Anda di halaman 1dari 14

Contoh Kasus Pelanggaran HAM Internasional

1. Kasus muslim Rohingya di Myanmar

Muslim Rohingya tinggal di negara bagian Rakhine, Myanmar. Mereka sudah tinggal di tempat
itu sejak nenek moyang mereka. Namun, pada tahun 2015, Pemerintah Myanmar, mengusir
mereka dan membantai mereka yang tidak mau pindah. Mereka diberantas haknya karena
mereka adalah kaum minoritas dan dianggap tidak memiliki kewarganegaraan.
Pada tahun pertama, sebanyak 80.000 warga Rohingya kehilangan tempat tinggal, 1200 warga
hilang, dan 650 orang tewas. Menurut laporan Reuters, sebanyak 700.000 warga etnis Rohingnya
melarikan diri dari serangan militer Myanmar selama pelanggaran HAM yang berlangsung dari
tahun 2016 hingga 2017.

 
2. Kasus pelanggaran HAM Israel terhadap Palestina

 
Israel adalah negara bentukan orang Yahudi yang mengungsi di Palestina.Pada awalnya, orang-
orang Yahudi tersebut hidup rukun berdampingan dengan orang Palestina. Namun, lama-
kelamaan mereka malah membentuk negara dan mengakui tanah Palestina yang mereka tinggali
sebagai kekuasaan mereka. Kini, Israel telah mencaplok wilayah kekuasaan Palestina serta
mengusir warganya hingga negara ini menjadi negara kecil dan mudah ditindas. Militer Israel
juga rajin melakukan serangan militer kepada warga Palestina. Banyak warga sipil dan bahkan
relawan yang menjadi korban serangan tersebut. Israel juga mengadakan blokade, sehingga
warga Palestina memiliki akses yang sangat terbatas. Mereka hanya bisa mengakses makanan
dan obat-obatan, itu saja dalam jumlah terbatas.Akses keluar masuk Palestina juga diperketat
oleh militer Israel.
 
3. Kekejaman Hitler di Jerman

Pada zaman rezim Adolf Hitler, warga Yahudi yang tinggal di Jerman merasakan kehidupan
yang mencekam. Mereka diusir dan dibantai secara besar-besaran oleh pemimpin Nazi ini.
Pembantaian ini dikenal dengan nama holokaus dan menewaskan sekitar 6 juta orang Yahudi.
Pembantaian massal ini terjadi pada era perang dunia ke dua. Orang yahudi Eropa yang tinggal
di Jerman atau wilayah kekuasaannya akan dibawa ke kamp konsentrasi. Di sana, mereka disiksa
atau diperintah melakukan kerja paksa hingga akhirnya meninggal. Sebagian lainnya di bawa ke
kamp pemusnahan dimana mereka dimasukkan ke dalam kamar gas hingga tewas.
 
4. Kekejaman Husni Mubarak di Mesir

Husni Mubarak adalah diktator Mesir yang berkuasa selama 30 tahun, yaitu sejak 1981 sampai
2011. Ia didesak mundur oleh para pendemo di Kairo. Para pendemo ini kemudian ditembaki
oleh pasukan pengikut Mubarak hingga ratusan demonstran tewas. Mubarak juga terkenal
otoriter dan kejam. Selama masa kepemimpinannya, banyak terjadi kasus penyiksaan dan
penculikan yang dibuat-buat oleh polisi. Target polisi tersebut adalah orang-orang oposisi. Selain
itu, banyak tahanan yang mengalami perlakuan kejam. Sehingga, dilaporkan bahwa, dari tahun
2000 hingga 2009, ada 125 kasus penyiksaan yang berakibat tewasnya tahanan.
5. Pelanggaran HAM Uni Soviet terhadap Afghanistan

 
Pada tahun 1979 hingga 1990, Uni Soviet yang kini pecah menjadi Rusia dan negara lainnya
melakukan intervensi terhadap Afghanistan.
Pada awalnya, 85 ribu tentara Uni Soviet datang ke negara ini untuk membantu pemerintah
mengatasi pergolakan yang sedang terjadi dan mereka berniat menciptakan perdamaian.
Akan tetapi, alasan ini ternyata hanya kedok belaka.
Mereka malah memecah Afghanistan menjadi beberapa negara bagian.
Tentara Soviet juga menyerang siapa saja yang dianggap mencurigakan serta menghalangi tujuan
mereka.
Akibatnya, banyak warga Afghanistan yang tewas.
 
6. Pelanggaran HAM di Suriah di bawah kepemimpinan Bashar Al Assad

 Bassar Al Ashad adalah pemimpin Suriah. Ia memimpin negara ini sejak tahun 2000,
menggantikan ayahnya yang telah meninggal. Rezim pemerintahannya merupakan sebuah rezim
yang kejam. Banyak kebijakan presiden ini yang ditentang oleh warga melalui demonstrasi.
Bashar Al Assad dan pengikutnya yang tidak terima didemo, akhirnya menyerang para
demonstran. Alhasil, kerusuhan terjadi dan puluhan warga sipil tewas ditembak pasukan militer.
Selama rezim ini, ada banyak sekali kekejaman yang terjadi.
Penyiksaan, pemerkosaan wanita Yazidi, dan penyerangan terhadap kelompok-kelompok yang
dianggap pemberontak.
Hingga kini perang saudara di Suriah masih berlangsung dan mengakibatkan 500 ribu orang
tewas dan 11 juta orang mengungsi.
 
7. Pembantaian muslim Bosnia

Pada tahun 1992 hingga 1995, sebuah perang sipil terjadi antara Bosnia dan Serbia. Perang ini
terjadi setelah negara Yugoslavia pecah menjadi negara-negara kecil. Dalam perang ini, 800
muslim Bosnia yang tinggal di Sebrenica dibantai.
 
8. Kekejaman Rezim Apartheid

 
Rezim apartheid atau kulit putih berkuasa di Afrika Selatan setelah perang Dunia II. Dalam
kekuasaan rezim ini, ras kulit hitam atau berwarna dipisahkan dalam berbagai segi kehidupan.
Warga kulit putih yang sebenarnya warga minoritas menguasai 80% wilayah Afrika Selatan.
Sisanya, yang dikenal dengan sebutan homeland, diperuntukkan bagi warga kulit hitam.
Salah satu contoh politik apartheid ini adalah pemisahan fasilitas publik. Rumah sakit, objek
wisata, sekolah, dan fasilitas lain yang digunakan oleh warga kulit putih tidak boleh digunakan
oleh warga kulit hitam. Warga asli Afrika Selatan juga harus memiliki izin jika ingin
meninggalkan homeland. Karena tindakan diskriminasi yang sangat tidak manusiawi ini, warga
kulit hitam melakukan protes. Namun sayangnya, protes ini hanya berujung pada tewasnya 500
sampai 1000 warga kulit hitam.
 
Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia

1. Tragedi Trisakti

Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998. Dalam tragedi ini terjadi peristiwa penembakan
mahasiswa Universitas Trisakti. Pada tahun 1998, terjadi krisis moneter yang berakibat ke
banyak sektor. Keadaan ini mengundang aksi protes mahasiswa. Pada tanggal tersebut
mahasiswa Universitas Trisakti mengadakan longmarch menuju gedung MPR/DPR untuk
kemudian melakukan demo. Namun, sebelum sampai di gedung tersebut, aksi ini ditentang oleh
polisi. Setelah kedua pihak berunding, disepakati bahwa Polisi dan mahasiswa sama-sama
mundur. Saat mahasiswa mundur kembali ke kampus mereka, terjadi sebuah provokasi yang
menyebabkan beberapa mahasiswa terpancing. Akhirnya kerusuhan pun terjadi, polisi
melakukan penembakan sehingga empat mahasiswa tewas dan beberapa luka-luka.
 
2. Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib adalah seorang aktivis HAM. Ia telah banyak melakukan pembelaan hukum
pada orang-orang tertindas. Salah satunya adalah menjadi pembela keluarga korban penculikan
paksa yang terjadi pada tahun 1997 dan 1998. Munir juga merupakan pengkritik pemerintah
yang berkuasa saat itu. Di tahun 2004, Munir ditemukan tewas dalam pesawat yang menuju
Amsterdam. Hasil autopsi yang dilakukan oleh tim forensik Belanda menemukan adanya
senyawa arsenik dalam jasad Munir. Hasil ini mengindikasikan bahwa aktivis HAM ini sengaja
diracun oleh pihak tertentu yang bermaksud menyingkirkannya.
 
3. Peristiwa Tanjung Priok

Peristiwa Tanjung Priok terjadi pada 12 September 1984. Berdasarkan hitungan resmi, peristiwa
ini menyebabkan 24 orang tewas serta 54 orang terluka. Akan tetapi, menurut perkiraan, ada
lebih dari lebih dari 100 warga Tanjung Priok yang tewas, hilang, ataupun terluka. Peristiwa ini
diawali dengan kedatangan anggota Bintara ke Masjid As Saadah yang berlokasi di Tanjung
Priok. Ia memerintahkan pengurus masjid tersebut untuk melepas spanduk yang berbau kritik
pemerintah. Pihak masjid menolaknya dan anggota Bintara ini melepas atribut-atribut tersebut
dengan cara masuk ke masjid tanpa melepas alas kaki. Tindakan tersebut sangat tidak sopan dan
menyulut kemarahan pengurus masjid beserta warga. Mereka membakar motor dan menyerang
anggota Bintara tersebut. Pengurus masjid dan warga yang menyerangnya kemudian ditangkap.
Dua hari setelah penangkapan tersebut, warga muslim Tanjung Priok melakukan aksi protes
untuk membebaskan kawan mereka. Aksi ini dilakukan oleh ribuan orang namun tidak berhasil.
Kerusuhan pun terjadi dan pihak militer menembaki demonstran. Selain korban tewas dan luka,
kerusuhan ini juga mengakibatkan banyak orang ditahan.
 
4. Pembunuhan Marsinah

Marsinah adalah seorang buruh pabrik di Jawa Timur dan juga aktivis pada zaman Orde Baru.
Pada tahun 1993, Gubernur Jawa Timur mengeluarkan surat edaran yang berisi agar perusahaan
di Jawa Timur menaikkan upah buruh sebesar 20% dari gaji pokok. Akan tetapi PT tempat
Marsinah bekerja, PT Catur Putra Surya, tidak terlalu setuju dengan himbauan ini. Akibatnya,
Marsinah dan kawan-kawannya mogok kerja dan melakukan demonstrasi pada tanggal 3 dan 4
Mei 1993.
Selain demonstrasi, Marsinah beserta 13 perwakilan buruh juga melakukan perundingan dengan
pihak pabrik.
Pada tanggal 5 Mei, siang harinya, 13 teman Marsinah ditangkap Kodim Sidoarjo karena
tuduhan menghasut para buruh agar tidak masuk kerja dan mengadakan rapat gelap.
Mereka dipaksa untuk mengundurkan diri. Marsinah kemudian datang ke Kodim untuk
menanyakan dimana rekan-rekannya. Malamnya, Marsinah menghilang. Teman-temannya tidak
ada yang tahu keberadaannya. Mereka mencarinya selama tiga hari namun tidak menemukannya.
Marsinah baru ditemukan pada 8 Mei 1993 dalam keadaan meninggal. Hasil autopsi
menyebutkan bahwa Marsinah mengalami penyiksaan berat.
 
5. Pelanggaran HAM di Aceh

 
Pada tahun 1990 hingga 1998 terjadi pemberontakan rakyat Aceh. Salah satu sebabnya adalah
karena mereka tidak puas dengan pemerintah sehingga ingin memisahkan diri. Oleh karenanya,
pemerintah Indonesia mengadakan operasi militer di provinsi ini. Akibat dari operasi militer ini,
ada beberapa kasus pelanggaran HAM yang terjadi. Operasi ini tidak hanya menewaskan
pemberontak namun juga warga sipil. Banyak warga Aceh yang meninggal akibat operasi ini.
Menurut catatan, ada sekitar 9 ribu hingga 12 ribu korban jiwa yang jatuh dalam operasi militer
yang berlangsung selama 8 tahun ini.
 
6. Bom Bali

 Bom Bali adalah aksi terorisme yang mengakibatkan ratusan korban tewas dan luka-luka.
Aksi terorisme ini dilakukan oleh kelompok teroris Solo dan Serang. Beberapa pelakunya adalah
Imam Samudra, Amrozi, dan Dulmatin. Ada dua peristiwa bom Bali yang terjadi. Yang pertama
adalah pada tanggal 12 Oktober 2002. Pada saat itu, bom meledak di Kuta. Bom ini
menyebabkan 202 orang tewas dan 209 luka-luka. Sebagian besar korban tersebut adalah
wisatawan asing. Yang ke-dua terjadi pada tanggal 1 Oktober 2005. Ada tiga bom yang meledak
pada malam itu, 1 di Kuta dan 2 di Jimbaran. Bom ini menewaskan 23 orang, 4 diantaranya
adalah wisatawan asing dan 3 adalah teroris.
 
7. Pembantaian Rawagede

 
Kampung Rawagede terletak di Karawang. Pada agresi militer pertama, tepatnya 9 Desember
1947, terjadi pembantaian di kampung ini yang dilakukan oleh Belanda. Pembantaian Rawagede
menewaskan 431 penduduk. Kurang lebih setahun kemudian, Belanda kembali menyerang
kampung ini tanpa alasan. Sebanyak 35 warga Rawagede tewas akibat serangan ini. Pengadilan
HAM Internasional baru memproses kasus ini berpuluh-puluh tahun kemudian. Pada September
2011, pengadilan memutuskan bahwa pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab
serta memberikan kompensasi kepada keluarga korban pembantaian ini.
 
8. Penculikan aktivis 97/98

Pada tahun 1997 dan 1998, Indonesia mengalami pergolakan yang cukup hebat.
Ketidakpuasan terhadap pemerintah membuat banyak aktivis semakin vokal menyuarakan
penolakan pada pemerintah.
Keadaan genting menjelang pemilu 97 dan menjelang Sidang MPR 98 ini berbuntut
penghilangan orang secara paksa.
Sebanyak 23 aktivis hilang pada periode tersebut. Sembilan diantara mereka dilepaskan kembali.
Satu korban ditemukan tewas.
Dan 13 korban hilang, lainnya tidak pernah kembali hingga kini.
Penculikan yang dilakukan oleh aparat negara ini terjadi di Solo, Lampung, dan paling banyak di
Jakarta.
 
9. Tragedi Semanggi
 Tragedi semanggi terjadi dua kali, yaitu Tragedi Semanggi I dan Tragedi Semanggi II.
Tragedi Semanggi I terjadi pada November 1998.
Masa transisi pemerintahan dari Orde Baru ke Reformasi mengakibatkan banyak kekacauan.
Alhasil, demo besar-besaran pun terjadi. tragedi ini menyebabkan 17 orang tewas.
Tragedi Semanggi II terjadi pada September 1999.
Aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa mengakibatkan reaksi keras militer yang berjaga.
Bentrok massa dan aparat ini menyebabkan satu mahasiswa tewas di Jakarta, 2 mahasiswa tewas
di Lampung, dan satu tewas di Palembang.
 
10. Pembantaian Santa Cruz

 
Pembantaian Santa Cruz terjadi di Dili, Timor Timur, pada tanggal 12 November 1991.
Tragedi ini diawali dengan rencana kedatangan anggota parlemen Portugal dan 12 wartawan.
Akan tetapi, pemerintah Indonesia keberatan dengan kedatangan salah satu perwakilan wartawan
yang berkebangsaan Australia.
Wartawan ini dicurigai mendukung kemerdekaan Timor Leste.
Mahasiswa yang mengetahui pembatalan ini pun merasa sangat kecewa.
Buntut kekecewaan ini adalah terjadinya konfrontasi antara pihak pro integrasi dan pihak pro
kemerdekaan pada tanggal 28 Oktober 1991.
Konfrontasi ini menyebabkan dua orang tewas, Sebastiao Gomes dari pro kemerdekaan dan
Afonso Henriques dari pro integrasi.
Mahasiswa menjadi semakin marah, mereka pun mengadakan aksi protes saat proses
pemakaman Gomes.
Ketika jenazah Gomes dibawa ke tempat pemakaman, militer Indonesia menembaki para pelayat
dan pendemo.
Apa Saja Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM di Indonesia?

Ilustrasi Hak Asasi Manusia. foto/Istockphoto

Oleh: Yuda Prinada – 3 Mei 2021

tirto.id - Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hal wajib yang patut diberikan kepada setiap
manusia di seluruh dunia. Di Indonesia, terdapat beberapa upaya yang dilakukan untuk
menegakkan HAM, mulai dari pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM), instrumen HAM, dan pengadilan HAM.
Melansir catatan Badan Pusat Statistik, definisi HAM telah dijabarkan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Berikut ini artinya.
“hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia”
Berdasarkan catatan Yusnawan Lubis dan Mohamad Sodeli dalam buku ajar PPKn (2017:22),
terungkap bahwa semua negara yang ada di dunia menjunjung tinggi HAM. Namun, upaya
penegakan dari setiap negara berbeda karena masing-masing punya ideologi, budaya, dan nilai
khas tersendiri.
Dengan kata lain, Indonesia yang memiliki dasar negara Pancasila dan hukum dasar UUD 1945
tentu menjadikan keduanya sebagai patokan menangani penegakan HAM. Berikut ini tiga upaya
yang telah dilakukan oleh Indonesia dalam menegakkan HAM.

Pembentukan Komnas HAM


Menurut situs resmi Komnas HAM, lembaga ini memiliki status yang setingkat dengan lembaga-
lembaga negara lain di Indonesia. Fungsi lembaga yang dibentuk pada 7 Juni 1993 ini adalah
melakukan penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan mediasi terkait masalah HAM.
Lembaga ini diisi dengan anggota berjumlah 35 orang yang semuanya dipilih oleh DPR dan
disahkan presiden. Mereka semua mempunyai wewenang untuk melakukan perdamaian pada
pihak yang berkonflik, menyelesaikan masalah dengan cara konsultasi dan negosiasi,
merekomendasikan suatu kasus HAM kepada DPR untuk diteruskan penanganannya, serta
menyarankan kepada pihak yang berkonflik untuk menyelesaikan masalahnya di pengadilan.
Bukan hanya itu, setiap individu dari negara Indonesia diizinkan untuk mengadukan masalah
kepada lembaga jika terjadi kasus pelanggaran HAM.

Pembentukan Instrumen HAM


Instrumen HAM meliputi alat-alat yang digunakan untuk melindungi dan menegakkan HAM, di
antaranya adalah lembaga (Komnas HAM) serta peraturan-peraturan tentang HAM. Peraturan ini
ternyata diciptakan agar jaminan hukum dan arahan proses penegakan HAM bisa berjalan
dengan baik. Berikut ini beberapa aturan yang dibuat untuk mengatur perihal HAM di Indonesia.
1. Terdapat penambahan bab XA tentang HAM dalam UUD 1945.
2. Dikeluarkannya Ketetapan MPR melalui TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998 perihal
HAM dalam Sidang Istimewa MPR 1998.
3. Piagam HAM Indonesia ditetapkan pada 1998.
4. Dibuatnya UU RI Nomor 39 Tahun 1999 yang dilanjutkan dengan keluarnya Perpu
Nomor 1 Tahun 1999 mengenai pengadilan HAM. Setelah itu, ditetapkan lagi menjadi
sebuah aturan dalam Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 perihal Pengadilan
HAM.
5. Perundang-undangan yang mengatur perlindungan anak ditetapkan dalam beberapa
Undang-Undang RI. Di antaranya Nomor 3 Tahun 1997 (pengadilan anak), Nomor 23
Tahun 2002 (perlindungan anak), dan Nomor 11 Tahun 2012 (sistem peradilan anak).
6. Pemberlakuan instrument HAM internasional yang selaras dengan UUD 1945. Isu yang
dibawa terkait hak politik perempuan, penghapusan diskriminasi perempuan, konvensi
hak anak, dan beberapa hal lain yang terkait dengan kemanusiaan.

Pembentukan Pengadilan HAM


Seperti yang tertulis dalam UU RI No 26 Tahun 2000, terdapat Pengadilan HAM yang terbentuk
untuk mengadili para pelanggar HAM. Lengkapnya, pengadilan yang satu ini khusus menangani
kasus pelanggaran HAM, mulai dari masalah antar individu hingga masyarakat luas.
Pengadilan ini diberikan tugas dan wewenang untuk memeriksa serta memutus kasus
pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia maupun di luar wilayah negara. Dengan adanya
Pengadilan HAM, penegakan, kepastian hukum, keadilan, dan perasaan aman terkait HAM pun
diusahakan bisa berjalan.
Ini 30 Macam Hak Asasi Manusia Menurut PBB

Kompas.com - 10/12/2018, 17:05 WIB

Ilustrasi hak asasi manusia Lihat Foto Ilustrasi hak asasi manusia(humanrights.gov)

Penulis Aswab Nanda Pratama | Editor Bayu Galih

KOMPAS.com – Setiap 10 November diperingati sebagai Hari Hak Asasi Manusia Sedunia.
Inisiatif ini berasal dari rasa tak puas sejumlah pihak akibat perampasan hak dan kebebasan
manusia karena kepentingan tertentu, terutama yang dilakukan negara besar.

Pada 10 November 1948, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mulai menyepakati
kesepakatan baru. Bertempat di Paris, Perancis, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
dicetuskan.

Berasal dari gebrakan pertama itu, akhirnya pada 1950 mulailah diperingati secara rutin tiap
tahunnya sebagai Hari Hak Asasi Manusia.

Dilansir dari situs Persatuan Bangsa Bangsa, www.un.org, hak asasi manusia adalah hak yang
melekat pada semua manusia, tanpa memandang ras, jenis kelamin, kebangsaan, etnis, bahasa,
agama, atau status lainnya.

Hak asasi manusia termasuk hak untuk hidup dan kebebasan, kebebasan dari perbudakan dan
penyiksaan, kebebasan berpendapat dan berekspresi, hak untuk bekerja dan pendidikan, dan
banyak lagi. Setiap orang berhak atas hak-hak ini, tanpa diskriminasi dari siapa pun.

Pasca-dicetuskannya deklarasi bersejarah itu, tiap negara berusaha mencanangkan HAM masing-
masing. Mereka dilindungi secara hukum akan kebebasannya pada sebuah negara.

Dalam deklarasi tersebut, setidaknya terdapat 30 Hak Asasi Manusia yang tertulis dan disepakati.
Berikut ulasannya:

1. Terlahir bebas dan mendapat perlakuan sama. Kita semua dilahirkan bebas. Kita semua
memiliki pemikiran dan gagasan kita sendiri. Kita semua harus diperlakukan dengan cara
yang sama.
2. Hak tanpa ada diskriminasi. Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan tanpa
pembedaan apa pun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, opini politik
atau lainnya, asal kebangsaan atau sosial, properti, kelahiran, atau status lainnya.
3. Hak untuk Hidup. Kita semua memiliki hak untuk hidup, dan hidup dalam kebebasan dan
keamanan.
4. Hak tanpa perbudakan. Tidak ada yang akan ditahan dalam perbudakan atau praktik
perbudakan; perbudakan dan perdagangan budak dilarang dalam segala bentuk.
5. Bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang merendahkan. Tidak seorang pun akan
mengalami penyiksaan atau perlakuan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi atau
merendahkan martabat.
6. Hak untuk pengakuan sebagai pribadi di depan hukum. Setiap orang berhak untuk diakui
di mana pun sebagai orang di hadapan hukum.
7. Hak atas kesetaraan di hadapan hukum. Semua sama di hadapan hukum dan berhak tanpa
diskriminasi terhadap perlindungan hukum yang setara. Semua berhak atas perlindungan
yang sama terhadap diskriminasi apa pun yang melanggar deklarasi ini dan terhadap
segala hasutan untuk melakukan diskriminasi semacam itu.
8. Kebeasan dilindungi hukum. Setiap orang berhak atas pemulihan yang efektif oleh
pengadilan nasional yang kompeten untuk tindakan yang melanggar hak-hak dasar yang
diberikan kepadanya oleh konstitusi atau oleh hukum.
9. Kebebasan dari penangkapan sewenang-wenang dan pengasingan. Tidak ada yang berhak
untuk memasukkan seseorang ke penjara tanpa alasan yang kuat atau mengirim seseorang
pergi dari dari suatu negara tanpa alasan.
10. Hak untuk audiensi publik. Setiap orang berhak mendapatkan kesetaraan yang penuh
ketika berada di depan publik. Ketika seseorang tersandung masalah hukum, dirinya
berhak mendapatkan perlindungan dari publik.
11. Hak untuk dianggap tidak bersalah, sampai terbukti bersalah. Tidak ada yang harus
disalahkan karena melakukan sesuatu sampai terbukti bersalah. Ketika orang mengatakan
seseorang melakukan hal buruk, dirinya memiliki hak untuk menunjukkan bahwa itu
tidak benar (pembelaan)
12. Hak privasi. Setiap orang berhak atas perlindungan hukum terhadap gangguan atau
serangan terhadap dirinya. Mereka akan mendapatkan perlindungan privasinya.
13. Hak untuk kebebasan bergerak. Setiap orang memiliki kebebasan untuk pergi ke wilayah
lain, menetap maupun melakukan perjalanan ke mana pun.
14. Hak untuk mencari tempat yang aman untuk hidup. Setiap orang berhak untuk mencari
dan menikmati kebebasan di negara lain agar terbebas dari penganiayaan.
15. Hak berkebangsaan. Setiap orang berhak atas suatu kewarganegaraan dan tak seorang
pun dapat kehilangan kewarganegaraannya tanpa ada sebabnya.
16. Hak menikah dan berkeluarga. Setiap orang dewasa memiliki hak untuk menikah dan
memiliki keluarga jika mereka mau. Pria dan wanita memiliki hak yang sama ketika
mereka menikah, dan ketika mereka dipisahkan.
17. Hak memiliki properti. Setiap orang berhak memiliki sesuatu atau membaginya. Tidak
ada yang harus mengambil barang seseorang tanpa alasan yang kuat.
18. Kebebasan beragama dan berpikir. Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, hati
nurani dan memilih agama. Hak ini termasuk kebebasan untuk mengubah agama atau
keyakinannya, dan kebebasan, baik sendiri atau dalam komunitas dengan orang lain dan
di depan umum atau pribadi, untuk mewujudkan agama atau keyakinannya dalam
mengajar, berlatih, beribadah dan bertakwa.
19. Kebebasan berekspresi. Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi.
Hak ini termasuk kebebasan untuk menahan pendapat tanpa gangguan dan untuk
mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan ide melalui media apa saja dan
tanpa batasan apa pun.
20. Hak untuk majelis umum. Kita semua berhak untuk bertemu teman-teman kita dan
bekerja bersama dengan damai untuk membela hak-hak kita. Tak ada kebebasan
seseorang untuk memaksa hak orang lain untuk mengikutinya dalam pertemuan tertentu.
21. Hak untuk berdemokrasi. Kita semua berhak untuk mengambil bagian dalam
pemerintahan negara kita. Setiap orang dewasa diizinkan untuk memilih pemimpin
mereka sendiri.
22. Hak jaminan sosial. Setiap orang sebagai anggota masyarakat, memiliki hak atas jaminan
sosial dan berhak atas realisasi, melalui upaya nasional dan kerjasama internasional dan
sesuai dengan organisasi dan sumber daya masing-masing
23. Hak untuk bekerja dan sebagai pekerja. Setiap orang dewasa memiliki hak untuk
melakukan pekerjaan, dengan upah yang adil untuk pekerjaan mereka, dan untuk
bergabung dengan serikat pekerja.
24. Hak untuk istirahat dan bersantai. Setiap orang berhak untuk beristirahat dan bersantai,
termasuk pembatasan jam kerja yang wajar dan liburan berkala dengan bayaran.
25. Makanan dan tempat tinggal. Setiap orang memiliki hak untuk hidup yang baik. Ibu dan
anak-anak, orang tua, pengangguran atau sakit, dan semua orang berhak untuk dirawat
ketika sakit. Seseorang juga memiliki kebebasan untuk memilih makanan.
26. Hak atas pendidikan. Seseorang memiliki kebebasan atas pendidikan yang ditempuh.
27. Hak berpartisipasi dalam kehidupan budaya masyarakat. Setiap orang berhak bebas untuk
berpartisipasi dalam kehidupan budaya masyarakat, untuk menikmati seni dan untuk
berbagi dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan manfaatnya. Setiap orang berhak atas
perlindungan terhadap kepentingan moral dan material yang dihasilkan dari setiap karya
ilmiah, sastra atau artistik yang menjadi miliknya.
28. Hak atas dunia yang adil. Setiap orang memiliki kebebasan dan hak di negaranya sendiri
dan juga di seluruh dunia.
29. Tanggung jawab. Setiap orang memiliki tugas untuk komunitas di mana saja
pengembangan kepribadiannya yang bebas. Dalam melaksanakan hak-hak dan
kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada batasan-batasan seperti yang
ditentukan oleh hukum semata-mata untuk tujuan mengamankan pengakuan karena dan
menghormati hak dan kebebasan orang lain.
30. Kebebasan dari berbagai gangguan-gangguan lainnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini 30 Macam Hak Asasi Manusia
Menurut PBB", Klik untuk baca:
https://internasional.kompas.com/read/2018/12/10/17055301/ini-30-macam-hak-asasi-manusia-
menurut-pbb?page=all.
Penulis : Aswab Nanda Pratama
Editor : Bayu Galih

Anda mungkin juga menyukai