SMF ANASTHESI
1. Anestesi Umum...................................................................................................................1
8. Ekstubasi...........................................................................................................................13
9. Intubasi..............................................................................................................................14
Prosedur Premedikasi
Ringan Alprazolam 0,25-0,5 mg po, 1 hari pre op
Lorazepam 1-2 mg po, 1 hari pre op
Sedang Midazolam 1-2 mg IV, sebelum induksi (saat pasien
Petidin 1-2 mg/kgBB pada ruang persiapan atau kamar
Atau Fentanil 1-2 µg/kgBB operasi), perlu monitoring
Atau Morfin 0.1 mg/kgBB tanda tanda depresi nafas.
Berat Alprazolam 0,5-1 mg po 2 hari pre op
Midazolam 5 mg
+ Petidin 1-2 mg/kgBB Atau IV, sebelum induksi (saat pasien
Fentanil 1-2 µg/kgBBAtau pada ruang persiapan atau kamar
Morfin 0,1 mg/kgBB operasi), perlu
monitoring tanda tanda depresi
nafas.
Induksi
Preinduksi :
Periksa mesin anestesi, alat penghisap, peralatan pemeliharaan jalannafas,
obat-obatan.
Pasang monitor Anestesi dan periksa fungsinya.
Berikan 02 100% melalui sungkup muka selama 1-3 menit.
Dapat diberikan obat-obatan tambahan untuk sedasi/analgesia jikadiperlukan
seperti :
Pemeliharaan Anestesi
30-100% O2
+ 0-70% N2O
+ Halotan (MAC = 0,75%) titrasi atau
Anestesi Inhalasi Enfluran (MAC = 1,76%) titrasi atau
Isofluran (MAC = 1,1%) titrasi atau
Sevofluran (MAC = 2,0%) titrasi
atau Desfluran (MAC = 6,0%) titrasi
30-100% O2
+ 0-70%% N2O
+ Petidin 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4 jam(bolus
Anestesi Balans intermiten)
atau Fentanil 1-10µg/kgBB sesuai kebutuhan
+ Halotan atau anestitik inhalasi lainnya (titrasi)atau
Propofol 50-200µg/kgBB/mnt.
Anestesi Intravena 30-100% O2
Bolus awal : 1-2 mg/kgBB
+ Petidin Pemeliharaan : 0,5-1,5 mg/kgBB/3-4
jam (bolus intermitten)
Bolus awal : 1-2µg/ kgBB
atau Pemeliharaan : 1-10
Fentanil µg/kgBB/sesuai
Kebutuhan
Total Induksi : 1-2
Mg/Kgbb
+ Propofol Pemeliharaan : 50-200
µg/Kgbb/Bolus
(Infus dihentikan 5 menit sebelum
operasi selesai)
Induksi : 1-2 mg/kgBB
atau Pemeliharaan : 1-2 mg/kgBB/mnt
Ketamin Intermiten tiap 15-20 mnt atau
sesuai kebutuhan.
Jika diperlukan pelumpuh otot selama operasi maka beberapa pilihanyang dapat
digunakan adalah sebagai berikut :
Bedah urologi
1. TUR
2. Seksio alta
3. Orkidektomi
4. Vasektomi
5. Vesikolitotomi
Kontra indikasi
Absolut
1. Pasien menitolak
2. Terdapat lesi di tempat penyuntikan
3. Sepsis
4. Koagulopati
5. Peningkatan tekanan intra kranial
Relatif
1. Infeksi di sekitar penyuntikan
2. Hipovolemia
3. Penyakit sususna saraf pusat
4. Nyeri punggung kronik
8. EKSTUBASI
EKSTUBASI
Pengertian Ekstubasi adalah tindakan pencabutan pipa endotrakea. Ekstubasidilakukan pada
saat yang tepat bagi pasien untuk menghindari terjadinya
reintubasi dan komplikasi lain.
Tujuan • Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul
• Pemantauan dini komplikasi dan penatalaksanaan segera dari
komplikasi yang timbul.
• Keamanan dan kenyamanan pasien terjamin selama pelaksanaanprosedur
Kebijakan • Tindakan Ekstubasi membutuhkan tenaga terlatih, asisten, obat- obatan dan
monitoring yang sama dengan standar intubasi endotrakeal terdahulu.
• Sebaiknya dilakukan pada pagi atau sdiang hari.
• Keputusan Ekstubasi dilakukan oleh konsultan HCU atau residen HCU
yang telah dinyatakan mampu untuk menitgambil keputusan.
• Kriteria Ekstubasi :
- Kesadaran yang adekuat untuk mempertahankan reflex protektif jalan
nafas dan reflex batuk untuk mempertahankan jalan nafas.
- Cadangan paru yang adekuat :
Laju nafas < 30 kali / menit
FVC > 15 ml / kg
PaO2 /FiO2 > 200
- Pada pasien pasca pembedahan jalan nafas atau edema jalan nafas atas,
edema jalan nafas telah minimal atau ditandai dengan adanya kebocoran
udara yang adekuat setelah cuff pipa endotrakea dikosongkan.
- Pasien bedah plstik atau THT bila memungkinkan dibicarakan terlebih
dahulu dengan dokter bedah plastik atau THT sebelum Ekstubasi. Pasien
dengan intermaxillary fixation yang masih terpasang membutuhkan
dokter bedah plastik dan pemotong kawat bila akan diekstubasi
- Pasien-pasien khusus seperti pasien PPOK, pasien dengankesadaran yang
tidak baik, mmebutuhkan diskusi dengan konsultan HCU yang bertugas
untuk dilakukan Ekstubasi.
• Semua pasien pasca Ekstubasi menitdapat oksigen
Kebijakan • Intubasi endotrakea dilakukan oleh dokter anestesi atau residen anestesi yang
telah dinyatakan terlatih dan mampu oleh konsultan anestesi untuk
melakukan intubasi endotrakea. Residen yang belum terlatih dapat melakukan
prosedur tersebut dengan supervises dokter konsultan anestesi atau residen
Anestesi yang telah terlatih.
• Dibutuhkan asisten yang telah terlatih selama prosedur.
• Bila temukan kesulitan intubasi, segera minta bantuan dari yang ahli.
• Intubasi orotrakea adalah teknik intubasi standar di RSKD IA Pertiwi
• Intubasi nasotrakea dapat dilakukan bila ada indikasi untuk itu.
• Metode intubasi :
- Visualisasi langsung dengan rapid sequence intubation
- Bronkoskopi serat optic (awake intubation)
- Intubation laryngeal mask (Fastrac)
• Pipa endotrakea standar adalah pipa orotrakea PVC high volume, low
pressure
• Sebelum melaksanakan prosedur dijelaskan terlebih dahulu pada pasien bila
mungkin dan pada keluarga pasien, kecuali pada keadaan emergensi atau
pada tindakan resusitasi. Ijin tindakan tertulis dilengkapi dan ditandatangani
pasien atau keluarga pasien, kecuali pada keadaan emergensi atau pada
tindakan resusitasi.
• Komplikasi
- Selama tindakan intubasi
Aspirasi
Kerusakan gigi
Perforasi oropharing dan atau laring
Epistaxis
Hipoksemia
Iskemik miokard
Edema paru
Intubasi endobronkial
Stimulasi vegal : bradikardia dan hipotensi
Laringosperm
Pasien dengan fraktur cervical dapat menitgalami paralisis
- Intubasi lama
endobronkhial
Pasca Ulserasi mukosa trakea
Pipa endotrakea tersumbat atau kinking
- Intubasi Ekstubasi
Nyeri tenggorokan
Kerusakan pipa suara
Saura serak
Stridor
Stenosis trakea
Laringosparm
Prosedur • Intubator merupakan kordinator tindakan intubasi, dibantu beberapaasisten
yang bertugas :
- Memasukkan obat
- Memberikan tekanan krikoid bila dibutuhkan
- Melakukan in line cervical immobilisation bila diperlukan
• Pastikan akses intravena yang adekuat telah terpasang dengan baik
• Alat-alat yang dibutuhkan
- Oropharyngeal airway
- Suction unit yang bekerja baik dengan kateter suction yang sesuai
- Bag valve mask yang sesuai
- Oksigenasi 100% dengan flowmeter pada 15 liter/menit
- 2 set laryngoskop yang bekerja baik
- Forsep Magill
- Introducer
- 2 ukuran pipa endotrakea (ukuran normal dan 1 ukuran lebihkecil).
Pastikan cuff pipa endotrakea baik.
- Plester
- Syringe untuk cuff
- Stetoskop
- Akses bila terjadi kesulitan intubasi
Sesuai protokol kesulitan intubasi
Alat-alat krikotirotomi /krikotiroidotomi
• Pada pasien terpasang monitor :
- Saturasi denyut oksigen
- Tekanan darah
- EKG
- Bila ada : kapnografi, tekanan darah invasif
• Obat-obatan yang disediakan :
- Obat induksi : triopental, fentanyl, midazolam, ketamin dsb
- Pelumpuh otot : suksinilkolin, rokuronuim dsb
- Sulfas atropine
- Adrenalin
- Obat-obat resusitasi lain
• Intubasi orotrakea dengan rapid sequence induction :
- Preoksigenasi dengan oksigen 100% selama 3-4 menit
- Perload dengan cara kristaloid 250-500 ml bila tidak terdapatkontra
indikasi
- Berikan obat induksi dan pelumpuh otot sesuai keadaan pasienbila
tidak terdapat kontra indikasi
- Asisten menitberikan tekanan pada krikoid
- Visualisasi langsung pita suara dengan laringoskop dan intubasitrakea
- Pasien dengan dugaan trauma cervical dilakukan pada posisinetral
dengan in line axial stabilization.
- Konfirmasi letak ujung pipa endotrakea :
Auskultasi dada kiri dan kanan pada saat ventilasi manual
End tidal CO2 bila tersedia
- Lepaskan pipa endotrakea
- Beri ventilasi tekanan positif dengan bag valve mask atau dengan
ventilator
- Pastikan sedasi dan pelumpuh otot yang adekuat
- Pertimbangkam pemasangan langsung pipa nesogastrik karena
dibutuhkan oleh mayoritas pasien dan tidak dibutuhkanpengulangan foto
thorax lagi.
- Lakukan foto thorax
- Analisa gas darah, bila pasien dengan ventilator sesuaikan FiO2
- Catat pada rekam medis
Panjang pipa endotrakea di gigi pasien
Keadaan pasien selama intubasi endotrakea
Obat-obatan yang diberikan
Komplikasi yang terjadi selama pemasangan pipa endotrakea
Hasil pemeriksaan pemeriksaan foto thorax dan analisa gasdarah.
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
10. PENGGUNAAN ALAT
PENGGUNAAN ALAT MONITOR
Pengertian Adalah tata cara umum memasang alat untuk memonitor beberapa
parameter sekaligus yaitu ; tekanan darah noninvasive, heart rate,
EKG, saturasi oksigen denyut (SPO2), ET (End Tidal) CO2.
Tujuan Agar dapat menitggunakan alat monitor secara tepat dan benar.
Upaya pemeliharaan alat, menitcegah kerusakan dini.
Kebijakan Alat-alat monitor berharga mahal.
Lama umur masa pakai semaksimal mungkin.
Prosedur Tempatkan alat monitor ditempat aman, terfiksasi dengan baik, posisi
dapat diatur sehingga layar monitor mudah dan jelas dapat dilihat.
Pastikan alat monitor dalam posisi switch off.
Pastikan tegangan listrik yang sesuai dengan alat.
Pastikan kabel listrik penghubung monitor ke sumber listrik dalam
keadaan baik.
Hubungkan kabel listrik penghubung ke sumber listrik.
Pastikan dengan baik masing-masing jenis unit kabel monitor
penghubung monitor ke pasien (kabel EKG, HR, SpO2, TD- noninvasive,
ETCO2, temperatur, RR).
Pasang / hubungkan masing-masing kabel monitor tersebut ke tempat
yang benar da alat monitor. Sekali lagi jangan salah masukdengan lebih
dulu menitcermati dan menitcek ulang masing- masing jenis unit kabel
monitor dan tempat benar.
Hubungkan kabel monitor ke pasien ditempat yang benar.
Nyalakan arus listrik alat monitor (switch on).
Nyalakan layar monitor, atur pencahayaan layar monitor.
Selanjutnya masing-masing monitor diatur sesuai kebutuhanpasien seperti
lead EKG, interval pengukuran tekanan darah, alarm batas rendah dan
batas tinggi untuk HR, SpO2, ETCO2, TD (sistolik, diastolik, mean),
temperatur, RR.
Bila akan mematikan monitor, matikan dulu layar monitor, selanjutnya
lepas kabel monitor yang menitempel pada pasien.
Matikan alat monitor (switch off). Kabel monitor dapat ditinggalkan
terpasang pada alat monitor atau dilepaskan guna pemeliharaan /
penyimpanan, tergantung kebutuhan.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
11. PEMANTAUAN SELAMA ANESTESI
Kebijakan Indikasi :
- Tidak digunakan rutin pada keadaan henti jantung
- Tidak boleh tercampur dengan natrium bikarbonat
- Pemberian terlalu cepat dapat menitgakibatkan bradikardia atausystole
(terutama bila pasien menitdapat digoxin)
Prosedur Diberikan secara intravena bolus pelan, 8 sampai 16 mg/kg BB (biasanya
sekitar 5-10 ml) pada keadaan hiperkalemia dan overdosis calcium channel
blocker. Dapat diulang bila dibutuhkan.
2 sampai 4 mg/kg BB (bisanya 2 ml) intravena pelan sebagai profilaksis
pemberian calcium channel blocker.
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
15. PEMBERIAN
PEMBERIAN DOBUTAMIN
Pengertian Dobutamin adalah satu obat penting dalam kegawatdaruratan
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengancara
pemebrian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medispasien.
Kebijakan Indikasi
Kegagalan pompa jantung (gagal jantung kongestif, edema paru) dengan
tekanan darah sistolik 70-100 mmHg dan tidak ada gejala syok.
Hindari pemberiannya pada tekanan darah < 100 mmHg dengangejala syok.
Efek samping : takiaritmia, fluktuasi tekanan darah, sakit kepala,mual.
Pemberiannya tidak dicampurkan dengan bikarbonat.
PEMBERIAN DOPAMIN
Pengertian Dopamin adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan.
Tujuan • Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengancara
pemebrian yang tepat.
• Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medispaisen.
Kebijakan • Indiakasi :
- Obat kedua setelah atropine untuk bradikardi simptomatik
- Hipotensi (sistolik < 70-100 mmHg) dengan tanda an gejala dangaris
syok.
• Dapat digunakan pada pasien hipovolemik setelah pemberian cairanadekuat
• Pemberiannya tidak dicampur dengan natrium bikarbonat
• Efek samping : takikardia, vasokontriksi hebat.
PEMBERIAN NOREPINEPHRINE
Pengertian Norepinephrine adalah salah satu obat penting dalam kegawatdaruratan
kardiak.
Tujuan Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengancara
pemberian yang tepat.
Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medispaisen
Kebijakan Indikasi pemberiannya pada syok kardiogenik berat atau hipotensi signifikan
(tekanan darah sistolik < 70 mmHg) dengan resistensi perifer total rendah.
Ekstravasasi dapat menimbulkan nekrosis jaringan.
PEMBERIAN OKSIGEN
Pengertian Terapi oksigen adalah terapi penting dalam kegawatdaruratan
kardiopulmoner
Tujuan • Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengancara
pemebrian yang tepat.
• Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medispaisen
Kebijakan • Oksigen diberikan berasal dari tabung oksigen atau sumber oksigen yang
telah diinstal melalui pipa dinding ruangan, dan dihantarkan ke pasien
melalui alat penghantar khusus.
• Oksigen diindikasikan untuk :
- Setiap dugaan kegawatdaruratan kardiopulmoner, terutama (tapi tidak
terbatas) pada keluhan sesak nafas atau dugaan nyeri dada iskemik.
- Oksimetri denyut, bila tersedia merupakan salah satu cara memantau dan
menittitrasi pemberian oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
fisiologis tubuh.
- Observasi ketat harus dilakukan bila oksigen diberikan pada pasien yang
tegantung pada hypoxic respiratory drive untuk bernafas.
- Oksimetri denyut mungkin tidak akurat pada pasien curah jantung rendah
atau pasien dengan vasokontriksi.
Prosedur
ALAT FLOW O2%
Kanul hidung 1-6 liter / menit 24-44%
Venturi mask 4-6 liter / menit 24-40%
Sungkup muka partial 6-10 liter /menit 35-60%
rebrething
Bag mask 15 liter / menit Sampai 100%
Ventilator Sampai 100%
PANDUAN PRAKTIK
KLINIS
19. PEMBERIAN SULFAS ATROPIN UNTUK RESUSITASI
PEMBERIAN SULFAS ATROPIN UNTUK RESUSITASI
Pengertian Sulfas Atropin (SA) adalah salah satu obat penting dalam resusitasi
jantung paru.
Tujuan • Pemberian obat yang sesuai indikasi, dosis yang sesuai dan dengancara
pemebrian yang tepat.
• Semua obat, jumlah dan cara pemberian dicatat pada rekam medispaisen
Kebijakan • Indikasi :
- Obat utama untuk sinus bradikardi simptomatik
- Mungkin bermanfaat bila terdapat AV blok pada level nodal atau asistol
ventrikel. Tidak efektif bila terjadi adalah blok infranodal (Mobitz type
II).
- Obat pilihan kedua (setelah epinefrin atau vasopressin) untuk asistol atau
bradykardic pulseless electrical activity.
• Penggunaan yang berhati-hati pada iskemik miokard dan hipoksiakarena
meningkatkan kebutuhan oksigen miokard
• Hindari pada bradikardia hipotermi.
• Pada pasien dengan AV blok infranodal (type II) dan blok derajat tiga
dengan kompleks QRS yang lebar tidak efektif, malah dapatmenimbulkan
perlambatan denyut paradoksikal
Prosedur • Pulseless electrical activity :
- Bolus intravena 1 mg
- Ulangi setiap 3 sampai 5 menit (bila asistol menitetap) sampai dosis
maksimal 0,03-0,04 mg/kgBB
• Bradikardi :
- 0,5 sampai 1 mg intravena setiap 3 sampai 5 menit sesuai kebutuhan,
tidak melebihi dosis maksimal 0,04 mg/kgBB
- Dapat digunakan interval dosis yang lebih singkat (setiap 3 menit)
dengan dosis maksimal yang lebih tinggi (0,04 mg/kgBB) pada keadaan
klinis yang berat.
• Via pipa endotrakea :
2 sampai 3 mg dilarutkan dalam 10 ml larutan NaCl 0,9%
PANDUAN PRAKTIK
20. PEMELIHARAAN PIPA ENDOTRAKEA
PEMELIHARAAN PIPA ENDOTRAKEA
Pengertian Selama pasien dalam keadaan terintubasi, perlu dilakukan perawatanterhadap pipa
endotrakea untuk menitghindari komplikasi yang mungkin
terjadi selama pasien dalam keadaan terintubasi.
Tujuan • Minimalisasi komplikasi yang mungkin timbul akibat intubasi
endotrakea
• Pemantauan dini komplikasi akibat intubasi endotrakea dan
penatalaksanaan segera dari komplikasi yang timbul.
Kebijakan Pipa endotrakea yang telah terpasang wajib secara rutin beberapa kalisehari
diperiksa :
• Fiksasi pipa pada panjang pipa yang tepat
• Adanya tanda sumbatan pipa endotrakea
• Tekanan pada cuff pipa endotrakea
• Adanya kebocoran pada pipa endotrakea
• Suctioning dan humidifikasi yang baik.
Prosedur • Fiksasi pipa endotrakea :
- Fiksasi dengan plester setelah intubasi
- Pastikan fiksasi baik dengan memastikan bahwa plester melekat dengan
baik disekeliling pipa endotrakea
- Pastikan fiksasi endotrakea pada panjang pipa yang tepat beberapa kali
secara teratur setiap harinya atau bila ada kecurigaan pipa endotrakea
tercabut atau terdorong.
• Pemeriksaan terhadap cuff pipa endotrakea :
- Test volumetric : jumlah udara yang cukup yang dimasukkan ke cuff pipa
endotrakea sampai tidak terjadi kebocoran +1 ml segera dilakukan setelah
pemasangan pipa endotrakea dan diulangi secara rutin beberapa kali
sehari, terutama bila dijumpai adanya kebocoran manual hiperinflasi.
- Memastikan tidak terjadinya kebocoran dengan auskultasi didaerah
trakea selama ventilasi normal.
- Tekanan cuff dengan manometer.
• Bila dijumpai kebocoran yang menitetap pada pipa endotrakea :
- Segera dilakukan visualisasi langsung dengan laringoskop, meskipun
fiksasi terlihat pada panjang pipa endotrakea yang benar.
Pastikan tidak terjadi herniasi cuff di atas pita suara.
Kenali pasien dengan resiko tinggi kebocoran pipa endotrakea
:
Panjang pipa endotrakea yang tidak sesuai (pipa
endotrakea tidak boleh dipotong < 26 cm)
Pasien facial swelling (luka bakar, trauma wajah)
Pasien dengan tekanan jalan nafas yang tinggi selamaventilasi
• Suctioning pipa endotrakea secara teratur (setiap 2 jam) atau lebihsering
bila dijumpai adanya sekret jalan nafas yang banyak.
• Humidifikasi yang adekuat.