Anda di halaman 1dari 61

Nama : Susan Susanti, S.

Pd

LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 1 GEOMETRI


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Geometri Datar
2. Geometri Ruang
3. Geometri Transformasi
4. Pembelajaran Geometri

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang Kegiatan Belajar 1 Geometri Datar
dipelajari 1. Titik, garis dan bidang
a) Geometri adalah kajian ilmu tentang titik, garis dan bidang
b) Titik adalah benda geometri dalam pikiran yang tidak memiliki satuan.
c) Garis adalah terbentuk dari tak hingga titik tak kosong
d) Ruas Garis adalah bagian dari suatu garis yang dibatasi oleh dua titik
e) Sinar Garis adalah garis yang memiliki satu titik ujung dan ujung yang lain membentang tak
terbatas
f) Bidang adalah tiga titik yang tidak segaris.
g) Kolinear adalah titik-titik dalam satu garis lurus

2. Segitiga
a) Segitiga adalah gabungan dari tiga segmen/ruas garis yang titik-titiknya tidak kolinier.
b) Garis – garis istimewa pada segitiga dan melukisnya

✓ Garis Berat pada suatu segitiga adalah garis yang ditarik dari suatu titik segitiga ke
pertengahan sisi di depannya.
✓ Garis bagi pada suatu segitiga adalah garis yang membagi suatu sudut pada segitiga
menjadi dua bagian sudut yang besarnya sama.
✓ Garis tinggi pada suatu segitiga adalah garis yang ditarik dari satu titik secara tegak lurus ke
sisi di depannya atau perpanjangan sisi di depannya

c) Keliling adalah jarak perpindahan titik dari lintasan awal sampai ke lintasan akhir (titik awal dan
titik akhir adalah titik yang sama).
d) Luas bangun datar adalah luas yang dibatasi oleh sisi-sisi bangun datar tersebut.
e) Rumus keliling dan luas segitiga :
C

A D B
K = AB + BC + AC (K adalah keliling)
L = 1 x AB x CD
2
1
L = x alas x tinggi (L adalah luas)
2
f) Kekongruenan segitiga adalah segitiga yang sama dan sebangun.

3. Segiempat adalah gabungan dari empat ruas garis yang ditentukan oleh empat titik, tiga titik di
antaranya tidak segaris. Macam – macam segiempat yaitu :
a) Jajar Genjang adalah suatu segiempat yang mempunyai dua pasang sisi sejajar dan dua pasang
sudut sama besar.
b) Persegi Panjang adalah jajar genjang yang memiliki empat sisi sama panjang dan salah satu
sudutn siku-siku
c) Belah Ketupat adalah segiempat yang memiliki sisi sama panjang dan perpotongan diagonal
saling membagi dua sama panjang dan tegak lurus
d) Persegi adalah jajar genjang yang memiliki empat sisi sama panjang dan salah satu sudutnya siku-
siku.
e) Trapesium adalah suatu segiempat yang dua buah sisinya sejajar.
f) Layang-layang adalah bangun datar segiempat yang memiliki 2 pasang berbeda sisi berdekatan
yang sama panjang.

4. Luas dan Keliling Bangun datar


a) Persegi Panjang
D C

A p B
Luas persegi panjang
L=pxl
Keliling persegi panjang
K = AB + BC + CD + AD

b) Persegi
D C

A s B
Luas persegi
L=sxs
Keliling persegi
K = AB + BC + CD + AD
c) Jajar genjang
D C

t
A E B
Luas jajar genjang
L = AB x DE
L = AB x t
Keliling jajar genjang
K = AB + BC + DC + AD

d) Belah ketupat
D

A C

B
Luas belah ketupat
L = AC X BD , AC = d1 dan BD = d2
2
d1 X d2
L=
2
Keliling belah ketupat
K = AB + BC + DC + AD
e) Layang-layang
D

A C

Luas layang-layang
L = AC X BD , AC = d1 dan BD = d2
2
d1 X d2
L=
2
Keliling layang-layang
K = AB + BC + DC + AD

f) Trapeisum

D C

A E B
Luas trapesium
L = (AB x CD) x DE
2
Keliling trapesium
K = AB + BC + DC + AD
5. Lingkaran
a) Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang bertemu pada kedua ujungnya, dan merupakan
himpunan titik-titik yang jaraknya sama terhadap titik tertentu.
b) Jari-jari lingkaran adalah ruas garis yang menghubungkan sebuah titik pada lingkaran dengan titik
pusat lingkaran.
c) Tali busur adalah ruas garis yang titik awal dan akhirnya terletak pada lingkaran.
d) Diameter adalah garis lurus yang menghubungkan dua titik pada garis lengkung lingkaran yang
melalui pusat lingkaran.

e) Apotema dalah Ruas garis yang ditarik dari pusat dan tegak lurus tali busur.
f) Busur adalah bagian dari lingkaran yang terletak di antara kedua ujung tali busur AB Juring adalah
daerah pada lingkaran dibatasi oleh dua jari jari dan busur.
g) Tembereng adalah daerah pada lingkaran dibatasi
oleh tali busur dan busur
h) Garis singgung Lingkaran adalah garis yang mempunyai persekutuan dengan lingkaran pada dua
buah titik yang berimpitan.
i) Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua jari-jari lingkaran.
j) Sudut keliling adalah sudut yang dibentuk oleh dua tali busur yang berpotongan pada lingkaran.
k) Busur lingkaran adalah daerah pada lingkaran dibatasi oleh busur lingkaran dan tali busur yang
melalui kedua ujung busur lingkaran.
l) Garis singgung adalah garis yang mempunyai persekutuan dengan lingaran pada dua buah titi
yang berimpitan.

Kegiatan Belajar 2 Geometri Ruang


1. Kedudukan titik, Garis dan bidang dalam ruang
a) Bangun ruang adalah bagian ruang yang di batasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada
seluruh permukaan bangun.
b) Hubungan antara dua bidang
✓ Berhimpit
✓ Sejajar
✓ Berpotongan
c) Hubungan antara dua buah garis
✓ Berpotongan
✓ Sejajar
✓ Bersilangan
d) Konsep persekutuan antar objek dalam ruang (persekutuan antara 2 bidang, persekutuan antara
2 garis, persekutuan antara garis dan bidang )
✓ Persekutuan antara 2 bidang
✓ Persekutuan antara 2 garis
✓ Persekutuan garis dan bidang
e) Kesejajaran
✓ Dua garis sejajar
✓ Garis sejajar bidang
✓ Dua bidang sejajar
f) Ketegaklurusan
✓ Garis tegak lurus bidang
✓ Dua garis tegak lurus
✓ Dua bidang tegak lurus
2. Jarak Dalam Ruang adalah panjang ruas garis terpendek antara dua objek geometri
a) Jarak antara 2 titik dalam ruang
b) Jarak antara titik dan garis
c) Jarak titik dan bidang
d) Jarak antar 2 garis sejajar
e) Jarak antara garis dan bidang
f) Jarak antara 2 bidang sejajar
g) Jarak antara 2 garis bersilangan

3. Sudut Dalam Ruang adalah ruang antara dua buah ruas garis yang saling berpotongan.
a) Sudut antara dua garis

b) Sudut antara garis dan bidang

c) Sudut antara dua bidang

Kegiatan Belajar 3 Geometri Transformasi


1. Transformasi Geometri pada bidang adalah proses mengubah setiap titik koordinat menjadi titik
koordinat lain pada bidang tertentu.
2. Pencerminan/refleksi adalah transformasi yang memetakan suatu titik dengan menggunakan sifat
benda dan bayangan pada cermin datar.
Macam – macam pencerminan
a) Pencerminan Terhadap sumbu X

b) Pencerminan terhadap sumbu Y

c) Pencerminan terhadap garis y = x

d) Pencerminan terhadap garis y = - x

e) Pencerminan terhadap titik awal

f) Pencerminan terhadap garis x = h


g) Pencerminan terhadap garis y = k

h) Pencerminan terhadap titik (m, n)

3. Translasi adalah perpindahan atau pergeseran setiap titik dengan arah dan jarak yang sama
Definisi :
Suatu ruas garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah satu ujungnya dinamakan (titik) pangkal
dan ujung yang lain dinamakan (titik) akhir.
Definisi :
Suatu padanan G dinamakan suatu translasi atau geseran apabila ada ruas garis berarah sehingga
setiap P pada bidang menjadi P’ dengan G(P)=P’ dan ekuivalen
a) Translasi titik

b) Translasi garis

Persamaan garis
c) Translasi kurva
4. Rotasi adalah perpindahan suatu titik ke titik lain secara memutar terhadap sudut dan titik pusat tertentu
yang memiliki jarak yang sama dengan setiap titik yang diputar.
1) Rotasi terhadap titik pusat O (0, 0)

2) Rotasi terhadap titik pusat P (a, b)

5. Dilatasi adalah suatu transformasi mengubah ukuran (memperbesar atau memperkecil) bentuk bangun
geometri tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut.
1) Dilatasi dengan pusat (0, 0)

2) Dilatasi dengan pusat (a, b)

6. Hasil kali Transformasi


1) Komposisi pencerminan
Refleksi terhadap dua garis sejajar sumbu X dapat disajikan sebagai berikut
2) Komposisi dilatasi
Dilatasi terhadap dilanjutkan dengan dilatasi terhadap dapat diwakili oleh suatu
dilatasi yaitu atau dapat dituliskan

3) Komposisi translasi

4) Komposisi rotasi

Kegiatan Belajar 4 Pembelajaran Geometri


1. Pentingnya teori belajar dlm pembelajaran geometri

Teori belajar adalah upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu
kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar.
Tahapan belajar menurut Bruner
a) Tahap simbolik adalah tahapan dimana anak/ individu dalam memahami objek sudah dapat
menggunakan simbol-simbol
b) Tahap ikonik adalah tahapan dimana anak/ individu dalam memahami objek-objek melalui
persepsi statik
c) Tahap Enaktik adalah tahapan dimana seseorang/ anak dalam memahami objek-objek /dunia
masih menggunakan gerak/ aktivitas motorik

2. Model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai
konteks pembelajaran .
a) Discovery Learning (DL)
b) Project Based Learning (PjBL)
c) Problem Based Learning (PBL)

3. Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Materi Geometri (dalam RPP)


a) Fase 1 : Guru mengorientasi peserta didik pada masalah
b) Fase 2 : Guru mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c) Fase 3 : Guru membimbing penyelidikan individu/ kelompok
d) Fase 4 : mengembangkan & menyajikan hasil karya
e) Fase 5 : menganalisis & mengevaluasi proses pemecahan masalah pada presentasi

4. Perangkat Pembelajaran Geometri


a) Silabus yang sudah dikembangkan
b) RPP adalah suatu rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
c) Bahan ajar & sumber belajar
d) Media pembelajaran
e) Instrumen penilaian & kisi-kisi
f) Instrumen pengamatan & kisi-kisi
g) Lembar jurnal siswa/guru
h) Bahan ajar remidial & pengayaan
i) Jawaban tes/soal
j) Pedoman penskoran

5. Pelaksanaan Pembelajaran Geometri


Menerapkan RPP yang telah dirancang di dalam kelas

2 Daftar materi yang sulit 1. Hasil Kali Transforamsi


dipahami di modul ini 2. Merancang Pembelajaran Problem Based Learning, Discovery Learning, dan Project Based Learning

3 Daftar materi yang 1. Membedakan Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning, Discovery
sering mengalami Learning, dan Project Based Learning
miskonsepsi 2. Membedakan metode, pendekatan dan model pembelajaran.
Nama : Susan Susanti, S.Pd
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul MODUL 5: BILANGAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kalimat, Pernyataan dan Tabel Kebenaran
2. Tautologi dan Kontradiksi
3. Aljabar Proposisi dan Argumen
4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak langsung
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi yang KB 1: Kalimat, Pernyataan, dan Tabel Kebenaran
dipelajari 1. Kalimat dan Pernyataan
a. Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut tata bahasa dan mengandung arti
b. Pernyataan adalah kalimat yang sudah dapat ditentukan nilai kebenarannya.
c. Nilai kebenaran adalah benar atau salahnya sebuah pernyataan
d. Kalimat menurut jenisnya:
Kalimat berarti
✓ Kalimat deklaratif
- Bernilai Benar
- Bernilai Salah
✓ Bukan kalimat deklaratif Kalimat tak berarti
e. Pernyataan menurut komponenya
- Kalimat Majemuk/komposit adalah pernyataan yang terdiri atas dua atau lebih pernyataan sederhana dengan
bermacam-macam kata hubung kalimat
- Kalimat Sederhana adalah Pernyataan yang hanya menyatakan pikiran tunggal dan tidak mengandung kata hubung
kalimat

2. Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat ditentukan nilai kebenarannya

3. Pernyataan Majemuk
a. Negasi
Negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang bernilai salah jika pernyataan semula benar, dan sebaliknya.
b. Konjungsi
Konjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata penghubung “dan”, “tetapi”, “meskipun”, atau “walaupun”
c. Disjungsi
Disjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata penghubung “atau”.
1. Disjungsi inklusif
2. Disjungsi ekslusif
d. Implikasi
Implikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari 2 pernyataan tunggal p dan � yang dinyatakan dalam bentuk kalimat

“jika � maka �”.


e. Biimplikasi
Biimplikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari 2 pernyataan tunggal � dan � yang dinyatakan dalam bentuk

kalimat “� jika dan hanya jika �”.


f. Kuantor

KB. 2 TAUTOLOGI DAN KONTRADIKSI


1. Kuantor
a. Kuantor Universal ( ∀ )
Kata-kata yang biasa digunakan dalam kuantor universal adalah “semua”, “setiap”, “untuk semua” atau “untuk setiap”.
Kuantor universal dilambangkan dengan ∀.

b. Kuantor Eksistensial ( ∃ )
Pernyataan matematika yang dilengkapi dengan kata-kata “terdapat”, “ada”, “sekurang-kurangnya satu”, atau
“beberapa” merupakan pernyataan berkuantor eksistensial. Kuantor eksistensial dilambangkan dengan ∃
c. Negasi Pernyataan Kuantor
Dua buah pernyataan (proposisi) dikatakan ekivalen jika kedua pernyataan itu memiliki kebenaran yang sama.
Contoh:
�: Guru pahlawan bangsa.
�: Tidak benar bahwa guru bukan pahlawan bangsa

Kedua pernyataan tersebut akan memiliki nilai kebenaran yang sama. Dengan demikian �

ekivalen dengan � dan dapat ditulis � ≡ �.


d. Teori deMorgan
Misalkan �(�) adalah sebuah fungsi proposisional pada �, maka:

▪ ~(∀� ∈ �)�(�) ≡ (∃� ∈ �)~�(�);

▪ ~(∃� ∈ �)�(�) ≡ (∀� ∈ �)~�(�)

2. Tautologi
Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar untuk setiap substitusi pernyataan tunggalnya.

3. Kontradiksi
Kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk setiap substitusi nilai kebenaran pernyataan tunggalnya.

KB. 3 ALJABAR PREPOSISI DAN ARGUMEN


1. Aljabar Proposisi
Setiap proposisi yang saling ekivalen dapat dipertukarkan atau diganti antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan
setiap proposisi yang ekivalen memiliki nilai kebenaran yang sama. Di bawah ini disajikan daftar aturan penggantian untuk
keperluan deduksi.
a) Hukum Idempoten
b) Hukum Asosiatif
c) Hukum Komutatif
d) Hukum Distributif
e) Hukum Identitas
f) Hukum null/Dominasi
g) Hukum Komplemen (Negasi)
h) Hukum Involusi (Negasi Ganda)
i) Hukum Penyerapan (Absorpsi)
j) Hukum Transposisi
k) Hukum Implikasi
l) Hukum Ekivalensi
m) Hukum Eksportasi
n) Hukum De Morgan

2. Argumen dan Inferensi


a) Premis
Pernyataan yang dugunakan untuk menarik kesimpulan
b) Argumen
Kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang mengandung bukti dan satu konklusi
c) Inferensi
Proses atau cara untuk menarik kesimpulan dalam suatu argumen dari beberapa proposisi (premis)

3. Metode Inferensi
a) Modus Ponen (Penalaran Langsung)
b) Modus Tolen (Penalaran Tak Langsung)
c) Silogisme Hipotesis
d) Silogisme Disjungtif
e) Simplikasi (Penyederhanaan Konjungtif)
f) Penambahan Disjungtif
g) Konjungsi
h) Dilema (Pembagian Kasus)
i) Dilema konstruktif
j) Dilema destruktif

KB. 4 Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak langsung

1. Aturan Bukti Bersyarat (ABB)


Dapat digunakan apabila konklusi argumen tersebut merupakan implikasi. langkah-langkah pembuktian Aturan Bukti
Bersyarat yaitu:
a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan) dan konsekuennya merupakan konklusi dari
argument (konklusi baru).
c) Menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian untuk menemukan konlusi sesuai dengan konklusi baru.

2. Aturan Bukti Tak Langsung adalah :


a) Menulis premis-premis yang diketahui.
b) Menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis tambahan).
c) Dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian ditunjukkan adanya kontradiksi.
d) Setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan prinsip Adisi dan Silogisme Disjungtif .
2 Daftar materi yang sulit 1. Penggunaan aturan penggantian
dipahami di modul ini 2. Aturan Bukti Bersyarat
3. Aturan Bukti Tak Langsung
3 Daftar materi yang sering 1. Penggunaan aturan penggantian
mengalami miskonsepsi 2. Aturan Bukti Bersyarat
3. Aturan Bukti Tak Langsung
Nama : Susan Susanti, S.Pd

LK 5: Lembar Kerja Belajar Mandiri


Judul Modul MODUL 5: BILANGAN
Judul Kegiatan Belajar (KB) 5. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
6. Kongruensi Modulo
7. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
8. Induksi Matematika

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang KB. 1 Keterbagian, Faktor Bilangan Prima, Kelipatan Bilangan
dipelajari A. Keterbagian
Bilangan bulat a membagi habis bilangan bulat b (ditulis a|b) apabila terdapat bilangan bulat k sehigga b = ak. Jika a tidak
membagi habis b maka dituliskan a∤b.
Beberapa teorema tentang keterbagian:
a) Jika a|b dan b|c maka a|c
b) Jika a|b dan a|(b + c) maka a|c
c) Jika p|q maka p|qr untuk semua r ∈ Z
d) Jika p|q dan p|r maka p|q + r

B. Faktor Persekutuan Terbesar


Suatu bilangan bulat d disebut faktor persekutuan dari a dan b apabila d|a dan d|b.
Bilangan bulat positif d disebut FPB dari a dan b jika dan hanya jika:
a) d|a dan d|b
b) Jika c|a danc|b maka c ≤ d
Bilangan bulat a dan b disebut relatif prima (saling prima) jika FPB (a,b)=1
Beberapa teorema FPB:
a) Jika FPB = d maka FPB (a:d,b:d = 1)
(a,b)
b) Untuk setiap bilangan bulat positif a dan b terdapat dengan tunggal bilangan bulat q dan r sedemikian sehingga
b = qa + r dengan 0 ≤ r < a
c) Jika b = qa + r, maka FPB = FPB
(b,a) (a,r)
d) Untuk setiap bilangan bulat tak nol a dan b terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga FPB = am + bn
(a,b)
e) Jika d|ab dan FPB = 1, maka d|b
C. Bilangan Prima (d,a)

Bilangan bulat p > 1 disebut bilangan prima jika mempunyai faktor positif hanya 1 dan p. Bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan komposit (tersusun).
Teorema:
a) Jika sisa pembagian b oleh a relatif prima dengan a maka b relatif prima dengan a.
b) Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1 dapat dibagi oleh suatu bilangan prima
c) Setiap bilangan bulat n > 1 merupakan bilangan prima atau n dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan-bilangan
prima tertentu.
d) Jika n suatu bilangan komposit maka n memiliki faktor k dengan 1 < k ≤ n

D. KPK
Definisi:
a) Bilangan-bilangan bulat �1, �2, … , �� dengan �� ≠ 0 untuk � = 1, 2, … , � mempunyai kelipatan persekutuan
� jika �� |� untuk setiap �.
b) Jika �1, �2, … , �� bilangan-bilangan bulat dengan �� ≠ 0 untuk � = 1, 2, … , �, maka kelipatan persekutuan
terkecil (KPK) dari bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan bulat positif terkecil di antara kelipatan-kelipatan
persekutuan dari �1, �2, … , ��.
Teorema:
a) Jika � suatu kelipatan persekutuan dari �1, �2, … , �� maka ��� [�1, �2, … , ��]|�.
b) Jika � > 0 maka ��[��, ��] = � × ���[�, �].
c) Jika � dan � bilangan-bilangan bulat positif, maka ��[�, �] × ���(�, �) = ��.

KB. 2 Kongruensi Modulo


A. Kekongruenan
Definisi:
a) Jika � suatu bilangan bulat positif membagi �−� maka dikatakan � kongruen terhadap � modulo � dan ditulis
�≡� (��� �).
b) Jika � tidak membagi �−� maka dikatakan � tidak kongruen terhadap � modulo � dan ditulis �≢� (��� �).
Teorema:
a) Untuk bilangan bulat sebarang � dan �, �≡� (��� �) jika dan hanya jika � dan � memiliki sisa yang sama jika
dibagi �.
b) Untuk � bilangan bulat positif dan �,�, dan � bilangan bulat, berlaku
(1) Sifat Refleksif
�≡� (��� �)
(2) Sifat Simetris
�≡� (��� �) jika dan hanya jika �≡� (��� �)
(3) Sifat Transitif
(4) Jika �≡� (��� �) dan �≡� (��� �) maka �≡� (��� �)
c) Jika �,�,�, dan � adalah bilangan-bilangan bulat dan �>0 sedemikian hingga �≡�(��� �), maka:

(1) �+�≡�+�(��� �)

(2) �–�≡�–�(��� �)

(3) ��≡��(��� �)

d) Jika �≡� (��� �) dan �≡� (��� �) maka

(1) �+�≡�+� (��� �)


(2) �−�≡�−� (��� �)
(3) ��≡�� (��� �)
e) Jika �≡� (��� �) dan �≡� (��� �) maka ��+��≡��+�� (��� �)

f) Jika �≡�(��� �) maka ��≡�� (��� ��).

g) Jika �≡� (��� �) maka ��≡�� (��� �) untuk � bilangan bulat positif.

h) Misalkan � suatu polinom dengan koefisien bilangan bulat, yaitu

f(x) = n + n-1 + n-2 +⋯+ x+


d0 x d1 x d2 x dn-1 dn
Dengan , , …, masing-masing bilangan bulat.
d0 d1 dn
i) Jika � suatu solusi (�)≡0(��� �) dan �≡� (��� �) maka � juga solusi �(�) itu.

j) Jika �|� dan �≡�(��� �) maka �≡� (��� �)

k) Misalkan (�,�)=�

��=�� (��� �) jika dan hanya jika x ≡ y (modm)


d
l) Misalkan (�,)=1.

��≡�� (��� �) jika dan hanya jika �≡� (��� �)

m) Jika ��≡�� (��� �) dengan �∤� dan � bilangan basit, maka �≡� (��� �)

n) Diketahui bilangan-bilangan bulat �,,�,�, dan �>0.


m
(1) ��≡��(��� �) jika dan hanya jika p ≡ q(mod )
(a,m)
(2) �≡�(��� �1) dan �≡�(��� �2) jika dan hanya jika �≡�(���[�1,�2])

B. Sistem Residu
Definisi:
a) Suatu himpunan {�,,…,�} disebut suatu sistem residu lengkap modulo �. Jika dan hanya jika untuk setiap y dengan
0≤�<�, ada satu dan hanya satu � dengan 1≤�<�, sedemikian hingga �≡(��� �) atau �≡�(��� �).
b) Suatu himpunan bilangan bulat {�1,�2,…,��} disebut suatu sistem residu tereduksi modulo � jika dan hanya jika:
a) (��,�)=1,1≤�<�

b)��≡��(��� �) untuk setiap �≠�

c) Jika (�,)=1, maka �≡��(��� �) untuk suatu �=1,2,…,�


c) Ditentukan � adalah suatu bilangan bulat positif. Banyaknya residu di dalam suatu sistem residu tereduksi modulo �
disebut fungsi �-Euler dari �, dan dinyatakan dengan (�).
Teorema sistem residu:
1) Ditentukan (�,�)=1
Jika {�1,2,…,��} adalah suatu sistem residu modulo � yang lengkap atau tereduksi, maka {��1,��2,…,���}
juga merupakan suatu sistem residu modulo � yang lengkap atau tereduksi.
2) Teorema Euler:
Jika �,�∈Ζ dan �>0 sehingga (�,�)=1, maka ��(�)≡1(��� �)
3) Teorema Kecil Fermat:
Jika � adalah suatu bilangan prima dan � tidak membagi �, maka ��−1≡1(��� �)
4) Jika (�,)=1, maka hubungan ��≡�(��� �) mempunyai selesaian �=��(�)−1.� +��
5) Teorema Wilson:
Jika � adalah suatu bilangan prima, maka (�–1)!≡−1(��� �)
6) Jika � adalah suatu bilangan bulat positif sehingga (�–1)!≡–1(��� �), maka � adalah suatu bilangan prima.

KB. 3 Notasi Sigma, Barisan dan Deret


A. Notasi Sigma
Secara umum bentuk notasi sigma didefinisikan
n
= + + +… +
∑k=1ak a1 a2 a3 an
Sifat:
n
1.
∑ 1=n
k=1
b b
2.
∑ cf(k) = c ∑ f(k)
k=a k=a
b b b
3.
∑ (f(k) + g(k)) = ∑ f(k) + ∑ g(k)
k=a k=a k=a
m-1 n n
4.
∑ f(k) + ∑ f(k) = ∑ f(k)
k=1 k=m k=1
n n+p
5.
∑ f(k) = ∑ f
(k - p)
k=m k=m+p
B. Barisan dan Deret
1) Barisan dan Deret Aritmetika
Definisi:
Setiap dua bilangan berurutan mempunyai selisih yang tetap
Rumus suku ke-n:
=a+ b
Un (n - 1)
Deret:
1
= n(a + )
Sn Un
2

1
= n
Sn [2a + (n - 1)b]
2

2) Barisan dan Deret Geometri


Definisi:
Barisan yang mempunyai perbandingan tetap antara dua suku berurutan
Rumus suku ke-n:

= n-1
Un ar
Deret:
n
a(r - 1)
=
Sn
r-1
n
= a(1 - r ), dengan r ≠ 1
Sn 1-r

Deret tak hingga:


a
=
S∞
1-r

C. Barisan sebagai Fungsi


a) Barisan berderajat satu (linear) adalah bila selisih tetap diperoleh dalam satu tingkat pengerjaan,
b) Barisan berderajat dua bila selisih tetap diperoleh dalam dua tingkat pengerjaan dan seterusnya.
Bentuk umum dari barisan-barisan itu merupakan fungsi dalam n sebagai berikut:
Selisih tetap 1 tingkat �� = �� + �
Selisih tetap 2 tingkat �� = �� 2 + �� + �
Selisih tetap 3 tingkat �� = �� 3 + �� 2 + �� + d

D. Barisan Fibonacci
Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif (pemanggilan ulang / pengulangan) yang ditemukan oleh seorang matematikawan
berkebangsaan Italia yang bernama Leonardo da Pisa
Jadi barisan ini didefinisikan secara rekursif sebagai berikut.
Fn = {0,jika n = 0 1,jika n = 1 Fn - 1 + Fn - 2,untuk lainnya
E. Golden Ratio
Golden ratio atau rasio emas (�=1.618205...) merupakan suatu nilai rasio (ratio number) konvergen yang diperoleh apabla
suku-suku di atas dua belas pada barisan fibonacci dibagi dengan satu suku sebelumnya.
KB. 4 Induksi Matematika
a. Postulat Peano
1. 1 adalah anggota Ν.
2. Setiap anggota �∈Ν mempunyai pengikut (�)∈Ν.
3. Dua bilangan di Ν yang berbeda mempunyai pengikut yang berbeda.
4. 1 bukan pengikut bilangan �∈Ν yang manapun.
5. Jika subhimpunan �⊆Ν memuat 1 dan pengikut dari setiap bilangan di �, maka �=Ν.
b. Definisi Indusksi Matematika
Teknik pembuktian yang baku dalam matematika dan merupakan salah satu metoda/alat yang digunakan untuk
membuktikan suatu pernyataan matematika, khususnya pernyataan-pernytaan yang berkaitan dengan bilangan asli atau
bilangan bulat positif
c. Prinsip
Misalkan {��} adalah suatu barisan proposisi (pernyataan) yang memenuhi kedua persyaratan ini:
(i) �� adalah benar (biasanya � adalah 1).

(ii) Kebenaran �� mengimplikasikan kebenaran ��+1≥�.


Maka, �� adalah benar untuk setiap bilangan bulat �≥�.
2 Daftar materi yang sulit 1. Kongruensi Modulo
dipahami di modul ini 2. Barisan Fibonacci
3. Induksi Matematika
3 Daftar materi yang sering 1. Kongruensi Modulo
mengalami miskonsepsi 2. Induksi Matematika
Nama : Susan Susanti, S.Pd

LK 0.1 : Lembar Kerja Belajar Mandiri

Judul Modul MODUL 4 KOMBINATORIKA DAN STATISTIKA


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi
2. Teori Peluang
3. Ukuran Pemusatan Data dan Ukuran Penyebaran
4. Pembelajaran Kombinatorika dan Statistika

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang KB. 1 Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi
dipelajari A. Kaidah Pencacahan dan Penjabaran Binom Newton
1. Aturan Pengisian Tempat adalah Misalkan ada � tempat tersedia dengan �1 adalah banyaknya
cara mengisi tempat pertama, �2 adalah banyaknya cara mengisi tempat kedua, dan seterusnya hingga
�� adalah banyaknya cara mengisi tempat ke-�. Maka banyaknya cara mengisi tempat adalah �1
× �2 × �3 × … × kn
2. Kaidah Perkalian Berlaku bagi penyusunan atau pemilihan objek yang dilakukan beberapa tahap dan
dilaksanakan sekaligus. Pada setiap tahap dimungkinkan beberapa cara (alternatif) penyusunan atau
pemilihan.
3. Kaidah penjumlahan yaitu tindakan pemilihan atau penyusunan yang dilakukan dalam beberapa
tahap pemilihan atau penyusunan yang tidak dilaksanakan sekaligus, akan tetapi dilakukan
berdasarkan salah satu tahap.

B. Permutasi
1. Notasi faktorial Untuk setiap bilangan asli, didefinisikan :

2. Permutasi dari unsur – unsur yang berbeda


Permutasi obyek yang diambil dari obyek berbeda, dengan � ≤ � adalah yang
didefinisikan dengan :
3. Permutasi yang memuat beberapa unsur sama
Banyaknya permutasi n unsur yang memuat k unsur yang sama, m unsur yang sama dan p unsur yang
sama dengan � + � + � ≤ � ditentukan dengan rumus :

4. Permutasi siklis
Banyaknya permutasi siklis dari n unsur tersebut dirumuskan dengan :

C. Kombinasi
Suatu kombinasi unsur yang diambil dari unsur yang tersedia (tiap unsur tersebut berbeda) adalah
suatu pilihan dari unsur tadi tanpa memperhatikan urutannya. Kata kunci yang membedakan antara
kombinasi dan permutasi adalah memperhatikan atau tidak memperhatikan urutan. Banyaknya
kombinasi unsur yang diambil dari unsur yang tersedia dengan � ≤ � dirumuskan dengan:

1. Kombinasi dengan Pengulangan adalah memilih (� − 1) tempat dari � + � − 1 tempat yang


tersedia. Banyaknya cara adalah

2. Binom Newton
Jika (� + �)� kita jabarkan akan didapat rumus sebagai berikut :
(� + �)� = ���(�)�(�)0 + ��1(�)� − 1(�)1 + ��2(�)� − 2(�)2 + ⋅⋅⋅
+ ��� − 1(�)1(�)� − 1 + ���(�)0(�)� atau dapat juga ditulis
(� + �)� = ���(�)0(�)� + ��1(�)1(�)� − 1 + ��2(�)2(�)� − 2 + ⋅⋅
⋅ + ��� − 1(�)� − 1(�)1 + ���(�)�(�)0

KB. 2 Teori Peluang


A. Percobaan dan Peluang Suatu Kejadian
1. Percobaan adalah Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian
2. Ruang sampel adalah Semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan
3. Titik sampel adalah setiap hasil dalam ruang sampel
B. Frekuensi Harapan
Frekuensi Harapan adalah suatu kejadian pada suatu percobaan adalah hasil kali peluang dengan
frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus :

C. Kepastian dan kemustahilan


Peluang suatu kejadian mempunyai nilai 0 ≤ P ≤ 1, artinya : jika P = 0 maka kejadian dari suatu
peristiwa adalah mustahil atau tidak pernah terjadi, dan jika P = 1 maka suatu peristiwa pasti terjadi.
D. Komplemen dari suatu kejadian
Jika AC menyatakan komplemen dari kejadian A, maka : P(AC) =1 – P(A)
E. Kejadian majemuk
Kejadian majemuk terjadi apabila ada kejadian atau percobaan yang terjadi lebih dari satu kali sehingga
menghasilkan kejadian baru.
1. Prinsip inklusi Eksklusi (PIE) adalah bentuk paling umum dari prinsip penambahan pada
himpunan.
2. Peluang Kejadian yang Saling Lepas
Dua kejadian disebut saling lepas jika irisan dari dua kejadian itu
merupakan himpunan kosong. Himpunan A dan B dikatakan dua kejadian yang
saling lepas, sebab A ∩ B = ∅.
Berdasarkan teori himpunan , jika tidak saling lepas maka :
� (� ∪ �) = �(�) + �(�) – �(� ∩ �)
Karena �(� ∪ �) = 0, maka :
� (� ∪ �) = �(�) + �(B)
3. Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang sampel S dan P(A) ≠ 0, maka peluang bersyarat
dari B yang diberikan A didefinisikan sebagai :

P(B\A) = P(A ∩ B) / P(A) atau


P(A ∩ B) = P(A). P(B\A)

4. Kejadian Saling Bebas (Stokastik)


Jika dua keping mata uang yang homogen dilantunkan bersama-sama, maka kejadian yang
mungkin adalah :
S = {(G1,G2), (G1,A2), (A1,G2), (A1,A2)} → n(s) = 4.

Pada kejadian mata uang pertama muncul G1 dan mata uang kedua muncul G2, maka P(G1) = dan

P(G2) = . Kejadian G1 dan G2 adalah dua kejadian yang saling bebas. P(G1,G2) = P(G1�G2) = P(G1) x

P(G2) = x = . Secara umum, jika A dan B merupakan dua kejadian yang saling bebas maka
peluang kejadian A dan B adalah :
P(A ∩ B) = P(A) x P(B)

KB. 3 Ukuran Pemusatan dan Ukuran Penyebaran


A. Distribusi Frekuensi
Ada beberapa cara menyusun data, yaitu:
▪ Distribusi Data adalah Susunan dari suatu data
▪ Distribusi Frekuensi kuantitatif adalah penyusunan data menurut besarnya (kuantitasnya).
▪ Distribusi Frekuensi kualitatif adalah penyusunan data menurut kualitasnya (kategorinya).
▪ Runtun waktu (time series), yaitu penyusunan data menurut waktu terjadinya.
▪ Distribusi spasial, yaitu penyusunan data menurut tempat geografisnya. Di sini hanya akan dibahas
cara penyusunan distribusi frekuensi kuantitatif dan pembuatan grafiknya
1. Penyusunan Distribusi Frekuensi
Cara menyusun distribusi frekuensi yaitu:
a) Tentukan banyak dan lebar inteval kelas
b) Interval-interval kelas tersebut diletakkan dalam suatu kolom, diurutkan dari interval kelas
terendah pada kolom paling atas dan seterusnya
c) Data diperiksa dan dimasukkan ke dalam interval kelas yang sesuai
2. Penggambaran Distribusi Frekuensi
a) Histogram
Untuk menggambar grafik distribusi frekuensi relatif, cara adalah : interval kelas diletakkan
pada sumbu X dan frekuensi relatif diletakkan pada sumbu Y, dengan frekuensi relatif interval
kelas
frekuensi relatif interval kelas
tinggi persegi panjang =
lebar interval kelas

b) Poligon
▪ Cara menggambar Poligon :
▪ Absis : titik tengah interval kelas
▪ Ordinat : frekuensi interval kelas.
▪ Hubungkan titik-titik tersebut dengan garis lurus

Poligon Distribusi
1 Frekuensi
2
1
0

Frekuen
8
6

si
4
2
0
16 16 17 17 18 18 19
0 5 0 Tinggi
5 0 5 0
Badan

c) Ogive
Grafik ini merupakan penghalusan poligon. Cara menggambar distribusi kumulatif:
▪ absis: batas interval kelas
▪ ordinat: frekuensi interval kelas
▪ Hubungkan antar titik-titik tersebut.

Kurva Ogive Distribusi Frekuensi Kumulatif


6"Kurang Dari"
0
5
0
4
Frekue

0
3
nsi

0
2
0
1
0
0
16 16 17 17 18 18 19
0 5 0 Tinggi 5 0 5 0
Badan

B. Ukuran Pemusatan
Dari sekumpulan data adalah nilai tunggal yang representatif bagi keseluruhan nilai data atau dapat
menggambarkan distribusi data itu, khususnya dalam hal letaknya (lokasinya)
1. Mean dan Mean Terbobot
a) Mean data tidak dikelompokkan
Mean dari sekumpulan observasi adalah jumlah semua observasi dibagi banyak observasi. Jika
suatu sampel berukuran n dengan elemen x1, x2, ..., xn maka mean sampel adalah

Misal v1, v2, ... , vk adalah himpunan k nilai dan w1, w2, ..., wk bobot yang diberikan kepada
mereka maka mean terbobot adalah
k
w1w1 + w1v2 + … +wk
v= = ∑i=1 wivi
k
w1w2 + …wk ∑i=1 wi

b) Mean Data dikelompokkan


Data dikelompokkan adalah sekumpulan data yang telah disederhanakan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Harga mean yang diperoleh merupakan harga pendekatan, dengan anggapan bahwa
nilai yang terletak pada suatu interval kelas sama dengan harga titik tengahnya. Mean yang
diperoleh merupakan mean terbobot dengan nilai bobotnya sama dengan nilai frekuensinya. Mean
dari data yang dikelompokkan adalah:

2. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang berada di tengah dari sekumpulan data itu setelah
diurutkan menurut besarnya . Interval median adalah interval dimana median itu berada, diperoleh
dengan menghitung harga yang nomor ke-n/2 menurut urutan frekuensinya dari atas ke bawah (dari
bawah ke atas).
a) Median data yang tidak dikelompokkan
Jika banyaknya data ganjil maka :
Md = (n+1)
x
2
Jika banyaknya data genap :
xn + x(n+1)
Md = 2 2

2
b) Median Data yang dikelompokkan
Rumus untuk menghitung median adalah
n

Median = Md =Lmd+2 - F.c


fmd
Dengan : Lmd :
batas bawah interval median
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval sebelum interval
median
fmd : frekuensi interval median
c : lebar interval

Interval median adalah interval dimana median itu berada, diperoleh dengan menghitung harga
yang nomor ke-n/2 menurut urutan frekuensinya dari atas ke bawah (dari bawah ke atas).
3. Kuartil
Kuartil dari sekumpulan data adalah nilai-nilai yang membagi empat secara sama dari
sekumpulan data itu setelah diurutkan menurut besarnya.
a) Data tidak dikelompokkan
b) Data dikelompokkan
n

Kuartil I : K1 = LK1+ 4 - F.c


fk1
n

Kuartil II : K2 =Median = Md = Lmd+ 2 - F.c


fmd
n

Kuartil III : K3 = LK3+ 3 4


-F
.c
fk3
Dengan LK1 : batas bawah interval kuartil I
Lmd : batas bawah interval median
LK3 : batas bawah interval kuartil III
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval sebelum interval
Kuartil
fK1 : frekuensi interval Kuartil I
fmd : frekuensi interval median
fK3 : frekuensi interval Kuartil III
c : lebar interval
Interval Kuartil adalah interval dimana Kuartil itu berada.

4. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi dalam kumpulan data itu.
a) Data tidak dikelompokkan
b) Data dikelompokkan
a
Modus = Lmo + .c
a+b
dengan
Lmo : batas bawah interval modus
a : beda frekuensi antara interval modus dengan interval
sebelumnya
b : beda frekuensi antara interval modus dengan interval
sesudahnya.
c : lebar interval Interval modus
Interval modus adalah interval yang mempunyai frekuensi tertinggi.

C. Ukuran Penyebaran Data


1. Jangkauan adalah selisih data terbesar dan terkecil
2. Deviasi rata-rata adalah harga rata-rata penyimpangan tiap data terhadap meannya. Besar
perbedaaan antara data dan meannya adalah harga mutlaknya.
1. Data tidak dikelompokkan
n
x
dr = ∑i=1 |xi - |

n
2. Data dikelompokkan
Deviasi rata-rata untuk data yang dikelompokkan, dihitung dengan rumus :
n
x
dr = ∑i=1 fi|xi - |

3. Variansi dan Deviasi Standar


Variansi sampel didefinisikan sebagai jumlah kuadrat deviasi terhadap mean sampel dibagi � – 1
Deviasi standar sampel didefinisikan sebagai akar positif dari variansi sampel
a) Data tidak dikelompokkan
n
1
= ∑ (xi - x)
2 2
s
n - 1 i=1
atau
2
n n
1 1

[ ( )]
2 = ∑ xi -
∑ xi
2
s
n - 1 i=1 n i=1
Deviasi standar sampel didefinisikan sebagai akar positif dari variansi sampel, yaitu : s = 2
b) Data dikelompokkan s
n
1
= ∑ fi(xi - x)
2 2
s
n - 1 i=1
atau
2
n n
1 1

[ ( )]
2 = 2
∑ fixi - ∑ fixi
s
n-1 i=1 n i=1

KB. 4 Pembelajaran Kombinatorik dan Statistika


A. Istilah Pengetahuan Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif untuk Tingkat
SMA/MA/SMALB/ Paket C
1. Faktual
Faktual adalah pengetahuan teknis dan spesifik,detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
bangsa, negara,kawasan regional, dan internasional.
2. Konseptual
Konseptual adalah terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori,model, dan
struktur yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam
sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
3. Prosedural
Prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait dengan
pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria untuk menentukan prosedur yang sesuai
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional. sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan internasional.
4. Metakognitif
Metakognitif adalah pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan menggunakannya
dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks, kontekstual dan kondisional
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
B. Arti 4C (Communication, Collaborative, Critical Thinking, Dan Creativity)
Keterampilan abad ke-21 atau diistilahkan dengan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking
and Problem Solving, dan Creativity and Innovation) merupakan kemampuan sesungguhnya ingin dituju
sesuai dengan kondisi abad 21.
1. Communication (komunikasi)
Komunikasi adalah sebuah kegiatan mentransfer sebuah informasi baik secara lisan maupun tulisan.
2. Collaborative (kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan berkolaborasi atau bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif dengan yang lain; menempatkan empati
pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda.
3. Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis dan Pemecahan Masalah)
Berpikir kritis dan pemecahan masalah adalah kemampuan untuk memahami sebuah masalah yang
rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga akhirnya muncul berbagai
perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan.
4. Creativity and Innovation (Kreativitas dan inovasi)
Kreativitas dan inovasi adalah kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan
gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan
berbeda. Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan
penggabungan baru.

C. Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
masalah nyata sehingga diharapkan siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan inkuiri dan keterampilan tingkat tinggi, memandirikan siswa, serta meningkatkan
kepercayaan dirinya. Sintak dari PBL adalah:
1) Orientasi siswa kepada Masalah
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta memamerkannya
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
D. Discovery Learning (DL)
Model discovery merupakan pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung dan pentingnya
pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara
aktif dalam pembelajaran. Sintak dari Discovery Learning adalah:
1) Stimulation
2) Problem statement
3) Data collection
4) Data processing
5) Verification
6) Generalization
E. Project Based Learning (PjBL)
Project Based Learning adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Trianto, 2014), dengan sintak:
1) Penentuan penugasan proyek
2) Menyusun rencana proyek
3) Menyusun jadwal
4) Monitoring
5) Menguji hasil
6) Evaluasi pengalaman
F. Literasi
Literasi atau melek matematis didefinisikan sebagai kemampuan seseorang individu merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks.
G. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah Program pendidikan di sekolah untuk memperkuat
karakter siswa melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan dukungan pelibatan
publik dan kerja sama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang merupakan bagian dari Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM).
1) Religius
Sikap religius mencerminkan keberimanan dan ketakwaan kepada Tuhanyang Maha Esa.
2) Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3) Mandiri
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang lain dan menggunakan tenaga, pikiran, dan waktu untuk
merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.
4) Nasionalis
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
kelompok.
5) Gotong Royong
Gotong royong menerminkan tindakan mengahargai kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan
persoalan bersama.

2 Daftar materi yang sulit 1. Binom Newton


dipahami di modul ini 2. Ukuran penyebaran data

3 Daftar materi yang 1. Permutasi dan Kombinasi


sering mengalami 2. Binom Newton
miskonsepsi 3. Membedakan skenario antara model Problem Based Learning, Discovery Learning, dan Project Based
Learning
Nama : Susan Susanti, S.Pd
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Kalkulus dan Trigonometri
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Fungsi Trigonometri
2. Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi
3. Turunan dan Aplikasi Turunan
4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang KB 1. Fungsi Trigonometri
dipelajari Trigonometri adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan antara sisi dan sudut dari suatu segitiga serta fungsi dasar yang
muncul dari relasi tersebut.

1. Identitas Fungsi Trigonometri


a) Definisi dasar nilai fungsi trigonometri

Definisi 1.1
Sin θ 1
tanθ = Secθ =
Cos θ Cos θ
1 Cos θ 1
Cotθ = = Cscθ =
tan θ Sin θ Sin θ

Sifat dari fungsi trigonometri pada teorema 1. 1


b) Aturan sinus menjelaskan hubungan antara perbandingan panjang sisi yang berhadapan dengan sudut terhadap sinus
sudut pada segitiga.
Pada suatu segitiga ��� berlaku
Aturan sinus

a b c
= =
Sin A Sin B Sin C
c) Aturan Cosinus menjelaskan hubungan antara kuadrat panjang sisi dengan nilai cosinus dari salah satu sudut pada
segitiga.

2 = 2 + 2 - 2bccoscos A
a b c

2 = 2 + 2 - 2accoscos B
b a c

2 = 2 + 2 - 2bccoscos C
c a b

d) Periode dan amplitudo fungsi trigonometri


Sebuah fungsi � dikatakan periodik jika terdapat sebuah bilangan positif � sehingga (� + �) = �(�) ∀� ∈ ��.
Nilai � terkecil disebut periode

2. Invers Fungsi Trigonometri


a) Invers fungsi sinus
b) Invers fungsi cosinus
c) Invers fungsi tan
d) Identitas invers fungsi trigonometri

3. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri.


a) Identitas jumlah dan selisih sudut

b) Identitas sudut ganda

cos(2�) = cos2 � − sin2


= 2cos2 � − 1
c) Identitas setengah sudut

d) Identitas jumlah fungsi trigonometri

e) Identitas perkalian fungsi trigonometri

KB.2 Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi


1. Fungsi, Jenis Fungsi dan Operasi pada Fungsi
a) Pengertian Fungsi
Suatu fungsi � dari himpunan � ke � merupakan pasangan terurut � ⊂ � × � sedemikian sehingga memenuhi:

(1) ∀� ∈ � ∃ � ∈ � ∋ (�,�) ∈ �
dan
b) Jenis Fungsi
(2) fungsi
Jenis (�,�) ∈ � dansifatya
berdasarkan (�,�) ∈ � ⇒menjadi
dibedakan
✓ Fungsi satu-satu (injektif)
� = � Misalkan fungsi �: � � �. Fungsi � dikatakan satu-satu atau injektif (injective)
jika untuk setiap dua unsur beda di A mempunyai peta yang beda. Definisi ini dapat
disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi � dikatakan satu-satu: ∀ �1, �2 di �, �1 ≠ �2 � �(�1) ≠ �(�2).
✓ Fungsi pada (surjektif)
Dipunyai fungsi �: � � �. Fungsi � dikatakan pada atau surjektif (surjective)
jika �� = �. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi � dikatakan surjektif jika ∀ � ∈ �, ∃� ∈ � ∋ �(�) = �.
✓ Fungsi bijektif
Fungsi �: ℝ → ℝ dikatakan bijektif apabila fungsi � merupakan fungsi injektif dan
sekaligus surjektif
Jenis fungsi berdasarkan kemonotonannya dibedakan menjadi:
✓ Fungsi naik
Dipunyai fungsi �: � � �. Fungsi � dikatakan naik jika fungsi � melestarikan
urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi � dikatakan naik: ∀ �, � ∈ �, � < � � �(�) < �(�).
✓ Fugsi turun
Dipunyai fungsi �: � � �. Fungsi � dikatakan turun jika fungsi � tak
melestarikan urutan. Definisi ini dapat disajikan secara formal sebagai berikut:
Fungsi � dikatakan turun: ∀ �, � ∈ �, � < � � �(�) > �(�).
Fungsi-fungsi yang tergolong jenis fungsi aljabar di antaranya
✓ Fungsi trigonometri
✓ Fungsi invers trigonometri (siklometri)
✓ Fungsi logaritma asli,
✓ Fungsi eksponensial
✓ Fungsi hiperboliks

Fungsi-fungsi yang tergolong jenis fungsi aljabar di antaranya:


✓ fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi kubik, dan seterusnya yang dikenal sebagai fungsi polinomial,
Fungsi polinomial mempunyai bentuk �(�) = ���
� + . . . + �2�
2 + �1� + �0,
pangkat tertingginya menunjukkan orde atau derajat dari fungsi polinomial
tersebu
✓ fungsi rasional
suatu fungsi berbentuk �(�) = P(x)
Q(x)
dengan �(�) dan �(�)
adalah polinomial atau suku banyak dalam � dan �(�) ≠ 0
✓ fungsi irrasional
fungsi aljabar yang mengandung faktor penarikan akar.
Bentuk umumnya �(�) =n g(x)
dengan �(�) > 0

Terdapat juga jenis fungsi khusus:


✓ fungsi dengan nilai mutlak (modulus)
✓ fungsi ganjil/genap.
✓ fungsi periodik
✓ fungsi tangga.

c) Operasi pada Fungsi


Misalkan � dan � adalah fungsi-fungsi dan � suatu konstanta, maka:
2. Komposisi Fungsi dan Fungsi Invers
a) Komposisi Fungsi
Dipunyai fungsi-fungsi � dan � dengan �� ∩ �� ≠ ∅. Fungsi komposisi � ∘ � didefinisikan sebagai
(� ∘ �)(�) = �[�(�)] ∀ � ∈ �� ∩ ��.
b) Invers Fungsi
Misalkan fungsi �: � → �. Jika terdapat fungsi
�: �� → � sehingga nilai-nilai �[�(�)] = �, ∀� ∈ � maka fungsi � disebut invers � dan ditulis � = �−1
.
3. Limit Fungsi
a) Barisan dan limit barisan
Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan bilangan bulat positif atau bilangan asli (�) atau
himpunan bagiannya.
b) Limit Fungsi
c) Limit fungsi trigonometri

4. Limit Sepihak
Dipunyai fungsi �: (�, �) → ℝ, dan � di selang (�, �). Limit fungsi � untuk �
mendekati � dari kanan adalah �, ditulis dengan
lim�→�+
�(�) = �
jika dan hanya jika untuk setiap � > 0 terdapat � > 0 sehingga |�(�) − �| < �
apabila � < � < � + α

Dipunyai fungsi �: (�, �) → ℝ, dan � di selang (�, �). Limit fungsi � untuk �
mendekati � dari kiri adalah �, ditulis dengan
lim�→�−
�(�) = �
jika dan hanya jika untuk setiap � > 0 terdapat � > 0 sehingga |�(�) − �| < �
apabila � − � < � < �.

5. Limit Tak Hingga dan Limit di Tak Hingga


Dipunyai fungsi �: ℝ– {�} → ℝ.
lim�→�
�(�) = +∞ ⇔ ∀ � > 0 ∃ � > 0 ∍ �(�) > � apabila 0 < |� − �| < �.

Dipunyai fungsi �: ℝ → ℝ.
lim�→+∞ �(�) = � ∀� > 0 ∃ � > 0 ∋ |�(�) − �| < � apabila � > �.

6. Kekontinuan Fungsi
Syarat untuk suatu fungsi dikatakan kontinu: yaitu

1. f(x) ada
2. f ada
(c)
3. f(x) = f(c)
KB. 3 Turunan dan Aplikasi Turunan
1. Definisi dan Rumus-rumus Turunan Fungsi
a. Definisi
Salah satu masalah yang mendasari munculnya kajian tentang turunan adalah gradien garis singgung (m). gradien garis
singgung � di titik � dapat diperoleh dari gradien garis �� dengan � sangat dekat dengan �. Dengan kata lain,
gradien garis singgung � di titik � (dinotasikan dengan �) dapat diperoleh dengan
b) Turunan Fungsi
Turunan dari fungsi � adalah fungsi �′ dengan

c) Aturan rantai

Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi. Jika � mempunyai turunan di � dan � mempunyai turunan di
�(�)
Maka

Mis : y = dan u = g(x)


(fog)(x)
dy dy du
= .
dx du dx

2. Turunan Fungsi Implisit dan Fungsi Invers


a. Turunan fungsi implisit
penulisan variabel � dan � dalam nilai fungsi berada pada ruas yang berbeda atau dituliskan sebagai � = �(�).
Fungsi yang nilai fungsinya disajikan dalam ruas yang berbeda yaitu
� = �(�) disebut fungsi eksplisit.
b. Turunan Fungsi Invers
Jika � mempunyai turunan pada � ⊂ ℝ dan �′ (�) ≠ 0 pada � maka
�−1 mempunyai turunan pada �(�) dan dapat ditentukan dengan
3. Aplikasi Turunan
Berkaitan dengan nilai ekstrim suatu fungsi yang mencakup nilai ekstrim maksimum dan nilai ekstrim minimum
Diberikan fungsi �:� → ℝ, ⊆ ℝ, dan � = �(�) untuk suatu � ∈ �.
(a) � merupakan nilai maksimum (mutlak) � apabila � ≥ �(�) ∀� ∈ �.
(b) � merupakan nilai minimum (mutlak) � apabila � ≤ (�) ∀� ∈ �..
(c) Nilai maksimum dan minimum suatu fungsi disebut nilai ekstrim (mutlak) fungsi tersebut
Kemonotonan grafik fungsi : f'(x) > 0
Kecekungan grafik fungsi : f''(x) > 0

KB.4 Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral

1. Antiturunan
a. Konsep Antiturunan
Antiturunan adalah yang merupakan balikan dari turunan , disebut juga dengan pengintegralan tak tentu.
▪ Integral tak tentu antara lain:
r+1
x
∫ rdx = +c
x
r+1
▪ Kelinieran
Dipunyai � dan � fungsi-fungsi yang mempunyai turunan dan � suatu konstanta. Untuk � dan � berlaku aturan
berikut.

b. Teorema pergantian dan inegral parsial


▪ Teorema pergantian
Dipunyai � mempunyai turunan pada �� dan �� ⊂ � dengan � adalah suatu
selang. Jika � terdefinisi pada selang � sehingga
�′(�) = �(�), maka ∫ �[�(�)]�′(�) �� = �[�(�)] + �.

▪ Integral Parsial
Jika U dan V adalah fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang buka �,
maka ∫�. �� = �. � − ∫ �. ��.

c. Teknik Penginegralan
▪ Teknik pengintegralan yang diperoleh dari turunan maupun integral
▪ Integral Fungsi Trigonometri
Integral bentuk dapat diselesaikan dengan mudah
untuk beberapa kasus nilai � dan � yang tertentu.
Kasus � ganjil atau � ganjil dan Kasus � genap
▪ dan �Fungsi
Integral genapRasional
Teknik pengintegralannya fungsi rasional tak sejati diubah menjadi fungsi rasional sejati dengan pembagian.
Setelah menjadi fungsi rasional sejati, berikutnya jadikan sebagai penjumlahan dengan penyebut faktor-
faktornya.

2. Deret dan Notasi Sigma dan Jumlah Rieman


a) Deret dan Notasi Sigma
b) Jumlah Riemann
Dipunyai [�, �] suatu selang tutup. Suatu partisi �� untuk selang [�, �] adalah sebarang himpunan yang terdiri (�
+ 1) bilangan
{�0, �1, �2, … , ��}, dengan
� = �0 < �1 < �2 < ⋯ < �� = �.

3. Integral Tertentu
Dipunyai fungsi �:[�, �] → ℝ.
Jika lim‖�‖→0 ∑ �(��). ∆� � ��=1
ada, maka dikatakan fungsi f terintegralkan secara
Riemann pada selang [�, �].
Selanjutnya ditulis
lim‖�‖→0 ∑ �(��). ∆�� = ∫ �(�)�x

4. Aplikasi Integral
a) Luas daerah pada bidang datar
b) Volume benda putar
▪ Metode putar
▪ Metode cincin
▪ Metode sel silinder (kulit tabung)
c) Panjang busur suatu grafik fungsi
d) Luas Permukaan benda putar
2 Daftar materi yang sulit 1. Limit Sepihak
dipahami di modul ini 2. Turunan Fungsi Implisit
3. Volume benda putar
3 Daftar materi yang sering 1. Identitas Trigonometri
mengalami miskonsepsi 2. Menentukan daerah asal dan daerah hasilnya pada fungsi komposisi
Nama : Susan Susanti, S.Pd
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Modul 2 Aljabar Dan Program Linear
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan Linear
2. Matriks dan Vektor pada bidang dan bangun ruang
3. Program Linear
4. Pembelajaran Aljabar

No Butir Refleksi Respon/Jawaban


1 Garis besar materi yang KB 1 Bentul Aljabar dan Sistem Persamaan Linier
dipelajari
1. Bentuk aljabar
Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk mewakili bilangan
yang belum diketahui.
a) Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisah dengan tanda -atau +. Teridiri dari suku tunggal, suku dua
(binom), suku tiga (trinom) dan suku banyak (polynom)
b) Faktor adalah bilangan yang membagi bilangan lain atau hasil kali.
c) Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil kali dengan suatu peubah.
d) Konstanta adalah lambang yang menyatakan bilangan tertentu (bilangan konstan / tetap)
e) Suku sejenis adalah suku yang memiliki peubah dan pangkat dari peubah yang sama
f) Suku tidak sejenis adalah suku yang memiliki peubah dan pangkat yang berbeda
- Operasi bentuk aljabar terdiri dari
▪ Penjumlahan
▪ Pengurangan
▪ Perkalian
▪ pembagian.
- Perkalian antar suku bentuk aljabar dapat menggunakan sifat distributif sebagai konsep dasarnya.
- Pemfaktoran bentuk aljabar dapat dilakukan dengan menggunakan hukum distributif

2. Persamaan dan pertidaksamaan


a) Persamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda hubung”=” sama dengan.
b) Persamaan linier satu variabel adalah suatu persamaan yang memiliki satu variabel dan pangkat tertingginya satu.
c) Penyelesaian (solusi) dari suatu PLSV adalah bilangan yang menggantikan variabel sehinnga persamaan tersebut
menjadi bernilai benar.
d) Persamaan linier dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan panggkat tertingginya satu.
e) Pertidaksaman adalah kalimat matematika yang dibangun dengan menggunakan satu atau lebih simbol (<,>,≤,≥)
untuk membandingkan kuantitas.
f) Himpunan penyelesaian pertidaksamaan linear terdiri dari titik-titik pada salah satu sisi garis.

3. Sistem persamaan linear


a) Persamaan linear dengan satu variabel (PLSV) adalah suatu persamaan yang memiliki satu peubah dan pangkat
tertingginya satu.
b) Persamaan linear dengan dua variabel (PLDV) adalah persamaan yang memiliki dua peubah dan pangkat
tertingginya satu
c) Sistem Persamaan Linear homogen adalah SPL jika AX=B maka B=0
d) Sistem Persamaan Linear non homogen adalah SPL jika AX=B maka B ≠ 0
e) SPL konsisten adalah SPL yang memiliki solusi
f) SPL tak konsiten adalah SPL yang tidak mempunyai solusi
g) Metode yang digunakan untuk menyelesaikan SPL yaitu:
▪ metode grafik
▪ metode eliminasi
▪ metode substitusi
▪ metode gabungan (eliminasi dan substitusi) dan

KB 2 Matriks dan Vektor pada bidang dan ruang


1. Matriks dan determinan
Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-bilangan. Bilangan bilangan pada susunan tersebut disebut entri
atau komponen atau elemen dari matriks.
a) Jenis-jenis matriks:
▪ Matriks persegi adalah berorder n jika A mempunyai n baris dan n kolom.
▪ Matriks segitiga bawah adalah jika semua komponen di atas diagonal utama nol.
▪ Matriks segitiga atas adalah jika semua komponen di bawah diagonal utama nol.
▪ Matriks segitiga adalah jika matriks A merupakan matriks segitiga atas atau segitiga bawah.
▪ Matriks skalar adalah jika A merupakan matriks diagonal dan komponen pada diagonal utama sama.
▪ Matriks identitas adalah jika A merupakan matriks persegi yang semua komponenpaada diagonal utama
adalah 1 dan komponen lainnya 0.
▪ Matriks diagonal adalah jika A merupakan matrik segitiga atas dan matriks segitiga bawah.
▪ Matriks nol adalah jika semua komponennya 0.
▪ Matriks kolom adalah jika hanya mempunyai kolom.
b) Penjulmlahan matriks adalah jika matriks A dan B berukuran sama sama A+B merupakan matriks yang diperoleh
dengan menjumlahkan komponen komponen yang bersesuaian
c) Perkalian Matriks adalah jia A=[Aij] dan B=[Bij], maka hasil kali matriks AB merupakan matriks berukuran pxr yang
komponennya (AB)ij= q
∑k=1aikbkj
d) Invers matriks adalah Jika A persegi dan terdapat matriks B sedemikian sehingga AB = BA = I maka is dikatakan
invertibel dan dikatakan invers A. Jika A invertibel, maka inversnya dinyatakan dengan simbol -1.
A
e) Transpose matriks adalah Jika A matriks p x q, maka transpos A, ditulis T, didefinisikan sebagai matriks q x p yang
A
diperoleh dari menukar baris dan kolom A, yaitu kolom pertama dari Tmerupakan baris pertama matriks A, kolom
A
kedua dari T merupakan baris kedua dari A, dan seterusnya.
A
f) Matriks elementer adalah Suatu matriks n x n disebut matriks elementer jika dapat diperoleh dari matriks identitas
In berukuran nxn dengan melakukan satu operasi baris elementer.
g) Dua matriks yang sama jika kedua matriks tersebut berukuran sama dan komponen yang bersesuaian sama
h) Determinan adalah misalkan A matriks persegi, maka determinan matriks A ditulis det(A) dan didefinisikan sebagai
jumlah hasil kali elementer bertanda dari A

2. Vektor pada bidang dan ruang


a) Penjumlahan vektor Jika v dan w dua vektor tak-nol maka jumlah v + w adalah vektor yang ditentukan sebagai
berikut. Letakkan vektor w sedemikian sehingga titik pangkalnya berimpit dengan titik ujung v. Vektor v + w
disajikan dengan panah dari titik pangkal v ke titik ujung dari w
b) Pengurangan vektor Jika v dan w sebarang dua vektor maka pengurangan w dari v didefinisikan oleh v – w = v +
(-w)
c) Vektor pada sistem koordinat kartesiusNorm vektor
d) Hasil kali titik ( dot product)
e) Dua vektor u dan v disebut ortogonal , ditulis u ⊥ v, jika u.v=0
f) Hasil kali silang (cross product) Jika u = (u1, u2 , u3 ) dan v = (v1, v2 , v3) vektor-vektor di R3 maka hasilkali silang
u x v adalah vektor yang didefinisikan oleh u x v = (u2 v3 – u3 v2 , u3 v1 – u1 v3 , u1 v2 – u2 v1 )

3. Matriks transformasi
a) Refleksi adalah transformasi pada 2 atau 3 yang memetakan titik ke bayangan simetrisnya terhadap garis atau
R R
bidang
▪ Refleksi terhadap sumbu x
▪ Refleksi terhadap garis y=x
▪ Refleksi terhadap garis y=-x
▪ Refleksi terhadap bidang xy
▪ Refleksi terhadap bidang xz
b) Rotasi adalah transformasi yang merotasikan setiap vektor di 2 sebesar sudut tetap θdisebut transformasi rotasi
R
pada 2
R
c) Translasi adalah transformasi yang memindahkan (menggeser) setiap titik di 2menurut besar dan arah yang tetap
R
d) Dilatasi adalah jika koordinat xdari setiap titik pada bidang dikalikan konstanta positif , maka efeknya adalah
memperkecil atau memperbesar setiap gambar bidang pada arah-x

KB 3 Program Linier
Program linier adalah mempelajari masalah optimum (nilai maksimum atau minimum) dari fungsi tujuan dengan
kendala/pembatas yang dinyatakan dalam bentuk persamaan atau pertidaksamaan linier.
a) Metode Grafik adalah untuk menyelesaikan masalah program linier yang melibatkan 2 variabel dan 2 atau lebih
pertidaksamaan digunakan metode grafik. Metode grafik dibedakan 2 yaitu metode ekstrim (titik pojok) dan garis selidik
b) Metode Simpleks adalah langkah-langkah menyelesaikan masalah program linier dengan metode simpleks dengan
langkah langkah:
▪ Buat model matematika
▪ Tambah variabel slack
▪ Diperoleh model matemaitka baru
▪ Susun kedalam tabel simpleks
▪ Pilih kolom kunci
▪ Pilih baris kunci
▪ Tentukan elemen kunci
▪ Transformasi baris kunci
▪ Transformasi baris yang lain
▪ Buat tabel simpleks baru
▪ Ulangi langakah sampai optimal
c) Dualitas adalah model maksimumnya, jika dianggap primal maka model minimumnya sebagai dual. Begitu pula
sebaliknya, jika model maksimumnya sebagai dual maka model minimumnya sebagai primal.

KB 4 Pembelajaran Aljabar
a) Teori Belajar
Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui tahapan enaktif, ikonik, ddan simbolik.
b) Model Pembelajaran Discovery Learning
Menurut Bruner, Discovery Learning (DL) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis-inquiry dimana siswa
membangun pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya dan pengalaman aktif.
Sintaks pembelajaran DL adalah:
▪ Menciptakan stimulus/rangsangan (stimulation)
▪ Menyiapkan pernyataan masalah (problem statement)
▪ Mengumpulkan data (data collecting)
▪ Mengolah data (data processing)
▪ Memverifikasi data (verification)
▪ Menarik kesimpulan (generalization)
c) Pembelajaran Abad 21
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs (critical thinking, communication, collaboration,
and creativity), adalah empat keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) sebagai
keterampilan yang sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21. Keterampilan tersebut antara lain:
1) Kreativitas berpikir dan inovasi
Peserta didik dapat menghasilkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan ide-ide mereka secara kreatif baik
secara mandiri maupun berkelompok.
2) Berpikir kritis dan pemecahan masalah
Peserta didik dapat mengidentifikasi, menganalisis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi bukti-bukti,
argumentasi, klaim dan data-data yang tersaji secara luas melalui pengkajian secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3) Komunikasi
Peserta didik dapat mengkomunikasikan ide-ide dan gagasan secara efektif menggunakan media lisan, tertulis,
maupun teknologi.
4) Kolaborasi
Peserta didik dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok dalam memecahkan permasalahan yang ditemukan.
d) PPK
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) menempatkan nilai karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang
membudayakan dan memberadabkan para pelaku pendidikan.
Nilai utama karakter yang perlu dikembangkan sebagai prioritas gerakan PPK yaitu:
1) Religius
2) Nasionalis
3) Mandiri
4) Gotong Royong
5) Integritas
Gerakan PPK yang dapat dilaksanakan yaitu:
1) Penguatan pendidikan karakter berbasis kelas
2) Penguatan pendidikan karakter berbasis budaya sekolah
3) Penguatan pendidikan karakter berbasis masyarakat
e) Perangkat Pembelajaran Materi Bentuk Aljabar
1) Silabus
2) RPP
3) Lampiran 1 Bahan Ajar
4) Lampiran 2 Materi Remedial
5) Lampiran 3 Materi Pengayaan
6) Lampiran 4 Media PPT
7) Lampiran 5 LKPD
8) Lampiran 6 Instrumen Penilaian
2 Daftar materi yang sulit 1. Menyelesaikan SPL dengan Operasi Baris Elemeneter
dipahami di modul ini 2. Penyelesaian SPL dengan Metode Simpleks
3. Dualitas

3 Daftar materi yang sering


mengalami miskonsepsi 1. Metode Simpleks

Anda mungkin juga menyukai