Anda di halaman 1dari 24

SATUAN UKURAN

&
PARAMETER UKUR TANAH

Ir. Henny Magdalena, S.T., M.T.


Parameter Ukur
Tanah
Parameter ukur tanah yaitu:
1. Jarak : jarak horizontal dan jarak vertikal (beda tinggi)
2. Sudut : sudut horizontal dan sudut vertikal
3. Azimut (sudut arah).

2
1. Satuan Jarak
Dalam Ukur Tanah, jarak antara dua buah titik
di muka bumi merupakan jarak terpendek
antara kedua titik tersebut pada bidang datar,
bidang miring atau bidang tegak. Pada bidang
Satuan datar disebut jarak datar, pada bidang miring
disebut jarak miring sedangkan pada bidang
Ukuran tegak disebut jarak tegak/tinggi.
• Satuan panjang yang lazim digunakan yakni
satuan metrik dan satuan britis.
• Satuan luas umumnya digunakan meter
persegi (m²). Untuk areal yang luas digunakan
Ha ataupun Km²
• Satuan volume tanah dipakai meter kubik
(m³)
2. Satuan sudut

Dasar untuk menyatakan besarnya sudut ialah lingkaran yang dibagi empat
bagian, yang dinamakan kuadran, yaitu Kuadran I, II, III dan IV.

Sistem besaran sudut pada pengukuran pemetaan terdiri dari:


a. Sistem Sexagesimal
Lingkaran dibagi atas 360 bagian yang sama dan tiap bagian disebut
derajat, maka 1 kuadran = 90°.
▪ 1° = 60'
▪ 1' = 60"
▪ 1° = 3600"
4
Cara menuliskannya 31°10'30"
b. Sistem Centicimal
Lingkaran dibagi atas 400 bagian yang sama dan tiap bagian disebut grid
(g), maka 1 kwadran = 100 g.
▪ 1g = 100 centigrade (100cg)
▪ 1cg = 100 centi centigrade (100ccg)
▪ 1g = 10000 centi centigrade (10000 ccg)

c. Sistem Radian
Sudut radian disajikan dalam sudut panjang busur. Sudut pusat di dalam
lingkaran yang mempunyai busur sama dengan jari-jari lingkaran adalah
sebesar satu radian. Karena keliling lingkaran ada 2 π r = 2 π rad.
Dalam satuan radian satu lingkaran dibagi menjadi 2  radian. Simbol
radian dinyatakan dengan  (rho).

Dari ketiga sistem sudut, dapat dihitung konversinya sebagai berikut :


Satu lingkaran = 360° = 400g = 2 rad
5
1. Jarak
Secara sederhana, pada ukur tanah jarak
antar dua titik A yang memiliki koordinat
(XA ; YA) dan B yang memiliki koordinat
(XB ; YB) adalah panjang terpendek di
PARAMETER bidang datar antara titik A dan B.

Ukur TanAH Jarak dapat dihitung menggunakan


teorema Phytagoras.

DAB = XB − XA 2 + YB − YA 2
Jarak antara titik A dan B

Garis lengkung, bukan jarak antara titik A dan B


7
Contoh
Diketahui XA = -10,21 m ; YA = 0,71 m
Dan XB = -150,28 m ; YB = -5,56 m
Maka

DAB = XB − XA 2 + YB − YA 2

DAB = −150,28 − (−10,21 )2 + −5,56 − 0,71 2 = 140,2 m

8
2. Sudut

Bacaan sudut pada theodolit ada


dua yaitu:
1. Bacaan lingkaran vertikal,
digunakan untuk menentukan
besanya sudut vertikal.
2. Bacaan lingkaran horizontal,
digunakan untuk menentukan
besarnya sudut horizontal.
9
a. Sudut Vertikal
Sudut vertikal adalah sudut
yang ditentukan dari garis
tegak (vertikal).
• Jika pembacaan sudutnya
dari arah zenit (atas),
maka disebut sudut zenit
(z).
• Jika pembacaan sudutnya
dari arah nadir (bawah),
maka disebut sudut nadir
(n).

10
Pabrik merancang sistem pembacaan lingkaran vertikal pada
theodolit dapat berupa sudut zenith (z) atau helling (h).

Kita dapat pula mengecek pembacaan lingkaran vertikal dengan


cara :
• Apabila pada saat mendatar dan kedudukan teropong biasa, besar
sudut vertikal 0 atau mendekati 0, berarti sistem pembacaan
sudut vertikal theodolit adalah sudut helling.
• Apabila pada saat mendatar dan kedudukan teropong biasa, besar
sudut vertikal 90 atau mendekati 90, berarti sistem pembacaan
sudut vertikal theodolite adalah sudut zenith.

Sudut vertikal maupun sudut miring digunakan untuk menghitung


jarak datar dan beda tinggi metode tachymetri.
11
b. Sudut horizontal
Bacaan piringan horizontal pada theodolit merupakan arah
horizontal teropong ke titik target.

Pada ukur tanah, sudut horizontal adalah selisih antara dua bacaan
arah horizontal dari dua buah target di lapangan, yaitu
(bacaan 𝑓𝑜𝑟𝑒 𝑠𝑖𝑔ℎ𝑡 (FS) − bacaan 𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑠𝑖𝑔ℎ𝑡 (BS)) dan selisih dari
dua azimut.

Sudut horizontal digunakan untuk menghitung azimut sisi poligon.

Pengukuran sudut merupakan salah satu aspek penting dalam


pengukuran dan pemetaan, baik untuk pengukuran dan pemetaan
kerangka maupun titik-titik detail.
12
Sudut horizontal dibedakan menjadi:
• Sudut dalam (interior angle) adalah sudut yang terletak di bagian
dalam poligon tertutup.
• Sudut luar (eksterior angle) adalah pelingkar sudut dalam pada
poligon tertutup.

13
Perhitungan sudut dari dua bacaan horizontal dan dari selisih dua
azimut. Jika Bacaan horizontal atau azimut OA dan OB diketahui,
sudut kanan AOB dapat dengan mudah dihitung :
• sudut AOB = azimut OB - azimut OA
atau
• sudut AOB = bacaan horizontal OB - bacaan horizontal OA

Jika hasil hitungan negatif,


maka hitungan ditambahkan 360°.

 + β′ = 360° atau β′ = 360° − β

14
Contoh :
Diketahui αOA = 60°30′ dan αOB = 260°50′
maka ∠AOB = β = αOB − αOA = 260°50′ − 60°30′ = 200°20′
Jika terbalik, αOA − αOB = 60°30′ − 260°50′ = −200°20′
Diperoleh ∠BOA = β′ = −200°20′ + 360° = 159°40′

15
3. Azimut

Azimut antar dua titik adalah besarnya sudut yang dibentuk dari
suatu referensi (meridian atau utara) searah jarum jam sampai ke
garis penghubung dua titik itu.

Besarnya azimut pada satuan derajat mulai 0° – 360°. Arah utara


ditunjukkan dengan azimut 0°, arah timur ditunjukkan dengan
azimut 90°, arah selatan ditunjukkan dengan azimut 180°, arah
barat ditunjukkan dengan azimut 270°.

16
Keterangan gambar :
▪ Azimut OA = 54°
▪ Azimut OB = 133°
▪ Azimut OC = 211°
▪ Azimut OD = 334°

Sudut yang berputar berlawanan


arah jarum jam bukan disebut
sebagai azimut.

Jika azimut negatif atau lebih dari


360°, maka perlu diubah menjadi
besaran positif antara 0° – 360°.
17
Hubungan antara azimut dan
bearing

Bearing adalah sudut yang ukur dari BBr diperoleh dari FBr dengan
utara maupun selatan berputar searah cara mengganti huruf awal arah
jarum jam ataupun berlawanan jarum N menjadi S (atau S menjadi
jam ke titik yang dituju. N), dan huruf akhir E menjadi
W (atau W menjadi E),
Besarnya antara 0° – 90° dan ditulis sedangkan besar sudutnya
dengan dua huruf arahnya. tetap.

Back bearing (BBr) adalah besar


sudut kebalikan dari fore bearing
18
(FBr).
Keterangan gambar
Bearing
• OA = N 54° E
• OB = S 47° E
• OC = S 31° W
• OD = N 26° W

19
Hubungan antara azimut dan bearing

Jika azimut ≤ 90°, maka azimut = 𝐵𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 N − E


Jika 90° < azimut ≤ 180°, maka (180° − azimut) = 𝐵𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 S − E
Jika 180° < azimut ≤ 270°, maka (azimut − 180°) = 𝐵𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 S − W
Jika 270° < azimut ≤ 360°, maka (360° − azimut) = 𝐵𝑒𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔 N − W

20
Contoh:
Hitunglah azimut dari bearing seperti pada gambar
Jawab :
Bearing Azimut
N 37°30′ E 37°30′
S 67°15′ E 180° − 67°15′ = 112°45′
S 15° W 180° + 15° = 195°
N 45° W 360° − 45° = 315°

21
Perbedaan kuadran
matematika & ukur tanah

Ilmu Ukur Sudut (Matematika) Ilmu Ukur Tanah


Kuadran I II III IV Kuadran I II III IV
Sb X + - - + Sb X + + - -
Sb Y + + - - Sb Y + - - +
Sin  + + - - Sin  + + - -
Cos  + - - + Cos  + - - +

22
Tg  + - + - Tg  + - + -
THANKS!

Any questions?

23
to be continued next week

See you and keep healthy

24

Anda mungkin juga menyukai