Anda di halaman 1dari 9

Dinamika Perkembangan

Hak Assasi Manusia


Kelompok 6
1 . Muhammad Izan Fauzillah – 18.83.0152
2 . Rizal Febriawan Handaru – 18.83.0177
3 . Muhammad Abdullah – 18.83.0185
4 . Didit Andika Febriansyah - 18.83.0199
Pembukaan
HAM atau singkatan dari Hak asasi manusia sejatinya menjadi begitu populer di berbagai penjuru dunia,
bahkan yang sering kali meneriakan akan Hak Asasi Manusia yaitu negara-negara dari barat. Karena Hak Asasi
Manusia merupakan hak yang melekat pada diri manusia dan tidak bisa dikurangi sedikit-pun.

Pada abad ke 17 seorang filsuf inggris yang bernama John Locke yang merumuskan Hak Asasi Manusia
sebagai hak alam yang melekat pada manusia. Dan setelah berahirnya Perang Dunia II di buatlah Universal
Declaration of Human Right oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) .

Negara Indonesia merumuskan Hak Asasi Manusia pada saat sidang Konstitusi pada tahun 1956-1959 dan
dirumuskan di UUD 1945 yang mencakup dalam bidang politik, sosial, ekonomi, dan juga budaya.

Dalam waktu yang singkat saat akhir-akhir kependudukan Jepang di Indonesia, bangsa Indonesia secara
diam-siam membicarakan dan merumuskan Hak Asasi Manusia secara mendalam. Maka pada saat itu kesempatan
negara Indonesia selagi Jepang sedang dalam kondisi kritis karena habis di bom nuklir oleh sekutu di kota Hirosima
dan juga Nagasaki. Walaupun mempunyai waktu yang sedikit dan juga sangat terdesak tapi negara Indonesia bisa
berhasil merumuskan UUD 1945 .
Perkembangan HAM di indonesia
HAM di indonesia telah disebutkan dengan jelas pada Pancasila sebagai dasar
negara, mulai dari sila pertama hingga sila terakhir. tidak hanya itu HAM juga
dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 yang kemudian dijelaskan lebih
terperinci tepatnya pada Pasal 27 ayat (1), Pasal28, Pasal 29 ayat (2), Pasal 30
ayat (1) serta Pasal 31 ayat (1)

Perkembangan HAM di indonesia terbagi menjadi dua periode.

1. Periode sebelum kemerdekaan


Perkembangan HAM di indonesia
Pada periode ini pemikiran mengenai HAM dibahas di dalam sidang BPUPKI
antar Soekarno dan Soepomo pada satu pihak dengan Mohammad Hatta dan
Mohammad Yamin pada pihak lainnya. Perdebatan di antara kedua pihak tersebut
berkaitan dengan hak persamaan kedudukan di hadapan hukum, hak atas
penghidupan dan pekerjaan yang layak, hak untuk memeluk agama dan
kepercayaan, hak untuk berkumpul, hak berserikat, serta hak untuk berpendapat
secara lisan maupun tertulis.

2. Periode setelah kemerdekaan


Perkembangan HAM di indonesia
Pada periode ini, perkembangan HAM berkaitan dengan pembelaan hak untuk
merdeka, hak untuk berserikat lewat organisasi politik, dan hak untuk
berpendapat, terutama di parlemen. Di sini, terdapat semangat kuat untuk
menegakkan HAM, meskipun terlihat adanya kemunduran pada periode awal
1970-an hingga akhir 1980-an. Hal tersebut disebabkan karakteristik
pemerintahan Orde Baru (Orba) yang defensif dan represif, yang ditunjukkan
lewat produk hukum restriktif terkait dengan isu HAM.
Kasus HAM yang ada di indonesia

- Pembersihan PKI (1965-1966) - Tragedi Trisakti (1998)


- Penembakan Misterius - Penculikan Aktivis 97/98
(1982-1986) (1997-1998)
- Tragedi Talangsari (1989) - Tragedi Semanggi I & II (1998-1999)
- Tragedi Rumoh Geudong, Aceh - Bom Bali I & II(2002 & 2005)
(1989-1998) - Pembunuhan Munir (2004)
- Pembunuhan Marsinah (1993)
HAM di indonesia pada masa kini
Hingga kini, belum tampak kelanjutan proses penegakan hukum atas kasus-kasus
pelanggaran HAM berat masa lalu. Kejaksaan Agung berdalih berkas penyelidikan
Komnas HAM belum lengkap. Komnas HAM menilai sebaliknya. Data dan arsip
tentang berbagai pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia kerap hilang atau
tak jelas. Pengumpulan arsip dan data yang didigitalisasi dan bisa diakses semua
orang tidak saja bisa dapat melawan lupa, tetapi menguatkan perjuangan
melawan pelanggaran hak asasi manusia. Dokumen itu terdiri dari foto, teks, dan
audiovisual. Dokumen-dokumen yang telah diarsipkan sebagian besar berasal
dari gudang Omah Munir dan Komisi Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan
(KontraS).
Dasar hukum Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 30, Pasal 31, Pasal
32, Pasal 33 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi
Manusia;
Penutup
Kekerasan masih akan terus mewarnai kehidupan sosial-politik, jika “Kuasa
kegelapan” kian mampu mengorganisasikan kekuatannya serta mengeliminasi
berbagai kendala penting untuk menciptakan suatu pra-syarat guna mendorong
proses konsolidasi demokratisasi tidak dilakukan secara serius dan konsisten.
Penuntasan kasus kejahatan yang dilakukan pemerintah terhadap koban yang
mengalami pelanggaran- pelanggaran Hak Asasi Manusia berat yang terjadi pada
masa lalu sampai sekarang tidaak adanya kemajuan yang signifikan dalam
menuntaskan pelanggaran-pelanggaran HAM berat yang terjadi pada masa itu,
baik secara hukum (retributive justice) maupun pemulihan korban (restorative
justice).

Anda mungkin juga menyukai