuk memperlihatkan kekuasaannya.
Karena korban lemah secara fisik atau mental korbanpun tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri. (Nasir, 2018)
Menurut Olweus bullying adalah masalah psikososial yaitu
menghina dan merendahkan seseorang cara berulang-ulang dengan
berdampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban. (Kusumasari
Kartika Hima, Dkk (2019), n.d.)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang ulang, dilakukan dengan sadar dan secara sengaja yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat ketidak
seimbangan kekuatan dan kekuasaan.
b. Faktor Bullying
Bullying yang sering terjadi biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor. (Rosen et al., 2017) mengungkapkan beberapa faktor yang
disebabkan bullying. Dalam bukunya, diantaranya yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang disebabkan tindakan bullying ialah
faktor temperamental dan faktor psikologi terhadap intensitas melakukan
tindakan agresi. Pelaku bersikap impulsif dan minimnya sebuah
kemampuan regulasi diri. Apabila mereka melakukan sebuah tindakan
kekerasan, mereka tidak akan merasa bersalah ataupun merasakan empati
terhadap korban. Demikian, individu yang melakukan tindakan bullying
merupakan individu yang mempunyai kemampuan sosial yang rendah .
Bullying adalah tindakan yang agresif, merugikan dan dapat
mengakibatkan sebuah ketidak nyamanan dan trauma bagi korban.
Menurut (Swearer et al., 2010) korban bullying akan merasakan sakit
secara fisik dan psikis, akan menghindari sekolah, nilai akademik
menurun, rasa takut yang tinggi, rasa kecemasan meningkat, dan muncul
sebuah keinginan untuk bunuh diri.
c. Jenis Bullying
Menurut Cloroso bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk
tindakan :
d. Bullying fisik
Jenis bullying secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
mencakar, serta meludahi anak yang tertidas ke posisi yang
menyakitkan, dan merusak serta menghancurkan pakaian serta
barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat sang
penindas, akan semakin berbahaya, bahkan walaupun tidak
dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
e. Bullying Verbal
Kekerasan verbal merupakan bentuk penindasan yang paling
umum dilakukan, kekerasan tersebut bisa dilakukan oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah
dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi. Dalam penindasan secara verbal
dapat dilakukan di taman bermain bercampur dengan hingar
bingar yang terdengar oleh orang lain.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu,
penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar.
f. Bullying Relasional
Bullying Relasioanal merupakan Jenis bullying paling sulit
dideteksi dari luar. Penindasan relasional ialah pelemahan harga
diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar
gosip itu, tetapi tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak
seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa
tubuh yang kasar. (Radhiah, 2020b).
e. Dampak Bullying
Dampak dari korban bullying adalah biasanya korban akan
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological wel-being) korban akan
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga,
penyesuaian sosial yang buruk, dimana korban merasa takut ke sekolah
bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dalam belajar bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari
pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman.
(Wiyani, 2012).
Tindakan bullying akan memperoleh dampak yang buruk bagi
korban dan sangat membahayakan terutama dalam keberlansungan
belajar siswa di sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bahkan bukan hanya di sekolah di lingkungan
masyarakat bullying juga ikut andil dalam penyebab tindakan kriminal.
Dalam hal ini semua pihak ikut menaggung dampak buruk bullying,
bukan hanya korban bahkan pelaku dan siswa yang melihat kejadian
bullying dapat memiliki dampak yang buruk. Terlebih jika tindakan
bullying dilakukan dengan terusmenerus tentu akan menimbulkan efek
yang tidak baik. (Prahardika, 2014)
Dampak dari tindakan bullying yang begitu besar terhadap
kenyamanan dan keberlangsungan hidup setiap individu maka jauh-jauh
hari Allah SWT telah memperingati akan hal tersebut dalam Al-Qur‟an,
yang berisi sebagai berikut :
ٰٓ ٰ س ۤبءٍ ع
َسى َ ًِّ س ۤب ٌء ِ ّه ْي ٰٓ ٰ س َخ ْر قَ ْى ٌم ِ ّه ْي قَ ْى ٍم ع
َ ًِ َسى ا َ ْى يَّك ُْىًُ ْىا َخي ًْرا ِ ّه ٌْ ُه ْن َو ََل ْ َٰيٰٓبَيُّهَب الَّ ِذ ْييَ ٰا َهٌ ُ ْىا ََل ي
بى ِ ْ ََ ْْ َق ث
ِ اَل ْي َو ُ س ْى ُ ُس ُن ا ْلف
ْ س ِاَل َ ْة ثِئ ِ س ُك ْن َو ََل تٌََبثَز ُْوا ثِ ْبَلَ ْلقَب
َ ُا َ ْى يَّكُيَّ َخي ًْرا ِ ّه ٌْ ُهيَّ َو ََل ت َ ْل ِوز ُْٰٓوا ا َ ًْف
ّٰ ول ِٕىكَ هُ ُن الٰۤ َ
١١ ظ ِل ُو ْى َى ُ َو َه ْي لَّ ْن يَت ُْت فب
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S.Al
Hujurat:11”)
2. Asertif
a. Pengertian Asertif
Asertif merupakan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan hal
yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun
dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pribadi
dan pihak lain. Perilaku asertif merupakan cara untuk mengekspresikan
hal yang mereka lihat dan yang mereka inginkan serta mengekspresikan
perasaan integritas, langsung, dan jujur dengan tetap menjaga privasi dan
menghormati orang lain. ketidakmampuan subjek untuk bersikap tegas,
menolak atau mengutarakan sesuatu yang ia inginkan dapat membuatnya
merasa cemas untuk berhadapan dengan orang-orang disekitanya. Oleh
sebab itu orang yang memiliki ketegasan atau asertivitas tinggi memiliki
kecemasan sosial yang rendah sehingga mereka dapat mengekspresikan
pendapat dan perasaan mereka tanpa merugikan orang lain dan diri
mereka. (Yasdiananda, 2013).
Perilaku asertif atau asertivitas perlu ditanamkan sejak dini karena
asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah tetapi lebih
merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi
terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan (Hasanah et al.,
2015).3
b. Faktor Asertif
Menurut Rathus dan Nevid dalam jurnal (Nabila et al., n.d.) bahwa
ada enam faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif,
diantaranya :
1. Jenis kelamin
Pada umumnya laki – laki cenderung lebih asertif dibandingkan
perempuan karena tuntutan masyrakat. Sejak kecil, laki – laki sudah
dibiasakan untuk tegas dan kompetitif.
2. Self esteem
Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki
kekhawatiran sosial yang rendah, sehingga mampu mengungkapkan
pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
3. Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam mendidik perilaku
asertif, biasanya berhubungan dengan norma – norma.
4. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang , akan semakin luas wawasan
berfikir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
dengan lebih terbuka.
5. Tipe kepribadian
Seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu yang
memiliki kepribadian lain.
6. Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berprilaku, seseorang tentu akan melihat situasi dan kondisi
dalam arti luas, misalnya anggota kelompok dengan pemimpin
kelompok. Situasi dalam kehidupan tertentu dikhawatirkan dapat
mengganggu dalam keadaan konflik.
c. Aspek Asertif
a. Bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Yaitu meliputi
kemampuan dalam membuat keputusan, mengambil inisiatif,
percaya pada yang dikemukan sendiri, dapat menentukan suatu
tujuan dan berusaha mencapainya,dan mampu berpartisipasi
dalam pergaulan.
b. Mampu mengekspresikan perasaan jujur dan nyaman. Yakni
meliputi kemampuan untuk menyatakan rasa tidak setuju, rasa
marah, menunjukkan afeksi dan persahabatan terhadap orang
lain serta mengakui perasaan takut atau cemas, mengekspresikan
persetujuan, menunjukkan dukungan, dan bersikap spontan.
c. Mampu mempertahankan diri. Meliputi kemampuan untuk
berkata “tidak” apabila diperlukan, mampu menanggapi kritik,
celaan, dan kemarahan dari orang lain, secara terbuka serta
mampu mengekspresikan dan mempertahan pendapat.
d. Mampu menyatakan pendapat. Meliputi kemampuan
menyatakan pendapat atau gagasan, mengadakan suatu
perubahan, dan menanggapi pelanggaran terhadap dirinya dan
orang lain.
e. Tidak mengabaikan hak-hak orang lain. Meliputi kemampuan
untuk menyatakan kritik secara adil tanpa mengancam,
memanipulasi, mengintimidasi, mengendalikan, dan melukai
orang lain. (Al’Ain & Mulyana, 2013).
Sumber :
Pree-test
Treatmen
Post-test
8. Keterangan Bebas Plagiarisme
9. Bukti Tatap Muka Bimbingan
10. Riwayat Hidup Peneliti
IMAN NUGRAHA
2017.9.1.1.00017