Tujuan Pembelajaran Khusus • Setelah mengikuti mata pelajaran ini,
peserta diharapkan mampu: • Menjelaskan pentingnya pengendalian rembesan, • Melakukan kajian dan evaluasi data, • Melakukan analisis dan memahami metoda pengendalian rembesan, • Melakukan pemantauan rembesan, • Melakukan analisis rembesan Pokok Bahasan Pokok-pokok materi yang dibahas dalam diklat ini adalah : • Pentingnya pengendalian rembesan. • Kajian dan evaluasi data. • Metoda pengendalian rembesan. • Pemantauan rembesan. • Analisis rembesan. I.PENDAHULUAN Aliran Air dalam tanah didapatkan dalam bentuk : a)Air bebas (gravitational water,yaitu air yang masuk ke dalam tanah melalui permukaan & bergerak ke bawah akibat gaya gravitasi sampai mencapai lapisan yang tak dapat dirembesi ; permukaan air ini disebut sebagai permukaan air tanah/M.A.T) b)Air tanah (ground water,yaitu air yang terdapat dibawah M.A.T) c)Air higroskopis (air yang terdapat diatas M.A.T,yang berada di dalam pori2 akibat gaya tarik antar molekul). Daya Rembes dan Permeability • Pori- pori yang terdapat dalam tanah bukanlah merupakan pori-pori yang saling terpisah,sehingga air yang berada di dalam pori-pori dapat mengalir melalui ruang antar pori. • Proses mengalirnya air dalam pori- pori tanah tersebut dinamakan Rembesan atau Seepage. • Kemampuan tanah untuk dapat dirembesi disebut daya rembes atau permeability Persamaan Bernoulli’s Apa yang disebut dengan permeabilitas ? Kemampuan untuk dapat dirembesi melewati media yang porus (contohnya tanah) & dinyatakan dengan koefisien permeabilitas k.
Penentuan nilai k di Lab. & Lap. Di Laboratorium dapat dilakukan
dengan mempergunakan : a) Uji tinggi konstan (constant head test) b) Uji tinggi jatuh (Falling Head Test) c) Uji Konsolidasi Di Lapangan dapat dilakukan dengan a) Pumping Test b) Piezometer Test Koefisien Permeabilitas Ekivalen • Tanah pada umumnya dalam arah horisontal berlapis-lapis yang masingmasing lapis mempunyai sifat merembeskan air yang berbeda. • Perlu ditentukan Koefisien Permeabilitas ekivalen yang merupakan nilai wakil dari seluruh Lapisan yang ada. Koefisien Permeabilitas Ekivalen Koefisien Permeabilitas Ekivalen (keq ). a) Arah aliran air sejajar lapisan tanah,kh kh = (k1H1+k2H2+…..knHn )/Htot b) Arah aliran air tegak lurus Lapisan tanah kv = H/(H1 /k1+H2 /k2+…..Hn /kn ) II.REMBESAN. • Proses mengalirnya air dalam pori-pori tanah • Rembesan air di dalam tanah dalam keadaan sebenarnya terjadi ke segala arah,tidak hanya dalam arah vertikal atau horizontal saja,serta besarnya aliran tidak sama untuk setiap penampang yang ditinjau Peranan penting Rembesan • Kemungkinan bocor pada suatu Bendungan • Menentukan besar dan tingkat penurunan (Settlement) yang mungkin terjadi • Kestabilan lereng-lereng Galian Tanah • Kecepatan Rembesan yang mungkin dapat menimbulkan erosi yang berbahaya Penyebab Kegagalan Rembesan • desain yang buruk, • kendali mutu konstruksi yang tidak memadai, • kurangnya pemeliharaan, • kurangnya sistim pemantauan Faktor yang mempengaruhi Rembesan Faktor-faktor yang mempengaruhi Rembesan a.l : a) Ukuran partikel b) Kadar Pori c) Susunan tanah d) Struktur tanah (single grain,honey combed,flocculent) e) Derajat Kejenuha Terminologi Rembesa Piping Failures Baldwin Hills Dam after it failed by piping in 1963. The failure occurred when a concentrated leak developed along a crack in the embankment, eroding the embankment fill and forming this crevasse. An alarm was raised about four hours before the failure and thousands of people were evacuated from the area below the dam. The flood that resulted when the dam failed and the reservoir was released caused several millions of dollars in damage III.POLA KEGAGALAN AKIBAT REMBESAN Air di dalam Bendungan/waduk selalu mencari jalan keluar melalui alur terlemah. Alur dapat melalui tubuh bendungan,fondasi atau sekitar tumpuan. Masalah rembesan yang dapat mengakibatkan terjadinya Keruntuhan dapat dikatagorikan sebagai : • Tekanan angkat berlebihan, • Piping (Erosi Buluh). • Erosi internal, • Teruraikannya (solutioning) material batu yang mudah terurai, • Tekanan rembesan berlebihan atau penjenuhan yang menyebabkan terjadinya pembasahan lereng hilir (sloughing). Kondisi Pemicu Piping ( Erosi Buluh). 5 (lima) kondisi yang memicu terjadinya piping,adalah : • Terbentuknya alur aliran air, • Gradien hidraulis pada tempat keluaran telah melebihi dari nilai batas yang tergantung dari jenis tanahnya, • Tempat keluaran dalam kondisi bebas dan tidak dilindungi filter secara memadai, • Terdapat tanah yang rawan piping pada alur aliran rembesan, • Telah terbentuk ”pipa” atau tanah di atasnya telah membentuk seperti ”atap” untuk menjaga terbukanya ”pipa” Data-data yang diperlukan. Untuk melakukan evaluasi rembesan dengan benar, data proyek yang harus dikaji untuk memperoleh pemahaman yang baik, adalah : • Geologi dam site. • Desain dan pelaksanaan konstruksi. • Material yang digunakan. • Tindakan perbaikan untuk kontrol rembesan yang dilakukan. • Pengaruh rembesan terhadap struktur. • Gambaran fisik bendungan. • Instrumentasi untuk memantau tekanan dan debit rembesan. Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium • Geologi regional dan geologi dam site, termasuk sifat teknik timbunan dan fondasinya. • Gambaran geologi fondasi, tumpuan dan rim waduk. • Gambaran geologi terhadap bagian-bagian dari bendungan. • Kecukupan data untuk melakukan evaluasi terhadap masalah spesifik yang dihadapi IV.Analisis Desain • Metode apa yang digunakan untuk pengendalian rembesan, baik dalam desain maupun pelaksanaannya. • Bagaimana pengendalian rembesan didesain, dan apakah berhasil dengan baik serta bila ada informasi terbaru, apakah memerlukan kajian kembali atau tidak. • Apakah metode pengendalian rembesan tersebut telah usang (outdated), misalnya, penggunaan sheetpiles dianggap tidak akan cukup lama sebagai tirai rembesan, sehingga perlu dipelajari perlu tidaknya lini kedua untuk menahan rembesan. Laporan Konstruksi, Pencatatan • Persiapan fondasi dan perbaikannya. • Tempat/bagian fondasi yang grout takenya besar, bila dilakukan grouting. • Apakah kondisi terbaru masih sesuai dan konsisten dengan desain awal. • Apakah telah dilakukan perubahan desain yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Laporan Konstruksi, Pencatatan • Apakah semua zona bendungan telah menggunakan material yang tepat, sesuai dengan jenis & gradasinya. • Metoda pelaksanaannya, sehingga tidak terjadi kontaminasi pada lapisan filter dan zona drainasinya. • Masalah dan kendala selama pelaksanaan konstruksi dan cara penanganannya. • Cara pengendalian rembesan yang dilakukan dan masalah yang dihadapi serta penanganannya. • Apakah gambar purnalaksana cukup akurat. Pencatatan Instrumentasi • Apakah debit rembesan dan tekanan rembesan meningkat atau menurun terhadap waktu. • Apakah parameter rembesan tersebut sesuai dengan fluktuasi muka air waduk dan kondisi musim hujan/panas. • Apakah rembesan yang keluar keruh dan membawa butiran tanah. Kriteria yang harus dipenuhi • Telah memenuhi spesifikasi dan mengikuti prosedur desain, • Gradasi filter yang digunakan telah mengikuti kurva gradasi desain, • Lapisan filter telah dibuat mengikuti metoda pelaksanaan konstruksi, antara lain tidak terjadi segragasi, maksimum butiran dan pemadatannya memenuhi spesifikasinya. • Tidak menggunakan kadar air berlebihan yang dapat mengakibatkan terjadinya penggumpalan. Penjenuhan atau penggunaan material yang kering mungkin dapat meminimalkan masalah tersebut. Kriteria yang harus dipenuhi . Perlu perhatian terhadap kemungkinan terjadinya kontaminasi material lempung, lalu lintas kendaraan, pembasahan lereng, dll. . Perlu didokumentasikan bahwa pelaksanaan filter telah memenuhi spesifikasinya. • Lebar dan ketebalan lapisan filter selama konstruksi dikontrol dengan benar, konsisten sesuai dengan spesifikasinya. • Perhatian khusus terhadap pemadatan material, khususnya pada bidang kontak dengan bangunan pelengkap. V.METODA PENGENDALIAN REMBESAN Metoda ini adalah meliputi : • Material yang relatif kedap air yang dapat ”menangkap” alur aliran rembesan dan menurunkan tekanan akibat aliran rembesan yang berlebihan. Contohnya, adalah zona tipis lereng hulu kedap air, zona inti kedap air, parit halang yang dipadatkan, selimut lempung hulu, dan lain- lain. • Konstruksi bendungan urugan dengan lereng yang sangat landai, untuk memperpanjang aliran rembesan dan mengurangi gradien hidraulik pada keluaran. • Perbaikan pengurang bahaya rembesan lain, misalnya dinding halang, grouting, dan lain-lain. BEBERAPA CARA PENGENDALIAN REMBESAN A : Impervious core B : Upstream Impervious Blanket C : Slurry Trench Cutoff D : Grout Curtain E : Compacted Impervios Cutoff Trench
METODA PENGENDALIAN REMBESAN PADA TIMBUNAN •
Konstruksi bendungan tanah homogin dengan kemiringan yang relatif sangat landai, • Konstruksi zona inti kedap yang miring ke arah hulu, • Konstruksi bendungan dengan zona inti sentral di tengah, • Konstruksi dinding inti terbuat dari beton atau tanah bentonit yang plastis, • Memasang kupingan drainase filter (filter drain collars) sekeliling konduit (pemasangan kupingan ganda tidak direkomendasikan lagi; karena pemadatan disekelilingnya yang sulit). Penampang Bendungan dengan kemiringan lereng landai. a)Gradien Hidraulik dan kecepatan rembesan dapat dikurangi. b)Penampang melintang yang lebar dapat mengurangi Tekanan Air waduk lebih baik,karena air harus melalui alur yang lebih panjang. c)Lebih tahan terhadap masalah keruntuhan akibat pembasahan (sloughing) d) Cocok untuk Timbunan diatas tanah lunak
Bendungan dengan zone inti miring ke arah hulu.
a) Tekanan air waduk didisipasi akibat friksi aliran air melalui zone inti yang miring, kemudian air akan mengalir ke bawah & mengalir di sepanjang fondasi dengan gradien keluaran yang aman. b) Jika k dari zone inti tersebut sangat rendah dibandingkan dengan k zone di dekatnya,maka bagian hilir dari bendungan akan bebas dari pengaruh Rembesan. Bendungan dengan Zone inti Kedap Air a) Gradasi Material permeabilitas bertambah dari inti ke zone luar (dari material halus,berbutir kasar,hingga urukan batu). b) Batas zone inti dengan zone luar harus dilengkapi dengan lapisan filter/transisi untuk mencegah terbawanya material serta dari fondasi ke zone di hilirnya.Persyaratan ini sanagat penting untuk di bagian hilir dibandingkan bagian hulunya. Bendungan zone inti kedap air 1.Inti 6. Upstream Transition (gravel or riprap) 2.Filter/drainase 7. Riprap 3.Transisi 8. Proteksi lereng hilir (rumput) 4.Urukan Batu 5.Urukan batu zone luar (shell) Analisis rembesan Embung Sababila Hasil analisis Kondisi awal adalah kondisi dimana struktur pelimpah dianalisis seperti halnya kondisi lapangan sebelum keruntuhan terjadi, untuk mengetahui pola alir rembesan serta exit gradient pada kaki ujung pelimpah. Dengan menggunakan program plaxis diperoleh nilai exit gradient (Ie) sebesar 0,57. Dimana : Gs = 2,6 e = 0,8 dengan rumus diatas diperoleh nilai Ic = 0,9 FK untuk piping adalah : Mengacu pada kriteria desain FK piping minimal 4, maka kondisi diatas dapat disimpulkan tidak aman.