Anda di halaman 1dari 2

Ini adalah file versi html

http://www.mdtfans.org/documents/press-release/Aceh_Forest_Release_bahasa.doc.
G o o g l e yang dihasilkan Google ketika melakukan penjaringan di web.
Untuk membuka atau menyimpan halaman ini di bookmark anda, gunakan URL berikut:
http://www.google.com/search?q=cache:NeVDlBgrpiAJ:www.mdtfans.org/
documents/press-release/
Aceh_Forest_Release_bahasa.doc+penebangan+liar+filetype:doc&hl=id&gl=
id&ct=clnk&cd=12&lr=lang_id

Google tidak memiliki ikatan dengan para pemilik situs ini, dan juga tidak bertanggung jawab atas materi yang terdapat dalam situs ini.

Kata-kata kunci pencarian ini telah disortir: penebangan liar 

1186
 
 
 
 
   
 

MENGINTEGRASIKAN HUTAN ACEH


DALAM PROGRAM PEMULIHAN
HIJAU   
Dengan kecepatan rekonstruksi yang semakin tinggi di Aceh di tahun 2006, timbullah
keprihatinan umum bahwa permintaan yang meningkat terhadap kayu dan sumber alam
lainnya akan mempunyai dampak jangka panjang yang negatif terhadap lingkungan dan
ekologi daerah yang bersangkutan. Untuk mendukung keputusan pemerintah Indonesia
untuk melindungi perhutanan dan ekosistem daerah yang kaya tersebut, serta mendukung
rekomendasi BRR minggu ini untuk menghindari penggunaan kayu berasla dari Aceh
untuk rekonstruksi, Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias (MDF), bermitra dengan
Bank Dunia, telah meluncurkan Proyek Hutan dan Lingkungan Aceh senilai US$14.5
juta.   

Berdasarkan sebuah perjanjian yang akan ditandatangani di Jakarta pada hari Jum’at
tanggal 17 February ini di Jakarta, proyek tersebut akan dilaksanakan oleh Leuser
International Foundation dan Fauna and Flora International.  “Penggunaan yang
berkelanjutan atas kekayaan hutan Aceh, terutama hutan lindung dan ekosistem yang
lama di hutan Leuser dan Ulu Masen, akan membantu memberikan nafkah bagi sejumlah
besar masyarakat setempat sambil melindungi habitat spesis yang langka seperti
harimau Sumatera,” tutur Teddy Gunawarman, Sekretaris Direksi Leuser
International Foundation. “Program ini juga akan melindungi sumber-sumber air yang
penting yang menyediakan sebagian besar keperluan air untuk konsumsi domestik,
pertanian dan industri di Aceh,” tambahnya.     

Pada saat tanah longsor menghancur-luluhkan banyak bagian di Indonesia, dengan akibat
kehilangan nyawa dan habitat, melestarikan hutan merupakan garis terdepan pertahanan
terhadap erosi dan bencana alam. Dengan kerjasama yang erat dengan instansi
pemerintah setempat, masyarakat dan LSM, proyek tersebut bertujuan untuk mengurangi
pembatatan hutan sambil memberikan nasehat kepada badan-badan rekonstruksi
mengenai pembangunan yang berkelangsungan dan praktek-praktek pemulihan.

“Mengintegrasikan masalah lingkungkan ke dalam rekonstruksi Aceh merupakan


tantangan yang luar biasa,” tutur Jito Sugardjito, Kepala Perwakilan Negara
Program Asia-Pasifik Fauna dan Flora International. “Namun demikian, kami
memiliki kesempatan bersejarah untuk membangun masa depan yang lebih baik dan
berkesinambungan saat mulai pulih dari konflik yang berkepanjangan serta kehancuran
yang diakibatkan oleh tsunami. Dengan dukungan MDF, kami harapkan stakeholders
setempat dapat mengamankan pelayanan lingkungan berikut keberagaman biologis
perhutanan Aceh untuk generasi mendatang.”    

Sebagai langkah pertama, proyek ini akan membantu desa-desa yang strategis dengan
memberikan pilihan yang berkesinambungan untuk membangun kembali infrastruktur
dan pencaharian nafkah sebagai alternatif atas penebangan liar dan penggundulan hutan.
Pada saat yang bersamaan, proyek ini akan bermitra dengan instansi-instansi pemerintah
untuk memantau dan melindungi perhutanan. “Hutan-hutan Leuser dan Ulu Masen
merupakan daerah perhutanan yang paling luas yang masih berhubungan di Asia
Tenggara,” kata Dr. Josef Leitmann, Manajer MDF, “dan kami harap untuk
melestarikannya sambil mencari solusi hijau untuk rekonstruksi dan kebutuhan
pencaharian nafkah masyarakat Aceh.” 

Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias merupakan kumpulan dana senilai lebih dari
US$530 juta yang bersumber dari hibah yang disumbangkan oleh negara-negara donor
dan Organisasi Internasional untuk mendukung pelaksanaan proses rehabilitasi dan
rekonstruksi Pemerintah melalui kerjasama yang erat dengan BRR. Para donor
penyumbang termasuk Komisi Eropa, Kerajaan Belanda, Kerajaan Inggris, Bank Dunia,
Denmark, Norwegia, Kanada, Swedia, Bank Pembangunan Asia, Jerman, Amerika
Serikat, Finlandia, Belgia, Selandia Baru dan Irlandia.

Anda mungkin juga menyukai