Anda di halaman 1dari 2

Daftar Kejahatan HAM

Soeharto
1. Kasus Pulau Buru 1965-1966 seperti penanganan G 30 S (PKI). Akibat dari
kebijakan ini, diantaranya dalam Peristiwa Tanjung
Dalam kasus Pulau Buru 1965-1966, alm. Soeharto Priok 1984, sekitar lebih 24 orang meninggal, 36
dalam tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan di terluka berat, 19 luka ringan (Laporan 5 Sub Tim
Pulau Buru sebagai panglima Komando oprasi Kajian, Tim Pengkajian Pelanggaran HAM Soeharto,
pemulihan kemanan dan ketertiban yang disingkat Komnas HAM, 2003)
Ko Ops Pemulihan Kam/Tib. Melalui keputusan
Presiden No. 179/KOTI/65, secara resmi berdiri 4. Talangsari 1984-1987
Komando Operasi Pemulihan Kemanan dan
Ketertiban (KOPKAMTIB). Sebagai Panglima Kebijakan represif yang diambil Soeharto terhadap
Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan kelompok-kelompok Islam yang dianggap ekstrem
Ketertiban telah menyebabkan ribuan orang menjadi juga mengakibatkan meletusnya peristiwa Talangsari
korban pembunuhan, penangkapan, penahanan 1984-1987 mengakibatkan korban 130 orang
massal dan pembuangan ke pulau Buru (Laporan Tim meninggal, 77 orang mengalami Pengusiran atau
Pengkajian Pelanggaran HAM Suharto,Komnas HAM Pemindahan Penduduk Secara Paksa, 53 orang orang
2003). Terampas Kemerdekaanya, 45 orang mengalami
Penyiksaan, dan 229 orang mengalami Penganiayaan
2. Penembakan misterius 1981-1985 (Laporan Ringkasan Tim ad hoc Penyelidikan
Pelanggaran HAM Berat Talangsari 1989, Komnas HAM,
2008)
Pembunuhan tanpa melalui pengadilan terhadap
residivis, bromocorah, gali, preman yang dikenal
sebagai “penembakan misterius” pada tahun 1981- 5. Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh
1985. Kebijakan Soeharto atas persoalan ini, terlihat (1989-1998)
jelas dalam pidato rutin kenegaraan pada Agustus
1981, ia mengungkapkan bahwa pelaku kriminal Pemberlakuan Daerah Operasi Militer (DOM) di
harus dihukum dengan cara yang sama saat ia Aceh (1989-1998). Pemberlakukan Operasi ini
memperlakukan korbannya. Operasi tersebut juga adalah kebijakan yang diputuskan secara internal
bagian dari shock terapy sebagaimana diakuinya oleh ABRI setelah mendapat persetujuan dari
dalam oto biografinya yang berjudul Pikiran, Presiden Soeharto (Laporan 5 Sub Tim Kajian, Tim
Ucapan, dan tindakan saya (Ramadhan KH, hal 389, Pengkajian Pelanggaran HAM Soeharto, Komnas
1989) HAM, 2003). Operasi militer ini telah melahirkan
penderitaan yang berkepanjangan bagi masyarakat
Amnesty Internasional dalam laporannya mencatat Aceh, khususnya perempuan dan anak-anak.
korban jiwa karena kebijakan tersebut mencapai Berdasarkan hasil investigasi Komnas HAM, dalam
kurang lebih sekitar 5000 orang, tersebar di wilayah kurun waktu sepuluh tahun berlangsungnya operasi
Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bandung (Amnesty militer telah menyebabkan sedikitnya 781 orang
Internasional, 31 Oktober 1983; Indonesia-Extrajudicial tewas, 163 orang hilang, 368 orang mengalami
Executions of Suspected Criminals) . penyiksaan/penganiayaan dan 102 perempuan
mengalami perkosaan. Sementara itu Forum Peduli
3. Tanjung Priok 1984-1987 Hak Asasi Manusia Aceh (FP HAM)
mendokumentasikan sebanyak 1.321 korban
Dalam peristiwa Tanjung Priok 1984-1987 Soeharto pembunuhan, 1.958 orang hilang, 3.430 orang
menggunakan KOPKAMTIB sebagai instrumen mengalami penyiksaan dan 128 orang perempuan
penting mendukung dan melindungi kebijakan mengalami perkosaan. Operasi tersebut juga telah
politiknya. Selain itu alm. Soeharto juga selaku berdampak sangat buruk kepada kehidupan sosial
panglima tertinggi telah mengeluarkan sikap, budaya dan juga kehidupan beribadah rakyat Aceh,
pernyataan dan kebijakan yang bersifat represif untuk yang sudah dijalani dan dipraktikkan dengan baik
mengeliminasi berbagai respon masyarakat terhadap selama bertahun-tahun sebelumnya (Komponen
kebijakan Asas Tunggal yang dikeluarkan Orde Baru. Masyarakat Sipil Aceh, dalam Surat yang ditujukan
kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 25 Oktober
alam menangani persoalan ini, Soeharto kerap
2010).
membuat pernyataan dan kebijakan yang
“membolehkan” dilakukannya kekerasan dalam
mengendalikan respon rakyat atas kebijakan 6. DOM Papua (1963-2003)
penguasa pada saat itu. diantaranya di depan Rapat
Pimpinan (RAPIM) ABRI di Riau, 27 Maret 1980, Pemberlakuan, dimaksudkan untuk mematahkan
Soeharto sebagai Presiden dan penanggungjawab perlawanan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
seluluh kegiatan KOPKAMTIB mewajibakn ABRI Kebijakan ini mengakibatkan terjadinya berbagai
mengambil tindakan represif berupa perang peristiwa seperti Teminabun 1966-1967, sekitar 500
(menggunakan senjata) untuk menghadapi orang ditahan dan kemudian dinyatakan hilang,
kelompok-kelompok Islam yang dianggap olehnya Peristiwa Kebar 1965, 23 orang terbunuh, Peristiwa
sebagai golongan ekstrem lainnya yang harus Manokwari 1965, 64 orang dieksekusi mati, dan
dicegah kegiatannya dan ditumpas sisa-sisanya sama operasi militer sejak tahun 1965-1969; Peristiwa
Sentani, 20 orang menjadi korban penghilangan tertembak peluru aparat keamanan, yaitu Elang Mulia
paksa, Enatorali 1969-1970, 634 orang terbunuh, Lesmana, Hafidin Royan, Heri Hartanto dan
Peristiwa Jayawijaya dan Wamena Barat, melalui Hendriawan, Hasil penyelidikan Komnas HAM
Operasi Tumpas pada ktun waktu 1970-1985 terjadi menyatakan bahwa dalam peristiwa ini telah terjadi
pembantaian di 17 desa, di Kabupaten Jayawijaya, dugaan pelanggaran HAM berat.
korban jatuh sampai dengan 2000 orang, termasuk
wanita anak-anak dan orang tua, dalam peristiwa 10. 13–15 Mei 1998
Wamena 1977, 14 warga terbunuh, dan sejumlah
kasus-kasus pelanggaran HAM lainnya yang belum Peristiwa 13–15 Mei 1998, merupakan rangkaian dari
disebutkan (Laporan 5 Sub Tim Kajian, Tim Pengkajian kekerasan yang terjadi dalam peristiwa Trisakti,
Pelanggaran HAM Soeharto, Komnas HAM, 2003) penculikan dan penghilangan paksa.
Ketidakberdayaan pemerintahan Soeharto
7. Peristiwa 27 Juli (1996) mengendalikan tuntutan mahasiswa dan masyarakat,
direspon dengan sebuah “Penciptaan dan pembiaran”
Dalam Peristiwa 27 Juli (1996, alm Soeharto kekerasan dan kerusuhan pada 13-15 Mei 1998.
memandang Megawati sebagai ancaman terhadap dalam peristiwa ini terjadi pembunuhan,
kekuasaan politik Orde Baru. Soeharto hanya penganiayaan, perusakan, pembakaran, penjarahan,
menerima Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI penghilangan paksa, perkosaan, serta penyerangan
pimpinan Suryadi yang menjadi lawan politik PDI terhadap etnis tertentu, pengusiran paksa yang
pimpinan Megawati. Aksi kekerasan berupa terjadi diseluruh wilayah DKI Jakarta dan di
pembunuhan, penangkapan dan penahanan dilakukan beberapa daerah di Indonesia oleh kelompok massa
terhadap para simpatisan PDI pimpinan Megawati; dalam jumlah besar, namun tidak dilakukan upaya
peristiwa ini kemudian dikenal dengan nama baik itu pencegahan, pengendalian maupun
peristiwa 27 Juli. Dalam peristiwa ini, 11 orang penghentian oleh aparat keamanan dibawah
meninggal, 149 luka-luka, 23 orang hilang, 124 tanggungjawab alm Soeharto (laporan penyeleidikan
orang ditahan Berdasarkan analisa Komnas HAM Komnas HAM)
bahwa peristiwa tersebut sebagai kejahatan
kemanusiaan (Laporan 5 Sub Tim Kajian, Tim Korban Pelanggaran HAM Soeharto
Pengkajian Pelanggaran HAM Soeharto, Komnas HAM,
2003) No Kasus Th Jumlah
Korban
8. Penculikan dan Penghilangan Secara Paksa 1 Pembantaian massal 1965- -+1.500.000
1997–1998 1965 1970
2 Penembakkan 1981- 500
Peristiwa Penculikan dan Penghilangan Secara Paksa misterius “Petrus” 1985
1997–1998, peristiwa ini terjadi tidak terlepas dari 3 Kasus di Timor Timur 1974- 100.000
1999
konteks politik peristiwa 27 Juli, yakni menjelang
4 DOM di Aceh 1976- 1.958
Pemilihan Umum (PEMILU) 1997 dan Sidang 1989
Umum (SU) MPR 1998. di masa ini wacana 5 DOM di Papua 1967- 906
pergantian Soeharto kerap disuarakan. Setidaknya 23 1998
aktivis pro demokrasi dan masyarakat yang dianggap 6 Kasus Dukun Santet 1998 Ratusan
akan bergerak melakukan penurunan Soeharto Banyuwangi
menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa. 7 Kasus Marsinah 1995 1
Komando Pasukan Khusus, (KOPASSUS) menjadi 8 Talangsari Lampung 1989 803
eksekutor lapangan, dengan nama operasi “Tim 9 Kasus Trisakti 1998 685
Mawar” 9 orang dikembalikan, 1 orang meninggal 10 Mei 1998 1998 1.308
dunia dan 13 orang masih hilang (Laporan Hasil 11 Kasus Semanggi I 1998 127
Penyelidikan Tim Ad Hoc Penyelidikan Peristiwa 13 Penculikan Aktivis 1997- 23
Penghilangan Paksa, 2006) 1998
14 Tanjung Priok 1984 79
9. Trisakti 1998 15 27 Juli 1996 1996 311

Peristiwa Trisakti 1998, terjadi pada 12 Mei 1998, o Korban terdiri dari kategori pelanggaran HAM berat
masih bersambung dengan dengan latar belakang meliputi: meninggal, hilang, luka-luka, ditahan secara
sewenang-wenang, disiksa dan kekerasan seksual. Data
tuntutan aktivis dan mahasiswa pro demokrasi, untuk diolah oleh KontraS dari berbagai sumber
mendorong reformasi total dan turunnya Seohatro
dari jabatannya karena krisis ekonomi dan maraknya
korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) dalam
pemerintahan Soeharto. Tindakan represif penguasa
melalui kaki tangan aparatur negara; ABRI dan Polisi
menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka,
empat orang mahasiswa Universitas Trisakti tewas

Anda mungkin juga menyukai