Anda di halaman 1dari 8

PENGENDALIAN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PEMELIHARAAN

JARINGAN MENGGUNAKAN JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DAN SEVERITY INDEX


DENGAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION, RISK ASSESSMENT AND RISK
CONTROL (HIRARC)

(STUDI KASUS : PT. PLN PERSERO UP3 Pematangsiantar)

RizkyPerwira1, Rani Rumita*2


1,2
Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

PT. PLN (Persero) adalah suatu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang mengurusi semua aspek kelistrikan yang ada
di Indonesia. Pada setiap kegiatan kerjanya, PT PLN memiliki risiko yang cukup besar dibandingkan dengan kegiatan
kerja pada bidang lain, maka dari itu perlu adanya tindakan penngendalian risiko. Selain itu, PT PLN memiliki target
Zero Accident pada tahun 2023.Berdasarkan data historis kasus kecelakaan kerja selama 5 tahun, kegiatan pemeliharaan
jaringan merupakan kegiatan dengan potensi kecelakaaan terbesar. Maka dari itu, penelitian ini berfokus untuk
menganalisis penyebab kecelakaan serta mengendalikan risiko pada kegiatan pemeliharaan jaringan. Adapun kegiatan
yang dijadikan objek pengamatan ialah kegiatan pemotongan dahan dan ranting pohon di sekitar jaringan kabel listrik
(Right Of Way),pemasangan isolator stekep dan pemeliharaan/penegakan tiang listrik, pemilihan kegiatan ini
dikarenakan ketiga kegiatan ini cukup sering dilakukan dalam sebulan sehingga perlu adanya pengendalian resiko guna
mencegah kecelakaan kerja karena mengingat frekuensi pelaksanaannya yang cukup sering. Metode pengendalian yang
digunakan adalah menggunakan pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control) yang
mencakup JSA (Job Safety Analysis) dan Severity Index. Berdasarkan penilaian tingkat keparahan (severity) dan tingkat
kemungkinan terjadi (likelihood),maka didapatkan beberapa risiko dengan tingkat risiko extreme dari ketiga kegiatan
yang diamati yaitu tersengat listrik,tertimpa trafo dan terjepit trafo.Untuk risiko tersengat listrik,pengendalian yang
disarankan ialah memberikan izin kerja, hanya memperkerjakan tenaga yang memiliki sertifikat kompetensi, memberikan
pelatihan atau wawasan terkait kelistrikan, mewajibkan pengerjaan sesuai dengan SOP yang berlaku, inspeksi
APD.Sementara untuk risiko terjepit trafo,pengendalian yang disarankan ialah memastikan beban trafo tidak melebihi
kapasistas beban maksimum crane, membentuk area isolasi dengan menggunakan rambu serta peralatan tambahan,
melakukan perbaikan rutin pada crane.Sementar untuk risiko tertimpa trafo,pengendalian yang disarankan ialah Pekerja
diharuskan untuk turun dari lokasi penempatan trafo ketika trafo sedang diposisikan dengan crane.
Kata kunci: HIRARC, risiko, pengendalian, potensi, keparahan

Abstract
PT. PLN (Persero) is a BUMN (State-Owned Enterprise) which manages all aspects of electricity in Indonesia. In each
of its work activities, PT PLN has quite large risks compared to work activities in other fields, therefore risk control
measures are needed. Apart from that, PT PLN has a Zero Accident target by 2023. Based on historical data on work
accident cases for 5 years, network maintenance activities are the activities with the greatest potential for accidents.
Therefore, this research focuses on analyzing the causes of accidents and controlling risks in network maintenance
activities. The activities that were used as objects of observation were the cutting of branches and twigs of trees around
the power cable network (Right of Way), installation of plug insulators and maintenance/enforcement of power poles.
The choice of these activities was because these three activities were carried out quite often in a month so there was a
need for control the risks in order to prevent work accidents. The control method used is the HIRARC (Hazard
Identification, Risk Assessment and Risk Control) approach which includes JSA (Job Safety Analysis) and Severity Index.
Based on the assessment of the level of severity (severity) and the level of possibility of occurrence (likelihood), several
risks with an extreme risk level were obtained from the three activities observed, namely electric shock, being hit by a
transformer and being pinched by a transformer. For the risk of electric shock, the recommended control is to provide a
work permit. , only employ personnel who have competency certificates, provide training or insight into electricity,
require work in accordance with applicable SOPs, PPE inspections. Meanwhile, for the risk of transformer entrapment,
the recommended control is to ensure the transformer load does not exceed the maximum load capacity of the crane,
forming an isolation area by using signs and additional equipment, carry out routine repairs on the crane. Meanwhile,
for the risk of being crushed by the transformer, the recommended control is that workers are required to get down from
the transformer placement location when the transformer is being positioned by the crane.
Keywords: HIRARC, risk, control, potential, severity

1. Pendahuluan terjadi dalam kurun 5 tahun terakhir,Sehingga perlu


PT. PLN (Persero) adalah suatu BUMN (Badan dilakukannya pengendalian risiko guna mencegah
Usaha Milik Negara) yang mengurusi semua aspek peristiwa kecelakaan kerja terjadi kembali
kelistrikan yang ada di Indonesia. Pada setiap kegiatan Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kerjanya, PT PLN memiliki risiko yang cukup besar pendekatan HIRARC (Hazard Identification, Risk
dibandingkan dengan kegiatan kerja pada bidang lain, Assessment and Risk Control). Pendekatan HIRARC
maka dari itu perlu adanya tindakan penngendalian risiko. dipilih karena dapat meninjau dan mencegah bahaya pada
Selain itu PT PLN memiliki target Zero Accident (tidak suatu proses secara sistematis, teliti dan terstruktur serta
ada kasus kecelakaan) pada tahun 2023. Target tersebut lebih simple dan lebih mendetail (Nuradi, 2021) .Untuk
mendorong setiap unit untuk menekan dan menjaga mengidentifikasi risiko pada tahap Risk Identification dari
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di unit kegiatan pemeliharaan jaringan, penelitian ini
masing-masing. PT PLN memiliki 3 proses bisnis utama, menggunakan metode JSA (Job Safety Analysis) sebagai
yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi. Pada tools. JSA dipilih karena dapat mengidentifikasikan
proses bisnis Distribusi terdapat UP3 (Unit Pelaksana bahaya dalam setiap aktivitas kerja secara berurutan
Pelayanan Pelanggan) dan unit kerja di bawahnya yaitu sesuai dengan langkah kerja. Pada tahap Risk Assesment
ULP (Unit Layanan Pelanggan). digunakan metode penelitian Severity Index sebagai alat
Pada PT PLN UP3 Pematangsiantar bertanggung untuk menilai potensi kemungkinan terjadinya risiko dan
jawab langsung melayani baik keluhan maupun dampaknya.Severity Index dipakai untuk mengetahui nilai
permintaan dari pelanggan di rayon tersebut. Maka dari Probability dan Impact. Dari nilai probability dan impact
itu, PT. PLN UP3 Pematangsiantar cenderung lebih sering tersebut dapat dikombinasikan untuk memperoleh risiko
untuk terjun langsung ke lapangan dalam rangka untuk dominan. Pada tahap Risk Control,respon risiko
menyelesaikan keluhan dan permasalahan yang dialami dilakukan setelah mengetahui risiko dominan untuk
oleh pelanggan, sebagai contoh pemeliharaan jaringan. mengantisipasi atau memperkecil risiko tersebut.
Proyek pemeliharaan jaringan dapat dikatakan proyek Adapaun metode yang digunakan ialah metode Hierarcy
berisiko tinggi, dikarenakan besarnya pekerjaan yang Of Control yang berisi mengenai kontrol
dikerjakan dan tingginya resiko yang dikelola. eliminasi,kontrol subtitusi,kontrol teknik,kontrol
Pelaksanaan proyek pemeliharaan jaringan memerlukan administratif dan penggunaan APD pada setiap risiko
waktu yang cukup lama sehingga memungkinkan .Usulan yang diberikan diperoleh berdasarkan hasil
terjadinya ketidakpastian yang dapat menimbulkan wawancara dengan pengawas K3 pemeliharaan jaringan.
berbagai macam risiko.Kegiatan tersebut juga memiliki 2. Landasan Teori
risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker)
kantor yang hanya berhadapan dengan dokumen dan alat Nomor: 03/Men/1998, kecelakaan kerja adalah suatu
elektronik. Dengan risiko aktivitas kerja tersebut, perlu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula
adanya identifikasi risiko serta tindakan pengendalian yang dapat menimbulkan korban jiwab dan harta benda.
sebelum dilaksanakannya aktivitas kerja tersebut agar Sedangkan menurut OHSAS 18001:2007, kecelakaan
dapat mengurangi risiko dari potensi bahaya serta kerja adalah kejadian yang berhubungan dengan
mencapai target Zero Accident PT. PLN.Kegiatan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan
pemeliharaan jaringan yang akan dianalisis potensi (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau
risikonya ialah kegiatan Right Of Way,pemasangan kejadian yang dapat menyebabkan kematian.
isolator stekep dan pemeliharaan/penegakan tiang Menurut Bird dan Germain (1990), terdapat tiga jenis
listrik,karena ketiga kegiatan ini cukup sering dilakukan kecelakaan kerja, yaitu:
dalam sebulan sehingga perlu adanya pengendalian resiko 1.Accident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang
guna mencegah kecelakaan kerja karena mengingat menimbulkan kerugian baik bagi manusia maupun
frekuensi pelaksanaannya yang cukup sering. Serta terhadap harta benda.
berdasarkan data historis perusahaan yang terdapat pada 2.Incident, yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang
lampiran,masih terdapat kasus kecelakaan kerja yang belum menimbulkan kerugian.
3.Near miss, yaitu kejadian hampir celaka dengan kata aktifitas organisasi untuk menentukan kegiatan organisasi
lain kejadian ini hampir menimbulkan kejadian incident yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan
ataupun accident. dampak serius terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Keselamatan ketenagalistrikan diatur dalam Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk
Undang-Undang No. 30 tahun 2009. Dalam Undang- penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai,
Undang tersebut, terdapat beberapa ketentuan yang dituangkan dalam program kerja. HIRARC dibagi
keselamatan ketenagalistrikan, diantaranya adalah: menjadi 3 tahap, yaitu identifikasi bahaya (Hazard
1.Setiap usaha ketenagalistrikan wajib memenuhi Identification), penilaian risiko (Risk Assessment) dan
ketentuan keselamatan ketenagalistrikan. pengendalian risiko (Risk Control) (Ramli, 2010).
2.Keselamatan ketenagalistrikan meliputi: Penilaian Risiko (Risk Assessment), setelah
a.Standarisasi. mengetahui risiko pada setiap aktivitas kerja, tahap
b.Pengamanan instalasi dan pemanfaat TL untuk selanjutnya adalah melakukan penilaian risiko. Tahap ini
mewujudkan kondisi: memberikan tingkatan pada setiap risiko berdasarkan
c.Aman bagi instalasi (Keselamatan instalasi) Australian Standard/New Zealand Standard for Risk
d.Aman dari bahaya bagi tenaga kerja (Keselamatan Management (AS/NZS 4360). Penilaian risiko tersebut
kerja) merupakan kombinasi dari kemungkinan terjadi
e.Aman dari bahaya bagi masyarakat umum (likelihood) dan keparahan apabila risiko tersebut terjadi
(Keselamatan umum) (severity). Risk Level didapatkan dari perkalian skala
f.Akrab lingkungan (Keselamatan lingkungan) likelihood dan severity. Untuk mengetahui penilaian
3.Sertifikasi: probabilitas dan dampak yang akan digunakan dalam
a.Sertifikasi layak operasi bagi instalasi penyediaan TL. perhitungan level, diterapkanlah penilaian
b.Tanda keselamatan bagi pemanfaat TL (Alat Severity/Likelihood Index (SI/LI).
kerja/rumah tangga). Pengendalian Risiko (Risk Control),
c.Sertifikasi kompetensi bagi tenaga teknik pengendalian risiko dapat dilakukan dengan
ketenagalistrikan. menggunakan hierarki pengendalian, hierarki
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pengendalian dapat dilihat pada gambar berikut (OHSAS
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan 18001, 2007):
kesempurnaan baik jasmaniah maupn rohaniah tenaga
kerja pada khususnya, dan manusia pada umumnya
(Mangkunegara, 2002). Untuk menghindari terjadinya
suatu kecelakaan, diperlukan suatu unsur pengaturan
terhadap seluruh unsur di perusahaan yang terintegrasi
oleh seluruh pihak perusahaan. Pengaturan tersebut
merupakan wujud dari program Keselamatan dan
Keseharan Kerja (K3) yang harus menjadi prinsip setiap
perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan kerja diatur
dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
keselamatan kerja.
Dalam prosesnya, perlu adanya sebuah sistem
yang mengatur keberlangsungan K3, sistem tersebut Gambar 1. Hierarki Pengendalian
adalah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3). Menurut Undang-Undang No.50 tahun 1.Eliminasi
2012, SMK3 merupakan bagian dari sistem manajemen Eliminasi merupakan langkah memodifikasi metode,
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka bahan, ataupun proses untuk mengilangkan bahaya (0).
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja 2.Substitusi
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan Substitusi merupakan langkah mengganti material, proses
produktif. Tujuan SMK3 adalah meningkatkan efektifitas yang memiliki nilai risiko tinggi dengan risiko yang lebih
dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja rendah.
dengan melakukan beberapa cara, yakni terencana, 3.Perancangan/Kontrol Teknik
terstruktur, terukur, dan terintegrasi. Kontrol teknik merupakan tahapan untuk memberikan
Menurut Ramesh, et al. (2017), HIRARC perlindungan pekerja secara kolektif.
merupakan suatu proses mendeskripsikan kemungkinan 4.Kontrol Administratif
terjadinya bahaya yang meliputi frekuensi, severity Kontrol Administratif merupakan pengendalian risiko
hingga melakukan evaluasi konsekuensi dari setiap dan bahaya dengan peraturan-peraturan terkait dengan
potensi kerugian dan cidera yang akan terjadi. Menurut keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dibuat.
OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh 5.Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Tingkat Deskripsi Keterangan SI (%)
No: 08/Men/2010 tentang alat pelindung diri, alat
5 Almost Dapat terjadi setiap 81 - 100
pelindung diri (APD) adalah suatu alat yang mempunyai
Certain saat
kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya dalam kondisi normal
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi
bahaya di tempat kerja. 4 Likely Terjadi beberapa kali 61 - 80
Job Safety Analysis adalah suatu kajian dalam periode waktu
tertentu
sistematis dan bertahap terhadap semua potensi kejadian
berbahaya yang terdapat di setiap langkah kerja, untuk 3 Possible Dapat terjadi, namun 41 - 60
dapat menentukan berbagai tindakan pengendalian yang tidak sering
dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi, atau
mengeliminasi dampak dari kejadian berbahaya tersebut 2 Unlikely Dapat terjadi, tetapi 21 - 40
selama proses persiapan dan pelaksanaan suatu pekerjaan. kemungkinan kecil
Job Safety Analysis merupakan langkah yang digunakan
untuk menganalisa tugas serta prosedur dalam suatu 1 Rare Dapat terjadi dalam 0 - 20
industri (Nosa,1999). Dalam JSA dilakukan penjabaran keadaan tertentu
identifikasi dengan detail melalui penjabaran tahap
pekerjaan langkah demi langkah,sehingga langkah ini
dilakukan pada tahap risk identification pada Tabel 2.Skala Severity Pada Standar AS/NZS 4360
HIRARC.Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui
potensi bahaya sehingga dapat dikembangkan solusi Tingkat Deskripsi Keterangan SI (%)
pencegahan untuk mereduksi risiko dari kegiatan tersebut.
Severity Index sebagai langkah untuk menilai 1 Insignificant Tidak ada cidera, 0 - 20
potensi kemungkinan terjadinya risiko dan kerugian
keuangan kecil
dampaknya.Langkah ini dilakukan pada tahap Risk
Assesment pada HIRARC.Severity Index dipakai untuk 2 Minor Cidera ringan, 21 - 40
mengetahui nilai Probability dan Impact. Dari nilai kerugian
probability dan impact tersebut dapat dikombinasikan keuangan kecil
untuk memperoleh risiko dominan.Metode ini dihitung 3 Moderate Cidera sedang 41 - 60
menggunakan rumus sebagai berikut (Al-Hammad et.al., hingga
1996): memerlukan
𝑆𝑖 Σ(𝑎𝑖 𝑥 𝑥𝑖 ) penanganan medis,
= 𝑥 100% kerugian keuangan
𝐿𝑖 4 Σ 𝑥𝑖
cukup besar
Dengan : a = Konstanta Penelitian 4 Major Cidera berat yang 61 - 80
𝑥𝑖 = Frekuensi Responden terjadi pada lebih
i = 0,1,2,3,….n dari 1 orang,
Data diambil dengan menyebarkan kuesioner mengenai kerugian besar dan
kemungkinan dan keparahan dari suatu risiko yang dapat adanya gangguan
terjadi kepada pekerja serta pengawas lapangan. Skala produksi
dari nilai likelihood dan severity dapat dilihat pada tabel 1 5 Catastrophic Korban meninggal 81 - 100
dan tabel 2. lebih dari 1 orang,
kerugian sangat
Tabel 1. Skala likelihood Pada Standar AS/NZS 4360
besar,
mengganggu
seluruh proses
kegiatan
perusahaan,
dampaknya sangat
luas dan
menyeluruh

Dari parameter tersebut (Likelihood dan Severity), maka


akan didapatkan Risk Assessment Matrix Level dengan
indikasi level risiko yang dapat dilihat pada tabel 3 dan 4
berikut.
Tabel 3. Risk Assessment Matrix ketahan isolasi .Hal tersebut akan berakibat pada
timbulnya gangguan yang dapat menyebabkan
terhambatnya arus listrik.Dengan menggunakan isolator
tekep, tali kawat diganti dengan tali kawat plastik yang
memiliki ketahan isolasi sampai 6 KV dan juga sangat
lentur dan dapat melindungi isolator dengan baik.
Pengolahan data yang didapat dari melakukan
pengamatan, wawancara kepada pengawas K3 serta
kuesioner mengenai kemungkinan terjadinya suatu risiko
Tabel 4. Identification Of Risk Level dan tingkat keparahan apabila risiko tersebut sampai
terjadi diolah menggunakan pendekatan HIRARC
(Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk
Control). Pada tahap Hazard Identification, penelitian
menggunakan JSA (Job Safety Analysis) yang
mengidentifikasi risiko berdasarkan urutan aktivitas
kerja. JSA (Job Safety Analysis) dipilih karena dapat
3. Metode Penelitian
memecah suatu kegiatan sesuai dengan langkah-
Hasil kuesioner didapatkan dari 7 orang
langkahnya sehingga identifikasi bahaya dapat lebih rinci
karyawan yang bekerja, 2 pengawas K3, serta 1 pengawas dan urut. Setelah itu pada tahap risk assessment,risiko
lapangan pada bidang pemeliharaan jaringan PT. PLN dinilai kemungkinannya dan keparahannya dari hasil
(Persero) UP3 Pematangsiantar, dan juga sudah sering kuesioner yang telah dilakukan saat pengumpulan data
mengawasi maupun melakukan aktivitas kerja Right of
menggunakan Severity/Likelihood Index. Pada tahap
Way pemeliharaan tiang listrik dan pemasangan isolator
terakhir yaitu risk control, pengendalian risiko dapat
tekep. Data rekapitulasi akan dihitung dengan
diurutkan dari langkah pertama yang akan dihadapi oleh
menggunakan likelihood/severity Index untuk pekerja serta risiko mana yang memiliki tingkat lebih
mendapatkan tingkat Likelihood dan Severity pada setiap tinggi sehingga lebih mudah dalam mengurangi
variabel risikonya.
kemungkinan dan keparahan dari suatu risiko apabila
PT. PLN (Persero) UP3 Pematangsiantar
terjadi.
memiliki tindakan pencegahan terjadinya gangguan,
Setelah mengetahui variabel risiko dari tiap
diataranya adalah pemeliharaan jaringan. Pada
aktivitas pekerjaan, maka langkah selanjutnya adalah
pemeliharaan jaringan, terdapat beberapa jenis tindakan menentukan tingkat risiko dari variabel-variabel yang
preventif kerusakaan dengan standar operasi yang telah diidentifikasi dengan menggunakan JSA (Job Safety
berbeda pula, diantaranya adalah:
Analysis) pada tahap sebelumnya. Skala dari likelihood
1.Right of Way (ROW)
dan severity ditentukan berdasarkan pengolahan hasil
Pada penempatan tiang listrik, terdapat jarak minimum
kuesioner menggunakan Likelihood/Severity Index
tiang dari dahan pohon yang perlu dipenuhi agar jaringan beserta pertimbangan setelah melakukan wawancara dan
tidak tergannggu oleh pohon. Maka dari itu, perlu pengamatan langsung. Berdasarkan hasil kuesioner,
dilakukan kegiatan rabas-rabas/potong pohon secara dihitung nilai Likelihood Index dengan menggunakan
teratur di berbagai titik-titik lokasi yang berbeda.
rumus sebagai berikut:
2.Pemeliharaan Tiang Listrik
∑5𝑖=0 𝑎𝑖 . 𝑛𝑖
Tiang listrik yang terpasang trafo di atasnya memiliki 𝐿𝐼 = 𝑋100%
beban yang lebih condong ke satu arah. Setelah beberapa 5𝑁
Berikut merupakan contoh perhitungan Likelihood Index
waktu, tiang listrik berpotensi untuk condong ke arah
untuk risiko tertimpa tangga pada kegiatan Right Of Way
beban tersebut. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi (1𝑥3)+(2𝑥2)+(3𝑥1)+(4𝑥1)+(5𝑥3)
rubuhnya tiang listrik, perlu adanya pemeliharaan berupa 𝐿𝑖 = 𝑥 100% = 58%
5(10)
penegakan tiang listrik yang telah condong ke arah Sementara itu, berdasarkan hasil kuesioner severity
tertentu. ,dihitung nilai Severity Index dengan menggunakan rumus
3.Pemasangan Isolator Tekep sebagai berikut:
Isolator tekep adalah pelindung isolator pada jaringan
A3CS yang terbuat dari bahan plastik termasuk talinya, ∑5𝑖=0 𝑎𝑖 . 𝑛𝑖
sehingga tidak akan menyebabkan kerusakan pada kabel 𝑆𝐼 = 𝑋100%
5𝑁
ataupun isolator itu sendiri. Karena tali kawat yang
digunakan untuk mengikat kabel pada isolator adalah Berikut merupakan contoh perhitungan Severity Index
kawat alumunium ataupun kawat semi baja, yang jika untuk risiko tertimpa tangga pada kegiatan Right Of Way
terjadi gesekan akan mengakibatkan kerusakan pada
kabel ataupun isolator sehingga dapat mengurangi
𝑆𝐼
(1𝑥5) + +(2𝑥3) + (3𝑥2) + (4𝑥0) + (5𝑥0)
= 𝑥 100%
5(10)
= 34%
4. Hasil dan Pembahasan
Setelah menghitung nilai Likelihood Index dan
Severity Index dari setiap risiko,maka akan ditentukan
skala risikonya sesuai pedoman skala standard AS/NZS
4360 pada tabel 1 dan 2. Setelah itu akan ditentukan
tingkat risikonya sesuai dengan pedoman Risk Matrix
pada tabel 3.Tingkat risiko dari setiap aktivitas kerja
Right of Way dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5.Tingkat Risiko Right of Way

Dari analisa penilaian risiko menggunakan pendekatan


HIRARC (Hazard Identification, Risk Assessment, and
Risk Control) didapatkan bahwa terdapat aktivitas kerja
yang memiliki tingkat risiko rendah hingga Hierarcy Of
Control ekstrim (Low risk - Extreme risk). Risiko dengan
tingkat paling tinggi tersebut akan dilakukan rekomendasi
pengendalian untuk meminimalisir dan bahkan
menghilangkan terjadinya risiko yang ada dengan
mengikuti metode yang terdapat pada OHSAS 18001.
Setelah melakukan penelitian terhadap risiko kegiatan
pemeliharaan jaringan pada PT. PLN (Persero) UP3
Pematangsiantar, timbul usulan pengendalian risiko yang
Tabel 6.Tingkat Risiko Penegakan Tiang Listrik dapat dipertimbangkan perusahaan yaitu:

1.Pengendalian risiko tertular virus covid-19:


Melakukan rapid test rutin kepada setiap karyawan,
melaporkan keadaan tubuh sebelum berangkat ke lokasi
kerja, mewajibkan protokol Kesehatan bagi seluruh
anggota yang ada, menjaga jarak minimal 2 meter sesuai
dengan arahan WHO.

2.Pengendalian risiko miss komunikasi dengan


dispatcher:
Tabel 7. Tingkat Risiko Pemasangan Isolator Stekep Membuat jadwal padam yang disetujui kedua belah pihak,
melakukan komunikasi baik secara lisan maupun tulisan.

3.Pengendalian risiko kecelakaan lalu lintas:


Menghidupkan lampu hazard, berkendara di bahu jalan.

4.Pengendalian risiko jatuh dari ketinggian:


Merencanakan tempat yang dapat manjadi landasan kerja,
Melakukan inspeksi pada APD, Mengikat tali pengaman
setiap ketinggian naik 2 meter serta hook full body
harness wajib dipasang.
5.Pengendalian risiko kejatuhan material pohon: 16.Pengendalian risiko terkena manuver crane:
Mengurangi lingkup ROW, membuat area isolasi, proses Memberi izin hanya kepada 1 orang yang telah memiliki
pembersihan hanya dilakukan setelah proses pemotongan pengalaman dalam mengoperasikan crane, melarang
selesai, melarang pekerja berada di bawah pohon yang siapapun melintas pada area manuver crane.
dipotong.
17.Pengendalian risiko tertimpa tiang listrik:
6.Pengendalian risiko salah pemahaman Menggunakan tiang penyangga ketika sedang melakukan
Mengonfirmasi Kembali pemahaman para pekerja pengerjaan, Penggalian tanah dilakukan hanya ketika
akan menegakkan tiang listrik, menyediakan jalur
7.Pengendalian risiko tertabrak kendaraan: evakuasi.
Membuat daerah isolasi menggunakan alat tambahan
(cone dan tali), melarang pekerja bergerak diluar batas 18.Pengendalian risiko truk terguling:
isolasi, mewajibkan penggunaan baju/rompi dengan Menempatkan truk pada tanah yang rata, melakukan
warna yang sensitif pada mata manusia. pengecekan rutin pada kaki penahan truk,
memperhitungkan panjang crane sehingga truk tidak
8.Pengendalian risiko kelelahan: cenderung berat sebelah.
Membuat perencanaan bersama dengan pengawas
sebelum melakukan kegiatan, memberi waktu istirahat 19.Pengendaliran risiko terjepit trafo:
kepada pekerja yang bertugas memotong. Pekerja diharuskan untuk turun dari lokasi penempatan
trafo ketika trafo sedang diposisikan dengan crane.
9.Pengendalian risiko bagian tubuh terluka (ROW):
Menutup mata pisau dengan sarung penutup sebelum 20.Pengendalian risiko tertimpa peralatan:
digunakan, menggunakan APD dengan bahan khusus Menempatkan rambu peringatan, melarang pekerja
yang tahan potong. berada di bawah tiang listrik.

10.Pengendalian risiko bagian tubuh terluka 21.Pengendalian risiko tersandung material kabel:
(Pemeliharaan tiang listrik): Menggabungkan kabel satu dengan yang lainnya.
Memperhatikan posisi kaki saat mencangkul, selalu
mengenakan sepatu safety. 22.Pengendalian risiko tetanus:
Mengganti setiap rantai yang berkarat dengan yang layak
11.Pengendalian risiko kanker kulit: dana man digunakan, menggunakan APD agar karat tidak
Merubah jam kerja sebelum sinar ultraviolet terpancar langsung bersentuhan dengan tubuh.
dari matahari, menggunakan pakaian yang tertutup.
23.Pengendalian tersandung tali:
12.Pengendalian risiko tremor: Menggulung tali ketika tidak digunakan dengan alat
Mengganti penggunaan golok dengan alat potong yang gulungan khusus.
diperpanjang, mempertajam mata pisau.
5 . Kesimpulan
13.Pengendalian risiko tersengat listrik: Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
Memberikan izin kerja, hanya memperkerjakan tenaga adalah sebagai berikut:
yang memiliki sertifikat kompetensi, memberikan 1.Pada pemeliharaan jaringan di PT. PLN (Persero)
pelatihan atau wawasan terkait kelistrikan, mewajibkan UP3 Pematangsiantar, terdapat beberapa potensi
pengerjaan sesuai dengan SOP yang berlaku, inspeksi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan pada
APD. pekerja yaitu:
a.Penyampaian yang kurang jelas.
14.Pengendalian risiko kehilangan keseimbangan: b.Virus covid-19.
Melapisi pijakan tangga dengan karet, mengikat tangga c.Kendaraan yang melintas.
pada tiang listrik. d.Salah menentukan bagian pohon yang dipotong.
e.Ketinggian.
15.Pengendalian risiko tertimpa trafo: f.Peralatan yang tajam.
Memastikan beban trafo tidak melebihi kapasistas beban g.Getaran.
maksimum crane, membentuk area isolasi dengan h.Sinar ultraviolet.
menggunakan rambu serta peralatan tambahan, i.Tegangan listrik.
melakukan perbaikan rutin pada crane. j.Peralatan yang cukup berat.
kTali yang tidak beraturan.
l.Alas pijak yang tidak rata.
m.Banyaknya kabel yang terpasang pada trafo.
n.Kesalahan operasi alat berat.
o.Rantai yang berkarat.
p.Mobilitas crane terbatas.
q.Kondisi tanah yang tidak stabil.
r.Kelelahan
s.Terjatuh dan terpeleset
t.Benturan dengan benda keras
2. Berdasarkan penilaian tingkat keparahan (severity) dan
tingkat kemungkinan terjadi (likelihood),maka
didapatkan beberapa risiko dengan tingkat risiko extreme
yaitu tersengat listrik,tertimpa trafo dan terjepit
trafo.Untuk risiko tersengat listrik,pengendalian yang
disarankan ialah memberikan izin kerja, hanya
memperkerjakan tenaga yang memiliki sertifikat
kompetensi, memberikan pelatihan atau wawasan terkait
kelistrikan, mewajibkan pengerjaan sesuai dengan SOP
yang berlaku, inspeksi APD.Sementara untuk risiko
terjepit trafo,pengendalian yang disarankan ialah
memastikan beban trafo tidak melebihi kapasistas beban
maksimum crane, membentuk area isolasi dengan
menggunakan rambu serta peralatan tambahan,
men.lakukan perbaikan rutin pada crane.Sementar untuk
risiko tertimpa trafo,pengendalian yang disarankan ialah
Pekerja diharuskan untuk turun dari lokasi penempatan
trafo ketika trafo sedang diposisikan dengan crane.

Daftar Pustaka
Ahmad, Asmalia Che, et al. 2016. “Hazard Identification,
Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)
Accidents at Power Plant.” MATEC Web of
Conference. Vol. 66. EDP Sciences.
Al-Hammad et al. 1996. Assessment of Work
Performance of Maintenance Contractors.Saudi
Arabia.
Bird Jr., E. Frank and Germain L. George. 1990. Practical
Loss Control Leadership.Georgia: Loganvile.
Buntarto. 2015. Panduan Praktis Keselamatan &
Kesehatan Kerja Untuk Industri. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
CCOHS (Canadian Centre for Occupational Health and
Safety). 2001. Hot Environment- Health Effects.
Ontario.
Department of Occupational Safety and Health. 2008.
Guidelines for Hazard Identification, Risk
Assesment and Risk Control. Malaysia.
Friend MA, Kohn JP. 2017. Fundamentals of
Occupational Safety and Health. Government
Institutes. Lanham, Maryland. Toronto.
Kuswana, WS. 2014. Ergonomi dan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai