Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR IPS

PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU BUDHA

Disusun Oleh :

1. Margaretha Julianna Prasetyandari (2115100025)


2. Yulia Ruti Cahyanti (2115100028)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN
2021/2022
PENGARUH KEBUDAYAAN HINDU-BUDHA

A. Kebudayaan Hindu-Budha

Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “buddhayah” atau “buddhi”


yang berarti kekal. Kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan akal.

Berbicara mengenai kebudayaan Hindu-Budha, maka pandangan kita


tidak terlepas pada peradaban lembah Sungai Indus, India. Wilayah ini
sudah sejak dulu telah menjadi tempat lahirnya peradaban sekitar 2000
tahun SM, di wilayah India mulai berkembang budaya dan agama Hindu.
Beberapa waktu kemudian di India pula lahir budaya dan agama Budha.
Kebudayaan masyarakat India terus mengalami perkembangan dan
kemajuan, terutama dalam bidang kesenian, seperti seni pahat dan seni
patung. Kesusastraan mengalami masa-masa yang cukup gemilang, baik
dalam kesusastraan Hindu maupun Budha. Diantaranya dihasilkan beberapa
kitab yang memiliki nilai sastra tinggi yang terkenal, seperti kitab
Mahabarata dan Ramayana. Dari India ini lah kemudian kebudayaan Hindu
dan Budha menyebar ke berbagai tempat.

1. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan


Hindu-Budha

India merupakan tempat awal berkembangnya agama dan kebudayaan


Hindu-Budha sekitar 2000 tahun SM pada masa peradaban lembah Sungai
Indus, melalui hubungan perdagangan antara Indonesia dengan India. Pada
awwalnya agama ini dianut oleh para raja-raja dan bangsawan. Dari
lingkungan raja dan bangsawan itulah agama Hindu-Budha tersebar ke
lingkungan rakyat biasa.

Penyiar agama Budha di Indonesia lebih awal daripada agama Hindu.


Dalam penyebaran agama Budha dikenal adanya misi penyiar agama yang
disebut Dharmadhuta. Tersiarnya agama Budha di Indonesia, diperkirakan
sejak abad ke-2 Masehi, dibuktikan dengan penemuan patung Budha dari

1
perunggu di Jember Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, serta patung
Budhadari batu di Palembang .

Adapun proses masuknya agama Hindu di Indonesia, dibawa oleh kaum


pedagang, baik pedagang india yang dating ke Indonesia maupun pedagang
Indonesia yang berlayar ke India. Terdapat beeberapa teori yang berbeda
tentang penyebaran agama Hindu di Indonesia. Dari teori-teori tersebut
hanya Teori Brahmana yang dianggap sesuai dengan bukti-bukti yang ada.
Teori Brahmana dibuktikan sebagai berikut :

a) Agama Hindu bukan agama yang demokratis, karena urusan


keagamaan menjadi monopoli kaum Brahmanasehingga hanya
golongan inilah yang berhak dan mampu menyiarkan agama.
b) Prasasti Indonesia yang pertama berbahasa Sansekerta, sedangkan di
India sendiri bahasa tersebut hanya digunakan dalam kitab suci dan
upacara keagamaan. Jadi, hanya kaum Brahmana lah yang mengerti
dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.

2. Perkembangan Agama dan Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

Masuk dan berkembangnya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia


menimbulkan perpaduan budaya antara budaya Indonesia dengan Budaya
Hindu-Budha. Perpaduan dua budaya yang berbeda ini disebut dengan
akulturasi, dimana kedua unsure kebudayaan ini bertemun dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi dengan tidak menghilangkan unsur-unsur
dari kedua kebudayaan tersebut.

Namun, sebelum masuknya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha,


masyarakat Indonesia telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-
unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam
kehidupan masyarakat. Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha yang masuk
ke Indonesia diterima dan diolah serta disesuaikan dengan kondisi

2
kehidupan masyarakat Indonesia, tanpa menghilangkan unsur-unsur asli
Indonesia.

Karena itu, unsur-unsur kebudayaan Hindu-Budha yang masuk ke


Indonesia tidak diterima begitu saja. Hal ini disebabkan hal-hal berikut:

a) Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang


cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing dapat menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
b) Kecakapan istimewa bangsa Indonesia yang disebut dengan istilah
local genius, yaitu kecakappan suatu bangsa untuk menerima unsur-
unsur kebudayaan asing dan mengolah unsure-unsur tersebut sesuai
dengan keppribadian bangsa Indonesia.

Munculnya pengaruh Hindu-Budha (India) di Indonesia sangat besar


dan dapat dilihat melalui beberapa hal sebagai berikut:

 Seni Bangunan
 Seni Rupa/ Seni Lukis
 Seni Sastra
 Kalender
 Kepercayaan / filsafat

Tradisi Hindu-Budha mengalami perkembangan yang cukup pesat di


wilayah Indonesia dan berpengaruh pada segala sector kehidupan
masyarakatnya, antara lain pada sector-sektor berikut :

a) Pemerintahan
b) Social
c) Ekonomi
d) Kebudayaan
e) Pendidikan dan pembentukan jaringan intelektual
f) Teknologi

3
3. Kehidupan Sosial, Politik, Ekonomi, dan Budaya Indonesia pada
Masa Kerajaan-Kerajaan Hindu-Budha.

a. Sistem dan Struktur Sosial Masyarakat

Pengaruh kebudayaan Hindu dalam sistem dan struktur sosial dapat


dilihat dari adanya penerapan sistem pembagian kastapada masyarakat
Indonesia. Kasta merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui
tingkatan-tingkatan kehidupan masyarakatnyadan berlaku secara turun
temurun. Namun penggunaan kasta dalam masyarakat Hindu Indonesia
dengan masyarakat Hindu India memiliki perbedaan-perbedaan yang sangat
mendasar. Misalnya, kasta dalam masyarakat Hindu India digunakan untuk
membedakan status sosial antara bangsa Aria dan bangsa Dravida,
sedangkan kasta dalam masyarakat Indonesia digunakan untuk
menunjukkan status sosial masyarakatnya, karena kastanya hanya
dipergunakan oleh bangsa Indonesia sendiri.

Pada masyarakat yang memperoleh pengaruh Budha tidak mengenal


adanya kasta, tetapi dikenal adanya kelompok-kelompok dalam masyarakat,
seperti sebagai berikut :

1) Kelompok masyarakat Bhiksu dan Bhiksuni, kelompok


masyarakat ini tinggal didalam wihara. Mereka telah berhasil
meninggalkan kehidupan yang bersifat duniawi. Setiap umat
Budha dapat menjadi Bhiksu atau Bhiksuni
2) Kelompok masyarakat umum, merupkankelompok yang masih
terpengaruh oleh unsur-unsur kehidupan duniawi. Mereka masih
diliputi oleh hawa nafsu dan keserakahan untuk memiliki sesuatu
yang dipandang dapat membuat kehidupan lebih layak dimata
orang lain.

4
b. Sistem Penguasaan Tanah, Pajak, dan Tenaga kerja pada masa
kerajaan Hindu-Budha
Struktur birokrasi kerajaan-kerajaan Hindu-Budha diberbagai wilayah
Indonesia tidak sama, karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan tradisi
masyarakatnya.
Struktur birokrasi di kerajaan Sriwijaya bersifat langsung, karena raja
yang memegang peranan penting dalam pengawasan terhadap tempat-
tempat yang dianggap strategis.
Pada struktur birokrasi kerajaan Mataram Hindu dikenal adanya daerah
pusat kerajaan dan daerah watak. Daerah pusat kerajaan merupakan istana
tempat tinggal raja dan keluarga, kerabat dekat, petinggi kerajaan dan abdi
dalem (hamba sahaya), sedangkan daerah watak merupakan daerah yang
dikuasai para Rakai atau pamgat yang berkedudukan sebagai pejabat tinggi
dan kepala daerah secara turun- temurun. Seorang putra mahkota berperan
menggantikan kedudukan seorang raja, apabila raja meninggal dunia atau
menundurkan diri. Dalam melaksanakan tugasnya raja-raja daerah bertindak
sebagai raja yang merdeka. Namun tetap mengakui keberadaan raja yang
bertahta dipusat kerajaan Padjajaran sebagai yang dipertuan. Raja bawahan
dapat dipilih menggantikan raja pusat apabila tidak terdapat putra mahkota.
Seorang putra mahkota berperan menggantikan kedudukan seorang raja,
apabila raja meninggal dunia atau menundurkan diri. Dalam melaksanakan
tugasnya raja-raja daerah bertindak sebagai raja yang merdeka. Namun tetap
mengakui keberadaan raja yang bertahta dipusat kerajaan Padjajaran sebagai
yang dipertuan. Raja bawahan dapat dipilih menggantikan raja pusat apabila
tidak terdapat putra mahkota.
Susunan pemerintahan pada kerajaan Bali, seseorang raja dalam
menjalankan pemerintahannya dibantu oleh suatu badan penasihat raja dan
badan-badan yang dibentuk, seperti Panglapuan, Somahanda, Senapati. Para
pembantu raja diangkat dan diberhentikan oleh raja sendiri.
Pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dikerajaan Majapahit telah
memiliki susunan birokrasi. Seluruh kerajaan Majapahit dianggap sebagai
replika dari jagat raya dan rajanya dianggap sebagai dewa tertinggi yang

5
bersemayam dipuncak Mahameru. Dalam menjalankan tugasnya, raja
dibantu sejumlah pejabat birokrasi. Para putra dan kerabat raja diberikan
kedudukan tinggi dalam jabatan birokrasi kerajaan.

c. Sistem Penguasaan Tanah, Pajak, Tenaga Kerja pada Masa


Kerajaan Hindu-Budha

Pada masa berkembangnya kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha


di Indonesia, apa saja yang ada dalam wilayah kerajaan menjadi milik
kerajaan menjadi milik kerajaan sepenuhnya.
Pemberlakuan pajak sudah mulai ada guna membiayai segala keperluan
kerajaan. Pajak ditarik dari hasil panen rakyat oleh para pejabat ditingkat
daerah untuk diserahkan kepada raja pusat. Setiap daerah memiliki
pembayaran pajak yang berbeda. Misalnya daerah yang subur dikenakan
pajak yang lebih besar daripada daerah yang tidak subur. Pajak juga
diberlakukan pada hasil perdagangan dan kerajinan. Ketentuannya
didasarkan pada keuntungan yang diperoleh sebagai pajak usaha.

d. Bukti Arkeologis dari Pengaruh Tradisi Hindu-Budha

Apabila ditelusuri bukti-bukti arkeologis pengaruh kebudayaan Hindu-


Budha di Indonesia terdapat berbagai jenis dan bentuk benda-benda hasil
budaya masyarakatnya. Bukti-bukti tersebut di anttaranya candi, patung
dewa, prasasti, dan lain-lain

1) Candi

Ada perbedaan fungsi dari pengertian candi yang mendapat pengaruh


kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Budha. Pembuatan candi pada masa
pengaruh Hindu diperuntukan sebagai makam dari orang-orang terkemuka
atau para raja yang wafat. Misalnya Candi Singosari dan Candi Prambanan,
sedangkan dalam budaya Budha, candi merupakan tempat pemujaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa melalui sang Budha Gautama. Misalnya Candi
Borobudur dan Candi Muara Tikus.

6
Apabila dikelompokkan, candi-candi yang terdapat diseluruh wilayah
Indonesia terdiri dari tiga kelompok besar, yaitu

 Jenis Candi Jawa Tengah Utara


 Jenis Candi Jawa Tengah Selatan
 Jenis Candi Jawa Timur (termasuk didalamnya jenis-jenis candi
Padang lawas dari Bali dan Muara Tikus dari Sumatera.

Pembagian ini sesuai dengan agama yang dianut, seperti agama Hindu
(terutama beraliran Siwa), agama Budha (terutama aliran Mahayana), dan
aliran Tantrayana (baik yang bersifat hindu maupun budha.

2) Patung Dewa

Selain candi, peninggalah sejarah Hindu-Budha yang terkenal adalah


patuung-patung dewa. Dalam agama Hindu pembuatann patung dewa
disesuaikan dengan manifestasinya, contoh : Patung Dewa Siwa sebagai
Mahadewa, Patung Dewi Durga sebagai Mahisasuranardini, Patung Dewa
Wisnu dan Patung Brahma. Sedangkan dalam agama Budha dibuatkan
patung dalam berbagai bentuk perwujudannya, contoh : Sang Budha sebagai
Wairocana, Patung Budha sebagai Aksobhnya, Patung Budha sebagai
Amitabha, dan lain-lain
3) Prasasti
Adapun peninggalan lainnya, seperti prasasti-prasasti atau tulisan di
batu, misalnya prasasti Ciaruteun peninggalan Kerajaan Tarumanegara
merupakan cap telapak kaki pada batu melambangkan kekuasaan Raja
Purnawarman atas daerah itua
4) Kerajaan
Kerajaan yang terkenal di Indonesia yang mendapatkan pengaruh Hindu-
Budha diantaranya
a) Kerajaan Kutai ( Kalimantan Timur),
b) Kerajaan Tarumanegara (Jawa Barat)
c) Kerajaan Holing ( belum diketahui pasti)
d) Kerajaan Melayu (Jambi)

7
e) Kerajaan Sriwijaya (Sumatra Selatan)
f) Kerajaan Mataram Kuno (Jawa Tengah )
g) Kerajaan Medang Kamulan (Jawa Timur)
h) Kerajaan Kediri
i) Kerajaan Singasari ( Malang)
j) Kerajaan Bali
k) Kerajaan Padjajaran ( Jawa Barat)
l) Kerajaan Majapahit
e. Kemunduran Tradisi Hindu-Budha di Indonesia
Perkembangan pengakebudayaan Hindu-Budha di Indonesia sejak
kerajaan Kutai hingga runtuhnya kerajaan Majapahi. Terdapat beberapa hal
yang menyebabkan runtuhnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Budha di Indonesia, sebagai berikut :
 Terdesaknya kerajaan-kerajaan sebagai akibat munculnya kerajaan
yang lebih besar dan kuat.
 Tidak ada peralihan kepemimpinan atau kaderisasi, seperti yang
terjadi pada masa kekuasaan Kerajaan Majapahit.
 Berlangsungnya perang saudara yang melemahkan kekuasaan
kerajaan, seperti yang terjadi pada Kerajaan Syailendra dan
Majapahit
 Banyak daerah melepaskan diri karena lemahnya pemerintahan pusat
dan raja-raja bawwahab membangus sebuah kerajaan yang merdeka
dan tidak terikatdengan pusat.
 Kemudian ekonomi dan perdagangan sehingga banyak diambil alih
oleh para pedagang Melayu dan Islam
 Tersiarnya agama islam yang dengan mudah diterima oleh para
adipati daerah pesisir. Hal ini membuat mereka merasa tidak terikat
lagi dengan pemerintahan seperti masa kekuasaan Majapahit.
Setelah runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha, bukan berarti
tradisi juga ikut lenyap. Kebudayaan Hindu-Budha masih terus bertahan,
bahkan didaerah-daerah yang berpenduduk Islam. Kebudayaan Hindu-
Budha saat ini masih terus bertahan dalam kehidupan masyarakat Bali.

8
Daftar Pustaka

Buku Konsep Dasar Ips karya/ penulis Drs. H. Idad Suhada, M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai