Anda di halaman 1dari 86

ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

“LIMBAH”

Oleh Kelompok 5

Kelas A1
Nabila Putri Rahmatillah 1711213024
Ananda Irmania Zsalsabila 1711213021
Ruella Rivenska Melian 1711213019
Fadhilla Puja Sridefi 1711213020
Diva Febria Alfer 1711213014
Aditya Marcel 1711213013
Saskia Putri Ananda 1711213016
Annisa Nurul Izza 1711213041
Auria Lady Afifah 1711213028
Trixy Delinda Alfi 1711213015
Rani Delfiyanti 1711213027
Syahrifah Aima 1711213017
Sharfina 1711213026

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
Nama: Nabila Putri Rahmatillah

NIM: 1711213024

LIMBAH DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

Tanpa disadari, limbah berbahaya ada di sekeliling kita. Berbagai macam limbah bisa
mencemari air, tanah, hingga udara yang kita hirup, dan dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan.

Limbah dapat ditemukan di mana saja. Mulai dari limbah rumah tangga, perkantoran,
industri, atau asap kendaraan di jalan raya. Mirisnya, karena sudah “lumrah” kita temui,
seringkali permasalahan ini tidak lagi dianggap serius. Misalnya, ketika kita melewati atau
bahkan tinggal di sekitar lokasi pembuangan akhir sampah, kita mungkin hanya akan
terganggu oleh baunya yang tidak sedap dan menganggapnya enteng, padahal sebenarnya
terdapat bahaya yang diam-diam mengintai kesehatan tubuh.

1. Limbah Udara
Limbah udara dapat menyebabkan polusi udara. Asap dan partikulat
merupakan dua jenis limbah udara yang dapat membahayakan kesehatan. Terutama
partikulat, karena bentuknya yang berupa partikel halus, sehingga sulit terlihat oleh
mata telanjang. Tanpa kita sadari, partikulat dapat terhirup dan menimbulkan penyakit
yang berbahaya.
 Partikulat berasal dari knalpot mesin diesel, pembakaran kayu, dan
pembangkit listrik tenaga batu bara. Sedangkan limbah asap umumnya berasal
dari kendaraan-kendaraan kecil.
 Limbah asap atau partikulat dalam polusi udara ini dapat menyebabkan
berbagai dampak terhadap kesehatan, seperti:
 Gangguan paru-paru, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Penyakit-
penyakit ini banyak ditemui di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi.
 Pada wanita hamil, bisa membahayakan janin dalam kandungan. Misalnya,
memengaruhi perkembangan otak janin, sehingga memiliki kemungkinan
mengalami ADHD atau lebih dikenal dengan sebutan hiperaktif.
2. Limbah Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tidak hanya bau tidak sedap, tempat pembuangan sampah ini juga memiliki
efek jangka panjang, antara lain:
 Berpotensi memicu beberapa jenis kanker, kecacatan janin, bayi lahir
prematur, atau bayi lahir dengan berat badan yang kurang. Akan tetapi, lokasi
tempat tinggal bukan satu-satunya faktor yang bisa menjadi penyebab. Hingga
kini masih belum dapat dipastikan apakah kondisi-kondisi tersebut berkaitan
dengan kimia beracun yang terdapat di TPA.
 Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah TPA dapat berdampak buruk
terhadap kesehatan. Penduduk yang tinggal di sekitar TPA berisiko terkena
penyakit hepatitis, kolera, giardiasis, dan blue baby
syndrome (methemoglobinemia), akibat mengonsumsi air yang tercemar.
Bahkan beberapa zat, seperti benzene, yang diketahui
bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker, juga bisa mencemari air
di sekitar lokasi TPA.
3. Limbah pada air

Air limbah adalah air yang sudah tercemar antropogenik. Limbah yang mencemari
air dapat berasal dari kotoran manusia, pembuangan tangki septik, pembuangan
limbah pabrik, air buangan dari sisa pencucian, dan masih banyak lagi.

Air yang sudah terkontaminasi dengan limbah ini bisa menimbulkan berbagai
penyakit, seperti:
 Diare, apabila mengonsumsi air yang tercemar bakteri atau parasit. Diare yang
parah bisa berujung pada kematian.
 Penyakit methemoglobinemia atau blue baby syndrome, bila mengonsumsi air
minum yang tercemar nitrat, atau tinggi akan kandungan nitrat.
 Penyakit infeksi, seperti hepatitis A, kolera, dan giardiasis, bila mengonsumsi
air yang terkontaminasi bakteri dan virus.
 Penyakit ginjal, penyakit hati, dan risiko bayi lahir cacat.
 Baik terlihat atau tidak terlihat, limbah tetap memiliki dampak buruk bagi
kesehatan. Mungkin saja tidak dirasakan segera, namun akan menimbulkan
efek negatif dalam jangka panjang. Guna mengurangi atau bahkan
menghilangkan ancaman bahaya dari limbah, diperlukan pengolahan limbah
yang baik dan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Sumber: https://www.alodokter.com/disadari-atau-tidak-limbah-ada-di-sekitar-kita-dan-bisa-
berbahaya
Nama : Ananda Irmania Zsalsabila

NIM : 1711213021

LIMBAH DAN DAMPAKNYA BAGI KESEHATAN

Berdasarkan keputusan Menperindag RI No.231/MPP/Kep/7/1997 Pasal 1 Tentang


Prosedur Impor Limbah, menyatakan bahwa limbah adalah bahan/barang sisa atau bekas dari
suatu kegiatan atau proses produksi yang fungsinya sudah berubah dari aslinya. Saat ini
jumlah limbah semakin meningkat karena hampir seluruh kegiatan manusia menghasilkan
benda ini, seperti kegiatan industri, rumah tangga, transportasi dan lain sebagainya. Melihat
kondisi seperti ini, pengelolaan limbah sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai dampak
negatifnya.

Pencegahan dan pengelolaan limbah, terutama limbah industri, sebenarnya telah


diatur oleh pemerintah (Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah) dengan mengeluarkan
berbagai Surat Keputusan sebagai acuan/patokan yang harus dilaksanakan oleh para pelaku
yang berpotensi untuk mencemari lingkungan. Pencegahan pencemaran oleh limbah rumah
tangga (sampah), walaupun sudah dilakukan tetapi masih tetap belum dapat diselesaikan dan
masih selalu menjadi permasalahan, terutama di daerah pemukiman. Pembuangan sampah
(limbah) yang dilakukan secara sembarangan akan mencemari lingkungan; bahkan bila
dibuang di tempat yang telah disediakan (tempat sampah) juga masih tetap merupakan
masalah, baik dari segi lingkungan anthropogenik maupun dari segi sosial. Sampah selalu
dianggap sebagai masalah yang sangat mengganggu; dengan dampak yang beranekaragam,
baik terhadap kesehatan maupun estetika dan keindahan kota (pemukiman).

Pengaruh limbah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek


langsung dan tidak langsung, sebagai berikut :

 Efek langsung; efek yang disebabkan karena adanya kontak langsung dengan
limbah tersebut. Misalnya limbah beracun, limbah yang korosif terhadap tubuh,
karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain. Selain itu ada pula limbah yang
mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Limbah
beracun jg akan membawa dampak langsung pada manusia seperti keracunan
bahkan kematian. limbah ini dapat berasal dari limbah rumah tangga selain limbah
industri.
 Efek tidak langsung; pengaruh tidak langsung ini dapat dirasakan masyarakat
akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan limbah. Dekomposisi
limbah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara
anaerobik apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan
lindi (leachate) beserta gas. Di dalam lindi tersebut mengandung mikroba patogen,
logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Selain itu efek tidak langsung lainnya
dapat berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam limbah.

Penyakit yang di akibatkan limbah sangat banyak dan dapat berupa penyakit tidak
menular, menular, potensi kebakaran, keracunan, dan lain-lain. Berikurt merupaka beberapa
penyakit yang diakibatkan baik secara langsung mauapun tidak langsung dari limbah :

 Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong
penularan infeksi,

 Timbulan sampah dapat menimbulkan penyakit yang terkait dengan tikus,

 Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai,

 Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit),

 Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
 Sampah beracun. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi
baterai dan akumulator

Limbah apabila tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkab bencana, yaitu :

o Sumber penyakit

o Pencemaran lingkungan

o Kematian

Lokasi dan pengolahan limbah yang kurang memadai (pembuangan limbah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme pembawa patogen seperti
lalat dan tikus yang dapat menjangkit penyakit, misalnya bahaya kesehatan pada manusia
seperti : Penyakit diare, tifus, bahkan demam berdarah karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolahan tidak tepat dapat bercampur air minum.

Limbah rumah tangga selain membahayangkan kesehatan manusia, limbah ini juga
sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Contoh
limbah rumah tangga yaitu penggunaan sebun detergen untuk mencuci, air cucian itu
kemudian dibuang keselokan dan merembes ke air tanah, air selokan mengalir ke sungai dan
seterusnya kelaut. Karena adanya limbah-limbah rumah tangga ini itu akan sangat
membahayangkan kelestarian lingkungan disekitar yang ada. Penguraian limbah yang
dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik.

Dampak Limbah Industri Pangan

Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain ; tahu,
tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa sisa bahan kimia yang
digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu,
tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang
menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological
Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol,
panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.

Dampak Limbah Industri Kimia

Industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya membutuhkan air sangat
besar, mengeakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan kelingkungan sekitarnya.
Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung mikroorganisme, senyawa
organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang
terbentuk selama proses permentasi berlangsung.

Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa
pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas
berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah limbah bahan beracun berbahayan
(B3) yang mencemari air dan udara. Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan
efek bahan kimia toksik : Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya
dosistertentu kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat
dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas
dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya. Keracunan
kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi
terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka
panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.

Dampak Limbah Industri Sandang Kulit & Aneka

Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit
dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukanair sebagai
mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses)
yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak
tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).

Dampak Limbah Industri Logam dan Elektronika


Bahan buangan yang dihasilkan dari industr besi baja seperti mesin bubut, cor logam
dapat menimbulkan pemcemaran lingkungan. Sebagian besar bahan pencemarannya berupa
debu, asap dan gas yang mengotori udarasekitarnya. Selain pencemaran udara oleh bahan
buangan, kebisingan yang ditimbulkan mesin dalam industri baja (logam) mengganggu
ketenangan sekitarnya. kadar bahan pencemar yang tinggi dan tingkat kebisingan yang
berlebihan dapat mengganggu kesehatan manusia baik yang bekerja dalam pabrik maupun
masyarakat sekitar.

Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini
memcemari air karena buanganya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang
berasal dari proses pickling untukmembersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat
dapat dimanfaatkan kembali.

Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari proses- proses
dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :

o Debu, dapat menyebabkan iritasi, sesak nafas

o Kebisingan, mengganggu pendengaran, menyempitkan pembuluh darah,


ketegangan otot, menurunya kewaspadaan, kosentrasi pemikiran dan efisiensi
kerja.

o Karbon Monoksida (CO), dapat menyebabkan gangguan serius, yang diawali


dengan napas pendek dan sakit kepala, berat, pusing-pusing pikiran kacau dan
melemahkan penglihatan dan pendengaran. Bila keracunan berat, dapat
mengakibatkan pingsan yang bisa diikuti dengan kematian.

o Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala,
pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.

o Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi
pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm),
pembengkakan paru-paru/celah suara.
o Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem
lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau sawah dan
sebagainya.

o Asap, dapat mengganggu pernafasan, menghalangi pandangan, dan bila tercampur


dengan gas CO2, SO2, maka akan memberikan pengaruh yang nenbahayakan
seperti yang telah diuraikan diatas.

Berbagai pabrik industri diantara bahan bakunya banyak mempergunakan zat-zat


kimia organik maupun anorganik. Sebagai hasil pengolahannya selai menghasilkan produk-
produk yang berguna bagi kehidupan manusia, juga fakta menunjukkan bahwa limbah-
limbah negatif bagi kesehatan manusia dan kelestarian lingkungannya.

Dampak Limbah Bagi Lingkungan

Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi
kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari
segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata). Cairan
rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai
organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.

Macam pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya terjadinya


perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan kimia dan mikroorganisme yang
terbawa air hujan dan meresapnya bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan
sumber air. Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke
permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air. Jika bahan pencemar itu berupa
B3 (bahan berbahaya dan beracun) mislnya air raksa (merkuri), chrom, timbale, cadmium,
maka akan berbahaya bagi manusia, karena dapat menyebabkan gangguan pada syaraf, cacat
pada bayi, kerusakan sel-sel hati atau ginjal. Baterai bekas (untuk senter, kamera, sepatu
menyala, jam tangan) mengandung merkuri atau cadmium, jangan di buang disembarang
tempat karena B3 didalamnya dapat meresap ke sumur penduduk.

Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya misalnya mengeluarkan bau yang


tidak sedap, debu gas-gas beracun. Pembakaran sampah dapat meningkatkan
karbonmonoksida (CO), karbondioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang,
amoniak dan asap di udara. Asap di udara, asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang
bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker, berhati-hatilah dalam membakar
sampah.

Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya
sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama
kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air
untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir
karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tanggake sungai, sehingga pintu
air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi
rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk. Dampak lain, antara
lain : Menurunnya kualitas lingkungan, Menurunnya estetika lingkungan, Terhambatnya
pembangunan negara.

Daftar Pustaka

Rosmidah Hasibuan. (2016) . Jurnal Analisis Dampak Limbah/Sampah Rumah Tangga


Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. STKIP Labuhanbatu.

Sastrawijaya, A.T (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprapto S.K.M, M.Kes.(2005). Jurnal Dampak Masalah Sampah Terhadap Kesehatan


Masyarakat. Jurnal Mutiara Kesehatan Indonesia.

Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi


Nama : Ruella Rivenska Melian

No.BP : 1711213019 (A1)

“Jenis – Jenis Limbah Industri”

a. Pengertian
 Limbah : buangan yang dihasilkan dari sebuah proses produksi baik itu yang
kedatangannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak diinginkan
dilingkungan sebab tidak mempunyai nilai ekonomis
 Limbah Industri : buangan yang dihasilkan dari sebuah proses produksi pada
sector industry yang kedatangannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
diinginkan dilingkungan sebab tidak mempunyai nilai ekonomis
b. Contoh Limbah Industri
limbah penambangan, limbah pabrik, limbah radioaktif dari PLTN, limbah rumah
sakit
c. Jenis-Jenis Limbah Industri
 Limbah Cair : dikenal sebagai entitas pencemar air, limbah yang mempuyai
bentuk cair. limbah industri  cair ini akan dibuang langsung ke saluran air
seperti selokan, sungai ,dan lautan. Contoh limbah cair dari industri ini antara
lain adalah sisa pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah tempe,
limbah tahu, kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, serta sisa-
sisa bahan kimia lainnya.
Limbah Tahu-Tempe
Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang
cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe.
Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya
berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob,
efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih
mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan
dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum
dapat diatasi. Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus
kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada
proses pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar.
Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan, Jakarta Barat
 Limbah Padat : buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi yang
berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses
pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri,
serta dari tempat- tempat umum,pada umumnya limbah ini akan dibuang ke
wilayah daratan tanpa adanya proses pengolahan, maka akan mencemari tanah
di wilayah tersebut. Beberapa contoh dari limbah industri padat antara lain
adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur-
bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain sebagainya
Limbah Tanah
Pencemaran yang dilakukan oleh limbah pabrik intesitasnya lebih banyak
karena saat ini Indonesia tegah bertransformasi menjadi negara industri
sehingga semakin banyak sektor industri yang dibangun, termasuk industri
kecil atau industri rumahan.Limbah pabrik atau limbah insutri keberadaannya
lebih membahayakan daripada limbah domestik. Hal ini karena jumlah yang
dibuang lebih besar dan biasanya kandungan bahan kimianya lebih banyak dan
lebih keras. Sebenarnya untuk limbah industri ini bisa diantisipasi dengan
penanganan yang tepat

 Limbah Gas : limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai
hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada
umumnya memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup
yang ada di Bumi Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini
biasanya mencemari udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah
kebocoran gas, pembakaran  pabrik, asap pabrik sisa produksi dan lain
sebagainya.
 Limbah B3 : sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan- bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya, konsentrasinya, maupun
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Contoh : bekas
pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar
mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu, pembersih
oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu batera
DAFTAR PUSTAKA

GeneratePress. 2018. “Jenis-Jenis Limbah Industri” dalam


https://pengajar.co.id/contoh-limbah-industri-pengertian-jenis-dampak-buruk-beserta-
contohnya/ diakses pada tanggal 23 Februari 2019.
“Jenis-Jenis Limbah Industri” dalam
https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-industri diakses pada tanggal 23
Februari 2019.
Rubrik Lingkungan.2017.”Jenis Limbah B3” dalam
http://www.beraunews.com/pembangunan-lingkungan/lingkungan/4387-izin-pengelolaan-
limbah-b3-terus-meningkat diunduh pada tanggal 23 Februari 2019.
Ida Ayu Lochana Dewi.2013.”Limbah Industri Gas” dalam
https://www.slideshare.net/idaayulochana/penanganan-limbah-industri-pangan diunduh pada
tanggal 23 February 2019.
Nusa Idaman Said.”Limbah Tahu-Tempe” dalam
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahtt/limbahtt.html diunduh pada tanggal 23
February 2019.
FADHILLA PUJA SRIDEFI

1711213020 // A1

Limbah Industri

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baikindustri maupun domestik
(rumah tangga), yang kehadirannya pada suatusaat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memilikinilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimiaorganik dan
anorganik. dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiranlimbah dapatberdampak negati! terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. "tingkat
bahayakeracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah

Limbah ini dihasilkan atau berasal


dari hasil produksi oleh pabrik atau
perusahaan tertentu. Limbah ini
mengandung zat yang berbahaya
diantaranya asam anorganik dan senyawa
orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke
perairan maka akan menimbulkan
pencemaran yang dapat membahayakan
makluk hidup pengguna air tersebut
misalnya, ikan, bebek dan makluk hidup lainnya termasuk juga manusia.

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

1) Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.
Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan
salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode
pengolahan:

1.    pengolahan secara fisika

2.    pengolahan secara kimia

3.    pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
2 .Limbah padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri


dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah
padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat
umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu, kain,
karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca,
organik, bakteri, kulit telur, dll Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan,
lumpur, bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil,
potongan logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat
yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun
pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.

3 Limbah gas dan partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara


oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga),
hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida,
ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon
monoksida dan timah. Udara adalah media
pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau
asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan
dengan udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan
menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin
terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan
pencemaran berbentuk gas tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu)
ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-
lain.

4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Pengolahan Limbah Industri

1. Pengolahan limbah padat

Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah. salah satu jenis limbah
yang dapat dihasilakn dari proses industri adalah limbah yang berbentuk padat. Untuk
mengatasi limbah padat cara yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut:

 Penimbunan terbuka
Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah penimbunan
terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat organik
akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme- organisme pengurai
sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur (baca: ciri- ciri tanah subur dan tidak
subur).

 Sanitary landfill

Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik
untuk mencegah pembesaran di tanah (baca: jenis tanah) dan gas metana yang terbentuk
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.

 Insenerasi

Hasil panas digunakan untuk listrik atau pemanas ruangan.

 Membuat kompos padat

Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya limbah
padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos
ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.

 Daur ulang

Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang
masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat barang
lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah kerajinan dari barang-
barang bekas.

2. Pengolahan limbah cair

Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena bentuknya yang
berbeda. Untuk limbah cair sendiri, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

 Pengolahan primer dengan proses penyaringan, pengolahan awal, pengendapan dan


pengapungan. Pengolahan ini efektif untuk polutan minyak dan juga lemak.
 Pengolahan sekunder, menggunakan mikroorganisme untuk menguraikan bahan.
 Pengolahan tersier yang bersifat khusus
 Desinfeksi
 Slude treatment atau pengolahan lumpur.

3. Pengolahan limbah gas

Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Mengontrol emisi gas buang


2. Menghilangkan materi partikulat dari udara pembuangan
3. Pengolahan limbah B3

4. Pengolahan Limbah B3

Berikut merupakan pengolahan limbah B3:

1. Metode pengolahan secara fisika, kima dan biologi


2. Metode pembuangan limbah B3, yang terdiri atas sumur dalam/ sumur injeksi, kolam
penyimpanan, dan landfill.

Sumber :

https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-industri

https://www.academia.edu/28564993/MACAM_LIMBAH.docx
NAMA: DIVA FEBRISIA ALFER

NIM : 1711213014

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan
tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan
senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran
yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan
makluk hidup lainnya termasuk juga manusia

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

1) Limbah cair

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.
Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan
salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode
pengolahan:

1.    pengolahan secara fisika

2.    pengolahan secara kimia

3.    pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :

h. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
i. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
j. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
k. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
l. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
m. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
n. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

2 .Limbah padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll Limbah
padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa
proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat
yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat
yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali
kemudian dibuang dan dibakar
3 Limbah gas dan partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. Udara adalah media pencemar untuk
limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas
tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-
gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

4 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Sumber: https://www.academia.edu/28564993/MACAM_LIMBAH.docx
Nama : Aditya Marcel

NIM : 1711213013

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT

Limbah padat bersumber dari timbunan yang sampah diakibatkan adanya berbagai kegiatan
seperti, permukiman, perdagangan, industri, institusi, rumah sakit, tempat umum (rekreasi,
jalan, taman), lapangan udara, pelabuhan laut, “water and waste treatment plant”

Pengolahan Limbah Padat

1) Penimbunan.
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang
yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
Metode penimbunan merupakan metode kuno yang memberikan dampak negatif lain.
Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat
berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang
tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping
menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu
sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang
dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah
tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari
udara dan berkembangbiaknya berbagai macam penyebab penyakit.
Metode sanitary landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem lapisan
ganda yaitu plastik, dan lempung. Kemudian dibuat pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
2) Insinerasi.
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang
sangat banyak, bisa mencapai 90 %. Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk memanaskan ruangan.
Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalam insinerator.
Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik,
dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi
adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta
abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3) Pembuatan Kompos.
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun
dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/ penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada
dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi
timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara
pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu,
kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan
menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair.
Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi,
kultur mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah
banyak dijual di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah
Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme
yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah organik, menguntungkan dan
bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta
ramah lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa
jenis bakteri, di antaranya Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces
sp., dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae.
Kompos yang dibuat menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
4) Daur Ulang.
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah
karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh
beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastik,
karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya
hampir sama atau sama dengan produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa
didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah
bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur dengan aspal
untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang
menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis
polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain, seperti baju
poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Dalam penanganan limbah perkotaan, ketiga metode insinerasi, kompos dan
daur ulang dapat digabungkan. Kunci keberhasilan pengolahan sampah tersebut
adalah memilah sampah. Sampah dipisahkan menjadi sampah organic, anorganik,
kaca, polyetilen tertalat (PET). Sampah organic menjadi kompos, sampah anorganik
yang tidak berguna dimasukkan ke dalam insinerasi, dan sampah anorganik yang
berguna seperti kaca dan PET didaur ulang. Pemilahan yang paling efektif dilakukan
di hulu atau di rumah tangga. Pemilahan di rumah tangga dapat berhasil apabila
didukung oleh edukasi, regulasi dan penyediaan infrastruktur dari pemerintah.

Sumber : https://www.academia.edu/31516785/PENGELOLAAN_LIMBAH_PADAT

https://bangazul.com/metode-pembuangan-limbah/
Nama : Saskia Putri Ananda

NIM : 1711213016

PENGOLAHAN LIMBAH PADAT

1. Pengertian Limbah Padat


Limbah padat merupakan buangan dari hasil- hasil industri maupun rumah
tangga yang tidak terpakai lagi yang berbentuk padatan, lumpur maupun bubur.
Limbah padat seperti ini apabila dibuang di dalam air pasti akan membuat air tersebut
menjadi tercemar dan dapat menyebabkan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya
akan mati.
Sementara apabila dibuang di wilayah daratan tanpa adanya proses
pengolahan, maka akan mencemari tanah di wilayah tersebut. Beberapa contoh dari
limbah padat antara lain adalah sisa- sisa sayuran, sisa buah- buahan, bungkus
makanan, plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur- bubur
sisa semen, dan lain sebagainya.
Limbah padat bersumber dari timbunan yang sampah diakibatkan adanya
berbagai kegiatan seperti, permukiman, perdagangan, industri, institusi, rumah sakit,
tempat umum (rekreasi, jalan, taman), lapangan udara, pelabuhan laut, “water and
waste treatment plant”

2. Jenis Limbah Padat


Jenis sampah yang dikenal, terdiri atas :

1. Garbage(sampah basah)
yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan yang memiliki
sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah.

2. Rubbish (sampah kering)


yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang
mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk,
seperti sampah logam (kaleng, seng) dan sampah non logam, baik mudah
terbakar (kertas, kayu, plastik) dan yang tidak terbakar (pecahan kaca)
3. Dust and ash (debu dan abu)
yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan anorganik yang merupakan
partikel terkecil yang bersifat mudah beterbangan dan membahayakan
pernapasan. Abu merupakan hasil pembakaran (proses kimia) dan debu yang
merupakan proses mekanis
4. Demolation and construction wastes
Yaitu sampah sisa-sisa bahan bangunan, seperti puing, pecahan bata dan
tembok, genteng, dll
5. Bulky wastes
yaitu sampah barang bekas, baik yang masih dapat digunakan atau yang tidak
dapat digunakan, seperti lemari es, kursi, tv, barang rongsokan
6. Hazardous wastes
yaitu sampah yang berbahaya (limbah B3, bahan buangan berbahaya) seperti,
patogen (yang merupakan limbah rumahsakit, laboratorium klinis), sampah
beracun (kertas pembungkus pestisida), yang mudah meledak (mesiu), dan
sampah radioaktif ( sampah nuklir)
7. Water and waste treatment plant
yaitu sampah yang berupa hasil sampingan pengolahan air bersih maupun air
kotor, biasanya berupa gas atau lumpur.

Secara garis besar, limbah padat dikategorikan menjadi lima macam, yakni:

a. Limbah padat yang mudah terbakar


b. Limbah padat yang sukar terbakar
c. Limbah padat yang yang mudah membusuk
d. Limbah padat yang bisa didaur ulang
e. Limbah radioaktif
f. Pembongkaran bangunan
g. Lumpur
3. Dampak adanya limbah padat
Limbah merupakan sesuatu yang sangat merugikan. Semua jenis limbah apabila
tidak ditangani dengan baik bisa saja mendatangkan sebuat bencana maupun
peristiwa- peristiwa yang sangat merugikan bagi makhluk hidup. Demikian halnya
dengan limbah padat. Terlebih keberadaan limbah padat yang ada di mana- mana dan
sangat mudah untuk ditemui ini. semua jenis limbah apabila dibiarkan berlebihan
akan berdampak buruk, termasuk pula dengan limbah padat ini. Adapun berbagai
macam dampak dari adanya limbah padat ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Timbulnya gas beracun


Gas- gas beracun seperti asam sulfida, amoniak, methan, karbondioksida, dll
ini akan timbul apabila limbah padat ditimbun dan membusuk dikarenakan
adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dan musim kemarau akan
menyebabkan terjadinya proses pemecahan bahan organik oleh bakteri
penghancur dalam suasana aerob.

b. Turunnya kualitas udara


Sampah padat yang ditumpuk akan menjadikan udara di sekitarnya menjadi
tercemar, sehingga mempunyai bau yang tidak sedap yang terkadang tercium
hingga jangka panjang.

c. Turunnya kualitas air


Biasanya, limbah padat yang sudah menumpuk akan dibuang ke dalam
perairan bersamaan dengan sampah cair. Dengan demikian air tersebut akan
tercemar dan berbau tidak sedap.

d. Turunnya kualitas tanah


Permukaan tanah yang berhubungan langsung dengan tanah akan
menyebabkan kualitas tanah tersebut menjadi jelek. Hal ini karena zat- zat
merugikan yang terkandung di dalam limbah tersebut.

4. Sistem Pengelolaan Limbah Padat


a. Sistem Pewadahan
Dalam hal ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang bergantung
dari tingkat sosial ekonomi penduduk, misalnya ada yang menggunakan bak
sampah dari beton, dari tong yang terbuat dari seng, plastik atau menggunakan
container. Di negara maju, masyarakatnya sudah biasa membuang sampah
dengan melakukan pemisahan berdasarkan jenis sampah. Sampah yang cepat
membusuk (garbage) dipisahkan dengan sampah yang tidak cepat membusuk
(rubbish, dust and ash)
b. Sistem pengumpulan
Dalam hal ini, penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung daerah
pelayanan, tingkat sosial ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yang
dilayani

1) Pengumpulan individual tidak langsung


Kendaraan pengumpul (dengan gerobak) mengambil sampah dari
pengguna jasa, misalnya rumah tangga, kemudian diangkut ke transfer
depo (stasiun pemindahan), lalu diangkut (dengan truk) ke tempat
pembuangn akhir

2) Pengumpulan individual langsung


Kendaraan pengangkut langsung membawa timbunan sampah dari
pengguna jasa untuk dibuang ke TPA

3) Pengumpulan komunal langsung


Pengguna jasa mengumpulkan sampah secara bersama pada wadah
komunal untuk diangkut oleh kendaraan pengangkut, langsung dibuang
ke TPA.

4) Pengumpulan komunal tidak langsung


Pengguna jasa mengumpulkan sampah pada wadah bersama untuk
dibawa oleh kendaraan pengumpul ke transfer depo, kemudian oleh
kendaraan pengangkut dibuang ke TPA.

5) Pengumpulan dengan menggunakan container.


Container adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbunan
sampah, yang penggunaannya dapat secara individual atau komunal.
Ada dua jenis container, yaitu yang dengan mudah dipindahkan
karena menggunakan roda (hauled) dan yang sifatnya tetap (station)

1. Hauled container system. Yaitu system pengumpulan dengan


menggunakan container yang yang dapat dipindahkan. Container
yang sudah penuh digerakkan ke arah transfer depo untuk
dilakukan pemindahan sampah. Container kosong dipindahkan
kembali ke tempat semula. Ada 2 tipe, yaitu ;
- conventional mode. Sistem ini memiliki kelemahan dari segi
waktu yang tidak efisien, karena hanya menggunakan satu
container, sehingga kemudian system ini dikembangkan
menjadi exchange container mode.
- exchange container mode. Sistem ini memiliki kelebihan
dibanding dengan system konvensional, karena efektifitas
waktu pemindahan sampah ke transfer depo dapat ditingkatkan,
namun dari segi biaya trelatif lebih mahal kerana membutuhkan
lebih dari satu container
2. Stationery container system. Yaitu pengumpulan dengan
menggunakan container yang tidak dapat dipindahkan, sehingga
sampah yang ada tersebut diambil oleh kendaraan pengangkut.
Pada system ini container yang tidak bergerak tersebut ketika
penuh muatannya dipindahkan ke kendaraan pengangkut
c. Pemindahan dan pengangkutan
Dalam hal ini dibahas tentang transfer depo atau transfer station, yang
mempunyai fungsi secara umum sebagai tempat penampungan sementara
(TPS) dan tempat bertemunya kendaran pengumpul dengan kendaraan
pengangkut. Ditinjau dari cara pemuatannya, transfer depo (transfer station)
terdiri dari beberapa jenis :
1. Direct discharge.
Yaitu transfer depo yang berfungsi sebagai tempat pertemuan
kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh dengan sampah dengan
kendaraan pengangkut, dimana transfer depo ini didisain sedemikian rupa
sehingga pemindahan sampah dapat secara langsung dari kendaraan
pengumpul dengan kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Sesuai
dengan luasnya jenis ini terbagi dalam tiga tipe, yaitu besar, menengah dan
kecil. Kelebihan tipe ini adalah biaya yang relatif murah karena dapat
dibuat di luar ruangan dan sistem ini digunakan untuk sampah yang mudah
membusuk (garbage) karena dapat langsung dibuang ke TPA. Namun, dari
segi estetika dan kesehatan kurang baik karena tidak tertutup
2. Indirect discharge.
Yaitu transfer depo berfungsi sebagai tempat pertemuaan
kendaraan pengumpul yang sudah terisi penuh sampah dengan kendaraan
pengangkut, dimana sampah dari kendaraan pengumpul dikumpulkan
dalam suatu ruang untuk kemudian dengan menggunakan crane sampah
dipindahkan ke kendaraan pengangkut. Keuntungan system ini adalah, dari
sampah yang sudah terkumpul dapat diadakan pemilihan menurut
jenisnya, sehingga dapat dengan tepat ditentukan cara pengelolaannya dan
secara estetika baik, karena sampah tertutup di suatu ruangan. Akan tetapi
transfer depo ini biayanya cukup mahal
1. Combine direct discharge and indirect discharge. Yang merupakan
kombinasi antara keduanya
d. Tempat pembuangan akhir (TPA)
Tempat pembuangan akhir yang sering digunakan adalah :

1. Open dumping.
Merupakan tempat pembuangan akhirdimana sampah yang dibuang
diletakkan begitu saja diatas tanah kosong atau sebelum digunakan
tanah tersebut dibuat lubang dengan menggunakan traktor. Cara ini
tidak dianjurkan, karena sampah yang dibuang dibiarkan terbuka
sehingga dapat menjadi sarang binatang tertentu yang dapat membawa
penyakit. Secara estetika kurang baik, dapat menimbulkan bau dan
pemandangan buruk

2. Control land fill


Merupakan tempat pembuangan akhir dimana sampah yang dibuang
diletakkan di atas lubang yang dibuat dengan traktor, yang kemudian
lubang yang sudah penuh tersebut ditutup dengan lapisan tanah setebal
kurang lebih 20 cm

3. Sanitary land fill.


Merupakan tempat pembuangan akhir, dimana sampah yang dibuang
pada lubang, kemudian ditutup oleh lapisan tanah yang penutupannya
dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel didalamnya. Cara ini
merupakan cara terbaik dibandingkan yang sebelumnya.
e. Pemilahan dan pengolahan
1. Pemilahan
Bagian ini sebenarnya merupakan bagian yang sangat penting
dari keseluruhan system. Akan tetapi bagian inipadaumumnya
membutuhkan teknologi tinggi yang belum terdapat di negara
berkembang. Di Indonesia sendiri pemilihan dilakukan dengan
menggunakan tenaga manusia (pemulung). Sebaliknya, di negara maju
yang upah tenaga kerjanya mahal, maka bagian pemilahan sudah
menggunakan system yang modern. Pemilahan dilakukan untuk
menggolongkan jenis sampah sesuai dengan karakteristiknya, sehingga
pada tahap pengolahan, prosesnya akan dipermudah.
2. Pengolahan.
Istilah yang paling dikenal pada bagian pengolahan adalah
recycling, reuse dan recovery.
- Recycling, adalah proses pengolahan yang dilakukan dengan
merubah bentuk material sampah secara fisis dengan
memproses kembali menjadi barang yang berguna dan
bermanfaat, misalnya mengubah sampah plastik menjadi ember
plastik.
- Reuse, adalah mengembalikan barang yang sudah menjadi
sampah (rongsokan) menjadi barang yang berguna yang
mempunyai manfaat yang sama seperti aslinya tanpa merubah
identitasnya
- Recovery,adalah memanfaatkan energi yang tersimpan dalam
sampah, misalnya untuk tenaga listrik (mengubah sampah
kotoran hewan menjadi biogas).

https://www.academia.edu/31516785/PENGELOLAAN_LIMBAH_PADAT
Nama: Annisa Nurul Izza
NIM: 1711213041

PENGELOLAAN LIMBAH CAIR

Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Secara umum limbah cair dapat dibagi
menjadi:

1. Human excreta (feses dan urin)


Ekskreta manusia merupakan hasil akhir dari proses yang berlangsugn dalam tubuh
manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan tersebut berbentuk tinja dan air
seni (urine).
Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan, kedua jenis kotoran manusia tersebut dapat
menjadi masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja secara layak merupakan
kebutuhan kesehatan yang paling diutamakan. Pembuangan tinja secara tidak baik dan
sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah, atau menjadi sumber
infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi kesehatan, karena penyakit yang
tergolong waterborne disease akan mudah terjangkit. Bahaya terhadap kesehatan
yang dapat ditimbulkan akibat pembuangan kotoran secara tidak baik adalah
pencemaran tanah, pencemaran air, kontaminasi makanan, dan perkembangbiakan
lalat. Sementara itu, penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat keadaan di atas
antara lain, tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral
dan beberapa penyakit infeksi gastrointestinal lain, serta infeksi parasit lain. Penyakit
tersebut bukan saja menjadi beban pada komunitas (dilihat dari angka kesakitan,
kematian, dan harapan hidup), tetapi juga menjadi penghalang bagi tercapainya
kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.
Untuk mengurangi pencemaran karena tinja diperlukan suatu cara pebuangan tinja
yang memenuhi persyaratan sanitasi dan akan memberi manfaat secara langsung
maupun tidak langsung.
Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Unsewered Areas
Merupakan suatu cara pembuangan tinja yang menggunakan saluran air dan
tempat pengolahan air kotor. Terdapat beberapa pilihan cara, antara lain:
1) Service-type (conservancy system)
Metode ini mengumpulkan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia dan
kakusnya disebut service latriness. Kotoran diangkut ke pembuangan akhir
dan dimusnahkan dengan metode composting dan ditanam dalam lubang yang
dangkal. Metode ini kurang sehat dan mudah diakses oleh lalat serta mungkin
menyebabkan pencemaran tanah dan air. Selain itu, ember dan wadahnya
mudah mengalami korosi dan perlu sering diganti. Sulit juga mengumpulkan
pekerja yang cocok untuk mengumpulkan tinja. Karena itulah sistem sanitary
latrines lebih baik untuk digunakan.
2) Non-service-type (Sanitary latrines)
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan, antara lain:
a) Bore hole latrine
Terdiri dari lubang yang digali dengan alat auger dengan diameter 30-40
cm dan kedalaman 4-8 m, paling sering 6 m kemudian diletakkan plat di
atas lubang tersebut. Pada tanah lunak dan berpasir, lubang dilapisi bambu
untuk mencegah tanahnya runtuh. Cara ini sesuai untuk keluarga tetapi
tidak sesuai untuk umum karen akapasitasnya kecil. Lubang akan ditutup
ketika isinya sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah kemudian
lubang baru akan dibuat kembali. Kotoran dalam lubang akan dipurifikasi
oleh bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak
berbahaya.
Keuntungan dari teknik ini adalah:
a. Tidak perlu pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja
b. Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak
c. Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan
pencemaran pada air.
Sistem ini tidak cocok lagi sekarang, karena:
a. Kapasitas lubang kecil
b. Auger tidak selalu tersedia untuk membuat lubang
c. Tipe tanah yang beragam dan sulit digali lebih dalam dari 3 meter.
Selain itu banyak juga daerah yang berair dan memiliki lapisan
permukaan yang lebih tinggi sehingga pembangunan sistem semacam
ini justru dapat mencemari permukaan tanah.
b) Dug well or pit latrine
Metode ini merupakan pengembangan dari Bore hole latrine dengan
membuat lubang berdiameter ±75 cm dengan kedalaman 3-3,5 m
kemudian dipasang plat di atasnya dan ditutup dengan super structure
(rumah-rumahan). Di daerah tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m.
Manfaatnya adalah:
a. Mudah dibuat tanpa alat khusus
b. Bisa digunakan lebih lama
c. Kapasitas besar
c) Water seal type of latrines
Metode ini digunakan untuk untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah
kontak dengan latar dan mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa
diterima oleh masyarakat desa daripada sistem bore hole latrine.
Keuntungan kakus jenis ini, antara lain:
a. Memenuhi syarat estetika
b. Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga
pemakaiannya lebih praktis.
c. Aman untuk anak
Persyaratannya adalah:
a. Lokasinya sekitar 15 m dari sumber air dan sebaiknya berada pada
daerah yang lebih rendah darii sumber air untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada sumber air.
b. Plat untuk jongkok terbuat dari bahan yang mudah dicuci, cepat bersih,
dan kering. Plat ini terbuat dari beton/semen dengan ukuran 90x90x5
cm. Ada kemiringan 0,5 inci pada wadahnya untuk memudahkan aliran
ke dalam kakus.
c. Memiliki wadah untuk menampung tinja, urine, dan air. Panjangnya
42,5 cm, lebar bagian depan 12,5 cm, dan bagian yang terlebar adalah
20 cm.
d. Memiliki perangkap (trap) dari pipa diameter 7,5 cm yang
dihubungkan dengan pan dan menyimpan air untuk water seal yang
dapat mencegah bau dan masuknya lalat. Water seal adalah jarak
antara titik tertinggi air di dalam perangkap dan titik terbawah air pada
permukaan atas perangkap.
e. Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok, dapat
disiapkan sebuah pipa penghubung dengan diameter 7,5 cm dan
panjang sekurang-kurangnya 1 m serta berujung bengkok.
f. Memiliki dug well latrine, super structure (untuk menyediakan
kebebasan pribadi dan tepat berlindung, serta dalam pemeliharaannya
kakus hanya digunakan untuk kepentingan yang dimaksud dan tidak
untuk pembuangan bahan lain. Plat harus sering dibersihkan dan dijaga
agar selalu kering dan bersih.
Tipenya antara lain:
a. PRAI type
b. RCA type

d) Septic tank
Metode ini merupakan cara yang memuaskan dalam pembuanagn ekskreta
untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki
persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan
sistem penyaluran limbah masyarakat.
Mekanisme kerjanya yaitu:
Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob dan jamur
menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses
purifikasi tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar
melalui pipa pengeluaran disebut affluent yang mengandung bakteri, kista,
telur cacing, dan bahan organik dalam bentuk cair maupun suspensi.
Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil
seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik.
Kedua tahapan tersebut berlangsung dalam septic tank.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya
dihindari karena dapat membunuhflora bakteri di dalam septic tank.
b. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank
sehingga isinya harus dibersihkan minimal sekali setahun.
c. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dnegan air sampai saluran
pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain
untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

e) Aqua privy (cubluk berair)


Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di
berbagai negara. Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tankinya
serkuler atau rektanguler. Pembuatannya dilakukan dengan melubangi
tanah dengan diameter 80-120 cm dan dalam 2,5-8 m. dindingnya
diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak mudah
runtuh. Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah
mencapai 50 cm dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh
kemudian ditimbun tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi
cubluk dapat diambil dan digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya
bisa digunakan kembali.
Tinja mengalami proses purifikasi berupa anaerobik digestion yang akan
menghasilkan gas kotor. Dengan demikian pelru dibuat ventilasi untuk
mengeluarkannya. Air yang keluar dari saluran pengeluaran berbahaya
karena mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang dapat
berisi agen parasit atau infeksi. Berikut hal yang perlu diperhatikan
berkaitan dengan kakus semacam ini:
a. Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat
mengganggu proses pembusukan yang mengakibatkan cubluk cepat
penuh.
b. Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah
nyamuk bertelur di dalamnya.
c. Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus
d. Baiknya dibangun di tempat yang banyak mengandung air.

f) Chemical closet
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik
soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk
diletakkan langsung di atas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke
dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset,
cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga
kloset tidak berfungsi sebgaaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan
disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan
kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak
digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat
terbang.

3) Latrines suitable for camps and temporary use


Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat
pengungsian). Ada beberapa kakus semacam ini, di antaranya:
a) Shallow trench latrine
Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya
bergantung pada jumlah penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang).
Saluran yang terpisah harus dibuat untuk laki-laki dan perempuan.
Timbunan tanah harus tersedia di sisi setiap kakus, karena setiap kali
menggunakan kakus ini penggunanya harus menutup sendiri kotorannya
dengan tanah. Kakus ini ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat.
Jika isi saluran sudah mencapai 30 cm di bawah permukaan tanah, kakus
ini harus ditutup. Jika perlu dibuat saluran baru lagi.
b) Deep trench latrine
Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa
minggu sampai beberapa bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5
m, sedangkan lebarnya 75-90 cm. Penyediaan tempat berjongkok akan
bergantung pada kebiasaan setempat kakus ini dilengkapi dengan rumah
kakus untuk privasi dan perlindungan.

c) Pit latrine
d) Bore hole latrine

B. Sewered Areas
Pada sistem ini, pengumpulan, dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari
rumah, kawasan industri, dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa di
bawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akihr yang biasanya
dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam
pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang
berpenduduk padat.
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas,antara lain:
1) Sistem Kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari
rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.
2) Sistem Terpisah (separated sewer)
Pada sistem terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem
terpisah dianjurkan, dan dewasa ini, menjadi pilihan hambatan di dalam
penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.

Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut:


1) Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings)
Sistem ini terdiri atas:
a) Water closet
b) Urinal
c) Wash basin (baskom pencuci)
2) Saluran pipa pembangunan dari rumah (house sewers)
Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah
melalui intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe).
Pipa tanah ini menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke
house drain (saluran rumah). Pipa itu juga berfungsi sebagai ventilasi luar
(outlet ventilator) untuk gas-gas kotor. House drain biasanya berdiameter 10
cm dan terletak kira-kira 15 cm di bawah tanah. House drain akan
menyebabkan kotoran mengendap sebelum masuk ke dalam pipa utama.
3) Pipa pembuangan di jalan (street sewer)
Pipa utam ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang
lebih besar berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3
m di bawah tanah. Pipa utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan
mengangkutnya ke pembuangan akhir.
4) Peralatan saluran (sewers appurtenance)
Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap
(perangkap) yang dipasang pada sistem pembuangan air kotor. Manholes
merupakan bangunan yang bermuara ke dalam sewer system yang diletakkan
pada titik pertemuan 2 sewer atau lebih dan pada jarak 100 meter lurus.
Lubang ini memungkinkan manusia masuk ke dalam saluran untuk
memeriksa, memperbaiki, dan membersihkannya. Pekerja yang memasuki
manholes dapat mengalami keracunan gas dan sesak napas. Sedangkan trap
merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke
dalam rumah dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran.

2. Sewage (air limbah)


Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah
tangga, industri, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-
bahan atau zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan.
A. Pengelolaan Air Limbah
Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan
terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif
diperlukan rencana pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:
1) Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga
2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air
3) Menghindari pencemaran tanah permukaan
4) Menghilangkan tempat berkembang biaknya bibit dan vektor penyakit
Sementara itu, sistem pengolahan air limbah yang ditetapkan harus memenuhi
persyaratan berikut:
1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum
2) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
3) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di
dalam penggunaannya sehari-hari
4) Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebbakan penyakit
5) Tidak terbuka dan harus tertutup
6) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, di
antaranya:
a) Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.
Dengan cara ini, air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara
semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri patogen, larva
dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi:
 Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain
 Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-
40 kali
 Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimbulkan bau
b) Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan
air limbah. Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah
meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila
cesspool sudah penuh (kurang lebih 6 bulan), lumpur di dalamnya dapat diisap
keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang
satu penuh, air akan mengalir ke Cesspool dengan sumur air bersih adalah 45
m dan minimal 6 m dari pondasi rumah.
c) Sumur resapan (Seepage pit)
Sumur respan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah
mengalami pengolahan dari sistem lain, misalnya dari aua privy atau septic
tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah.
Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m
dan kedalaman 2,5 m. Lama pemakaian dapat mencapai sekitar 6-10 tahun.
d) Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelola air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
(1) Ruang Pembusukan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 1-3 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan,
dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk ke dalam dosing chamber melalui
pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur
(2) Ruang Lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang
sudah penuh, lumpur akan dipompa keluar
(3) Dosing chamber
Dalam Dosing chamber terdapat siphon McDOnald yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata.
(4) Bidang resapan
(5) Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri patogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal
bidang resapan ini 10 m dan dibuat pada tanah porous.
e) Sistem Riool (sewage)
Sistem ini menampung semua air kotor dari rumah maupun dari perusahaan,
dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem ini disebut combined system, sedangkan jika bak
tampung air hujan dipisahkan maka disebut separated system. Agar tidak
merugikan kepentingan lain, air dialirkan ke ujung kota setelah proses
pengolahan sebagai berikut:
(1) Penyaringan (screening)
(2) Pengendapan (sedimentation)
(3) Proses biologis
(4) Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
(5) Desinfeksi
(6) pengenceran
B. Cara Lain Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah juga dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Dilution (pengenceran)
2) Irrigation
3) Self purification (kolam oksidasi)
4) Pengolahan air limbah secara primer (screen, grit chamber, primary
sedimentation tank, kemudian dialirkan sebagai primary effluent ke
pengolahan sekunder) dan sekunder.
C. Purifikasi Air Limbah
Terdapat 3 cara yang dapat dipilih.
1) Modern sewage treatment (terdiri atas pengolahan primer dan sekunder)
2) Traditional sewage treatment (oxidation pond)
3) Land treatment atau sewage farming
D. Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
Ada 5 cara yaitu:
1) Pembuangan umum, yaitu melalui penampungan air limbah yang terletak di
halaman
2) Digunakan untuk menyiram tanaman kebun
3) Dibuang ke lapangan peresapan
4) Dialirkan ke saluran terbuka
5) Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan

3. Industrial waste (bahan buangan dari sisa proses industri)


Limbah industri yang berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya
menggunakan air pada proses produksinya. Selain itu, limbah cair juga dapat berasal
dari bahan baku yang mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air
harus dibuag. Jenis-jenis industri yang menghasilkan limbah cair antara lain, industri
pulp dan rayon, pengolahan crumb rubber, minyak kelapa sawit, baja dan besi,
minyak goreng, dan lainnya.
Pengolahan limbah cair industri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Pengolahan Berdasarkan Tingkat Perlakuan
Tidak semua tingkatan dalam proses ini harus dilalui, karena pilihan tingkatan
proses bergantung pada kondisi limbah yang diketahui dari hasil pemeriksaan
laboratorium. Berikut beberapa tahapannya
1) Prapengolahan (pretreatment)
2) Pengolahan Primer (primary treatment)
3) Pengolahan Sekunder (secondary treatment)
4) Pengolahan Tersier (tertiary treatment)
B. Pengolahan Berdasarkan Karakteristik, dilakukan secara:
1) Proses fisik,d apat dilakukan melalui:
a) Penghancuran
b) Perataan air
c) Penggumpalan
d) Sedimentasi
e) Pengapungan
f) filtrasi
2) Proses kimia, dapat dilakukan melalui
a) Pengendapan dengan bahan kimia
b) Pengolahan dengan lagoon atau kolam
c) Netralisasi
d) Penggumpalan atau koagulasi
e) Sedimentasi
f) Oksidasi dan reduksi
g) Klorinasi
h) Penghilangan klor
i) Pembuangan fenol
j) Pembuangan sulfur
3) Proses biologi, dapat dilakukan dengan
a) Kolam oksidasi
b) Lumpur aktif
c) Proses fisika kimia biologi
d) Pengolahan tingkat lanjut

Sumber:

Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media
Group.
Nama : Auria Lady Afifah

BP : 1711213028

Pengolahan Limbah Cair

Pada proses produksi disamping menghasilkan produk utama juga menimbulkan berbagai
jenis limbah seperti limbah cair.

Ada 3 karakteristik limbah cair berdasarkan sifatnya

1. Sifat fisik
 Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklarifikasikan
kedalam dua golonga besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis
padatan tersuspensi ada yang bersifat organis maupun inorganic tergantung
sumber limbah, Contoh padatan tersuspensi adalah protein, tanah liat dan
karbohidrat, sedangkan contoh padatan dapat mengendap adalah flok, lumpur
aktif.
 Kekeruhan
Sifat keruh pada air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena adanya
partikel colloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan bahan, protein,
dan ganggang terdapat dalam limbah.
 Bau
Sifat bau disebabkan karena zat zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas gas yang tidak enak bagi penciuman
 Temperatur
Sifat dimana limbah memiliki temperatur yang mana ketika temperature panas
dapat menganggu kelangsungan pertumbuhan biota tertentu
 Warna
Warna air dalam air disebabkan karena zat zat terlarut dan zat tersuspensi.
Limbah berwarna misalnya limbah tekstil
2. Sifat kimia
 Biological Oksigen Demand (BOD)
BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan
semua zat zat organic yang terlarut maupun tersuspensi dalam air menjadi
bahan organic sederhana atau bahan tidak langsung. Dengan habisnya oksigen
terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen tidak dapat
bertahan. Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk hidup
membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. BOD merupakan salah satu
metode paling banyak digunakan.
 Chemical Oksigen Demand (COD)
COD adalah bentuk pengukuran kebutuhan oksigen dalam limbah.
Pengukuran ini menekankan oksigen akan kimia dimana senyawa senyawa
yang diukur adalah bahan bahan yang tidak dipecah secara biokimia. COD itu
merupakan sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat
anorganis.
Semakin dekat nilai BOD dengan COD menunjukkan bahwa semakin sedikit
bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kimia. Pengukuran COD
ini lebih singkat dibandingkan BOD akan teta[I tidak dapat mengukur limbah
dioksidasi secara biologis. Biasanya nilai COD lebih tinggi dari BOD
 Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat zat organic dalam kondisi anaerob
pada air limbah. Gas methan ini dihasilkan dari lumpur yang membusuk pada
dasar kolam, tidak berwarna dan mudah terbakar. Suatu kolam limbah yang
menghasilkan gas methan akan memiliki sedikit lumpur karena lumpur
tersebut habis diolah menjadi gas methan dan air serta co2
 Keasaman air
Keasaman air dihitung diukur dengan pH. Air buangan yang mempunyai pH
tinggi atau rendah menjadikan air steril dapat membunuh mikro organism air.
 Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa air kabobat, garam
garam hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat tersebut menimbulkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi
kesadahan makin sulit air berbuih. Penggunaan air pada ketel diupayakan air
kesadahan rendah karena zat zat tersebut dapat menimbulkan kerak pada
dinding dalam ketel.
 Lemak dan Minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari
industry yang mengelola bahan baku yang mengandung minyak bersumber
dari proses klasifikasi dan perebusan. Contoh lainnya ketika kendaraan
bermotor dicuci terdapat sisa minyak yang bersumber dari kebocoran mesin.
Lemak dan minyak merupakan bahan organis yang bersifat tetap dan sulit
diuraikan bakteri. Limbah ini akan membuat laisan pada permukaan air
sehingga berbentuk selaput.
 Oksigen Terlarut
Keadaan oksigen terlarut berbanding terbalik dengan BOD. Keadaan okseigen
terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda tanda kehidupan biota perairan.
Angka oksigen terlarut tinggi menunjukkan keadaan air baik
 Besi dan Magnesium
Besi dan magnesium yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas
 Khlorida
Khlorida banyak dijumpai dalam pabrik kaustik soda yang berasal dari proses
elektrolisa, penjernihan garam dan lain lain. Khlorida merupakan zat terlarut
dan tidak menyerap. Ketika ion klor bebas dan senyawa dengan ion natrium
dapat menyebabakan air menjadi asin dan merusak pipa instalasi
 Phospat
Kandungan phospat tinggi dapat menyebabkan subur algae dan organisme
lainnya dikenal dengan eutrophika.
 Sulfur
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat
terjadi secara proses alamiah. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau
busuk. Dan pada proses digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan
metan CH, dan CO2 bersifat korosif
 Nitrogen
 Amoniak
 Nitrit
 Logam logam berat dan beracun
 Phenol
3. Sifat biologis
Sifat biologi limbah banyak dipermasalahkan dalam pencemaran air karena limbah
mengandung bakteri yang memberi dampak langsung kepada manusia. Karakteristik
biologi biasanya ditandai dengan kehidupan plankton, bakteri, banthos serta biota
lainnya. Bahan bahan organic dalam air terdiri dari berbagai senyawa kimia organic
yang membentik rantai kompleks, mudah terurai seperti asam amino

Kandungan organik dan anorganik dalam limbah memberikan dampak pada badan penerima
(sungai) bila terdapat nilai-nilai diluar ukuran-ukuran yang ditetapkan. Ukuran yang sudah
distandardkan disebut dengan Baku Mutu Limbah. Sifat sifat Pencemaran limbah cair ini
menyebabkan sungai sungai keruh dan dapat ditemukan asam atau basa, serta logam berat
yang dapat menyebabkan keracunan pada biota laut. Populasi ikan menjadi berkurang,
pendapatan masyarakat dari perikanan mengalami penurunan.

Dampak limbah cair

Limbah cair mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa senyawa pencemar
yang terkandung membahayakan terhadap lingkungan. Disamping itu perubahan air menjadi
kotor perubahan air dilapisi bahan bahan berminyak atau bahan padatan lain yang
menyebabkan terjadinya penutupan permukaan air. Senyawa senyawa yang terkandung
dalam limbah bila melebihi kadar yang ditentukan tidak dapat diperluan sebagaimana
mestinya.

Sistem pengolahan limbah

Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara
fisika kimia dan biologi atau gabungan ketiganya. Dilihat dari tingkat perlakuan pengolahan
maka system pengolahan limbah diklarifikasi sebagai berikut:

1. Primary treatment
Pengolahan pada tahap ini dimulai dari pretreatment. Pada umumnya setiap
pengolahan dimulai dari pra perlakuan atau perlakuan pendahuluan. Pada air limbah
banyak bahan bahan terapung ikut serta bersama dengan limbah seperti kertas kertas
atau plastic atau kayu kayu yang sukar dihindari. Pasir dan padatan kasat mata yang
ikut terbawa, minyak atau busa dan buih yang terdapat pada permukaan air. Saluran
bahan bahan ini harus ditahan dan disaring agar tidak memasuki perairan atau masuk
pada tahap proses pengolahan selanjutnya.
Pada tahap pengolahan pendahuluan meliputi peralatan limbah cair agar memiliki
homogenitas dan memudahkan bagi pengolahan tingkat lanjut.
2. Secondary treatment
Metode pengolahan secondary treatment menggunakan bahan bahan kimia agar
senyawa senyawa pencemar dalam limbah diikat melalaui reaksi kimia. Karena itu
system operasi disebut dengan cara kimia yaitu method pegolahan dengan
menghilangkan atau mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan
menambahkan bahan kimia. Jenis padatan halus seperti supensi dan padatan terlarut,
zat warna tidak akan tersaring pada pengolahan pendahuluan. Zat zat pencemar pada
umumnya dalam bentuk padatan suspense. Padatan terlarut dan koloidal. Padatan ini
tidak akan mengalami pengendapan alami walaupun dalam jangka panjang. Arena itu
diperlukan bbahan kimia yang direaksikan agar terjadi pengikatan senyawa pencemar
baik dalam gumpalan atau pengapungan. Pada umumnya pada proses ini dilakukan
pengendapan agar dapat mudah memisahkan dengan air limbah. Proses ini memiliki
kelemahan dimana bagaimana cara mengambil unsure baru yang terjadi akibat reaksi
terjadi
Pengolahan limbah dengan tingkatan kedua atau menggunakan bahan kimia bertujuan
untuk mengendapkan bahan, mematikan bakteri pathogen mengikat dengan cara
oksidasi atau reduksi menetralkan konsentrasi kelarutan asam dan desinfektasia.
Adapun proses terjadi reaksi penambahan bahan kimia adalah sebagai berikut
 Pengendapan dengan bahan kimia seperti kapur, alum, ferro sulfat, ferru
chlorida
 Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan
netralisasi sebelum treatmet maupun sesudahnya.
 Oksidasi dan reduksi
Bahan kimia pengoksidasi seperti chlorine dan ozon dipakai untuk mengubah
bahan organic dan anorganik menjadi bentuk sesuai dengan dikehendaki.
Bahan bahan ini berguna untuk mereduksi BOD, warna dan mebgybah bahan
spesifik seperti sianida menjadi produk yang berguna
 Chlorinasi
Adanya bakteri pathogen dapat dihancurkan dengan chorinasi. Baik tidaknya
hadil reaksi ditentukan temperature , pH, waktu kontak turbidity dan
konsentrasi chlorine.
 Penghilang chlor
Dalam air limbah yang telah dichlorinasi masih terdapat sisa sisa chlor yang
berbahaya bagi biota dalam air maupun manusia, karena memiliki sifat racun.
Oleh karena itu sisa sisa clor yang masih tertinggal diambil dengan caranya
antara lain adalah menggunakan karbon aktif atau sodium sulfat.
 Phenol dalam air buangan
 Sulfur dalam air buangan

3. Tertiary Treatment
Metode ini digunakan bagi pengolahan limbah dengan konsentrasi bahan pencemar
tinggi atau limbah dengan jenis parameter yang bervariasi banyak volume yang
relative banyak. Sistem operasinya dikenal dengan system biologi yaitu pengolahan
dengan menghilangkan senyawa pencemar melalui aktifitas biological yang dilakukan
dengan peralatan unit proses biologi. Metode ini dilakukan untuk menghilangkan
bahan organic biodegradable dalam limbah cair.

Metode biologis

Salah satu bentuk perlakuan terhadap limbah dengan metode tertiary treatment adalah
menggunakan organisme perombak limbah. Metode ini memanfaatkan kehidupan bakteri
dalam merombak limbah. Meode ini digunakan di Negara Negara eropa sebagai Negara
industry yaitu mengolah limbah melalui aktifitas mikroorganisme. Metode ini murah dan
tdiak menimbulkan harga tambahan. Hambatan penggunaan metode ini adalah memerlukan
lahan luas sebagai penampung limbah yang akan diolah. Disamping itu terdapat pula bakteri
pengolah limbah harus memerlukan pemulihan dan perawatan yang memerlukan keahlian
tersendiri.

Pengolahan limbah secara biologi dibagi dua

A. Proses anaerobic
Pengolahan dengan system anaerobic dilakukan pada kondisi tanpa kehadiran oksigen
dapat diabaikan. Pengolahan limbah konsentrasi padatan yang tinggi pada umumbya
dilakukan dengan pengolahan cara anaerobic

B. Proses aerobic
Metode aerobic adalah metode yang menggunakan bakteri aerob yang berfungsi
secara optimal apabila tersedia udara sebagai sumber kehidupan. Udara disini
berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi kehidupan bakteri. Oleh karena itu limbah
dibiarkan dalam wadah terbuka agar terdaoat kontak udara dengan permukaan limbah.
Kemudian kolam ini digunakan agar sinar matahari sampai ke dasar kolam dan
dengan bantuan matahari dapat dipergunakan algae algae untuk fotosintesa.
Ada tiga proses yang mengiringi proses aerob diantaranya
1. Kolam okidasi
2. Lumpur aktif
3. Lagon aerasi

Metode pengolahan limbah

1. Proses Trickling Filter


Limbah selalu membutuhkan perlakuan awal baik melalui proses fisika maupun
kimia. Setelah melalui proses fisika dan kimia lalu ternyata belum memenuhi syarat
makan perlu dilanjutkan dengan proses biologis.

2. Proses dengan lumpur aktif


Perbedaan system ini dengan sitem saringan tetes adalah dalam pemasukan lumpur
aktif. Lumpur aktif merupakan sejenis lumpur yang mengandung bakteri tertentu
dengan cara pembiakan. Selanjutnya lumpur aktif ini dimasukkan bersamaan dengan
air limbah pada kolam aerasi dimana pada permukaan kolam disediakan aerator
sejumlah kebutuhan. Lumpur aktif tersedia ada sebuah kolam lalu lumpur
dipompakan kedalam kolam aerasi.

3. Proses dengan system aerasi


Pada system lagon penyediaan udara dilakukan dengan cara alamiah sedahkan system
lagon aerasi disediakan alat aerator untuk mensupply udara. Semakin banyak jumlah
udara yang diperlukan semakin besar ukuran aerator. Dengan demikian waktu limbah
dalam kolam semakin singkat dibandingkan lagoon. Kolam aerasi berfungsi sebagai
reactor untuk melakukan percampuran air limbah dengan udara yang disediakan dari
aerator. Semakin tinggi kandungan oksigen terlarut dalam air semakin tinggi
kemampuan air untuk memulihkan diri sendiri. Kehidupan biota dalam air terutama
biota aerob harus ditingkatkan daya kehidupannya. Dengan pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan mikroorganisme dan daya hidup tinggi, maka mikroba
dapat menguraikan zat zat organic yang tidak punya potensi merusak lingkungan.
Kolam aerasi harus disertai dengan kolam pengendapan. Pada kolam aerasi hanya
bagian pinggiran kolam mengumpal karena goncangan aerator.

4. Proses fisika kimia biologi dengan kolam oksidasi


Hampir sama dengan proses fisika kimia dengan proses oksidasi disini tersedia proses
biologi, yaitu dengan memanfaatkan mikrobia dalam air untuk menghancurkan bahan
bahan organic. Prinsip kolam ini sudah lama dilakukan pada pengolahan limbah.
Prinsip kola mini adalah pemulihan air dengan kekuatan alami. Oksidasi berlangsung
ketika sinar matahari dapat memasuki dasar kolam. Perlakuan fisika dan kimia untuk
memudahkan pada proses biologi dimana terciptanya suasana iklim yang baik bagi
kehidupan mikroorganisme dalam kolam. Pada kolam oksidasi diperluka lahan yang
luas.

Daftar Pustaka

Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:
Yrama Widya
Nama : TRIXY DELINDA ALFI 1711213015
RANI DELFIYANTI 1711213027

LIMBAH RUMAH SAKIT

Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.

1. Limbah padat rumah sakit, yaitu semua jenis limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit. Terdiri dari limbah padat medis dan limbah
padat non medis.

a. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.

1) Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang


tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentang

2) Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock
bahan yang sangat infeksius, otopsi,

b. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali jika ada teknologinya.

2. Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang ebrasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan

3. Limbah gas rumah sakit adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anestesi, dan pembuatan obat sitotoksik.

PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH SAKIT


Pengolahan limbah rumah sakit harus dilakukan dengan benar dan efektif dan memenuhi
persyaratan sanitasi. Adanya persyaratan sanitasi yang harus di penuhi, antara lain:
1. Limbah tidak boleh mencemari tanah, air permukaan, atau air tanah, dan juga udara.
2. Limbah tidak boleh dihinggapi lalat, tikus, dan binatang lainnya.
3. Limbah tidak menimbulkan bau busuk dan pemandangan yang tidak baik.
4. Limbah cair yang beracun harus dipisahkan dari limbah cair lain dan harus memiliki
tempat penampungannya sendiri.

PERANGKAT PENUNJANG PENGOLAHAN LIMBAH


Perangkat penunjang pada proses pengolahan limbah merupakan sarana dan prasarana
yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Penentuan untuk keseluruhan perangkat tersebut
harus mempertimbangkan aspek ketersediaan anggaran, jumlah kunjungan, dan lama rawat
inap pasien, serta berbagai pertimbangan teknis lainnya.
Perangkat penunjang antara lain:
1. Wadah penampungan
Setiap unit di rumah sakit hendaknya menyediakan tempat penampungan sementara
limbah dengan bentuk, ukuran, dan jenis yang sama. Jumlah tempat penampungan
sementara itu disesuaikan dengan kebutuhan secara kondisi ruangan. Wadah yang
digunakan harus kedap air, tidak mudah berkarat, memiliki tutup yang rapat, mudah
dibersihkan, mudah dikosongkan, atau diangkut, tidak menimbulkan bising, dan
tahan terhadap benda tajam atau runcing.
Untuk memudahkan pengosongan dan pengangkutan, penggunaan kantong plastic
pelais dalam wadah penampung sangat dianjurkan. Penggunaan kantong itu ditujukan
untuk membungkus limbah guna mengurangi kontak langsung mikroba dengan
manusia dan juga untuk mengurangi bau. Selain itu, penggunaan kantong membuat
limbah menjadi tidak terlihat sehingga secara estetika baik dan untuk memudahkan
pencucian tempat penampungan.

2. Sarana pengangkutan
a. Kereta
Untuk kerata pengangkut, permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air,
mudah dibersihakan, serat mudah diisi, dan dikosongkan. Kereta pengangkut
untuk limbah padat medis harus dipisahkan dengan kerata untuk limbah non
medis. Untuk memudahkan pengangkutan, perlu dipertimbangkan distribusi
tempat penampungan limbah, jalur jalan dalam rumah sakit, jenis dan jumlah
limbah, serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.
b. Cerobong sampah atau lift
Sarani ini biasanya digunakan pada gedung rumah sakit yang bertingkat. Namun,
pengangkutan dengan metode ini banyak mengandung resiko. Cerobong atau lift
dapat menjadi tempat pembiakan kuman dan dapat menyebabkan pencemaran
udara, selain itu juga sulit untuk dibersihkan sehingga harus menggunakan
kantong plastic yang tebal dan kuat.
c. Lain-lain
Pengangkutan juag dapat dilakukan dengan menerapkan sewerage system atau
saluran tersendiri. Pada system ini, sampah yang berbentuk bubur dialirkan ke bak
penampungan sementara baik dengan memanfaatka gravitasi maupun tekanan.
3. Sarana pembuangan dan pemusnahan
a. Autoclave
Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan kumanatau
mensterilisasikan limbah infeksius dengan memanfaatkan uap panas bertekanan
tinggi. Alat ini sering digunakan untuk mensterilkan peralatan medis. Sterilisasi
limbah infeksius dengan alat ini kurang efektif dengan volume limbah besar atau
limbah dipadatkan karena penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan
tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh
bakteri vegetative dan mikroorganisme lain, serta memerlukan kantong khusus
dengan label pita autoclave.
b. Insinerator
Ukuran insinerator harus sesuai dengan volume dan kualitas sampah. Insinerator
hanya digunakan untuk memusnahkan sampah medis padat seperti perban, kasa,
plester, atau masker bekas. Apabila digunakan di rumah sakit, perlu
dipertimbangkan ukuran, lokasi, serta sarana gedung yang akan digunakan untuk
melindungi incinerator dari bahaya kebakaran dan pencemaran udara.
c. Lokasi penguburan
Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan tubuh dari ruang
operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu segera dikubur.
PETUGAS ATAU OPERATOR
Petugas diberi latihan khusus mengenai proses pengangkutan sampah, sedangkan
pengawasan dan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi yang
terdidik. Sampah dari setiap unit layanan fungsional rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga
perawat, khususnya jika berkaitan degan pemisahan sampah medis dan nonmedis, sedangkan
di ruangan lain dapat dilakukan oleh petugas kebersihan. Selain itu, petugas pengangkut
harus dibekali dengan alat pelindung atau pakaian kerja yang memadai, seperti sepatu, baju,
celana, sarung tangan, topi dan masker.

PERANGKAT PEMANTAUAN
Setiap kegiatan harus dilengkapi dengan suatu perangkat pengawasan dan pengendalian
agar penyimpangan yang terjadi dapt ditekan seminimal mungkin sehingga target yang
diinginkan tercapai. Untuk keperluan pemantauan proses pengelolaan sampah, dapat dibuat
beberapa formulir kegiatan seperti berikut:
1. Formulir survey fisik
Formulir ini dipegang oleh aparat pengawas kegiatan secara berkala melakukan
survey atas kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan. Materi survey ini tentunya
disesuaikan dengan pengelolaan dan kriteria yang harus dicapai, baik yang berkaitan
dengan hasi kegiatan, proses kegiatan, maupun keberadaan perangkat penunjangnya.
Hal yang lazim digunakan untuk survey fisik ini adalah indeks lalat dan indeks tikus.
2. Formulir wawancara
Formulir wawancara juga dipegang oleh pengawas. Formulir ditujukan untuk
mendapatkan kesan dan pesan dari masyarakat rumah sakit atas proses pengelolaan
sampah. Unsur yang mungkin menjadi objek wawancara ini antara lain, pasien,
petugas, kepala ruangan, pejabat rumah sakit, dan juga pengunjung rumah sakit.
Materi yang ditanyakan berkaitan dengan pendapat dan tingkat kepuasan atas hasil
proses pengelolaan sampah yang dilakukna oleh rumah sakit.

Persyaratan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

1. Limbah Medis Padat Rumah Sakit


a. Minimasi Limbah Rumah Sakit
1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia
yang berbahaya dan beracun.
3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari
pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari
pihak yang berwenang.
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang Limbah Rumah Sakit
1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah.
2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali.
3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan
terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan
tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat
membukanya.
4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi sesuai Tabel I Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus
dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus
dilakukan tes Bacillus subtilis.
Tabel I Metode Sterilisasi untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali

Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

1. Sterilisasi dengan panas


dengan 160 C 120 menit
o
a. Sterilisasi kering
oven “poupinel” 170oC 60 menit

dalam 121 C 30 menit


o
b. Sterilisasi basah
Otoklaf

2. Sterilisasi dengan bahan


kimia 50-60oC 3-8 jam

a. Ethylene oxide (gas) - 30 menit

b. Glutaraldehyde (cair)
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila
rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum
hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi pada Tabel I
7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan
wadah dan label seperti Tabel II.
Tabel II. penggunaan wadah untuk limbah rumah sakit
8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak
yang dihasilkan dari proses film sinar X.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di Lingkungan
Rumah Sakit .
1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan Limbah padat Rumah Sakit ke Luar
Rumah Sakit
1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Rumah Sakit.
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan.
3. menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator.

2. Limbah Medis Non Padat.


a. Pemilahan dan Pewadahaan
1. Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari limbah medis padat
dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.
2. Tempat Pewadahan
a. Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisikantong plastik warna
hitam sebagai pembungkus limbah padatdengan lambang ”domestik” warna
putih.
b. Bila kepadatan lalat disekitar tempat limbah pada melebih 2 (dua) ekor per-
block grill, perlu dilakukan pengendalian padat.

b. Pengumpulan, Penyimpanan, dan Pengangkutan


1. Bila di tempat pengumpulan sementara tingkat kepadatan lalat lebih dari 20 ekor
per-block grillatau tikus terlihat padasiang hari, harus dilakukan pengendalian.
2. Dalam keadaan normal harus dilakukan pengendalian serangga dan binatang
pengganggu yang lain minimal 1(satu) bulan sekali.
c. Pengolahan dan Pemusnahan.
Pengolahan dan pemusnahan limbah padat non-medis harus dilakukan sesuai
persyaratan kesehatan.

3. Limbah Cair.
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

4. Limbah Gas.
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan
insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.

Tata Laksana Pengolahan Limbah Rumah Sakit


1. Limbah Medis Padat
a. Minimisasi Limbah
1) Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya.
2) Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
3) Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara kimiawi.
4) Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan.
5) Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi
limbah bahan berbahaya dan beracun.
6) Memesan bahan-bahan sesuai kebutuhan.
7) Menggunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
8) Menghabiskan bahan dari setiap kemasan
9) Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.     
b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang
1) Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber yang
terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah
kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
2) Tempat pewadahan limbah medis padat :
a. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,
dan mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
b. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat nonmedis.
c. Kantong plastik diangkat setiap haru atau kurang sehari apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
d. Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
e. Tempat pewadahan limbah medis padat infeksius dan sitotoksik
yang tidak langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan
dengan larutan disinfektan apabila akan dipergunakan kembali,
sedangkan untuk kantong plastik yang telah dipakai dan kontak
langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi.
3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringes,
botol gelas, dan kontainer.
4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui sterilisasi
adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi
seperti puns, needles, atau seeds.
5) Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene
oxide, maka tangki  reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan injeksi
ethylene oxide. Oleh karena gastersebut sangat berbahaya, maka sterilisasi
harus dilakukan oleh petugas yang terlatih. Sedangkan sterilisasi dengan
glutaraldehydelebih aman dalam pengoperasiannya tetapi kurang efektif
secara mikrobiologi.
6) Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus pencemaran
spongiform encephalopathies.
c. Tempat Penampungan Sementara.
1) Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus
membaka limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator, maka limbah medis
padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
d. Transportasi
1) Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam container yang kuat dan tertutup.
2) Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
3) Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri yang
terdiri :
a. Topi/helm
b. Masker
c.  Pelindung mata
d. Pakaian panjang (coverall)
e. Apron untuk industry
f. Pelindung kaki/sepatu boot; dan
g. Sarung tangan khusus (disposable gloves atau heavy duty glove)
e. Pengolahan, Pemusnahan, dan Pembuangan Akhir Limbah Padat
1) Limbah Infeksius dan Benda Tajam
a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius
dari  laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah
seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain
cukup dengan cara disinfeksi.
b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan, dan
dapat diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga
cocok untuk benda tajam.
c. Setelah insinerasi atau disinfeksi, residunya dapatdibuang ke tempat
pembuangan B3 atau dibuang ke landfil ljika residunya sudah aman.
2) Limbah Farmasi
a. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau inersisasi. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary
kiln,kapsulisasi dalam drum logam  dan inersisasi.
b. Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supayadimusnahkan melalui insinerator pada suhu diatas
1.000°C.
3) Limbah Sitotoksis
a. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan
penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum.
b. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan
penghasil ataudistribusinya, insinerasi pada suhu tinggi, dan degradasi
kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator
dan diberi keterangan bahwa obat tersebutsudah kadaluarsa atau tidak lagi
dipakai.
c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200°C dibutuhkan untuk
menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat
menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.
d. Insinerator dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200°C dengan
minimum waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000°C dengan waktu tinggal 5
detik di tungku kedua sangat cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan
penyaring debu.
e. Insinerator juga harus dilengkapi dengan peralatan pembersih gas.
Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain untuk
dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada
suhu diatas 850°C.
f. Insinerator dengan 1 (satu) tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat
untuk pembuangan limbah sitotoksis.
g. Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi
senyawa tidak beracun dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi
juga pencucian tempat urin,tumpahan dan pakaian pelindung.
h. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh Kalium
permanganate (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4) ,penghilangan nitrogen
dengan asam bromida, atau reduksi dengan nikel dan aluminium.
i. Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna
untuk pengolahan limbah. Tumpahan atau cairan biologis yang
terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu, rumah sakit harus
berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik.
j. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi
atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah Bahan Kimiawi.


a. Pembuangan Limbah Kimia Biasa Limbah kimia biasa yang tidak bisa
didaur seperti gula, asam amino, dan garam tertentu dapat dibuang ke
saluran air kotor. Namun demikian, pembuangan tersebut harus
memenuhi persyaratan konsentrasi bahan pencemar yang ada seperti
bahan melayang, sushu, dan pH.
b. Pembuangan Limbah Kimia Berbahaya Dalam Jumlah Kecil Limbah
bahan berbahaya dalam jumlah kecil seperti residu yang terdapat
dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan insinerasi pirolitik,
kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).
c. Pembuangan limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar Tidak ada
cara pembuangan yang aman dan sekaligus murah untuk limbah
berbahaya. Pembuangannya lebih ditentukan kepada sifat bahaya yang
dikandung oleh limbah tersebut. Limbah tertentu yang bisa dibakar
seperti banyak bahan pelarut dapat diinsinerasi. Namun, bahan pelarut
dalam jumlah besar seperti pelarut halogenida yang mengandung
klorin atau florin tidak boleh diinsinerasi kecuali insineratornya
dilengkapi dengan alat pembersih gas.
d. Cara lain adalah dengan mengembalikan bahan kimia berbahaya
tersebut ke distributornya yang akan menanganinya dengan aman, atau
dikirim ke negara lain yang mempunyai peralatan yang cocok untuk
megolahnya.
 Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia
berbahaya:
- Limbah berbahaya yang komposisinya berbeda harus dipisahkan
untuk menghindari rekasi kimia yang tidak diinginkan.
- Limbah kimia berbahaya dalam jumlah besar tidak boleh ditimbun
karena dapat mencemari air tanah.
- Limbah kimia disinfektan dalam jumlah besar tidak boleh
dikapsulisasi karena sifatnya yang korosif danmudah
terbakar.
- Limbah padat bahan kimia berbahaya cara pembuangannya harus
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada instansi
yang berwenang.

5) Limbah dengan Kandungan Logam Berat Tinggi


Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau
diinsinerasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak
boleh dibuang ke landfillkarena dapat mencemari air tanah. Cara yang
disarankan adalah dikirim ke negara yang mempunyai fasilitas pengolah
limbah dengan kandungan logamberat tinggi. Bila tidak memungkinkan,
limbah dibuang ke tempat penyimpanan yang aman sebagai pembuangan akhir
untuk limbah yang berbahaya. Cara lain yang paling sederhana adalah dengan
kapsulisasi kemudian dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam jumlah
kecil dapat dibuang dengan limbah biasa.
6) Limbah Radioaktif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan
dan strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi
pelaksana, dantenaga yang terlatih.
b. Setiap rumah sakit yang menggunkan sumber radioaktif yang terbuka
untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga
khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif
yang aman dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untukmonitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan
limbah radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu
diperbarui datanya setiap waktu
e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan
ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian,
penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan adalah:
- Umur paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya
umur paruh < 100 hari), cocok untuk
penyimpanan pelapukan,
- Aktifitas dan kandungan radionuklida,
- Bentuk fisika dan kimia,
- Cair : berair dan organik,
- Tidak homogen ((seperti mengandung lumpur atau padatan yang
melayang),
- Padat : mudah terbakar/ tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat
dipadatkan/tidak mudah dipadatkan (bila ada)
- Sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang
dihabiskan,
- Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan
berbahaya (patogen, infeksius, beracun).
f. Setelah pemilahan, setiap kategori harus disimpan terpisah dalam
kontainer, dan kontainer limbah tersebut harus :
- Secara jelas diidentifikasi,
- Ada simbol radioaktif ketika sedang digunakan
- Sesuai dengan kandungan limbah,
- Dapat diisi dan dikosongkan dengan aman,
- Kuat dan saniter.
g. Informasi yang harus dicatat pada setiap kontainer limbah :
- Nomor identifikasi,
- Radionuklida,
- Aktifitas (jika diukur atau diperkirakan) dan tanggal pengukuran,
- Asal limbah (ruangan, laboratorium, atau tempat lain),
- Angka dosis permukaan dan tanggal pengukuran,
- Orang yang bertanggung jawab.
h. Kontainer untuk limbah padat harus dibungkus dengankantong plastik
transparan yang dapat ditutup dengan isolasi
plastic
i. Limbah padat radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan teknis dan
peraturan perundang-undangan yangberlaku (PP Nomor 27 Tahun 2002)
dan kemudian diserahkab kepada BATAN untuk penanganan lebih lanjut
atau dikembalikan kepada negara distributor. Semua jenis limbah medi
termasuk limbah radioaktif tidak boleh dibuang ke tempat
pembuangan akhir sampah domestik (landfill) sebelum dilakukan
pengolahan terlebih ahulu sampai memenuhi persyaratan.

2. Limbah Padat Non-Medis


a. Pemilahan Limbah Padat Non-Medis
1. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
2. Dilakukan pemilahan limbah padat non-medis antara limbah basah dan
limbah kering.
b. Tempat Pewadahan Limbah padat Non-Medis
1. Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang mudahdibersihkan pada bagian dalamnya,
misalnya fiberglass.
2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpamengotori tangan.
3. Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan
kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pengangkutan
Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat
penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
d. Tempat Penampungan Limbah Padat Non-Medis Sementara
1) Tersedia tempat penampungan limbah padat non-medis sementara dipisahkan
antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat
dimanfaatkan kembali. Tempat tersebut tidak merupakan sumber bau, dan
lalat bagi lingkungan sekitarnya dilengkapi saluran untuk cairan lindi.
2) Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
3) Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
4) Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
5) Pengolahan Limbah Padat. Upaya untuk mengurangi volume, mengubah
bentuk atau memusnahkan limbah padat dilakukan pada sumbernya.Limbah
yang masih dapat dimanfaatkan hendaknya dimanfaatkan kembali untuk
limbah padat organik dapat diolah menajdi pupuk.
6) Lokasi Pembuangan Limbah Padat Akhir. Limbah padat umum (domestik)
dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola oleh pemerintah daerah
(Pemda), atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yangberlaku.

3. Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan
kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimapangannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bilatidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan
sekali untuk swapantau danminimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan
yangberlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif
yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.

System pengolahan limbah cair di rumah sakit terdiri dari 3 jenis


1. System tangki septik
Tangki septic digunakan untuk menampung dan mengolah air limbah yang
berasal dari wc, kamar mandi, ruang bersalin, ruang perawatan, dan lain-lain.
Sebaliknya limbah cair medis dan cair non medis dipisahkan dengan mempergunakan
sewerage system untuk mempermudahkan pengelolaanya dan agar tidak mencemari
lingkungan.
2. System biologi aerobic.
System biologi aerobic yang dapat digunakan untuk limbah rumah sakit adalah
system waste oxidation ditch treatment (kolam oksidasi air limbah). System ini
digunakan untuk mengolah air limbah dari rumah sakit yang terletak di tengah kota
karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolom oksidasinya sendiri dibuat bulat
dan elips.
Dalam system ini, air limbah dialirkan secara berputar ke kolam-kolam
oksidasi agar ada kesempatan lebih lama berkontak dengan oksigen dan udara.
Setelah itu, air limbah dialirkan ke dalam sedimentation tank untuk pengendapan
benda-benda padat dan lumpur lainnya. Air yang sudah tampak jernih dialirkan ke
bak klorinasi sebelum dibuang ke dalam sungai atau badan air lainnya. Lumpur yang
mengendap diambil dan dikeringkan pada sludge drying bed.
Ada beberapa komponen di dalam system kolam oksidasi ini, antara lain pump
(pomp air kotor), oxidation ditch (kolam oksidasi), sedimentation tank (bak
pengendapan), chlorination tank (bak klorinasi), Sludge Drying bed (tempat
mengeringkan lumpur, biasanya 1-2 petak), dan Contro room (ruang pengendali).

3. System biologi anaerobic


Terdapat dua system biologi anaerobic yang dapat digunakan untuk membuang atau
memusnahkan limbah rumah sakit, antara lain:
a. Waste stabilization pond (kolam stabilisasi air limbah)
System ini memerlukan lahan luas dan biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di
luar kota yang masih memiliki lahan yang luas. System kolam stabilisasi air
limbah terdiri dari bagian-bagian yang cukup sederhana, yaitu sump pump,
stabilization pond (biasanya 2), bak klorinasi, control room,inlet, interconnection
antara 2 kolom stabilisasi, dan outlet dari kolam stabilisasi menuju system
klorinasi.
b. Anaerobic filter treatment system
System pengolahan air limbah ini dilakukan dengan memanfaatkan proses
pembusukan anaerobic melalui suatu filter. Disini, air limbah sebelumnya telah
menjalani pra-pengolahan dengan septik tank
Dari proses ini biasanya akan dihasilkan effluent yang mengandung zat-zat asam
organic dan senyawa organic yang memerlukan klor lebi banyak untuk proses
oksidasinya. Dengan demikian, sebelum dialirkan ke dalam bak klorinasi,
effluent ditampung dahulu dalam bak stabilisasi untuk memberikan kesempatan
oksidasi zat-zat tersebut diatas, sehingga jumlah klorin yang dibutuhkan pada
proses klorinasi berkurang.
Komponen-komponen yang ada dalam system ini, antara lain, sump pump, septic
tank, anaerobic filter, stabilization tank, sludge drying bed, dan control room.
Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga bergantung pada
besar-kecilnya rumah sakit atau jumlah tempat tidur, kontruksi anaerobic filter
treatment system dapat disesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Contoh
konstruksi yang dapat disesuaikan, antara lain volume septic tank, jumlah
anaerobic filter, volume stabilization tank, jumlah klorination tank, jumlah sludge
drying tank, dan perkiraan luas lahan yang diperlukan

4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin dilakukan
minimal 1 (satu) kali setahun.
b. Suhu pembakaran minimum 1.000°C untuk pemusnahan bakteri patogen, virus,
dioksin, dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.
Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:

1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,
karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan
di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi

Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi
manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.

EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH


Evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pengolahan limbah. Evaluasi ini
perlu dilakukan secara berkala. Berbagai indicator yang dapat digunakan di dalam evaluasi,
antara lain:
 Akumulasi limbah yang tidak terangkut atau terolah.
 Pengukuran tingkat kepadatan lalat (indeks lalat).
 Ada tidaknya keluhan, baik dari masyarakat yang bertempat tinggal di rumah sakit,
pengunjung, pasien, serta petugas rumah sakit sendiri.
 Dilakukan uji terhadap air hasil pengolahan, baik dari bahan organic maupun
anorganik.

Daftar Pustaka
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit EGC.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

Paramita, Nadia. 2007. “Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto”. Dalam Jurnal Presipitasi, Volume 2, No 1.

NAMA : SYAHRIFAH AIMA 1711213017

SHARFINA 1711213026

A. Pengertian limbah B3

Berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.

Menurut Undang Undang 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat,
energi, dan komponen lain yang karena sifat, konsentrasi dan jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan, merusak lingkungan hidup, dan dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya.
Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya
mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis
sisa bahannya.

B. Peraturan Terkait Pengelolaan Limbah B3 :

1. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup : Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan (Pasal 59 ayat 1)

2. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Pelaku pengelola limbah


B3 (penghasil, pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan/atau penimbun
limbah B3) wajib melakukan pengelolaan limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku
( Pasal 9 s/d Pasal 26 )

3. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Setiap badan usaha yang
melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin dan atau rekomendasi
pengelolaan LB3 ( Pasal 40 ayat 1 )

4. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup : Setiap orang yang melakukan pengelolaan limbah B3 tanpa izin,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 3 tahun dan
denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak tiga milyar rupiah ( Pasal
102 )

5. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup: Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan
pengelolaan limbah B3, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan
paling lama 3 tahun dan denda paling sedikit satu milyar rupiah dan paling banyak
tiga milyar rupiah ( Pasal 103 )

C. Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan
karakteristiknya

Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk
limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang
bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3

Jenis limbah B3 menurut jenisnya meliputi :

1. Limbah B3 Jenis Padatan

2. Limbah B3 Jenis Cairan

3. Limbah B3 Jenis Gas

Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :

1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

2. Limbah B3 dari sumber spesifik

3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Karakteristik limbah B3

Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.

Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai
berikut :

1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °c (140 OF) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.

2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 C,
760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.

3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar .


4. Merupakan limbah pengoksidasi.

5. Limbah yang menyebabkan infeksi.

Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena
infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit
seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah

6. Limbah beracun

Adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk
ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah.
Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada
Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi

7. Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :

- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.

- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.

- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.

8. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-
sifat sebagai berikut :

- Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air

Limbah yang apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,


menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi
kesehatan manusia dan lingkungan.Merupakan limbah Sianida, Sulfida atau
Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 dapat menghasi1kan gas, uap
atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan.

- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg).Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.

D. Contoh dari limbah b3 beserta dampaknya :

1. Obat nyamuk = dapat merusak hati dan ginjal serta mengiritasi kulit\

2. Aerosol = merusak lapisan ozon

3. batterai kering = mengandung logam berat yang dapat merusak otak dan sistem saraf

4. oli = kerusakan ginjal,saraf dan penyakit kanker

5. pemutih = mengandung klorin yang uapnya sangat memedihkan mata,kulit,hidung


dan tenggorokan

6. semir sepatu= dapat menyebabkan kanker yang diserap dari kulit

7. pembersih kaca= mengandung amonia yang uapnya dapat mengiritasi mata dan paru”

8. kamper = mengandung paradiklorobenza yang dapat menyebabkan mengiritasi


hidung dan paru”

9. pengharum ruangan = mengandung formalderhida menimbulkan iritasi mata, kulit


dan sistem pernapasan

E. Kegiatan Pengelolaan limbah B3


Kegiatan Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta
penimbunan hasil pengolahan tersebut.Pengolahan limbah B3 harus memenuhi persyaratan:

1. Lokasi pengolahan

Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi
penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:

- Daerah bebas banjir

- Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya

- jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m

- jarak dengan wilayah perairan dan sumur penduduk minimum 300 m

- Dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum
300 m.

2. Fasilitas pengolahan

Fasilitas pengolahan harus menerapkan sistem operasi, meliputi:

- sistem kemanan fasilitas

- sistem pencegahan terhadap kebakaran

- sistem pencegahan terhadap kebakaran

- sistem penanggulangan keadaan darurat

- sistem pengujian peralatan

- dan pelatihan karyawan.

Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang
dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.

F. Penanganan limbah B3 sebelum diolah


Setiap limbah B3 harus diidentifikasi dan dilakukan uji analisis kandungan guna
menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahan limbah tersebut. Setelah uji analisis
kandungan dilaksanakan, barulah dapat ditentukan metode yang tepat guna pengolahan
limbah tersebut sesuai dengan karakteristik dan kandungan limbah.

G. Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

1. Netralisasi
Netralisasi limbah diperlukan jika kondisi limbah masih di luar range pH baku
mutu limbah (BML) yang diperlukan (pH 6-8), sebab limbah di luar kondisi tersebut
dapat bersifat racun atau korosif. Dalam beberapa hal netralisasi dapat dilakukan
dengan cara mencampur limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat
basa. Pencampuran dilakukan di dalam suatu bak equalisasi (bak penstabil) pada
level ketinggian tetap. Bak ini juga sering disebut sebagai tangki netralisasi. Tangki
reaksi netralisasi dilengkapi dengan alat sensor pH untuk mengontrol kondisi hasil
reaksi. Secara umum reaksi netralisai tersebut sbagai berikut :

Asam + Basa Garam + Air (kondisi lebih netral)

Netralisasi menggunakan bahan kimia dilakukan dengan menambahkan bahan


yang bersifat asam kuat atau basa kuat. Air limbah yang bersifat asam umumnya
dinetralkan dengan larutan kapur (Ca(OH)2), soda kostik (NaOH) atau natrium
karbonat (Na2CO3). Karena larutan kapur harganya lebih murah dari pada bahan
kimia lainnya, maka larutan ini lebih sering dipakai di berbagai industri.

Air limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti H2SO4, HCL
atau dengan gas CO2 dapat dilakukan dengan memasukkan gas C02 melalui bagian
bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk gelembung-gelembung gas yang akan
bereaksi dengan basa yang ada sehingga dihasilkan asam karbonat (H2CO3).

2. Pengendapan
Jika konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam
tersebut dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan. Pengendapan dapat
dilakukan dengan mengubah bentuk logam yang ada ke dalam bentuk hidroksidanya.
Hal ini dilakukan dengan penambahan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda kostik
(NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal
akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai
kelarutan minimum.
3. Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari
cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak
efisien. Koagulasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia koagulan ke dalam
air limbah. Koagulan yang sering digunakan di lingkungan industry antara lain
larutan kapur Ca (OH)2 tawas (Al(SO4)3. 18 H2O; FeCl3; FeCl2; FeSO4. 7H2O dan
lain-lain.
4. Oksidasi-Reduksi (Redoks)
Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi materi
yang bereaksi dengan melepaskan electron. Reaksi oksidasi selalu diikuti dengan
reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kima yang akan menurunkan bilangan valensi
materi yang bereaksi dengan menerima eektron dari luar. Reaksi kimia yang
melibatkan kedua reaksi oksidasi dan reduksi ini dikenal dengan reaksi redok.

Reaksi kimia Oksidasi-Reduksi dapat merubah bahan pencemar yang bersifat


racun menjadi tidak berbahaya atau menurunkan tingkat/daya racunnya. Contoh
pengolahan limbah B3 dengan reaksi redok : Krom valensi enam (krom heksavalen)
merupakan bahan kimia yang sangat beracun, sehingga keberadaannya di dalam
limbah harus ditangani dengan sangat hati-hati. Untuk menurunkan tingkat racun dari
krom heksavalen ini dapat dilakukan dengan mengadakan reaksi redok. Krom
heksavalen dapat direduksi menggunakan sulfur dioksida (S02) menjadi krom
trivalent yang mempunyai tingkat/daya racun jauh lebih rendah daripada krom
heksavalen. Reaksi dasar dari krom ini adalah sebagai berikut :

SO2 + H2O H2SO3

2 CrO3 + 3 H2SO3 Cr2(SO4)3 + 3 H2O

Cr2(SO4)3 + 3 Ca(OH)2 2 Cr(OH)3 ++ CaSO4

Krom trivalen lebih aman daripada krom heksavalen sehingga lebih dapat
diterima di lingkungan. Limbah yang mengandung sianida juga mempunyai
sifat racun yang sangat kuat, sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
limbah tersebut di-landfill. Sianida yang sangat beracun tersebut dapat dioksidasi ke
dalam bentuk sianat yang daya racunnya jauh lebih rendah. Reaksi oksidasinya
sebagai berikut :

NaCN + Cl2 + 2 NaOH NaCNO + 2 NaCl + H2O

2 NaCNO + 3 Cl2 + 4 NaOH 2 CO2 + N2 + 6 NaCl + 2 H2O

Kedua reaksi tersebut sangat sensitive terhadap perubahan kondisi pH. Reaksi
pertama membutuhkan pH lebih besar dari pada 10 untuk memproduksi natrium
sianida, sedangkan reaksi kedua akan terjadi lebih cepat pada kondisi pH sekitar 8.
Proses klorinasi alkalin akan lebih baik dilakukan dengan pemutih hipoklorid seperti
menggunakan peroksida ozon untuk lebih menyempurnakan hasil reaksi
penghancuran sianida.

5. Insenerasi
Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering
digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis
pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat menghilangkan sifat
bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar, insenerator harus dioperasikan pada
kondisi diatas temperature destruksi dari bahan yang dibakar.

Pengolahan secara insenerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3


yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3. Ukuran,
disaint dan spesifikasi insenerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik
dan jumlah limbah yang akan diolah. Insenerator dilengkapi dngan alat penceah
pencemar udara untuk memenuhi standar emisi.

Insenerator sudah banyak dipakai oleh industry, usaha pengolahan limbah B3,
rumah sakit, pengelola sampah kota serta sampah pasar. Abu dan asap dari insenerator
harus aman untuk dibuang ke lingkungan. Kualitas hasil buangan (asap dan abu)
banyak dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan yang dibakar serta kinerja dari
insenerator yang digunakan. Untuk mencapai kondisi yang diuakan, diperlukan suatu
insenerator yang apat bekerja dengan baik yang dilenkapi dengan suatu sistem control
pengendalian proses pembakaran agar dapat dipastikan bahwa semua bahan dapat
terbakar pada titik optimum pembakarannya dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian teknlogi insenerator yang akan digunakan harus dapat
mengatasi semua permasalahan dalam pembuangan dan pemusahan limbah B3
(sampah padat).

6. Pengolahan dengan cara stabilisasi/solidifikasi


Pengolahan secara stabilsasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah sifat fisik
dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat (aditif) B3 agar
pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit
dengan struktur yang kekar (massive). Pada proses ini limbah B3 harus dapat diikat
dan stabilkan sehingga sifat racun dan sifat bahannya dapat diturunkan sampai
ambang batas yang ditentukan.

Proses stabilisasi/solidifikasi adalah suatu tahapan proses pengolahan limbah


B3 untuk mengurangi potensi racun dan kandungan limbah B3 melalui upaya
memperkecil/membatasi daya larut, pergerakan/penyebaran dan daya racunnya
(immobilisasi unsure yang bersifat racun) sebelum limah B3 tersebut dibuang ke
tempat penimbunan akhir (landfill).

Bahan-bahan yang umum digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi


(bahan aditif) antara lain :

- Bahan pencampur: gypsum, pasir, lempung, abu terbang


- Bahan perekat/pengikat : semen, kapur, tanah liat, dll.
7. Pengolahan dengan cara penimbun

Pengolahan dengan cara ini memerlukan lokasi yang luas, jauh dari
pemukiman penduduk dan aktivitasnya. Lokasi penimbunan juga tidak boleh
berhubungan dengan factor-faktor pendukung pendukung kehidupan seperti, tempat
sumber air atau lokasi serapan air tanah.Lokasi penimbunan yang sudah penuh harus
ditutup dan tidak dapat digunakan sebagai lokasi pemukiman.

Kualitas limbah B3 yang akan ditimbun harus dianalisis di laboratorium


terlebih dahulu dan lolos dari persyaratan yang diperlukan, antara lain :

- Memenuhi baku mutu uji Toxity Characteristic Leaching Prosedure (TCLP)


sesuai table 3 Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-04/BAPEDAL/09/1995
- lolos uji Plain Filter Test da uji kuat tekan (compressive strength)
- Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insinerasi atau pengolahan
secara fisika atau kimia
- Tidak bersifat: Mudah meledak, mudah terbakar, reaktif.menyebabkan
infeksi.
- Tidak mengandung zat organic lebih besar dari 10 persen
- Tidak mengandung PCB
- Tidak mengandung dioxin
- Tidak mengandung radioaktif
- Tidak berbentuk cair atau lumpur.

Pada saat penimbunan limbah B3 harus dilakukan pencatatan yang memuat


informasi dokumentasi (dokumen limbah B3 / waste tracking form) mengenai asal
penghasil limbah B3, karakteristik awal limbah B3, volume, tangal, dan lokasi
(koordinat) penimbunan.

H. Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan
pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah
tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.Perlu diketahui bahwa
keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus melaporkan
aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

Dalam rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan,


pemanfaatan, pengangkutan dan pengolahan serta penimbunan hasil pengolahan tersebut
terkait beberapa pihak yang masing-masing merupakan mata rantai dalam pengelolaan
limbah B3, yaitu :

1. Reduksi limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu
kegiata.

2. Penyimpanan limbah B3 : kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh


penghasil dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau
penimbun limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara
3. Pengumpulan limbah B3 : kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada
pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.

4. Pengangkutan limbah B3 : kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil


dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/ atau dari pengolah ke
pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun
limbah B3

5. Pemanfaatan limbah B3 : kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau


penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga
aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia

6. Pengolahan limbah B3 : proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi


limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat
racun

7. Penimbunan limbah B3 : kegiatan menempatkan limbah B3 pada suatu fasilitas


penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup

Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir
oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan
limbah B3 dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system
manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah
dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan.

I. Metode Pembuangan Limbah B3

1. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection)

Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.

2. Kolam penyimpanan (surface impoundments)

limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan
pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama  air limbah sehingga
mencemari udara.

3. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils)

limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-
tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini
jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.

DAFTAR PUSTAKA
Herisuhaeri.2013.“Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun(B3)” dalam
http//Herisuhaeri1308.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=396. Di akses pada
tanggal 2 Maret 2019

Dony,Apri.2013.“Regulasi pengelolaan limbahB3” dalam


http//academia.edu/6101862/REGULASI_PENGELOLAAN_LIMBAH_B3/. Di akses
pada tanggal 2 Maret 2019

Anda mungkin juga menyukai