Anda di halaman 1dari 8

HASIL DISKUSI : PERANAN MANUSIA DALAM AGROEKOSISTEM

TUGAS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Organisme
Pengganggu Tanaman Terpadu pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pembimbing:
Hardian Susilo Addy, S.P., M.P., Ph.D.

Disusun Oleh :
Golongan O/Kelompok 1
1. Ahmad Burhanudin (191510901007)
2. Risa Septiani (191510901015)
3. Tazkia Nurfauziana (191510901016)
4. Atira Zahra Afifah (191510901017)
5. Serlina Septianingsih (191510901020)

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
1. MENGUBAH LANSKAP ALAMI
Lanskap merupakan suatu lahan atau tata ruang luar dengan elemen alami dan
elemen buatan yang dapat dinikmati oleh indera manusia. Lanskap alami berarti lanskap asli
yang terbentuk oleh proses alam dan belum adanya eksploitasi oleh manusia. Kegiatan
pembukaan lahan untuk kegiatan pertanian oleh manusia akan dapat mengubah lanskap alami
karena adanya perububahan bentuk lingkungan maupun jenis komoditas yang ada
didalamnya. Lingkungan yang pada mulanya memiliki jenis tanaman yang heterogen akan
berubah menjadi homogen dengan adanya kegiatan pertanian yang menanam salah satu
komoditas tertentu. Bentuk permukaan tanah juga tidak menutup kemungkinan untuk
berubah dengan terciptanya agroekosistem pada lingkungan yang awalnya memiliki
biodeversitas tinggi. Sebagai pada beberapa kasus berikut:
- Kegiatan pembukaan hutan untuk area penanaman padi di pegunungan akan merubah
kontur tanah yang pada awalnya berbukit (bergelombang) menjadi bertingkat-tingkat.
Budidaya komoditas pertanian di lahan pegunungan, secara nyata pasti menghadapi
faktor pembatas biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap
longsor dan erosi, curah hujan yang relatif tinggi dan lain-lain. Kesalahan dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah pegunungan dapat
menimbulkan kerusakan berupa degradasi kesuburan tanah dan ketersediaan air, yang
dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan pegunungan tetapi juga akan
dinikmati oleh masyarakat didatara rendah.
- Kegiatan pembukaan lahan dibantaran sungai juga akan merubah lanskap alam bantaran
sungai. Daerah bantaran sungai yang awalnya merupakan daerah hijau dengan adanya
tanaman-tanaman liar dan pepohonan, dengan adanya kegiatan pertanian akan berubah
menjadi 1 jenis tanaman atau jenis tanaman di bantaran sungai menjadi homogen.
Pemanfaatan bantaran sungai dapat mengakibatkan gangguan terhadap fungsi sungai dan
akan merusak ekosistem sungai apabila pengelolaannya tidak sesuai dan seimbang antara
faktor lingkungan, tanaman, OPT dan manusia

2. MENDORONG TERJADINYA INVASI BIOLOGI


Invasi biologi merupakan perpindahan spesies biologi secara besar-besaran dari
tempat asal ke tempat lainnya. Invansi ini dapat menyebabkan adanya kerusakan lingkungan,
ekonomi, maupun menyebabkan terjadinya ancaman pada spesies atau satwa lainnya yang
menetap lebih dahulu dilokasi. Manusia mampu mendorong terjadinya invasi pada
lingkungan biologi. Contoh tindakan manusia yang menyebabkan terjadinya invasi yaitu
pembukaan lahan baru. Pembukaan lahan baru akan menimbulkan tekanan pada spesies
lokal. Manusia yang membawa kendaraan atau alat yang dibawa masuk kedalam habitat
berpotensi membawa spesies invasif. Contoh invasi lainnya yaitu invasi pohon cabai ke lahan
tembakau. Pohon cabai yang mungkin membawa penyakit tanaman dapat menginfeksi
tanaman tembakau, sehingga hal tersebut jika dibiarkan akan memberikan kerusakan atau
ancaman bagi tanaman tembakau.
Dampak invasi yaitu :
- Memberikan ancaman pada habitat asli
- Memberikan kerugian pada petani ketika terjadinya kerusakan tanaman
- Bisa mengakibatkan kepunahan spesies asli karena adanya spesies pendatang yang
memberikan ancaman
- Membawa hama atau virus yang dapat menginfeksi tanaman asli habitat

3. MENGKONTAMINASI EKOSISTEM
Menkontaminasi ekosistem artinya input – input atau penambahan sesuatu yang
secara alami tidak terjadi sehingga bisa menguntungkan dan juga bisa merugikan. Contoh
dari ikut campur manusia dalam kontaminasi ekosistem yaitu penambahan pupuk dan juga
penggunaan pestisida. Kedua contoh tersebut dapat memberikan dampak positif dan juga
dampak negatif. Penggunaan pupuk memiliki dampak postitif yaitu sebagai berikut :
a. Ada penambahan zat hara dalam pupuk untuk tanaman seperti nitrogen fosfot, kalium,
magnesium , kalium dan belerang yang tentu sangat dibutuhkan dalam proses
penyuburan tanah secara cepat.
b. Kebutuhan nutrisi tanaman terpenuhi karena adanya tambahan zat hara dan mineral
yang tentu akan mempercepat pertumbuhan dari tanaman itu sendiri.
c. Pupuk kimia tentu sangat terbilang efisien dapat diketahui dengan adanya pilihan
pupuk yang bisa disesuaikan dengan apa yang dibutuhkan oleh tanaman.
Dampak positif tersebut tentu juga akan berdampingan dengan dampak negatif yang
akan ditimbulkan. Dampak negatif yang ditimbukan ini juga karena masih banyak petani
atau pengguna pupuk yang masih belum mengerti bahwa pupuk akan bekerja secara
maksimal jika digunakan dengan tapt baik dosis, penerapan, waktu dan lain sebagainya.
Petani atau pengguna pupuk masih menganggap bahwa semakin banyak dosis maka akan
berdampak baik juga bagi tanaman namun yang terjadi justru akan berdampak pada
lingkungan. Penggunaan pupuk secara berlebihan akan menimbulkan beberapa dampak
negatif diantaranya yaitu :
a. Mengurangi dan menghilangkan unsur hara dalam tanah yang akan membantu dalam
proses pertumbuhan tanaman karena kandungan magensium serta kalsium yang
menjadikan pH tanah menjadi basa karena penggunaan pupuk yang berlebihan.
b. Terjadinya bahan organik yang membusuk. Pembusukan bahan organi ini disebabkan
karena penggunaan pupuk kimia yang berlebihan akan menyebabkan resiko kematian
dari mikroorganisme dalam tanah sehingga bahan – bahan organik dalam tanah dapat
terhambah penguraiannya.
c. Penggunaan pupuk kimia dalam jangka panjang yang akan mengakibatkan terbunuhnya
organisme pembentuk unsur hara akan mengakibatkan akar tanaman menjadi lunak dan
tidak bisa menyerap nutrisi dengan maksimal karena keragaman dari mikroorganisme
yang digunakan untuk menjaga kesuburan dari sisi biologi tanah mati atau berkurang.
Contoh kedua adalah penggunaan pestisida dalam pemberantasan OPT.
Penggunaan pestisida ini pastinya juga memiliki dampak positif dan negatif dalam
penerapannya. Dampak positif dari penggunaan pestisida yaitu penggunaan pestisida dapat
diterpakan ke tanaman setiap waktu dan penggunaan pesitisida juga mudah dalam proses
penerapannya. Dampak negatif dari penggunaan pestisida yaitu sebagai berikut :
a. Pestisida mengandung senyawa kimia yang berbahawa untuk tanah yaitu dapat
mencemari karena dapat beratahan lama atau persisten.
b. Keragaman hayati dalam tanah dapat berkurang dan kadar organik yang digunakan
tanah dalam menahan air berkurang.
c. Penggunaan pestisida yang penerpaannya tidak tepat, bisa jadi akan masuk ke rantai
makanan yang tentunya akan berdampak pada timbulkan penyakit – penyakit.
d. Penggunaan pestisida kimia juga akan mengahmbat proses pengikatan nitrogen yang
tentu diperlukan oleh pertumbuhan tanaman seperti menganggu hubungan kimia
antara bakteri rhizobium dan tanaman legum. Pengikatan notrigen akan kurang
maksimal jika hubungan simbiotik antar keduanya berkurang.
e. Penggunaan pestisida juga akan berdampak buruk kepada proses penyerbukan
tanaman. Hal tersebut disebabkan karena penyemprotan pestisida dapat membunuh
lebah yang justru membantu proses penyerbukan.
f. Penggunaan pestisida juga berakibat pada peledakan hama. Hama tersebut akan
mengalami peledakan apabila predator juga ikut mari karena pestisida.
4. MEMPERCEPAT MUNCUL SPESIES LUAR EKOSISTEM
Mempercepat muncul spesies luar ekosistem artinya bahwa capur tangan yang
dilakukan manusia terhadap suatu lingkungan dapat mempengaruhi jenis keragaman hayati di
dalam ekosistem tersebut. Seperti yang ada pada gambar disana terdapat keong mas dan telor
dalam suatau lahan persawahan. Keong mas dapat muncul pada lahan persawahan yang
tergenang oleh air atau jika lahan persawahan tersebut sebelumnya terkena banjir maka akan
memicu timbulnya keong mas. Keong mas nantinya akan tumbuh dan berkembang dalam
lahan mereka terlebh siklus hidup keong mas terbilang cepat dan banyak dan mereka akan
menempelkan telornya pada tanaman padi dan hal tersebut dapat menganggu pertumbuhan
tanaman padi karena selain itu keong mas juga dapat memakan tanaman padi yang tumbuh
dilahan. Munculnya keong mas pada lahan persawahan yang tergenang air juga dapat
merusak fungsi ekosistem, menimbulkan penyakit, menimbulkan persaingan untuk
mendapatkan sumber makanan, dan dapat mempengaruh hubungan ekologis. Dampak keong
mas terhadap lahan persawaha dapat dikurangi dengan memanfaatkan keong mas untuk hal
yang meguntungkan seperti memanfaatkan keong mas untuk pakan ternak. Petani dapat
mengumpukan keong mas dan dijual kepada perternak sehingga petani dapat pemasukan
lebih.
Selain keong mas, pada gambar juga terdapat tanaman atau gulma pada lahan.
Munculnya gulma pada lahan budidaya menyebakan adanya persaingan dalam memperoleh
nutrisi dari tanah maupu sinar matahri. Persaingan tersebut dapat menyebabkan kurangnya
asupan yang didapat oleh tanaman yang ditanam dilahan tersebut sehingga nantinya akan
mempengaruhi dari hasil panen. Gulma pada tanaman padi terutama lumut dapat disebabkan
karena banyaknya air yang tergenang pada lahan persawahan. Air pada lahan memang tidak
boleh berlebihan karena dapat menimbulkan beberapa masalahan dan memicu munculnya
spesies luar ekosistem. Kedua contoh kasus tersebut dapat diatas dengan bantuan dari
manusia. Campur tangan manusia dalam ekosistem dapat memicu munculnya spesies baru
yang jika tidak ditangani dapat memberikan dampak negatif kepada tanaman maupun
ekosistem tersebut. Maka manusia harus bisa mengendalikan dan meminimaliris dampak
negatif yang terjadi dengan melakukan pengendalian terhadap tanaman yang terkena
dampaknya.

5. MENGINTERFENSI SIKLUS NUTRISI


Menginterfensi siklus nutrisi merupakan tindakan atau campur tangan yang dilakukan
di dalam menggambarkan suatu penggunaan, pergerakan maupun kegiatan daur ulang nutrisi
yang terdapat di lingkungan. Interfensi siklus nutrisi pada ekosistem alami dan agroekosistem
mempunyai perbedaan yang signifikan. Pembentukan ekosistem alami berjalan secara
alamiah tanpa adanya campur tangan yang dilakukan oleh manusia. Siklus nutrisi pada
ekosistem alami (natural ecosystem) tercipta siklus hara tertutup. Siklus hara tertutup
merupakan sebuah sistem yang mempunyai jumlah kehilangan unsur hara yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan jumlah masukan hara yang didapatkan dari proses dekomposisi
seresah maupun daya serap ulang unsur hara yang terdapat pada lapisan tanah. Definisi lain
dari siklus hara tertutup yaitu sistem hara tertutup mempunyai daya serap ulang yang lebih
tinggi atau memiliki efisiensi penggunaan hara yang tinggi. Pada ekosistem alami tidak
memerlukan kegiatan pemupukan sebab nutrisi yang diperlukan oleh tanaman dapat tersedia
secara alamiah pada ekosistem tersebut. Seresah yang terdapat di permukaan tanah pada
ekosistem alami dapat terdekomposisi sehingga menghasilkan unsur hara. Selain itu
mikroorganisme yang diperlukan dalam pertanian juga berkembang dengan baik pada
ekosistem ini. Nutrisi yang dihasilkan dari proses dekomposisi seresah akan mengalami
peresapan ke dalam tanah dan telah mengalami proses pencucian (leaching). Pada ekosistem
alami minim terjadi erosi sebab terdapat pohon dan tumbuhnya tanaman herba di sekitar
ekosistem. Selain itu pada ekosistem ini tidak dilakukan kegiatan pemanenan.
Agroekosistem atau ekosistem pertanian menjadi bentuk yang menunjukkan adanya
perkembangan dari ekosistem binaan manusia dengan maksud mendapatkan produk pertanian
yang dibutuhkan agar memenuhi keperluan manusia. Siklus nutrisi terbuka memerlukan
kegiatan pemupukan (fertlizer) untuk memenuhi kebutuhan unsur hara atau nutrisi yang
diperlukan tanaman. Agroekosistem yang menjadi lingkungan budidaya bagi tanaman tidak
memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sehingga kegiatan pemupukan
harus dilakukan. Kegiatan pemupukan diperlukan agar meningkatkan unsur hara yang
terdapat di dalam tanah dan meningkatkan hasil pada produksi pertanian secara cepat.
Komponen yang diperlukan oleh tanaman dalam pertumbuhan tanaman terdapat di dalam
tanah. Nutrisi yang diperoleh dari kegiatan pemupukan dan dekomposisi seresah (sisa-sisa
tanaman) yang terdapat di permukaan tanah akan mengalami peresapan ke dalam tanah dan
telah mengalami proses pencucian (leaching). Hara yang tersedia tentunya akan diserap oleh
tanaman dalam keberlangsungan pertumbuhannya hingga tanaman mengalami proses
pemanenan. Pada agroekosistem dapat terjadi erosi tanah terutama terjadi erosi pada tekstur
pasir dan debu serta seresah yang terdapat di permukaan tanah. Hal ini disebabkan karena
minimnya pohon maupun tumbuhan herba yang melindungi pasir, debu dan seresah di
permukaan tanah.Dampak perananan manusia dalam menginterfensi siklus nutrisi :
1. Permasalahan lahan dan unsur hara tanah
Ekosistem alami memiliki unsur hara yang mampu menopang pertumbuhan tanaman
sedangkan agroekosistem memerlukan tambahan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan
tanaman yang diproduksi. Penambahan nutrisi pada agroekosistem pertanian dapat
dilakukan melalui melalui pemupukan. Kegiatan pemupukan pada ekosistem pertanian
dapat memanfaatkan pupuk organik maupun anorganik. Penggunaan pupuk anorganik
secara terus menerus tentunya dapat menimbulkan dampak negatif bagi tanah. Salah
satunya adalah menurunnya kandungan bahan organik, terganggunya kehidupan
mikroorganisme dan penurunan kesuburan tanah.
2. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
Pengendalian OPT pada ekosistem alami terjadi secara biologi tanpa memerlukan campur
tangan manusia sedangkan pengendalian OPT pada agroekosistem diperlukan kegiatan
perencanaan. Kegiatan perencanaan tersebut tentunya memerhatikan intesitas serangan
OPT yang terdapat di lahan budidaya. Kemudian setelah menganalisa keadaan yang
terdapat di lahan budidaya dengan memerhatikan prinsip-prinsip dasar dalam
pengendalian hama terpadu. Penggunaan bahan anorganik pada agroekosistem dapat
memberikan dampak yang buruk seperti penurunan kesuburan tanah dan resistensi
terhadap organisme pengganggu tanaman.
3. Keragaman diversitas genetik
Keragaman diversitas genetik pada ekosistem alami lebih beragam sedangkan keragaman
diversitas genetik agroekosistem lebih sedikit. Salah satu dampaknya dapat dilihat pada
tingkat erosi yang terjadi. Pada ekosistem alami minim terjadi erosi sebab keragaman
diversitas genetik seperti pohon dan tanaman herba yang tumbuh di sekitar ekosistem.
Sedangkan pada agroekosistem memiliki peluang terjadinya erosi yang lebih besar sebab
minimnya pohon maupun tumbuhan herba yang melindungi pasir, debu dan seresah di
permukaan tanah.
4. Peningkatan produksi pertanian
Agroekosistem memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat dibandingkan dengan tingkat produktivitas ekosistem alami yang
cenderung rendah.

6. MENGUBAH IKLIM GLOBAL


Sektor pertanian merupakan sektor utama yang menyerap banyak tenaga kerja secara
formal maupun informal. Namun sektor pertanian akan sangat sensitif terkena dampak
perubahan iklim karena sektor pertanian bertumpu pada siklus air dan cuaca untuk menjaga
produktivitasnya. Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyatakan bahwa salah satu
ancaman paling serius terhadap masa depan keberlanjutan ketahanan pangan adalah implikasi
perubahan iklim. Terjadinya perubahan iklim, adanya peluang munculnya kejadian iklim
ekstrim meningkat. Di sisi lain, manusia tidak dapat mengendalikan keadaan iklim. Oleh
karena itu, yang secara teknis dan sosial ekonomi layak ditempuh adalah memperkuat
kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim.
Strategi yang dipandang tepat adalah melakukan adaptasi dan mitigasi secara sinergis.
Dampak perubahan iklim terhadap pertanian bersifat langsung dan tidak langsung dan
mencakup aspek biofisika maupun sosial ekonomi. Perhatian terbesar dampak perubahan
iklim terhadap sektor pertanian adalah munculnya kekhawatiran akan kestabilan bahan
pangan. Karena perubahan iklim akan menyebabkan kekeringan, penurunan air tanah,
peningkatan suhu (pemanansan global), banjir, kekurangan kesuburan tanah, perubahan
cuaca, dan lain-lain yang beresiko gagal panen dan kelaparan.

Anda mungkin juga menyukai