BAB II Metodologi
BAB II Metodologi
BAB II
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan ini
diperlukan pemahaman terhadap maksud dan tujuan guna mencapai sasaran yang diharapkan.
Pendekatan dan metodologi yang akan dijabarkan beriktut ini diharapkan mampu memenuhi
harapan Pengguna Jasa (Bouwheer).
5|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Oleh karena itu, tinjauan kondisi tanah, topograpi dan betuk dermaga eksisting
merupakan hal utama dalam perencanaan dan harus dilakukan survei secara detail.
Pekerjaan lapangan mencakup seluruh kegiatan survei dan investigasi dilapangan
untuk memperoleh data-data akurat yang diperlukan dalam proses perencanaan
dermaga, antara lain:
Data kondisi dermaga lama baik bangunan atas maupun bangunan bawah;
Data sifat-sifat dan karakteristik aliran air laut;
Data jenis dan type konstruksi bangunan atas dan bawah;
Data sumber material.
6|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Tabel-2.2
Kebutuhan Data Primer
7|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Dasar Survey
1) Data untuk kontrol horizontal dan vertikal ditunjukkan dalam catatan khusus.
2) Koordinat-koordinat dari Titik Triangulasi yang ada.
3) Sistim grid yang digunakan sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) yang
merupakan Metode grid berbasis menentukan lokasi di permukaan bumi yang
merupakan aplikasi praktis dari 2 dimensi
4) Titik referensi elevasi BM yang telaah dibuat disesuaikan dengan BM.TTG
BAKOSURTANAL
8|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
9|Page
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Peralatan Survey
Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain :
1) Theodolite
2) Waterpass
10 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Kontrol Horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara polygon, maksud pengukuran poligon
adalah untuk membuat titik tetap yang mempunyai koordinat posisi bidang horizontal (x,y)
sebagai kerangka dasar dari pemetaan. Pengukuran poligon ini diikatkan pada titik kontrol
(BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu minimal 2 yang telah diketahui
koordinat dan elevasinya sesuai petunjuk, syarat-syarat yang harus dipenuhi diantaranya
adalah:
1) Pengukuran kontrol horizontal/poligon utama harus diikatkan pada minimal 2 bench
mark yang telah diketahui koordinatnya. Metode pengukuran polygon utama dilakukan
secara close circuit (tertutup)
2) Pengukuran kontrol horizontal/poligon cabang harus diikatkan pada titik poligon tetap
di awal dan di akhir pengukuran dan dilakukan koreksi.
3) Pengukuran poligon sudut-sudutnya harus dilakukan secara 2 seri ganda (B, LB, B,
LB) untuk tiap station dengan ketelitian sudut < 10 “ ketelitian sudut harus lebih kecil
dari 10 dimana “n” adalah jumlah titik poligon.
11 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Kontrol Vertikal
Maksud pengukuran kontrol vertikal/sipat datar adalah membuat titik tetap yang
mempunyai posisi vertikal/ketinggian sebagai kerangka dasar. Pengukuran sipat datar ini
harus diikatkan pada titik kontrol (BM) yang telah terpasang hasil pengukuran terdahulu
yang kondisinya masih baik. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
pengukuran ini adalah sebagai berikut :
1) Pengukuran Leveling harus diikatkan pada minimal 2 bench mark yang telah diketahui
elevasinya dan harus melalui titik-titik poligon. Metode pengukuran leveling digunakan
cara pulang pergi atau double stand, dan apabila dilapangan hanya ada 1
Bench Mark maka pengukuran harus dilakukan secara close circuit (tertutup).
2) Pembacaan rambu harus dilakukan dengan pembacaan tiga benang lengkap yaitu
benang atas, benang tengah dan benang bawah sebagai kontrol 2 BT = BA + BB.
Pengukuran dilakukan cara double stand maka selisih setiap stand pada tiap slag tidak
boleh melebihi 2 mm.
3) Alat yang digunakan adalah automatic level seperti zeiss Ni2, (Wild NAK2) atau yang
sederajatketelitiannya dan seijin tim teknis. Setiap slag diusahakan alat di tengah-
tengah dari dua titik yang diukur dengan jarak maksimum 60 m sedangkan alat
terdekat dari alat ke rambu tidak boleh lebih < dari 5 m ke rambu muka dan rambu
belakang.
4) Saat perpindahan rambu, rambu belakang dijadikan sebagai rambu depan tetap
pada posisi semula sebagai rambu belakang dengan cara hanya memutar di
atas landasan rambu. Rambu landasan memakai logam yang dapat tertancap di
atas tanah. Rambu ukur harus dilengkapi dengan nivo kotak yang terletak di belakang
rambu untuk mengetahui bahwa rambu benar-benar vertikal pada saat pengukuran.
12 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
5) Ketelitian kesalahan penutup tinggi dari pengukuran pulang pergi atau doubel stand
pada pengukuran Waterpass Utama tidak boleh melebihi 10√D dan waterpas cabang
tidak lebih 30√D, dimana D adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.
Pengukuran Situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang,
dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah survey. Bila
perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail
planimetris berikut spot height yang cukup (untuk pengukuran situasi pantai dan muara),
sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian
yang memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 2,50 cm pada peta
skala 1 : 2.000. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap penambahan satu titik spot
height atau 10 – 15 titik spot height untuk tiap 1 hektar.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak teraturan
terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah pengukuran
tidak hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak, kampung, kebun,
jalan setapak dan lain-lain. Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry
menggunakan Theodolite (Wild – T.0) atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak
boleh lebih dari 100 meter.
13 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
5) Pengukuran kedalaman sungai terhadap muka air dilakukan dengan pembacaan rambu
ukur atau dengan menggunakan colokan/alat pemberat bila tidak memungkinan
dilakukan dengan alat echosounder
6) Pengukuran cabang (inlet-outlet) yang masuk ke aliran utama (sungai) diadakan
pengukuran situasi detail pada daerah pertemuan tersebut.
3) Penggambaran Peta
Seluruh hasil pengukuran diplot dengan format digital AutoCAD pada lembar
berkoordinat ukuran A3 dan berlaku bagi seluruh lembar gambar dan peta.. Seluruh
hasil pengukuran Topografi skala 1 : 2.000.
Garis kontur
Untuk penggambaran kontur dibuat bagian luar dan diplot berdasarkan titik-titik
spot height, efek artistik tidak diperlukan.
Pemberian angka kontur pada setiap interval antara kontur minor dan mayor
dibedakan.
Seluruh titik spot height yang diukur baik sungai, pantai maupun dasar
laut (bathimetry)
Skala, arah utara dan legenda
Grid berkoordinat pada interval 10 cm
Blok judul dan kotak revisi dan catatan kaki pada peta
14 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Bila penggambaran dilakukan pada beberapa lembar, diagram dari layout lembar
disertakan untuk menunjukkan hubungan antara satu lembar dengan lembar
berikutnya (over lay).
Pengambaran hasil pengukuran dan perencanaan (situasi,potongan memanjang
dan potongan melintang) pada kertas A3 .
Diskripsi Pengukuran
Lokasi Pengukuran : Pelabuhan Ulee Lheue Kota Banda Aceh
15 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Metode Pengukuran
Pengukuran batimetri atau disebut dengan pemeruman (sounding) dimaksudkan untuk
mengetahui keadaan topografi laut. Cara yang dipakai dalam pengukuran ini adalah
dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut pada jalur memanjang dan jalur
melintang untuk cross check. Jalur sounding adalah jalur perjalanan kapal yang
melakukan sounding dari titik awal sampai ke titik akhir dari area pengukuran. Jarak
antar jalur sounding yang digunakan adalah 20 m – 30 m yang merupakan lintasan cross
check atau sampai mencapai jarak sejauh 400 m ke arah laut. Pada bagian permukaan
pantai yang mengalami abrasi, jalur sounding dibuat dengan jarak 15 m. Untuk tiap jalur
sounding dilakukan pengambilan data kedalaman perairan setiap jarak 10 m- 20 m. Titik
awal dan akhir untuk tiap jalur sounding dicatat dan kemudian di-input ke dalam alat
pengukur yang dilengkapi dengan fasilitas GPS MAP, untuk dijadikan acuan lintasan
perahu sepanjang jalur sounding.
Berikut tata cara pergerakan perahu motor dalam menyelusuri jalur lintasan yang melakukan
sounding dari titik awal sampai ketitik akhir dari area pengukuran (Poerbondo, D 2005):
16 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Peralatan Pengukuran
Peralatan survei yang diperlukan pada pengukuran bathimetri adalah:
1) Echo Sounder GPS Map dan perlengkapannya,alat ini mempunyai fasilitas GPS (Global
Positioning System) yang akan memberikan posisi alat pada kerangka horisontal
dengan bantuan satelit.
2) Notebook atau satu unit portable computer diperlukan untuk menyimpan data yang
didownload dari GPS Map setiap 300 kali pencatatan data
3) Perahu digunakan untuk membawa surveyor dan alat-alat pengukuran menyusuri
jalur-jalur sounding yang telah ditentukan. Perahu harus cukup luas dan
nyaman untuk para surveyor dalam melakukan kegiatan pengukuran dan
downloading data dari alat ke komputer, dan lebih baik tertutup dan bebas dari
getaran mesin.
4) Kapasitas bahan bakar harus sesuai dengan panjang jalur sounding.
5) Papan duga digunakan pada pengamatan fluktuasi muka air di laut.
6) Peralatan keselamatan digunakan selama kegiatan survei dilakukan antara lain life
jacket.
17 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
2) Peramalan Gelombang
Perkiraan tinggi gelombang diperoleh dari akumulasi data angin bersumber dari BMKG
Stasiun Iskandar Muda Blangbintang Banda Aceh dari Tahun 2010- 2015.
18 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Koreksi terhadap temperatur pada lokasi pengukuran diperoleh pada grafik berikut
(Sorensen M R, 1998) :
19 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Nilai Fecth
Fetch adalah jarak bebas di atas permukaan air laut, merupakan daerah pembangkit
gelombang yang ditimbulkan oleh angin dengan arah dan kecepatan yang sama.
Bentuk fetch tidak teratur akibat bentuk garis pantai yang tidak teratur, maka untuk
keperluan peramalan gelombang perlu ditentukan besarnya fetch efektif yang
dihitung dengan rumus (Sorensen M R, 1998) :
dimana :
Hmo = tinggi gelombang signifikan (m)
Tm = periode gelombang puncak (dt)
F = panjang fetch (km)
UA = faktor tegangan angin (m/s)
t = waktu hembus angin (jam)
Periode dan tinggi gelombang dapat diperoleh dengan metode SMB yang terdapat pada
Gambar 2.6.
20 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
21 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
22 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, pekerjaan sondir
dihentikan apabila pembacaan pada monometer berturut-turut menunjukkan harga >
150 kg/cm², alat sondir terangkat keatas, apabila pembacaan manometer belum
menunjukkan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang
diletakkan pada baja kanal jangkar.
Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau perlawanan penetrasi konus dan
jumlah hambatan pelekat (JHP). Grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi
konus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat (JHP ) secara
kumulatif.
Penyelidikan ini merupakan bagian dari penyelidikan tanah yang mencakup seluruh
penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil
tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material
23 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
guna menentukan jenis/ tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya,
sebagai berikut:
1) Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi pelaksanaan dermaga yang
akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung
di lapangan;
2) Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan dengan
pondasi dermaga yang akan dibangun;
3) Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap
undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut di
laboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter-
parameter tanah dari pengetesan Index Properties (Besaran Indeks) dan
Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks);
4) Penyelidikan tanah untuk desain pondasi tiang pancang yang umum digunakan
bor-mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman
bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar
Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T 206 – 74;
5) SPT dilakukan pada interval kedalaman 1,50 m s/d 2,00 m untuk diambil
contohnya (undisturbed dan disturbed);
6) Mata bor harus mempunyai diameter yang cukup untuk mendapatkan undisturbed
sample yang diinginkan dengan baik, dapat digunakan mata bor steel bit untuk
tanah clay, silt dan mata bor jenis core barrel;
7) Digunakan casing (segera) bilamana tanah yang dibor cenderung mudah runtuh;
8) Untuk menentukan besaran index dan structural properties dari contoh-contoh
tanah, baik yang terganggu (disturbed) maupun yang asli (undisturbed) tersebut
di atas, maka pengujian di laboratorium dikerjakan berdasarkan spesifikasi SNI,
SK SNI, AASHTO, ASTM, BS dengan urutan terdepan sebagai prioritas
pertamanya;
9) Laporan penyelidikan tanah harus pula berisi ‘analisa dan hasil’ daya dukung
tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah
tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan
form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe
bor yang digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log,
uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis
limit, perhitungan pukulan (SPT) dan lain sebagainya.
Untuk lebih jelasnya metode pelaksanaan dapat dilihat pada bagian berikut ini.
24 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
25 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
26 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
dimana :
E = energi kinetik yang terjadi
CM = koefesien massa hidrodinamik
MD = displacement kapal (ton)
V = kecepatan kapal merapat (m/det)
Ce = koefesien eksentrisitas
CS = koefesien softness
CC = koefesien konfigurasi penambatan
Besar koefisien paramater untuk perhitungan adalah :
27 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
di mana :
Cb = koefisien Blok Kapal
d = draft kapal (m)
B = lebar kapal (m)
Lpp = panjang garis air (m)
γo = berat jenis air laut (t/m3)
l = ¼ x Loa
dimana :
l = jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal
sampai pada titik sandar kapal, seperti pada gambar berikut.
R = jari-jari putaran di sekeliling pusat berat kapal pada permukaan air
dan diberikan oleh gambar (m)
28 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Berdasarkan katalog Fentek Marine Fendering Systems, energi kinetik untuk berbagai
kondisi berthing dapat dilihat pada Gambar 3.15
2) Fender
Pemilihan jenis fender
Dari hasil di atas, energi berthing yang menentukan dan digunakan untuk desain
adalah energi berthing maksimum sebesar 94.90 kN-m.
Energi yang diserap oleh sistem fender (E ) adalah setengah dari energi berthing dan
setengah lagi diserap oleh kapal dan air.
EF = 0,5.E
Dari hasil perhitungan diatas, dipilih gaya-gaya yang cukup besar yang mungkin
terjadi untuk dijadikan acuan perencanaan pembebanan pada dermaga, yaitu pada
penggunaan fender Bridgestone Super-Arch tipe FV002-3-1, dimana gaya berthing
akibat reaksi fender maksimum adalah 754.93 kN.
dimana :
29 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Radius lengkung dari bow kapal dhitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Untuk αb= 100 : log (r bow ) = -0,113 + 0,44 log (Wd)
Cara lain untuk menghitung jarak maksimum antar fender juga dapat dengan rumus:
2l = 0,15.LOA
Dalam arah horizontal, jarak antar fender harus ditentukan sedemikian rupa sehingga
dapat menghindari kontak langsung antara kapal dan dinding dermaga. Berdasarkan
hal tersebut, penempatan antar fender dilakukan dengan memperhatikan dimensi
kapal dari berbagai ukuran sehingga dermaga dapat didarati oleh kapal dari berbagai
jenis/ukuran.
Untuk perencanaan, kapal yang merapat di pelabuhan mempunyai bobot 1000 ton.
Hasil perhitungan jarak antar fender dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Dari tabel
tersebut dapat dilihat untuk ukuran kapal yang akan merapat memerlukan jarak
maksimum antar fender sebesar 9.60 m, namun untuk perencanaan yang lebih baik
maka diambil jarak antar fender sebesar 8.00 m.
3) Gaya Moring
Gaya mooring dari kapal pada prinsipnya merupakan gaya-gaya horizontal dan vertikal
yang disebabkan oleh angin dan arus. Sistem mooring didesain untuk dapat mengatasi
gaya-gaya akibat kombinasi angin dan arus. Keseluruhan gaya angin dan arus yang
terjadi dapat dimodelkan sebagai gaya-gaya dalam arah transversal dan longitudinal
yang dikombinasikan dengan gaya momen terhadap sumbu vertikal yang bekerja di
tengah kapal.
Dengan
Dimana
30 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
dimana:
Fc = gaya akibat arus dengan arah sejajar as kapal (N)
Fc1 = gaya akibat arus dengan arah tegak lurus as kapal (N)
Qc = tekanan arus (N/m
Vc = kecepatan arus (m/s)
D = draft kapal (m)
d = kedalaman laut pada air surut (m)
Hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada kapal tersebut dapat digambarkan
pada gambar
Fx = Fw + F c
Fy = Fw1 + Fc1
Gaya arus bekerja pada sisi badan kapal yang berada di bawah air (draft) sedangkan
gaya angin bekerja pada sisi badan kapal yang berada di atas air. Perhitungan
besarnya gaya akibat arus dan angin yang telah diproyeksikan menurut arah
longitudinal (x) dan transversal (y) dapat disimak pada tabel berikut ini.
31 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Gaya pada tali merupakan gaya reaksi akibat adanya gaya mooring yang bekerja pada
tali-tali penahan kapal. Sistem gaya yang bekerja disederhanakan dengan mengasumsi
bahwa gaya longitudinal yang bekerja akan ditahan oleh spring lines dan untuk gaya
transversal oleh breasting lines. Rumus perhitungan gaya spring lines dan breasting
lines adalah:
dimana
Fx = gaya mooring longitudinal (ton)
Fy = gaya mooring transversal (ton)
b = sudut breasting tali (o)
s = sudut spring tali (O)
di mana:
Tali atau pengikat kapal untuk tiap-tiap gaya yang bekerja diasumsikan mempunyai
karakteristik yang sama dan analisanya harus memperhitungkan pengaruh sudut-
sudut yang dibentuk oleh masing-masing tali. Seperti yang telah dijelaskan, jenis tali
yang digunakan untuk menahan gaya tambat adalah sebagai berikut:
Spring lines : untuk menahan gaya-gaya longitudinal tambat (Fx).
Breasting lines : untuk menahan gaya-gaya transversal tambat (Fy).
Hasil perhitungan gaya-gaya pada masing-masing tali dapat diberikan pada tabel
berikut.
1) Material
32 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Berikut ini adalah properti material yang digunakan sebagai dasar dalam analisa:
Beton K350
Kuat tekan karakteristik kubus pada usia 28 hari : 35 MPa
Kuat tekan karakteristik silinder pada usia 28 hari : 29.10 MPa
Modulus elastisitas : 25356 MPa
Poissons’s ratio : 0.20
Modulus geser : 10565 MPa
Berat spesifik : 25 kN/m3
Koefisien muai suhu : 11E-05 /C
Model creep & shrinkage : AASHTO LRFD 2000
(berdasarkan CEB-FIP
’90)
Koefisien konsistensi : 2 (medium)
Derajat kekerasan semen : 2 (normal hardening)
Beton K250
Kuat tekan karakteristik kubus pada usia 28 hari : 25 MPa
Kuat tekan karakteristik silinder pada usia 28 hari : 20.75 MPa
Modulus elastisitas : 21410 MPa
Poissons’s ratio : 0.20
Modulus geser : 11976 MPa
Berat spesifik : 25 kN/m3
Koefisien muai suhu : 11E-05 /C
Model creep & shrinkage : AASHTO LRFD 2000
(berdasarkan CEB-FIP
’90)
Koefisien konsistensi : 2 (medium)
Derajat kekerasan semen : 2 (normal hardening)
Baja tulangan
Modulus elastisitas : 200000 MPa
Poisson`s ratio : 0.30
Modulus geser : 76923 MPa
Koefisien muai suhu : 12E-05 /C
Berat spesifik : 78.50 kN/m3
Kuat tarik nominal, fsu : 500 MPa
Kuat leleh nominal, fsy : 390 MPa
2) Pembebanan
Beban Vertikal
Pembebanan vertikal pada struktur dermaga dan trestle dapat dikategorikan,
antara lain :
Beban Mati;
33 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Beban Hidup.
Beban Horisontal
Pembebanan horisontal pada struktur dermaga dapat dikategorikan sebagai
berikut :
Beban gelombang pada struktur tiang;
Beban gelombang pada tepi dermaga;
Beban arus;
Beban gempa;
Beban tumbukan kapal dan pemilihan fender;
Beban mooring.
3) Kombinasi Pembebanan
Berikut ini disajikan kombinasi pembebanan SLS dan ULS yang akan digunakan dalam
analisa:
Tabel 2.3
Kombinasi Pembebanan Kondisi SLS dan ULS
34 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Tabel 2.4
Kombinasi Pembebanan Batas Tegangan (Mpa)
Dimana :
Sn = Kekuatan nominal penampang yang biasanya dianalisa pada kondisi
retak atau ketika material penampang mencapai kondisi batas
kekuatan
= Faktor reduksi kekuatan penampang
Fi = Beban sekunder yang bekerja pada elemen struktur
yi = Faktor beban (sebagaimana terlihat pada Tabel 3.3)
Berikut ini adalah faktor reduksi kekuatan yang akan digunakan dalam analisa ini:
Tabel-2.5
Faktor Reduksi Kekuatan Nominal
35 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
36 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
37 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
didominasikan oleh tahanan selimut, akibatnya tiang tidak tercapai lapisan tanah keras
dikarenakan lapisan tanah kerasnya cukup dalam. Sistem tiang diasumsikan sebagai pile group
yang dibebani gaya-gaya pada arah X (gaya gempa arah memanjang), arah y (gaya berthing-
mooring, beban gempa arah melintang dan gaya angin) dan arah Z (beban sendiri strukur
pile)
Dimana :
PU = daya dukung ultimate (ton)
Ab = luas penampang (m2)
CS = keliling penampang
QCB = nilai qc rata-rata pada zona 4D dibawah ujung tiang (t/m2)
qCa = nilai qc rata-rata pada zona 4D diatas ujung tiang (t/m2)
D = diameter tiang (m)
fS = rata-rata lokal friction sepanjang tiang
Df = kedalaman pemancangan (m)
SF = faktor keamanan (t/m2)
Dimana :
PU = daya dukung ultimate (ton)
Ab = luas penampang (m2)
CS = keliling penampang desain bridge system
Na = nilai qc rata-rata pada zona 4D dibawah ujung tiang (t/m2)
Nb = nilai qc rata-rata pada zona 8D diatas ujung tiang (t/m2)
38 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
(lengkung kohesif)
(pasir/non kohesif)
Kh = 0,15 N kg/cm2
I = 2nR3t
N = nilai SPT dibawah permukaan tanah lunak
Berdasarkan Teknik Pondasi, daya dukung lateral yang dapat ditahan tiang dihitung
dengan rumus berikut:
dimana
Ha = daya dukung yang diijinkan (kN)
a = besar lendutan yang terjadi akibat gaya lateral (dalam hal ini, gaya
berthing dan mooring) (cm)
39 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Untuk menghitung besar lendutan yang terjadi, tiang dimodelkan sebagai sebuah
silinder dengan perletakan jepit yang diberikan gaya dibagian ujung bebasnya.
Dengan F B = gaya berthing, FM = gaya mooring lateral dan L = jarak titik tangkap
gaya ke titik jepit, maka dapat dihitung momen di titik jepit sebagai berikut:
M3 =0
M3 = (FB + FM) x (L + 1,098)
2) Penggambaran
Gambar rencana harus ditampilkan dalam format yang sesuai dengan petunjuk dari
pengguna jasa dan/atau instansi yang berkompeten untuk pengesahan dokumen
40 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
5) Spesifikasi
41 | P a g e
LAPORAN ANTARA
DED Perpanjangan Dermaga Sandar Pelabuhan Ulee Lheu
No.Kontrak 02/KONTRAK-PERENC/PSM/VI/2017
Penyusunan spesifikasi teknik harus mengacu kepada gambar rencana dan harus
memperhatikan semua aspek pelaksanaan konstruksi serta dapat menjelaskan secara
rinci metode dan urutan pelaksanaan termasuk jenis dan mutu material yang
digunakan.
42 | P a g e