Anda di halaman 1dari 110

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN

BEHAVIORAL TEKNIK ASERTIF UNTUK MENANGANI SISWA


KORBAN BULLYING DI MA AL-MUTAWALLY KUNINGAN

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada program studi Bimbingan Konseling Pendidikan Islam

Oleh :
IMAN NUGRAHA
NIM : 2017.9.1.1.00017

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
BUNGA BANGSA CIREBON
2021
EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN
PENDEKATAN BEHAVIORAL TEKNIK ASERTIF UNTUK
MENANGANI SISWA KORBAN BULLYING DI MA AL-
MUTAWALLY KUNINGAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAI Bunga Bangsa Cirebon
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd) pada program studi Bimbingan Konseling
Pendidikan Islam

Oleh :
IMAN NUGRAHA
2017.9.1.1.00017

INSTITUT AGAMA ISLAM


IAI BUNGA BANGSA CIREBON

i
ii
PERSETUJUAN

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN


BEHAVIORAL TEKNIK ASERTIF UNTUK MENANGANI SISWA
KORBAN BULLYING DI MA AL-MUTAWALLY KUNINGAN

Oleh :

IMAN NUGRAHA
NIM. 2017.9.1.1.00017

Meyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Taufiqurrahman, MA. Hara Permana, M.Pd


NIDN. 2127088401 NIDN. 2125069104

iii
iv
NOTA DINAS

Kepada Yth.
Dekan Tarbiyah
IAI Bunga Bangsa Cirebon
Di
Cirebon

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Setelah melakukan bimbingan, telaah, arahan dan koreksi penulisan skripsi dari
Iman Nugraha Nomor Induk Mahasiswa 2017.9.1.1.00017, berjudul “Efektivitas
Konseling Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral Teknik Asertif Untuk
Menangani Siswa Korban Bullying Di MA Al-Mutawally Kuningan”. Bahwa
skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Dekan Tarbiyah untuk
dimunaqosahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Taufiqurrahman, MA. Hara Permana, M.Pd


NIDN. 2127088401 NIDN. 2125069104

v
ABSTRAK

IMAN NUGRAHA (2017.9.1.1.00017 : Efektivitas Konseling Kelompok


Dengan Pendekatan Behavioral Teknik Asertif Untuk Menangani Siswa
Korban Bullying Di MA Al-Mutawally Kuningan.
Tidak ada seorang pun yang menginginkan terjadinya kekerasan. Namun
faktanya kekerasan terus berlangsung, bahkan terus meningkat. Ironisnya kekerasan
tidak selalu di monopoli oleh perang dan kerusuhan masal, melainkan juga melanda
dunia pendidikan. Salah satu kekerasan dalam dunia pendidikan ialah perilaku
bullying.
Tujuan Penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui Seberapa tinggi kasus
bullying kelas kontrol dan kelas eksperimen di MA Al-Mutawally berdasarkan hasil
pretest. (2) Seberapa tinggi kasus bullying kelas eksperimen di MA Al-Mutawally
berdasarkan hasil posttest. (3) Untuk mengetahui Seberapa tinggi efektifitas
konseling kelompok pendekatan behavioral teknik asertif terhadap kasus bullying di
sekolah MA Al-Mutawally.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan eksperimen, dan juga penelitian ini menggunakan True
Eksperimental Design, dengan pola penelitian Pretest-Posttest Control Group
Design, desain ini ada dua kelompok yang di pilih secara random yaitu kelompok
eksperimen dan kelompok control. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah skala dengan tujuan untuk melakukan pengukuran terhadap subjek.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Berdasarkan hasil dari angket pretest kelas
eksperimen di peroleh presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 100% dan nilai
rendah 0%. Dengan rata – rata nilai (mean) 105,9, median 104,5, modus 97 & 107,
nilai tertinggi 126 dan nilai terendah 94. (2) Berdasarkan hasil dari angket posttest
kelas eksperimen di peroleh presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 50% dan
nilai rendah 50%. Setelah di berikan perlakuan atau treatmen layanan konseling
kelompok dengan teknik asertif pada kelas eksperimen yang sudah mengikuti pretest
di awal dengan rata – rata 106 dan dapat di deskripsikan dengan korban bullying
yang tinggi, setelah mengikuti posttest menghasilkan perubahan berupa penurunan
korban bullying dengan rata – rata 94. Dengan nilai rata – rata nilai (mean) 94,2,
median 92,5, nilai tertinggi 118 dan nilai terendah 76. (3) Hasil uji T dengan
menggunakan program SPSS versi 16 pair 1 diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar
0.047 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada
perbedaan rata – rata hasil pretest kelas eksperimen dengan posttest kelas
eksperimen, yang artinya layanan konseling kelompok dengan pendekatan
behavioral teknik asertif efektif dalam menurunkan korban bullying.
Dalam Penilitian ini diharapkan dapat membantu program sekolah dalam
mengatasi korban bullying dan sebagai referensi untuk dapat memberikan sarana
dan prasarana yang baik untuk menunjang keberhasilan peserta didiknya.

Kata Kunci: Efektifitas, Konseling Behavioral, teknik asertif, korban Bullying.

vi
ABSTRACT

IMAN NUGRAHA (2017.9.1.1.00017): The Effectiveness of Group Counseling


With a Behavioral Approach Assertive Techniques to Handle Bullying Victims at MA
Al-Mutawally Kuningan
No one wants violence to occur. But the fact is that violence continues, and
even continues to increase. Ironically, violence is not always monopolized by war
and mass riots, but also affects the world of education. One of the violence in
education is bullying behavior.
The aims of this study were: (1) To find out how high the cases of bullying
were in the control class and the experimental class at MA Al-Mutawally based on
the results of the pre-test. (2) based on the high case of bullying in the experimental
class at MA Al-Mutawally post-test results. (3) To find out the effectiveness of group
counseling with a behavioral approach to assertive techniques against bullying
cases at the MA Al-Mutawally school.
This study uses a quantitative research method using an experimental
approach, and also this study uses a True Experimental Design, with a research
pattern of Pretest-Posttest Control Group Design, in this design there are two
groups selected randomly, namely the experimental group and the control group.
The data collection technique used is a scale with the aim of measuring the subject.
The results of this study are (1) Based on the results of the pretest
questionnaire, the experimental class obtained a presentation with a high score of
0%, a medium value of 100% and a low value of 0%. With an average value (mean)
of 105.9, median of 104.5, mode of 97 & 107, the highest value of 126 and the lowest
value of 94. (2) Based on the results of the post-test questionnaire, the experimental
class obtained a presentation with a high score of 0% , the medium value is 50% and
the low value is 50%. After being given treatment or treatment of group counseling
services with assertive techniques in the experimental class who had taken the pre-
test at the beginning with an average of 106 and can be described as high bullying
victims, after taking the post-test it resulted in a change in the form of a decrease in
bullying victims with the average is 94. With the average value (mean) 94.2, the
median is 92.5, the highest value is 118 and the lowest value is 76. (3) The results of
the T test using the SPSS version 16 pair 1 program obtained a sig value (2 -tailed)
of 0.047 <0.05, then Ho is rejected and Ha is accepted. So it can be concluded that
there is a difference in the average results of the experimental class pre-test with the
experimental class post-test, which means that group counseling services with a
behavioral approach to assertive techniques are effective in reducing bullying
victims.
This research is expected to help school programs in overcoming victims of
bullying and as a reference to be able to provide good facilities and infrastructure to
support the success of their students.

Keywords : Effectiveness, Behavioral Counseling, assertive technique, Bullying


victim
vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tercurah limpahkan kepada
Junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat-sahabat serta
seluruh umatnya yang setia.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar sarjana
stara satu (S1) di Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon adalah membuat
karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis membuat
skripsi ini dengan judul “Efektivitas Konseling Kelompok Dengan Pendekatan
Behavioral Teknik Asertif Untuk Menangani Siswa Korban Bullying Di MA Al-
Mutawally Kuningan.”.
Banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam penulisan skripsi ini,
namun berkat kesungguhan hati, kerja keras, dorongan dan juga bantuan dari
berbagai pihak sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
Atas bantuan dan dorongan baik berupa moril maupun materil kepada penulis,
maka penulis ingin menyapaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Dr. H. Oman Fathurohman, MA. Rektor Institut Agama Islam Bunga Bangsa
Cirebon.
2. Drs. Sulaiman, M.M.Pd. Wakil Rektor I Bidang Akademis Institut Agama Islam
Bunga Bangsa Cirebon.
3. Muslimah, M.Pd. Ketua Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam Institut
Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
4. Taufiqurrahman, MA. Dosen Pembimbing I.
5. Hara Permana, M.Pd. Dosen Pembimbing II.
6. Rizqi Isnaeni Fajri, S.Pd., M.Psi. Dosen Psikologi Program Studi Bimbingan Dan
Konseling Pendidikan Islam Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon.
7. Dosen dan Staff Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam Institut Agama
Islam Bunga Bangsa Cirebon.
8. Segenap Keluarga Tercinta, Kak Riyan, Kak Wawan, Kak Dedi,ceu Eti selaku
kakak kandung saya atas materi dan doa yang telah diberikan selama saya kuliah
juga sampai saat ini, Terutama Bapak Ibu yang senantiasa menjadi support system
terbaik saya, terima kasih untuk do’a sekaligus motivasi untuk mampu
menyelesaikan studi, Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan tepat
waktu.
9. Rekan-rekan peserta didik di MA Al - Mutawally Kuningan yang sudah
membantu dalam proses penelitian skripsi saya.
10.Rekan – rekan kelas Prodi Bimbingan Dan Konseling Pendidikan Islam (BKPI)
Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon angkatan 2017.

viii
11.Rekan-rekan Bimbingan Skripsi, Bimbingan Konseling Pendidikan Islam (Rizal,
Lili, Leman, Jaelani, Khaeva, Pak Nanang, Abdan).
12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga budi
baik yang telah bapak, ibu, saudara berikan mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak
terkait. Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiyah ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karna itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Cirebon, 11 Agustus 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN .................................................................................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
NOTA DINAS ..................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7
A. Deskripsi Teori ...................................................................................... 7
B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 20
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 22
D. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN.............................................................. 25
A. Metode Penelitian.................................................................................. 25
C. Design Penelitian ................................................................................... 25
D. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 26
E. Populasi dan Sampel .............................................................................. 27
F. Teknik Pegumpulan Data ....................................................................... 28
G. Instrumen Penelitian .............................................................................. 28
H. Teknik Analisa Data .............................................................................. 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 33
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 33
B. Pembahasan ........................................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 54
A. Simpulan ............................................................................................... 54
B. Saran...................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 56
LAMPIRAN – LAMPIRAN ................................................................................ 60

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan mendasar manusia untuk
menyempurnakan eksistensi kemanusiaannya, kebutuhan pendidikan tersebut
menyeluruh bagi manusia untuk menembus batas-batas status ekonomi,
sosial, politik, agama dan budaya, maka dari itu fungsi dan peranan
pendidikan sangatlah kompleks dan berkelanjutan untuk menuju suatu tujuan
tertentu. Dengan adanya pendidikan diharapkan dapat memberi perubahan
pada peserta didik, baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Namun, masih ada kesenjangan-kesenjangan yang tidak baik atau kekerasan
dalam lingkungan pendidikan. Tidak ada seorang pun yang menginginkan
terjadinya kekerasan. Namun faktanya kekerasan terus berlangsung, bahkan
terus meningkat. Ironisnya kekerasan tidak selalu di monopoli oleh perang
dan kerusuhan masal, melainkan juga melanda dunia pendidikan. Salah satu
kekerasan dalam dunia pendidikan ialah perilaku bullying. Bullying dalam
dunia pendidikan sekarang ini sudah menjadi hal umum, seharusnya
pendidikan mampu mendorong peserta didik untuk dapat meningkatkan
kemampuan agar peserta didik terus berkembang kearah yang lebih baik.
Salah satu kejadian yang menjadi perhatian dunia pendidikan saat ini
adalah kekerasan yang dilakukan di sekolah, baik yang dilakukan oleh
seorang guru kepada peserta didik, ataupun oleh peserta didik kepada peserta
didik lainnya. Seperti yang kita lihat bersama, sering terjadinya aksi tawuran
dan kekerasan (bullying) yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah saat ini
semakin banyak menghiasi deretan berita di media cetak maupun di media
elektronik menjadi bukti sudah tercerabutnya nilai-nilai kemanusiaan pada
peserta didik akhir-akhir ini. Dalam hal ini tentunya kasus-kasus kekerasan
tersebut tidak hanya mencoreng citra pendidikan saja yang sejauh ini
dipercaya oleh banyak kalangan sebagai tempat di mana proses humanisasi
berlangsung, tetapi juga menimbulkan sebuah pertanyaan, bahkan gugatan
dari berbagai pihak yang semakin kritis mempertanyakan esensi pendidikan di
sekolah dewasa ini (Wiyani, 2012).
Tingkat bullying terus meningkat dari tahun ke tahun. Bahkan komisi
Perlindungan Anak Indonesia mencatat dalam periode waktu 9 tahun, dari
tahun 2011 sampai tahun 2019, ada 37.381 laporan kekerasan terhadap anak.
Untuk bullying baik di pendidikan ataupun sosial media, angkanya mencapai
2.473 laporan dan trennya terus meningkat (kpai.go.id, 2020).

1
2

Melihat dari tingginya kasus di atas, agama islam telah melarang


tindakan bullying dalam bentuk apapun. Sebagaimana dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah :

‫َّر أَ ْن ََْي ِقَر‬


ِّ‫ب ْام ِر ٍئ ِم ْن الش‬ َّ ِ َّ َ ‫َن َر ُس ْو ُل هللا‬
ُ ‫صلى هللا َعلَْيه َو َسل َم قَ َال َح ْس‬ َّ ‫َِب ُهَريَْرَة أ‬
ْ ِ‫َع ْن أ‬
.‫َخاهُ الْ ُم ْسلِ َم‬
َ‫أ‬
Artinya :
Dari Abu Hurairah berkata bahawasanya Rasulullah bersabda:
“Cukuplah seseorang itu dikatakan jelek manakala dia merendahkan
saudaranya (HR. Ibnu Majah).
Di sekolah perilaku bullying merupakan sesuatu yang lumrah terjadi,
yang membuat korbannya menjadi tidak percaya diri, seharusnya hal tersebut
menjadi sebuah perhatian khusus untuk kita semua, maka dari itu perlu
adanya tindakan yang harus segera dilakukakan agar perilaku bullying tidak
lagi terjadi.
Menurut (Priyatna, 2012) bahwa tindakan bullying dapat berupa tindakan
verbal dan fisikal, ini mencakup tindakan menggoda, mengolok-olok dan
menghina keadaan fisik. Lain hal dengan fisikal, ini mencakup tindakan
memukul, mencekik, mendorong dan mengejek. Bullying merupakan sebuah
tindakan yang dapat dilakukakan oleh semua orang yang bisa berakibat
traumatik terhadap korbannya dan biasanya dilakukakan secara berulang
ulang.
Beradasarkan hasil wawancara dengan guru BK, di MA Al-mutawally
terdapat beberapa permasalahan yang berkaitan dengan bullying yang
dilakukakan siswa. Bentuk yang paling umum dari tindakan bullying yang
terdapat di MA Al-Mutawally adalah dalam bentuk verbal dan non verbal,
adapun dalam bentuk verbal yakni berupa ejekan, penyebutan nama yang
tidak sesuai, dan nama-nama lain yang mengakibatkan siswa menjadi minder
dan tidak percaya diri. Sedangkan dalam bentuk non verbal berupa pukulan
menggunakan tangan dengan cara sengaja atau tidak sengaja, namun berefek
pada psikis siswa tersebut. Hal tersebut terjadi karena faktor lingkungan yang
setiap hari bertemu yang kemudian pelaku bullying menganggap hal itu hanya
bercanda, namun berlebihan dan membuat korban bullying tersebut menjadi
minder dan tidak percaya diri.
Berdasarkan hal tersebut jika tidak dibenahi dengan serius maka
ditakutkan tindakan bullying akan terus terjadi, sesuai dengan data
Administrasi di Tata Usaha pada tahun 2019-2020 tepatnya pada awal tahun
ajaran baru, siswa MA Al-Mutawally berjumlah 153 siswa dan pada akhir
tahun menjadi 149 Siswa, di awal tahun ajaran baru 2020-2021 siswa MA Al-
mutawally berjumlah 155 siswa, dan samapai hari ini bulan Juni berjumlah
3

149 siswa. Alasan siswa yang keluar salah satu faktornya yaitu adanya
tindakan bullying, diantara kasus bullying itu menyangkut bullying verbal,
menurut guru BK di MA Al-Mutawally siswa yang keluar ini bernama inisial
“A” alasan “A” ini keluar yaitu karena sering di ejek oleh teman-temannya
dengan sebutan Badak karena merasa tidak tahan dengan perilaku teman-
temannya “A” ini mengeluarkan diri dari sekolah.
Berdasarkan fakta diatas, dapat di simpulkan bahwa tindakan bullying
merupakan tindakan yang dapat merugikan untuk diri sendiri ataupun orang
lain. Upaya dalam mengatasi dan mencegah munculnya masalah tindakan
bullying memerlukan kebijakan yang bersifat menyeluruh. Oleh karena itu,
diperlukan keterlibatan seluruh komponen sekolah mulai dari guru, siswa,
kepala sekolah sampai orang tua murid yang bertujuan adalah untuk dapat
menyadarkan seluruh komponen sekolah tentang bahaya dari tindakan
bullying.
Beberapa hal yang dapat mengurangi tindakan bullying verbal dan non
verbal salah satunya layanan bimbingan dan konseling yaitu konseling
kelompok. Konseling kelompok merupakan hubungan antar pribadi yang
menekankan pada proses berfikir sadar, perasaan- perasaan, dan perilaku-
perilaku anggota untuk meningkatkan kesadaran akan pertumbuhan dan
perkembangan individu yang sehat (Rahmianor & Handayani, 2020)
Menurut (Gerald, 2013) Terapi tingkah laku (konseling behavioral)
merupakan penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang bersumber
dalam berbagai teori tentang belajar. Pemusatan istilah belajar dalam
pengertian ini adalah atas pertimbangan bahwa konselor menolong orang
(konseli) belajar atau memperbaiki perilaku. Konselor berperan membantu
dalam proses pembelajaran menciptakan kondisi yang sebagian rupa sehingga
klien dapat memperbiki perilakunya serta memecahkan masalahnya.
Dalam konseling behavioral terdapat karakteristik dan asumsi mendasar,
yaitu: terapi perilaku didasarkan pada prinsip dan prosedur metode ilmiah,
terapi perilaku berhubungan dengan permasalahan konseli dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, konseli dalam terapi perilaku diharapkan berperan
aktif berkaitan dengan permasalahannya, menekankan keterampilan konseli
dalam mengatur dirinya dengan harapan mereka dapat bertanggung jawab,
ukuran perilaku yang terbentuk adalah perilaku yang nampak dan tidak
nampak, mengidentifikasi permasalahan dan mengevaluasi perubahan,
intervensi perilaku bersifat individual dan menyesuaikan pada permasalahan
khusus yang dialami konseli, kerjasama antara konseli dengan konselor, dan
menekankan aplikasi secara praktis dan konselor bekerja keras untuk
mengembangkan prosedur kultural secara spesifik untuk mendapatkan konseli
yang taat dan kooperatif. Diantara tujuan dan kegunaan konseling behavioral
menurut (Sanyata, 2012) adalah usaha untuk memanfaatkan secara sistematis
4

pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan metode


eksperimen dalam psikologi untuk memahami dan menyembuhkan pola
tingkah laku abnormal.
Dalam pendekatan konseling behavioral terdapat teknik asertif . Menurut
Redd, dkk. Asertif merupakan suatu teknik khusus terapi pendekatan perilaku.
Bruno, menyatakan teknik asertif merupakan salah satu teknik modifikasi
perilaku yang telah diklasifikasi sebagai varian dari psikologi perlaku
(Nursalim, 2013). Kemudian Cawood berpendapat perilaku asertif yaitu
ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari pikiran, perasaan,
kebutuhan, atau hak-hak siswa tanpa kecemasan yang tidak beralasan.
Perilaku siswa dapat menyampaikan pesan di sampaikan dengan lugas dan
wajar, serta tidak menghakimi siswa lain. Jujur berarti berperilaku
menunjukkan semua isyarat pesan cocok artinya kata-kata, gerak-gerik,
perasaan semuanya mengatakan hal yang sama. Sedangkan pada tempatnya
berarti siswa dapat mempertahankan hak-hak dan perasaan-perasaan siswa
lain maupun dirinya sendiri, waktu dan tempatnya (Aziz, 2015).
Dengan memiliki perilaku asertif, peserta didik korban bullying lebih
mudah mengekpresikan diri, terbuka terbuka secara sosial dan emosional,
mencapai tujuan tanpa menghancurkan orang lain, bertanggung jawab, dan
berani mengambil keputusan tanpa rasa cemas. Berdasakan teori di atas maka
pendekatan konseling behavioral dengan tekhnik asertif efektif dalam
mengatasi korban bullying.
Dalam hal ini penelitian tindakan bullying di MA Al-Mutawally belum
pernah ada yang menggunakan konseling kelompok dengan menggunakan
pendekatan behavioral dengan teknik asertif maka peneliti dalam hal ini
menggunakan pendekatan behavioral teknik asertif untuk mengatasi tindakan
bullying di MA Al-Mutawally
Melihat fenomena tindakan bullying yang terjadi di MA Al-Mutawally
membuat peneliti tertarik melakukan penelitian di MA Al-Mutawally hal itu
karena jika tindakan bullying tidak segera di selesaikan di takutkan tindakan
bullying akan semakin meningkat.
Dari berbagai hal-hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukakan
penelitian yang berjudul “Efektivitas Konseling Kelompok Dengan
Pendekatan Behavioral Teknik Asertif Untuk Menangani Siswa Korban
Bullying Di MA Al-Mutawally Kuningan”.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat identifikasi masalah berikut
ini :
1. Tingginya kasus bullying yang terjadi di beberapa sekolah serta
kurangnya penanganan khusus.
5

2. Meningkatnya kasus bullying verbal di sekolah MA Al-Mutawally


3. Belum terdapat pendekatan yang di terapkan untuk mengantisipasi
masalah bullying.
C. PEMBATASAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini membatasi masalah
pada :
1. Kasus bullying yang terjadi di MA Al-Mutawally bersifat verbal
2. Penerapan pendekatan konseling Behavioral untuk mengatasi korban
bullying yang belum pernah dilakukan di sekolah tersebut.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah
berikut ini:
1. Seberapa tinggi kasus bullying kelas kontrol dan kelas eksperimen di MA
Al-Mutawally berdasarkan hasil pre-test?
2. Seberapa tinggi kasus bullying kelas eksperimen di MA Al-Mutawally
berdasarkan hasil post-test?
3. Apakah terdapat perbedaan konseling kelompok untuk menangani siswa
korban bullying di kelas kontrol dan eksperimen MA Al-Mutawally?`
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti mempunyai tujuan penelitian
yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Seberapa tinggi kasus bullying kelas kontrol dan kelas
eksperimen di MA Al-Mutawally berdasarkan hasil pre-test.
2. Untuk mengetahui seberapa tinggi kasus bullying kelas eksperimen di
MA Al-Mutawally berdasarkan hasil post-test.
3. Untuk mengetahui Seberapa tinggi efektifitas konseling kelompok
pendekatan behavioral teknik asertif terhadap kasus bullying di sekolah
MA Al-Mutawally.
F. MANFAAT PENELITIAN
Berdasarkan tujuan masalah, manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat secara teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada
para pembaca, peserta didik, mahasiswa, guru dan peneliti sendiri
mengenai pendekatan konseling behavioral dalam menangani korban
Bullying.
2. Manfaat secara Praktis
a. Dapat memberikan kontribusi untuk melakukan evaluasi konseling di
sekolah.
6

b. Menjadi bahan pertimbangan bagi guru BK untuk menerapkan


penelitian ini dalam mengatasi kasus bullying
c. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi untuk
memudahkan peneliti lainnya mengenai masalah yang serupa, yakni
tentang pendekatan konseling islam dalam menangani korban
bullying.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Konseling Kelompok
a. Pengertian Konseling Kelompok
Secara etimologi konseling berasal dari bahasa latin yaitu
“consllium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai
dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-
Sexon, Istilah konseling berasal dari “Sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau menyampaikan (Prayitno, 2009).
Menurut (Corey, 2015) konseling kelompok merupakan suatu
layanan yang dapat mencegah atau memperbaiki baik pada bidang
pribadi, sosial belajar ataupun karir. Konseling kelompok menekankan
pada komunikasi interpersonal yang melibatkan pikiran, perasaan dan
perilaku dan menfokuskan paa saat ini dan sekarang. Konseling
kelompok berorientasi pada masalah dan anggota kelompok sebagaian
besar dipengaruhi oleh isi dan tujuan mereka.
Sedangkan menurut Sunawan dalam jurnal (Marjanti, 2015)
mengemukakan bahwa layanan konseling kelompok adalah layanan
yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan
masalah pribadi melalui dinamaika kelompok.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling
kelompok ialah bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, kemudian diarahkan pada
pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
b. Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan umum dari konseling kelompok ialah mengembangkan
kepribadian peserta didik dalam mengembangkan kemampuan sosial,
komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, serta dapat memecahkan
masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus
dari konseling kelompok, adalah:
a. Topik yang mengandung pembahasan masalah aktual, hangat,
serta menarik perhatian anggota kelompok.
b. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap
yang terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi /
komunikasi.

7
8

c. Ditemukannya jalan keluar dari masalah peserta didik yang


bersangkutan serta memperolehnya imbasan pemecahan masalah
bagi peserta konseling kelompok yang lain. Peserta didik dapat
mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan
emosi.
Winkel dalam jurnal skripsi (Azzahra, 2020) menjelaskan bahwa
tujuan konseling kelompok adalah:
1. Masing-masing dari konseli memahami dirinya dengan baik;
2. Konseli mengembangkan kemampuan komunikasi antara satu
sama lain sehingga mereka dapat saling memberikan bantuan
dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang sesuai
dengan fase perkembangannya;
3. Konseli mendapatkan kemampuan dalam mengatur dirinya
sendiri serta mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam
kontak antarpribadi di dalam kelompok yang kemudian juga
dalam kehidupan sehari-hari di luar lingkungan kelompoknya;
4. Konseli menjadi lebih tanggap terhadap orang lain dan lebih
mampu menghayati perasaan orang lain;
5. Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin
mereka capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang
lebih konstruktif;
6. Konseli menyadari makna dari kehidupan manusia sebagai
kehidupan bersama, mengandung tuntutan menerima orang lain
dan harapan akan diterima oleh orang lain;
7. Masing-masing konseli semakin menyadari akan hal-hal yang
memprihatinkan bagi dirinya dan juga menimbulkan rasa prihatin
dalam hati orang lain;
8. Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota
kelompok dengan terbuka, saling menghargai dan saling
menaruh perhatian.
Dapat disimpulkan dari uraian diatas bahwa tujuan layanan
konseling kelompok ialah berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi,
wawasan, sikap, kemampuan untuk berkomunikasi serta bersosialisasi
dengan sesama anggota kelompok dan terpecahkannya masalah anggota
kelompok sehingga dalam hal ini anggota kelompok dapat berkembang
secara optimal.
c. Pembentukan Kelompok
Ada beberapa hal yang dilakukan agar antar anggota kelompok
dapat bekerja sama dengan baik, diantaranya :
a. Memilih anggota kelompok
Peranan anggota kelompok dijabarkan sebagai berikut :
9

Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungannya


dengan antar anggota kelompok, mencurahkan sepenuh perasaan
dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok, membantu
tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik, ikut aktif dalam kegiatan konseling kelompok, mampu
berkomunikasi secara terbuka, berupaya membantu orang lain,
dan memeberikan kesempatan kepada orang lain untuk
menjalankan perannya.
b. Jumlah Peserta
Corey menyebutkan anggota konseling kelompok berjumlah
antara 6-10 orang setiap kelompoknya, dalam konseling
kelompok fungsi pengentasan lebih ditekankan dan banyak
sedikit jumlah anggota kelompok bergantung pada umur klien,
tipe atau macam kelompok, pengalaman konselor, dan
permasalahan yang akan dicari solusinya.
c. Frekuensi dan lama pertemuan
Dalam konseling kelompok menurut Corey frekuensi dan
lamanya pertemuan tergantung dari tipe kelompok dan kesediaan
setiap para ahli konselornya. Biasanya dilakukan satu kali dalam
seminggu dan berlangsung selama dua jam
d. Jangka waktu pertemuan kelompok
Menurut Corey usaha dalam membantu mengurangi masalah
pada situasi mendesak seperti jalan keluar, konselor akan
membuat jadwal satu minggu sekali pertemuan selama 90
menit.(Corey, 2015).
e. Tempat pertemuan
Setting atau tata letak ruang dalam konseling kelompok di setting
saling berhadapan sehingga akan membantu suasana
kekompakan angotanya. Selain itu kegiatan konseling kelompok
dapat dilakukan diluar ruangan terbuka seperti taman, dan lain-
lain.
f. Kelompok terbuka atau kelompok tertutup
Dalam sesi awal konseling perlu ditentukan penentuan kelompok
terbuka atau tertutup konseling dan telah disetujui oleh para
peserta anggota kelompok. Kelompok terbuka merupakan suatu
kelompok yang secara tanggapan akan perubahan dan
pembaharuan. Sedangkan kelompok tertutup yaitu kecil
kemungkinan menerima perubahan dan pembaharuan, atau
mempunyai kecenderungan tetap menjaga kestabilan dalam
konseling.
g. Kehadiran anggota kelompok
Untuk mengetahui proses konseling berjalan dengan lancar,
setiap konselor perlu mempunyai komitmen dan rasa tanggung
10

jawab yang tinggi terhadap kelompoknya. Dalam hal ini,


konselor dihaharuskan hadir dalam sesi yang dijalankan dalam
konseling kelompok.
h. Sukarela atau terpaksa
Dalam konseling kelompok konselor harus secara sukarela dalam
membantu permasalahan klien. Untuk mendapatkan pengalaman
yang berkesan dalam konseling kelompok, seorang konselor
harus mempunyai motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan
permasalahan kelompoknya (Prayitno, 2009).
d. Tahapan Dalam Konseling Kelompok
Prayito dalam jurnal skripsi (Hermansyah, 2017) layanan konseling
kelompok memiliki empat tahapan, yaitu :
a. Tahap Pembentukan
Tahap pembentukan adalah tahap pengenalan dan tahap
perlibatan di awal. Pada tahap ini merupakan tahap yang sangat
penting karena sebagai dasar pembentukan dinamika kelompok.
Dalam tahapan ini pemimpin kelompok harus menjelaskan
pengertian layanan konseling kelompok, tujuan, tata cara dan
asas-asas Konseling kelompok. Selain itu pengenalan antar
sesama anggota kelompok maupun pengenalan anggota
kelompok dengan pemimpin kelompok juga dilakukan pada
tahapan ini.
b. Tahap peralihan
Tahap peralihan merupakan tahap tentang kegiatan apa yang
akan dilakukan selanjutnya dalam konseling kelompok,
menjelaskan jenis kelompok (kelompok tugas atau bebas),
menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya, membahas suasana
yang terjadi dan meningkatkan kemampuan keikutsertaan
anggota.
c. Tahap kegiatan
Tahap kegiatan ini adalah tahap inti dari prososes layanan
konseling kelompok, pada tahap ketiga ini, hubungan antar
anggota kelompok tumbuh dengan baik. Saling tukar pengalaman
satu sama lain dalam bidang suasana perasaan yang terjadi,
pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri berlangsung dengan
secara baik.
d. Tahap pengakhiran
Pemimpin kelompok pada tahapan ini mengemukakan bahwa
kegiatan akan segera diakhiri, meminta kepada para anggota
kelompok untuk mencurahkan perasaan tentang kegiatan yang
sudah dijalani, serta membahas kegiatan lanjutan. Pemimpin
11

kelompok dalam tahap ini tetap mengusahakan suasana hangat,


bebas dan terbuka, memberikan sebuah pernyataan dan
mengucapkan terima kasih atas keikutsertaan anggota,
memberikan semangat dalam kegiatan yang akan datang dan
penuh rasa persahabatan.
2. Konseling Behavioral
a. Pengertian Konseling Behavioral
Menurut (Latipun, 2014) konseling behavioral merupakan konseling
yang berfokus pada perubahan perilaku. Terapi tingkah laku merupakan
penerapan aneka ragam, teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai
teori mengenai belajar. Menurut pendapat lain Pendekatan behavioral
berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar
tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar. Selanjutnya tingkah
laku lama diganti dengan tingkah laku baru, karena manusia dipandang
berpotensi berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah (Gantina &
Wahyuni, 2011). Senada dengan (Corey, 2015) Terapi ini melibatkan
implementasi yang sistematis prinsip-prinsip belajar pada pengubahan
tingkah laku ke arah cara-cara yang lebih adaptif”. Berdasarkan beberapa
teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa konseling behavioral
merupakan implementasi konseling yang bertujuan untuk memperbaiki
perilaku seseorang dengan cara yang sistematis.
Alasan penggunaan konseling ini ialah dengan menggunakan
konseling behavioral, akan mempengaruhi pola pikir seorang peserta
didik untuk tidak melakukan tindakan bullying yang akan menghambat
proses belajar di kelas. Perilaku tersebut dapat merugikan diri sendiri dan
juga orang lain. Apabila cara berfikir peserta didik dapat diubah untuk
tidak melakukan tindakan bullying, selanjutnya akan berpengaruh pada
perilaku peserta didik untuk melakukan sebuah tindakan yang
mendukung dalam proses belajar mengajar.
b. Karakteristik Konseling Behavioral
Karakteristik konseling behavioral merupakan pemfokusan
perhatian pada perilaku yang tampak dan spesifik, kecermatan dan
penguraian tujuan-tujuan treatment, perumusan prosedur treatment yang
spesifik dan sesuai dengan masalah, penafsiran obyektif atas hasil terapi
(Corey, 2015). Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu
pada hakikatnya adalah perilaku. Perilaku dibentuk berdasarkan hasil
dari segenap pengalamanya berupa interaksi individu dengan lingkungan
sekitarnya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari
pengalaman, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Untuk itu
memahami kepribadian individu tidak lain adalah perilakunya yang
12

tampak (Kumalasari, 2017). Berdasarkan penjelasan di atas dapat


dipahami bahwa perilaku merupakan bagian dari kepribadian manusia
yang terbentuk oleh pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan.
c. Konsep Dasar Konseling Behavioral
Konsep dasar teori Behavioristik yang dikembangkan oleh Skiner &
Ziegler, pandangan tentang manusia:
1. menyatakan bahawa perilaku manusia pada dasarnya sangat
tergantung pada faktor internal seperti sifat dan lain – lain
kemudian perilaku yang dimiliki manusia adalah sebagai hasil
dari pengkondisian lingkungan dimana manusia berada; dan
2. manusia sehat / menyimpang tidak ada batasan yang jelas
mengenai pribadi yang sehat atau tidak sehat. (Aqib, 2012).
d. Tahap-tahap Konseling Behavioral
Rosjidan dalam gantina menyatakan bahwa dalam konseling
Behavioral terdapat empat tahap diantaranya : melakukan asesmen
(asessment), Menentukan tujuan (goal-setting), mengimplementasikan
teknik (technique-implementation), dan evaluasi dan mengakhiri
konseling (evaluation termination).
a. Assesment
Tujuan dari assesment adalah untuk memperkirakan apa yang
dibuat klien waktu itu. Konselor menolong klien untuk
mengemukakan keadaan yang benar-benar dialami waktu itu.
b. Goal setting
berdasarkan informasi yang dikumpulkam kemudian di analisis.
Konselor dan klien merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam
konseling.
c. Technique Imlementation
Yaitu menentukan strategi belajar yang akan dipakai dalam
mencapai tingkah laku yang akan diubah
d. Evaluation-termination
Evaluasi dapat digunakan untuk melihat apa yang telah diperbuat
oleh klien. Apakah konseling efektif dan apakah teknik yang
digunakan dalam konseling cocok atau tidak. Jika konseling telah
selesai maka masuk dalam tahap terminasi yaitu berenti untuk
melihat apakah klien bertindak tepat. (Gantina & Wahyuni,
2011).
e. Tujuan Konseling Behavioral
Tujuan konseling behavioral adalah untuk menolong klien
membuang respon - respon lama yang merusak diri, serta mempelajari
respon - respon baru yang lebih sehat. Terapi menurut (Corey, 2015)
ditandai oleh:
13

a. Berfokus pada perilaku tampak dan spesifik;


b. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan terapeutik;
c. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai masalah
klien;
d. Penaksiran objektif atas tujuan terapeutik.
Sedangkan menurut (Corey, 2015) menyatakan bahwa tujuan
konseling behavioral adalah :
a. Menolong klien untuk lebih asertif dan mengekpresikan pikiran
dan hasratnya dalam situasi yang membangkitkan tingkah laku
asertif
b. Menolong klien dalam menghapus ketakutan-ketakutan yang
tidak realistis yang menghambat diri klien dan keterlibatan dalam
peristiwa sosial
c. Menolong klien dalam menghilangkan konflik batin yang dapat
menghambat klien dari pengambilan keputusan yang penting
dalam kehidupanya.
f. Teknik-teknik Konseling Behavioral
Terapi perilaku sangat berbeda dengan pendektan-pendektan
konseling yang lain. Terapi behavioral menurut (Corey, 2015) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a) Pemusatan perhatian kepada tingkah laku
b) Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment yang
spesifik dan sesuai dengan masalah
c) Perumusan prosedur treatment, treatment yang spesifik dan
sesuai dengan masalah
d) penaksiran objektif atas hasil terapi.
Dalam proses konseling behavioral terdapat teknik-teknik yang
dipakai dalam membantu memecahkan permasalahan klien. Beberapa
teknik yang dipergunakan dalam pendekatan behavioristik adalah
sebagai berikut:
1. Teknik Modeling
Teknik ini merupakan teknik yang dilakukan oleh konselor
kepada klien. Yang menyatakan bahwa semua pengalaman
secara langsung yang di dapat dari hasil belajar dapat dengan
cara melakuakan pengamatan secara langsung atau tidak
langsung secara objek .
2. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah kembalinya otot keadaan istirahat setelah
kontraksi, teknik ini ialah suatu bentuk terapi yang dilakukan
konselor untuk menekankan pada klien tentang bagaimana
releks.
14

3. Teknik disensitisasi sistematik


Teknik ini ialah perpaduan beberapa teknik seperti, memikirkan
sesuatu, menenangkan diri dan membayangkan sesuatu. Konselor
dalam hal ini berusaha untuk menanggulangi ketakutan dan
kecemasan yang di hadapi klien.
4. Teknik asertif
Teknik ini merupaka teknik yang sangat efektif jika dipakai
unrtuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan
rasa percaya diri, pengungkapkan diri atau ketegasan diri (Aqib,
2012).
3. Teknik Asertif
a. Pengertian Teknik Asertif
Dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa pendekatan
dengan berbagai macam tekniknya salah satunya yaitu pendekatan
behavioral dengan tekniknya yaitu asertif. Asertif adalah salah satu
pendekatan perilaku untuk meningkatkan perilaku asertif dan mengubah
perilaku buruk menjadi perilaku yang lebih baik.
Menurut Corey teknik asertif adalah teknik konseling behavior yang
bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana
individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa
menyatakan atau menegaskan diri merupakan tindakan yang layak atau
benar (Dani et al., 2013). Senada dengan pendapat Hartono dalam yang
menyatakan bahwa teknik asertif adalah teknik yang seringkali
digunakan oleh pengikut aliran behavioristik. Teknik ini sangat efektif
jika dipakai untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan
dengan percaya diri, pengungkapan diri atau ketegasan diri (Hartono,
2015). Sedangkan Zastrow mengemukakan bahwa, teknik asertif
dirancang untuk membimbing manusia menyatakan, merasa dan
bertindak pada asumsi bahwa mereka memiliki hak untuk menjadi
dirinya sendiri dan untuk mengekspresikan perasaan secara bebas (Devi,
2021).
b. Macam – Macam Teknik Asertif
Menurut (Gerald, 2013) Teknik asertif terbagi beberapa macam :
1. Teknik asertif penolakan, bila seseorang tidak dapat mengatakan
tidak terhadap hal-hal yang memang tidak dikehendaki atau
disukai, maka itu berarti sesorang mulai kehilangan kendali atas
kehidupan pribadinya, mereka akan diatur oleh permintaan-
permintaan orang lain atas dirinya. Kondisi ini sering kali
membuat orang yang bersangkutan merasa mendongkol, dan
serba salah. Melihat akibatnya, kemampuan berkata tidak ini
15

perlu dimiliki oleh tiap orang. Karena dengan berani dan mampu
berkata tidak, orang tersebut telah mengatakan perasaan yang
sesungguhnya dan jujur baik pada diri sendiri dan orang lain.
2. Teknik asertif permintaan, sebagai makhluk bersosial, seseorang
akan selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Dalam interaksi itu
tidak jarang mereka saling membutuhkan pertolongan orang lain.
Ada yang mendapatkan pertolongan tersebut, ada juga yang
tidak. Tampaknya, terpenuhi tidaknya permintaan tersebut
ditentukan oleh cara seseorang memintanya.
3. Teknik asertif menerima pujian, salah satu hal yang dapat
menggambarkan sejauh mana sesorang menghargai dirinya
adalah ketika ia menerima pujian dari orang lain atau bagaimana
respons spontannya terhadap keberhasilan dan kelebihan orang
lain. Pada kenyataannya, memberi pujian dengan tepat dan
penting dilakukan. Karena menyatakan dengan tepat hal yang
dipujikan atas kita akan mempengaruhi penerimaan orang lain
terhadap kita. Hal tersebut bisa mengungkapkan tingkat
kepercayaan kita akan orang lain.
4. Teknik asertif kemarahan, menunjukkan kemarahan, kejengkelan
ataupun ketidak puasan dengan tepat, sering kali menjadikan
seseorang lepas kendali. Orang tersebut emosional dan kelihatan
tidak resional bahkan secara fisik kelihatan tidak menarik.
Karena terlalu emosi, kadang-kadang hal yang menyebabkan
seseorang marah menjadi tidak spesifik dan seseorang cenderung
asal melepaskan emosi. Ahirnya yang membuatnya tidak puas,
terabaikan. Orang lainpun tidak tahu,bisa jadi lain hari akan
terulang lagi pengalaman serupa. Semua karena seseorang yang
bersangkutan tidak mampu mengungkapkan secara jujur dan
tepat hal yang membuatnya marah.
c. Kegunaan Teknik asertif
Wills dalam Ani Prastiwi mengemukakan bahwa teknik asertif
merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitik beratkan
pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak
sesuai dalam menyatakannya. Teknik asertif merupakan suatu teknik
untuk membantu konseli dalam hal-hal berikut:
1. Tidak dapat menyatakan kemarahan atau kejengkelannya
2. Mereka yang sopan berlebihan dan membiarkan orang lain
mengambil keuntungannya
3. Mereka yang mengalami kesulitan berkata “tidak” d. Mereka
yang suka menyatakan cinta dan respon positif lainnya
4. Mereka yang merasakan tidak punya hak untuk menyatakan
pendapat dan fikirannya.31 Dari uraian diatas dapat ditarik
16

kesimpulan bahwa teknik Asertive Training yang mengalami


kesulitan dalam mengungkapkan perasaan sesuai dengan
keinginannya sendiri dengan percaya diri, sehingga mengalami
masalah dalam komunikasi interpersonal dan orang lain.
d. Tujuan Teknik Asertif
Dalam pelaksanaan teknik assertif memiliki beberapa tujuan
yang akan dicapai. Joyce dan Weil berpendapat bahwa tujuan dari
teknik assertif adalah : (a) mengembangkan ekspresi perasaan baik
yang positif maupun negatif; (b)mengekspresikan perasaan -
perasann kontradiktif; dan (c) mengembangkan perilaku atas dasar
prakara sendiri. Lazarus juga mengemukakan bahwa teknik asertif
bertujuan untuk meningkatkan 4 kemampuan interpersonal,
diantaranya: (l) menyatakan tidak; (2) membuat permimaan; (3)
mengekspresikan perasaan baik yang negatif maupun positif; dan (4)
membuka dan mengakhiri percakapan (Hartono, 2015).
Dari uraian diatas, tujuan dari teknik asertif ini adalah untuk
melatih seseorang agar dapat mengungkapkan atau mengemukakan
perasaannya dan menyesuaikan diri tanpa ada rasa cemas. Karena
pada dasarnya setiap individu memiliki hak untuk mengungkapkan
perasaan, pendapat, serta bersikap terhadap orang lain namun tetap
menghargai hak-hak orang tersebut untuk menghindari
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.
e. Proses Teknik Asertif
langkah-langkah dalam strategi teknik asertif adalah sebagai
berikut :
1. Rasional Strategi
Konselor memberikan rasional / menjelaskan maksud
penggunaan strategi. Konselor memberikan overview tahapan-
tahapan implementas strategi.
2. Identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan.
konselor meminta konseli menceritakan secara terbuka
permasalahan yang dihadapi dan sesuatu yang dilakukan atau
dipikirkan pada saat permasalahan timbul.
3. Membedakan perilaku asertif dan tidak asertif serta
mengeksplorasi target.
konselor dan konseli membedakan perilaku asertif dan perilaku
tidak asertif serta menentukan perubahan perilaku yang
diharapkan. Yaitu konselor dan konseli membedakan perilaku
asertif dan perilaku tidak asertif serta menentukan perubahan
perilaku yang diharapkan.
17

4. Bermain Peran
pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang
lebih baik. Konseli bermain peran sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi. Konselor member umpan balik secara verbal,
pemberian model perilaku yang lebih baik, pemberian penguat
positif dan penghargaan.
Seperti telah dipaparkan atau dijelaskan di atas bahwa konseling
behavioral bertujuan menolong klien untuk lebih asertif dan
mengekpresikan pikiran dan hasratnya dalam situasi yang
membangkitkan tingkah laku asertif, maka dari itu konseling behavioral
dengan teknik asertif dirasa dapat membantu korban bullying dalam
mengatasi permasalahannya.
3. Bullying
a. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari Bahasa Inggris yaitu “bully” yang berarti
menggertak atau menggangu. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully yaitu penggertak, orang yang mengganggu seseorang lemah.
Sejiwa yang menyampaikan bahwa bullying merupakan situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan,
memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan
sengaja secara berulang-ulang, untuk memperlihatkan kekuasaannya.
Karena korban lemah secara fisik atau mental korbanpun tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri (Nasir, 2018). Bullying
adalah tindakan yang agresif, merugikan dan dapat mengakibatkan
sebuah ketidak nyamanan dan trauma bagi korban. Menurut (Swearer et
al., 2010) korban bullying akan merasakan sakit secara fisik dan psikis,
akan menghindari sekolah, nilai akademik menurun, rasa takut yang
tinggi, rasa kecemasan meningkat, dan muncul sebuah keinginan untuk
bunuh diri.
Menurut Olweus bullying adalah masalah psikososial yaitu
menghina dan merendahkan seseorang cara berulang-ulang dengan
berdampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban (Kusumasari
Kartika Hima, Dkk (2019), n.d.)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang ulang, dilakukan dengan sadar dan secara sengaja yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat ketidak
seimbangan kekuatan dan kekuasaan.
18

b. Jenis Bullying
Menurut Cloroso bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk
tindakan :
a. Bullying secara fisik
Jenis bullying secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
mencakar, serta meludahi anak yang tertidas ke posisi yang
menyakitkan, dan merusak serta menghancurkan pakaian serta
barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat sang
penindas, akan semakin berbahaya, bahkan walaupun tidak
dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
b. Bullying secara verbal
Kekerasan verbal merupakan bentuk penindasan yang paling
umum dilakukan, kekerasan tersebut bisa dilakukan oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah
dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi. Dalam penindasan secara verbal
dapat dilakukan di taman bermain bercampur dengan hingar
bingar yang terdengar oleh orang lain.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu,
penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar.
c. Bullying secara relasioanal
Bullying Relasioanal merupakan jenis bullying paling sulit
dideteksi dari luar. Penindasan relasional ialah pelemahan harga
diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar
gosip itu, tetapi tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak
seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa
tubuh yang kasar (Radhiah, 2020b).
19

c. Dampak Bullying
Dampak dari korban bullying adalah biasanya korban akan
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological wel-being) korban akan
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga,
penyesuaian sosial yang buruk, dimana korban merasa takut ke sekolah
bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dalam belajar bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari
pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman
(Wiyani, 2012).
Tindakan bullying akan memperoleh dampak yang buruk bagi
korban dan sangat membahayakan terutama dalam keberlangsungan
belajar siswa di sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bahkan bukan hanya di sekolah di lingkungan
masyarakat bullying juga ikut andil dalam penyebab tindakan kriminal.
Dalam hal ini semua pihak ikut menaggung dampak buruk bullying,
bukan hanya korban bahkan pelaku dan siswa yang melihat kejadian
bullying dapat memiliki dampak yang buruk. Terlebih jika tindakan
bullying dilakukan dengan terus menerus tentu akan menimbulkan efek
yang tidak baik (Prahardika, 2014).
Dampak dari tindakan bullying yang begitu besar terhadap
kenyamanan dan keberlangsungan hidup setiap individu maka jauh-jauh
hari Allah SWT telah memperingati akan hal tersebut dalam Al-Qur’an,
yang berisi sebagai berikut :
ْ ۤ ْ ‫َّن َوهام‬
َ َ ‫َن‬ ْ ‫َس ٰخاَّا َ ََُّيِذ ْك َانهْ َا ا‬ ‫ع‬ ْ ‫َٰياُّيهَ اااََِّذ ْيُّيَ ا َ ّٰ انوْه َا ا‬
‫َوا ا َن اخا مء ن‬
‫َّخ َيه ً ن ْ َ ا‬ ََ ‫َن َ َواه َا ا‬ ‫َّ ا َُّيا َخ ار َ َواه َام ن‬
ْ ‫َس ٰخاَّا َ َُّيِذ ْك ِذ ا‬ ‫ۤع‬
َ‫ابۚ َبَْئ ا‬
َ‫س‬ َْ ‫َِّب َ ااَ اق‬
ْ ‫َوا ا َتاهوااباه ْزَو‬ ْ
‫َّن َوه ْا ِذَۚ َ اواَ ا َتاهلَه ْۤزََوَّّانَه ْف اخ ْك َم ا‬ ‫َخ َيه ً ن‬ ‫نْ اخاء ا‬
١١ َ‫كَ ْه َْمََّ ٰظنَلْ ْه ََا ا‬ َْ ‫ّ ْ ا َسمَّ َ ْفخا ْقَبه َع اد‬
ََ ْ‫َّ ا َْياا ََْۚ اوان َََ ِذَّلََُّياهت‬
َ‫بَفااْ ٰوَ ِٕى ا‬ ‫ْ َْ ا‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim (Q.S.Al
Hujurat:11”).
20

d. Faktor yang mempengaruhi bullying


Bullying merupakan suatau tindakan yang bukanlah kejadian yang
kebetulan terjadi, melainkan dihasilkan oleh beberapa faktor seperti
faktor sosial, budaya dan ekonomi. Biasanya tindakan bullying
dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih kuat, lebih berkuasa, dan
merasa dirinya lebih terhormat untuk menindas pihak lain untuk
memperoleh keuntungan tertentu. Ada tiga faktor yang dapat
menyebabkan perilaku bullying :
a. Hubungan keluarga
Anak akan meniru perilaku anggota keluarganya yang dia lihat
sehari-hari sehingga menjadi perilaku yang ia anut ( hasil dari
imitasi). Jika anak dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi
kekerasan atau tindakan bullying, maka anak akan mempelajari
bahwa tindakan bullying merupakan suatau perilaku yang bisa
diterima dalam membina suatu hubungan atau dalam mencapai
apa yang di inginkannya . Kemudian ia meniru perilaku bullying
tersebut. Orang tua di rumah yang tipe nya suka memaki,
mebandingkan atau melakukan kekerasan fisik merupakan salah
satu faktor anak akan melakukan tindakan bullying.
b. Teman sebaya
Teman sebaya merupakan salah satu faktor besar dari tindakan
bullying pada remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang
memberikan pengaruh negatif dengan menyebarkan ide (baik
secara aktif ataupun pasif) bahwa tindakan bullying bukanlah
suatu masalah besar dan suatau hal yang wajar untuk dilakukan.
Pada masa remaja memiliki keinginan untuk tidak lagi
bergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan
rasa aman dari kelompok temannya. Bullying terjadi adanya
tuntutan pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan
tingkah laku mereka agar sesuai dengan lingkungannya.
c. Pengaruh media
Hasil dari survey yang dilakukan oleh kompas terhadap pengaruh
media pada perilaku anak menunjukan bahwa anak meniru
adegan-adegan film (Agdiyani, 2018).
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Untuk mengetahui sejauh mana keabsahan dan faktualnya penelitian ini,
maka peneliti melakukakan kajian pustaka / Hasil penelitian yang relevan dari
peneliti-peneliti sebelumnya. Berkaitan dengan permasalahan yang di angkat
peneliti belum ada kesamaan tentang pembahasan peneliti terdahulu, dari
situlah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai judul “Efektivitas Konseling
Kelompok Dengan Pendekatan Behavioral Teknik Asertif Untuk Menangani
Siswa Korban Bullying Di MA Al-Mutawally Kuningan”
21

Adapun peneliti-peneliti terdahulu yang berkaitan dengan


Perundungan/Bullying adalah :
1. (Aziz, 2015) dengan jurnal penelitian “Efektivitas Pelatihan Asertivitas
untuk Meningkatkan Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying di SMPN
1 Jombang – Jember Tahun 2015”. Dalam penelitiannya menggunakan
pendekatan kuantitatif. Adapun tekhnik pengumpulan data yang di
gunakan yaitu dengan menggunakan skala perilaku asertif.
Untuk persamaan pada sebuah penelitiannya (Aziz, 2015) dengan
peneliti yaitu membahas korban bullying. Hasil pada penelitiannya
adalah bahwa pelatihan asertivitas efektif untuk meningkatkan
perilaku asertif siswa korban bullying di SMPN 1 Jombang.
Untuk perbedaanya pada sebuah penelitiannya (Aziz, 2015) dengan
peniliti ialah dari segi lokasi kemudian waktu penelitian itu berbeda.
2. (Asiah & Siregar, 2017) Dengan Jurnal penelitiannya “Pengaruh
Layanan Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Terhadap
Perilaku Bullying Verbal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Percut Sei
Tuan Tahun 2017“. Dalam skripsinya penelitiannya menggunakan
pendekatan kuantitatif, dengan membahas “Pengaruh Layanan
Konseling Kelompok Teknik Assertive Training Terhadap Perilaku
Bullying Verbal“. Untuk lokasi penelitianya yaitu dilaksanakan di SMP
Negeri 2 Percut Sei Tuan Tahun 2017. Adapun tekhnik pengumpulan
datanya yaitu dengan menggunakan tekhnik angket / Kuesioner.
Untuk persamaan pada sebuah penelitiannya (Asiah & Siregar, 2017)
dengan peneliti yaitu meneliti tentang bullying. Adapun hasil dari
penelitiannya adalah adanya pengaruh pemberian layanan bimbingan
kelompok teknik assertif training terhadap kecemasan perilaku bullying
verbal siswa kelas VIII-2 SMP Negeri 2 Percut Sei Tuan.
Untuk perbedaanya pada sebuah penelitiannya (Asiah & Siregar, 2017)
dengan peneliti ialah dari segi lokasi, waktu, dan tempat.
3. (Andini et al., 2019) dengan jurnal penelitiannya “Pengaruh Konseling
Kelompok Model Spicc Dengan Teknik Bermain Peran Terhadap
Peningkatan Perilaku Asertif Korban Bullying Tahun 2019”.
Dalam skripsinya penelitiannya menggunakan pendekatan kuantitatif,
dengan membahas pengaruh konseling kelompok model spicc dengan
teknik bermain peran terhadap peningkatan perilaku asertif korban
bullying. Adapun tekhnik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan
tekhnik angket / kuesioner.
Untuk persamaan pada sebuah penelitian (Andini et al., 2019) dengan
peneliti adalah dalam penelitiannya menggunakan tekhnik asertif.
Adapun hasil dari penelitiannya adalah konseling kelompok model
SPICC (Sequentially Planned Integrative Counselling For Children)
dengan teknik bermain peran mempunyai pengaruh dalam membantu
22

meningkatkan perilaku asertif korban bullying siswa kelas XI di SMK


Negeri 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2015/2016.
Untuk perbedaan pada sebuah penilitian (Andini et al., 2019) dengan
peneliti ialah peneliti tidak meneliti di SMKN 1 Katumbahan dan dari
segi waktupun berbeda.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berfikir dalam penelitian ini adalah seorang peserta didik
seharusnya mendapatkan ilmu atau pelajaran yang baik dan penuh dengan
rasa aman tanpa ada penghalang (bullying) dari ligkungannya. Menurut
(Ambarjaya, 2012), menyatakan bahwa pendidikan harus memberikan
pengaruh yang komprehensif dan signifikan terhadap kepribadian manusia.
Kemajuan suatu masyarakat dalam tatanan bangsa yang sedang berkembang
sangat bergantung penuh pada mutu pendidikan. Oleh karena itu peserta didik
harus mendapatkan rasa aman dalam mendapatkan pembelajaran di sekolah,
guna tercapainya hal tersebut. Namun kenyataannya di lapangan masih
banyak tindakan bullying, hal tersebut tentunya sangat merugikan peserta
didik dalam mencapai kemajuan suatu masyrakat dalam tatanan bangsa yang
sedang berkembang. Dalam hal, ini tentunya harus menjadi perhatian bagi
para pendidik dan orang tua.
Bullying merupakan tindakan intimidasi yang dilakukan seseorang atau
kelompok secara sengaja dan berusaha untuk menyakiti korban secara
emosional atau fisik. Bullying terjadi secara berulang-ulang dari waktu ke
waktu. Kekuasaan merupakan bagian penting dari tindakan bullying dan
mencoba untuk mendapatkan kekuasaan dan kontrol dari peserta didik lain.
Umumnya peserta didik yang mengalami tindakan bullying merupakan
peserta didik yang mempunyai tingkat asertivitas yang rendah, Terdapat
empat factor penting yang memotivasi bullying: a) Kebutuhan untuk merasa
kuat dan mengendalikan orang lain, b) pengalaman di rumah yang mengarah
ke pengganggu, c) ingin menyakiti orang lain, d) Manfaat potensial untuk
mendapatkan uang seseorang atau membuat dia melakukan sesuatu
(Arumsari, 2017).
Oleh karena itu diperlukan keberanian dari korban bullying untuk dapat
melindungi dirinya sendiri dengan mempunyai perilaku asertif. Perilaku
asertif sebagai perilaku yang dapat membela kepentingan pribadi,
mengekspresikan perasaan dan pikiran baik positif maupun negatif secara
jujur secara langsung dan tanpa mengurangi hak - hak atau kepentingan orang
lain (Nursalim, 2013).
Perilaku asertif merupakan suatu perilaku verbal dan nonverbal yang
mengekspresikan penghargaan, hak dan kepentingan baik pribadi ataupun
kepentingan orang lain, dan keterbukaan diri. Kemampuan interpersonal
perilaku asertif yaitu : 1) Mempunyai kemampuan menyatakan tidak, 2)
23

kemampuan membuat pernyataan / permintaan, 3) kemampuan


memngekspresikan perasaan positif maupun negatif, dan 4) kemampuan
membuka dan mengakhiri percakapan (Nursalim, 2013).
Peneliti mengharapkan dengan menggunakan pendekatan konseling
behavioral dengan tekhnik asertif mampu mengurangi korban bullying, agar
peserta didik mampu menjadi peran dalam kemajuan suatu masyarakat dalam
tatanan bangsa yang sedang berkembang.
Tabel 2.1
Kerangka Pemikiran
KORBAN BULLYING

PRETEST PRETEST

KELOMPOK EKSPERIMEN KELOMPOK KONTROL

PERLAKUAN DENGAN TIDAK DIBERI


MENGGUNAKAN TEKNIK TINDAKAN/PERLAKUAN
LATIHAN ASERTIF

POSTTEST POSTTEST

TERDAPAT PENGURANGAN KORBAN


BULLYING ANTARA KELOMPOK
EKSPERIMEN DENGAN KELOMPOK
KONTROL

D. Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis bertujuan dalam menghasilkan suatu keputusan,
yaitu keputusan menerima atau menolak suatu hipotesis. Pengujian hipotesis
digunakan dalam menjawab rumusan masalah penelitian. (Sugiyono, 2019).
Penelitian ini akan menjawab dua hipotesis. Berikut ini hasil perhitungan dari
statistik uji t dalam penggunaan layanan bimbingan kelompok teknik
pemberian informasi.
24

Hipotesis pertama, apakah konseling kelompok pendekatan behavioral


teknik asertif efektif menurunkan tindakan korban bullying di MA Al-
Mutawally. Khususnya pada kelompok eksperimen yang telah diberikan
layanan konseling kelompok dengan teknik latihan asertif, dapat ditandai
dengan adanya penurunan pada korban bullying pada peserta didik. Dalam
menguji hipotesis tersebut maka pengujian dengan menggunakan uji tes “t”
sampel berpasangan (Paired-Samples T Test) dan uji independent T test.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho: Tidak adanya efektifitas konseling kelompok pendekatan behavioral
teknik asertif terhadap penurunan korban bullying pada peserta didik di
MA AlMutawally.
Ha: Adanya efektiftifitas konseling kelompok pendekatan behavioral teknik
asertif terhadap penurunan korban bullying pada peserta didik di MA
Al-Mutawally.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Secara umum penelitian di definisikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2019).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan
menggunakan pendekatan eksperimen. Dalam penelitian kuantitatif mencakup
penelitian eksploratif dan penelitian sebab akibat (causal). Penelitian
eksploratif lebih menekankan pada suatu upaya menggambarkan situasi.
Penelitian kuantitatif diartikan sebagai penelitian yang banyak menggunakan
angka, mulai dari proses pengumpulan data, analisis data dan penampilan data
(Hardani et al., 2020).
Menurut (Sugiyono, 2013) penelitian eksperimen di definisikan sebagai
metode penelitian yang digunakan dalam mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalian. Perlakuan yang
dilakukan berupa suatu tindakan tertentu kepada kelompok dan setelah dilihat
pengaruhnya. Maka dengan demikian metode penelitian eksperimen diartikan
sebagai metode penelitian yang di gunakan untuk mencari perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
B. Design Penelitian
Menurut (Sugiyono, 2013) terdapat beberapa bentuk penelitian desain
eksperimen, diantaranya : Pre-Experimental Design, True Experimental
Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental Design. Dalam penelitian
ini menggunakan penelitian True Eksperimental Design, dengan pola
penelitian Pretest-Posttest Control Group Design,desain ini ada dua
kelompok yang di pilih secara random yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, kemudian diberi pretest untuk mengatahui keadaan awal
apakah ada perbedaan.
Tabel 3.1
R O1 X O2

R O3 O4
Keterangan :
R : Kelompok Eksperimen dan Kontrol Diambil Secara Random
X : Treatmen Latihan Asertif
O1 : Pretest kelompok eksperimen
O2 : Posttest kelompok eksperimen
O3 : Pretest kelompok kontrol
O4 : Postest kelompok kontrol
25
26

Untuk lebih memperjelas dalam pelaksanaan penelitian disajikan


rancangan penelitian ekperimen :
1. Melakukan pretest merupakan pengukuran dengan menggunakan
skala bullying kepada subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol sebelum diadakan latihan asertif. Tujuan
diselenggarakannya pretest ialah untuk mengetahui kondisi awal
(korban bullying) yang di rasakan siswa. Hasil dari perhitungan
pretest ini digunakan sebabgai bahan perbandingan pada posttest.
2. Memberikan treatmen merupakan pemberian perlakuan kepada
subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen berupa latihan asertif.
3. Melakukan postest ialah pengukuran dengan menggunakan skala
korban bullying dengan mengetahui kondisi korban bullying setelah
pemberian latihan asertif dari kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Madrasah Aliyah Al-Mutawally
Bojong Cilimus Kuningan Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini berdasarkan
hasil observasi dan wawancara pra penelitian dapat diketahui bahwa
terdapat permasalahan mengenai perilaku bullying dimana di MA Al-
Mutawally terdapat korban bullying yang perlu dengan cepat diatasi.
Sehingga peneliti tertarik dan melakukan penelitian di MA Al-Mutawally.
b. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini yaitu dari awal bulan april
sampai akhir bulan april 2021 kegiatan penelitian adalah sebagai mana
tabel di bawah ini :

Tabel 3.2
Jadwal Penelitian Kelas Kontrol

No Pertemuan Sub Tema Waktu

1 Ke- 1 Pretest 45 menit

2 Ke- 2 Posttest 45 menit


27

Tabel 3.3
Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen

No Pertemuan Sub Tema Waktu

1 Ke- 1 Pretest 45 menit

Mengadakan layanan konseling


kelompok dengan metode
2 Ke- 2 behavioral dan di pertajam dengan 45 menit
tekhnik asertif dalam aspek
bullying fisik

Mengadakan layanan keonseling


kelompok dengan metode
3 Ke- 3 behavioral dan di pertajam dengan 45 menit
tekhnik asertif dalam aspek
bullying verbal.

Mengadakan layanan keonseling


kelompok dengan metode
4 Ke- 4 behavioral dan di pertajam dengan 45 menit
tekhnik asertif dalam aspek
bullying relational.

5 Ke- 5 Posttest 45 menit

D. Populasi dan Sampel


Populasi merupakan obyek/subyek yang termasuk ke dalam wilayah
generalisasi dan mempunyai kuantitas serta karakteristik tertentu yang di
tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2019) Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa MA
Al-Mutawally.
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013) .
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah peserta didik MA
AL-Mutawally yang di bagi menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol,
dengan menggunakan metode Random Sampling dimana pengambilan
sample dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu (Sugiyono, 2013).
28

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
menggunakan skala dengan tujuan untuk melakukan pengukuran terhadap
subjek. Skala adalah teknik pengumpulan data dengan memberikan atau
menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Noor, 2012).
Pada penelitian ini, pelaksanaan treatmen layanan konseling kelompok
pendekatan konseling behavioral dengan tekhnik latihan asertif dibimbing dan
dibantu oleh tenaga profesional dari seorang psikolog, yaitu Rizqi Isnaeni
Fajri, S.Pd., M.Psi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner langsung. untuk
memudahkan responden dalam mengisi suatu pertanyaan dalam kuisioner /
angket peneliti mengunakan bentuk jawaban skala likert. Skala psikologi
yang dirumuskan secara favorable dan unfavorable tentang variabel yang
diteliti, yaitu variabel bullying. Skala ini disusun dengan menggunakan Skala
Likert.
Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Jawaban dari setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert
yaitu berupa pilihan SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) dan
STS (Sangat Tidak Setuju) (Sugiyono, 2013).
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variable penelitian yang di amati. Dimana dalam instrumen ini menggunakan
skala likert (Sugiyono, 2019).

Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Bullying
No Aspek Indikator Deskriptor favorable Unfavorable

1. Bullying Perilaku penindasan 1, 2, 3, 39, 20, 21, 22,


Fisik yang secara fisik,
41, 43, 45, 46 40, 42, 44
melukai meludahi
secara anak yang
fisik ditindas
sampai ke
posisi yang
menyakitka
n, merusak
29

dan
menghancu
rkan
barang-
barang
milik anak
yang
tertindas

2. Bullying Perilaku Penindasan 4, 5, 6, 7, 8, 23, 24, 25,


Verbal yang berupa 26, 27, 28,
9, 10, 11,12
melukai julukan 29, 30, 31
saya nama,
secara celaan,
psikis fitnah,
kritik
kejam,
penghinaan
, dan
berupa
pernyataan
yang
bernuansa
ajakan
seksual
atau
pelecehan
seksual.

3. Bullying Perilaku pengabaian, 13, 14, 15, 32, 33, 34,


Relation penindasa pengucilan. 35, 36, 37,
16, 17, 18, 19
al n harga atau 38
diri penghindar
an

1. Skala Bullying
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk mengukur
bullying yaitu dengan menggunakan skala bullying dengan
memperhatikan aspek-aspek yang dikemukakan dalam Coloroso, yaitu:
a. Bullying fisik, yaitu jenis bullying dengan penindasan secara fisik,
meludahi anak yang ditindas sampai ke posisi yang menyakitkan,
30

merusak dan menghancurkan barang-barang milik anak yang


tertindas. Bullying fisik mencakup penyerangan dengan
menggunakan senjata atau objek yang digunakan untuk melawan
terget.
b. Bullying verbal, merupakan bullying yang mudah dilakukan dan
dapat dibisikkan dengan cara diteriakkan dihadapan orang dewasa
serta teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa julukan nama,
celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan berupa pernyataan
yang bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu,
penindasan verbal juga dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, e-mail yang mengintimidasi,
surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan.
c. Bullying relational merupakan bullying penindasan pelemahan harga
diri korban dengan cara sistematis melalui pengabaian, pengucilan,
pengecualian, atau penghindaran (Radhiah, 2020b).
Total keseluruhan dari pengukuran skala bullying terdiri dari 46 item
yang dibagi menjadi 23 item favorable 23 item unfavorable. Item
favorable berfungsi untuk mendukung pernyataan adanya bullying pada
peserta didik di MA Al-Mutawally dan sebaliknya item unfavorable
untuk pernyataan yang tidak mendukung adanya adanya bullying pada
peserta didik di MA Al-mutawally.
Item-item favorable dan unfavorable skala bullying dapat dilihat
pada tabel berikut :
Table 3.6
Blue Print Awal Skala Bullying
Nomor Butir Aitem

Aspek Jumlah
Favorable Unfavorable

Bullying Fisik 1, 2, 3, 39, 20, 21, 22, 14


41, 43, 45, 46 40, 42, 44

Bullying Verbal 4, 5, 6, 7, 8, 23, 24, 25, 26, 18


9, 10, 11,12 27, 28, 29, 30,
31

Bullying 13, 14, 15, 32, 33, 34, 35, 14


Relational 16, 17, 18, 19 36, 37, 38
31

Total 46

Skala bullying pada peserta didik di MA Al-Mutawally mempunyai


empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju
(TS), dan sangat tidak setuju (STS). Penilaiannya dimulai dari nomor
empat sampai nomor satu untuk item favorable dan dimulai dari nomor
satu sampai nomor empat untuk item unfavorable.
Tabel 3.7
Skor Item Skala Bullying
Jawaban Favorable Unfavorable

Sangat Setuju (SS) 4 1


Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
(Radhiah, 2020a).
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan evaluasi proses dan
hasil yang akan diberikan kepada subjek yaitu :
a. Evaluasi Proses
Evaluasi proses dilaksanakan setiap berakhirnya pertemuan pelatihan
kegiatan evaluasi proses dilakukan dengan membagi lembar evaluasi
proses kepada peserta untuk di isi sesuai dengan keadaan dan
perasaan yang sedang dialami peserta pada setiap pertemuan
pelatihan.
b. Evaluasi Hasil
Evaluasi hasil dilaksanakan ketika pelatihan sudah selesai
dilaksanakan dan para peserta pelatihan sudah menjalani kehidupan
sehari-sehari. Dalam evaluasi hasil ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana pelatihan asertif dapat bermanfaat untuk peserta
pelatihan.
2. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur yang
benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas tersebut menyangkut
akurasi instrument. Untuk dapat mengetahui apakah kuesioner yang
disusun itu valid, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai)
tiap-tiap butir pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut (Noor,
2012).
32

Pengukuran uji validitas pada penelitian ini diambil dari jurnal


(Nabila et al., n.d.). Uji Validitas ini menggunakan validitasisi (content
validity) yaitu validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi
instrumen dengan analisis rasional.
3. Reabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat ukur bisa dipercaya dan diandalkan. Hal tersebut menunjukkan
sejauh mana alat pengukur dikatakan konsisten, jika dilakukan hal tersebut
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama.
Reliabilitas juga bisa diakatakan sebagai indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur bisa dipercaya dan dapat diandalkan kemudian
reliabilitas menunjukkan konsistensi hasil pengukuran.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah pengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis
responden. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2013).
Dari hasil data – data yang telah diperoleh, kemudian akan diuji dengan
menggunakan uji – t atau disebut juga dengan t – test. T – test pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel penyebab secara
individual dalam menerangkan variabel terikat. Keseluruhan komputasi data
dilakukan melalui fasilitas komputer program SPSS (Statistical Product and
Service Solution) For Windows Releas versi 1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
A. Kasus Bullying kelas kontrol dan kelas eksperimen di MA Al-Mutawally
berdasarkan hasil pre-test.
1. Hasil pretest kelas kontrol
Setelah peneliti membagikan angket kepada kelas kontrol maka
dapat diketahui hasil sebagai berikut :

Tabel 4.1
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Kontrol di MA Al-
Mutawally Kuningan.
No Nama Skor

1 CJ 67

2 DR 76

3 DRD 94

4 IN 80

5 AM 85

6 KDF 101

7 MY 104

8 SO 80

9 PZ 103

10 PAR 91

11 YSA 94

Berdasarkan tabel di atas, peneliti membagi skor siswa ke dalam 3


bagian, jika nilai <91 termasuk kategori rendah, jika nilai antara 92-137
termasuk sedang, dan jika nilai >138 termasuk kategori tinggi.

33
34

Tabel 4.2
Hasil Pretest Kelas Kontrol
No Skor Jumlah Kategori Persentasi

1 67 1 Rendah 9,1%

2 76 1 Rendah 9,1%

3 80 2 Rendah 18,2%

4 85 1 Rendah 9,1%

5 91 1 Rendah 9,1%

6 94 2 Sedang 18,2%

7 101 1 Sedang 9,1%

8 103 1 Sedang 9,1%

9 104 1 Sedang 9,1%

Jumlah 11 100%

Jumlah Keseluruhan 975

Mean 88,6

Median 91

Modus 80 & 94

Nilai Tertinggi 104

Nilai Terendah 67
35

Tabel 4.3
Grafik Presentasi Pretest Kelas Kontrol

60% 54,60%
50% 45,40%
40%
30%
20%
10% 0%
0%
Tinggi
Sedang
Rendah

Grafik Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan hasil angket kelas


kontrol dengan presentasi sebagai berikut : nilai tinggi 0%, sedang
54,60 % dan nilai rendah 45,40 %.
2. Hasil pretest kelas eksperimen
Setelah peneliti membagikan angket kepada kelas eksperimen maka
dapat diketahui hasil sebagai berikut :
Tabel 4.4
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Eksperimen di
MA Al-Mutawally Kuningan.
No Nama Skor

1 AR 107

2 CA 102

3 DM 123

4 FR 104

5 LR 97

6 MH 97
36

7 MR 126

8 ND 94

9 PD 100

10 RR 109

11 SD 105

12 YI 107

Berdasarkan tabel di atas, peneliti membagi skor siswa ke dalam 3


bagian, jika nilai <91 termasuk kategori rendah, jika nilai antara 92-137
termasuk sedang, dan jika nilai >138 termasuk kategori tinggi.
Tabel 4.5
Hasil Pretest Kelas Eksperimen
No Skor Jumlah Kategori Presentasi

1 94 1 Sedang 8,3%

2 97 2 Sedang 16,6%

3 102 1 Sedang 8,3%

4 100 1 Sedang 8,3%

5 104 1 Sedang 8,3%

6 105 1 Sedang 8,3%

7 107 2 Sedang 16,6 %

8 109 1 Sedang 8,3%

9 123 1 Sedang 8,3%

10 126 1 Sedang 8,3%

Jumlah 12 100%
37

Jumlah Keseluruhan 1271

Mean 105,9

Median 104,5

Modus 97 & 107

Nilai Tertinggi 126

Nilai Terendah 94

Tabel 4.6
Grafik Presentasi Pree-Test Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan hasil angket kelas


eksperimen dengan presentasi sebagai berikut : nilai tinggi 0%,
sedang 100% dan nilai rendah 0%.
B. Kasus bullying kelas eksperimen di MA Al-Mutawally berdasarkan hasil
posttest
1. Hasil posttest kelas kontrol.
Setelah peneliti membagikan angket kepada kelas kontrol maka
dapat diketahui hasil sebagai berikut :
38

Tabel 4.7
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Kontrol di MA Al-
Mutawally Kuningan.
No Nama Skor

1 CJ 75

2 DR 89

3 DRD 95

4 IN 70

5 AM 61

6 KDF 100

7 MY 107

8 SO 92

9 PZ 103

10 PAR 100

11 YSA 94

Berdasarkan tabel di atas, peneliti membagi skor siswa ke dalam 3


bagian, jika nilai <91 termasuk kategori rendah, jika nilai antara 92-137
termasuk sedang, dan jika nilai >138 termasuk kategori tinggi.
Tabel 4.8
Hasil Posttest Kelas Kontrol
No Skor Jumlah Kategori Presentasi

1 61 1 Rendah 9,1%

2 70 1 Rendah 9,1%

3 75 1 Rendah 9,1%
39

4 89 1 Rendah 9,1%

5 92 1 Sedang 9,1%

6 94 1 Sedang 9,1%

7 95 1 Sedang 9,1%

8 100 2 Sedang 18,2

9 103 1 Sedang 9,1%

10 107 1 Sedang 9,1%

Jumlah 11 100%

Jumlah Keseluruhan 986

Mean 89,6

Median 94

Modus 100

Nilai Tertinggi 107

Nilai Terendah 61
40

Tabel 4.9
Grafik Presentasi Posttest Kelas Kontrol

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan hasil angket kelas


kontrol dengan presentasi sebagai berikut : nilai tinggi 0%, sedang
63,70% dan nilai rendah 36,30%.
2. Hasil post-test kelas eksperimen
Setelah peneliti membagikan angket kepada kelas kontrol maka
dapat diketahui hasil sebagai berikut :

Tabel 4.10
Hasil Angket Peserta Didik Kelas XI IIS Kelas Eksperimen di
MA Al-Mutawally Kuningan.

No Nama Skor

1 AR 104

2 CA 77

3 DM 89

4 FR 108

5 LR 95

6 MH 118
41

7 MR 88

8 ND 103

9 PD 76

10 RR 85

11 SD 97

12 YI 90

Tabel 4.11
Hasil Posttest Kelas Eksperimen
No Skor Jumlah Kategori Persentasi

1 76 1 Rendah 8,3%

2 77 1 Rendah 8,3%

3 85 1 Rendah 8,3%

4 88 1 Rendah 8,3%

5 89 1 Rendah 8,3%

6 90 1 Rendah 8,3%

7 95 1 Sedang 8,3%

8 97 1 Sedang 8,3%

9 103 1 Sedang 8,3%

10 104 1 Sedang 8,3%

11 108 1 Sedang 8,3%

12 118 1 Sedang 8,3%

Jumlah 12 100%

Jumlah Keseluruhan 1130


42

Mean 94,2

Median 92,5

Modus -

Nilai Tertinggi 118

Nilai Terendah 76

Tabel 4.12
Grafik Presentasi Posttest Kelas Eksperimen

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan hasil angket kelas


eksperimen dengan presentasi sebagai berikut : nilai tinggi 0%, sedang
50% dan nilai rendah 50%.
43

Tabel 4.13
Grafik Nilai Rata-Rata Perbandingan Pretest – Posttest

Berdasarkan tabel tersebut, setelah diberikan perlakuan atau


treatment layanan konseling kelompok dengan tekhnik asertif pada
kelas eksperimen yang sudah mengikuti pree-test diawal dengan rata –
rata 106 dan dapat dideskripsikan dengan korban bullying yang tinggi,
setelah mengikuti post-test menghasilkan perubahan berupa penurunan
korban bullying dengan rata – rata 94. Maka dapat disimpulkan bahwa
layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan
konseling behavioral dengan tekhnik asertif dapat mengurangi korban
bullying pada peserta didik di MA Al-Mutawally. Peserta didik
mengalami perubahan yang lebih baik ketika sudah diberikan treatment
layanan konseling kelompok dengan tekhnik asertif.

D. Efektifitas konseling kelompok pendekatan behavioral teknik asertif


terhadap kasus bullying di sekolah MA Al-Mutawally.

1. Uji Deskriptif Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan Kelompok


Kontrol
Untuk melihat perubahan pada peserta didik terkait dengan layanan
konseling kelompok menggunakan pendekatan konseling behavioral
44

dengan teknik asertif yang diberikan untuk mengatasi korban bullying,


dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 4.14
Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
B Eksperimen
Pretest 12 94 126 105.92 9.830
Postest Eksperimen 12 76 118 94.17 12.554
Pretest Kontrol 11 67 104 88.64 12.036
Posttest Kontrol 11 61 107 89.64 14.726
Valid N (listwise) 11
E

Berdasarkan hasil yang diperoleh berdasarkan penilaian 23 Peserta


didik MA Al-Mutawally Kuningan yang di bagi menjadi 12 orang
peserta didik di kelompok eksperimen dan 11 peserta didik di kelompok
kontrol. Melihat hasil deskriptif data nilai minimum pretest kelompok
eksperimen 94, nilai maximum 126. Nilai minimum posttest kelompok
ekperimen 76, nilai maximum 118.
Sedangkan hasil dari data deskriptif data nilai minimum pretest
kelompok kontrol 67, nilai maximum 104. Nilai minimum posttest
kelompok kontrol 61, nilai maximum 107. jika dilihat dari nilai rata-rata
kelas (mean) kelompok eksperimen mengalami penurunan yang
signifikan sementara kelompok kontrol mengalami penaikan dan kriteria
kategori penilaian menunjukkan pengaruh konseling behavioral dengan
teknik pelatihan asertif efektif menunjukan penurunan dalam menangani
korban bullying.

2. Uji Normalistas Preetest – Posttest Kelompok Ekperimen dan


Kelompok Kontrol

Uji normalitas yang dipakai yaitu untuk mengetahui distribusi data


pada hasil instrumen antara kelas eksperimen dan kelas kontrol baik
ketika sebelum diberi perlakuan / treatment atau sesudah diberi
perlakuan / treatment, apakah data berdistibusi normal atau tidak. Uji ini
dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Uji normalitas data pretest
dan posttest skala korban bullying. Dasar pengambilan keputusan dengan
taraf signifikansi 5% yaitu apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(sig > 0,05) maka data dikatakan berdistribusi normal. Berikut ini hasil
data yang diperoleh:
45

Tabel 4.15
Tests of Normality
Kolmogorov-
Smirnova Shapiro-Wilk
Kelas XI
Statis Statis
tic df Sig. tic Df Sig.
Hasil Pretest Eksperimen .210 12 .149 .880 12 .088
Korban Posttest Eksperimen .130 12 .200 *
.971 12 .923
Bullying *
Pretest Kontrol .127 11 .200 .948 11 .615
Posttest Kontrol .210 11 .190 .898 11 .176
a. Lilliefors Significance
Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Berdasarkan hasil nilai signifikansi (Sig) Shapiro-Wilk dari pretest -
posttes skala korban bullying pada kelompok eksperimen dan kontrol
keduanya memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai 0,05 (Sig
> 0,05). Nilai pretest kelompok eksperimen memiliki nilai signifikansi
0,88 dan nilai posttest kelompok eksperimen memiliki nilai signifikansi
0,923. Sedangkan Nilai pretest kelompok kontrol memiliki nilai
signifikansi 0,615 dan nilai posttest kelompok kontrol memiliki nilai
signifikansi 0,176. Maka dapat dinyatakan bahwa data pretest – posttes
skala korban bullying pada kelompok eksperimen dan kelas kontrol
berdistribusi normal.
3. Uji Paired Sapel T Test Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Uji Paired Sampel T Test digunakan untuk mengetahui perbedaan rata
– rata dua sampel yang berpasangan
Tabel 4.16
Paired Samples Statistics
Std. Std. Error
Mean N Deviation Mean
Pair 1 Pretest Eksperimen 105.92 12 9.830 2.838
Posttest Eksperimen 94.17 12 12.554 3.624
Pair 2 Pretest Kontrol 88.64 11 12.036 3.629
Posttest Kontrol 89.64 11 14.726 4.440
46

Tabel 4.17
Paired Samples Test
Paired Differences
95%
Confidence
Interval of
the Sig.
Std. Std. Difference (2-
Deviati Error Lowe tailed
Mean on Mean r Upper T df )
Pair 1 Pretest
Eksperim
en -
Posttest 2.2
Eksperim 11.750 18.152 5.240 .217 23.283 42 11 .047
en

Pair 2 Pretest
-
Kontrol - -
-1.000 10.649 3.211 6.154 .31 10 .762
Posttest 8.154
1
Kontrol

Berdasarkan hasil dari tabel diatas pair 1 di peroleh nilai sig (2-
tailed) sebesar 0.047 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat
disimpulkan ada perbedaan rata – rata hasil pree-test kelas eksperimen
dengan post-test kelas eksperimen, yang artinya ada pengaruh
penggunaan konseling behavioral terhadap korban bullying pada peserta
didik di MA Al-Mutawally.
4. Uji Homogenitas Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa sampel data
yang akan diukur memang berasal dari populasi yang homogen atau tidak.
Uji homogenitas pada data pretest – posttest skala korban bullying diuji
melalui uji Levene’s Test dengan bantuan program SPSS 16.0 dengan
hasil uji sebagai berikut:
47

Tabel 4.18
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Data Based on Mean .284 1 21 .600
Korban Based on Median .057 1 21 .814
Bullying
Based on Median
and with adjusted .057 1 18.539 .814
df
Based on trimmed
.222 1 21 .643
mean

Berdasarka tabel diatas diketahui signifikan (sig) Based on Mean


yaitu sebesar 0.600 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa varians
data posttest kelas eskperimen dengan data posttest kelas kontrol peserta
didik MA Al-Mutawally adalah sama atau homogen.
5. Uji Independen T-Test Pretest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol
Uji Independen T-Test merupakan uji parametrik yang digunakan
untuk mengetahui perbedaan mean antara dua kelompok bebas ataudua
kelompok yang tidak berpasangan.

Tabel 4.19
Group Statistics
Std. Std. Error
Kelas N Mean Deviation Mean
Data Postest Kelas
12 94.33 12.492 3.606
Korban Eksperimen
Bullying Posttest Kelas
11 89.64 14.726 4.440
Kontrol
Tabel 4.20
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
48

95%
Confidenc
e Interval
of the
Sig. Std. Differenc
(2- Mean Error e
tailed Diffe Diffe Lowe Up
F Sig. t df ) rence rence r per
Data Equal
- 16.
Korban variances .284 .600 .827 21 .417 4.697 5.678
7.111 504
Bullying assumed
Equal
variances 19. - 16.
.821 .421 4.697 5.720
not 737 7.245 639
assumed
Berdasarkan tabel diatas dihasilkan nilai sig. (2 tiled) sebesar 0.417
> 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini efektif dalam
penurunan korban bullying.
2. Pembahasan
Teknik asertif pada dasarnya merupakan suatu program belajar
yang dirancang untuk mengembangkan kompetensi manusia dalam
hubungannya dengan orang lain. (Nursalim, 2013) mengemukakan bahwa
Teknik asertif merupakan suatu program belajar untuk mengajar manusia
mengekspresikan perasaan dan pikirannya secara jujur dan tidak membuat
orang lain menjadi terancam.
Dengan memiliki perilaku asertif, peserta didik korban bullying
lebih mudah mengekpresikan diri, terbuka secara sosial dan emosional,
mencapai tujuan tanpa menghancurkan orang lain, bertanggung jawab,
dan berani mengambil keputusan tanpa rasa cemas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Fatmawati, 2020) dalam jurnalnya yang berjudul penerapan konseling
kelompok latihan asertif pada siswa korban bullying. Hasil dari
penelitiannya adalah penerapan konseling kelompok asertif dapat
meningktkan asertif peserta didik korban bullying.
Penelitian yang sama dilakukan oleh (Arumsari, 2017) dalam
jurnalnya yang berjudul strategi konseling latihan asertif untuk mereduksi
perilaku bullying. Hasil dari penelitiannya adalah strategi konseling
latihan asertif merupakan salah satu bantuan yang dapat diberikan bagi
peserta didik yang mengalami korban bullying.
49

(Andini et al., 2019) Dalam jurnal penelitiannya pengaruh konseling


kelompok model spicc dengan teknik bermain peran terhadap peningkatan
perilaku asertif korban korban bullying. Hasil dari penelitiannya adalah
bahwa terdapat pengaruh konseling kelompok model SPICC (Sequentially
Planned Integrative Counselling For Children) dengan teknik bermain
peran terhadap peningkatan perilaku asertif korban bullying siswa kelas
XI di SMK Negeri 1 Kubutambahan Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat adanya penurunan pada
korban bullying peserta didik di MA Al-Mutawally, peneliti mengambil
taraf signifikan α= 0,05 dengan nilai distribusi nilai dua arah untuk
kriteria pengujian hipotesis yang peneliti ajukan, maka dari itu Ha
diterima. Pada kelas kelas XI MA Al-Mutawally dapat dilihat pada tabel
dari hasil penelitian sebelum dan sesudah diberikannya layanan konseling
kelompok dengan teknik asertif, pada uji t paired sample t-test diketahui t
ialah 2.242 mean 11.750 95% confidence interval of the difference, lower
= 0.217 dan upper = 23.283 kemudian tabel df = 11. Melalui konseling
kelompok dengan pendekatan behavioral teknik asertif diharapkan peserta
didik selalu termotivasi untuk dapat meningkatkan sikaf asertif yang
kurang akibat dari korban bullying. Maka peserta didik mampu mengelola
dirinya mampu bertanggung jawab apa yang telah dilakukan.
Penyalahgunaan kekuasaan atau kekuatan yang dilakukan oleh
perorangan atau kelompok, kepada seseorang yang lemah, yang membuat
korbannya merasa terancam, takut, merasa rendah diri, takut ke sekolah
bahkan tidak mau kesekolah. Selaras dengan Olweus Bullying merupakan
tindakan negatif berulang yang bermaksud menyebabkan ketidaksenangan
atau menyakiti orang lain, baik satu atau beberapa orang secara langsung
terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya (Heriansyah, 2017).
Menurut Soendjojo menjelaskan bahwa karakteristik utama korban
bullying adalah siswa yang belum mampu bersikap asertif (Aziz, 2015).
Hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas menunjukkan
bahwa pelatihan asertivitas efektif untuk menyelesaikan permasalahan
bullying. Perilaku asertif peserta didik korban bullying merupakan
perilaku yang menghargai diri sendiri dan orang lain, mengekspresikan
perasaan positif dan negatif dan mengembangkan kemampuan untuk
menolak tanpa rasa bersalah serta berani meminta bantuan kepada orang
lain ketika sedang membutuhkan.
Strategi konseling teknik asertif bagi konseli yang mengalami
bulying merupakan salah satu bantuan yang bisa diberikan peneliti. Hal
tersebut dilakukan agar setiap peserta didik di MA Al-Mutawally mampu
mengekspresikan kemampuan interpersonalnya tanpa merugikan orang
lain. Langkah-langkah strategi asertif diantaranya, rasional stategi,
50

identifikasi keadaan yang menimbulkan persoalan, membedakan perilaku


asertif dan tidak asertif serta mengeksplorasi target, bermain peran,
pemberian umpan balik serta pemberian model perilaku yang lebih baik,
melaksanakan latihan dan praktik, dan mengulang latihan.
Layanan konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan
behavioral tekhnik asertif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya
semua kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapatnya,
menanggapi, memberi saran dan lain sebagainya.
Pada pelaksanaan dalam konseling kelompok ini peneleliti
melakukan pertemuan sebanyak tiga kali. Untuk pertemuan pertama
peneliti menjelaskan tentang apa itu bullying dan salah satu aspek dari
bullying yaitu tentang bullying fisik. Pertemuan ke dua peneliti
menjelaskan tentang bullying verbal. Dan pada pertemuan ke tiga peneliti
menjelaskan tentang bullying relational. Tahapan dalam konseling
kelompok yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.
Tahap pembentukan. Pada tahap ini, peneliti sebagai pemimpin
kelompok meminta salah satu anggota kelompok untuk memimpin doa
sebagai pembukaan, mengucapkan rasa terima kasih pada anggota
kelompok telah bersedia hadir, menjelaskan asas-asas, dan tata cara dalam
konseling kelompok, meminta anggota kelompok untuk saling
memperkenalkan dan mengungkapkan diri secara berantai kemudian
dalam kegiatan pemimpin berusaha menumbuhkan sikap kebersamaan
dan perasaan kelompok diantara para anggota kelompok serta
mengupayakan untuk menumbuhkan minat anggota kelompok dalam
kegiatan konseling kelompok ini. Tujuan tahap pembentukan ini agar
anggota kelompok dapat memahami pengertian dari kegiatan konseling
kelompok teknik asertif dan tujuannya, tumbuhnya suasana kelompok,
tumbuhnya minat anggota dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok,
tumbuhnya suasana bebas dan terbuka serta tumbuhnya rasa saling
percaya dengan sesama anggota kelompok maupun pemimpin dalam
kelompok. Dalam hal pemimpin kelompok juga menjelaskan asas-asas
dalam konseling kelompok.
Selanjutnya adalah tahap peralihan dimana pada tahap peralihan ini
peserta didik telah mengetahui tujuan serta aturan – aturan dalam
konseling kelompok. Tahap peralihan merupakan jembatan menuju tahap
kegiatan, pemimpin kelompok menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
selanjutnya dan memantapkan anggota kelompok untuk siap mengikuti
kegiatan ini.
Setelah tahap peralihan yaitu tahap kegiatan, tahap kegiatan
merupakan tahapan inti untuk membahas dan mengentaskan
51

permasalahan yang sedang dialami peserta didik (yang berkaitan dengan


korban bullying). Pemimpin kelompok dalam kegiatan ini hanya berperan
sebagai pengatur dalam proses konseling kelompok yang sabar dan
terbuka, aktif tetapi tidak banyak bicara, karena anggota kelompoklah
yang seharusnya lebih aktif, kemudian masalah yang telah diungkapkan
akan dibahas secara dinamis.
Pertemuan pertama pada proses kegiatan berjalan dengan cukup
baik, kegiatan ini berlangsung selama 45 menit. Pemimpin kelompok
memulai dengan menjelaskan tentang bullying dan menjelaskan aspek
dari bullying fisik, kemudian setelah semua anggota kelompok memahami
apa yang dimaksud, pemimpin kelompok meminta semua anggota
kelompok untuk menceritakan permasalahan mereka yang berkaitan
dengan bullying fisik.
Setelah semua anggota kelompok menyampaikan permasalahan
yang dialami, pemimpin kelompok beserta anggota kelompok memilih
masalah mana yang akan terlebih dahulu di diselesaikan. Berdasarkan
kesepakatan antara pemimpin kelompok dan anggota kelompok
permasalahan yang dipilih untuk dibahas terlebih dahulu adalah tentang
memukul tanpa alasan. FR adalah peserta didik yang mempunyai
permasalahan ini, dia menceritakan bahwa dirinya sering dipukul oleh
temannya sendiri dengan tanpa alasan yang jelas kenapa temannya ini
memukul, menurut keterangan FR, dia merasa risih dengan sikap
temannya yang seperti itu, FR tidak mempunyai keberanian untuk
melawan dan lambat laun FR merasa tertekan dengan sikap temannya itu.
Pemimpin kelompok kemudian menggunakan pendekatan konseling
behavioral tekhnik asertif dan memberikan kesempatan kepada FR untuk
memberanikan dirinya memainkan peran seperti permasalahannya itu,
namun FR dalam hal ini berani untuk mengungkapkan bahwa dirinya
merasa tidak nyaman terhadap perlakuan temannya yang memukul tanpa
alasan tersebut didepan teman - temannya.
Tahap kegiatan pada pertemuan ke dua semua anggota kelompok
menyampaikan masalah yang mereka miliki berkaitan dengan bullying
verbal. Berdasarkan masalah yang disampaikan, diambil satu masalah
yang sama dihadapi oleh dua anggota kelompok yaitu DM dan ND,
masalah tersebut adalah sering mendapat julukan gendut. Tokoh yang
akan diperankan oleh DM dan ND pada permainan peran ini adalah sosok
yang memiliki sikap berani untuk mengungkapkan ketidaksukaannya di
panggil gendut oleh teman – temannya, melalui permainan peran ini DM
dan ND dilatih untuk mampu bersikap tegas terhadap temannya yang
sering menjuluki DM dan ND gendut. Anggota kelompok lain yang tidak
ikut dalam permainan peran menjadi pengamat yang nantinya akan
52

memberikan komentar terhadap permainan peran yang dilakukan oleh


DM dan ND.
Setelah permainan peran selesai, pemimpin kelompok mengajak
semua anggota kelompok untuk mendiskusikan permainan peran yang
telah dilakukan. Anggota kelompok yang menjadi pengamat memberikan
komentar serta masukannya kepada anggota kelompok yang memainkan
peran, sedangkan anggota kelompok yang memainkan peran memberikan
tanggapan terhadap komentar dan masukan dari anggota kelompok lain
serta memberikan kesimpulan dari permainan peran yang telah mereka
lakukan.
Tahap kegiatan pertemuan ke tiga, setelah semua anggota kelompok
memahami tentang bullying relational, pemimpin kelompok kemudian
meminta anggota kelompok untuk menceritakan permasalahan yang
mereka alami yang berkaitan dengan bullying relational. Semua anggota
kelompok dengan antusias menceritakan permasalahan yang mereka
alami. Setelah semua anggota kelompok menceritakan permasalahannya,
sebagian besar masalah yang kelompok alami adalah sering diabaikan
oleh teman ketika diajak untuk berbicara. Dan berdasarkan kesepakatan
kelompok, permasalahan tersebut yang dipilih dan akan dimainkan dalam
permainan peran. Anggota kelompok yang terpilih untuk memainkan
peran adalah SD dan MH.
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah bermain peran. SD dan
MH memerankan peran dengan cukup baik. Dalam permainan peran
tersebut, SD dan MH belajar untuk menunjukkan cara mengungkapkan
perasaannya ketika diabaikan saat temannya diajak berbicara, bagaimana
mereka menunjukkan ketidaksukaan terhadap temannya dengan bahasa
yang sopan dan tidak menyinggung. Anggota kelompok lain yang tidak
ikut dalam permainan peran menjadi pengamat yang nantinya akan
memberikan komentar terhadap permainan peran yang dilakukan oleh SD
dan MH.
Pada tahap pengakhiran pemimpin kelompok menyimpulkan hasil
dari pembahasan masalah dan mengemukakan bahwa kegiatan akan
segera diakhiri. Kemudian pemimpin kelompok mempersilahkan setiap
anggota kelompok untuk mengemukakan kesan-kesan dari pelaksanaan
kegiatan konseling kelompok. Kesan-kesan yang siswa sampaikan positif
dalam menilai pelaksanaan layanan konseling kelompok ini. Para siswa
merasa mendapatkan manfaat dari pelaksanaan layanan konseling
kelompok ini bagi diri mereka sehingga menjadi lebih baik.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan
diterapkannya konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan
behavioral tekhnik asertif efektif dalam menurunkan tindakan bullying,
53

sebagaimana tujuan asertif yang dikemukakan oleh (Budiarti, 2020)


bahwa teknik asertif menunjukkan cara berkomunikasi yang diinginkan,
mengubah pola pikiran yang negatif, menghargai pendapat diri sendiri,
menyampaikan penolakan dan kritik serta cara membangun harga diri dan
kepercayaan diri.
3. Keterbatasan Peneliti
Meskipun peneliti ini telah dilaksanankan dengan sebaik mungkin,
namun peneliti menyadari bahwa masih banyak kekuranganya. Peneliti
sebagai konselor dalam kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan
behavioral tekhnik asertif mengalami beberapa hambatan. Pada awal
pertemuan, pemimpin kelompok kesulitan mengembangkan keaktifan
anggota kelompok. Hal ini dikarenakan peserta didik masih terlihat ragu-
ragu dan malu, namun hal tersebut dapat diatasi oleh konselor dengan cara
perkenalan dan permainan.
Selain itu, keterbatasan ini berkaitan dengan waktu pelaksanaan
proses dalam konseling kelompok dengan menggunakan pendekatan
behavioral teknik asertif efektif dalam meningkatakan sikaf asertif pada
peserta didik korban bullying. Meskipun demikian setiap pertemuan
proses konseling selama lebih kurang 45 menit berjalan dengan lancar.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis data yang telah disajikan dapat
disimpulkan bahwa korban bullying di MA Al-Mutawally mengalami
penurunan dengan dapat dibuktikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil dari angket pretest kelas eksperimen di peroloh
presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 100% dan nilai rendah
0%. Dengan rata – rata nilai (mean) 105,9, median 104,5, modus 97 &
107, nilai tertinggi 126 dan nilai terendah 94.
2. Berdasarkan hasil dari angket posttest kelas eksperimen di peroleh
presentasi dengan nilai tinggi 0%, nilai sedang 50% dan nilai rendah
50%. Setelah di berikan perlakuan atau treatmen layanan konseling
kelompok dengan teknik asertif pada kelas eksperimen yang sudah
mengikuti pre-test di awal dengan rata – rata 106 dan dapat di
deskripsikan dengan korban bullying yang tinggi, setelah mengikuti
post-test menghasilkan perubahan berupa penurunan korban bullying
dengan rata – rata 94. Dengan nilai rata – rata nilai (mean) 94,2,
median 92,5, nilai tertinggi 118 dan nilai terendah 76.
3. Hasil uji T dengan menggunakan program SPSS versi 16 pair 1
diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0.047 < 0,05, maka Ho ditolak
dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan ada perbedaan rata – rata
hasil pretest-posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol, yang
artinya layanan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral
teknik asertif efektif dalam menurunkan korban bullying.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa layanan konseling kelompok
dengan pendekatan behavioral teknik asertif efektif dalam menurukan korban
bullying di MA Al-Mutawally, hal ini dibuktikan oleh peneliti dengan melihat
hasil postest dan dapat dilihat dari keaktifan peserta didik di dalam kelas,
kemudian interaksi terhadap teman dan gurunya.
B. SARAN
1. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu
program sekolah dalam mengatasi korban bullying dan diharapkan
untuk digunakan sebagai referensi bagi sekolah untuk dapat
memberikan sarana dan prasarana yang baik untuk menunjang
keberhasilan untuk peserta didiknya.
2. Guru bimbingan dan konseling sebagai pembimbing, hendaknya
memberikan layananan yang baik terhadap peserta didik lain yang
memiliki masalah korban bullying agar korban bullying terus
berkurang.
54
55

3. Bagi Peserta Didik, untuk dapat terus menerus dalam menerapkan


sikaf asertif pada diri agar perilaku bullying tidak lagi terjadi.
4. Bagi penulis, menjadikan pengalaman yang sangat berharga dimana
penulis dapat terjun secara langsung dalam menangani korban
bullying, Karena keterbatasan pengetahuan dan refrensi, penulis
menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA

Agdiyani, V. (2018). Efektivitas Konseling Kelompok Menggunakan Teknik


Rational Emotive Behaviour Therapy Untuk Meningkatkan Kepercayaan
Diri Peserta Didik Korban Bullying Di SMA YP Unila Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2017/2018. Journal of Materials Processing Technology,
1(1), 1–8.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.
powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfatigue.2019.02.006%0
Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.024%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.
matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.doi.o
Al’Ain, M. O., & Mulyana, O. P. (2013). Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan
Komunikasi Interpersonalanggota Hima (Himpunan Mahasiswa) Prodi
Psikologi Fip UNESA. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 1(3), 1–6.
Ambarjaya, B. S. (2012). Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori dan
Praktik. CAPS: Yogyakarta.
Andini, Gading, K., & Sedanayasa, G. (2019). Pengaruh Konseling Kelompok
Model Spicc Dengan Teknik Bermain Peran Terhadap Peningkatan
Perilaku Asertif Korban Bullying. 4(2), 56–62.
Aqib, Z. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung: Yrama
Widya.
Arumsari, C. (2017). Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi
Perilaku Bullying. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice &
Research, 1(1), 31–40.
Asiah, & Siregar, I. (2017). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Teknik
Assertive Training Terhadap Perilaku Bullying Verbal Siswa Kelas VIII
SMPN Negeri 2 Percut Sei Tuan. 11(2), 1–13.
Aziz, A. (2015). Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk Meningkatkan Perilaku
Asertif Siswa Korban Bullying. Jurnal Konseling Dan Pendidikan, 3(2), 8–
14. http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/view/25
Azzahra, R. A. (2020). Pelaksanaan Konseling Kelompok Oleh Guru BK Untuk
Meningkatkan Etika Dalam Pergaulan Peserta Didik Di SMP Wiyatama
Bandar Lampung. 83.
Budiarti, R. (2020). Efektivitas Teknik Latihan Asertif Guna Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dan Percaya Diri Peserta Didik Di
SMA N 1 Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur Tahun Ajaran 2019/2020.
Orphanet Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.

56
57

Corey, G. (2015). Theory and practice of counseling and psychotherapy. Nelson


Education.
Dani, ita purnama, Suarni, N. K., & Sulastri, made S. (2013). Efektivitas
konseling behavioral teknik latihan asertif untuk meningkatkan perilaku
disiplin belajar siswa kelas X SMA Laboratorium Undiksha tahun
2012/2013. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 1(1).
Devi. (2021). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Asertif
Training Untuk Mengatasi Perilaku Cyberbullying Pada Peserta Didik
Kelas Ix Di SMP Negeri 14 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2021/2022.
Gantina, K., & Wahyuni, K. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: PT.
Indeks.
Gerald, C. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT
Refika Aditama.
Hardani, M. S. ., Helmina Andriani, M. S. ., Jumari Ustiawati, S.Si., M, S. .,
Utami, Evi Fatmi, M.Farm., A., Istiqomah, Ria Rahmatul, M. I. K.,
Roushandy Asri Fardani, S.Si, M. P., Sukmana, Dhika Juliana, S.Si, M. S.,
& Nur Himatul Auliya, G. C. B. (2020). Metode Penelitian Kualitatif &
Kuantitatif. Pustaka Ilmu.
Hartono, M. S. (2015). Psikologi Konseling. Kencana.
Hasanah, A. M. A., Suharso, S., & Saraswati, S. (2015). Pengaruh Perilaku
Teman Sebaya terhadap Asertivitas Siswa. Indonesian Journal of Guidance
and Counseling: Theory and Application, 4(1).
Heriansyah, M. (2017). Strategi Mengatasi Trauma Pada Korban Bullying
melalui Konseling Eksistensial. Proceeding Seminar Dan Lokakarya
Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal Ilmiah Dalam Implementasi
Kurikulum Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kkni, 122–131.
Hermansyah, A. (2017). Bullying, Pemberian Layanan Konseling Kelompok
Dengan Teknik Role Playing Untuk Mengurangi Perilaku 2016/2017, Pada
Peserta Didik Kelas Vii Di SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun
Pelajaran. Вестник Росздравнадзора, 4, 9–15.
Kumalasari, D. (2017). Konsep Behavioral Therapy Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Pada Siswa Terisolir. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling
Dan Dakwah Islam, 14(1), 15–24.
https://doi.org/10.14421/hisbah.2017.141-02
Kusumasari Kartika Hima, dkk (2019). (n.d.).
Marjanti, S. (2015). Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Melalui Konseling
Kelompok Bagi Siswa Xii Ips 6 Sma 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran
2014/2015. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
https://doi.org/10.24176/jkg.v1i2.412
58

Nabila, A. I., Hardjono, & Nugroho, A. A. (n.d.). Pengaruh Pemberian Pelatihan


Asertivitas Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas
X Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bhinneka Karya Surakarta. 1–36.
Nasir, A. (2018). Konseling Behavioral: Solusi Alternatif Mengatasi Bullying
Anak Di Sekolah. Konseling Edukasi “Journal of Guidance and
Counseling,” 2(1). https://doi.org/10.21043/konseling.v2i2.4466
Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nursalim, M. (2013). Strategi dan intervensi konseling. Jakarta: Akademia
Permata.
Prahardika, A. N. (2014). Upaya Meningkatkan Pemahaman Bahaya Bullying
Melalui Bimbingan Klasikal pada Siswa. Psikopedagogia Jurnal Bimbingan
Dan Konseling, 3(1), 50–56.
Prayitno, E. A. (2009). Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Radhiah, C. A. (2020a). Hubungan Antara Bullying Dengan Kecemasan Sosial
Pada Siswa Smp Korban Bullying Di Kota Sabang. Malaysian Palm Oil
Council (MPOC), 21(1), 1–9.
Radhiah, C. A. (2020b). Hubungan Antara Bullying Dengan Kecemasan Sosial
Pada Siswa SMP Korban Bullying Di Kota Sabang. Malaysian Palm Oil
Council (MPOC), 21(1), 1–9. http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-
industry/
Rahmianor, H., & Handayani, E. S. (2020). Layanan Konseling kelompok
Dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy Mengurangi Perilaku
Bullying. Mahasiswa BK An-Nur: Berbeda, Bermakna, Mulia, 6(3), 4–8.
Rizki, K., Uyun, Q., Magister, J., Psikologi, P., & Indonesia, U. I. (2015).
Pelatihan Asertivitas Terhadap Penurunan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
03(02), 200–214.
Rosen, L. H., DeOrnellas, K., & Scott, S. R. (2017). Bullying in school:
Perspectives from school staff, students, and parents. Springer.
Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik dalam
Konseling Abstrak Pendahuluan Teori dan Pendekatan Behavioristik. 14,
1–11.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif. Alfabeta.
Swearer, S. M., Espelage, D. L., Vaillancourt, T., & Hymel, S. (2010). What can
be done about school bullying? Linking research to educational practice.
Educational Researcher, 39(1), 38–47.
59

Wiyani, N. A. (2012). Save our children from school bullying. Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yasdiananda, E. W. (2013). Hubungan antara self esteem dengan asertivitas pada
siswa kelas X SMAN 5 Merangin. Jurnal Psikologi, 1(1).
LAMPIRAN - LAMPIRAN

60
1. Surat Permohonan Izin Penelitian
2. Surat Persetujuan Penelitian
3. Perhitungan SPSS 16.0
a. Uji Deskriptif Pree-test – Post-test Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Pree-Test
12 94 126 105.92 9.830
Eksperimen

Post-Test Eksperimen 12 76 118 94.17 12.554

Pree-Test Kontrol 11 67 104 88.64 12.036

Poste-Test Kontrol 11 61 107 89.64 14.726

Valid N (listwise) 11

b. Uji Normalistas Pree-test – Post-test Kelompok Ekperimen


dan Kelompok Kontrol
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Kelas XI Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Hasil Korban Pree-Test


.210 12 .149 .880 12 .088
Bullying Eksperimen (PBL)

Post-Test *
.130 12 .200 .971 12 .923
Eksperimen (PBL)

Pree-Test Kontrol *
.127 11 .200 .948 11 .615
(Konvensional)

Post-Test Kontrol
.210 11 .190 .898 11 .176
(Konvensional)

a. Lilliefors Significance
Correction

*. This is a lower bound of the true


significance.
c. Uji Paired Sapel T Test Pree-test – Post-test Kelompok Ekperimen
dan Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Std.
Mean N Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pree-Test
105.92 12 9.830 2.838
Eksperimen
Post-Test
94.17 12 12.554 3.624
Eksperimen
Pair 2 Pree-Test Kontrol 88.64 11 12.036 3.629
Poste-Test Kontrol 89.64 11 14.726 4.440

Paired Samples Test


Paired Differences
95%
Confidence
Std. Std. Interval of the Sig.
Deviatio Error Difference (2-
Mean n Mean Lower Upper T df tailed)
Pair 1 Pree-Test
Eksperimen -
11.750 18.152 5.240 .217 23.283 2.242 11 .047
Post-Test
Eksperimen
Pair 2 Pree-Test
Kontrol -
-1.000 10.649 3.211 -8.154 6.154 -.311 10 .762
Poste-Test
Kontrol
d. Uji Homogenitas Preetest – Posttest Kelompok Ekperimen dan
Kelompok Kontrol

Test of Homogeneity of Variance


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Data Based on Mean .284 1 21 .600
Korban Based on Median .057 1 21 .814
Bullying
Based on Median
and with adjusted .057 1 18.539 .814
df
Based on trimmed
.222 1 21 .643
mean

e. Uji Independen T-Test Preetest – Posttest Kelompok Ekperimen


dan Kelompok Kontrol

Group Statistics
Std. Std. Error
Kelas N Mean Deviation Mean
Data Postest Kelas
12 94.33 12.492 3.606
Korban Eksperimen
Bullying Posttest Kelas
11 89.64 14.726 4.440
Kontrol
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95%
Confidence
Interval of
Sig. Std. the
(2- Mean Error Difference
tailed Diffe Diffe Up
F Sig. t df ) rence rence Lower per
Data Equal
16.
Korban variances .284 .600 .827 21 .417 4.697 5.678 -7.111
504
Bullying assumed
Equal
variances 19. 16.
.821 .421 4.697 5.720 -7.245
not 737 639
assumed

4. Garis Interval
No Interval Klasifikasi
1 46 – 91 Rendah
2 92 – 137 Sedang
3 138 – 184 Tinggi

5. Skala Korban bullying


IDENTITAS DIRI

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :
PETUNJUK PENGISIAN

Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan . Bacalah setiap


pertanyaan secara seksama dan pilihlah salah satu pilihan jawaban yang
paling sesuai dengan diri saudara/I dan kemudian silahkan diberi tanda
centang (√) pada kolom yang telah disediakan . Alternatif pilihan
jawaban terdiri dari 4 pilihan yaitu, SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS
(Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju).

Contoh :

Pernyataan SS S TS STS

Teman saya sering meminta uang saya √

Jika saudara/i ingin mengubah jawaban, maka saudara/i dapat


memberikan garis pada jawaban sebelumnya lalu pilihlah jawaban
lainnya yang saudara/i inginkan.

Pernyataan SS S TS STS

Saya sering dicela dengan kata-kata kasar √ √

Jawablah setiap pertanyaan dengan jujur dan sesuai dengan diri saudara/i,
masing-masing anda memiliki jawaban yang berbeda , sehingga tidak ada
jawaban yang salah.

No Pernyataan SS S TS STS

Saya dipukul oleh teman saya tanpa


1.
alasan

Teman saya dengan sengaja


2. meletakan stipo dikursi sehingga
mengenai pakaian saya

Ketika saya ingin duduk teman saya


3.
menarik kursi hingga saya terjatuh
Teman saya memanggil saya dengan
4.
julukan yang tidak saya sukai

Saya sering dicela dengan kata-kata


5.
kasar

Teman saya memfitnah saya


6.
menyontek saat ujian

Teman saya mengkritik hasil kerja saya


7.
dengan tajam

Terkadang teman saya menghina saya


8.
dihadapan teman lain

Saya sering digoda oleh teman saya


9.
sehingga saya merasa tidak nyaman

10. Teman saya sering meminta uang saya

Saya mendapatkan tellfon dari nomor


11. yang tidak dikenal dengan kata-kata
kasar

Saya mendapat pesan berupa


12.
ancaman

Teman saya mengabaikan ketika saya


13.
mengajaknya berbicara

Seringkali saya diasingkan dalam


14.
pertemanan

Saya jarang diajak ke kantin oleh


15.
teman saya

Seringkali teman saya melirikan mata


16.
dengan sinis kearah saya

Teman saya menghela nafas setiap


17.
kali melihat saya
Teman saya mengangkat bahunya
18.
ketika saya bertanya

Ketika saya menyampaikan sesuatu


19. teman saya merespon dengan tertawa
mengejek

Saya tidak pernah ditinju oleh teman


20.
saya walaupun saya lemah

Teman saya membantu merapikan


21.
alat tulis yang saya berantakan

Saya tidak pernah dilempari oleh


22.
teman saya dengan barang tertentu

Teman-teman memanggil saya sesuai


23.
dengan nama saya

Teman saya tidak mencela saya


24.
walaupun penampilan saya aneh

Teman saya tidak pernah memfitnah


25.
saya melakukan hal yang buruk

Ketika saya berpendapat teman-


26. teman saya sangat menerima
pendapat saya

27. Teman saya menguji kemampuan saya

Saya tidak pernah diganggu dengan


28.
godaan-godaan yang tidak senonoh

Teman saya minta izin ketika ingin


29.
meminjam alat tulis

Saya tidak pernah mendapatkan telfon


30. dengan kata-kata kasar dari orang
yang tidak saya kenal
Saya tidak pernah mendaptakan pesan
31.
yang mengandung ancaman

Teman saya mengajak saya bermain


32.
bersama

Teman saya menerima saya untuk


33.
bermain dikelompoknya

Teman saya mengajak ke


34.
perpustakaan bersama

Teman saya tidak pernah melirik saya


35.
sekalipun penampilan saya aneh

Teman saya tersenyum ketika melihat


36.
saya

Teman saya menjawab dengan baik


37.
pertanyaan saya

Teman saya menanggapi dengan baik


38.
apa yang saya bicarakan

Teman saya memilih mencekik saya


39.
ketika dia marah

Teman saya tidak pernah mencubit


40.
saya

Ketika saya sedang berjalan, teman


41.
saya menyikut saya.

Teman saya tidak pernah mencakar


42. saya walaupun saya membuat
kesalahan

Ketika saya sedang berjalan, teman


43. saya menendang saya sehingga saya
terjatuh
Saat bertengkar saya tidak pernah
44.
diludahi oleh teman saya

45. Saya pernah digigit oleh teman saya

Teman saya akan meludahi saya ketika


46.
dia membenci saya
6. Modul Latihan Asertif
A. Latar belakang

Sekolah adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang


mempunyai tangggung jawab dalam membentuk peserta didik untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Menjadikan siswa yang berilmu,
cakap kreatif, dan melatih siswa untuk bertanggung jawab. Pada
kenyataanya di sekolah masih banyak siswa yang kurang mencapai
perkembangan yang optimal. Salah satu fenomena dalam dunia
pendidikan yaitu kekerasan (bullying) di sekolah. Maraknya perilaku
kekerasan yang terjadi baik di sekolah yang dilakukan oleh guru kepada
siswa, ataupun dilakukan oleh siswa kepada siswa yang lainnya. Hal
tersebut dapat mencoreng citra pendidikan karena mencari ilmu di
lembaga formal seperti sekolah menjadi kekhawatiran para orang tua.

Menurut Argiati anak yang menjadi korban bullying akan merasa


rendah diri, cemas, takut, kecewa, sedih, dan putus asa. Jika hal tersebut
tidak mendapatkan perhatian yang serius akan berdampak lebih fatal
yaitu meningkatkan anak putus sekolah (Rizki et al., 2015). Mencegah
dan mengatasi masalah-masalah yang timbul di sekolah seperti bullying
dapat dilakukan melalui berbagai cara, yaitu salah satunya pemberian
layanan konseling. Dalam konseling tidak hanya terdapat konseling
individu saja tetapi terdapat pula konseling kelompok. Salah satu teknik
dalam konseling kelompok yang di pakai adalah tekhnik latihan asertif.
Soendjojo menjelaskan bahwa karakteristik utama korban bullying
merupakan siswa yang belum mampu bersikap asertif.

Townen menjelaskan bahwa individu asertif memiliki ciri terbuka


kepada orang lain meskipun berbeda pandangan, mampu
mengekspresikan diri dengan jelas, serta mampuberkomunikasi secara
efektif. Sedangkan menurut Alberti & Emmons menyatakan bahwa
asertivitas merupakan pernyataan diri yang positif, dengan tetap
menghargai orang lain, sehingga akan meningkatkan kepuasan kehidupan
pribadi serta kualitas hubungan dengan orang lain. Berdasarkan beberapa
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian asertivitas yaitu
kemampuan individu untuk mengemukakan pikiran pikiran dan
perasaannya secara jujurdan spontan, tanpa rasa bersalah, serta tidak
bermaksud untuk melukai orang lain. (Rizki et al., 2015).
B. Tujuan Latihan Asertif
Tujuan dari latihan asertif ini adalah untuk meningkatkan sikaf
asertif pada diri peserta didik di MA Al-Mutawally, sehingga peserta
didik yang mengalami korban bullying dapat lebih berani dalam
mengungkapkan apa yang peserta didik rasakan dan berani mengambil
keputusan tanpa rasa cemas. Merujuk pada Alberti dan Emmons aspek –
aspek asertif yaitu sebagai berikut :
a. Bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.
Yakni kemampuan untuk membuat keputusan, mengambil
inisiatif, percaya pada yang dikemukan sendiri, dapat
menentukan suatu tujuan dan berusaha mencapainya,dan mampu
berpartisipasi dalam pergaulan.
b. Mampu mengekspresikan perasaan jujur dan nyaman.
Yakni kemampuan untuk menyatakan rasa tidak setuju, rasa
marah, menunjukkan afeksi dan persahabatan terhadap orang lain
serta mengakui perasaan takut atau cemas,mengekspresikan
persetujuan, menunjukkan dukungan, dan bersikap spontan.
c. Mampu mempertahankan diri.
Yakni kemampuan untuk berkata “tidak” apabila
diperlukan, mampu menanggapikritik, celaan, dan kemarahan
dari orang lain, secara terbuka serta mampumengekspresikan dan
mempertahan pendapat.
d. Mampu menyatakan pendapat.
Yakni kemampuan menyatakan pendapat atau gagasan,
mengadakan suatuperubahan, dan menanggapi pelanggaran
terhadap dirinya dan orang lain.
e. Tidak mengabaikan hak-hak orang lain.
Yakni kemampuan untuk menyatakan kritik secara adil tanpa
mengancam,memanipulasi, mengintimidasi,mengendalikan, dan
melukai orang lain.

C. Peserta
Peserta dalam pelatihan asertif ini adalah peserta didik kelas XI MA
Al-Mutawally yang mengalami korban bullying.
Rangkaian Pelatihan Asertif

No Sesi Tujuan Metode

1 Pembukaan Peserta memahami Ice


rangkaian pelatihan, alasan breaking,
untuk hadir, dan kontrak
membangun peraturan belajar dan
pelatihan pree-test

2 Keterampilan Pengenalan perilaku Games,stu


self- asertif. Peserta melihat di kasus,
awarenes jujur mengenai dirinya materi
untuk mengakui daerah
nonasertif atau agresif,
membantu membangun
percaya diri dan

3 Keterampilan Peserta mampu membina Games,


relationships dan meningkatkan materi, dan
kesetaraan hubungan role play
dengan orang lain.

4 Keterampilan requests Pesertamengekspresikan Materi,


and refusals perasaan dan pikiran, studi
mampu menyadari hak kasus, role
dasar setiap orang play
untuk menyatakan diri,
termasuk kemampuan
berkata “ya” dan “tidak”

5 Penutup Mengakhiri pelatihan Kristalisasi


dengan tindak lanjut saran. , postes,
dan pesan-
kesan.

7. Jadwal Pelatihan

No Pertemuan Sub Tema Waktu

1 Ke- 1 Pretest 45 menit

 Memberikan penjelasan tentang


bullying
 Menjelaskan apa indikator dari
2 Ke- 2 bullying 45 menit
 Menjelaskan bagaimana
dampak dari bullying terhadap
kepribadian seseorang

Mengadakan layanan konseling


kelompok dengan metode behavioral
3 Ke- 3 45 menit
dan di pertajam dengan tekhnik
asertif dalam aspek bullying fisik

4 Ke- 4 Mengadakan layanan keonseling 45 menit


kelompok dengan metode behavioral
dan di pertajam dengan tekhnik
asertif dalam aspek bullying verbal.

Mengadakan layanan keonseling


kelompok dengan metode behavioral
5 Ke- 5 dan di pertajam dengan tekhnik 45 menit
asertif dalam aspek bullying
relational.

6 Ke- 6 Posttest 45 menit


LEMBAR INFORMED CONSENT
FORMULIR PERSETUJUAN BAGI PARTISIPAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :

Dengan ini menerangkan bahwa:


1. Saya telah mendapatkan dan memahami penjelasan terkait penelitian
yang dilakukan oleh Iman Nugraha, mahasiswa program studi bimbingan
dan konseling pendidikan islam institut agama islam bunga bangsa
cirebon dan saya menyetujui berpartisipasi dalam penelitian ini.
2. Saya memberi kewenangan kepada peneliti untuk mengambil data yang
berkenaan dengan tema penelitian.
3. Saya mengatakan:
a. Saya telah menyimpan salinan penjelasan penelitian, dan saya setuju
dengan metode, tujuan dan persyaratan penelitian ini.
b. Saya mendapatkan informasi dan pemahaman bahwa penelitian ini
bertujuan untuk khasanah akademik khususnya pengembangan ilmu
bimbingan dan konseling terkait dengan pelatihan asertif untuk
mengurangi korban bullying.
c. Saya mendapat informasi bahwa data penelitian yang dikumpulkan
selama penelitian berlangsung dapat dipublikasikan dan ringkasan dari
laporan penelitian tersedia untuk saya.

Cirebon ,………………………..

(…………………………..)
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN BARANG
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Inisial : …………………………………………………………
Jenis Kelamin : ........…………………………………………………...
Usia : ....………………………………………………………
Menyatakan bersedia untuk diambil gambar berupa foto atau rekaman
selama mengikuti proses “Pelatihan Asertif”. Kesediaan saya ini sepenuhnya atas
dasar keinginan saya pribadi tanpa ada paksaan, bujukan atau ancaman pihak
manapun. Hasil dokumentasi selama “Pelatihan Asertif” tidak akan
dipublikasikan dan hanya dipergunakan dalam lingkungan yang terbatas.

Cirebon,…………………..

(…………………………….)

LEMBAR IDENTITAS
Anda dimohon untuk mengisi identitas dengan lengkap dan teliti
sehingga tidak ada pertanyaan yang melewati. Kerahasiaan data Anda akan kami
jamin sepenuhnya.
Nama :………………………………………………...
Jenis Kelamin :………………………………………………...
Tempat, Tanggal Lahir :………………………………………………...
Jumlah Saudara :………………………………………………...
Anak Ke :………………………………………………...
Asal sekolah :………………………………………………...
Alamat Asli : .………………………………………………
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) KONSELING
KELOMPOK
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020/2021

Komponen : Layanan Responsif


Bidang Layanan : Pribadi, Sosial
Topik / Tema Layanan : Bullying
Sub Tema : Apa itu bullying, jenis – jenis bullying,
dampak dari bullying, dan Aspek bullying fisik,
bullying verbal, bulllying relational
Fungsi Layanan : Pengentasan
Kelas / Semester : XI IIS
Alokasi Waktu : 1 x 45 menit

A. Tujuan Layanan

1. Melalui konseling kelompok peserta didik mampu bersikap dalam


menangani tindakan bullying dengan tekhnik
2. Anggota kelompok mampu membangun perasaan empati terhadap
anggota lain terkait masalah yang dibahas dalam konseling kelompok
3. Anggota kelompok mampu mengelola idenya, pendapatnya dan
gagasannya dalam mencari solusi masalah yang dihadapi
4. Anggota kelompok mampu menyusun solusi atas masalah yang
diselesaikan dalam konseling kelompok.
B. Metode, Alat dan Tekhnik

1. Metode : Diskusi dan tanya jawab


2. Takehnik : Latihan Asertif (bermain peran)
C. Sasaran

Kelas XI IIS ( Kelas Eksperimen )

D. Layanan dan Kegiatan Pendukung

Jenis Layanan : Layanan Konseling Kelompok

Kegiatan Pendukung : Angket

E. Waktu

Hari : Selasa
Tanggal : 20 April 2021

F. Tahap Kegiatan

Pra Kegiatan 1. Peneliti menjaring 12 peserta didik yang memiliki


permasalahan yang sama yaitu korban bullying.
2. Peneliti Membuat kesepakatan hari, tanggal, dan jam
pelaksanaan konseling kelompok
3. Penelitibersama peserta didik membentuk
kesepakatan peraturan kegiatan konseling kelompok
Tahap 1. Meminta salah satu anggota kelompok untuk
Pembentukan memimpin doa sebagai pembukaan
2. Mengucapkan rasa terima kasih pada anggota
kelompok telah bersedia hadir dalam kegiatan
3. Menjelaskan asas-asas, dan tata cara dalam konseling
kelompok
4. Meminta anggota kelompok untuk saling
memperkenalkan dan mengungkapkan diri secara
berantai
5. Membangun keakraban dan kebersamaan untuk
terbangunnya dinamika kelompok yang terbuka dan
penuh semangat.
Tahap Peralihan 1. Menjelaskan gambaran kegiatan konseling kelompok
yang akan dilaksanakan
2. Menanyakan apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan konseling kelompok
3. Memulai kegiatan dengan menjelaskan terlebih
dahulu contoh masalah ketergantungan media sosial
yang akan dibahas dalam kegiatan konseling
kelompok
4. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik
untuk mulai memaparkan masalah secara bergantian
5. Peneliti mendengarkan dengan cermat dan penuh
perhatian pemaparan dari para peserta didik agar
timbul keterbukaan.
Tahap Kegiatan
1. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu topik
untuk dibahas oleh angggota kelompok.
2. Tanya jawab antara anggota kelompok dan
pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum
jelas yang menyangkut topik yang dikemukakan
pemimpin kelompok.
3. Anggota membahas topik tersebut secara
mendalam dan tuntas.
Materi :
1. Bullying

a. Pengertian Bullying
Bullying berasal dari Bahasa Inggris yaitu “bully” yang berarti
menggertak atau menggangu. Dalam Bahasa Indonesia, secara etimologi
kata bully yaitu penggertak, orang yang mengganggu seseorang lemah.
Sejiwa yang menyampaikan bahwa bullying merupakan situasi dimana
seseorang yang kuat (bisa secara fisik maupun mental) menekan,
memojokkan, melecehkan, menyakiti seseorang yang lemah dengan
sengaja secara berulang-ulang, untuk memperlihatkan kekuasaannya.
Karena korban lemah secara fisik atau mental korbanpun tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya sendiri. (Nasir, 2018)
Menurut Olweus bullying adalah masalah psikososial yaitu
menghina dan merendahkan seseorang cara berulang-ulang dengan
berdampak negatif terhadap pelaku dan korban bullying di mana pelaku
mempunyai kekuatan yang lebih dibandingkan korban. (Kusumasari
Kartika Hima, Dkk (2019), n.d.)
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tindakan
bullying merupakan suatu tindakan negatif yang dilakukan secara
berulang ulang, dilakukan dengan sadar dan secara sengaja yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain secara fisik maupun emosional,
dilakukan oleh seorang anak atau kelompok anak dan terdapat ketidak
seimbangan kekuatan dan kekuasaan.

b. Faktor Bullying
Bullying yang sering terjadi biasanya dilatarbelakangi oleh beberapa
faktor. (Rosen et al., 2017) mengungkapkan beberapa faktor yang
disebabkan bullying. Dalam bukunya, diantaranya yaitu faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang disebabkan tindakan bullying ialah
faktor temperamental dan faktor psikologi terhadap intensitas melakukan
tindakan agresi. Pelaku bersikap impulsif dan minimnya sebuah
kemampuan regulasi diri. Apabila mereka melakukan sebuah tindakan
kekerasan, mereka tidak akan merasa bersalah ataupun merasakan empati
terhadap korban. Demikian, individu yang melakukan tindakan bullying
merupakan individu yang mempunyai kemampuan sosial yang rendah .
Bullying adalah tindakan yang agresif, merugikan dan dapat
mengakibatkan sebuah ketidak nyamanan dan trauma bagi korban.
Menurut (Swearer et al., 2010) korban bullying akan merasakan sakit
secara fisik dan psikis, akan menghindari sekolah, nilai akademik
menurun, rasa takut yang tinggi, rasa kecemasan meningkat, dan muncul
sebuah keinginan untuk bunuh diri.

c. Jenis Bullying
Menurut Cloroso bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk
tindakan :
d. Bullying fisik
Jenis bullying secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit,
mencakar, serta meludahi anak yang tertidas ke posisi yang
menyakitkan, dan merusak serta menghancurkan pakaian serta
barangbarang milik anak yang tertindas. Semakin kuat sang
penindas, akan semakin berbahaya, bahkan walaupun tidak
dimaksudkan untuk mencederai secara serius.
e. Bullying Verbal
Kekerasan verbal merupakan bentuk penindasan yang paling
umum dilakukan, kekerasan tersebut bisa dilakukan oleh anak
perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal mudah
dilakukan dan dapat dibisikkan dihadapan orang dewasa serta
teman sebaya, tanpa terdeteksi. Dalam penindasan secara verbal
dapat dilakukan di taman bermain bercampur dengan hingar
bingar yang terdengar oleh orang lain.
Penindasan verbal dapat berupa julukan nama, celaan,
fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataan-pernyataan
bernuansa ajakan seksual atau pelecehan seksual. Selain itu,
penindasan verbal dapat berupa perampasan uang jajan atau
barang-barang, telepon yang kasar, surat-surat kaleng yang berisi
ancaman kekerasan, tuduhan-tuduhan yang tidak benar.
f. Bullying Relasional
Bullying Relasioanal merupakan Jenis bullying paling sulit
dideteksi dari luar. Penindasan relasional ialah pelemahan harga
diri si korban penindasan secara sistematis melalui pengabaian,
pengucilan, pengecualian, atau penghindaran. Penghindaran,
suatu tindakan penyingkiran, adalah alat penindasan yang
terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin akan tidak mendengar
gosip itu, tetapi tetap akan mengalami efeknya. Penindasan
relasional dapat digunakan untuk mengasingkan atau menolak
seorang teman atau secara sengaja ditujukan untuk merusak
persahabatan. Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap
tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan
napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa
tubuh yang kasar. (Radhiah, 2020b).

e. Dampak Bullying
Dampak dari korban bullying adalah biasanya korban akan
mengalami berbagai macam gangguan yang meliputi kesejahteraan
psikologis yang rendah (low psychological wel-being) korban akan
merasa tidak nyaman, takut, rendah diri, serta tidak berharga,
penyesuaian sosial yang buruk, dimana korban merasa takut ke sekolah
bahkan tidak mau sekolah, menarik diri dari pergaulan, prestasi
akademik yang menurun karena mengalami kesulitan untuk
berkonsentrasi dalam belajar bahkan berkeinginan untuk bunuh diri dari
pada harus menghadapi tekanan-tekanan berupa hinaan dan hukuman.
(Wiyani, 2012).
Tindakan bullying akan memperoleh dampak yang buruk bagi
korban dan sangat membahayakan terutama dalam keberlansungan
belajar siswa di sekolah, siswa akan sulit mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Bahkan bukan hanya di sekolah di lingkungan
masyarakat bullying juga ikut andil dalam penyebab tindakan kriminal.
Dalam hal ini semua pihak ikut menaggung dampak buruk bullying,
bukan hanya korban bahkan pelaku dan siswa yang melihat kejadian
bullying dapat memiliki dampak yang buruk. Terlebih jika tindakan
bullying dilakukan dengan terusmenerus tentu akan menimbulkan efek
yang tidak baik. (Prahardika, 2014)
Dampak dari tindakan bullying yang begitu besar terhadap
kenyamanan dan keberlangsungan hidup setiap individu maka jauh-jauh
hari Allah SWT telah memperingati akan hal tersebut dalam Al-Qur‟an,
yang berisi sebagai berikut :

ٰٓ ٰ ‫س ۤبءٍ ع‬
‫َسى‬ َ ًِّ ‫س ۤب ٌء ِ ّه ْي‬ ٰٓ ٰ ‫س َخ ْر قَ ْى ٌم ِ ّه ْي قَ ْى ٍم ع‬
َ ًِ ‫َسى ا َ ْى يَّك ُْىًُ ْىا َخي ًْرا ِ ّه ٌْ ُه ْن َو ََل‬ ْ َ‫ٰيٰٓبَيُّهَب الَّ ِذ ْييَ ٰا َهٌ ُ ْىا ََل ي‬
‫بى‬ ِ ْ ََ ْْ َ‫ق ث‬
ِ ‫اَل ْي َو‬ ُ ‫س ْى‬ ُ ُ‫س ُن ا ْلف‬
ْ ‫س ِاَل‬ َ ْ‫ة ثِئ‬ ِ ‫س ُك ْن َو ََل تٌََبثَز ُْوا ثِ ْبَلَ ْلقَب‬
َ ُ‫ا َ ْى يَّكُيَّ َخي ًْرا ِ ّه ٌْ ُهيَّ َو ََل ت َ ْل ِوز ُْٰٓوا ا َ ًْف‬
ّٰ ‫ول ِٕىكَ هُ ُن ال‬ٰۤ َ
١١ ‫ظ ِل ُو ْى َى‬ ُ ‫َو َه ْي لَّ ْن يَت ُْت فب‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburukburuk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak
bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S.Al
Hujurat:11”)

f. Faktor yang mempengaruhi bullying


Bullying merupakan suatau tindakan yang bukanlah kejadian yang
kebetulan terjadi, melainkan dihasilkan oleh beberapa faktor seperti
faktor sosial, budaya dan ekonomi. Biasanya tindakan bullying
dilakukan oleh pihak yang merasa dirinya lebih kuat, lebih berkuasa, dan
merasa dirinya lebih terhormat untuk menindas pihak lain untuk
memperoleh keuntungan tertentu. Ada tiga faktor yang dapat
menyebabkan perilaku bullying :
d. Hubungan keluarga
Anak akan meniru perilaku anggota keluarganya yang dia lihat sehari-
hari sehingga menjadi perilaku yang ia anut ( hasil dari imitasi). Jika
anak dibesarkan dalam keluarga yang menoleransi kekerasan atau
tindakan bullying, maka anak akan mempelajari bahwa tindakan
bullying merupakan suatau perilaku yang bisa diterima dalam
membina suatu hubungan atau dalam mencapai apa yang di
inginkannya . Kemudian ia meniru perilaku bullying tersebut. Orang
tua di rumah yang tipe nya suka memaki, mebandingkan atau
melakukan kekerasan fisik merupakan salah satu faktor anak akan
melakukan tinbdakan bullying.
e. Teman sebaya
Teman sebaya merupakan salah satu faktor besar dari tindakan
bullying pada remaja disebabkan oleh adanya teman sebaya yang
memberikan pengaruh negatif dengan menyebarkan ide (baik secara
aktif ataupun pasif) bahwa tindakan bullying bukanlah suatu masalah
besar dan suatau hal yang wajar untuk dilakukan. Pada masa remaja
memiliki keinginan untuk tidak lagi bergantung pada keluarganya dan
mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok temannya.
Bullying terjadi adanya tuntutan pengaruh sosial ketika seseorang
mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan
lingkungannya.
f. Pengaruh media
Hasil dari survey yang dilakukan oleh kompas terhadap pengaruh
media pada perilaku anak menunjukan bahwa anak meniru adegan-
adegan flm.
Karakteristik keluarga penilitian telah mendokumentasikan bahwa
kekerasan dan keterlibatan pelaku tindakan intimidasi di kaitkan
dengan hasil psikologis dan pendidikan, maka demikian kebijakan
melawan bullying menjadi semakin luas pada tahun 2015, dan 17
negara sudah memberlakukan undang-undang tanpa bullying. Dengan
bukti bahwa program-program pencegahan dapat mengurangi
bullying. Beberapa dari status Negara ini memberikan manfaat untuk
program tersebut disekolah-sekolah. (Agdiyani, 2018)

2. Asertif
a. Pengertian Asertif
Asertif merupakan suatu kemampuan untuk mengkomunikasikan hal
yang diinginkan, dirasakan, dan dipikirkan kepada orang lain namun
dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pribadi
dan pihak lain. Perilaku asertif merupakan cara untuk mengekspresikan
hal yang mereka lihat dan yang mereka inginkan serta mengekspresikan
perasaan integritas, langsung, dan jujur dengan tetap menjaga privasi dan
menghormati orang lain. ketidakmampuan subjek untuk bersikap tegas,
menolak atau mengutarakan sesuatu yang ia inginkan dapat membuatnya
merasa cemas untuk berhadapan dengan orang-orang disekitanya. Oleh
sebab itu orang yang memiliki ketegasan atau asertivitas tinggi memiliki
kecemasan sosial yang rendah sehingga mereka dapat mengekspresikan
pendapat dan perasaan mereka tanpa merugikan orang lain dan diri
mereka. (Yasdiananda, 2013).
Perilaku asertif atau asertivitas perlu ditanamkan sejak dini karena
asertivitas bukan merupakan sesuatu yang lahiriah tetapi lebih
merupakan pola sikap dan perilaku yang dipelajari sebagai reaksi
terhadap berbagai situasi sosial yang ada di lingkungan (Hasanah et al.,
2015).3
b. Faktor Asertif
Menurut Rathus dan Nevid dalam jurnal (Nabila et al., n.d.) bahwa
ada enam faktor yang mempengaruhi perkembangan perilaku asertif,
diantaranya :
1. Jenis kelamin
Pada umumnya laki – laki cenderung lebih asertif dibandingkan
perempuan karena tuntutan masyrakat. Sejak kecil, laki – laki sudah
dibiasakan untuk tegas dan kompetitif.
2. Self esteem
Orang yang memiliki keyakinan diri yang tinggi memiliki
kekhawatiran sosial yang rendah, sehingga mampu mengungkapkan
pendapat dan perasaan tanpa merugikan orang lain dan diri sendiri.
3. Kebudayaan
Kebudayaan mempunyai peran yang besar dalam mendidik perilaku
asertif, biasanya berhubungan dengan norma – norma.
4. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang , akan semakin luas wawasan
berfikir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri
dengan lebih terbuka.
5. Tipe kepribadian
Seseorang akan bertingkah laku berbeda dengan individu yang
memiliki kepribadian lain.
6. Situasi tertentu lingkungan sekitarnya
Dalam berprilaku, seseorang tentu akan melihat situasi dan kondisi
dalam arti luas, misalnya anggota kelompok dengan pemimpin
kelompok. Situasi dalam kehidupan tertentu dikhawatirkan dapat
mengganggu dalam keadaan konflik.
c. Aspek Asertif
a. Bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri. Yaitu meliputi
kemampuan dalam membuat keputusan, mengambil inisiatif,
percaya pada yang dikemukan sendiri, dapat menentukan suatu
tujuan dan berusaha mencapainya,dan mampu berpartisipasi
dalam pergaulan.
b. Mampu mengekspresikan perasaan jujur dan nyaman. Yakni
meliputi kemampuan untuk menyatakan rasa tidak setuju, rasa
marah, menunjukkan afeksi dan persahabatan terhadap orang
lain serta mengakui perasaan takut atau cemas, mengekspresikan
persetujuan, menunjukkan dukungan, dan bersikap spontan.
c. Mampu mempertahankan diri. Meliputi kemampuan untuk
berkata “tidak” apabila diperlukan, mampu menanggapi kritik,
celaan, dan kemarahan dari orang lain, secara terbuka serta
mampu mengekspresikan dan mempertahan pendapat.
d. Mampu menyatakan pendapat. Meliputi kemampuan
menyatakan pendapat atau gagasan, mengadakan suatu
perubahan, dan menanggapi pelanggaran terhadap dirinya dan
orang lain.
e. Tidak mengabaikan hak-hak orang lain. Meliputi kemampuan
untuk menyatakan kritik secara adil tanpa mengancam,
memanipulasi, mengintimidasi, mengendalikan, dan melukai
orang lain. (Al’Ain & Mulyana, 2013).
Sumber :

Agdiyani, V. (2018). Efektivitas Konseling Kelompok Menggunakan


Teknik Rational Emotive Behaviour Therapy Untuk
Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik Korban Bullying
Di SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
Journal of Materials Processing Technology, 1(1), 1–8.
http://dx.doi.org/10.1016/j.cirp.2016.06.001%0Ahttp://dx.doi.org
/10.1016/j.powtec.2016.12.055%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.ijfat
igue.2019.02.006%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.04.02
4%0Ahttps://doi.org/10.1016/j.matlet.2019.127252%0Ahttp://dx.
doi.o
Al’Ain, M. O., & Mulyana, O. P. (2013). Pelatihan Asertif Untuk
Meningkatkan Komunikasi Interpersonalanggota Hima
(Himpunan Mahasiswa) Prodi Psikologi Fip UNESA. Jurnal
Ilmu Manajemen (JIM), 1(3), 1–6.
Ambarjaya, B. S. (2012). Psikologi Pendidikan dan Pengajaran Teori
dan Praktik. CAPS: Yogyakarta.
Andini, Gading, K., & Sedanayasa, G. (2019). Pengaruh Konseling
Kelompok Model Spicc Dengan Teknik Bermain Peran Terhadap
Peningkatan Perilaku Asertif Korban Bullying. 4(2), 56–62.
Aqib, Z. (2012). Ikhtisar Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Bandung: Yrama Widya.
Arumsari, C. (2017). Strategi Konseling Latihan Asertif untuk
Mereduksi Perilaku Bullying. Journal of Innovative Counseling :
Theory, Practice & Research, 1(1), 31–40.
Asiah, & Siregar, I. (2017). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok
Teknik Assertive Training Terhadap Perilaku Bullying Verbal
Siswa Kelas VIII SMPN Negeri 2 Percut Sei Tuan. 11(2), 1–13.
Aziz, A. (2015). Efektivitas Pelatihan Asertivitas untuk Meningkatkan
Perilaku Asertif Siswa Korban Bullying. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 3(2), 8–14.
http://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/article/view/2
5
Azzahra, R. A. (2020). Pelaksanaan Konseling Kelompok Oleh Guru
BK Untuk Meningkatkan Etika Dalam Pergaulan Peserta Didik
Di SMP Wiyatama Bandar Lampung. 83.
Budiarti, R. (2020). Efektivitas Teknik Latihan Asertif Guna
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Interpersonal Dan
Percaya Diri Peserta Didik Di SMA N 1 Pasir Sakti Kabupaten
Lampung Timur Tahun Ajaran 2019/2020. Orphanet Journal of
Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Corey, G. (2015). Theory and practice of counseling and
psychotherapy. Nelson Education.
Dani, ita purnama, Suarni, N. K., & Sulastri, made S. (2013).
Efektivitas konseling behavioral teknik latihan asertif untuk
meningkatkan perilaku disiplin belajar siswa kelas X SMA
Laboratorium Undiksha tahun 2012/2013. Jurnal Ilmiah
Bimbingan Konseling Undiksha, 1(1).
Devi. (2021). Pengaruh Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik
Asertif Training Untuk Mengatasi Perilaku Cyberbullying Pada
Peserta Didik Kelas Ix Di Smp Negeri 14 Bandar Lampung
Tahun Ajaran 2021/2022.
Gantina, K., & Wahyuni, K. (2011). Teori dan Teknik Konseling.
Jakarta: PT. Indeks.
Gerald, C. (2013). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Hardani, M. S. ., Helmina Andriani, M. S. ., Jumari Ustiawati, S.Si.,
M, S. ., Utami, Evi Fatmi, M.Farm., A., Istiqomah, Ria
Rahmatul, M. I. K., Roushandy Asri Fardani, S.Si, M. P.,
Sukmana, Dhika Juliana, S.Si, M. S., & Nur Himatul Auliya, G.
C. B. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Pustaka
Ilmu.
Hartono, M. S. (2015). Psikologi Konseling. Kencana.
Hasanah, A. M. A., Suharso, S., & Saraswati, S. (2015). Pengaruh
Perilaku Teman Sebaya terhadap Asertivitas Siswa. Indonesian
Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application,
4(1).
Heriansyah, M. (2017). Strategi Mengatasi Trauma Pada Korban
Bullying melalui Konseling Eksistensial. Proceeding Seminar
Dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium Dan Jurnal
Ilmiah Dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan Dan
Konseling Berbasis Kkni, 122–131.
Hermansyah, A. (2017). Bullying, Pemberian Layanan Konseling
Kelompok Dengan Teknik Role Playing Untuk Mengurangi
Perilaku 2016/2017, Pada Peserta Didik Kelas VII Di SMP Gajah
Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran. Вестник
Росздравнадзора, 4, 9–15.
Kumalasari, D. (2017). Konsep Behavioral Therapy Dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Pada Siswa Terisolir. Hisbah:
Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam, 14(1), 15–24.
https://doi.org/10.14421/hisbah.2017.141-02
Kusumasari Kartika Hima, dkk (2019). (n.d.).
Marjanti, S. (2015). Upaya Meningkatkan Rasa Percaya Diri Melalui
Konseling Kelompok Bagi Siswa Xii Ips 6 Sma 2 Bae Kudus
Tahun Pelajaran 2014/2015. Jurnal Konseling Gusjigang, 1(2).
https://doi.org/10.24176/jkg.v1i2.412
Nabila, A. I., Hardjono, & Nugroho, A. A. (n.d.). Pengaruh Pemberian
Pelatihan Asertivitas Terhadap Kecenderungan Kenakalan
Remaja Pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) Bhinneka Karya Surakarta. 1–36.
Nasir, A. (2018). Konseling Behavioral: Solusi Alternatif Mengatasi
Bullying Anak Di Sekolah. Konseling Edukasi “Journal of
Guidance and Counseling,” 2(1).
https://doi.org/10.21043/konseling.v2i2.4466
Noor, J. (2012). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis dan Disertasi
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Nursalim, M. (2013). Strategi dan intervensi konseling. Jakarta:
Akademia Permata.
Prahardika, A. N. (2014). Upaya Meningkatkan Pemahaman Bahaya
Bullying Melalui Bimbingan Klasikal pada Siswa.
Psikopedagogia Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 3(1), 50–56.
Prayitno, E. A. (2009). Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Radhiah, C. A. (2020a). Hubungan Antara Bullying Dengan
Kecemasan Sosial Pada Siswa Smp Korban Bullying Di Kota
Sabang. Malaysian Palm Oil Council (MPOC), 21(1), 1–9.
Radhiah, C. A. (2020b). Hubungan Antara Bullying Dengan
Kecemasan Sosial Pada Siswa SMP Korban Bullying Di Kota
Sabang. Malaysian Palm Oil Council (MPOC), 21(1), 1–9.
http://mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/
Rahmianor, H., & Handayani, E. S. (2020). Layanan Konseling
kelompok Dengan pendekatan Cognitive Behavior Therapy
Mengurangi Perilaku Bullying. Mahasiswa BK An-Nur:
Berbeda, Bermakna, Mulia, 6(3), 4–8.
Rizki, K., Uyun, Q., Magister, J., Psikologi, P., & Indonesia, U. I.
(2015). Pelatihan Asertivitas Terhadap Penurunan. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan, 03(02), 200–214.
Rosen, L. H., DeOrnellas, K., & Scott, S. R. (2017). Bullying in
school: Perspectives from school staff, students, and parents.
Springer.
Sanyata, S. (2012). Teori dan Aplikasi Pendekatan Behavioristik
dalam Konseling Abstrak Pendahuluan Teori dan Pendekatan
Behavioristik. 14, 1–11.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D.
Alfabeta.
Sugiyono, P. D. (2019). Metode Penelitian Kuntitatif Kualitatif.
Alfabeta.
Swearer, S. M., Espelage, D. L., Vaillancourt, T., & Hymel, S. (2010).
What can be done about school bullying? Linking research to
educational practice. Educational Researcher, 39(1), 38–47.
Wiyani, N. A. (2012). Save our children from school bullying.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Yasdiananda, E. W. (2013). Hubungan antara self esteem dengan
asertivitas pada siswa kelas X SMAN 5 Merangin. Jurnal
Psikologi, 1(1).
7. Dokumentasi Proses Penelitian

Pree-test
Treatmen
Post-test
8. Keterangan Bebas Plagiarisme
9. Bukti Tatap Muka Bimbingan
10. Riwayat Hidup Peneliti

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Iman Nugraha
Tempat, Tanggal Lahir : Kuningan, 11 November 1998
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Alamat : Desa Timbang Kec. Cigandamekar Kab.
Kuningan Prov. Jawa barat
Agama : Islam
Kewarganegaraan : WNI
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Menikah
Tinggi / Berat Badan : 169 / 51
Golongan Darah :-
Nomor Hp : 0815 – 6491 - 7443
Alamat E-Mail : nugrahaiman123@gmail.com
NIM : 2017.9.1.1.00017
Fakultas : Tarbiyah
Program Studi : Bimbingan Konseling Pendidikan Islam
(BKPI)
Tahun Ajaran : 2017/2018
Pendidikan Formal : 1. MI PUI Ciwedus II Tahun 2004 –
2010 Berijazah
2. MTs Nurul Huda Timbang Tahun
2010 – 2013
3. MA Miftahuttholibin Timbang
Tahun 2013 – 2016
4. IAI Bunga Bangsa Cirebon Tahun
2017 – Sekarang
Riwayat Organisasi : 1. Ketua Osis MTs Nurul Huda
Timbang Tahun 2012
2. Ketua Pradana Pramuka MA
Miftahuttholibin Timbang Tahun
2015
3. Sekretaris II Ikatan Pemuda Kebon
Kawung Ciloa Desa Timbang Tahun
2018 - Sekarang
4. Anggota Himpunan Mahasiswa
Bimbingan Konseling Pendidikan
Islam Tahun 2018-2020
5. Anggota Pramuka Racana IAI Bunga
Bangsa Cirebon Tahun 2019
Pengalaman Kerja : 1. PT. Alfaria Trijaya Tbk Tahun 2016
2. MTs Al – Mutawally Tahun 2018 -
Sekarang
Minat dan Keahlian : 1. Photography
2. Photoshop
3. Ms. Word
4. Ms. Excel

Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Cirebon, 11 Agustus 2021

Saya yang Bersangkutan

IMAN NUGRAHA
2017.9.1.1.00017

Anda mungkin juga menyukai