Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TENTANG

METODE BERFIKIR ILMIAH

Dosen Pengampu: Syafaatul Habib, M.P

DI SUSUN OLEH :
Kelompok 11

ELFI LESTASRI
JUNIWISNIANA
SITI HAWA
TETI SILNA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BENGKALIS
TAHUN 2023 M/1444 H BENGKALIS
TAHUN 2023 M/1444 H
METODE BERFIKIR ILMIAH

A. Pengertian Metode Berfikir Ilmiah


Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani kata meta
(sesudah atau dibalik sesuatu) dan hedos, (jalan yang harus ditempuh). Jadi,
metode adalah langkah-langkah (cara teknik) yang diambil, menurut urutan
atau sistematika tertentu untuk mencapai pengetahuan sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah yang sistematis. Metodelogi merupakan suatu
kajian dalam mempelajari paraturan-peraturan dalam metode tersebut. jadi
metodedologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang
terdapat dalam metode ilmiah.
Metode berpikir ilmiah merupakan prosedur, cara atau teknik dalam
mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, jadi ilmu merupakan
pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah atau dengan kata lain
bahwa suatu pengetahuan baru dapat disebutsuatu ilmu apabila diperoleh
melalui kerangka kerja ilmiah, syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu
pengetahuan bias disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan
metode ilmiah. Pendapat lain mengatakan bahwa metode ilmiah adalah
sebuahg prosedur yang digunakan ilmuan dalam encarian kebenaran baru.
Dilakukan dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru dan
melakukan peninjauan kembali supaya ilmu pengetahuan bias terus
berkembang seiring perkembangan zaman dan menjawab tantangan yang
dihadapi. 
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian
ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Penguasaan sarana berpikir
ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang
ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak
dapat dilakukan.1

1
http://trikkuliah.blogspot.com/2016/04/metode-berfikir-ilmiah.html Diakses pada tanggal
14 Mei 2023

1
B. Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik. Jadi, fungsi sarana berpikir ilmiah adalah
untuk membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau teori yang
lain. Sarana berpikir ilmiah juga menyandarkan diri, pada proses logika
deduktif dan proses logika induktif, sebagaimana ilmu yang merupakan
gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Implikasi proses deduktif
dan induktif menggunakan logika ilmiah.
Upaya yang tepat untuk melakukan kegiatan berpikir ilmiah
membutuhkan kemudahan bahasa, logika, matematika dan statistik. Salah
satu langkah yang harus dikuasai adalah memahami dengan benar peran dari
setiap cara berpikir dalam keseluruhan proses ilmiah.
1. Bahasa
John W.Santrock menyatakan bahwa bahasa adalah suatu bentuk
komunikasi yang didasarkan pada sistem simbolik, baik lisan, tulisan
maupun bahasa isyarat (Depdiknas, 2003). Bahasa adalah pernyataan
pikiran atau emosi dan alat komunikasi manusia. Oleh karena itu, bahasa
merupakan alat komunikasi berupa simbol-simbol yang digunakan untuk
berfikir atau melakukan penalaran induktif dan deduktif dalam kegiatan
ilmiah.2
Fungsi bahasa, menurut Halliday sebagaimana yang dikutip oleh
Thaimah adalah sebagai berikut.
a) Fungsi Instrumental, Penggunaan bahasa untuk mencapai suatu hal
yang bersifat materi, seperti: makan, minum, dan sebagainya.
b) Fungsi Regulatoris, Penggunaan bahasa untuk memerintah dan
perbaikan tingkah laku.
c) Fungsi Interaksional, Penggunaan bahasa untuk saling mencurahkan
perasaan pemikiran antara seseorang dan orang lain.

2
Suriasumantri, Jujun S. 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.

2
d) Fungsi Personal, Penggunaan bahasa untuk mencurahkan perasaan
dan pikiran.
e) Fungsi Heuristik, Penggunaan bahasa untuk mengungkap tabir
fenomena dan keinginan untuk mempelajarinya.
f) Fungsi Imajinatif, Penggunaan bahasa untuk mengungkapkan
imajinasi seseorang dan gambaran-gambaran tentang discovery
seseorang dan tidak sesuai dengan realita (dunia nyata)
g) Fungsi Representasional Penggunaan bahasa untuk menggambarkan
pemikiran dan wawasan serta menyampaikannya pada orang.

2. Matematika
Matematika adalah salah satu puncak dari ilmu pengetahuan yang
sangat baik. Selain pengetahuan matematika itu sendiri, matematika juga
menyediakan bahasa, proses, dan teori yang memberi ilmu suatu bentuk
kekuatan. Fungsi matematika sangat penting dalam perkembangan
berbagai ilmu pengetahuan. Misalnya, kalkulasi matematis telah menjadi
dasar desain teknik, metode matematika dapat memberikan inspirasi ide-
ide di bidang sosial dan ekonomi, bahkan pemikiran matematika dapat
menambah warna pada arsitektur dan lukisan.
Perkembangan matematika memberikan masukan bagi bidang
keilmuan lainnya. Kontribusi matematika terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan alam lebih tercermin pada penggunaan simbol-simbol
digital. Menghitung dan mengukur objek ilmu pengetahuan alam, seperti
fenomena alam yang dapat diamati dan ditinjau berulang kali. Ia berbeda
dengan ilmu sosial karena memiliki objek penelitian yang kompleks dan
sulit diamati. Selain objek non repetitif, kontribusi matematika tidak
mengutamakan simbol angka.

3. Statistika
Statistik merupakan ilmu yang mempelajari tentang berbagai hal
yang berkaitan dengan data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan,

3
penganalisisan, penafsiran, dan penarikan kesimpulan dari data yang
berbentuk angka-angka. Statistika digunakan untuk menggambarkan
suatu persoalan dalam suatu bidang keilmuan. Maka, dengan
menggunakan prinsip statistika masalah keilmuan dapat diselesaikan,
suatu ilmu dapat didefinisikan dengan sederhana melalui pengujian
statistika dan semua pernyataan keilmuan dapat dinyatakan secara
faktual. Dengan melakukan pengkajian melalui prosedur pengumpulan
fakta yang relevan dengan rumusan hipotesis yang terkandung fakta-
fakta empiris, maka hipotesis itu diterima keabsahan sebagai kebenaran,
tetapi dapat juga sebaliknya. Jadi statistika merupakan sekumpulan
metode dalam memperoleh pengetahuan untuk mengelola dan
menganalisis data dalam mengambil suatu kesimpulan kegiatan.3
Jika logika dan matematika sebagai sarana berfikir deduktif
maka, logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir
induktif untuk mencari konsep yang berlaku umum. Penalaran induktif
dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak pada sejumlah hal khusus untuk
sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah. Jadi, peran
statistik dalam kegiatan penelitian ilmiah dapat dikemukakan sebagai
berikut:4
1) Memungkinkan pencatatan data penelitian dengan eksak.
2) Memandu peneliti untuk menganut tata pikir dan tata kerja yang
definitif dan eksak.
3) Menyajikan cara – cara meringkas data ke dalam bentuk yang
bermakna lebh banyak dan lebih mudah mengerjakannya.
4) Memberikan dasar – dasar untuk menarik kesimpulan melalui proses
yang mengikuti tata cara yang diterima oleh ilmu.
5) Memberikan landasan untuk meramalkan secara ilmiah tentang
bagaimana suatu gejala akan terjadi dalam kondisi yang telah
diketahui.

3
Mustofa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berpikir; Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
4
Penalaran Ilmiah. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 6(2), 1-21

4
6) Memungkinkan peneliti menganalisis, menguraikan sebab akibat
yang kompleks dan rumit, andaikata tanpa statistik hal itu merupakan
peristiwa yang membingungkan dan mungkin tidak dapat diuraikan.

C. Kriteria Berfikir Ilmiah


Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek
investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat
utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses
ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan observasi.
Observasi yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau
perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu
tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek
yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi
manusia.5
Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti
termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang
ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil
pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan
dalam bentuk grafik, atau dipetakan dan diproses dengan perhitungan
statistik seperti korelasi dan regresi. Supaya suatu metode yang digunakan dalam
penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria
sebagai berikut:6
1. Berdasarkan fakta
2. Bebas dari prasangka
3. Menggunakan prinsip-prinsip analisis
4. Menggunakan hipotesis
5. Menggunakan ukuran objektif
6. Menggunakan teknik kuantifikasi

5
Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.
6
Azafilmi, H., Iqbal, S., & Prita, I. W. (2012). Konsep Dasar Berpikir Ilmiah dengan
Penalaran deduktif, Induktif, dan Abduktif.

5
D. Langkah-langkah Berpikir Ilmiah7
1. Merumuskan masalah
Berpikir secara ilmiah melalui metode ilmiah diawali dengan
kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus
dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat
tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode
ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya, menganalisis
data tersebut, kemudian menyimpulkannya.
Langkah yang harus dilakukan adalah konseptualisasi masalah
penelitian, sehingga jelas rumusan dan ruang lingkup masalah, dan
batasan konsep dan batasan operasional. Dalam merumuskan masalah
berisi tentang:
a) Pendahuluan,
b) Latar belakang masalah,
c) Identifikasi masalah,
d) Pembatasan masalah,
e) Perumusan masalah,
f) Definisi operasional,
g) Tujuan dan manfaat penelitian.

2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis memiliki makna tentang jawaban sementara dari
rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan
data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir
ilmiah, perumusan hipotesis mempunyai peranan yang sangat penting.
Dengan adanya rumusan hipotesis yang jelas, maka dapat membantu
mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah.
Dalam melakukan penelitian, seringkali seorang peneliti
menganggap (merasa) bahwa semua data sangat penting. Sehingga,
dengan melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti

7
Imam, Gunawan, 2013. Konsep Penelitian Ilmiah. Universitas Negeri Malang

6
untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini
dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan. Isi dari merumuskan hipotesis yaitu:
a) Kajian teori dan kerangka berpikir,
b) Pembahasan teori,
c) Hasil penelitian yang relevan,
d) Kerangka berpikir dan
e) Hipotesis penelitian.

3. Mengumpulkan data
Dalam penerapan metode ilmiah, seorang peneliti yang perlu
mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya.
Dalam metode ilmiah, pengumpulan data memiliki peran penting,
karena berkaitan dengan pengujian hipotesis yang ditetapkan. Sehingga,
sebuah hipotesis akan diterima atau ditolak, bergantung pada data yang
dikumpulkan.

4. Verifikasi data uji hipotesis


Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah
proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji
hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis,
namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum
pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu
menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi
yang ditetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan
terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf
signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu
pengujian hipotesis.

7
5. Kesimpulan
Rumusan simpulan harus bersesuaian dengan masalah yang telah
diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk
kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk
menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan,
walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak
peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun
pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang
diajukannya.

E. Sikap dan Aktivitas Ilmiah


Sikap ilmiah adalah sikap – sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap
ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari, meneruskan,
menilak atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
Menurut Harsojo seperti yang dikutip Anshari (1990: 57)
menyebutkan beberapa macam sikap ilmiah, yaitu:
1. Obyektivitas.Dalam suatu peninjauan yang dipentingkan adalah
obyeknya, karena di dalam ilmu pengetahuan harus berkenaan dengan
sikap yang tidak tergantung pada suasana hati, prasangka atau
pertimbangan nilai pribadi. Atribut obyektif mengandung arti bahwa
kebenaran ditentukan oleh pengujian secara terbuka yang dilakukan dari
pengamatan dan penalaran fenomena.
2. Sikap skeptif. Ialah sikap untuk selalu ragu – ragu terhadap pernyataan –
pernyataan yang belum cukup kuat dasar – dasar pembuktiannya.
3. Kesabaran intelektual. Sanggup menahan diri dan kuat untuk tidak
menyerah kepada tekanan agar dinyatakan suatu pendirian ilmiah.
Karena sikap tersebut merupakan sikap utama seorang ilmuwan.
4. Kesederhanaan. Kesederhanaan sebagai sikap ilmiah adalah
kesederhanaan dalam cara berfikir, dalam cara menyatakan dan dalam
cara pembuktian.

8
5. Sikap tidak memihak pada etik. Sikap tidak memihak pada etik dalam
mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan ialah, bahwa ilmu
tidak mempunyai tujuan yang akhirnya membuat penilaian tentang apa
yang baik dan apa yang buruk; ilmu mempunyai tugas untuk
mengemukakan apa yang salah dan apa yang benar secara relatif.

Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus


melakukan research ilmiah untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering
melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus menerus untuk mencapai pada
apa yang disebutnya benar.
Menurut Walter R Borg and Meredith D Gall, menyebutkan ada 7
langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. 7
langkah tersebut diantaranya:
1. Menyusun sesuatu yang disebut masalah
2. Melakukan perumusan masalah atau mendefinisikan masalah kedalam
bentuk yang operasional
3. Menyusun hipotesis/dugaan sementara
4. Menetapkan tekhnik dan menyusun instrumen penelitian
5. Mengumpulkan data yang diperlukan
6. Melakukan analisis terhadap data yang terkumpul
7. Menggambarkan kesimpulan yang berhasil dipecahkan

Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu


aspek invidual yang mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan
aspek sosial yang mengacu kepada ilmu sebagai suatu komunitas ilmiah dan
kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi dengan intuisi-intuisi lain
dalam masyarakat.

F. Prosedur Berpikir Ilmiah


Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan
kaidah keilmuan barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran

9
rasional dan empiris. Metode ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir
menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini, diharapakan dapat
menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah.
Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara
empiris. Metode ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara
berfikir deduktif dalam membangun tubuh pengetahuan.8
Prosedur ilmiah mencakup 7 langkah, yaitu:
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang
bertantangan atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
2. Menyatakan masalah-masalah dalam istilah spesifik
3. Merumuskan suatu hipotesis
4. Merancang suatu metode penyelidikan yang terkendali dengan jalan
pengamatan atau percobaan
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu
pernyataan yang mempunyai makna dan kepentingan.
6. Melakukan penegasan yang dapat dipertanggung jawabkan
7. Melakukan penegasan terhadap apa yang disebut dengan metode ilmiah.

Permasalahan akan menentukan ada atau tidaknya ilmu. Tanpa ada


masalah, maka tidak akan ada ilmu. Langkah pertama suatu penelitian
adalah mengajukan sesuatu yang dianggap sebagai masalah. Sesuatu yang
dianggap sebagai masalah apabila terdapat pertentangan antara harapan akan
sesuatu yang seharusnya, dengan kenyataan yang sebenarnya ada.
Permasalahan dalam ilmu pengetahuan, memiliki 3 ciri:9
1. Dapat di komunikasikan dan dapat menjadi wacana publik
2. Dapat diganti dengan sikap ilmiah
3. Dapat ditangani dengan metode ilmiah

8
Jujun, Suriasumantri. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
9
Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut Agama
Islam Darussalam.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir ilmiah adalah landasan atau kerangka bepikir penelitian
ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik juga diperlukan sarana
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Fungsi sarana berpikir ilmiah
adalah untuk membantu proses metode ilmiah dalam mendapat ilmu atau
teori yang lain. Salah satu langkah yang harus dikuasai adalah memahami
dengan benar peran dari setiap cara berpikir dalam keseluruhan proses
ilmiah, yaitu bahasa, matematika dan statistik.
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek
investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat
utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Supaya suatu
metode yang digunakan dalam penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut
harus mempunyai kriteria sebagai berikut: Berdasarkan fakta, Bebas dari
prasangka, Menggunakan prinsip-prinsip analisis, Menggunakan hipotesis,
Menggunakan ukuran objektif, Menggunakan teknik kuantifikasi
Adapun langkah-langkah berpikir ilmiah, yaitu: Merumuskan
masalah, Merumuskan hipotesis, Mengumpulkan data Verifikasi data uji
hipotesis, serta Kesimpulan. Adapun Sikap dan Aktivitas Ilmiah, yaitu
obyektivitas,.sikap skeptif, kesabaran intelektual, kesederhanaan,  sikap
tidak memihak pada etik.

B. Saran
Dalam penulisan ini tentu terjadi banyak kesalahan. Saran dan
kritikan tentu akan di tampung guna untuk meperbaiki kesalahan tersebut.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini belum semua
penulis jelaskan dalam pembahasan diatas, masih terdapat banyak
kekurangan dari itu penulis akan menerima segala saran dan masukan yang
membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azafilmi, H., Iqbal, S., & Prita, I. W. (2012). Konsep Dasar Berpikir Ilmiah
dengan Penalaran deduktif, Induktif, dan Abduktif.

http://trikkuliah.blogspot.com/2016/04/metode-berfikir-ilmiah.html Diakses pada


tanggal 14 Mei 2023

Imam, Gunawan, 2013. Konsep Penelitian Ilmiah. Universitas Negeri Malang

Jujun S, Suriasumantri, 1999. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Jujun, Suriasumantri, 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:


Pustaka Sinar Harapan.

Mustofa, I. (2016). Jendela Logika dalam Berpikir; Deduksi dan Induksi sebagai
Dasar

Penalaran Ilmiah. EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, 6(2), 1-


21

Sumadi. 2010. Filsafat Ilmu Pengantar Konsep dan Analisis. Ciamis: Institut
Agama Islam Darussalam.

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.

12

Anda mungkin juga menyukai