Anda di halaman 1dari 25

PERTEMUAN 3

KOORDINAT GEOGRAFIS BUMI


DAN SEGITIGA BOLA
(SPHERICAL TRIGONOMETRY)
DALAM HISAB ARAH KIBLAT
KOORDINAT GEOGRAFIS BUMI
Garis sejajar ekuator: Garis Lintang.
Garis tegak lurus ekuator: Garis Bujur
Letak geografis tempat pengukuran adalah berapa derajat
jarak tempat dari khatulistiwa yang dikenal dengan istilah
Lintang (Latitude) disimbolkan dengan huruf Yunani φ (phi), dan
berapa derajat jarak tempat/lokasi dari garis membujur yang
melewati kota Greenwich yang dikenal dengan istilah Bujur
(Longitude) disimbolkan dengan λ (lamda)
Garis Bujur
Garis Bujur (  ) 0° dimulai dari Greenwich daerah di
selatan London, Inggris. Ke arah Barat wilayah Bujur
Barat (BB), ke arah timur wilayah Bujur Timur (BT).
Garis Bujur 180° disebut Internasional Date Line (Garis
Batas Tanggal Internasional. BT 180° hari lebih awal
selisih satu hari dibanding BB 180°.
Contoh: BT 180° hari Selasa 28 Desember 2021, dan
BB 180° masih hari Senin 27 Desember 2021.

Garis Lintang
Garis Lintang (  ) 0° dimulai dari Khatulistiwa, ke arah
Utara wilayah Lintang Utara (+) sedangkan ke arah
Selatan wilayah Lintang Selatan (-). Wilayah Lintang
Utara +00 s/d 90° (Kutub Utara). Wilayah Lintang
Selatan -00 s/d -90° (Kutub Selatan).
Posisi Tempat kota X
KU

KS
PENENTUAN KOORDINAT
1. Menggunakan Google Earth
2. Menggunakan GPS
GPS (Global Positioning System) = Sistem Penentuan Posisi Global,
dengan menerima sinyal beberapa satelit (seluruhnya 24).
3. Menggunakan Peta
SEGITIGA BOLA
(SPHERICAL TRIGONOMETRY)
▪ Trigonometri bola (bahasa Inggris: spherical
trigonometry) adalah cabang geometri yang
mempelajari hubungan antara fungsi trigonometri
dengan sisi-sisi serta sudut-sudut yang dibentuk
oleh segitiga bola.
▪ Segitiga bola adalah segitiga yang dibentuk oleh
tiga lingkaran besar (lingkaran yang pusatnya sama
dengan pusat bola) pada permukaan bola.
▪ Sisi-sisi sebuah segitiga bola dapat diambil sinus dan
kosinusnya, karena sisi-sisi tersebut sebenarnya
adalah busur dari lingkaran besar sehingga dapat
dinyatakan dalam satuan sudut seperti radian atau
derajat.
Perhatikan Gambar Segitiga Bola dibawah ini:
▪ Segitiga bola adalah bagian
dari permukaan bola yang
dibatasi olehtiga busur
lingkaran besar, yang masing-
masing lebih kecil dari 180°.
▪ Pada gambar tersebut, segitiga
bola adalah bagian permukaan
bola yang dibatasi oleh tiga
busur lingkaran besar dengan
titik-titik sudut A, B dan C.
▪ Sisi-sisi di hadapan sudut A, B
dan C disebut dengan sisi-sisi
a, b dan c.
▪ Trigonometri sebagai suatu metode dalam
perhitungan untuk menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan-perbandingan pada
bangun geometri, khususnya dalam bangun yang
berbentuk segitiga.
▪ Konsep dasar trigonometri tidak lepas dari bangun
datar yang bernama segitiga siku-siku.
▪ Segitiga siku-siku didefinisikan sebagai segitiga yang
memiliki satu sudut siku-siku dan dua sudut lancip
pelengkap.
▪ Selanjutnya sisi dihadapan sudut siku-siku
merupakan sisi terpanjang yang disebut dengan sisi
miringnya (hypotenuse), sedangkan sisi-sisi
dihadapan sudut lancip disebut kaki (leg) segitiga
itu.
Pada gambar diatas terlihat bahwa Δ ABC adalah
segitiga siku-siku dengan C sebagai sudut siku-siku,
AB sebagai sisi miringnya dan BC sebagai kaki-
kainya.
PENERAPAN SEGITIGA BOLA (SPHERICAL
TRIGONOMETRY) DALAM HISAB ARAH KIBLAT
▪ Arah Ka’bah yang berada di kota Makkah dapat
diketahui dari tempat manapun di permukaan bumi ini
dengan menggunakan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical
Trigonometry).
▪ Arah kiblat secara sains astronomi pada dasarnya adalah
menghitung besaran sudut yang diapit oleh garis
meridian yang melewati suatu tempat yang dihitung
arah kiblatnya dengan lingkaran besar yang melewati
tempat yang bersangkutan dan ka’bah.
▪ Pada penentuan arah kiblat, ada tiga titik yang perlu
diketahui yaitu; titik Kabah, titik lokasi yang akan
ditentukan arah kiblatnya, dan titik kutub utara. Jika
ketiga titik digabungkan, maka akan membentuk garis
lengkung pada lingkaran besar yang disebut sebagai
segitiga bola.
Perhitungan arah kiblat
dilaksanakan dengan bantuan
tiga lingkaran besar, yaitu:
1. Lingkaran besar yang
melintasi garis bujur
Ka’bah,
2. Lingkaran besar yang
melintasi garis bujur
tempat ,
3. Lingkaran besar yang
melintasi Ka’bah dan
tempat tersebut.
Perpotongan antara ketiga
lingkaran besar tersebut
membentuk sebuah segitiga
bola untuk perhitungan arah
kiblat.
A = Ka’bah
B = Tempat Shalat/Pengamat
C = Kutub Utara
G = Greenwich
a = Meridian Tempat
b = Meridian Ka’bah
c = Busur Arah Kiblat
BK = Lintang Tempat (φT)
RA = Lintang Ka’bah (φK)
P = Titik Pusat Bumi
SR (< SCR)= Bujur Ka’bah (λK)
SK (< SCK) = Bujur Tempat (λT)
ABC adalah Sudut Arah Kiblat.
TITIK, SISI, DAN GARIS (JARAK KE KA’BAH)
SEGITIGA BOLA ABC.
Sudut-sudutnya: A, B, C.
Sisi-sisinya: a, b, c.
Sisi a dihadapan A
Sisi b dihadapan B
Sisi c dihadapan C
Untuk Perhitungan Arah
Kiblat, ada 3 buah titik
yang harus dibuat, yaitu:
1. Titik A diletakkan di
Ka’bah (Mekah).
2. Titik B diletakkan di
lokasi tempat yang
akan ditentukan arah
kiblatnya.
3. Titik C diletakkan di
titik Kutub Utara.
▪ Titik A dan titik C tidak
berubah-ubah, KARENA titik A
tepat di Ka’bah dan titik C tepat
di Kutub Utara (titik sumbu).
▪ Titik B senantiasa berubah,
dapat berada di sebelah utara
equator dan dapat berada di
sebelah selatan equator,
tergantung pada tempat mana
yang akan ditentukan arah
kiblatnya.
▪ Titik A adalah Posisi Ka’bah,
Titik B adalah Posisi
Lokasi/Tempat/Kota, dan Titik C
adalah Kutub Utara.
▪ Ketiga sisi ABC di atas diberi
nama dengan huruf kecil a,b,c
dengan nama sudut di
depannya/dihadapannya
▪ Sisi BC dinamakan sisi a, karena
berada di depan / dihadapan
sudut A.
▪ Sisi CA dinamakan sisi b, karena
berada di depan / dihadapan
sudut B.
▪ Sisi AB dinamakan sisi c, karena
berada di depan / dihadapan
sudut C.

ATAU

▪ Sudut diantara sisi b dan sisi c


disebut Sudut A.
▪ Sudut diantara sisi c dan sisi a
disebut Sudut B.
▪ Sudut diantara sisi a dan sisi b
disebut Sudut C.
▪ Sisi a maupun sisi b adalah
jarak lintang, dimana a
merupakan jarak lintang
tempat yang hendak dihitung
arah kiblatnya, sedangkan b
adalah jarak lintang ka’bah,
dan sudut C dikenal sebagai
jarak bujur.
▪ Dengan demikian arah kiblat
untuk titik B adalah sudut B.
Sudut B bisa dihitung dengan
menggunakan rumus Segitiga
Bola.
▪ Menentukan ka’bah yang berada di kota Mekah dapat
diketahui dari seluruh permukaan bumi dengan sistem
ilmu ukur segitiga bola (Spherical Trigonometry).
▪ Data yang dibutuhkan untuk menentukan Arah Kiblat
yaitu:
1. Lokasi Ka’bah (Lintang & Bujur Ka’bah),
Lintang Ka’bah (ϕ) = 21º 25' LU
Bujur Ka’bah (λ) = 39º 50‘ BT
2. Data Geografis Lokasi Setempat (Lintang dan Bujur
lokasi yang akan dihitung arah kiblatnya).
▪ Pada penentuan arah Kiblat, jika posisi geografis bujur
suatu tempat/kota berada di sebelah timur Mekah
(Ka’bah), maka besar sudut arah Kiblat, B, dihitung dari
Utara-Barat (0°< B <180°).
▪ Apabila posisi geografis bujur suatu tempat/kota berada di
sebelah barat Mekah (Ka’bah), maka besar sudut arah
Kiblat, B, dihitung dari Utara-Timur (0°< B <180°).
RUMUS HISAB ARAH KIBLAT MENGGUNAKAN SEGITIGA
BOLA (SPHERICAL TRIGONOMETRI):

Cotan b . Sin a
Cotan B = – Cos a . Cotan C
Sin C
Atau:
Cotan B = (1:tan b) x sin a : sin C – cos a x (1:tan C)
Atau:
Cotan B = (1:tan(b)) x sin(a) : sin(C) – cos(a) x (1:tan(C))
RUMUS LAIN:
Cotan B = tan LK x cos LT : sin C – sin LT : tan C
Keterangan:
LK = Lintang Ka’bah
LT = Lintang Tempat
KETERANGAN RUMUS :
B adalah arah Kiblat suatu tempat
a adalah jarak antara titik kutub utara sampai garis
lintang yang melewati tempat/kota yang di hitung
arah kiblatnya, sehingga dapat dirumuskan :
a = 90° ─ Lintang kota yang bersangkutan
b adalah jarak antara titik kutub utara sampai garis
lintang yang melewati Ka'bah (φ =21° 25’ LU),
sehingga dapat dirumuskan :
b = 90° ─ Lintang Ka’bah
(sisi b ini harganya tetap, yaitu 68° 35')
C adalah jarak bujur atau Fadhlut Thulain, yakni
jarak antara bujur tempat yang dihitung arah
kiblatnya dengan bujur Ka'bah (39° 50' BT).
Cara Mendapatkan Nilai C adalah jika:
λtp = 0 0’ s.d. 39 50’ BT, maka C= λ ka’bah – λtp

λtp = 39 50’ s.d. 180 BT, maka C= λtp – λ ka’bah

λtp = 0 0’ s.d. 140 10’ BB, maka C = λtp + λ ka’bah

λtp = 140 10’ s.d. 180 BB, maka C = 320 10’ 25.09” – λtp

Keterangan:

λtp = Bujur tempat/Bujur lokasi yang diukur arah kiblatnya.

Anda mungkin juga menyukai