Anda di halaman 1dari 2

Makam dua perintis Kristen Protestan Sangihe di kota Tahuna yang

dilupakan dan terabaikan


Sedikit gambaran tentang bagaimana keadaan di kepulauan Sangihe sebelum kedatangan para
pendeta Kristen Protestan di Kepulauan Sangihe. Yang diketahui Portugis merupakan bangsa
yang pertama kali, mempelajari tentang pulau-pulau ini pada tahun tahun 1568. Portugis
tidak menguasai secara mutlak, tetapi mereka memperkenalkan agama Kristen Katolik dan
perdagangan, setelah itu datang bangsa Spanyol yang melanjutkan pekerjaan Portugis dan
pada tahun 1616 bangsa Belanda yang dibantu oleh kerajaan Ternate merebut kepulauan
Sangihe dan Pulau Siau bisa ditaklukan nanti pada November 1677. Raja Amsterdam
(Pangeran Ternate) menyerahkan sepenuhnya Kepulauan Sangihe dan Siau kepada bangsa
Belanda “Edele Maatschappij”. pada zaman O.I./ Perusahaan bernama " Kepulauan Utara".
Dengan demikian Kepulauan Sangihe menjadi milik Belanda dan untuk Kepentingan agama
kristen protestan masyarakat Sangihe segera dibaptis , "secara massal" di Gereja Reformasi
pribumi, (menurut kebiasaan pada masa itu) dan bagi masyarakat Sangihe yang awalnya telah
menganut agama Kristen katolik direformasi ke kristen protestan.
Pada tanggal 4 Desember 1673, Kepulauan Sangihe telah menerima kunjungan pastoral dari
Pendeta Franciscus Dionysius Beato, yang jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan
kunjungannya, dia dimakamkan oleh penduduk setempat di Taruna pada akhir tahun 1674.
Tahun berikutnya Pendeta. Isaacus Huisman (atau Huysman) datang mengunjungi Kepulauan
Sangihe dalam rangka meneruskan pekerjaan Franciscus Dionysius Beato, tapi Pendeta
Isaacus Huisman belum sempat melaksanakan tugasnya secara maksimal bagi keselamatan
orang – orang di Kepulauan Sangihe, karena dia juga jatuh sakit (kemungkinan disentri,
seperti pendahulunya) dan pada tanggal 19 Mei tahun 1675 di makamkan oleh penduduk di
samping makam Franciscus Dionysius Beato di tanjung Taruna,
Di bulan Agustus tahun 1675 oleh OI Compagnie pendeta Montanus diutus ke Sangihe untuk
kunjungan gereja dalam kunjungan ini, dia melaporkan, antara lain: tentang keberadaan
makam dari dua Pendeta Fransiscus Dyonisius dan Pendeta Isaacus Huisman yang sangat
memprihatinkan lalu dalam kunjungan inspeksi Letnan Gubernur Ternate De Ghein
menyempatkan diri membangun makam kedua pendeta ini yang dicor dengan kapur dan
memberikan tanda identifikasi batu bata kapur dan diataasnya diletakan batu alam di
sekelilingnya di susun batu sungai membentuk tembok berukuran besar namun seiring waktu
dan tidak ada yang mengurusinya kedua makam ini perlahan rusak oleh akar pohon yang ada
di sekitarnya kedua kuburan ini ditumbuhi semak dan tanaman. Setelah 2 abad, di tahun 1924
Pendeta J. Mooy dari Gereja India melakukan perjalanan ke Sangir perhatiannya juga tertuju
pada 2 makam pendeta di Taruna dan melaporkan keberadaan kedua makam pendeta ini ke
OI Compag Perusahaan. Berdasarkan laporan Pendeta J. Mooy di tahun 1925 OI Compag
Perusahaan dan pemerintah kota setempat membiayai pemugaran kedua makam tersebut,
keadaan makam yang awalnya tertutupi oleh tanaman merambat, pohon-pohon besar di
sekitarnya yang akarnya di sana-sini melingkari tembok makam. Lalu dibersihkan secara
menyeluruh sampai bentuk kedua makam tersebut dapat terlihat dengan baik, Salah satu
makam telah runtuh di tengah sementara yang lain masih cukup utuh.
Di dalam pertemuan resor dengan para pendeta gereja Pribumi dibahas tentang anggaran dan
proses pemugaran makam kedua pendeta yang menjadi utusan Tuhan dan telah membawa
orang Sangire keluar dari kegelapan menuju terang untuk di kembalikan dalam bentuk
aslinya. Setiap distrik mengumpulkan ƒ 50, yang saat itu terdiri dari 9 distrik, sementara para
menteri Hindia Gereja mengumpulkan uang untuk batu nisan, yang tertulis:
Makam dari pendeta Ternate Fransiskus. Dionisius Dan Ishak. Houseman dalam perjalanan
kunjungan almarhum pertama pada tahun 1674 yang kedua pada tanggal 19 Mei 1675.
dipugar dan di perbaiki, 19 Juli tahun 1925. terletak di pantai tepat di luar Taruna, di jalan
menuju Angges.
Sumber tulisan :
*Geschiedenis Van De Minahasa Tot 1829 Dr. E. C Godee Moesbergen Landsarchivaris
Landsdrukkerij 1928 Weltevreden.
*De Zending Op De Sangi en Talaud Eilanden door D. Brilman D. d. W. te Ennemawira
Uitgegeven Van Wege den Zendingsstuide raad door de Drukkerij van de Stichting
Hoenderloo 1938.
*Neerlands Oost Indie Reizen over gedaan gedurende het tijdaak van 1852-1857 door. S. A.
Buddingh, Laatstelijk Belast met eene Algemene Iinspektie over de Protestantsche en het
School wezen in Nedeblands Indie met Platen Tweede deel te Rotterdam bij.
M Wijt& Zonen.1860.
*Oud en Nieuw oost Indien met Aanteekeningen Voledige Inhoudsregisters Chronologische
lijsten enz Uitgegeven door Dr. S. Keijzer Eerste Deel. S Gravenhage.
H. C , Suzan, C.H.Zoon .1856 .

Anda mungkin juga menyukai