NPM : 1806200753
Kelas : K3LL – 04
L01: Mahasiswa diharapkan mengerti apa itu kesehatan, keselamatan, dan lindung
lingkungan sebagai aspek menyeluruh dari prinsip dasar dan kode etik keteknikan.
Berdasarkan LO1, maka sebagai mahasiswa perlu mengerti apa itu Kesehatan,
keselamatan kerja, dan lindung lingkungan dan kode etik keteknikan. Kesehatan mengartikan
bahwa setiap individu diharapkan dalam keadaan yang sejahtera, aman, sehat, dan nyaman
dalam menjalani kehidupannya. Keselamatan diartikan sebagai suatu kondisi dimana manusia
dapat terhindar dari resiko dan aman dari bahaya yang ada. Sedangkan lindung lingkungan
merupakan aspek perlindungan terhadap lingkungan dari bahaya tercemar dan lainnya.
Ketiga hal tersebut menjadi dasar dalam kode etik keteknikan dalam ASME dimana:
1. Sarjana Teknik menjujung tinggi integritas dan martabat profesi Teknik dengan:
Menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk peningkatan
kesejahteraan manusia.
2. Jujur dan tidak memihak, dan melayani dengan kesetiaan masyarakat, atasan dan
klien mereka.
3. Berusaha untuk meningkatkan kompetensi profesi teknik.
L02: Mahasiswa mampu untuk melakukan proses penilaian resiko dengan
mempertimbangkan faktor resiko sebagai impak dari bahaya terhadap manusia,
fasilitas, komunitas sekitarnya maupun lingkungan.
Dalam menjawab tujuan pembelajaran diatas, perlu dilakukan studi kasus agar
kompetensi yang didapatkan lebih konkrit dan tujuan pembelajaran dapat terpenuhi. Berikut
merupakan studi kasus yang dilakukan:
Proyek Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT)
Mass Rapid Transit atau yang lebih dikenal sebagai MRT merupakan sebuah sistem
transportasi transit cepat yang dibangun di Jakarta. Proyek ini merupakan proyek yang cukup
besar karena cakupannya yang luas. Proyek pembangunan MRT ditanggung jawabkan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PT MRT Jakarta serta peran
pihak swasta. Konstruksi MRT ini dibangun dalam bentuk rel laying maupun rel bawah
tanah. Rel ini dapat menampung rata-rata mencapai 6 kereta dengan 1800 penumpang dalam
sekali jalan (PT MRT Jakarta, n.d.). Pada proses pembangunannya, proyek ini telah
menerapkan skema penilaian resiko dan memperketat faktor keselamatan dengan menerapkan
prinsip deremit points atau pengurangan nilai dalam jangka panjang. Metode tersebut
diterapkan pada setiap fase dan koridor yang terdapat pada proyek pembangunan ini. Demerit
points dapat diartikan sebagai bentuk pinalti sebagai pengurangan nilai apabila terjadi
kesalahan dalam pembangunan (Fitriani, 2018).
Faktor resiko pada proyek MRT tersebut cukup tinggi, sehingga, jika diidentifikasi,
nilai bahaya memiliki nilai 3 dan probabilitasnya pun cukup tinggi yang juga memiliki nilai
3. Artinya, resiko yang ada pada proyek pembangunan MRT bernilai 9. Dimana angka
tersebut merupakan angka maksimum dalam suatu faktor resiko. Ada beberapa potensi
bahaya dan resiko yang datang dari berbagai aspek K3LL yaitu konstruksi bahaya mesin,
bahaya listrik, toksikologi, ergonomi dan komunikasi bahaya dan alat pelindung diri dan
dampak lingkungan.
Melalui berbagai aspek K3LL seperti bahaya konstruksi, bahaya mesin, bahaya listrik,
toksikologi, ergonomi dan komunikasi bahaya dan alat pelindung diri dan dampak
lingkungan, diperlukan peninjauan lebih lanjut terhadap aspek-aspek tersebut (K3LL, 2020).
Perlu ditinjau beberapa potensi bahaya yang hadir dan strategi pencegahan atas bahaya
tersebut untuk menghindari risiko yang akan terjadi di kemudian hari. Semakin dalam
peninjauan terhadap beberapa aspek tersebut, maka risiko yang timbul akan semakin sedikit.
Dibutuhkan analisis Hazard Operatibility atau HAZOP dalam proyek pembangunan MRT
tersebut.
Penting untuk menerapkan komunikasi bahaya agar mengetahui bahaya apa saja yang
terdapat dalam suatu pekerjaan dan bagaimana cara melindungi diri untuk mencegah insiden dan
cedera yang terjadi. Bahaya konstruksi dapat terjadi dan memiliki tingkat resiko yang tinggi apabila
tidak digunakannya alat pelindung diri yang lengkap dan sesuai. Selain itu, toksisitas juga tidak kalah
berbahaya karena menyerang manusia maupun lingkungannya. Untuk mencegah bahaya salah satunya
dilakukannya training, mitigasi, penyediaan APD atau pengetahuan seperti MSDS.
Manajemen kontrol dapat berupa sistem dalam mengatur bagaimana proses konstruksi dapat
berlangsung. Sistem yang tepat, efektif, dan terstruktur akan menimbulkan pembangunan yang sehat
dan aman. Selain melakukan manajemen kontrol selama proses konstruksi berlansung, manajemen
kontrol juga dapat dilakukan sebelum dilakukannya proses konstruksi seperti mengadakan training,
pencerdasan mengenai informasi bahaya dan resiko di tempat kerja, maupun mitigasi bahaya sebelum
diterapkan langsung di tempat kerja.
Dalam proses konstruksi, pentingnya digunakan symbol tanda bahaya untuk memperingati
adanya probabilitas bahaya yang sedang-tinggi pada konstruksi yang sedang dilakukan. Komunikasi
bahaya dapat dilakukan secara tertulis melalui simbol tanda bahaya yang menunjukkan keadaan
berupa flammable, beracun, dan tanda bahaya lainnya. Komunikasi bahaya lainnya dapat berupa
komunikasi lisan melalui peringatan dan perlindungan antara rekan kerja dalam mencegah bahaya
yang terjadi di tempat konstruksi.
Pada pembangunan proyek MRT, sudah digunakannya APD yang sesuai dan tepat dalam
mencegah terjadinya resiko. Penggunaan APD berupa helm tipe A, safety shoes, dan pakaian
pelindung diri sudah digunakan. Terdapat dokumentasi penggunaan APD pada proses konstruksi
MRT seperti gambar berikut:
Gambar 1. Penggunaan APD pada Pembangunan Proyek MRT
Sumber : (https://nasional.okezone.com/read)
Penilaian resiko sangat perlu dilakukan untuk mengisarkan seberapa tinggi tingkat resiko
yang akan terjadi untuk melakukan manajemen kontrol yang sesuai dalam mencegah resiko yang
terjadi berupa insiden maupun cedera. Investigasi merupakan langkah yang dilakukan dalam
menganalisis penyebab mengapa suatu insiden dapat terjadi, sehingga kedepannya dapat mereduksi
bahaya-bahaya yang dapat menyebabkan insiden yang serupa. Sedangkan insiden merupakan
konsekuensi langsung dari sebuah resiko yang menyebabkan kecelakaan atau cedera pada korban.
Seperti yang sudah dilakukan dalam penilaian resiko bahwa proyek pembangunan MRT ini
memiliki factor resiko sebesar 9 dimana merupakan nilai maksimum dalam penilaian resiko. Artinya,
insiden dan cedera yang terjadi memiliki probabilitas yang sangat tinggi, oleh karena itu, jika suatu
insiden dan cedera terjadi, maka akan menimbulkan dampak dan resiko yang sangat tinggi. Salah satu
insiden yang terjadi pada proses pembangunan MRT adalah ambruknya konstruksi layang yang
dibangun ke jalan raya yang berada di bawahnya. Insiden tersebut terjadi pada Sabtu, 4 November
2017 Pukul 00.00 WIB di Proyek MRT, Kebayoran Baru Jakarta. Hal tersebut merupakan resiko yang
cukup ekstrim karena dapat menelan korban jiwa.
Gambar 2. Insiden Jatuhnya Konstruksi Layang Pembangunan MRT
Sumber : (sibima.pu.go.id)
Insiden tersebut merupakan limit atau ujung dari kelalaian atau ketidak-tepatan
prinsip K3LL yang diterapkan selama proses pembangunan proyek berlangsung. Sehingga,
menimbulkan cedera yang terjadi atas insiden tersebut.
Investigasi:
Jika diperkirakan, jatuhnya beton yang memiliki berat puluhan ton tersebut dapat
mencederai siapa saja yang berada di bawahnya. Sedangkan, pengguna jalan dibawahnya
tidak bisa memperkirakan terjadinya insiden tersebut. Penggunaan struktur konstruksi seperti
beton dan tulangannya bisa saja menggunakan beton kualitas rendah sehingga kekuatan
eratnya juga rendah. Perlu dilakukan peningkatan mutu beton dan ketelitian dalam
pemasangan konstruksi untuk mencegah insiden serupa terjadi di kemudian hari.
Selain itu, diperlukan perlindungan 2 arah yaitu dari pihak konstruksi dan juga pihak
pengguna jalan. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan yaitu pengokohan struktur
konstruksi layang yang ada. Baik dalam peningkatan kualitas mutu beton yang dipakai,
maupun peningkatan kekuatan konstruksi yang dibangun. Sehingga, konstruksi tersebut dapat
melekat dan tidak terjatuh ke bawah jalan.
Sedangkan dari pihak pengendara dan pengguna jalan di bawahnya perlu dilakukan
peningkatan perlindungan diri yaitu menggunakan helm atau peletakkan police line pada
bagian bawah jalan agar tidak ada masyarakat yang melakukan aktivitas rutin di bawah jalan
tersebut. Jika jalan raya yang berada di bawah konstruksi pembangunan MRT masih
digunakan sebagai lalu lintas, perlu dilakukan pemerhatian lebih lanjut bagi pengendara yang
melintas dibawahnya. Tanda bahaya juga dapat diletakkan dibagian jalan maupun konstruksi
berada.
Gambar 3. Simbol Tanda Bahaya Barang Jatuh
Sumber : (katigaku.top)
Namun, jika sudah terjadi insiden tersebut, sebaiknya segera dilakukan evaluasi dan
pertolongan utama bagi korban yang terdapat pada insiden tersebut. Evaluasi memiliki
sasaran yaitu kontraktor dan pekerja pembangunan proyek terkait, yakni PT MRT.
Sedangkan pertolongan pertama harus segera ditindak bagi korban cedera. Seperti yang telah
disebutkan, evaluasi dapat berupa peningkatan kualitas konstruksi untuk pembangunan
kedepannya ataupun pinalti yang diberikan kepada konstraktor agar insiden serupa tidak
dapat terjadi kembali.
Pertolongan pertama bagi korban cedera dapat berbeda-beda sesuai dengan tingkat
cedera yang terjadi. Jika cedera ringan, dapat dilakukan pertolongan pertama berupa
penanganan medis di tempat agar luka dapat segera diobati. Pada cedera berat, korban perlu
dilarikan ke rumah sakit untuk penanganan medis lebih lanjut. Selain itu, konstruksi beton
yang terjatuh juga sebaiknya secepat mungkin dipindahkan ke tempat yang lebih aman agar
tidak ada korban selanjutnya dan tidak menutup jalan raya.
REFERENSI
K3LL, B. A. (2020). Kesalahan Proses dan Teknik Analisis. Depok: Tim Dosen K3LL FTUI.
PT MRT Jakarta. (n.d.). Proyek dan Perkembangan MRT Jakarta. Retrieved from jakartamrt.co.id:
https://jakartamrt.co.id/id/proyek-dan-perkembangan
https://nasional.okezone.com/read
sibima.pu.go.id pluginfile.php/42934/mod_resource/content/1/20180409-03-Penerapan
%20K3%20pada%20Proyek%20Infrastruktur%20Jalan%20dan%20Jembatan
https://katigaku.top/2020/05/25/contoh-rambu-k3/bahaya-barang-jatuh