Rangkuman PKN
Rangkuman PKN
1. Pengantar
Tujuan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah
INDONESIANISASI. Mahasiswa diharapkan membentuk dalam dirinya karakter
keindonesiaan, yaitu proses nation and character building, menyadari makna
“kewarganegaraan'-nya, dalam kerangka tugas dan peran mereka di masa depan sebagai
generasi penerus estafet kepemimpinan national, timbul rasa dan semangat nasionalisme
dan patriotisme dalam diri mereka.
2. Pendidikan Kewarganegaraan
A. Pendidikan
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan adalah wadah dan proses pembentukan, penyadaran, dan
pemanusiaan manusia yang berlangsung secara sadar dan terencana, di mana
berbagai ilmu pengetahuan, kecakapan-kecapakan, dan kebiasaan-kebiasaan yang
ditransfer melalui pengajaran, pelatihan, dan bimbingan hingga terjadi perubahan-
perubahan pada intelek, kehendak, dan perasaan (cipta, rasa, kognitif, afektif, dan
psikomotorik), juga jasmani dalam diri si terdidik.
i. Pembentukan
Pendidikan sebagai pembentukan merupakan pembentukan watak
dan kepribadian. Proses membentuk manusia muda dalam segala bidang
kepribadian dan kehidupan agar ia bertumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang hidup selaras cita-citanya sebagai manusia,
Pendidikan tidak hanya membentuk seseorang menjadi pandai, dan
serba bisa, melainkan harus memiliki moralitas yang baik. Proses ini
menghasilkan transformasi diri dan suatu perubahan dalam diri pribadi.
Hasil dari pembentukan adalah perubahan bentuk atau transformation.
ii. Penyadaran
Pendidikan bertugas membuat seseorang “sadar diri": tahu akan
kekuatan dan kelemahannya, peluang dan tantangan yang menghadang,
kemampuan, bakat, dan talentanya sehingga termotivasi untuk
mengembangkannya, sehingga dapat menjadi manusia yang mandiri,
kritis, kreatif, inovatif, dan menjadi orang yang berguna bagi dirinya,
masyarakat, dan negara.”
iii. Pemanusiaan
Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia sebagai makhluk
jasmani-rohani, individual-sosial, dan sebagai makhluk personal yang
punya otonomi. Berdasarkan penggalan pidato Bung Karno, bahwasanya
proses dasar pembangunan bangsa dan negara Indonesia adalah
membangun SDM Indonesia baru. Hal tersebut dapat dimulai dari: (a)
pembangunan manusia-nya (human development). Manusia (rakyat)
adalah 'asas pembangunan" (principle of development), dan “agen
pembangunan' (agent of development), (b) penyadaran akan nilai-nilai
dasar kemanusiaan seperti kesamaan, kebebasan, keadilan, kebenaran,
gotong royong, dan persaudaraan, (c) penyadaran dan pemaharnan akan
hakikat manusia sebagai makhluk jasmani-rohani, individu-sosial, pribadi
yang otonom sekaligus ber-Tuhan.
B. Kewarganegaraan
Istilah "warga negara" itu merupakan terjemahan dari istilah bahasa
Belanda, stoatsburger. Dalam bahasa Inggris, istilah “warga negara" dikenal
dengan istilah "civic", “citizen”, atau “civicus".
i. Warga adalah anggota, member (keluarga, RT, RT, koperasi,
negara). Kewargaan berarti hal-hal yang berhubungan dengan
keanggotaan itu, misalnya hak dan kewajiban.
ii. Warga Negara (citizen, citoyen) merupakan anggota dari suatu
negara, atau diakui sebagai warga negara. Warga negara adalah anggota
dari sekelompok manusia yang hidup atau tinggal di wilayah hukum
tertentu dengan hak dan kewajibannya. Seorang warga negara adalah
bagian integral dan "pemilik sah' dari negara tersebut. Seorang warga
negara diberi tanda-tanda identitas sebagai warga negara seperti Kartu
Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP),
Akte Kelahiran, dan lain-lain.
iii. Kewarganegaraan berarti hal-hal yang berhubungan dengan warga
negara atau keanggotaan sebagai warga dari suatu negara seperti hak-hak
dan kewajiban-kewajiban, peran dan kedudukannya dalam negara.
iv. Rakyat. Istilah 'warga negara" berkaitan erat dengan istilah 'rakyat'.
KBBI mengartikan 'rakyat' sebagai (a) penduduk suatu negara, (b) orang
kebanyakan, orang biasa, (c) anak buah, bawahan. 'Penduduk' adalah
orang-orang yang mendiami suatu wilayah negara secara menetap.
Seluruh kehidupannya sejak lahir berlangsung di wilayah negara tersebut.
Penduduk terbagi atas Warga Negara Indonesia (WNI) dan bukan
penduduk yaitu orang-orang yang berada di suatu wilayah negara hanya
selama suatu jangka waktu tertentu karena suatu kepentingan, Misalnya,
para turis asing, tamu-tamu Instansi tertentu yang biasa disebut "orang
asing”, atau "Warga Negara Asing” (WNA).
Keeratan hubungan antara negara dan warga negara dapat terlihat
dari indikator pemeringkatan negara atas negara maju, negara
berkembang, negara terbelakang, atau pemeringkatan negara berdasarkan
“Indeks Pembangunan Manusia” (Human Development Index disingkat
HDI). Dasar penilaian HDI : (a) tingkat kesehatan rakyat: usia harapan
hidup, dan kualitas hidup yang sehat (b) pengetahuan dan tingkat
pendidikan rakyat: tingkat melek huruf atau baca tulis untuk mengukur
tingkat pengetahuan dan pendidikan: (c) tingkat pendapatan perkapita
rakyat: yang mengukur standar hidup layak dengan melihat persentase
penguasaan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dalam paritas daya
beli.
v. Negara. Negara INDONESIA berasal dari kata “indus' (Latin)
yang berarti 'Hindia" dan 'nesos' (Yunani) yang berarti "pulau" atau
'gugusan pulau’. Negara Indonesia didirikan untuk kepentingan umum
seluruh rakyat, kesejahteraan umum (res + public artinya: kepentingan
umum). Kata Indonesia' berarti wilayah Hindia. Disebut juga Nusantara:
gugusan pulau-pulau yang terletak di antara 2 benua (Asia-Australia) dan
2 samudra (Hindia-Pasifik).
Hampir 70% atau 2/3 wilayah Indonesia adalah laut: 3.257.357
km’, dan luas daratan: 2.028.087 km’, jadi luas total wilayah Indonesia
adalah 5.285.444 km’. Wilayah darat terbentang dari Sabang sampai
Merauke ada 17.508 pulau besar-kecil: sekarang tinggal 17.499 buah. 5
pulau besar: Sumatera (473.606 km’), Jawa (132.107 km’), Kalimantan
(pulau terbesar ke-3 di dunia - 539.460 km’), Sulawesi (189.216 km'), dan
Papua (421.981 km’). 7870 pulau telah memiliki nama, sedangkan 9.634
pulau lainnya belum memiliki nama, dan 6.000 pulau tidak berpenghuni.
Indonesia adalah sebuah "negara maritim' yang dibuktikan dengan 7 jalur
perdagangan internasional, dan 4 jalur di antaranya terdapat di dalam
wilayah kedaulatan NKRI, yaitu Selat Malaka, Selat Sunda, Selat
Lombok, dan Selat Makasar.
Indonesia juga berarti BANGSA dikarenakan terbentuk akibat
kesamaan nasib sebagai bangsa jajahan, dan kesamaan cita-cita, yaitu
menjadi bangsa yang merdeka dan berdiri sebagai sebuah negara merdeka
dan berdaulat. Indonesia memiliki aneka ragam suku bangsa dengan aneka
ragam adat-istiadat dan kebudayaan, agama, bahasa, silsilah, dan
sebagainya.
Peristiwa yang mempersatukan aneka ragam suku di Indonesia
dalam satu kesatuan yang “solid” adalah Soempah Pemoeda pada 28
Oktober 1928. Pada peristiwa ini para pemuda, yang berasal dari aneka
ragam suku dan organisasi pemuda yang tersebar di seantero Nusantara
berkumpul dalam Kongres Pemuda 1 di Jakarta dan bersumpah: bertanah
air satu, berbangsa satu, berbahasa persatuan yang satu: INDONESIA.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
A. Pengertian
Civics menurut Achmad Sanusi adalah ilmu yang berbicara tentang
kedudukan dan peranan warga negara dalam menjalankan hak dan kewajibannya
sesuai dan sepanjang batas-batas ketentuan konstitusi negara yang bersangkutan.
Cogan mengartikan civic education sebagai mata pelajaran dasar di sekolah yang
dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa
dapat berperan aktif dalarn masyarakatnya. PKn atau “citizenship education” atau
“education for citizenship” mencakup pendidikan kewarganegaraan di dalam
lembaga pendidikan formal, non-formal, serta informal.
sadar akan hak, kewajiban, dan tanggung jawab mereka sebagai warga
negara,
melek dan terdidik baik tentang kehidupan sosial dan politik bangsanya
serta terlibat aktif di dalamnya:
menaruh perhatian dan keprihatinan terhadap kesejahteraan orang lain,
mampu mengungkapkan pikiran dan pendapat serta argumen mereka
sanggup menjadi agen-agen perubahan dalam masyarakat (agent of
change), dan agen pembangunan (agent of development) bahkan mampu
mempengaruhi dunia
aktif dalam komunitas masyarakatnya:
tidak melakukan tindakan-tindakan kriminal yang merugikan orang lain
atau negara, dan bila sudah melakukannya siap bertanggung jawab atas
tindak perbuatannya itu.
Pemerintah bertanggung jawab dan komitmen menyangkut "tata kelola
pemerintahan yang baik” (good governance), serta mentalitas dan moralitas
pengabdian yang tinggi bagi kemajuan bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai
kebangsaan dan kerakyatan, Adanya Good Governance, bangsa Indonesia akan
mampu ber-TRISAKTI: “berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang
ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan” (TRISAKTI SOEKARNO),
dan mampu meraih cita-cita dan tujuannya: “masyarakat adil dan makmur, lahir
dan batin berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945,”
4. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan
Terdapat 2 faktor yang menjadi latar belakang dari adanya mata kuliah PKn ini
dalam kurikulum Pendidikan Tinggi yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
A. Faktor-faktor Internal
Faktor internal terdiri dari 2 faktor yaitu keinginan batin dan aneka krisis.
Keinginan batin sebagai bangsa dan negara yang merdeka dan berdaulat untuk
"menukik” ke dalam diri sendiri guna lebih mengenal jati diri. Aneka krisis
merupakan tantangan-tantangan dari dalam bangsa sendiri berupa masalah-
masalah kritis dalam semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara seperti
ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan yang pada
hakikatnya tidak mencerminkan dan tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila
Dasar Negara.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang paling berpengaruh luas dan mendalam adalah
globalisasi, neoliberalisme, dan neokapitalisme melalui berbagai kesepakatan
yang dituangkan dalam Konferensi Internasional seperti GATT, WTO, APEC,
AFTA, dan lain-lain. Globalisasi membawa dampak positif sekaligus negatif.
Globalisasi terjadi pada berbagai sektor. Globalisasi harus dihadapi dengan
mempersiapkan generasi muda melalui program-program pembinaan dan
pelatihan seperti (i) Penguasaan berbagai jenis ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya jenis yang kurang diminati seperti ilmu alam, biologi, fisika, kimia,
dan matematika, (i) penguasaan keterampilan-keterampilan teknis, (iii)
penanaman sikap-sikap keprofesian, (iv) penanaman sikap-sikap kemanusiaan
luhur, (v) mengembangkan kecerdasan emosional (emotional intelligence), (vi)
penguasaan bahasa asing, khususnya bahasa internasional, (vii) memiliki
pandangan dan sikap luas, (viii) Pembinaan dan pelatihan harus dilakukan bukan
dengan cara-cara satu arah yang mengukung kemandirian, dinamika, prakarsa,
kreativitas dan improvisasi.
B. Landasan Ideologis
Landasan ideologis bagi PKn tentu saja adalah Pancasila sebagai dasar
negara dan falsafah bangsa yang juga mengandung muatan Identitas nasional
Indonesia serta pendidikan pendahuluan bela negara, dan Bhineka Tunggal Ika
sebagai semboyan nasional bangsa
C. Landasan Hukum
PKn didasarkan pada landasan hukum berikut.
a. UUD 1945 (Pembukaan Alinea ke-2 dan ke-4, pasal 27 (1), Pasal 30 (1),
Pasal 31 (1)
b. Ketetapan MPR No, I/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara
c. Undang-Undang No. 20 Thn, 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertahanan Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Thn
1988) pasal 18 (a), dan pasal 19 (2).
d. Undang-Undang No. 20 Thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 232/U/2000
tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian
Hasil Belajar Mahasiswa dan No. 4S/U/2002 tentang Kurkulum Inti
Pendidikan telah ditetapkan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan
Bahasa, dan PKn merupakan kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian, yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program
studi/kelompok program studi.
e. Ada pun pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No, 43/
DIKTI/Kep/2006, yang memuat rambu-rambu pelaksanaan kelompok
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.