Anda di halaman 1dari 7

.

5. Kejahatan HAM di Pulau Buru (1966)

Selama sepuluh tahun pulau yang terletak di Provinsi Maluku ini merupakan
tempat penahanan bagi orang yang diduga terlibat Gerakan 30 September 1965, tetapi
tidak cukup bukti. Mereka termasuk tahanan politik golongan B.Tindakan ini dilakukan
pada tahun 1965-1969. Pada tahun 1968 masih terdapat puluhan orang kelompok kiri di
Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum tertangkap. Mereka akhirnya dengan mudah
ditumpas oleh ABRI. Tahun 1971 ketika penyelenggaraan pemilu untuk pertama kali
pada era Orde Baru. Demi mengantisipasi terjaminnya keamanan, kelompok yang
dianggap “berbahaya” disingkirkan jauh jauh.Sejak tahun 1969, sebanyak sepuluh ribu
orang dibuang kembali ke sana dalam beberapa pengiriman untuk jangka waktu yang
tidak terbatas. Pembebasan para tahanan berlangsung pada tahun 1979 atas desakan
lembaga HAM internasional.
4. Pelanggaran HAM di Papua (1967)

Kasus pelanggaran hak asasi manusia di tanah Cenderawasih penting untuk


diperhatikan. Dengan penerapan Daerah Operasi Militer (DOM) di Papua yang sudah
dimulai sejak tahun 1967-1998, menimbulkan berbagai masalah yang belum tuntas
penyelesaiannya.Provinsi yang dikenal kaya dengan sumber daya alam ini, selama
pemerintahan Orde Baru mendapat kebijakan yang kurang adil. Kekayaan daerah yang
seharusnya dapat dinikmati oleh penduduk harus dibawa ke pusat sehingga
pembangunan daerah tertinggal, demikian halnya dengan kesejahteraan masyarakat,
tidak terwujud.

Banyak konflik yang terjadi di Papua sebenarnya bukan hanya terjadi antara
aparat keamanan dengan kelompok masyarakat yang disebut OPM.Akan tetapi, konflik
antara sesama aparat seperti antar pasukan TNI Brimob dan unsur polisi. Masalah dalam
hal penguasaan sumber daya alam serta konflik kekuatan yang punya kepentingan di
Papua menyebabkan masyarakat menjadi korban.Sejak DOM Papua berlangsung,
terjadi dua tipe pelanggaran HAM, yakni  pelanggaran HAM berat yang korbannya
bersifat massal seperti peristiwa Teminabuan (1966-1967), peristiwa Setarni (1970-
1971), Sarmi (1991-1992) Timika (1997), dan berbagai peristiwa lainnya.
3. Peristiwa Malari (1974)

Peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari) terjadi pada tanggal 15 Januari
1974 yang menimbulkan banyak korban. Tercatat sedikitnya 11 orang meninggal, 300
luka-luka, dan 775 orang ditahan. Sebanyak 807 mobil dan 187 sepeda motor dirusak
dan dibakar, 144 bangunan rusak, dan sebanyak 160 kg emas hilang dari sejumlah toko
perhiasan.

Dalam kasus Malari, telah terjadi upaya pengerahan massa yang dilakukan oleh
oknum. Konon, dalam peristiwa ini para preman dan tukang becak juga dikerahkan
untuk memperkeruh suasana. Pada peristiwa itu terjadi perusakan mobil Jepang, kantor
Toyota Astra, dan Coca Cola dengan tujuan merusak citra mahasiswa.Peristiwa Malari
terjadi saat Perdana Menteri (PM) Jepang Kakuei Tanaka sedang berkunjung ke Jakarta
(14-17 Januari 1974). Pada saat itu mahasiswa berencana menyambut kedatangannya
dengan berdemonstrasi. Mahasiswa ingin melakukan penolakan modal dari asing, salah
satunya dari Jepang.
1. Kematian Marsinah (1993)

Marsinah  merupakan seorang aktivis buruh yang namanya dikenal pada awal
tahun 1990-an karena peristiwa pelanggaran HAM yang telah terjadi padanya. Ia adalah
seorang karyawan di sebuah pabrik daerah Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, tepatnya di
bawah managemen PT Catur Putra Surya (CPS).Disinyalir, Marsinah diculik dan beberapa
hari kemudian ditemukan telah terbunuh tepatnya pada tanggal 8 Mei 1993 setelah
menghilang selama tiga hari. Mayatnya ditemukan di hutan di Dusun Jegong, Kecamatan
Wilangan Nganjuk, dengan tanda-tanda bekas penyiksaan berat

Marsinah hingga tanggal 5 Mei 1993 masih aktif bersama rekan-rekannya dalam
kegiatan unjuk rasa dan perundingan- perundingan. Akhirnya, Marsinah menjadi salah
satu dari lima belas orang perwakilan karyawan yang melakukan perundingan dengan
pihak perusahaan.Marsinah selanjutnya mendatangi Kodim Sidoarjo untuk menanyakan
keberadaan rekan-rekannya yang sebelumnya dipanggil pihak Kodim. Setelah itu, sekitar
pukul 22.00 WIB Marsinah lenyap. Sekitar tanggal 6-8, Marsinah tidak ada kabar dan
menghilang, sampai akhirnya ditemukan dan telah menjadi mayat pada tanggal 8 Mei
1993.
2. Tragedi Trisakti (1998)

Kata “Reformasi!” menjadi sebutan paling populer pada tahun 1998. Pada tahun
yang sama, Presiden Soeharto harus turun dari kekuasaan Orde Baru. Masa transisi
politik ternyata tidak selalu berjalan mulus. Banyak tejadi peristiwa pelanggaran HAM,
salah satunya adalah tragedi Trisakti.

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan yang terjadi pada tanggal 12 Mei
1998 terhadap mahasiswa yang melakukan demonstrasi menuntut Presiden Soeharto
turun dari jabatannya.Kejadian ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di
Jakarta dan puluhan lainnya mengalami luka. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia
Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak
di dalam kampus karena terkena peluru di tempat-tempat vital seperti kepala, leher,
dan dada.

Anda mungkin juga menyukai