Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

D DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT


DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUANG SOEPARJO
RUSTAM RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik


Pendidikan Profesi Ners Stase Anak

Disusun Oleh

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.


D DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA NYERI AKUT
DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRITIS DIRUANG SOEPARJO
RUSTAM RSUD PROF. DR MARGONO SOEKARJO

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Telah dikonsulkan kepada pembimbing akademik


Pada tanggal: September 2022

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(.......................................) (.......................................)

DAFTAR ISI
ii
Halaman Judul..................................................................................................i
Halaman Pengesahan........................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Pengertian.............................................................................................1
B. Etiologi.................................................................................................1
C. Tanda dan Gejala..................................................................................2
D. Komplikasi............................................................................................3
E. Patofisiologi..........................................................................................4
F. Fokus Pengkajian..................................................................................4
G. Pathway.................................................................................................6
H. Diagnosa Keperawatan yang Muncul...................................................6
I. Penatalaksanaan Gastritis ...........................................6
J. Pencegahan...........................................................................................7
K. Intervensi Keperawatan........................................................................8
BAB II Tinjauan Kasus....................................................................................10
BAB III Pembahasan........................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Hernia adalah penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan dinding perut
(Sjamsuhidayat, 2004).

Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan atau bagian organ


melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering
terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular
abdomen konginental atau didapat (Ester, 2004).

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dari


tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat
(Long, 2002).

Nyeri adalah suatau perasaan yang tidak menyenangkan dan


disebabkan oleh stimulus spesifik seperti mekanik, termal, kimia atau elektrik
pada ujung – ujung syaraf serta dapat diserahterimakan kepada orang lain
(Intan, 2011).

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan


dengan kerusakan jaringan atau fungsional, dengan onset mendadak, atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (SDKI, 2016).

Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional tidak


menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for the
Study of Pain) awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan
hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan
dengan durasi kurang dari 3 bulan (NANDA, 2018).

1
B. Etiologi
a.    Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria
maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut .

b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis
hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada
daerah selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya  mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut

c.    Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti


pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung
kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit
atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah.

d.    Keturunan

Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena
hernia.

e.    Obesitas

2
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada
tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus
hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya
penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

f.    Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus


memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi
pencetus terjadinya hernia.

g.    Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat


menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.

h.    Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal


daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
(Giri Made Kusala, 2009).

C. Jenis- jenis Hernia


a. Hernia hiatal
Kondisi di mana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (toraks).

3
b. Hernia epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif
lemah, hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong
kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.

c. Hernia umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya.

d. Hernia inguinalis
Merupakan hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui
celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan.

e. Hernia femoralis
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

f. Hernia insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar
pusar tidak menutup sepenuhnya.

D.  Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang
berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan
perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan
pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan

4
mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya
pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses
perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi
hernia. Karena organ– organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan
yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya
menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami
kelemahan.

E. Manifestasi klinik
a. Berupa benjolan
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi
d. Terdapat keluhan kencing berupa disuria pada hernia femoralis yang
berisi kandung kencing

F. Penatalaksanaan medis
a.       Secara konservatif (non operatif)
 Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan tangan
 Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
b.      Secara operatif
 Hernioplasti
Memindahkan fasia pada dinding perut yang lemah, hernioplasti sering
dilakukan pada anak – anak
 Herniographi
Pada bedah elektif, kanalis dibuka, isi hernia di masukkan, kantong
diikat, dan dilakukan bainy plasty atau teknik yang lain untuk

5
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Ini sering dilakukan
pada orang dewasa
 Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan pada
klien dengan hernia yang sudah nekrosis
G. Fokus Keperawatan
1.      Pengkajian

a.       Aktivitas/istirahat

Tanda dan gejala: Atropi otot, gangguan dalam berjalan, riwayat


pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk dalam waktu
lama.

b.      Eliminasi

Gejala: Konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi adanya


inkontinensia atau retensi urin.

c.       Integritas ego

Tanda dan gejala: Cemas, depresi, menghindar ketakutan akan


timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.

d.      Neuro sensori

Tanda dan gejala: Penurunan reflek tendon dalam kelemahan otot


hipotonia, nyeri tekan, kesemutan, ketakutan kelemahan dari tangan
dan kaki.

e.       Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: Sikap, perubahan cara berjalan, nyeri seperti tertusuk benda


tajam, semakin memburuk dengan batuk, bersin membengkokkan
badan.

f.       Keamanan

6
Gejala: adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi.

2.      Diagnosa Keperawatan dan Intervensi

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dan intervensi yang


dapat dilakukan adalah:

a.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) sehubungan dengan kompresi


syaraf, spasme otot

Kriteria hasil:

 Melaporkan nyeri hilang dan terkontrol.


 mengungkapkan metode yang memberi penghilangan.
 mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik.
Intervensi:

1)     Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi lamanya serangan,


faktor pencetus atau yang memperberat

Rasional: Membantu menentukan pilihan intervensi dan


memberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap
terapi

2)     Pertahankan tirah baring selama fase akut letakkan pasien


pada posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan
lutut dalam keadaan fleksi, posisi terlentang dengan atau tanpa
meninggikan kepala 10-30 derajat pada posisi lateral

Rasional: Tirah baring dalam posisi yang nyaman


memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot
menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan
memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan discus.

3)      Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan

7
Rasional: Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat
menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan
tekanan pada struktur sekitar discus intervertebralis.

4)     Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi


atau visualisasi

Rasional: Memfokuskan perhatian klien membantu


menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.

5)      Kolaborasi dalam pemberian terapi

Rasional: Intervensi cepat dan mempercepat proses


penyembuhan.

b.     Koping individu tidak efektif (ansietas) sehubungan dengan krisis


situasional, perubahan status kesehatan

Kriteria hasil:

 Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang.


 Mengkaji situasi terbaru dengan akurat mendemonstrasikan
ketrampilan pemecahan masalah.
Intervensi:

1)      Kaji tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien


menangani masalahnya sebelumnya dan sekarang

Rasional: Mengidentifikasi keterampilan untuk mengatasi


keadaannya sekarang.

2)      Berikan informasi yang akurat

Rasional: Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan


yang didasarkan pada pengetahuannya.

8
3)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
masalah yang dihadapinya

Rasional: Kebanyakan pasien mengalami permasalahan yang


perlu diungkapkan dan diberi respon.

4)      Catat perilaku dari orang terdekat atau keluarga yang


meningkatkan peran sakit pasien

Rasional: Orang terdekat mungkin secara tidak sadar


memungkinkan pasien untuk mempertahankan
ketergantungannya.

c.       Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan nyeri, spasme otot

Kriteria hasil:

 Mengungkapkan pemahaman tentang situasi atau faktor resiko


dan aturan pengobatan individual.
Intervensi:

1)      Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi


yang spesifik

Rasional: Tergantung pada bagian tubuh yang terkena atau


jenis prosedur yang kurang hati-hati akan meningkatkan
kerusakan spinal.

2)      Catat respon emosi atau perilaku pada saat immobilisasi,


berikan aktivitas yang disesuaikan dengan pasien

Rasional: Immobilitas tang dipaksakan dapat memperbesar


kegelisahan, peka terhadap rangsang.

3)      Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif

9
Rasional: Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi tang
khusus tetapi biasanya berkembang dengan lambat sesuai
toleransi.

4)      Ikuti aktivitas atau prosedur dengan periode istirahat

Rasional: Meningkatkan penyembuhan dan membentuk


kekuatan otot.

5)      Berikan atau bantu pasien untuk melakukan latihan rentang


gerak aktif, dan pasif

Rasional: Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang


belakang, memperbaiki mekanika tubuh.

d.     Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang


berhubungan dengan muntah, mual, gangguan peristaltic usus

Kriteria hasil:

 Meningkatkan masukan oral.


 Menjelaskan faktor penyebab apabila diketahui.
Intervensi:

1)     Tentukan kebutuhan kalori harian yang adekuat, kolaborasi


dengan ahli gizi.

Rasional: Mencukupi kalori sesuai kebutuhan, memudahkan


menentukan intervensi yang sesuai dan mempercepat proses
penyembuhan.

2)     Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat, negosiasikan


dengan klien tujuan masukan untuk setiap kali makan dan
makan makanan kecil

10
Rasional: Klien dapat mengontrol masukan nutrisi yang
adekuat sesuai kebutuhan, yang digunakan sebagai cadangan
energi yang untuk beraktivitas.

3)     Timbang berat badan dan pantau hasil laboratorium

Rasional: Dapat digunakan untuk memudahkan melakukan


intervensi yang akurat dan sesuai dengan kondisi klien.

4)     Anjukan klien untuk menjaga kebersihan mulut secara teratur


pantau klien dalam melakukan personal hygiene.

Rasional: Meningkatkan nafsu makan dan memberi


kenyamanan dalam mengkonsumsi makanan sehingga
kebutuhan kalori terpenuhi.

5)     Atur rencana perawatan untuk mengurangi atau


menghilangkan ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan
mual, muntah, dan mengurangi nafsu makan

Rasional: Menentukan intervensi yang sesuai meningkatkan


masukan oral.

e.      Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan


aliran darah pembentukan hematoma

Kriteria hasil:

 Melaporkan atau mendemonstrasikan situasi normal.


Intervensi:

1)      Lakukan penilaian terhadap fungsi neurologist secara


periodik

Rasional: Penurunan atau perubahan mungkin mencerminkan


resolusi edema, inflamasi sekunder.

11
2)     Pertahankan pasien dalam posisi terlentang sempurna selama
beberapa jam

Rasional: Penekanan pada daerah operasi dapat menurunkan


resiko hematoma.

3)      Pantau tanda-tanda vital catat kehangatan, pengisian kapiler

Rasional: Perubahan kecepatan nadi mencerminkan hipovolemi


akibat kehilangan darah, pembatasan pemasukan oral mual,
muntah.

4)      Kolaborasi dalam pemberian cairan atau darah sesuai


indikasi

Rasional: Terapi cairan pengganti tergantung pada derajat


hipovolemi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Long, Barbara C. (2002). Perawat Medical Bedah. Volume I. (terjemahan).


Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media


Aesculapius FKUI: Jakarta

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid II. Media


Aesculapius FKUI: Jakarta

Poppy Kumala, dkk. (2005). Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC: Jakarta

R. Sjamsuhidayat & Wim, D.J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai