Anda di halaman 1dari 55

LK 0.

1: Lembar Kerja Belajar Mandiri

Modul : 1 (Geometri)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Geometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Geometri Datar
2. Geometri Ruang
3. Geometri Transformasi
4. Pembelajaran Geometri
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar KB1. Geometri Datar
materi yang 1. Titik adalah objek geometri yang tidak memiliki ukuran,
dipelajari titik direpresentasikan dengan noktah
2. Garis terbentuk dari tak berhingga titik yang tak kosong
yang dapat diperpanjang tak terbatas ke kedua arah
3. Suatu bidang pada geometri terbentuk melalui beberapa
kondisi
a. tiga titik yang tak kolinear
b. sebuah garis dan sebuah titik yang tidak terletak
pada garis tersebut
c. dua buah garis yang sejajar
d. dua buah garis yang berpotongan
4. Segitiga merupakan kurva tertutup yang dibatasi oleh
tiga buah ruas garis yang bertemu pada ujung-ujungnya
5. Garis istimewa pada segitiga terdiri dari
a. garis berat, yaitu garis yang ditarik dari suatu titik
segitiga ke pertengahan sisi di depannya
b. garis bagi, yaitu garis yang membagi suatu sudut
pada segitiga menjadi dua bagian sudut yang
besarnya sama
c. garis tinggi, yaitu garis yang ditarik dari satu titik
secara tegak lurus ke sisi di depannya atau
perpanjangan sisi di depannya
d. garis sumbu, ialah garis yang ditarik melalui sebuah
titik tengah sisi segitiga dan tegak lurus dengan sisi
tersebut
6. Keliling dan luas segitiga
a. Keliling Δ ABC (K) = |𝐴𝐵|+|𝐵𝐶|+|𝐴𝐶|
1
b. Luas Δ ABC = 2×𝑎×𝑡
7. Dua segitiga dikatakan kongruen apabila sisi-sisi yang
bersesuaian sama panjang dan sudut-susut yang
bersesuaian sama besar
8. Segiempat ialah gabungan dari empat ruas garis yang
ditentukan oleh empat titik, tiga titik di antaranya tidak
segaris
9. Macam-macam segiempat, yaitu:
a. jajargenjang, segiempat yang sisi-sisinya sepasang-
sepasang sejajar
b. persegi panjang, jajar genjang yang salah satu
sudutnya siku-siku
c. belah ketupat, jajargenjang degan dua sisinya yang
berurutan sama panjang
d. persegi, jajargenjang yang semua sisinya sama
panjang dan satu sudutnya siku-siku
e. trapesium, segi empat yang dua buah sisinya sejajar
f. layang-layang, segiempat yang memiliki 2 pasang sisi
yang berdekatan sama panjang
10. Luas bangun datar segiempat
a. persegi panjang: 𝐿 = 𝑝 × 𝑙
b. persegi: 𝐿 = 𝑠 × 𝑠
c. jajargenjang: 𝐿 = a × 𝑡
d1 × d2
d. belah ketupat: 𝐿 = 2
d1 × d2
e. layang-layang: 𝐿 = 2
jumlah sisi sejajar × t
f. trapesium: 𝐿 = 2
11. Keliling bangun datar segiempat merupakan jumlah
ukuran sisi-sisi terluar yang membentuk bangun
tersebut
12. Lingkaran adalah garis lengkung (kurva) yang bertemu
pada kedua ujungnya, dan merupakan himpunan titik-
titik yang jaraknya sama terhadap titik tertentu
13. Unsur-unsur lingkaran, yaitu:
a. jari-jari, ruas garis yang menghubungkan sebuah
titik pada lingkaran dengan titik pusat lingkaran
b. tali busur, ruas garis yang menghubungkan dua titik
pada lingkaran
c. diameter, tali busur yang melalui pusat lingkaran
d. apotema, ruas garis yang ditarik dari pusat dan tegak
lurus tali busur
e. busur ⊙, sebagian dari lingkaran yang terletak di
antara kedua ujung tali busur
f. juring, daerah pada lingkaran yang dibatasi dua jari-
jari dan busur
g. tembereng, daerah pada lingkaran yang dibatasi oleh
tali busur dan busur
14. Garis singgung adalah garis yang mempunyai
persekutuan dengan lingkaran pada dua buah titik yang
berimpitan
15. Sudut pusat adalah sudut yang dibentuk oleh dua jari-
jari lingkaran, sedangkan sudut keliling ialah sudut yang
dibentuk oleh dua tali busur yang berpotongan pada
lingkaran

KB2. Geometri Ruang


16. Hubungan yang mungkin terjadi antara dua bidang
adalah kedua bidang berhimpit, sejajar, atau
berpotongan
17. Hubungan yang dapat terjadi antara dua buah garis,
yaitu berpotongan (terletak pada satu bidang), sejajar
(terletak pada satu bidang), bersilangan (tidak terletak
pada satu bidang)
18. Hubungan antara garis dan bidang dapat berupa terletak
pada bidang, sejajar bidang, atau menembus bidang
19. Tegak lurus artinya memiliki ukuran sudut 90° yang
dapat terbentuk antara dua buah garis, garis dengan
bidang, dan dua buah bidang
20. Jarak berarti panjang ruas garis terpendek antara dua
objek geometri seperti (a) jarak antara 2 titik dalam
ruang; (b) jarak antara titik dan garis; (c) jarak antara
titik dan bidang; (d) jarak antara 2 garis sejajar; (e) jarak
antara garis dan bidang; (f) jarak antara 2 bidang sejajar;
dan (g) jarak antara 2 garis bersilangan
21. Sudut dalam ruang terjadi pada , yaitu: (a) sudut antar
dua garis; (b) sudut antara garis dan bidang; dan (3)
sudut antara dua bidang atau lebih

KB3. Geometri Transformasi


22. Transformasi geometri pada bidang adalah proses
mengubah setiap titik koordinat menjadi titik koordinat
lain pada bidang tertentu
23. Pencerminan (refleksi) adalah transformasi yang
memetakan suatu titik dengan menggunakan sifat benda
dan bayangan pada cermin datar
24. Macam-macam pencerminan
a. pencerminan terhadap Sb-X
𝑆𝑏−𝑋
𝑃(𝑎,𝑏) → 𝑃′(𝑎,−𝑏)
b. pencerminan terhadap Sb-Y
𝑆𝑏−𝑌
𝑃(𝑎,𝑏) → 𝑃′(−𝑎, 𝑏)
c. pencerminan terhadap garis y = x
𝑆𝑏− 𝑌=𝑥
𝑃(𝑎,𝑏) → 𝑃′(𝑏, 𝑎)
d. pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥
𝑆𝑏− 𝑌 = −𝑥
𝑃(𝑎,𝑏) → 𝑃′(−𝑏, −𝑎)
e. pencerminan terhadap titik asal
𝑜(0,0)
A(𝑎,𝑏) → 𝐴′(−𝑎, −𝑏)
f. pencerminan terhadap garis 𝑥 = ℎ
𝑆𝑏− 𝑋 = ℎ
A(𝑎,𝑏) → 𝐴′(2h−𝑎, b)
g. pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑘
𝑆𝑏− 𝑌 = 𝑘
A(𝑎,𝑏) → 𝐴′(𝑎, 2𝑘 − 𝑏)
h. pencerminan terhadap titik (m, n)
𝑇𝑖𝑡𝑖𝑘 (𝑎,𝑏)
A(𝑎,𝑏) → 𝐴′(2m−𝑎, 2𝑛 − 𝑏)
25. Translasi adalah perpindahan atau pergeseran setiap
titik dengan arah dan jarak yang sama
26. Ruas garis berarah adalah sebuah ruas garis yang salah
satu ujungnya dinamakan (titik) pangkal dan ujung yang
lain dinamakan (titik) akhir
27. Macam-macam translasi, yaitu:
𝑝
a. translasi titik A (x,y) terhadap vektor T (𝑞 )
𝑝
T (𝑞 )
𝐴(𝑥, 𝑦) → 𝐴′ (𝑥 + 𝑝, 𝑦 + 𝑞)
𝑝
b. translasi garis 𝑚𝑥 + 𝑛𝑦 = 𝑐 terhadap vektor T (𝑞 )
𝑝
T (𝑞 )
𝑚𝑥 + 𝑛𝑦 = 𝑐 → 𝑚(𝑥 + 𝑝) + 𝑛( 𝑦 + 𝑞) = 𝑐
𝑝
c. translasi kurva 𝑦 = 𝑚𝑥 2 + 𝑘𝑥 + 𝑙 terhadap vektor T (𝑞 )
𝑝
T (𝑞 )
y=mx2+kx+l → (y+q) = m(x+p)2+k(x+p)+l
28. Rotasi (perputaran) merupakan suatu transformasi yang
memindahkan titik-titik dengan memutar titik-titik
tersebut sejauh 𝜃 terhadap suatu titik pusat rotasi
29. Macam-macam rotasi, yaitu:
a. rotasi terhadap titik pusat O(0,0)
R (0,𝜃)
P(x,y) → P'(x',y')= P'(x cos(θ)- y sin(θ), x sin(θ)+ y
cos(θ))
b. rotasi terhadap titik pusat P (a, b)
R (𝑃,𝜃)
Q(x,y) → Q'(x',y') = Q'((𝑥−𝑎)𝑐𝑜𝑠𝜃 − (𝑦−𝑏)𝑠𝑖𝑛𝜃
+𝑎,(𝑥−𝑎)𝑠𝑖𝑛𝜃+(𝑦−𝑏)𝑐𝑜𝑠𝜃+𝑏)
30. Dilatasi merupakan suatu transformasi mengubah
ukuran (memperbesar atau memperkecil) bentuk bangun
geometri tetapi tidak mengubah bentuk bangun tersebut.
31. Macam dilatasi antara lain, yaitu:
a. dilatasi dengan pusat (0, 0) dengan faktor skala k
[(0,0), 𝑘]
A(x,y) → A’(kx, ky)
b. dilatasi dengan pusat (a, b) dengan faktor skala k
[(𝑎,𝑏), 𝑘]
A(x,y) → A’(𝑘(𝑥−𝑎)+ 𝑎 , 𝑘(𝑦−𝑏)+𝑏)
32. Hasil kali/komposisi transformasi adalah transformasi
yang diperoleh dari gabungan dua transformasi atau
lebih yang terdiri dari
a. komposisi refleksi
terhadap dua garis sejajar Sb-X

terhadap dua garis sejajar Sb-Y

b. komposisi dilatasi
[P,k1] ∘ [P,k2] = [P,k1 × k2]
c. komposisi translasi
𝑝+𝑘
𝑇1 • 𝑇2 = ( )
𝑞+𝑙
𝐴(𝑥,𝑦) → 𝐴′′(𝑥+𝑝+𝑘,𝑦+𝑞+𝑙)
d. komposisi rotasi
𝑅𝐴 𝑅𝐵
𝑃(𝑥,𝑦) → 𝑃′(𝑥′,𝑦′) → 𝐵′′(𝑥′′,𝑦′′)

KB4. Pembelajaran Geometri


33. Teori belajar / psikologi pembelajaran adalah ilmu yang
mengkaji tentang bagaimana individu belajar
34. Tiga tahapan pada teori Bruner, yaitu
a. enaktif, anak dalam memahami objek-objek atau
dunia masih menggunakan gerak atau aktivitas
motorik
b. ikonik, anak dalam memahami objek-objek melalui
persepsi statik
c. simbolik, anak dalam memahami objek sudah dapat
menggunkan simbol-simbol
35. Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang
menggunakan masalah sebagai konteks pembelajaran,
baik masalah tak terstruktur atau masalah terbuka
(open-ended)
36. Tujuan model PBL adalah untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam berpikir kritis,
menyelesaikan masalah, dan sekaligus mengembangkan
pengetahuannya
37. Terdapat 5 fase/sintak dari model PBL, yaitu:
a. mengorientasikan peserta didik pada masalah
b. mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
c. mengembangkan penyelidikan individu atau
kelompok
d. mengembangkan dan menyajikan hasil karya peserta
didik
e. analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
38. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih, yang disusun berdasarkan
kompetensi dasar (KD)
39. Perangkat pembelajaran terdiri dari (1) silabus yang
sudah dikembangkan, (2) RPP, (3) bahan ajar dan
sumber belajar, (4) media pembelajaran, (5) instrumen
penilaian dan kisi-kisi, (6) instrumen pengamatan dan
kisi-kisi, (7) lembar jurnal siswa/guru, (8) bahan ajar
remidial dan pengayaan, (9) jawaban tes/soal, dan (10)
pedoman pensekoran jika dibutuhkan
40. Penggalan silabus antara lain berisi: (1) identitas satuan
pendidikan, (2) identitas kelas, (3) alokasi waktu, (4)
tema/konteks, (5) kompetensi inti, (6) kompetensi dasar,
(7) indikator pencapaian kompetensi (ipk), (8) materi
pokok, (10) kegiatan pembelajaran, (11) penilaian, (12)
alokasi waktu, dan (13) sumber belajar
2 Daftar materi 1. Jarak antara titik dan bidang
yang sulit 2. Jarak antara dua garis bersilangan
dipahami di
modul ini
3 Daftar materi 1. Tinggi segitiga
yang sering 2. Rotasi
mengalami
miskonsepsi
Modul : 2 (Aljabar dan Program Linear)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Aljabar dan Program Linear


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan
Linear
2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang
3. Program Linear
4. Pembelajaran Aljabar
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar Kegiatan Belajar 1 : Bentuk Aljabar dan Sistem Persamaan
materi yang Linear
dipelajari 1. Bentuk Aljabar adalah suatu bentuk matematika
yang dalam penyajiannya memuat huruf-huruf untuk
mewakili bilangan yang belum diketahui
2. Suku adalah bagian dari bentuk aljabar yang dipisah
dengan tanda atau +
3. Faktor adalah bilangan yang membagi bilangan lain atau
hasil kali
4. Koefisien adalah faktor bilangan pada hasil kali dengan
suatu peubah
5. Konstanta adalah lambang yang menyatakan bilangan
tertentu (bilangan konstan /tetap)
6. Suku sejenis memiliki peubah dan pangkat dari peubah
yang sama. Jika berbeda, disebut dengan suku tidak
sama atau suku tidak sejenis
7. Operasi Bentuk Aljabar
Operasi hitung perkalian dan pembagian suku aljabar
dilakukan dengan menggunakan sifat-sifat operasi
hitung pada bilangan riil, yakni:
a. Sifat komutatif penjumlahan, yaitu a + b = b + a
b. Sifat asosiatif penjumlahan, yaitu a + (b + c) = (a +
b) + c
c. Sifat komutatif perkalian, yaitu a × b = b × a
d. Sifat asosiatif perkalian, yaitu a × (b × c) = (a × b) × c
e. Sifat distributif perkalian terhadap
penjumlahan,yaitu: a × (b ± c) = (a × b) ± (a × c)
8. Perkalian antarsuku bentuk aljabar
Pada perkalian antarsuku bentuk aljabar, kita dapat
menggunakan sifat distributif sebagai konsep
dasarnya
9. Pemfaktoran Bentuk Aljabar
Dalam suatu bentuk aljabar dapat ditentukan
variabel, koefisien variabel, konstanta, faktor, dan suku.
 Bentuk xy merupakan perkalian dari x dengan y,
sehingga dalam hal ini menjadi faktor dari xy adalah
x dan y. Begitu juga dengan bentuk a (x + y), dimana
faktor dari a (x + y) adalah a dan (x + y). Bentuk
aljabar x+ y sebagai faktor dari bentuk a (x + y)
mempunyai suku x dan y
 Untuk memfaktorkan bentuk aljabar dapat
dilakukan dengan menggunakan hukum distributif.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mencari faktor persekutuan terbesar dari setiap suku
aljabar
10. Persamaan dan Pertidaksamaan
a. Persamaan
Persamaan adalah kalimat terbuka yang
menggunakan tanda hubung ” = ” (sama dengan).
 Persamaan linear dengan satu variabel (PLSV)
adalah suatu persamaan yang memiliki satu
variabel (peubah) dan pangkat tertingginya satu
 Persamaan linear dengan dua variabel (PLDV)
adalah persamaan yang memiliki dua peubah
dan pangkat tertingginya satuPenyelesaian
(solusi) dari PLDV ax + by = c adalah bilangan
terurut (x1, y1) sedemikian hingga jika
disubstitusikan x1 untuk x dan y1 untuk y
mengakibatkan persamaan menjadi bernilai benar
 Himpunan penyelesaian (HP) dari PLDV ax + by = c
adalah himpunan semua bilangan terurut (x1,y1)
yang merupakan solusi dari PLDV tersebut, perlu
ditekankan bahwa (x1,y1) ≠ {x1,y1}
b. Pertidaksamaan adalah kalimat matematis yang
dibangun dengan menggunakan satu atau lebih
simbol untuk membandingkan
2 kuantitas. Untuk mendapatkan penyelesaian
pertidaksamaan linear satu variabel dilakukan
prosedur sebagai berikut
1) Tambahkan kedua ruas dengan bilangan yang sama
2) Kurangkan kedua ruas dengan bilangan yang sama
3) Kalikan atau bagi kedua ruas dengan bilangan
positif yang sama
4) Jika mengalikan atau me mbagi kedua ruas dengan
bilangan negatif yang sama maka tanda
pertidaksamaannya harus dibalik
Langkah-langkah untuk menentukan penyelesaian
dari sistem pertidaksamaan linear dua variabel
adalah sebagai berikut
1) Gambar daerah penyelesaian pertidaksamaan
yang pertama
2) Gambar daerah penyelesaian pertidaksamaan
yang kedua, dst.
3) Himpunan penyelesaian (berupa daerah
penyelesaian) sistem pertidaksamaan linear dua
variabelnya adalah irisan dua daerah
penyelesaian pada langkah 1 dan 2
11. Persamaan linear dengan n variabel adalah
persamaan yang berbentuk a1x1 + a2x2+ … + anxn = b,
dengan a1 , a2 , …, an , b bilangan-bilangan riil dan a1
, a2 , …, an tidak semuanya nol

12. Macam-macam SPL


a. berdasarkan SPL dalam bentuk AX = B, maka SPL
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
 SPL homogen, jika B = 0
 SPL non homogen, jika B ≠ 0
b. berdasarkan solusi yang dimiliki oleh SPL, maka
SPL dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
 SPL konsisten (consistent), jika SPL tersebut
mempunyai solusi
 SPL tak konsisten (inconsistent), jika SPL
tersebut tidak mempunyai solusi
13. Metode Penyelesaian SPL
Ada beberapa cara (metode) yang sering digunakan
untuk menentukan solusi dari suatu SPL antara lain:
a. metode Substitusi
langkah-langkah menentukan himpunan
penyelesaian SPLTV menggunakan metode
substituasi adalah sebagai berikut.
 Pilih salah satu persamaan yang paling
sederhana, kemudian nyatakan sebagai
fungsi dan , atau sebagai fungsi dan
, atau sebagai fungsi dan
 Substitusikan atau atau yang diperoleh
pada langkah 1ke dalam dua persamaan yang
lainnya sehingga didapat PLDV
 Selesaikan SPLDV yang diperoleh pada langkah 2
 Substitusikan dua nilai variabel yang diperoleh
pada langkah 3 ke salah satu persamaan
semula sehingga diperoleh nilai variabel yang
ketiga
b. metode eliminasi
langkah-langkah menentukan himpunan
penyelesaian SPLTV menggunakan metode
eliminasi adalah
 Eliminasi salah satu variabel atau atau
sehingga diperoleh SPLDV
 Selesaikan SPLDV yang didapat pada langkah 1
 Substitusikan nilai-nilai variabel yang
diperoleh pada langkah 2 ke dalam salah
satu persamaan semula untuk mendapatkan
nilai variabel yang lain
c. metode gabungan (eliminasi dan substitusi)
dalam menentukan himpunan penyelesaian dengan
menggunakan metode gabungan, dapat dilakukan
dengan menggabungkan langkah-langkah dari
metode substitusi dan metode eliminasi.

KB2. Matriks dan Vektor pada Bidang dan Ruang


14. Matriks adalah susunan persegi panjang dari bilangan-
bilangan. Bilangan pada susunan tersebut disebut entri
atau komponen atau elemen dari matriks. Ukuran dari
matriks ditentukan oleh banyaknya baris dan
banyaknya kolom. Bilangan pertama dari ukuran
matriks menyatakan banyaknya baris, sedangkan
bilangan kedua menyatakan banyaknya kolom. Matriks
ditulis dengan huruf besar dan skalar ditulis dengan
huruf kecil. Skalar- skalar disini merupakan bilangan
real. Jadi, secara umum matriks m x n ditulis sebagai
berikut

15. Jenis-jenis matriks, misalkan matriks A = [aij]


a. Matriks A disebut matriks persegi berorder n jika A
mempunyai n baris dan n kolom. Komponen a11,
a22, …, ann disebut komponen diagonal utama dari A
b. Matriks A disebut matriks segitiga bawah jika
semua komponen di atas diagonal utama nol
c. Matriks A disebut matriks segitiga atas jika
semua komponen di bawah diagonal utama nol
d. Matriks A disebut matriks segitiga jika matriks A
merupakan matriks segitiga atas atau segitiga
bawah
e. Matriks A disebut matriks diagonal jika A
merupakan matriks segitiga atas dan matriks
segitiga bawah
f. Matriks A disebut matriks skalar jika A merupakan
matriks diagonal dan komponen pada diagonal
utama sama
g. Matriks A disebut matriks identitas jika A
merupakan matriks persegi yang semua komponen
pada diagonal utama adalah 1 dan komponen
lainnya 0. Matriks identitas ditulis I
h. Jika ukuran matriks diperhatikan, maka matriks
identitas nxn ditulis In. Matriks A disebut matriks
nol jika semua komponennya 0. Matriks nol
ditulis O. Jika ukuran matriks diperhatikan maka
matriks O berukuran p x q ditulis Opxq
i. Matriks A disebut matriks kolom jika hanya
mempunyai satu kolom
j. Matriks A disebut matriks baris jika hanya
mempunyai satu baris
16. Dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks
tersebut berukuran sama dan komponen yang
bersesuaian sama. Dengan notasi matriks, jika A = [aij]
dan B = [bij] berukuran sama maka

17. Operasi pada Matriks


a. Penjumlahan matriks
jika A dan B matriks yang berukuran sama, maka
jumlah A + B merupakan matriks yang diperoleh
dengan menjumlahkan komponen-komponen
matriks A dan B yang bersesuaian. Matriks yang
ukurannya tidak sama tidak dapat dijumlahkan.
Dalam notasi matriks, jika A = [aij] dan B = [bij]
berukuran sama, maka
(A + B)ij = aij + bij , untuk setiap i dan j
b. Perkalian matriks dengan skalar
Jika A sebarang matriks dan a sebarang skalar,
maka hasil kali skalar a.A adalah matriks yang
diperoleh dengan mengalikan setiap komponen dari
A dengan a. Dalam notasi matriks, jika A = [aij] maka
(aA)ij = a aij
c. Perkalian antar matriks
Jika A = [aij] adalah matriks p x q dan B = [bij]
matriks q x r maka hasilkali AB merupakan matriks
berukuran p x r yang komponennya (AB)ij =
dengan syarat banyaknya kolom dari
matriks pertama, yaitu A, sama dengan banyaknya
baris matriks kedua, yaitu B.
d. Invers matriks
Jika A matriks persegi dan terdapat matriks B
sedemikian sehingga AB = BA = I, maka A is
dikatakan invertibel dan B dikatakan invers A.
Jika A invertibel, maka inversnya dinyatakan
dengan simbol
Teorema 2.2
Jika B dan C keduanya merupakan invers dari
matriks A, maka B = C
Teorema 2.3

Matriks invertibel jika ad – bc 0 dan

Teorema 2.4
Jika A dan B mariks invertibel berukuran sama,
maka
 AB invertibel

e. Perpangkatan matriks
Jika A matriks persegi, maka didefinisikan pangkat
bulat non-negatif dari A.

Jika A invertibel, maka didefinisikan pangkat bulat


negatif dari A

Teorema 2.5
Jika A matriks persegi dan r dan s bilangan bulat,
maka

Teorema 2.6
Jika A matriks invertibel, maka:

f. Transpos Matriks, jika A matriks p x q, maka


transpos A, ditulis AT, didefinisikan sebagai matriks
q x p yang diperoleh dari menukar baris dan kolom
A, yaitu kolom pertama dari AT merupakan baris
pertama matriks A, kolom kedua dari AT
merupakan baris kedua dari A, dan seterusnya.
Teorema 2.7
Jika ukuran matriks sedemikian sehingga operasi
berikut ini dapat dilakukan, maka:

g. Matriks elementer merupakan suatu matriks n x


n jika dapat diperoleh dari matriks identitas In
berukuran n x n dengan melakukan satu operasi
baris elementer.
Teorema 2.8
Jika matriks A dikalikan dari kiri dengan matriks
elementer E, maka hasilnya EA adalah matriks A
yang dikenai operasi baris elementer yang sama
dengan operasi baris elementer yang dikenakan pada
I untuk mendapatkan E. Jika operasi baris elementer
dikenakan pada matriks identitas I untuk
menghasilkan matriks elementer E, maka terdapat
operasi baris kedua sehingga ketika dikenakan ke E
menghasilkan I kembali. OBE pada I yang
menghasilan E: OBE pada E yang menghasilkan
I:

Operasi di sebelah kanan disebut operasi invers dari


operasi yang bersesuaian dengan operasi di sebelah kiri
Teorema 2.9
Setiap matriks elementer adalah invertibel dan
inversnya merupakan matriks elementer
Teorema 2.10
Jika A matriks n x n, maka pernyataan berikut
ekivalen.
 A invertibel
 AX = 0 hanya mempunyai penyelesaian trivial.
 Bentuk eselon baris tereduksi dari A adalah In
 A dapat dinyatakan sebagai hasil kali matriks
elementer
Teorema 2.11
Setiap SPL mempunyai penyelesaian tunggal
atau mempunyai tak-hingga penyelesaian atau
tidak mempunyai penyelesaian.
Teorema 2.12
Jika A mariks n x n yang invertibel, maka untuk
setiap matriks b berordo nx1, sistem persamaan
Ax = b mempunyai tepat satu penyelesaian, yaitu

18. Permutasi himpunan bilangan-bilangan bulat {1, 2,


3,…, n} adalah susunan bilangan-bilangan bulat ini
menurut suatu aturan tanpa menghilangkan atau
mengulangi bilangan-bilangan tersebut
19. Sebuah permutasi dikatakan permutasi genap jika
banyaknya inversi seluruhnya adalah bilangan bulat
genap
20. Sebuah permutasi dikatakan permutasi ganjil jika
banyaknya inversi seluruhnya adalah bilangan bulat
ganjil.
21. Misalkan A = (aij)nxn, hasil kali elementer dari A
adalah setiap hasilkali n komponen dari A, yang
berasal dari baris dan kolom yang berbeda.
22. Hasilkali elementer bertanda dari matriks A = (aij)nxn
adalah hasilkali elementer … dikalikan
dengan 1 atau -1, dengan aturan dikalikan 1 jika
(j1, j2,…,jn) adalah permutasi genap dan dikalikan -1
jika (j1 , j2 , … ,jn) adalah permutasi ganjil.
23. Determinan A, ditulis det(A) atau |A|, dan
didefinisikan sebagai jumlah semua hasilkali elementer
bertanda dari A.
24. Sifat-sifat Determinan Matriks

Jika matriks berukuran nxn, maka berlaku


sifat-sifat berikut. (1) Jika A memuat baris nol maka
det(A) = 0.
a. Jika A memuat baris nol maka det(A) = 0.
b. Jika A matriks segitiga maka det(A) =
.
c. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama dengan k kali baris ke i dari A atau
kolom ke j dari B sama dengan k kali kolom ke j
dari A, maka det(B) = k.det(A).
d. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan
menukar dua baris atau dua kolom dari A maka
det(B) = -det(A).
e. Jika B matriks yang diperoleh dari A dengan baris ke
i dari B sama dengan baris ke i dari A ditambah k
kali baris ke j dari A atau kolom ke i dari B sama
dengan kolom ke i dari A ditambah k kali kolom ke j
dari A, maka det(B)= det(A)
f. det(A) = det( )
g. Jika C suatu matriks nxn maka det(AC) = det(A)
det(C)

25. Misalkan matriks berukuran nxn. Minor aij


ditulis Mij, didefinisikan sebagai determinan sub matriks
A setelah baris ke-i dan kolom ke-j dihilangkan. Bilangan

Cij=(-1)i+j Mij, disebut kofaktor aij. Matriks

disebut matriks kofaktor dari A. Matriks disebut


adjoin dari A, ditulis adj(A)

26. Misalkan matriks berukuran nxn, maka:


a. Deteminan dari A atau det(A) sama dengan jumlah
dari hasilkali komponen- komponen pada satu baris
(atau kolom) dengan kofaktor-kofaktornya, yaitu
det(A) = ai1Ci1 + ai2Ci2 + … + ainCin (ekspansi
kofaktor sepanjang baris ke i) atau det(A)= a1jC1j +
a2jC2j + … + anjCnj (ekspansi kofaktor sepanjang
kolom ke j)
b. A invertibel jika dan hanya jika det(A) ≠ 0

c. Jika A invertibel maka det( )=

d. Jika A invertibel maka = adj(A)


27. Aturan Cramer, jika Ax = b sistem persamaan linear
dengan n persamaan dan n variabel dengan det(A) 0,
maka mempunyai penyelesaian tunggal, yaitu

dengan adalah matriks A yang komponen kolom ke-j

diganti dengan komponen pada matriks


28. Vektor pada Bidang dan Ruang
Vektor-vektor pada bidang ( ) dan ruang ( ) dapat
dinyatakan secara geometris sebagai ruas-ruas garis
berarah. Arah panah menentukan arah vektor dan
panjang panah menyatakan besarnya. Pangkal panah
disebut titik pangkal vektor dan titik ujung panah
disebut titik ujung vektor. Vektor dinyatakan dengan
huruf kecil tebal, misalnya u, v, w. Semua skalar disini
merupakan bilangan real. Jika titik pangkal vektor v
adalah A dan titik ujungnya adalah B maka ditulis
Vektor-vektor yang panjang dan arahnya sama
disebut ekivalen. Jika v dan w ekivalen, ditulis v = w. Vektor
yang panjangnya nol disebut vektor nol, dinotasikan 0.
Vektor nol mempunyai arah ke segala arah
29. Jika v dan w dua vektor tak-nol maka jumlah vektor v
+ w adalah vektor yang ditentukan sebagai berikut.
Letakkan vektor w sedemikian sehingga titik
pangkalnya berimpit dengan titik ujung v. Vektor v + w
disajikan dengan panah dari titik pangkal v ke titik
ujung dari w.

Didefinisikan 0 + v = v + 0 = v untuk sebarang vektor v.


Jika v sebarang vektor tak-nol maka vektor w yang
memenuhi v + w = 0 adalah vektor yang panjangnya
sama dengan panjang vektor v tetapi arahnya
berlawanan, dinotasikan dengan w = - v, diidefinisikan -
0=0
30. Jika v dan w sebarang dua vektor maka pengurangan
vektor w dari v didefinisikan oleh v – w = v + (-w). Secara
geometris, pengurangan vektor w dari v dapat
diperoleh seperti gambar berikut

31. Jika v vektor tak-nol dan k skalar tak-nol maka


hasilkali skalar dengan vektor kv didefinisikan
sebagai vektor yang panjangnya kali panjang
vektor v dan arahnya sama dengan arah v jika k 0
dan berlawanan arah dengan vektor v jika k 0.
Didefinisikan kv = 0 jika k = 0 atau v = 0. Contoh
hasilkali skalar disajikan pada berikut

32. Vektor pada sistem koordinat kartesius


Masalah vektor sering disederhanakan dengan
menggunakan sistem koordinat kartesius. Misalkan v
sebarang vektor pada bidang dan v diposisikan
sedemikian sehingga titik pangkalnya berimpit dengan
titik asal sistem koordinat kartesius. Koordinat (v1, v2)
dari titik ujung vektor v disebut komponen dari v, ditulis
v = (v1, v2).
a. Dua vektor (v1, v2) dan (w1, w2) ekivalen jika dan
hanya jika v1 = w1 dan v2 = w2. Jika v = (v1, v2) dan
w = (w1, w2) maka v + w = (v1 + w1 , v2 + w2)
b. Jika v = (v1, v2) dan k sebarang skalar maka kv =
(kv1, kv2)
c. Setiap titik P pada ruang dinyatakan dengan
urutan tiga bilangan (x, y, z) yang disebut koordinat
P. Jika vektor v di ruang diposisikan
sedemikian sehingga titik pangkalnya berimpit
dengan titik asal sistem koordinat kartesius maka
koordinat-koordinat titik ujungnya disebut
komponen-komponen dari v dan ditulis v = (v1,v2, v3).
d. Jika v = (v1, v2, v3) dan w = (w1, w2, w3) dua vektor
di ruang maka
 v dan w ekivalen jika dan hanya jika v1 = w1, v2
= w2, v3 = w3
 v + w = (v1 + w1 , v2 + w2)
 kv = (kv1, kv2, kv3) dengan k sebarang skalar.
Jika P1 = (x1, y1, z1) dan P2 = (x2, y2, z2) maka
= - = (x2, y2, z2) - (x1, y1, z1 ) =
(x2- x1, y2 – y1, z2- z1). Jadi, = (x2- x1, y2–
y1, z2- z1)
33. Jika u, v dan w vektor-vektor di atau , k dan l
skalar maka
a. u + v = v + u
b. (u + v)+ w = u +(v+ w)
c. u + 0 = 0 + u
d. u + (-u) = 0
e. k(l u) = (kl) u
f. k(u +v) = k u + lv
g. (k +l) u = k u + l v
h. 1 u = u
34. Hasilkali titik (dot product)
Misalkan u dan v dua vektor tak-nol di atau dan
asumsikan vektor-vektor ini diposisikan sedemikian
sehingga titik pangkalnya berimpit. Sudut antara u dan
v didefinisikan sebagai sudut θ yang ditentukan oleh u
dan v yang memenuhi 0 ≤ 𝜃 ≤ 𝜋
Definisi 2.19
Jika u dan v dua vektor tak-nol di ℝ2 atau ℝ3 dan 𝜃
adalah sudut antara u dan v maka hasil kali titik u.v
didefinisikan oleh

Teorema 2.16
Misalkan u dan v dua vektor ℝ2 atau ℝ3 . v.v = 2

sehingga = . Jika u dan v dua vektor tak-nol


θ sudut antara u dan v maka

Teorema 2.17
Jika u ,v dan w vektor-vektor di atau dan k skalar
maka

35. Dua vektor u dan v disebut ortogonal, ditulis u v , jika


u.v = 0

36. Hasilkali Silang (Cross Product)

37. Perbedaan penting antara hasilkali titik dan hasilkali


silang adalah hasilkali titik merupakan skalar, tetapi
hasil kali silang merupakan vektor.Teorema berikut ini
menyatakan hubungan penting antara hasilkali titik
dan hasilkali silang dan menunjukkan bahwa u x v
ortogonal pada u dan v

Teorema 2.18
Teorema 2.19
Jika u ,v dan w vektor-vektor di dan k sebarang
skalar, maka

Teorema 2.20

Teorema 2.21

a. Nilai mutlak det sama dengan luas jajar


genjang di R2 yang ditentukan oleh vektor u =
(u1, u2) dan v = (v1, v2).

b. Nilai mutlak det sama dengan


volume paralel epipedum yang ditentukan oleh
vektor-vektor u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3)
38. Matriks Transformasi
a. Refleksi
Secara umum, transformasi pada atau yang
memetakan titik ke bayangan simetrisnya terhadap
garis atau bidang disebut transformasi refleksi.
Misalkan transformasi yang
memetakan setiap titik ke bayangan simetrisnya
terhadap sumbu-y

b. Rotasi
Transformasi yang merotasikan setiap vektor di R2
sebesar sudut tetap disebut transformasi rotasi pada
c. Translasi
Transformasi yang memindahkan (menggeser) setiap
titik di menurut besar dan arah yang tetap disebut
translasi
d. Dilatasi
Jika koordinat x dari setiap titik pada bidang
dikalikan konstanta positif k, maka efeknya adalah
memperkecil atau memperbesar setiap gambar
bidang pada arah-x

KB3. Program Linear


39. Program linear merupakan bagian dari Operation
Research yang mempelajari masalah optimum.
Penerapan masalah program linear dalam berbagai
bidang kehidupan dapat diselesaikan dengan
mengubahnya menjadi bentuk model matematika.
40. Langkah-langkah untuk membuat model matematika
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tipe masalah (maksimum atau
minimum)
b. Mendefinisikan variabel keputusan
c. Merumuskan fungsi tujuan
d. Merumuskan fungsi kendala
e. Menentukan persyaratan nonnegatif
41. Untuk menyelesaikan masalah program linear yang
melibatkan 2 variabel dan 2 atau lebih pertidaksamaan
maka digunakan metode grafik. Metode grafik ini
dibedakan 2 yaitu metode titik ekstrim (titik pojok) dan
metode garis selidik.
42. Metode simpleks, adapun langkah-langkah
penyelesaian masalahnya adalah sebagai berikut.
a. Buat model matematika
b. Tambah variabel slack
c. Diperoleh model matemaitka baru
d. Susun kedalam tabel simpleks
e. Pilih kolom kunci
f. Pilih baris kunci
g. Tentukan elemen kunci
h. Transformasi baris kunci
i. Transformasi baris yang lain
j. Buat tabel simpleks baru
k. Ulangi langakah sampai optimal
43. Dualitas merupakan konsep penting dalam matematika.
Pada setiap masalah program linear, selalu ada masalah
kedua yang berkaitan. Beberapa fakta tentang dualitas
a. Nilai optimal model primal sama dengan nilai
optimal model dual
b. Dual dari dual program linear adalah program linear
itu sendiri
c. Jika primal (masalah maksimum dalam bentuk
baku) dan dual (masalah minimum dalam bentuk
baku) keduanya dapat diselesaikan maka
opt(primal) opt(dual)

KB4. Pembelajaran Aljabar


44. Menurut Bruner, untuk pengetahuan dibentuk melalui
tahapan enaktif, ikonik, dan simbolik
45. Discovery Learning (DL) merupakan salah satu model
pembelajaran yang diperkenalkan pada tahun 1960-an
oleh pakar konstruktivisme Jerome Bruner. Menurut
Bruner, DL merupakan pendekatan pembelajaran
berbasis-inquiry dimana siswa membangun pengetahuan
baru berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya
dan pengalaman aktif. Siswa membangun pengalaman
menggunakan intuisi, imajinasi, dan kreativitasnya; dan
mencari informasi baru untuk menemukan fakta,
korelasi, dan kebenaran baru
46. Menurut Hosnan (2014:287-288); Marzano (dalam
Markaban, 2008: 18), beberapa kelebihan dari model
discovery learning yaitu sebagai berikut.
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan- keterampilan dan
proses-proses kognitif.
b. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
memecahkan masalah.
c. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini
sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan
pengertian, ingatan,dan transfer.
d. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang
dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya
sendiri.
e. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat
konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan
bekerjasama dengan yang lainnya.
f. Berpusat kepada siswa dan guru berperan sama-
sama aktifmengeluarkan gagasan-gagasan.
g. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
h. Menimbulkan rasa senang siswa, karena
tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
i. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang
j. Siswa akan mengerti konsep dasar ide-ide lebih baik
k. Melatih siswa belajar mandiri.
l. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.
47. Kekurangan model discovery learning, menurut
Markaban (2008: 18-19) dan Hosnan (2014: 288-289)
yaitu sebagai berikut.
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih
banyak.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran
dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah mengerti dengan model
ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model
ini. Umumnya topik- topik yang berhubungan
dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model
temuan terbimbing.
48. Sintaks pembelajaran discovery learning adalah sebagai
berikut
a. Menciptakan stimulus/rangsangan (stimulation)
Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat
siswa melakukan aktivitas mengamati fakta atau
fenomena dengan cara melihat, mendengar,
membaca, atau menyimak.
b. Menyiapkan pernyataan masalah (problem
statement)
Setelah dilakukan stimulasi, selanjutnya guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran,
kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atau
opini atas pertanyaan masalah)
c. Mengumpulkan data (data collecting)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan dalam
rangka membuktikan benar atau tidaknya hipotesis.
d. Mengolah data (data processing)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah
data dan informasi yang telah diperoleh siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan,
wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya
diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan
bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta
ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Memverifikasi data (verification)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya
hipotesis yang ditetapkan sebelumnya dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing.
f. Menarik kesimpulan (generalization)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah
proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat
dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi
49. Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang
dikenal sebagai 4Cs (critical thinking, communication,
collaboration, and creativity), adalah empat keterampilan
yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-
21 (P21) sebagai keterampilan yang sangat penting dan
diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.
50. Menurut Ariyana dkk (2018), keterampilan abad ke-
21 adalah sebagai berikut
a. kreativitas berpikir dan inovasi adalah peserta
didik dapat menghasilkan, mengembangkan, dan
mengimplementasikan ide-ide mereka secara kreatif
baik secara mandiri maupun berkelompok
b. berpikir kritis dan pemecahan masalah,
maksudnya adalah peserta didik dapat
mengidentifikasi, menganalisisi, mengintrepetasikan,
dan mengevaluasi bukti-bukti, argumentasi, klaim
dan data- data yang tersaji secara luas melalui
pengkajian secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari
c. komunikasi, maksudnya peserta didik dapat
mengkomunikasikan ide-ide dan gagasan secara
efektif menggunakan media lisan, tertulis, maupun
teknologi
d. kolaborasi, maksudnya peserta didik dapat bekerja
sama dalam sebuah kelompok dalam memecahkan
permasalahan yang ditemukan.
51. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mencanangkan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
secara bertahap mulai tahun 2016. Terdapat lima nilai
utama karakter yang saling berkaitan membentuk
jejaring nilai yang perlu dikembangkan sebagai
prioritas gerakan PPK. Kelima nilai itu adalah:
a. religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan
terhadap Tuhan yang maha Esa yang diwujudkan
dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan
kepercayaan yang dianut, menghargai perbedaaan
agama, menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap
pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain,
hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama
lain.
b. nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
diri dan kelompoknya
c. mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan
perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu
untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita.
Sub nilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras),
tangguh, tahan banting, daya juang, profesional,
kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar
sepanjang hayat
d. gotong-royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan
tindakan menghargai semangat kerajsama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama,
menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi
bantuan/pertolongan pada orang-orang yang
membutuhkan
e. integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang
mendasari perilaku yang didasarkan pada upaya
menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada
nilai-nilai kemanusiaan dan moral (integritas moral).
2 Daftar materi 1. Matriks transformasi
yang sulit 2. Metode Simpleks
dipahami di 3. Dualitas
modul ini 4. Vektor pada bidang dan ruang
3 Daftar materi 1. Matriks transformasi
yang sering 2. Metode Simpleks
mengalami 3. Dualita
miskonsepsi 4. Vektor pada bidang dan ruang
Modul : 3 (Kalkulus dan Trigonometri)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Kalkulus dan Trigonometri


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Fungsi Trigonometri
2. Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi
3. Turunan dan Aplikasi Turunan
4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar KB1. Fungsi Trigonometri
materi yang 1. Definisi untuk nilai fungsi trigonometri antara lain
sin 𝜃
dipelajari a. tan θ =
cos 𝜃
1
b. sec θ = cos 𝜃
1 cos 𝜃
c. cot θ = tan 𝜃
= sin 𝜃
1
d. csc θ = sin 𝜃
2. Sifat-sifat dari fungsi trigonometri

3. Aturan sinus, pada suatu segitaga ABC berlaku


𝑎 𝑏 𝑐
= = = 2𝑅
sin 𝐴 sin 𝐵 sin 𝐶
dengan R merupakan jari-jari lingkaran luar segitiga
4. Aturan cosinus, pada suatu segitiga ABC berlaku
a2 = b2 + c2 – 2bc cos A
b2 = a2 + c2 – 2ac cos B
c2 = a2 + b2 – 2ab cos C
5. Suatu fungsi 𝑓 dikatakan periodik jika terdapat sebuah
bilangan positif 𝑝 sehingga 𝑓(𝑥+𝑝)=𝑓(𝑥) ∀ 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 dengan
nilai 𝑝 terkecil disebut periode
2𝜋
6. Fungsi dengan nilai sin(𝑎𝑡) mempunyai periode 𝑎 karena
2𝜋
sin[𝑎(𝑥+ )]=sin(𝑎𝑥+2𝜋)=sin(𝑎𝑥) sehingga periode fungsi
𝑎
2𝜋
cos(𝑎𝑥) juga sama yaitu 𝑎
7. Suatu fungsi dikatakan mempunyai invers apabila
fungsi tersebut injektif (satu-satu) artinya setiap garis
horisontal yang dibentuk pada range fungsi tersebut
akan memotong grafik tepat di satu titik
8. Macam-macam invers fungsi
a. invers fungsi sinus
b. invers fungsi cosinus
c. invers fungsi tan
d. identitas invers fungsi
9. Rumus jumlah dan selisih fungsi trigonometri
a. Identitas jumlah dan selisih sudut

b. Identitas sudut ganda

c. Identutas setengah sudut

d. Identitas jumlah fungsi trigonometri

e. Identitas perkalian fungsi trigonometri

KB2. Fungsi, Jenis Fungsi, dan Limit Fungsi


10. Diketahui himpunan A dan B maka suatu fungsi 𝑓 dari
himpunan 𝐴 ke 𝐵 merupakan pasangan terurut 𝑓⊂ 𝐴×𝐵
sedemikian sehingga memenuhi:
a. ∀ 𝑥 ∈ 𝐴 ∃ 𝑦 ∈ 𝐵 ∋ (𝑥,𝑦) ∈ 𝑓
b. (𝑥,𝑦) ∈ 𝑓 dan (𝑥,𝑧) ∈ 𝑓 ⇒ 𝑦 = 𝑧
11. Jenis-jenis fungsi antara lain
a. menurut sifatnya ada tiga, yaitu:
 fungsi satu-satu (injektif)
fungsi 𝑓 dikatakan satu-satu: ∀ 𝑥1, 𝑥2 di 𝐴, 𝑥1≠𝑥2 ⟹
𝑓(𝑥1) ≠ 𝑓(𝑥2)
 fungsi pada (surjektif)
fungsi 𝑓 dikatakan surjektif : ∀ 𝑥 ∈ 𝐵, ∃ 𝑦 ∈ 𝐴 ∋ 𝑓(𝑦) = 𝑥
 fungsi bijektif
fungsi 𝑓:ℝ→ℝ dikatakan bijektif apabila fungsi 𝑓
merupakan fungsi injektif dan sekaligus surjektif
b. menurut kemonotonannya ada dua, yaitu
 fungsi naik
fungsi 𝑓 dikatakan naik: ∀ 𝑥,𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥<𝑦 ⟹ 𝑓(𝑥) < 𝑓(𝑦)
 fungsi turun
fungsi 𝑓 dikatakan turun: ∀ 𝑥,𝑦 ∈ 𝐴, 𝑥<𝑦 ⟹𝑓(𝑥)>𝑓(𝑦)
c. fungsi aljabar di antaranya
 fungsi polinomial seperti fungsi linier, fungsi
kuadrat, fungsi kubik
bentuk umum fungsi polinomial
f (x) = anxn + …+a2x2 + a1x + a0
 fungsi rasional
𝑃 (𝑥)
fungsi rasional berbentuk 𝑓(𝑥)= dengan 𝑃(𝑥) dan
𝑄 (𝑥)
𝑄(𝑥) adalah polinomial atau suku banyak dalam 𝑥
dan 𝑄(𝑥) ≠ 0; fungai rasional terbagi menjadi 2 jenis
fungsi rasional sejati dan fungsi rasional tak sejati
 fungsi irrasional
fungsi irrasional adalah fungsi aljabar yang
mengandung faktor penarikan akar. Bentuk
umumnya 𝑓(𝑥)=n√𝑔(𝑥) dengan 𝑔(𝑥) > 0
d. fungsi transenden di antaranya
 fungsi eksponen
fungsi f disebut fungsi eksponen jika diketahui 𝑎 ∈ ℝ,
𝑎 > 0 dan 𝑎≠1 fungsi 𝑓∶ℝ → ℝ, dengan 𝑓(𝑥)= 𝑎x
 fungsi logaritma
diketahui 𝑎 ∈ ℝ, 𝑎 > 0 dan 𝑎 ≠ 1 fungsi 𝑓:ℝ → ℝ, fungsi
logaritma x dengan basis a dilambangkan 𝑓(𝑥)= alog
𝑥, apabila berlaku hubungan 𝑥 = 𝑎f(x)
 fungsi trigonometri
 fungsi invers trigonometri (siklometri)
 fungsi hiperboliks
e. fungsi khusus antara lain, yaitu
 fungsi dengan nilai mutlak (modulus)
 fungsi ganjil/genap
 fungsi periodik
 fungsi tangga
12. Operasi pada fungsi
a. (𝑓+𝑔)(𝑥)=𝑓(𝑥)+𝑔(𝑥)
b. (𝑓−𝑔)(𝑥)=𝑓(𝑥)−𝑔(𝑥)
c. 𝑘𝑔(𝑥)=𝑘.𝑔(𝑥)
d. (𝑓.𝑔)(𝑥)=𝑓(𝑥).𝑔(𝑥)
𝑓 𝑓(𝑥)
e. (𝑔) (𝑥) = 𝑔(𝑥) , 𝑔(𝑥) ≠ 0
13. Diketahui fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 dengan 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓 ≠ ∅ maka
fungsi komposisi 𝑓∘𝑔 didefinisikan sebagai
(𝑓∘𝑔) (𝑥) = 𝑓 [𝑔(𝑥)] ∀ 𝑥 ∈ 𝑅𝑔 ∩ 𝐷𝑓
14. Fungsi 𝑖 : 𝐴→𝐵 dengan 𝐴 ⊂ 𝐵 disebut fungsi identitas
apabila 𝑖(𝑥) = 𝑥, ∀ 𝑥 ∈ 𝐴
15. Diketahui fungsi 𝑓: 𝐴→𝐵, jika terdapat fungsi 𝑔: 𝑅𝑓→𝐴
sehingga nilai-nilai 𝑔[𝑓(𝑥)] = 𝑥, ∀ 𝑥 ∈ 𝐴 maka fungsi 𝑔
disebut invers 𝑓 dan ditulis 𝑔 = 𝑓-1
16. Jika didefinisikan 𝑔(𝑥)=𝑎𝑥, maka berlaku 𝑓(𝑔(𝑥)) = alog(𝑎𝑥)=
𝑥, hal ini berarti 𝑔(𝑥)=𝑓−1(𝑥) yang artinya fungsi logaritma
merupakan invers dari fungsi eksponen
17. Barisan adalah suatu fungsi yang domainnya adalah
himpunan bilangan bulat positif atau bilangan asli (𝑁)
atau himpunan bagiannya
18. Suatu barisan yang daerah hasilnya (range) adalah
himpunan bagian dari himpunan bilangan real disebut
barisan bilangan real. Dengan kata lain barisan bilangan
real adalah suatu fungsi 𝑓:ℕ→ℝ
19. Definisi limit, nilai lim 𝑓(𝑥) =𝐿 maksudnya adalah jika 𝑥
𝑥→𝑐
mendekati tetapi tidak sama dengan 𝑐, maka 𝑓(𝑥)
mendekati 𝐿
20. Diketahui lim 𝑓 (𝑥) = 𝐿, lim 𝑔(𝑥) = 𝑀, dan K sembarang
𝑥→𝑎 𝑥→𝑎
bilangan real maka berlaku
a. lim (𝑓(𝑥) + 𝑔(𝑥)) = 𝐿 + 𝑀
𝑥→𝑎
b. lim 𝐾. 𝑓(𝑥) = 𝐾. 𝐿
𝑥→𝑎
c. lim 𝑓 (𝑥). 𝑔(𝑥) = 𝐿. 𝑀
𝑥→𝑎
𝑓(𝑥) 𝐿
d. lim 𝑔(𝑥) = 𝑀 , 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑀 ≠ 0
𝑥→𝑎
21. Limit fungsi trigonometri
a. lim sin 𝑥 = sin 𝑎
𝑥→𝑎
b. lim cos 𝑥 = cos 𝑎
𝑥→𝑎
c. lim tan 𝑥 = tan 𝑎
𝑥→𝑎
d. lim csc 𝑥 = csc 𝑎
𝑥→𝑎
e. lim sec 𝑥 = ses 𝑎
𝑥→𝑎
f. lim cot 𝑥 = cot 𝑎
𝑥→𝑎
sin 𝑥
g. lim =1
𝑥→0 𝑥
1−cos 𝑥
h. lim 𝑥
=0
𝑥→0
i. lim cos 𝑥 = 1
𝑥→0
tan 𝑥
j. lim 𝑥
=1
𝑥→0
22. Limit sepihak merupakan limit kiri atau kanan dari
suatu fugsi
a. limit kiri
dipunyai fungsi 𝑓:(𝑎,𝑏)→ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎,𝑏), limit
fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kiri adalah 𝐿, ditulis
dengan lim− 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0
sehingga |𝑓(𝑥)−𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐−𝛿 < 𝑥 < 𝑐
b. limit kanan
dipunyai fungsi 𝑓:(𝑎,𝑏)→ℝ, dan 𝑐 di selang (𝑎,𝑏), limit
fungsi 𝑓 untuk 𝑥 mendekati 𝑐 dari kanan adalah 𝐿,
ditulis dengan lim+ 𝑓(𝑥) = 𝐿
𝑥→𝑐
jika dan hanya jika untuk setiap 𝜀 > 0 terdapat 𝛿 > 0
sehingga |𝑓(𝑥)−𝐿| < 𝜀 apabila 𝑐 < 𝑥 < 𝑐+𝛿
23. Limit tak hingga didefinisikan sebagai berikut
a. diketahui fungsi 𝑓: ℝ – {𝑎} → ℝ
lim 𝑓(𝑥) = +∞ ⇔ ∀ M > 0 ∃ δ > 0 ∍ f(x) > M apabila 0
𝑥→𝑎
< |𝑥−𝑎 | < 𝛿
b. diketahui fungsi 𝑓: ℝ – {𝑎} → ℝ
lim 𝑓(𝑥) = −∞ ⇔ ∀ N > 0 ∃ δ > 0 ∍ f(x) < N apabila 0 <
𝑥→𝑎
|𝑥−𝑎 | < 𝛿
24. Limit di tak hingga, apabila diambil sembarang 𝜀 > 0,
terdapat bilangan 𝑀 > 0 sehingga nilai |𝑓(𝑥)−𝐿| < 𝜀
apabila 𝑥 > 𝑀 maka limit di tak hingga dapat didefinisikan
sebagai berikut
a. dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ
lim f(x) = L ⇔ ∀ ε > 0 ∃ M > 0 ∋ |f(x) − L| < ε
𝑥→+∞
apabila x > M
b. dipunyai fungsi 𝑓: ℝ → ℝ
lim f(x) = L ⇔ ∀ ε > 0 ∃ N < 0 ∋ |f(x) − L| < ε
𝑥→−∞
apabila x < N
25. Kekontinuan fungsi didefinisakan apabila diketahui
fungsi 𝑓: 𝐼→ℝ, dan 𝑐 ∈ 𝐼 maka fungsi 𝑓 dikatakan kontinu
di titik 𝑐 ⇔ lim f(x) = f(c)
𝑥→𝑐
26. Terdapat 3 syarat suatu fungsi dikatakan kontinue,
yaitu:
a. lim f(x) ada
𝑥→𝑐
b. 𝑓(𝑐) ada yaitu c ada dalam domain f
c. lim f(x) = 𝑓(𝑐)
𝑥→𝑐

KB3. Turunan dan Aplikasi Turunan


27. Turunan dari fungsi f adalah fungsi f’ dengan 𝑓 ′ (𝑥) =
𝑓(𝑥+ℎ)−𝑓(𝑥)
lim ℎ
ℎ→0
28. Kekontinuan fungsi yang diferensiabel, jika 𝑓′(𝑐) ada
maka 𝑓 kontinu pada 𝑐
29. Turunan dari fungsi konstan, dipunyai 𝑘 suatu konstanta
𝑑[𝑓(𝑥)]
real dan 𝑓: 𝐼 → ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ; jika 𝑓(𝑥) = 𝑘 ∀ 𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝑓′(𝑥) = =
𝑑𝑥
𝑑[𝑘]
= 0∀𝑥 ∈ 𝐼
𝑑𝑥
30. Turunan dari penjumlahan dan perkalian fungsi
dengan konstanta, jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔
mempunyai turunan di 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 maka (𝑓+𝑔)′(𝑥) = 𝑓′(𝑥)
+ 𝑔′(𝑥) dan (𝑘.𝑓)′(𝑥) = 𝑘.𝑓′(𝑥)
31. Turunan dari perkalian dan pembagian fungsi, Jika
fungsi 𝑓 dan 𝑔 mempunyai turunan di 𝑥 ∈ 𝐷𝑓 ∩ 𝐷𝑔 maka
a. (𝑓.𝑔)′(𝑥)=𝑓(𝑥).𝑔′(𝑥)+𝑓′(𝑥).𝑔(𝑥)
𝑓 ′ 𝑓 ′ (𝑥).𝑔(𝑥)−𝑓(𝑥).𝑔 ′(𝑥)
b. (𝑔) (𝑥) = [𝑔(𝑥)]2
; 𝑔(𝑥) ≠ 0

32. Turunan dari xn, jika 𝑓:𝐼→ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥) = 𝑥𝑛 dengan


𝑛 bilangan bulat tak nol maka
′( )
𝑑[𝑥 𝑛 ]
𝑓 𝑥 = = 𝑛𝑥 𝑛−1
𝑑𝑥
33. Turunan dari fungsi trigonometri

34. Aturan rantai didasari dari turunan fungsi komposisi,


𝑑𝑦 𝑑𝑦 𝑑𝑢
= .
𝑑𝑥 𝑑𝑢 𝑑𝑥
𝑚
35. Turunan fungsi implisit, jika 𝑓:𝐼→ℝ, 𝐼 ⊂ ℝ dan 𝑓(𝑥)= 𝑥 𝑛
dengan m dan n bilangan bulat tak nol maka
𝑚
𝑑[𝑥 𝑛 ] 𝑚 𝑚
𝑓′(𝑥) = 𝑑𝑥
= 𝑛
= 𝑥 𝑛 −1
36. Turunan fungsi invers

37. Turunan fungsi invers trigonometri

38. Nilai ekstrim yang mencakup nilai ekstrim maksimum


dan minimum. Suatu nilai disebut nilai ekstrim mutlak
dari suatu fungsi jika nilai tersebut merupakan nilai
ekstrim fungsi pada domain fungsi tersebut, sedangkan
suatu nilai disebut nilai ekstrim relatif dari suatu fungsi
jika nilai tersebut merupakan nilai ekstrim fungsi pada
suatu selang yang merupakan himpunan bagian dari
domain fungsi tersebut
39. Apabila 𝑐 suatu nilai ekstrim dari fungsi 𝑓 maka 𝑐
haruslah merupakan bilangan kritis fungsi 𝑓 dan 𝑐
memenuhi salah satu dari: 𝑐 merupakan titik ujung 𝐼, 𝑐
merupakan titik stationer 𝑓, atau 𝑐 merupakan titik
singular 𝑓
40. Teorema nilai rata-rata menjamin adanya nilai 𝑐 ∈ (𝑎,𝑏)
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)
di mana 𝑓 ′ (𝑐) = 𝑏−𝑎
41. Kemonotonan grafik fungsi dapat dilihat dari nilai
turunan pertama fungsi tersebut yaitu jika 𝑓′(𝑥) > 0
untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan di titik ujung maka grafik
𝑓 naik pada 𝐼 dan jika 𝑓′(𝑥)<0 untuk setiap 𝑥∈𝐼 yang
bukan di titik ujung maka grafik 𝑓 turun pada 𝐼
42. Penentuan nilai ekstrim suatu fungsi dapat dilakukan
dengan uji turunan pertama yaitu Jika 𝑓′(𝑥) ada pada
selang (𝑐−ℎ,𝑐+ℎ) untuk suatu ℎ>0 kecuali mungkin di titik
𝑐 sendiri maka 𝑓(𝑐) ekstrim relatif jika dan hanya jika
tanda 𝑓′(𝑥) berganti tanda di 𝑥 = 𝑐
43. Kecekungan grafik fungsi dapat diperiksa menggunakan
turunan kedua dari fungsi tersebut. Kriterianya adalah
grafik 𝑓 cekung ke atas pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥) > 0 ∀ 𝑥 ∈ 𝐼
yang bukan titik ujung 𝐼 dan grafik 𝑓 cekung ke bawah
pada 𝐼 apabila 𝑓′′(𝑥) < 0 ∀ 𝑥 ∈ 𝐼 yang bukan titik ujung 𝐼
44. Penentuan nilai ekstrim juga dapat dilakukan dengan uji
turunan kedua dengan syarat 𝑓′(𝑥) dan 𝑓′′(𝑥) ada pada 𝐼.
Kriteria yang digunakan yaitu: 𝑓′′(𝑥) < 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu
maksimum relatif 𝑓, 𝑓′′(𝑥) > 0 ⇒ 𝑓(𝑎) suatu minimum
relatif 𝑓, dan 𝑓′′(𝑥)= 0 ⇒ tidak ada kesimpulan

KB4. Antiturunan, Integral, dan Aplikasi Integral


45. Antiturunan, dipunyai 𝐹:𝐼⟶𝑅 dan 𝑓: 𝐼⟶𝑅, jika 𝐹′(𝑥)=𝑓(𝑥)
untuk setiap 𝑥 ∈ 𝐼 maka 𝐹 disebut suatu anti turunan 𝑓
pada selang 𝐼
46. Kelinieran, dipunyai 𝑓 dan 𝑔 fungsi-fungsi yang
mempunyai turunan dan 𝐾 suatu konstanta maka
berlaku

47. Teorema penggantian merupakan balikan dari aturan


rantai, apabila diketahui 𝑔 mempunyai turunan pada 𝐷𝑔
dan 𝑅𝑔 ⊂ 𝐼 dengan 𝐼 adalah suatu selang. Jika 𝑓
terdefinisi pada selang 𝐼 sehingga 𝐹′(𝑥)=𝑓(𝑥), maka ∫𝑓[𝑔(𝑥)]
𝑔′(𝑥) 𝑑𝑥 = 𝐹[𝑔(𝑥)] + 𝐶
48. Integral parsial didefinisikan: jika U dan V adalah
fungsi-fungsi yang mempunyai turunan pada selang
buka 𝐼, maka
∫𝑈. 𝑑𝑉 = 𝑈.𝑉 − ∫𝑉. 𝑑𝑈
49. Teknik pengintregalan untuk fungsi-fungsi yang
mempunyai turunan pada selang tertentu dan K suatu
konstanta maka berlaku
50. Dua langkah baku dalam induksi matematika, yaitu
a. P (1) benar
b. P (k +1) benar apabila P (k) benar
51. Jumlah Riemann, dipunyai [𝑎,𝑏] suatu selang tutup.
Suatu partisi 𝑃𝑛 untuk selang [𝑎,𝑏] adalah sebarang
himpunan yang terdiri (𝑛+1) bilangan {𝑥0,𝑥1,𝑥2,…,𝑥𝑛},
dengan 𝑎 = 𝑥0 < 𝑥1 < 𝑥2 < ⋯ < 𝑥n = 𝑏
52. Pengertian integral tertentu sebagai limit jumlah
Riemann, dipunyai fungsi 𝑓:[𝑎,𝑏]→ℝ, Jika
𝑛
lim ∑𝑖=1 𝑓(𝑡𝑖 ). ∆𝑖 𝑥 ada, maka dikatakan fungsi f
‖P‖→0
terintegralkan secara Riemann pada selang [𝑎,𝑏],
selanjutnya ditulis

yang disebut integral tertentu (integral Riemann) fungsi


𝑓 dari 𝑎 ke 𝑏
53. Integral tertentu dari fungsi 𝑓 pada selang [𝑎, 𝑏] dapat
diperluas untuk kasus 𝑏 = 𝑎 atau 𝑎 > 𝑏 yang didefinisikan
sebagai berikut
𝑎
a. jika 𝑓(𝑎) terdefinisi maka ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = 0
𝑎 𝑎
b. jika 𝑎 > 𝑏 dan ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 terdefinisi, maka ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 =
𝑏
− ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
54. Kelinearan, jika fungsi-fungsi 𝑓 dan 𝑔 terintegral pada
selang [𝑎, 𝑏], maka fungsi-fungsi (𝑓 + 𝑔) dan 𝐾. 𝑓 dengan
𝐾 konstanta terintegralkan

55. Sifat penjumlahan selang, Jika fungsi 𝑓 kontinu pada


suatu selang yang memuat 𝑎,𝑏, dan 𝑐 maka
𝑏 𝑐 𝑏
∫𝑎 f(x) 𝑑𝑥 = ∫𝑎 f(x)𝑑𝑥 + ∫𝑐 f(x)𝑑𝑥
56. Teorema dasar kalkulus 1, Jika 𝑓 kontinu pada selang
𝑥
𝑑[∫ f(t)dt]
[𝑎,𝑏] dan 𝑥 suatu titik dalam [𝑎,𝑏], maka 𝑎𝑑𝑥 = 𝑓(𝑥)
57. Teorema nilai rata-rata untuk integral, jika 𝑓 kontinu
pada selang [𝑎,𝑏] dan maka terdapat suatu bilangan 𝑐
antara 𝑎 dan 𝑏 sedemikian hingga
𝑏 𝑏
1
𝑓 (𝑐) = ∫ 𝑓(𝑡)𝑑𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 ∫ 𝑓 (𝑡)𝑑𝑡 = 𝑓(𝑐)(𝑏 − 𝑎)
𝑏−𝑎 𝑎 𝑎
58. Teorema substitusi dalam integral tertentu, jika 𝑔
mempunyai turunan kontinu pada [𝑎,𝑏] dan 𝑓 kontinu
𝑏
pada daerah nilai 𝑔 maka ∫𝑎 𝑓(𝑔(𝑥))𝑔′ (𝑥)𝑑𝑥 =
𝑔(𝑏)
∫𝑔(𝑎) 𝑓(𝑢)𝑑𝑢 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑢 = 𝑔(𝑥)
59. Teorema dasar kalkulus 2, Jika 𝑓(𝑥) kontinu pada [𝑎,𝑏],
𝑏
𝐹(𝑥) sebarang antiturunan 𝑓(𝑥), maka ∫𝑎 f(x) 𝑑𝑥 = 𝑭(𝒃) −
𝑭(𝒂)
60. Aplikasi integral
a. luas daerah pada bidang datar
dipunyai D adalah daerah yang dibatasi oleh grafik
fungsi 𝑓 dengan 𝑓(𝑥)≥0 untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏], 𝑥 = 𝑎,𝑥
= 𝑏, dan Sb-X, jika L adalah luas daerah D maka 𝐿 =
𝑏
∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥, apabila 𝑓(𝑥)<0 untuk semua 𝑥∈[𝑎,𝑏] maka
𝑏
luas daerah D menjadi 𝐿 = − ∫𝑎 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
b. volume benda putar
 metode cakram, yang diawali dengan membuat
partisi untuk selang [a,b], lalu pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈
[𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ] selanjutnya volume cakram dapat
ditentukan menggunakan rumus
𝑏
𝑉𝑖 = 𝜋. [𝑓 (𝑡𝑖 )]2 . ∆𝑖 𝑥 sehingga 𝑉 = 𝜋 ∫𝑎 [𝑓(𝑥)]2 𝑑𝑥
 metode cincin, dengan membuat partisi untuk
selang [a,b], lalu pilih titik sampel 𝑡𝑖 ∈ [𝑥𝑖−1, 𝑥𝑖 ]
selanjutnya volume cincin dapat ditentukan
menggunakan rumus
𝑏
𝑉 = 𝜋 ∫ [[𝑔(𝑥)]2 − [ℎ(𝑥)]2 ] 𝑑𝑥
𝑎
 metode sel silinder (kulit tabung) dengan
𝑏
menggunakan rumus 𝑉 = 2𝜋 ∫𝑎 𝑥. 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥
c. panjang busur suatu grafik fungsi, panjang busur
grafik 𝑓 dari titik 𝑃0 (𝑎, 𝑓(𝑎)) sampai titik 𝑃𝑛(𝑏, 𝑓(𝑏))
ialah
𝑏
𝐽 = ∫ √1 + [𝑓 ′ (𝑥)]2 𝑑𝑥
𝑎
d. luas permukaan benda putar
𝑏
𝑆 = 2𝜋. ∫ 𝑓 (𝑥). √1 + [𝑓 ′ (𝑥)]2 𝑑𝑥
𝑎
2 Daftar materi 1. Integral trigonometri
yang sulit 2. Invers fungsi trigonometri
dipahami di 3. Integral parsial
modul ini
3 Daftar materi 1. Integral parsial
yang sering 2. Integral substitusi
mengalami
miskonsepsi
Modul : 4 (Kombinatorika dan Statistika)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Kombinatorika dan Statistika


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan Kombinasi
2. Teori Peluang
3. Ukuran Pemusatan Data dan Penyebaran
4. Pembelajaran Kombinatorika dan Statistika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi KB1. Kaidah Pencacahan, Permutasi dan
yang dipelajari Kombinasi
1. Kaidah Pencacahan dan Penjabaran Binomial
Newton
a. Aturan pengisian tempat (filling slots)
Banyaknya cara mengisi tempat adalah
𝑘1×𝑘2×𝑘3×… ×𝑘𝑛. Cara ini disebut sebagai
aturan pengisian tempat dan sering disebut
dengan kaidah perkalian.
b. Kaidah perkalian
Berlaku bagi penyusunan atau pemilihan objek
yang dilakukan beberapa tahap dan
dilaksanakan sekaligus. Pada setiap tahap
dimungkinkan beberapa cara (alternatif)
penyusunan atau pemilihan.
c. Kaidah penjumlahan
Berlaku untuk tindakan pemilihan atau
penyusunan dilakukan dalam beberapa tahap
pemilihan atau penyusunan yang tidak
dilaksanakan sekaligus, akan tetapi dilakukan
berdasarkan salah satu tahap.
2. Permutasi
Untuk setiap 𝑛 bilangan asli, didefinisikan :
Notasi 𝑛!
dibaca 𝑛 faktorial
1) Permutasi dari Unsur-unsur Yang Berbeda
Banyaknya permutasi 𝑟 obyek yang diambil dari
𝑛 obyek berbeda, dengan 𝑟 ≤ 𝑛 adalah 𝑃𝑟𝑛 yang
didefinisikan dengan :

2) Permutasi Yang Memuat Beberapa Unsur Sama


Banyaknya permutasi n unsur yang memuat k
unsur yang sama, m unsur yang sama dan p
unsur yang sama dengan 𝑘 + 𝑚 + 𝑝 ≤ 𝑛
ditentukan dengan rumus :

3) Permutasi Siklis
permutasi siklis dari n unsur tersebut
dirumuskan dengan : 𝑃(𝑠𝑖𝑘𝑙𝑖𝑠) = (𝑛 − 1)!
3. Kombinasi
Kata kunci yang membedakan antara kombinasi
dan permutasi adalah memperhatikan atau tidak
memperhatikan urutan.
Banyaknya kombinasi 𝑟 unsur yang diambil dari 𝑛
unsur yang tersedia dengan 𝑟 ≤ 𝑛 dirumuskan
dengan:

Banyaknya kombinasi r elemen yang diambil dari


n elemen dapat ditulis C(n,r) atau nCr atau atau
𝑛
( ) atau 𝐶𝑟𝑛 .
𝑟
a. Kombinasi dengan pengulangan
Banyaknya cara adalah
𝑛+𝑟−1 𝑛+𝑟−1
C(n − 1 + r, r) = ( )=( )
𝑟−1 𝑛
b. Binom Newton
Jika (𝑎 + 𝑏)𝑛 kita jabarkan akan didapat rumus
sebagai berikut :

atau dapat juga ditulis

KB2. Teori Peluang


4. Percobaan dan Peluang Suatu Kejadian
Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian
disebut percobaan.
Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang
berhingga banyaknya dan setiap titik sampel
mempunyai kesempatan untuk muncul yang
sama, dan A suatu kejadian munculnya percobaan
tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan
dengan :

P(A) = Peluang muncul A


n(A) = banyaknya titik sampel kejadian A
n(S) = banyaknya titik sampel pada ruang sampel S
4. Frekuensi Harapan (Fh)
Frekuensi harapan suatu kejadian pada suatu
percbaan adalah hasil kali peluang dengan
frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus
: 𝐹ℎ(𝐴) = 𝑃(𝐴) 𝑥 𝑛
5. Kepastian dan Kemustahilan
Peluang suatu kejadian mempunyai nilai 0 ≤ P ≤
1, artinya jika P = 0 maka kejadian dari suatu
peristiwa adalah mustahil atau tidak pernah
terjadi, dan jika P = 1 maka suatu peristiwa pasti
terjadi.
6. Komplemen dari Suatu kejadian
Jika Ac menyatakan komplemen dari kejadian A,
maka :
P(Ac ) = 1 – P(A)
7. Kejadian Majemuk
a. Prinsip Inklusi Eksklusi
Prinsip Inklusi dan Eksklusi (PIE) adalah
bentuk paling umum dari prinsip penambahan
pada himpunan.
b. Peluang Kejadian yang Saling Lepas
Dua kejadian disebut saling lepas jika irisan
dari dua kejadian itu merupakan himpunan
kosong, atau dapat ditulis kejadian A dan B
saling lepas jika A ∩ B = ∅.
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵)– 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵),
Jika A dan B lepas maka A ∩ B = ∅, sehingga
𝑃(𝐴 ∩ 𝐵) = 0, diperolah
𝑃 (𝐴 ∪ 𝐵) = 𝑃(𝐴) + 𝑃(𝐵).
c. Peluang Bersyarat
Jika A dan B adalah dua kejadian dalam ruang
sampel S dan P(A) ≠ 0, maka peluang bersyarat
dari B yang diberikan A didefinisikan sebagai :

d. Kejadian Saling Bebas (Stokastik)


jika A dan B saling bebas maka P(A∩B)=P(A)
P(B).
8. Fungsi Distribusi Peluang Seragam Diskret
Bila peubah acak X yang bernilai x1, x2, . . . , xk,
dengan peluang yang sama maka fungsi distribusi
seragam diskret diberikan oleh

9. Fungsi Dsitribusi Peluang Binomial


Banyaknya sukses X dalam n usaha suatu
percobaan binomial disebut suatu peubah acak
binomial. Bila suatu usaha binomial dapat
menghasilkan sukses dengan peluang p dan gagal
dengan peluang q=1-p, maka fungsi distribusi
peluang peubah acak binomial X, yaitu banyaknya
sukses dalam n usaha bebas, ialah

10. Fungsi Distribusi Peluang Hipergeometri


Fungsi Distribusi Peluang Hipergeometri
dinyatakan dalam bentuk:

Keterangan:
𝑁= ukuran populasi
𝑛= ukuran sampel
𝑘= banyaknya unsur yang sama populasi
𝑥= banyaknya peristiwa sukses
KB3. Ukuran Pemusatan Data dan Penyebaran
11. Distribusi Frekuensi
Ada beberapa cara menyusun data, yaitu :
 Distribusi frekuensi kuantitatif, yaitu
penyusunan data menurut besarnya
(kuantitasnya).
 Distribusi frekuensi kualitatif (kategori), yaitu
penyusunan data menurut kualitasnya
(kategorinya).
 Runtun waktu (time series), yaitu penyusunan
data menurut waktu terjadinya.
 Distribusi spasial, yaitu penyusunan data
menurut tempat geografisnya.
a. Penyusunan Distribusi Frekuensi
Berikut ini akan disajikan bagaimana cara
menyusun distribusi kuantitatif, yaitu :
1) Tentukan banyak dan lebar inteval kelas.
2) Interval-interval kelas tersebut diletakkan
dalam suatu kolom, diurutkan dari interval
kelas terendah pada kolom paling atas dan
seterusnya.
3) Data diperiksa dan dimasukkan ke dalam
interval kelas yang sesuai.
b. Penggambaran Distribusi Frekuensi
1) Histogram
Untuk menggambar grafik ini interval kelas
diletakkan pada sumbu X dan frekuensinya
pada sumbu Y.
2) Poligon
Cara menggambar Poligon sebagai berikut.
a) Absis : titik tengah interval kelas.
b) Ordinat : frekuensi interval kelas.
c) Hubungkan titik-titik tersebut dengan
garis lurus.
3) Ogive
Grafik ini merupakan penghalusan poligon.
Cara menggambar distribusi kumulatif
sebagai berikut.
a) Absis: batas interval kelas.
b) Ordinat:frekuensi interval kelas.
c) Hubungkan antar titik-titik tersebut.
12. Ukuran Pemusatan
Ukuran Pemusatan dari sekumpulan data adalah
nilai tunggal yang representatif bagi keseluruhan
nilai data atau dapat menggambarkan distribusi
data itu, khususnya dalam hal letaknya
(lokasinya).
a. Mean dan Mean Terbobot
1) Data tidak dikelompokkan
Jika suatu sampel berukuran n dengan
elemen x1, x2, ..., xn maka mean sampel
adalah
atau
Misal v1, v2, ... , vk adalah himpunan k nilai
dan w1, w2, ..., wk bobot yang diberikan
kepada mereka maka mean terbobot adalah

atau
2) Data dikelompokkan
Mean dari data yang dikelompokkan adalah

dengan xi : titik tengan interval kelas ke-i


fi : frekuensi interval kelas ke-i
n : banyaknya data
b. Median
Median dari sekumpulan data adalah nilai yang
berada di tengah dari sekumpulan data itu
setelah diurutkan menurut besarnya.
1) Data yang tidak dikelompokkan
Jika banyaknya data ganjil maka :

Jika banyaknya data genap :

2) Data yang dikelompokkan


Rumus untuk menghitung median adalah

dengan Lmd : batas bawah interval median


n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval
sebelum interval median
fmd:frekuensi interval median
c : lebar interval
Interval median adalah interval dimana
median itu berada, diperoleh dengan
menghitung harga yang nomor ke-n/2
menurut urutan frekuensinya dari atas ke
bawah (dari bawah ke atas).
c. Kuartil
Kuartil dari sekumpulan data adalah nilai-nilai
yang membagi empat secara sama dari
sekumpulan data itu setelah diurutkan
menurut besarnya.
1) Data yang tidak dikelompokkan

2) Data yang dikelompokkan


Rumus untuk menghitung Kuartil adalah

Dengan
LK1 : batas bawah interval Kuartil I
Lmd : batas bawah interval median
LK2 : batas bawah interval Kuartil III
n : banyak data
F : jumlah frekuensi interval-interval
sebelum interval Kuartil
fK1 : frekuensi interval Kuartil I
fmd : frekuensi interval median
fK3 : frekuensi interval Kuartil III
c : lebar interval
Interval Kuartil adalah interval dimana
Kuartil itu berada.
d. Modus
Modus dari sekumpulan data adalah nilai yang
sering muncul atau nilai yang mempunyai
frekuensi tertinggi dalam kumpulan data itu.
1) Data tidak dikelompokkan
Contoh 19.
Berat badan 6 orang dewasa sebagai
berikut.
55 57 58 60 60 65
Modus berat badan mahasiswa di atas
adalah 60 karena 60 muncul 2 kali.
2) Data dikelompokkan

dengan
Lmo : batas bawah interval modus
a : beda frekuensi antara interval modus
dengan interval sebelumnya
b : beda frekuensi antara interval modus
dengan interval sesudahnya.
c : lebar interval Interval modus
interval modus adalah interval yang
mempunyai frekuensi tertinggi.
13. Hubungan Mean, Median, dan Modus
Untuk mendapatkan data dengan mean, median
dan modus yang sama adalah sukar dalam
praktik, sering kali ketiganya mempunyai nilai
yang berlainan. Data yang mempunyai mean,
median dan modus yang sama mempunyai
distribusi simetris. Sedangkan yang mempunyai
mean, median dan modus tidak sama mempunyai
distribusi yang tidak simetris atau condong baik ke
kiri ataupun ke kanan.
14. Ukuran Penyebaran/ Dispersi
a. Jangkauan
Jangkauan adalah selisih data terbesar dan
terkecil.
b. Deviasi rata-rata
Deviasi rata-rata adalah harga rata-rata
penyimpangan tiap data terhadap meannya.
1) Data tidak dikelompokkan
Misalnya x1, x2, ... , xn adalah sekumpulan
data dengan mean x, maka deviasi rata-
ratanya adalah

2) Data dikelompokkan
Deviasi rata-rata untuk data yang
dikelompokkan, dihitung dengan rumus :

dengan xi : titik tengah inteval kelas ke-i


fi : frekuensi interval kelas ke-i
n : banyak data
15. Variansi dan Deviasi Standar (Simpangan Baku)
Variansi sampel didefinisikan sebagai jumlah
kuadrat deviasi terhadap mean sampel dibagi 𝑛 −
1, yaitu :
1) Data tidak dikelompokkan

Deviasi standar (simpangan baku) sampel


didefinisikan sebagai akar positif dari variansi
sampel, yaitu :
Varians populasi disimbolkan 𝜎2 dihitung
dengan rumus :

2) Data dikelompokkan

Deviasi standar sampel didefinisikan sebagai


akar positif dari variansi sampel, yaitu :

KB4. Pembelajaran Kombinatorika dan Statistika


16. Istilah Pengetahuan Faktual, Konseptual,
Prosedural, dan Metakognitif untuk Tingkat
SMA/MA/SMALB/ Paket C
a. Faktual adalah pengetahuan teknis dan
spesifik, detail dan kompleks berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa,
negara,kawasan regional, dan internasional.
b. Konseptual adalah terminologi/istilah dan
klasifikasi, kategori, prinsip, generalisasi, teori,
model, dan struktur yang digunakan terkait
dengan pengetahuan teknis dan spesifik, detail
dan kompleks berkenaan dengan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
c. Prosedural adalah pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait
dengan pengetahuan teknis, spesifik,
algoritma, metode, dan kriteria untuk
menentukan prosedur yang sesuai berkenaan
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya, terkait dengan masyarakat dan
lingkungan alam sekitar, bangsa, negara,
kawasan regional, dan internasional.
d. Metakognitif adalah pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan
menggunakannya dalam mempelajari
pengetahuan teknis, detail, spesifik, kompleks,
kontekstual dan kondisional berkenaan dengan
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
terkait dengan masyarakat dan lingkungan
alam sekitar, bangsa, negara, kawasan
regional, dan internasional.
17. Arti 4C (Communication, Collaborative, Critical
Thinking, Dan Creativity)
a. Communication (Komunikasi) adalah sebuah
kegiatan mentransfer sebuah informasi baik
secara lisan maupun tulisan.
b. Collaborative (Kolaboratif) adalah kemampuan
berkolaborasi atau bekerja sama, saling
bersinergi, beradaptasi dalam berbagai peran
dan tanggungjawab, bekerja secara produktif
dengan yang lain, menempatkan empati pada
tempatnya; menghormati perspektif berbeda.
c. Critical Thinking (Berpikir Kritis) adalah
kemampuan untuk memahami sebuah
masalah yang rumit, mengkoneksikan
informasi satu dengan informasi lain, sehingga
akhirnya muncul berbagai perspektif, dan
menemukan solusi dari suatu permasalahan.
d. Creativity and Innovation (Kreativitas dan
Inovasi) adalah kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada
yang lain, bersikap terbuka dan responsif
terhadap perspektif baru dan berbeda.
18. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model
pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
masalah nyata sehingga diharapkan siswa dapat
menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuhkembangkan inkuiri dan keterampilan
tingkat tinggi, memandirikan siswa, serta
meningkatkan kepercayaan dirinya.
Sintaks model Problem Based Learning (PBL)
sebagai berikut.
Tahap 1 Orientasi siswa kepada Masalah
Tahap 2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Tahap 3 Membantu penyelidikan mandiri dan
kelompok
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya serta memamerkannya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
19. Discovery Learning (DL)
Model discovery merupakan pembelajaran yang
menekankan pada pengalaman langsung dan
pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide
penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui
keterlibatan siswa secara aktif dalam
pembelajaran.
Berikut sintaks model Discovery Learning (DL).
Tahap 1 Stimulation
Tahap 2 Problem statement
Tahap 3 Data collection
Tahap 4 Data processing
Tahap 5 Verification
Tahap 6 Generalization
20. Project Based Learning (PjBL)
Project Based Learning adalah sebuah model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-
kegiatan yang kompleks (Trianto, 2014).
Berikut sintaks model Project Based Learning
(PjBL).
Tahap 1 Penentuan penugasan proyek
Tahap 2 Menyusun rencana proyek
Tahap 3 Menyusun jadwal
Tahap 4 Monitoring
Tahap 5 Menguji Hasil
Tahap 6 Evaluasi pengalaman
21. Literasi atau melek matematis didefinisikan
sebagai kemampuan seseorang individu
merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan
matematika dalam berbagai konteks. Termasuk di
dalamnya bernalar secara matematis dan
menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat
matematika dalam menjelaskan serta memprediksi
fenomena.
22. Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)
adalah Program pendidikan di sekolah untuk
memperkuat karakter siswa melalui harmonisasi
olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga
dengan dukungan pelibatan publik dan kerja sama
antara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang
merupakan bagian dari Gerakan Nasional Revolusi
Mental (GNRM).
Terdapat lima karakter utama prioritas KPK di
sekolah. Kelima karakter utama tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Religius
Sikap religius mencerminkan keberimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Integritas
Integritas artinya selalu berupaya menjadikan
dirinya sebagai orang yang bisa dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
c. Mandiri
Mandiri artinya tidak bergantung pada orang
lain dan menggunakan tenaga, pikiran, dan
waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi,
dan cita-cita. Mandiri erat hubungannya
dengan kesuksesan seseorang
d. Nasionalis
Nasionalis berarti menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan kelompok.
e. Gotong royong
Gotong royong menerminkan tindakan
mengahargai kerja sama dan bahu membahu
menyelesaikan persoalan bersama.
2 Daftar materi yang 1. Binomial Newton
sulit dipahami di 2. Ukuran Pemusatan
modul ini
3 Daftar materi yang 3. Binomial Newton
sering mengalami 4. Ukuran Pemusatan
miskonsepsi
Modul : 5 (Bilangan)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Bilangan


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima,
Kelipatan Bilangan
2. Kongruensi Modulo
3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret
4. Induksi Matematika
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Garis besar materi KB1. Keterbagian, Faktor Bilangan, Bilangan Prima,
yang dipelajari Kelipatan Bilangan
1. Bilangan bulat 𝑎 membagi habis bilangan bulat 𝑏
(ditulis 𝑎|𝑏) apabila terdapat bilangan bulat 𝑘
sehingga 𝑏 =𝑎𝑘, jika a tidak membagi habis b maka
dituliskan a ∤ b
2. Teorema-teorema tentang keterbagian
a. jika 𝑎|𝑏 dan 𝑏|𝑐 maka 𝑎|𝑐
jika 𝑎|𝑏 dan 𝑎|(𝑏 + 𝑐) maka 𝑎|𝑐
b. jika 𝑝|𝑞 maka 𝑝|𝑞𝑟 untuk semua 𝑟 ∈ 𝑍
c. jika 𝑝|𝑞 dan 𝑝|𝑟 maka 𝑝|𝑞 + 𝑟
3. Suatu bilangan bulat 𝑑 disebut faktor persekutuan
dari 𝑎 dan 𝑏 apabila 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏
4. Bilangan bulat positif 𝑑 disebut FPB dari 𝑎 dan 𝑏 jika
dan hanya jika
a. 𝑑|𝑎 dan 𝑑|𝑏
b. jika 𝑐|𝑎 dan 𝑐|𝑏 maka 𝑐≤ 𝑑
faktor persekutuan terbesar dari 𝑎 dan 𝑏 dinotasikan
dengan 𝐹𝑃𝐵(𝑎,𝑏)
5. Teorema-teorema mengenai FPB
a. jika 𝐹𝑃𝐵 (𝑎,𝑏)=𝑑 maka 𝐹𝑃𝐵 (𝑎:𝑑,𝑏:𝑑)=1
b. jika 𝑏=𝑞𝑎+𝑟, maka 𝐹𝑃𝐵 (𝑏,𝑎)=𝐹𝑃𝐵 (𝑎,𝑟)
c. untuk setiap bilangan bulat tak nol 𝑎 dan 𝑏
terdapat bilangan bulat 𝑚 dan 𝑛 sedemikian
sehingga 𝐹𝑃𝐵(𝑎,𝑏) = 𝑎𝑚+𝑏𝑛
d. jika 𝑑|𝑎𝑏 dan 𝐹𝑃𝐵(𝑑,𝑎)=1, maka 𝑑|𝑏
6. Bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏 disebut relatif prima (saling
prima) jika 𝐹𝑃𝐵 (𝑎,𝑏)=1
7. Algoritma pembagian bilangan bulat, untuk setiap
bilangan bulat positif 𝑎 dan 𝑏 terdapat dengan
tunggal bilangan bulat 𝑞 dan 𝑟 sedemikian sehingga
𝑏=𝑞𝑎+𝑟 dengan 0 ≤ 𝑟 < 𝑎
8. Bilangan prima adalah bilangan asli hanya memiliki
2 faktor yakni 1 dan bilangan itu sendiri
9. Beberapa teorema mengenai bilangan prima
a. Jika sisa pembagian 𝑏 oleh 𝑎 relatif prima dengan
𝑎, maka 𝑏 relatif prima dengan 𝑎
b. Setiap bilangan positif yang lebih besar dari 1
dapat dibagi oleh suatu bilangan prima
c. Setiap bilangan bulat 𝑛>1 merupakan bilangan
prima atau 𝑛 dapat dinyatakan sebagai perkalian
bilangan-bilangan prima tertentu
10. Bilangan komposit (bilangan tersusun) adalah
bilangan bulat positif yang lebih besar dari 1 dan
bukan bilangan prima
11. jika 𝑛 suatu bilangan komposit maka 𝑛 memiliki
faktor 𝑘 dengan 1 < 𝑘 ≤ √𝑛
12. Jika 𝑎1, 𝑎2,…,𝑎n bilangan bulat dengan 𝑎I ≠ 0 untuk
𝑖=1,2,…,𝑛, maka kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari bilangan-bilangan tersebut adalah
bilangan bulat positif terkecil di antara kelipatan-
kelipatan persekutuan dari 𝑎1, 𝑎2,…,𝑎n
13. Teorema mengenai KPK
a. jika b suatu kelipatan dari 𝑎1, 𝑎2,…,𝑎n maka KPK
[𝑎1, 𝑎2,…,𝑎n] |b
b. jika 𝑚 > 0 maka 𝐾𝑃𝐾 [𝑚𝑎, 𝑚𝑏] = 𝑚 × 𝐾𝑃𝐾 [𝑎,𝑏]
c. jika 𝑎 dan 𝑏 bilangan-bilangan bulat positif, maka
𝐾𝑃𝐾[𝑎,𝑏] × 𝐹𝑃𝐵(𝑎,𝑏)=𝑎𝑏

KB2. Kongruensi Modulo


14. Kekongruenan, didefinisikan jika 𝑚 suatu bilangan
bulat positif membagi 𝑎−𝑏 maka dikatakan 𝑎 kongruen
terhadap 𝑏 modulo 𝑚 dan ditulis 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
15. Untuk sebarang bilangan bulat 𝑎 dan 𝑏, 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
jika dan hanya jika 𝑎 dan 𝑏 memiliki sisa yang sama
jika dibagi 𝑚
16. Kekongruenan sebagai relasi ekivalen, Untuk 𝑚
bilangan bulat positif dan 𝑝,𝑞, dan 𝑟 bilangan bulat,
berlaku
a. sifat reflektif
𝑝 ≡ 𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. sifat simetris
p ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika 𝑞 ≡ 𝑝 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. sifat transitif
jika 𝑝 ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑞 ≡ 𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑝 ≡ 𝑟
(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
17. Jika 𝑝,𝑞,𝑟, dan 𝑚 adalah bilangan-bilangan bulat
dan 𝑚 > 0 sedemikian hingga 𝑝 ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚), maka
a. 𝑝 + 𝑟 ≡ 𝑞 + 𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. 𝑝 – 𝑟 ≡ 𝑞 – 𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
18. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐 ≡ 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka
a. 𝑎 + 𝑐 ≡ 𝑏 + 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
b. 𝑎 - 𝑐 ≡ 𝑏 - 𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
c. 𝑎𝑐 ≡ 𝑏𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
19. Jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑐≡𝑑 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑥 + 𝑐𝑦 ≡ 𝑏𝑥
+ 𝑑𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
20. Jika 𝑝 ≡ 𝑝𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑝𝑟 ≡ 𝑞𝑟 (𝑚𝑜𝑑 𝑚𝑟)
21. Jika 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎𝑛 ≡ 𝑏𝑛 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk 𝑛
bilangan bulat positif
22. Misalkan 𝑓 suatu polinom dengan koefisien bilangan
bulat, yaitu
𝑓(𝑥) = 𝑑0xn + 𝑑1xn-1 + 𝑑2xn-2 + … + 𝑑n-1x + 𝑑n
Dengan 𝑑0, 𝑑1, …, 𝑑𝑛 masing-masing bilangan bulat,
jika 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑓(𝑎) ≡ 𝑓(𝑏)(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
23. Jika 𝑎 suatu solusi 𝑓(𝑥) ≡ 0 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) dan 𝑎 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
maka 𝑏 juga solusi 𝑓(𝑥) itu
24. Jika 𝑑|𝑚 dan 𝑎≡𝑏(𝑚𝑜𝑑 𝑚) maka 𝑎≡𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑑)
25. Misalkan (𝑎,𝑚)= 𝑑, 𝑎𝑥 = 𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya
𝑚
jika 𝑥≡ 𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑑 )
26. Misalkan (𝑎,𝑚)=1, 𝑎𝑥 ≡ 𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) jika dan hanya jika
𝑥≡ 𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
27. Jika 𝑎𝑥≡𝑎𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝) dengan 𝑝∤𝑎 dan 𝑝 bilangan basit,
maka 𝑥≡𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
28. Diketahui bilangan-bilangan bulat 𝑎, 𝑝, 𝑞, 𝑚, dan
𝑚>0
𝑚
a. 𝑎𝑝 ≡ 𝑎𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) ⟺ 𝑝 ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 (𝑎,𝑚)
)
b. 𝑝 ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚1) dan 𝑝 ≡ 𝑞 (𝑚𝑜𝑑 𝑚2) jika dan hanya
jika 𝑝 ≡ 𝑞(𝑚𝑜𝑑 [𝑚1, 𝑚2])
29. Sistem residu, suatu himpunan {𝑥1, 𝑥2 ,…, 𝑥k}
disebut suatu sistem residu lengkap modulo m, jika
dan hanya jika untuk setiap y dengan 0 ≤ 𝑦 < 𝑚, ada
satu dan hanya satu 𝑥 dengan 1 ≤ 𝑖 < 𝑚, sedemikian
hingga 𝑦 ≡ 𝑥 (𝑚𝑜𝑑 𝑚) atau 𝑥≡ 𝑦 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
30. Suatu himpunan bilangan bulat {𝑥1, 𝑥2, …, 𝑥k}
disebut suatu sistem residu tereduksi modulo 𝑚 jika
dan hanya jika
a. (𝑥i,𝑚) = 1,1 ≤ 𝑖 < 𝑘
b. 𝑥I ≡ 𝑥j (𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk setiap 𝑖 ≠ 𝑗
c. jika (𝑦, 𝑚) = 1, maka 𝑦 ≡ 𝑥I (𝑚𝑜𝑑 𝑚) untuk suatu
𝑖=1, 2, …, 𝑘
31. Ditentukan 𝑚 adalah suatu bilangan bulat positif,
banyaknya residu di dalam suatu sistem residu
tereduksi modulo 𝑚 disebut fungsi 𝜙-Euler dari 𝑚
dan dinyatakan dengan 𝜙(𝑚)
32. Ditentukan (𝑎,𝑚)=1, jika {𝑥1, 𝑥2 ,…, 𝑥k} adalah suatu
sistem residu modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi, maka {a𝑥1, a𝑥2 ,…, a𝑥k} juga merupakan
suatu sistem residu modulo 𝑚 yang lengkap atau
tereduksi
33. Teorema Euler, jika 𝑎, 𝑚 ∈ Ζ dan 𝑚 > 0 sehingga
(𝑎,𝑚)= 1, maka 𝑎 𝜙(𝑚)≡ 1(𝑚𝑜𝑑 𝑚)
34. Teorema kecil Fermat, jika 𝑝 adalah suatu
bilangan prima dan 𝑝 tidak membagi 𝑎, maka 𝑎𝑝−1 ≡
1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
35. Jika (𝑎,𝑚)=1, maka hubungan 𝑎𝑥 ≡ 𝑏 (𝑚𝑜𝑑 𝑚)
mempunyai selesaian 𝑥=𝑎𝜙(𝑚)−1 . 𝑏 + 𝑡𝑚
36. Teorema Wilson, jika 𝑝 adalah suatu bilangan
prima, maka (𝑝 – 1)! ≡ −1 (𝑚𝑜𝑑 𝑝)
37. Jika 𝑛 adalah suatu bilangan bulat positif sehingga
(𝑛 –1)! ≡ –1 (𝑚𝑜𝑑 𝑛), maka 𝑛 adalah suatu bilangan
prima

KB3. Notasi Sigma, Barisan dan Deret


38. Secara umum bentuk notasi sigma didefinisikan
sebagai berikut
39. Sifat-sifat notasi sigma, untuk setiap bilangan bulat
a, b, dan n berlaku

40. Barisan aritmatika adalah barisan yang


mempunyai selisih yang tetap antara dua suku yang
berurutan dengan rumus untuk menentukan suku
ke-n, Un= a + (n-1)
41. Deret aritmatika adalah jumlah suku-suku dari
suatu barisan aritmetika dengan rumus menetukan
jumlah n suku

42. Barisan geometri adalah barisan yang mempunyai


perbandingan yang tetap antara dua suku
berurutan dengan rumus menentukan suku ke-n,
Un = arn-1
43. Deret geometri adalah jumlah suku-suku dari
suatu barisan geometri dengan rumus menetukan
jumlah n suku
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 ) 𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 = ; 𝑟 < 1 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑛 = ;𝑟 > 1
(1 − 𝑟) (𝑟 − 1)
44. Deret geometri tak hingga dengan -1 < r < 1
mempunyai jumlah disebut konvergen dengan
𝑎
rumus 𝑆∞ = (1−𝑟)
45. Barisan sebagai fungsi
a. barisan berderajat satu (linear), 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 + 𝑏
b. barisan berderajat dua, 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 2 + 𝑏𝑛 + 𝑐
c. barisan berderajat tiga, 𝑈𝑛 = 𝑎𝑛 3 + 𝑏𝑛 2 + 𝑐𝑛 + d
46. Barisan Fibonacci adalah barisan rekursif
(pemanggilan ulang / pengulangan)
0, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 0
𝐹𝑛 = { 1, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑛 = 1
𝐹𝑛−1 + 𝐹𝑛−2 , 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑖𝑛𝑛𝑦𝑎
47. Golden ratio atau rasio emas (𝜑=1.618205...)
merupakan suatu nilai rasio (ratio number)
konvergen yang diperoleh apabla suku-suku di atas
dua belas pada barisan Fibonacci dibagi dengan satu
suku sebelumnya
KB4. Induksi Matematika
48. Induksi Matematika merupakan teknik
pembuktian yang baku dalam matematika dan
merupakan salah satu metoda/alat yang digunakan
untuk membuktikan suatu pernyataan matematika,
khususnya pernyataan-pernyataan yang berkaitan
dengan bilangan asli atau bilangan bulat positif
49. Prinsip induksi matematis, misalkan {𝑃𝑛} adalah
suatu barisan proposisi (pernyataan) yang
memenuhi kedua persyaratan ini:
a. 𝑃N adalah benar (biasanya 𝑁 adalah 1)
b. kebenaran 𝑃𝑘 mengimplikasikan
kebenaran 𝑃k+1 ≥ 𝑁
maka 𝑃𝑛 adalah benar untuk setiap bilangan bulat
𝑛≥𝑁
2 Daftar materi 1. Keterbagian
yang sulit 2. Induksi matematika
dipahami di 3. Kongruensi modulo
modul ini
3 Daftar materi 1. Induksi matematika
yang sering
mengalami
miskonsepsi
Modul : 6 (Logika Matematika)
Nama : Riska Utami
No. UKG : 202000800846

Judul Modul Logika Matematika


Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Kalimat, Pernyataan dan Tabel Kebenaran
2. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi
3. Aljabar Proposisi, Argumen, dan Metode Inferensi
4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak Langsung
No Butir Respon/Jawaban
Refleksi
1. Garis besar 1. Kalimat adalah rangkaian kata yang disusun menurut tata
materi yang bahasa dan mengandung arti
dipelajari 2. Pernyataan dalam logika matematika berupa kalimat-kalimat
yang berarti menerangkan (kalimat deklaratif)
3. Nilai kebenaran merupakan benar atau salahnya sebuah
pernyataan
4. Menurut komponen-konponen yang membentuknya, pernyataan
dibagi menjadi dua, yaitu
a. pernyataan sederhana/pernyataan primer, menyatakan
pikiran tunggal dan tidak mengandung kata hubung
b. pernyataan majemuk/pernyataan komposit, terdiri atas dua
atau lebih pernyataan sederhana dengan bermacam-macam
kata hubung kalimat
5. Kalimat terbuka adalah kalimat yang belum/tidak dapat
ditentukan nilai kebenarannya
6. Simbol-simbol logika yang digunakan dalam pernyataan majemuk

7. Negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang bernilai salah


jika pernyataan semula benar, dan sebaliknya. Berikut tabel
kebenaran negasi
p ~𝑝
B S
S B

8. Konjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata


penghubung “dan”, “tetapi”, “meskipun”, atau “walaupun”. Dua
pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk 𝑝 ∧𝑞 disebut
konjungsi dan dibaca “𝑝 dan 𝑞”. Berikut tabel kebenaran konjungsi
9. Disjungsi merupakan pernyataan majemuk dengan kata
penghubung “atau”. Dua pernyataan 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan
dalam bentuk 𝑝 ∨ 𝑞 disebut disjungsi dan dibaca “𝑝 atau 𝑞”. Berikut
tabel kebenarannya

10. Disjungsi eksklusif merupakan pernyataan disjungsi yang tidak


akan bernilai benar jika kedua pernyataan tunggalnya bernilai
benar dilambangkan dengan 𝑝 ∨ 𝑞. Berikut tabel kebenarannya

11. Implikasi atau pernyataan bersyarat merupakan pernyataan yang


dibuat dari 2 pernyataan tunggal 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam
bentuk kalimat “jika 𝑝 maka 𝑞”. Implikasi dilambangkan dengan
𝑝⇒𝑞. Pada implikasi 𝑝⇒𝑞, pernyataan 𝑝 dinamakan pernyataan
penyebab/pendahulu/ syarat cukup/hipotesis/anteseden,
sedangkan pernyataan 𝑞 dinamakan pernyataan
akibat/pengikut/syarat perlu/ konklusi/konsekuen. implikasi 𝑝 ⇒
𝑞 dapat pula dibaca
a. jika p maka q
b. p hanya jika q
c. q jika p
d. p syarat cukup bagi q
e. q syarat perlu bagi p
Berikut tabel kebenaran implikasi
p q 𝑝⟹𝑞
B B B
B S S
S B B
S S B
12. Konvers, invers dan kontraposisi dari implikasi 𝑝 ⇒ 𝑞
a. Konvers adalah pernyataan yang berbentuk 𝑞 ⇒ 𝑝
b. Invers adalah pernyataan yang berbentuk ~p ⇒ ~q
c. Kontraposisi atau kontrapositif adalah pernyataan yang
berbentuk ~q⇒~p
Berikut nilai tabel kebenarannya

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan


 p ⇒ q = ~q ⇒ ~p
 q ⇒ p = ~p ⇒ ~q
13. Biimplikasi merupakan pernyataan yang dibuat dari 2 pernyataan
tunggal 𝑝 dan 𝑞 yang dinyatakan dalam bentuk kalimat “𝑝 jika dan
hanya jika 𝑞”. Biimplikasi dilambangkan dengan 𝑝 ⇔ 𝑞, berikut
tabel kebenarannya

KB2. Kuantor, Tautologi, dan Kontradiksi


14. Kuantor universal, kata-kata yang biasa digunakan dalam
kuantor universal adalah “semua”, “setiap”, “untuk semua” atau
“untuk setiap” yang dilambangkan dengan ∀
15. Kuantor eksistensial, kata-kata “terdapat”, “ada”, “sekurang-
kurangnya satu”, atau “beberapa” merupakan pernyataan
berkuantor eksistensial. Kuantor eksistensial dilambangkan
dengan ∃ yang dibaca: “terdapat dengan tunggal”
16. Dua buah pernyataan (proposisi) dikatakan ekivalen
(berekivalensi logis) jika kedua pernyataan itu memiliki nilai
kebenaran yang sama, 𝒑 ekivalen dengan 𝒒 dan dapat ditulis 𝒑 ≡𝒒
17. Sifat-sifat pernyataan-pernyataan yang ekivalen (berekivalensi
logis)
a. 𝑝 ≡ 𝑝
b. jika 𝑝 ≡ 𝑞 maka 𝑞 ≡ 𝑝
c. jika 𝑝 ≡ 𝑞 dan 𝑞 ≡ 𝑟 maka 𝑝 ≡ 𝑟
18. Teorema DeMorgan, misalkan 𝑝(𝑥) adalah sebuah fungsi
proposisional pada 𝐴, maka
a. ~(∀ 𝑥 ∈ 𝐴) 𝑝(𝑥) ≡ (∃ 𝑥 ∈ 𝐴) ~𝑝(𝑥)
b. ~(∃ 𝑥 ∈ 𝐴) 𝑝(𝑥) ≡ (∀ 𝑥 ∈ 𝐴) ~𝑝(𝑥)
19. Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar
untuk setiap substitusi pernyataan tunggalnya
20. Kontradiksi adalah pernyataan yang selalu bernilai salah untuk
setiap substitusi nilai kebenaran pernyataan tunggalnya
KB3. Aljabar Proposisi, Argumen, dan Metode Inferensi
21. Hukum aljabar prposisi, aturan penggantian untuk keperluan
deduksi
a. hukum idempoten
 𝑝∨𝑝≡𝑝
 𝑝∧𝑝≡𝑝
b. hukum asosiatif
 (𝑝 ∨ 𝑞) ∨ 𝑟 ≡ 𝑝 ∨ (𝑞 ∨ 𝑟)
 (𝑝 ∧ 𝑞) ∧ 𝑟 ≡ 𝑝 ∧ (𝑞 ∧ 𝑟)
c. hukum komutatif
 𝑝∨𝑞≡𝑞∨𝑝
 𝑝∧𝑞≡𝑞∧𝑝
d. hukum distributif
 𝑝 ∨ (𝑞 ∧ 𝑟) ≡ (𝑝 ∨ 𝑞) ∧ (𝑝 ∨ 𝑟)
 𝑝 ∧ (𝑞 ∨ 𝑟) ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (𝑝 ∧ 𝑟)
e. hukum identitas
 𝑝∨F≡𝑝
 𝑝∧T≡𝑝
f. hukum null (dominasi)
 𝑝∧F≡F
 𝑝∨T≡T
g. hukum komplemen (negasi)
 𝑝 ∨ ∼𝑝 ≡ 𝑇
 𝑝 ∧ ∼𝑝 ≡ 𝐹
 ∼𝑇 ≡ 𝐹
 ∼𝐹 ≡ 𝑇
h. hukum involusi (negasi ganda)
∼(∼𝑝) ≡ 𝑝
i. hukum penyerapan (absorpsi)
 𝑝 ∨ (𝑝 ∧ 𝑞) ≡ 𝑝
 𝑝 ∧ (𝑝 ∨ 𝑞) ≡ 𝑝
j. hukum transposisi
𝑝 ⇒ 𝑞 ≡ ∼𝑞 ⇒ ∼𝑝
k. hukum implikasi
𝑝 ⇒ 𝑞 ≡ ∼𝑝 ∨ 𝑞
l. hukum ekivalensi
 𝑝 ⟺ 𝑞 ≡ (𝑝 ⇒ 𝑞) ∧ (𝑞 ⇒ 𝑝)
 𝑝 ⟺ 𝑞 ≡ (𝑝 ∧ 𝑞) ∨ (∼𝑞 ∧ ∼𝑝)
m. hukum eksportasi
(𝑝 ∧ 𝑞) ⇒ 𝑟 ≡ 𝑝 ⇒ (𝑞 ⇒ 𝑟)
n. hukum DeMorgan
 ∼ (𝑝 ∨ 𝑞) ≡ ∼𝑝 ∧ ∼𝑞
 ∼ (𝑝 ∧ 𝑞) ≡ ∼𝑝 ∨ ∼𝑞
22. Premis merupakan pernyataan-pernyataan yang digunakan
untuk menarik kesimpulan dapat berupa aksioma, hipotesis
definisi, atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya
23. Argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau
lebih premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu
(satu) konklusi yang mana konklusi ini diturunkan dari premis-
premis
24. Inferensi adalah proses atau cara untuk menarik atau
menurunkan kesimpulan dalam suatu argumen dari beberapa
proposisi (premis)
25. Metode inferensi antara lain, yaitu:
a. modus ponens (penalaran langsung)
bentuk argumen pada modus ponens dapat disimbolkan dalam
bentuk
premis 1 :𝑝⟹𝑞
premis 2 :𝑝
kesimpulan : 𝑞
baris pertama pada tabel kebenaran implikasi menjadi bukti
validitas argumen yang berbentuk modus ponens, bentuk ini
disebut juga sebagai bentuk penegasan hipotesis (anteseden)
b. modus tollens (penalaran tak langsung)
bentuk argumen pada modus tollens dapat disimbolkan dalam
bentuk
premis 1 :𝑝⟹𝑞
premis 2 : ∼𝑞
kesimpulan : ∼𝑝
baris terakhir pada tabel kebenaran implikasi menjadi bukti
validitas argumen yang berbentuk modus tollens, bentuk ini
disebut juga sebagai bentuk pengingkaran hipotesis
(anteseden)
c. silogisme hipotesis
bentuk argumen pada silogisme hipotesis dapat disimbolkan
dalam bentuk
premis 1 :𝑝⟹𝑞
premis 2 :𝑞⟹𝑟
kesimpulan : 𝑝 ⟹ 𝑟
bentuk argumen silogisme hipotesis didasarkan pada sifat
transitif pada implikasi, adapun validitas argumen ini dapat
dilihat karena sifat transitif pada implikasi merupakan
tautologi
d. silogisme disjungtif
bentuk argumen pada silogisme disjungtif dapat disimbolkan
dalam bentuk
premis 1 :𝑝∨𝑞
premis 2 : ∼𝑞
kesimpulan : 𝑝
e. simplifikasi (penyederhanaan konjungtif)
bentuk argumen pada simplifikasi dapat disimbolkan dalam
bentuk
premis :𝑝∧𝑞
kesimpulan : 𝑝
atau
premis :𝑝∧𝑞
kesimpulan : 𝑞
validitas argumen ini dapat dilihat pada baris pertama tabel
kebenaran konjungsi
f. penambahan disjungtif
bentuk argumen pada penambahan disjungtif dapat
disimbolkan dalam bentuk
premis :𝑝
kesimpulan : 𝑝 ∨ 𝑞
validitas argumen ini dapat dilihat pada baris pertama dan
kedua tabel kebenaran disjungsi
g. konjungsi
bentuk argumen pada simplifikasi dapat disimbolkan dalam
bentuk
premis 1 :𝑝
premis 2 :𝑞
kesimpulan : 𝑝 ∧ 𝑞
bentuk argumen konjungsi didasarkan pada kondisi saat dua
buah pernyataan benar, maka gabungannya juga akan bernilai
benar, adapun validitas argumen ini dapat dilihat pada baris
pertama tabel kebenaran konjungsi
h. dilema (pembagian kasus)
bentuk argumen pada dilema dapat disimbolkan dalam bentuk
premis 1 :𝑝∨𝑞
premis 2 :𝑝⟹𝑟
premis 3 :𝑞⟹𝑟
kesimpulan : 𝑟
bentuk argumen dilema didasarkan pada hubungan implikasi
dari dua pernyataan yang berdisjungsi, validitas argumen ini
dapat dilihat pada tabel kebenaran disjungsi dan implikasi
i. dilema konstruktif
bentuk argumen pada dilema konstruktif dapat disimbolkan
dalam bentuk
premis 1 : (𝑝 ⟹ 𝑞) ∧ (𝑟 ⟹ 𝑠)
premis 2 :𝑝∨𝑟
kesimpulan : 𝑞 ∨ 𝑠
bentuk argumen ini didasarkan pada kombinasi dua buah
argumen modus ponens
j. dilema destruktif
bentuk argumen pada dilema destruktif dapat disimbolkan
dalam bentuk
premis 1 : (𝑝 ⟹ 𝑞) ∧ (𝑟 ⟹ 𝑠)
premis 2 : ∼𝑞 ∨ ∼𝑠
kesimpulan : ∼𝑝 ∨ ∼𝑟
bentuk argumen ini didasarkan pada kombinasi dua buah
argumen modus tollens

KB4. Aturan Bukti Bersyarat dan Bukti Tak Langsung


26. Salah satu cara yang digunakan untuk membuktikan keabsahan
argumen dengan bukti formal dengan cara langsung yang
disingkat dengan Bukti Langsung. Akan tetapi, tidak semua
argumen dapat dibuktikan dengan bukti langsung. Cara lain
untuk membuktikan keabsahan argumen dengan bukti formal
yaitu dengan Aturan Bukti Bersyarat (ABB)
27. ABB dapat digunakan apabila konklusi argumen tersebut
merupakan implikasi. Adapun langkah-langkah pembuktian
Aturan Bukti Bersyarat yaitu sebagai berikut
a. menulis premis-premis yang diketahui
b. menarik anteseden dari konklusi menjadi premis baru (premis
tambahan) dan konsekuennya merupakan konklusi dari
argumen (konklusi baru)
c. menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum penggantian
untuk menemukan konklusi sesuai dengan konklusi baru
28. Selain dengan cara ABB masih ada cara lain untuk membuktikan
keabsahan argumen yaitu dengan Bukti Tak Langsung (Reductio
Ad Absordum). Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut
a. menulis premis-premis yang diketahui
b. menarik ingkaran dari konklusi menjadi premis baru (premis
tambahan)
c. dengan menggunakan aturan penyirnpulan dan hukum
penggantian ditunjukkan adanya kontradiksi
d. setelah ditemukan kontradiksi kita tinggal menggunakan
prinsip adisi dan silogisme disjungtif

2 Daftar 1. Metode Inferensi


materi yang 2. Nilai kebenaran pernyataan majemuk
sulit 3. Aturan bukti bersyarat
4. Bukti tak langsung
dipahami di
modul ini
3 Daftar 1. Aturan bukti bersyarat
materi yang 2. Bukti tak langsung
sering
mengalami
miskonsepsi

Anda mungkin juga menyukai