Akl KLP5
Akl KLP5
“LIMBAH”
Oleh Kelompok 5
Kelas A1
Nabila Putri Rahmatillah 1711213024
Ananda Irmania Zsalsabila 1711213021
Ruella Rivenska Melian 1711213019
Fadhilla Puja Sridefi 1711213020
Diva Febria Alfer 1711213014
Aditya Marcel 1711213013
Saskia Putri Ananda 1711213016
Annisa Nurul Izza 1711213041
Auria Lady Afifah 1711213028
Trixy Delinda Alfi 1711213015
Rani Delfiyanti 1711213027
Syahrifah Aima 1711213017
Sharfina 1711213026
UNIVERSITAS ANDALAS
2019
Nama: Nabila Putri Rahmatillah
NIM: 1711213024
Tanpa disadari, limbah berbahaya ada di sekeliling kita. Berbagai macam limbah bisa
mencemari air, tanah, hingga udara yang kita hirup, dan dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan.
Limbah dapat ditemukan di mana saja. Mulai dari limbah rumah tangga, perkantoran,
industri, atau asap kendaraan di jalan raya. Mirisnya, karena sudah “lumrah” kita temui,
seringkali permasalahan ini tidak lagi dianggap serius. Misalnya, ketika kita melewati atau
bahkan tinggal di sekitar lokasi pembuangan akhir sampah, kita mungkin hanya akan
terganggu oleh baunya yang tidak sedap dan menganggapnya enteng, padahal sebenarnya
terdapat bahaya yang diam-diam mengintai kesehatan tubuh.
1. Limbah Udara
Limbah udara dapat menyebabkan polusi udara. Asap dan partikulat
merupakan dua jenis limbah udara yang dapat membahayakan kesehatan. Terutama
partikulat, karena bentuknya yang berupa partikel halus, sehingga sulit terlihat oleh
mata telanjang. Tanpa kita sadari, partikulat dapat terhirup dan menimbulkan penyakit
yang berbahaya.
Partikulat berasal dari knalpot mesin diesel, pembakaran kayu, dan
pembangkit listrik tenaga batu bara. Sedangkan limbah asap umumnya berasal
dari kendaraan-kendaraan kecil.
Limbah asap atau partikulat dalam polusi udara ini dapat menyebabkan
berbagai dampak terhadap kesehatan, seperti:
Gangguan paru-paru, serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Penyakit-
penyakit ini banyak ditemui di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi.
Pada wanita hamil, bisa membahayakan janin dalam kandungan. Misalnya,
memengaruhi perkembangan otak janin, sehingga memiliki kemungkinan
mengalami ADHD atau lebih dikenal dengan sebutan hiperaktif.
2. Limbah Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tidak hanya bau tidak sedap, tempat pembuangan sampah ini juga memiliki
efek jangka panjang, antara lain:
Berpotensi memicu beberapa jenis kanker, kecacatan janin, bayi lahir
prematur, atau bayi lahir dengan berat badan yang kurang. Akan tetapi, lokasi
tempat tinggal bukan satu-satunya faktor yang bisa menjadi penyebab. Hingga
kini masih belum dapat dipastikan apakah kondisi-kondisi tersebut berkaitan
dengan kimia beracun yang terdapat di TPA.
Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah TPA dapat berdampak buruk
terhadap kesehatan. Penduduk yang tinggal di sekitar TPA berisiko terkena
penyakit hepatitis, kolera, giardiasis, dan blue baby
syndrome (methemoglobinemia), akibat mengonsumsi air yang tercemar.
Bahkan beberapa zat, seperti benzene, yang diketahui
bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker, juga bisa mencemari air
di sekitar lokasi TPA.
3. Limbah pada air
Air limbah adalah air yang sudah tercemar antropogenik. Limbah yang mencemari
air dapat berasal dari kotoran manusia, pembuangan tangki septik, pembuangan
limbah pabrik, air buangan dari sisa pencucian, dan masih banyak lagi.
Air yang sudah terkontaminasi dengan limbah ini bisa menimbulkan berbagai
penyakit, seperti:
Diare, apabila mengonsumsi air yang tercemar bakteri atau parasit. Diare yang
parah bisa berujung pada kematian.
Penyakit methemoglobinemia atau blue baby syndrome, bila mengonsumsi air
minum yang tercemar nitrat, atau tinggi akan kandungan nitrat.
Penyakit infeksi, seperti hepatitis A, kolera, dan giardiasis, bila mengonsumsi
air yang terkontaminasi bakteri dan virus.
Penyakit ginjal, penyakit hati, dan risiko bayi lahir cacat.
Baik terlihat atau tidak terlihat, limbah tetap memiliki dampak buruk bagi
kesehatan. Mungkin saja tidak dirasakan segera, namun akan menimbulkan
efek negatif dalam jangka panjang. Guna mengurangi atau bahkan
menghilangkan ancaman bahaya dari limbah, diperlukan pengolahan limbah
yang baik dan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.
Sumber: https://www.alodokter.com/disadari-atau-tidak-limbah-ada-di-sekitar-kita-dan-bisa-
berbahaya
Nama : Ananda Irmania Zsalsabila
NIM : 1711213021
Efek langsung; efek yang disebabkan karena adanya kontak langsung dengan
limbah tersebut. Misalnya limbah beracun, limbah yang korosif terhadap tubuh,
karsinogenik, teratogenik, dan lain-lain. Selain itu ada pula limbah yang
mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Limbah
beracun jg akan membawa dampak langsung pada manusia seperti keracunan
bahkan kematian. limbah ini dapat berasal dari limbah rumah tangga selain limbah
industri.
Efek tidak langsung; pengaruh tidak langsung ini dapat dirasakan masyarakat
akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan limbah. Dekomposisi
limbah biasanya terjadi secara aerobik, dilanjutkan secara fakultatif, dan secara
anaerobik apabila oksigen telah habis. Dekomposisi anaerobik akan menghasilkan
lindi (leachate) beserta gas. Di dalam lindi tersebut mengandung mikroba patogen,
logam berat dan zat lainnya yang berbahaya. Selain itu efek tidak langsung lainnya
dapat berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam limbah.
Penyakit yang di akibatkan limbah sangat banyak dan dapat berupa penyakit tidak
menular, menular, potensi kebakaran, keracunan, dan lain-lain. Berikurt merupaka beberapa
penyakit yang diakibatkan baik secara langsung mauapun tidak langsung dari limbah :
Timbulan sampah dapat menjadi tempat pembiakan lalat yang dapat mendorong
penularan infeksi,
Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum. Penyakit
demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat dengan cepat di daerah
yang pengelolaan sampahnya kurang memadai,
Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini
sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
Sampah beracun. Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang memproduksi
baterai dan akumulator
Limbah apabila tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkab bencana, yaitu :
o Sumber penyakit
o Pencemaran lingkungan
o Kematian
Lokasi dan pengolahan limbah yang kurang memadai (pembuangan limbah yang tidak
terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme pembawa patogen seperti
lalat dan tikus yang dapat menjangkit penyakit, misalnya bahaya kesehatan pada manusia
seperti : Penyakit diare, tifus, bahkan demam berdarah karena virus yang berasal dari sampah
dengan pengelolahan tidak tepat dapat bercampur air minum.
Limbah rumah tangga selain membahayangkan kesehatan manusia, limbah ini juga
sangat berpengaruh terhadap kelestarian dan lingkungan yang ada di sekitar kita. Contoh
limbah rumah tangga yaitu penggunaan sebun detergen untuk mencuci, air cucian itu
kemudian dibuang keselokan dan merembes ke air tanah, air selokan mengalir ke sungai dan
seterusnya kelaut. Karena adanya limbah-limbah rumah tangga ini itu akan sangat
membahayangkan kelestarian lingkungan disekitar yang ada. Penguraian limbah yang
dibuang kedalam air akan menghasilkan asam organik.
Sektor Industri/usaha kecil pangan yang mencemari lingkungan antara lain ; tahu,
tempe, tapioka dan pengolahan ikan (industri hasil laut). Limbah usaha kecil pangan dapat
menimbulkan masalah dalam penanganannya karena mengandung sejumlah besar
karbohidrat, protein, lemak , garam-garam, mineral, dan sisa sisa bahan kimia yang
digunakan dalam pengolahan dan pembersihan. Sebagai contohnya limbah industri tahu,
tempe, tapioka industri hasil laut dan industri pangan lainnya, dapat menimbulkan bau yang
menyengat dan polusi berat pada air bila pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
Air buangan (efluen) atau limbah buangan dari pengolahan pangan dengan Biological
Oxygen Demand ( BOD) tinggi dan mengandung polutan seperti tanah, larutan alkohol,
panas dan insektisida. Apabila efluen dibuang langsung ke suatu perairan akibatnya
menganggu seluruh keseimbangan ekologik dan bahkan dapat menyebabkan kematian ikan
dan biota perairan lainnya.
Industri kimia seperti alkohol dalam proses pembuatannya membutuhkan air sangat
besar, mengeakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan kelingkungan sekitarnya.
Air limbahnya bersifat mencemari karena didalamnya terkandung mikroorganisme, senyawa
organik dan anorganik baik terlarut maupun tersuspensi serta senyawa tambahan yang
terbentuk selama proses permentasi berlangsung.
Industri ini mempunyai limbah cair selain dari proses produksinya juga, air sisa
pencucian peralatan, limbah padat berupa onggokan hasil perasan, endapan Ca SO4, gas
berupa uap alkohol. kategori limbah industri ini adalah limbah bahan beracun berbahayan
(B3) yang mencemari air dan udara. Gangguan terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan
efek bahan kimia toksik : Keracunan yang akut, yakni keracunan akibat masuknya
dosistertentu kedalam tubuh melalui mulut, kulit, pernafasan dan akibatnya dapat dilihat
dengan segera, misalnya keracunan H2S, Co dalan dosis tinggi. Dapat menimbulkan lemas
dan kematian. Keracunan Fenal dapat menimbulkan sakit perut dan sebagainya. Keracunan
kronis, sebagai akibat masuknya zat-zat toksis kedalam tubuh dalam dosis yang kecil tetapi
terus menerus dan berakumulasi dalam tubuh, sehingga efeknya baru terasa dalam jangka
panjang misalnya keracunan timbal, arsen, raksa, asbes dan sebagainya.
Sektor sandang dan kulit seperti pencucian batik, batik printing, penyamakan kuit
dapat mengakibatkan pencemaran karena dalam proses pencucian memerlukanair sebagai
mediumnya dalam jumlah yang besar. Proses ini menimbulkan air buangan (bekas Proses)
yang besar pula, dimana air buangan mengandung sisa-sisa warna, BOD tinggi, kadar minyak
tinggi dan beracun (mengandung limbah B3 yang tinggi).
Walaupun industri baja/logam tidak menggunakan larutan kimia, tetapi industri ini
memcemari air karena buanganya dapat mengandung minyak pelumas dan asam-asam yang
berasal dari proses pickling untukmembersihkan bahan plat, sedangkan bahan buangan padat
dapat dimanfaatkan kembali.
Bahaya dari bahan-bahan pencemar yang mungkin dihaslkan dari proses- proses
dalam industri besi-baja/logam terhadap kesehatan yaitu :
o Karbon Dioksida (CO2), dapat mengakibatkan sesak nafas, kemudian sakit kepala,
pusing-pusing, nafas pendek, otot lemah, mengantuk dan telinganya berdenging.
o Belerang Dioksida (SO2), pada konsentrasi 6-12 ppm dapat menyebabkan iritasi
pada hidung dan tenggorokan, peradangan lensa mata (pada konsentrasi 20 ppm),
pembengkakan paru-paru/celah suara.
o Minyak pelumas, buangan dapat menghambat proses oksidasi biologi dari sistem
lingkungan, bila bahan pencemar dialirkan keseungai, kolam atau sawah dan
sebagainya.
Pencemaran darat yang dapat ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi
kesehatan sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan ditinjau dari
segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tidak sedap dipandang mata). Cairan
rembesan sampah yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai
organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini
mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke
dalam air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnya
sehingga mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat mati sehingga mungkin lama
kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia juga mengkonsumsi atau menggunakan air
untuk kegiatan sehari-hari, sehingga menusia akan terkena dampak limbah baik secara
langsung maupun tidak langsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan banjir
karena banyak orang-orang yang membuang limbah rumah tanggake sungai, sehingga pintu
air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapat mengalir dan air naik menggenangi
rumah-rumah penduduk, sehingga dapat meresahkan para penduduk. Dampak lain, antara
lain : Menurunnya kualitas lingkungan, Menurunnya estetika lingkungan, Terhambatnya
pembangunan negara.
Daftar Pustaka
a. Pengertian
Limbah : buangan yang dihasilkan dari sebuah proses produksi baik itu yang
kedatangannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak diinginkan
dilingkungan sebab tidak mempunyai nilai ekonomis
Limbah Industri : buangan yang dihasilkan dari sebuah proses produksi pada
sector industry yang kedatangannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
diinginkan dilingkungan sebab tidak mempunyai nilai ekonomis
b. Contoh Limbah Industri
limbah penambangan, limbah pabrik, limbah radioaktif dari PLTN, limbah rumah
sakit
c. Jenis-Jenis Limbah Industri
Limbah Cair : dikenal sebagai entitas pencemar air, limbah yang mempuyai
bentuk cair. limbah industri cair ini akan dibuang langsung ke saluran air
seperti selokan, sungai ,dan lautan. Contoh limbah cair dari industri ini antara
lain adalah sisa pewarna pakaian cair, sisa pengawet cair, limbah tempe,
limbah tahu, kandungan besi pada air, kebocoran minyak di laut, serta sisa-
sisa bahan kimia lainnya.
Limbah Tahu-Tempe
Besarnya beban pencemaran yang ditimbulkan menyebabkan gangguan yang
cukup serius terutama untuk perairan disekitar industri tahu dan tempe.
Teknologi pengolahan limbah tahu tempe yang ada saat ini pada umumnya
berupa pengolahan limbah sistem anaerob. Dengan proses biologis anaerob,
efisiensi pengolahan hanya sekitar 70-80 %, sehingga air lahannya masih
mengandung kadar polutan organik cukup tinggi, serta bau yang ditimbulkan
dari sistem anaerob dan tingginya kadar fosfat merupakan masalah yang belum
dapat diatasi. Air banyak digunakan sebagai bahan pencuci dan merebus
kedelai untuk proses produksinya. Akibat dari besarnya pemakaian air pada
proses pembuatan tahu dan tempe, limbah yang dihasilkan juga cukup besar.
Sebagai contoh limbah industri tahu tempe di Semanan, Jakarta Barat
Limbah Padat : buangan dari hasil- hasil industri yang tidak terpakai lagi yang
berbentuk padatan, lumpur maupun bubur yang berasal dari suatu proses
pengolahan, ataupun sampah yang dihasilkan dari kegiatan- kegiatan industri,
serta dari tempat- tempat umum,pada umumnya limbah ini akan dibuang ke
wilayah daratan tanpa adanya proses pengolahan, maka akan mencemari tanah
di wilayah tersebut. Beberapa contoh dari limbah industri padat antara lain
adalah plastik, kantong, sisa pakaian, sampah kertas, kabel, listrik, bubur-
bubur sisa semen, lumpur- lumpur sisa industri, dan lain sebagainya
Limbah Tanah
Pencemaran yang dilakukan oleh limbah pabrik intesitasnya lebih banyak
karena saat ini Indonesia tegah bertransformasi menjadi negara industri
sehingga semakin banyak sektor industri yang dibangun, termasuk industri
kecil atau industri rumahan.Limbah pabrik atau limbah insutri keberadaannya
lebih membahayakan daripada limbah domestik. Hal ini karena jumlah yang
dibuang lebih besar dan biasanya kandungan bahan kimianya lebih banyak dan
lebih keras. Sebenarnya untuk limbah industri ini bisa diantisipasi dengan
penanganan yang tepat
Limbah Gas : limbah yang disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai
hasil aktivitas manusia yang berbentuk molekul- molekul gas dan pada
umumnya memberikan dampak yang buruk bagi kehidupan makhluk hidup
yang ada di Bumi Oleh karena bentuknya gas, maka limbah pabrik gas ini
biasanya mencemari udara. Beberapa contoh limbah gas ini antara lain adalah
kebocoran gas, pembakaran pabrik, asap pabrik sisa produksi dan lain
sebagainya.
Limbah B3 : sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan- bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifatnya, konsentrasinya, maupun
jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan,
merusak, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia dan juga makhluk hidup lainnya. Contoh : bekas
pengharum ruangan, pemutih pakaian, deterjen pakaian, pembersih kamar
mandi, pembesih kaca/jendela, pembersih lantai, pengkilat kayu, pembersih
oven, pembasmi serangga, lem perekat, hair spray, dan batu batera
DAFTAR PUSTAKA
1711213020 // A1
Limbah Industri
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baikindustri maupun domestik
(rumah tangga), yang kehadirannya pada suatusaat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena
tidak memilikinilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimiaorganik dan
anorganik. dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiranlimbah dapatberdampak negati! terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. "tingkat
bahayakeracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
1) Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.
Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan
salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode
pengolahan:
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
2 .Limbah padat
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Proses industrialisasi memang banyak sekali menimbulkan limbah. salah satu jenis limbah
yang dapat dihasilakn dari proses industri adalah limbah yang berbentuk padat. Untuk
mengatasi limbah padat cara yang dapat kita lakukan antara lain sebagai berikut:
Penimbunan terbuka
Solusi atau pengolahan pertama yang bisa dilakukan pada limbah padat adalah penimbunan
terbuka. Limbah padat dibagi menjadi organik dan juga non organik. Limbah padat organik
akan lebih baik ditimbun, karena akan diuraikan oleh organisme- organisme pengurai
sehingga akan membuat tanah menjadi lebih subur (baca: ciri- ciri tanah subur dan tidak
subur).
Sanitary landfill
Sanitary landfill ini menggunakan lubang yang sudah dilapisi tanah liat dan juga plastik
untuk mencegah pembesaran di tanah (baca: jenis tanah) dan gas metana yang terbentuk
dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Insenerasi
Seperti halnya penimbunan, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwasannya limbah
padat yang bersifat organik akan lebih bermanfaat apabila dibuat menjadi kompos. Kompos
ini bisa dijadikan sebagai usaha masyarakat yang sangat bermanfaat bagi banyak orang.
Daur ulang
Limbah padat yang bersifat non organik bisa dipilah- pilah kembali. Limbah padat yang
masih bisa diproses kembali bisa di daur ulang menjadi barang yang baru atau dibuat barang
lain yang bermanfaat atau bernilai jual tinggi. sebagai contoh adalah kerajinan dari barang-
barang bekas.
Selain limbah padat, industri juga akan menghasilkan limbah cair. Limbah cair
penanganannya berbeda dengan limbah padat, tentu saja hal ini karena bentuknya yang
berbeda. Untuk limbah cair sendiri, pengolahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengolahan limbah gas pada bidang industri dapat dilakukan sebagai berikut:
4. Pengolahan Limbah B3
Sumber :
https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-industri
https://www.academia.edu/28564993/MACAM_LIMBAH.docx
NAMA: DIVA FEBRISIA ALFER
NIM : 1711213014
Limbah ini dihasilkan atau berasal dari hasil produksi oleh pabrik atau perusahaan
tertentu. Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan
senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan menimbulkan pencemaran
yang dapat membahayakan makluk hidup pengguna air tersebut misalnya, ikan, bebek dan
makluk hidup lainnya termasuk juga manusia
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
1) Limbah cair
Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam
sistem prosesnya. Di samping itu ada pula bahan baku mengandung air sehingga dalam
proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses pengolahan kemudian
dibuang misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu bahan sebelum diproses lanjut.
Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian diproses dan setelah itu dibuang. Semua jenis
perlakuan ini mengakibatkan buangan air. Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan
salah satu penyumbang limbah cair yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri
besar, seperti industri pulp dan kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya
mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun
demikian, mengingat penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi
lingkungan, penting bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi
pengolahan limbah cair. Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat.
Jadi teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan
bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode
pengolahan:
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn
2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan pada :
h. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
i. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
j. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
k. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
l. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
m. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
n. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
2 .Limbah padat
Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya
berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,
peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,
kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll Limbah
padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari sisa
proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat
yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan logam dan kedua limbah padat
yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat
ditangani dengan berbagai cara antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali
kemudian dibuang dan dibakar
3 Limbah gas dan partikel
Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang
mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon
(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah. Udara adalah media pencemar untuk
limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara.
Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan
menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume-Sedangkan pencemaran berbentuk gas
tanya aapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-
gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak
atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan
lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan
penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki
salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,
beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan
toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.
Sumber: https://www.academia.edu/28564993/MACAM_LIMBAH.docx
Nama : Aditya Marcel
NIM : 1711213013
Limbah padat bersumber dari timbunan yang sampah diakibatkan adanya berbagai kegiatan
seperti, permukiman, perdagangan, industri, institusi, rumah sakit, tempat umum (rekreasi,
jalan, taman), lapangan udara, pelabuhan laut, “water and waste treatment plant”
1) Penimbunan.
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka atau open dumping dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang
yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).
Metode penimbunan merupakan metode kuno yang memberikan dampak negatif lain.
Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kuman penyebab penyakit dapat
berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang
tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping
menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu
sanitary landfill. Pada metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang
dialasi lapisan lempung dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke
tanah. Sampah yang ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah
tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari
udara dan berkembangbiaknya berbagai macam penyebab penyakit.
Metode sanitary landfill yang lebih modern, biasanya dibuat sistem lapisan
ganda yaitu plastik, dan lempung. Kemudian dibuat pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
2) Insinerasi.
Insinerasi adalah pembakaran limbah padat menggunakan suatu alat yang
disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang
sangat banyak, bisa mencapai 90 %. Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk memanaskan ruangan.
Meski demikian, tidak semua jenis limbah padat dapat dibakar dalam insinerator.
Jenis limbah padat yang cocok untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik,
dan karet, sedangkan contoh jenis limbah padat yang kurang sesuai untuk insinerasi
adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi. yang mahal. Selain
itu, insinerasi menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta
abu pembakaran yang kemungkinan mengandung senyawa berbahaya.
3) Pembuatan Kompos.
Kompos adalah pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun
dan ranting, serta kotoran hewan, melalui proses degradasi/ penguraian oleh
mikroorganisme tertentu. Kompos berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan
menyediakan zat makanan yang diperlukan tumbuhan, sementara mikroba yang ada
dalam kompos dapat membantu penyerapan zat makanan yang dibutuhkan tanaman.
Pembuatan kompos merupakan salah satu cara terbaik untuk mengurangi
timbunan sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara
pembuatannya relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu,
kompos dapat dijual sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan
menjadi alternatif mata pencaharian.
Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair.
Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi,
kultur mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah
banyak dijual di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah
Effective Microorganism 4 (EM4). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme
yang dapat meningkatkan degradasi limbah atau sampah organik, menguntungkan dan
bermanfaat bagi kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta
ramah lingkungan. EM4 mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa
jenis bakteri, di antaranya Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces
sp., dan Streptomyces sp., dan khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae.
Kompos yang dibuat menggunakan EM4 yang dikenal juga dengan bokashi.
4) Daur Ulang.
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi
produk baru. Proses daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah
karena bahan buangan diolah menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh
beberapa jenis limbah padat yang dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, plastik,
karet, logam seperti besi, baja, tembaga dan alumunium.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya
hampir sama atau sama dengan produk jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa
didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca dalam bentuk botol atau wadah
bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali atau dicampur dengan aspal
untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas bisa didaur ulang
menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari plastik jenis
polyetilen tertalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain, seperti baju
poliyester, karpet, dan suku cadang mobil.
Dalam penanganan limbah perkotaan, ketiga metode insinerasi, kompos dan
daur ulang dapat digabungkan. Kunci keberhasilan pengolahan sampah tersebut
adalah memilah sampah. Sampah dipisahkan menjadi sampah organic, anorganik,
kaca, polyetilen tertalat (PET). Sampah organic menjadi kompos, sampah anorganik
yang tidak berguna dimasukkan ke dalam insinerasi, dan sampah anorganik yang
berguna seperti kaca dan PET didaur ulang. Pemilahan yang paling efektif dilakukan
di hulu atau di rumah tangga. Pemilahan di rumah tangga dapat berhasil apabila
didukung oleh edukasi, regulasi dan penyediaan infrastruktur dari pemerintah.
Sumber : https://www.academia.edu/31516785/PENGELOLAAN_LIMBAH_PADAT
https://bangazul.com/metode-pembuangan-limbah/
Nama : Saskia Putri Ananda
NIM : 1711213016
1. Garbage(sampah basah)
yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan yang memiliki
sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah.
Secara garis besar, limbah padat dikategorikan menjadi lima macam, yakni:
1. Open dumping.
Merupakan tempat pembuangan akhirdimana sampah yang dibuang
diletakkan begitu saja diatas tanah kosong atau sebelum digunakan
tanah tersebut dibuat lubang dengan menggunakan traktor. Cara ini
tidak dianjurkan, karena sampah yang dibuang dibiarkan terbuka
sehingga dapat menjadi sarang binatang tertentu yang dapat membawa
penyakit. Secara estetika kurang baik, dapat menimbulkan bau dan
pemandangan buruk
https://www.academia.edu/31516785/PENGELOLAAN_LIMBAH_PADAT
Nama: Annisa Nurul Izza
NIM: 1711213041
Limbah cair merupakan salah satu jenis sampah. Secara umum limbah cair dapat dibagi
menjadi:
d) Septic tank
Metode ini merupakan cara yang memuaskan dalam pembuanagn ekskreta
untuk sekelompok kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki
persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak memiliki hubungan dengan
sistem penyaluran limbah masyarakat.
Mekanisme kerjanya yaitu:
Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob dan jamur
menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses
purifikasi tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar
melalui pipa pengeluaran disebut affluent yang mengandung bakteri, kista,
telur cacing, dan bahan organik dalam bentuk cair maupun suspensi.
Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir yang stabil
seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik.
Kedua tahapan tersebut berlangsung dalam septic tank.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan:
a. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya
dihindari karena dapat membunuhflora bakteri di dalam septic tank.
b. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank
sehingga isinya harus dibersihkan minimal sekali setahun.
c. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dnegan air sampai saluran
pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain
untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.
f) Chemical closet
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik
soda) yang juga ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk
diletakkan langsung di atas tanki. Tidak ada yang boleh dimasukkan ke
dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam kloset,
cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga
kloset tidak berfungsi sebgaaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan
disterilisasi dengan bahan kimia. Setelah beberapa bulan penggunaan
kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini banyak
digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat
terbang.
c) Pit latrine
d) Bore hole latrine
B. Sewered Areas
Pada sistem ini, pengumpulan, dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari
rumah, kawasan industri, dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa di
bawah tanah yang disebut sewers ke tempat pembuangan akihr yang biasanya
dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di dalam
pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang
berpenduduk padat.
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas,antara lain:
1) Sistem Kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari
rumah tangga dan lainnya dalam satu saluran.
2) Sistem Terpisah (separated sewer)
Pada sistem terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem
terpisah dianjurkan, dan dewasa ini, menjadi pilihan hambatan di dalam
penerapannya adalah mahalnya biaya pembuatan sistem ini.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengelola air limbah, di
antaranya:
a) Pengenceran (disposal by dilution)
Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mengalami pengenceran.
Dengan cara ini, air limbah akan mengalami purifikasi alami. Namun, cara
semacam ini dapat mencemari air permukaan dengan bakteri patogen, larva
dan telur cacing, serta bibit penyakit lain yang ada di dalam air limbah itu.
Apabila hanya cara ini yang dapat diterapkan, maka persyaratan berikut harus
dipenuhi:
Air sungai atau danau tidak boleh digunakan untuk keperluan lain
Volume air mencukupi sehingga pengenceran berlangsung kurang dari 30-
40 kali
Air harus cukup mengandung oksigen. Dengan kata lain air harus
mengalir (tidak boleh stagnan) agar tidak menimbulkan bau
b) Cesspool
Bentuk cesspool ini menyerupai sumur tetapi digunakan untuk pembuangan
air limbah. Dibuat pada tanah yang porous (berpasir) agar air buangan mudah
meresap ke dalam tanah. Bagian atas ditembok agar tidak tembus air. Apabila
cesspool sudah penuh (kurang lebih 6 bulan), lumpur di dalamnya dapat diisap
keluar atau dari semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang
satu penuh, air akan mengalir ke Cesspool dengan sumur air bersih adalah 45
m dan minimal 6 m dari pondasi rumah.
c) Sumur resapan (Seepage pit)
Sumur respan merupakan sumur tempat menampung air limbah yang telah
mengalami pengolahan dari sistem lain, misalnya dari aua privy atau septic
tank. Dengan cara ini, air hanya tinggal mengalami peresapan ke dalam tanah.
Sumur resapan ini dibuat pada tanah yang porous, dengan diameter 1-2,5 m
dan kedalaman 2,5 m. Lama pemakaian dapat mencapai sekitar 6-10 tahun.
d) Septic tank
Septic tank, menurut WHO, merupakan metode terbaik untuk mengelola air
limbah walau biayanya mahal, rumit, dan memerlukan tanah yang luas. Septic
tank memiliki 4 bagian, antara lain:
(1) Ruang Pembusukan
Dalam ruangan ini, air kotor akan tertahan 1-3 hari dan akan mengalami
penguraian oleh bakteri pembusuk yang akan menghasilkan gas, cairan,
dan lumpur. Gas dan cairan akan masuk ke dalam dosing chamber melalui
pipa. Lumpur akan masuk ke ruang lumpur
(2) Ruang Lumpur
Ruang lumpur merupakan tempat penampungan lumpur. Apabila ruang
sudah penuh, lumpur akan dipompa keluar
(3) Dosing chamber
Dalam Dosing chamber terdapat siphon McDOnald yang berfungsi untuk
mengatur kecepatan air yang akan dialirkan ke bidang resapan agar
merata.
(4) Bidang resapan
(5) Bidang ini akan menyerap cairan keluar dari dosing chamber dan
menyaring bakteri patogen maupun bibit penyakit lain. Panjang minimal
bidang resapan ini 10 m dan dibuat pada tanah porous.
e) Sistem Riool (sewage)
Sistem ini menampung semua air kotor dari rumah maupun dari perusahaan,
dan terkadang menampung kotoran dari lingkungan. Apabila dipakai untuk
menampung air hujan, sistem ini disebut combined system, sedangkan jika bak
tampung air hujan dipisahkan maka disebut separated system. Agar tidak
merugikan kepentingan lain, air dialirkan ke ujung kota setelah proses
pengolahan sebagai berikut:
(1) Penyaringan (screening)
(2) Pengendapan (sedimentation)
(3) Proses biologis
(4) Disaring dengan saringan pasir (sand filter)
(5) Desinfeksi
(6) pengenceran
B. Cara Lain Pengelolaan Air Limbah
Pengelolaan air limbah juga dapat dilakukan dengan cara berikut:
1) Dilution (pengenceran)
2) Irrigation
3) Self purification (kolam oksidasi)
4) Pengolahan air limbah secara primer (screen, grit chamber, primary
sedimentation tank, kemudian dialirkan sebagai primary effluent ke
pengolahan sekunder) dan sekunder.
C. Purifikasi Air Limbah
Terdapat 3 cara yang dapat dipilih.
1) Modern sewage treatment (terdiri atas pengolahan primer dan sekunder)
2) Traditional sewage treatment (oxidation pond)
3) Land treatment atau sewage farming
D. Pembuangan Air Limbah Rumah Tangga
Ada 5 cara yaitu:
1) Pembuangan umum, yaitu melalui penampungan air limbah yang terletak di
halaman
2) Digunakan untuk menyiram tanaman kebun
3) Dibuang ke lapangan peresapan
4) Dialirkan ke saluran terbuka
5) Dialirkan ke saluran tertutup atau selokan
Sumber:
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media
Group.
Nama : Auria Lady Afifah
BP : 1711213028
Pada proses produksi disamping menghasilkan produk utama juga menimbulkan berbagai
jenis limbah seperti limbah cair.
1. Sifat fisik
Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklarifikasikan
kedalam dua golonga besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis
padatan tersuspensi ada yang bersifat organis maupun inorganic tergantung
sumber limbah, Contoh padatan tersuspensi adalah protein, tanah liat dan
karbohidrat, sedangkan contoh padatan dapat mengendap adalah flok, lumpur
aktif.
Kekeruhan
Sifat keruh pada air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena adanya
partikel colloidal yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan bahan, protein,
dan ganggang terdapat dalam limbah.
Bau
Sifat bau disebabkan karena zat zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas gas yang tidak enak bagi penciuman
Temperatur
Sifat dimana limbah memiliki temperatur yang mana ketika temperature panas
dapat menganggu kelangsungan pertumbuhan biota tertentu
Warna
Warna air dalam air disebabkan karena zat zat terlarut dan zat tersuspensi.
Limbah berwarna misalnya limbah tekstil
2. Sifat kimia
Biological Oksigen Demand (BOD)
BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan
semua zat zat organic yang terlarut maupun tersuspensi dalam air menjadi
bahan organic sederhana atau bahan tidak langsung. Dengan habisnya oksigen
terkonsumsi membuat biota lainnya yang membutuhkan oksigen tidak dapat
bertahan. Semakin tinggi angka BOD semakin sulit bagi makhluk hidup
membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup. BOD merupakan salah satu
metode paling banyak digunakan.
Chemical Oksigen Demand (COD)
COD adalah bentuk pengukuran kebutuhan oksigen dalam limbah.
Pengukuran ini menekankan oksigen akan kimia dimana senyawa senyawa
yang diukur adalah bahan bahan yang tidak dipecah secara biokimia. COD itu
merupakan sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat zat
anorganis.
Semakin dekat nilai BOD dengan COD menunjukkan bahwa semakin sedikit
bahan anorganik yang dapat dioksidasi dengan bahan kimia. Pengukuran COD
ini lebih singkat dibandingkan BOD akan teta[I tidak dapat mengukur limbah
dioksidasi secara biologis. Biasanya nilai COD lebih tinggi dari BOD
Methan
Gas methan terbentuk akibat penguraian zat zat organic dalam kondisi anaerob
pada air limbah. Gas methan ini dihasilkan dari lumpur yang membusuk pada
dasar kolam, tidak berwarna dan mudah terbakar. Suatu kolam limbah yang
menghasilkan gas methan akan memiliki sedikit lumpur karena lumpur
tersebut habis diolah menjadi gas methan dan air serta co2
Keasaman air
Keasaman air dihitung diukur dengan pH. Air buangan yang mempunyai pH
tinggi atau rendah menjadikan air steril dapat membunuh mikro organism air.
Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa air kabobat, garam
garam hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya
kandungan zat tersebut menimbulkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi
kesadahan makin sulit air berbuih. Penggunaan air pada ketel diupayakan air
kesadahan rendah karena zat zat tersebut dapat menimbulkan kerak pada
dinding dalam ketel.
Lemak dan Minyak
Kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari
industry yang mengelola bahan baku yang mengandung minyak bersumber
dari proses klasifikasi dan perebusan. Contoh lainnya ketika kendaraan
bermotor dicuci terdapat sisa minyak yang bersumber dari kebocoran mesin.
Lemak dan minyak merupakan bahan organis yang bersifat tetap dan sulit
diuraikan bakteri. Limbah ini akan membuat laisan pada permukaan air
sehingga berbentuk selaput.
Oksigen Terlarut
Keadaan oksigen terlarut berbanding terbalik dengan BOD. Keadaan okseigen
terlarut dalam air dapat menunjukkan tanda tanda kehidupan biota perairan.
Angka oksigen terlarut tinggi menunjukkan keadaan air baik
Besi dan Magnesium
Besi dan magnesium yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
larut mengakibatkan penggunaan air menjadi terbatas
Khlorida
Khlorida banyak dijumpai dalam pabrik kaustik soda yang berasal dari proses
elektrolisa, penjernihan garam dan lain lain. Khlorida merupakan zat terlarut
dan tidak menyerap. Ketika ion klor bebas dan senyawa dengan ion natrium
dapat menyebabakan air menjadi asin dan merusak pipa instalasi
Phospat
Kandungan phospat tinggi dapat menyebabkan subur algae dan organisme
lainnya dikenal dengan eutrophika.
Sulfur
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat
terjadi secara proses alamiah. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau
busuk. Dan pada proses digester lumpur gas H2S yang bercampur dengan
metan CH, dan CO2 bersifat korosif
Nitrogen
Amoniak
Nitrit
Logam logam berat dan beracun
Phenol
3. Sifat biologis
Sifat biologi limbah banyak dipermasalahkan dalam pencemaran air karena limbah
mengandung bakteri yang memberi dampak langsung kepada manusia. Karakteristik
biologi biasanya ditandai dengan kehidupan plankton, bakteri, banthos serta biota
lainnya. Bahan bahan organic dalam air terdiri dari berbagai senyawa kimia organic
yang membentik rantai kompleks, mudah terurai seperti asam amino
Kandungan organik dan anorganik dalam limbah memberikan dampak pada badan penerima
(sungai) bila terdapat nilai-nilai diluar ukuran-ukuran yang ditetapkan. Ukuran yang sudah
distandardkan disebut dengan Baku Mutu Limbah. Sifat sifat Pencemaran limbah cair ini
menyebabkan sungai sungai keruh dan dapat ditemukan asam atau basa, serta logam berat
yang dapat menyebabkan keracunan pada biota laut. Populasi ikan menjadi berkurang,
pendapatan masyarakat dari perikanan mengalami penurunan.
Limbah cair mengakibatkan badan penerima menjadi kotor dan senyawa senyawa pencemar
yang terkandung membahayakan terhadap lingkungan. Disamping itu perubahan air menjadi
kotor perubahan air dilapisi bahan bahan berminyak atau bahan padatan lain yang
menyebabkan terjadinya penutupan permukaan air. Senyawa senyawa yang terkandung
dalam limbah bila melebihi kadar yang ditentukan tidak dapat diperluan sebagaimana
mestinya.
Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara
fisika kimia dan biologi atau gabungan ketiganya. Dilihat dari tingkat perlakuan pengolahan
maka system pengolahan limbah diklarifikasi sebagai berikut:
1. Primary treatment
Pengolahan pada tahap ini dimulai dari pretreatment. Pada umumnya setiap
pengolahan dimulai dari pra perlakuan atau perlakuan pendahuluan. Pada air limbah
banyak bahan bahan terapung ikut serta bersama dengan limbah seperti kertas kertas
atau plastic atau kayu kayu yang sukar dihindari. Pasir dan padatan kasat mata yang
ikut terbawa, minyak atau busa dan buih yang terdapat pada permukaan air. Saluran
bahan bahan ini harus ditahan dan disaring agar tidak memasuki perairan atau masuk
pada tahap proses pengolahan selanjutnya.
Pada tahap pengolahan pendahuluan meliputi peralatan limbah cair agar memiliki
homogenitas dan memudahkan bagi pengolahan tingkat lanjut.
2. Secondary treatment
Metode pengolahan secondary treatment menggunakan bahan bahan kimia agar
senyawa senyawa pencemar dalam limbah diikat melalaui reaksi kimia. Karena itu
system operasi disebut dengan cara kimia yaitu method pegolahan dengan
menghilangkan atau mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan
menambahkan bahan kimia. Jenis padatan halus seperti supensi dan padatan terlarut,
zat warna tidak akan tersaring pada pengolahan pendahuluan. Zat zat pencemar pada
umumnya dalam bentuk padatan suspense. Padatan terlarut dan koloidal. Padatan ini
tidak akan mengalami pengendapan alami walaupun dalam jangka panjang. Arena itu
diperlukan bbahan kimia yang direaksikan agar terjadi pengikatan senyawa pencemar
baik dalam gumpalan atau pengapungan. Pada umumnya pada proses ini dilakukan
pengendapan agar dapat mudah memisahkan dengan air limbah. Proses ini memiliki
kelemahan dimana bagaimana cara mengambil unsure baru yang terjadi akibat reaksi
terjadi
Pengolahan limbah dengan tingkatan kedua atau menggunakan bahan kimia bertujuan
untuk mengendapkan bahan, mematikan bakteri pathogen mengikat dengan cara
oksidasi atau reduksi menetralkan konsentrasi kelarutan asam dan desinfektasia.
Adapun proses terjadi reaksi penambahan bahan kimia adalah sebagai berikut
Pengendapan dengan bahan kimia seperti kapur, alum, ferro sulfat, ferru
chlorida
Netralisasi
Air limbah yang terdapat dalam kondisi asam atau basa membutuhkan
netralisasi sebelum treatmet maupun sesudahnya.
Oksidasi dan reduksi
Bahan kimia pengoksidasi seperti chlorine dan ozon dipakai untuk mengubah
bahan organic dan anorganik menjadi bentuk sesuai dengan dikehendaki.
Bahan bahan ini berguna untuk mereduksi BOD, warna dan mebgybah bahan
spesifik seperti sianida menjadi produk yang berguna
Chlorinasi
Adanya bakteri pathogen dapat dihancurkan dengan chorinasi. Baik tidaknya
hadil reaksi ditentukan temperature , pH, waktu kontak turbidity dan
konsentrasi chlorine.
Penghilang chlor
Dalam air limbah yang telah dichlorinasi masih terdapat sisa sisa chlor yang
berbahaya bagi biota dalam air maupun manusia, karena memiliki sifat racun.
Oleh karena itu sisa sisa clor yang masih tertinggal diambil dengan caranya
antara lain adalah menggunakan karbon aktif atau sodium sulfat.
Phenol dalam air buangan
Sulfur dalam air buangan
3. Tertiary Treatment
Metode ini digunakan bagi pengolahan limbah dengan konsentrasi bahan pencemar
tinggi atau limbah dengan jenis parameter yang bervariasi banyak volume yang
relative banyak. Sistem operasinya dikenal dengan system biologi yaitu pengolahan
dengan menghilangkan senyawa pencemar melalui aktifitas biological yang dilakukan
dengan peralatan unit proses biologi. Metode ini dilakukan untuk menghilangkan
bahan organic biodegradable dalam limbah cair.
Metode biologis
Salah satu bentuk perlakuan terhadap limbah dengan metode tertiary treatment adalah
menggunakan organisme perombak limbah. Metode ini memanfaatkan kehidupan bakteri
dalam merombak limbah. Meode ini digunakan di Negara Negara eropa sebagai Negara
industry yaitu mengolah limbah melalui aktifitas mikroorganisme. Metode ini murah dan
tdiak menimbulkan harga tambahan. Hambatan penggunaan metode ini adalah memerlukan
lahan luas sebagai penampung limbah yang akan diolah. Disamping itu terdapat pula bakteri
pengolah limbah harus memerlukan pemulihan dan perawatan yang memerlukan keahlian
tersendiri.
A. Proses anaerobic
Pengolahan dengan system anaerobic dilakukan pada kondisi tanpa kehadiran oksigen
dapat diabaikan. Pengolahan limbah konsentrasi padatan yang tinggi pada umumbya
dilakukan dengan pengolahan cara anaerobic
B. Proses aerobic
Metode aerobic adalah metode yang menggunakan bakteri aerob yang berfungsi
secara optimal apabila tersedia udara sebagai sumber kehidupan. Udara disini
berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi kehidupan bakteri. Oleh karena itu limbah
dibiarkan dalam wadah terbuka agar terdaoat kontak udara dengan permukaan limbah.
Kemudian kolam ini digunakan agar sinar matahari sampai ke dasar kolam dan
dengan bantuan matahari dapat dipergunakan algae algae untuk fotosintesa.
Ada tiga proses yang mengiringi proses aerob diantaranya
1. Kolam okidasi
2. Lumpur aktif
3. Lagon aerasi
Daftar Pustaka
Ginting, Perdana. 2007. Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri. Bandung:
Yrama Widya
Nama : TRIXY DELINDA ALFI 1711213015
RANI DELFIYANTI 1711213027
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit
dalam bentuk padat, cair, dan gas.
1. Limbah padat rumah sakit, yaitu semua jenis limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat dari kegiatan rumah sakit. Terdiri dari limbah padat medis dan limbah
padat non medis.
a. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah
patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
2) Limbah sangat infeksius adalah limbah yang berasal dari pembiakan dan stock
bahan yang sangat infeksius, otopsi,
b. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah
sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman, dan halaman yang
dapat dimanfaatkan kembali jika ada teknologinya.
2. Limbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang ebrasal dari
kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
3. Limbah gas rumah sakit adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator,
anestesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
2. Sarana pengangkutan
a. Kereta
Untuk kerata pengangkut, permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air,
mudah dibersihakan, serat mudah diisi, dan dikosongkan. Kereta pengangkut
untuk limbah padat medis harus dipisahkan dengan kerata untuk limbah non
medis. Untuk memudahkan pengangkutan, perlu dipertimbangkan distribusi
tempat penampungan limbah, jalur jalan dalam rumah sakit, jenis dan jumlah
limbah, serta jumlah tenaga dan sarana yang tersedia.
b. Cerobong sampah atau lift
Sarani ini biasanya digunakan pada gedung rumah sakit yang bertingkat. Namun,
pengangkutan dengan metode ini banyak mengandung resiko. Cerobong atau lift
dapat menjadi tempat pembiakan kuman dan dapat menyebabkan pencemaran
udara, selain itu juga sulit untuk dibersihkan sehingga harus menggunakan
kantong plastic yang tebal dan kuat.
c. Lain-lain
Pengangkutan juag dapat dilakukan dengan menerapkan sewerage system atau
saluran tersendiri. Pada system ini, sampah yang berbentuk bubur dialirkan ke bak
penampungan sementara baik dengan memanfaatka gravitasi maupun tekanan.
3. Sarana pembuangan dan pemusnahan
a. Autoclave
Autoclave merupakan alat yang digunakan untuk mematikan kumanatau
mensterilisasikan limbah infeksius dengan memanfaatkan uap panas bertekanan
tinggi. Alat ini sering digunakan untuk mensterilkan peralatan medis. Sterilisasi
limbah infeksius dengan alat ini kurang efektif dengan volume limbah besar atau
limbah dipadatkan karena penetrasi uap secara lengkap pada suhu yang diperlukan
tercapai. Perlakuan dengan suhu tinggi pada periode singkat akan membunuh
bakteri vegetative dan mikroorganisme lain, serta memerlukan kantong khusus
dengan label pita autoclave.
b. Insinerator
Ukuran insinerator harus sesuai dengan volume dan kualitas sampah. Insinerator
hanya digunakan untuk memusnahkan sampah medis padat seperti perban, kasa,
plester, atau masker bekas. Apabila digunakan di rumah sakit, perlu
dipertimbangkan ukuran, lokasi, serta sarana gedung yang akan digunakan untuk
melindungi incinerator dari bahaya kebakaran dan pencemaran udara.
c. Lokasi penguburan
Khusus untuk limbah medis, seperti plasenta atau sisa potongan tubuh dari ruang
operasi atau otopsi yang mudah membusuk, perlu segera dikubur.
PETUGAS ATAU OPERATOR
Petugas diberi latihan khusus mengenai proses pengangkutan sampah, sedangkan
pengawasan dan pengelolaan sampah rumah sakit dilakukan oleh tenaga sanitasi yang
terdidik. Sampah dari setiap unit layanan fungsional rumah sakit dikumpulkan oleh tenaga
perawat, khususnya jika berkaitan degan pemisahan sampah medis dan nonmedis, sedangkan
di ruangan lain dapat dilakukan oleh petugas kebersihan. Selain itu, petugas pengangkut
harus dibekali dengan alat pelindung atau pakaian kerja yang memadai, seperti sepatu, baju,
celana, sarung tangan, topi dan masker.
PERANGKAT PEMANTAUAN
Setiap kegiatan harus dilengkapi dengan suatu perangkat pengawasan dan pengendalian
agar penyimpangan yang terjadi dapt ditekan seminimal mungkin sehingga target yang
diinginkan tercapai. Untuk keperluan pemantauan proses pengelolaan sampah, dapat dibuat
beberapa formulir kegiatan seperti berikut:
1. Formulir survey fisik
Formulir ini dipegang oleh aparat pengawas kegiatan secara berkala melakukan
survey atas kegiatan pengelolaan sampah yang dilakukan. Materi survey ini tentunya
disesuaikan dengan pengelolaan dan kriteria yang harus dicapai, baik yang berkaitan
dengan hasi kegiatan, proses kegiatan, maupun keberadaan perangkat penunjangnya.
Hal yang lazim digunakan untuk survey fisik ini adalah indeks lalat dan indeks tikus.
2. Formulir wawancara
Formulir wawancara juga dipegang oleh pengawas. Formulir ditujukan untuk
mendapatkan kesan dan pesan dari masyarakat rumah sakit atas proses pengelolaan
sampah. Unsur yang mungkin menjadi objek wawancara ini antara lain, pasien,
petugas, kepala ruangan, pejabat rumah sakit, dan juga pengunjung rumah sakit.
Materi yang ditanyakan berkaitan dengan pendapat dan tingkat kepuasan atas hasil
proses pengelolaan sampah yang dilakukna oleh rumah sakit.
b. Glutaraldehyde (cair)
6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila
rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum
hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode
sterilisasi pada Tabel I
7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan
wadah dan label seperti Tabel II.
Tabel II. penggunaan wadah untuk limbah rumah sakit
8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak
yang dihasilkan dari proses film sinar X.
c. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di Lingkungan
Rumah Sakit .
1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan Limbah padat Rumah Sakit ke Luar
Rumah Sakit
1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
e. Pengolahan dan Pemusnahan Limbah Padat Rumah Sakit.
1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan
pemanasan.
3. menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insenerator.
3. Limbah Cair.
Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan
harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep-58/MenLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.
4. Limbah Gas.
Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan
insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Kep13/MenLH/12/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
3. Limbah Cair
Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan
kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan penyimapangannya.
a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan system saluran tertutup, kedap air,
dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta terpisah dengan saluran air hujan.
b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau bersama-
sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau sistem pengolahan air limbah
perkotaan.
c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah
yang dihasilkan.
d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran air limbah
harus dilengkapi/ditutup dengan gril.
e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), bilatidak mempunyai IPAL harus dikelola sesuai kebutuhan yang
berlaku melalui kerjasam dengan pihak lain atau pihak yang berwenang.
f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan setiap bulan
sekali untuk swapantau danminimal 3 bulan sekali uji petik sesuai dengan ketentuan
yangberlaku.
g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau terkena zat
radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan BATAN.
h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan bahan radioaktif
yang dipergunakan oleh rumah sakit yang bersangkutan.
4. Limbah Gas
a. Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2, logam berat, dan dioksin dilakukan
minimal 1 (satu) kali setahun.
b. Suhu pembakaran minimum 1.000°C untuk pemusnahan bakteri patogen, virus,
dioksin, dan mengurangi jelaga.
c. Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.
d. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas
oksigen dan dapat menyerap debu.
Pengaruh Limbah Rumah Sakit Terhadap Lingkungan dan Kesehatan
Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat menimbulkan
berbagai masalah seperti:
1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen,
larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik.
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif,
karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan
di sekitar rumah sakit.
3. Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor.
4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang
berasal dari bagian kedokteran gigi.
5. Gangguan genetik dan reproduksi
Meskipun mekanisme gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi
manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif.
Daftar Pustaka
Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit EGC.
Paramita, Nadia. 2007. “Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto”. Dalam Jurnal Presipitasi, Volume 2, No 1.
SHARFINA 1711213026
A. Pengertian limbah B3
Berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses
produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity,
flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu
usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk
hidup lain.
3. PP No. 18 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah B3 : Setiap badan usaha yang
melakukan kegiatan pengelolaan limbah B3 wajib memiliki izin dan atau rekomendasi
pengelolaan LB3 ( Pasal 40 ayat 1 )
C. Identifikasi Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) berdasarkan jenis, sumber dan
karakteristiknya
Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun
yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk
limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah
terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang
bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Karakteristik limbah B3
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25 °C,
760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitarnya.
Limbah mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari60 °c (140 OF) akan menyala apabila terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
2. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar (25 C,
760 mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap
air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar dapat menyebabkan
kebakaran yang terus menerus.
Bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan dari tubuh manusia yang terkena
infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit
yang dapat menular .Limbah ini berbahaya karena mengandung kuman penyakit
seperti hepatitis dan kolera yang ditularkan pada pekerja, pembersih jalan, dan
masyarakat di sekitar lokasi pembuangan limbah
6. Limbah beracun
Adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi manusia atau
lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk
ke dalam tubuh melalui pemafasan, kulit atau mulut. Penentuan sifat racun untuk
identifikasi limbah ini dapat menggunakan baku mu tu konsentrasi TCLP (Toxicity
Characteristic Leaching Procedure) pencemar organik dan anorganik dalam limbah.
Apabila limbah mengandung salah satu pencemar yang terdapat, dengan konsentrasi
sama atau lebih besar dari nilai dalam Lampiran II tersebut, maka limbah tersebut
merupakan limbah B3. Bila nilai ambang batas zat pencemar tidak terdapat pada
Lampiran II tersebut maka dilakukan uji toksikologi
7. Limbah bersifat korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat sebagai
berikut :
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 55 °C.
- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12.5 untuk yang bersifat basa.
8. Limbah yang bersifat reaktif adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-
sifat sebagai berikut :
- Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan
tanpa peledakan.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air
- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(25 C, 760 mmHg).Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu
tinggi.
1. Obat nyamuk = dapat merusak hati dan ginjal serta mengiritasi kulit\
3. batterai kering = mengandung logam berat yang dapat merusak otak dan sistem saraf
7. pembersih kaca= mengandung amonia yang uapnya dapat mengiritasi mata dan paru”
1. Lokasi pengolahan
Pengolahan B3 dapat dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau di luar lokasi
penghasil limbah. Syarat lokasi pengolahan di dalam area penghasil harus:
- Jarak dengan jalan utama/tol minimum 150 m atau 50 m untuk jalan lainnya
- jarak dengan daerah beraktivitas penduduk dan aktivitas umum minimum 300 m
- Dan jarak dengan wilayah terlindungi (spt: cagar alam,hutan lindung) minimum
300 m.
2. Fasilitas pengolahan
Keseluruhan sistem tersebut harus terintegrasi dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dalam pengolahan limbah B3 mengingat jenis limbah yang ditangani adalah limbah yang
dalam volume kecil pun berdampak besar terhadap lingkungan.
G. Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
1. Netralisasi
Netralisasi limbah diperlukan jika kondisi limbah masih di luar range pH baku
mutu limbah (BML) yang diperlukan (pH 6-8), sebab limbah di luar kondisi tersebut
dapat bersifat racun atau korosif. Dalam beberapa hal netralisasi dapat dilakukan
dengan cara mencampur limbah yang bersifat asam dengan limbah yang bersifat
basa. Pencampuran dilakukan di dalam suatu bak equalisasi (bak penstabil) pada
level ketinggian tetap. Bak ini juga sering disebut sebagai tangki netralisasi. Tangki
reaksi netralisasi dilengkapi dengan alat sensor pH untuk mengontrol kondisi hasil
reaksi. Secara umum reaksi netralisai tersebut sbagai berikut :
Air limbah yang bersifat basa dinetralkan dengan asam kuat seperti H2SO4, HCL
atau dengan gas CO2 dapat dilakukan dengan memasukkan gas C02 melalui bagian
bawah tangki netralisasi. Gas akan membentuk gelembung-gelembung gas yang akan
bereaksi dengan basa yang ada sehingga dihasilkan asam karbonat (H2CO3).
2. Pengendapan
Jika konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam
tersebut dapat dipisahkan dari limbah dengan jalan pengendapan. Pengendapan dapat
dilakukan dengan mengubah bentuk logam yang ada ke dalam bentuk hidroksidanya.
Hal ini dilakukan dengan penambahan larutan kapur (Ca(OH)2) atau soda kostik
(NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH akhir dari larutan. Pengendapan optimal
akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam tersebut mempunyai nilai
kelarutan minimum.
3. Koagulasi dan flokulasi
Koagulasi dan flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari
cairan jika kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak
efisien. Koagulasi dilakukan dengan menambahkan bahan kimia koagulan ke dalam
air limbah. Koagulan yang sering digunakan di lingkungan industry antara lain
larutan kapur Ca (OH)2 tawas (Al(SO4)3. 18 H2O; FeCl3; FeCl2; FeSO4. 7H2O dan
lain-lain.
4. Oksidasi-Reduksi (Redoks)
Oksidasi adalah reaksi kimia yang akan meningkatkan bilangan valensi materi
yang bereaksi dengan melepaskan electron. Reaksi oksidasi selalu diikuti dengan
reaksi reduksi. Reduksi adalah reaksi kima yang akan menurunkan bilangan valensi
materi yang bereaksi dengan menerima eektron dari luar. Reaksi kimia yang
melibatkan kedua reaksi oksidasi dan reduksi ini dikenal dengan reaksi redok.
Krom trivalen lebih aman daripada krom heksavalen sehingga lebih dapat
diterima di lingkungan. Limbah yang mengandung sianida juga mempunyai
sifat racun yang sangat kuat, sehingga diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum
limbah tersebut di-landfill. Sianida yang sangat beracun tersebut dapat dioksidasi ke
dalam bentuk sianat yang daya racunnya jauh lebih rendah. Reaksi oksidasinya
sebagai berikut :
Kedua reaksi tersebut sangat sensitive terhadap perubahan kondisi pH. Reaksi
pertama membutuhkan pH lebih besar dari pada 10 untuk memproduksi natrium
sianida, sedangkan reaksi kedua akan terjadi lebih cepat pada kondisi pH sekitar 8.
Proses klorinasi alkalin akan lebih baik dilakukan dengan pemutih hipoklorid seperti
menggunakan peroksida ozon untuk lebih menyempurnakan hasil reaksi
penghancuran sianida.
5. Insenerasi
Insenerator adalah alat untuk membakar sampah padat. Insenerator sering
digunakan untuk mengolah limbah B3 yang memerlukan persyaratan teknis
pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat. Supaya dapat menghilangkan sifat
bahaya dan sifat racun bahan yang dibakar, insenerator harus dioperasikan pada
kondisi diatas temperature destruksi dari bahan yang dibakar.
Insenerator sudah banyak dipakai oleh industry, usaha pengolahan limbah B3,
rumah sakit, pengelola sampah kota serta sampah pasar. Abu dan asap dari insenerator
harus aman untuk dibuang ke lingkungan. Kualitas hasil buangan (asap dan abu)
banyak dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik bahan yang dibakar serta kinerja dari
insenerator yang digunakan. Untuk mencapai kondisi yang diuakan, diperlukan suatu
insenerator yang apat bekerja dengan baik yang dilenkapi dengan suatu sistem control
pengendalian proses pembakaran agar dapat dipastikan bahwa semua bahan dapat
terbakar pada titik optimum pembakarannya dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian teknlogi insenerator yang akan digunakan harus dapat
mengatasi semua permasalahan dalam pembuangan dan pemusahan limbah B3
(sampah padat).
Pengolahan dengan cara ini memerlukan lokasi yang luas, jauh dari
pemukiman penduduk dan aktivitasnya. Lokasi penimbunan juga tidak boleh
berhubungan dengan factor-faktor pendukung pendukung kehidupan seperti, tempat
sumber air atau lokasi serapan air tanah.Lokasi penimbunan yang sudah penuh harus
ditutup dan tidak dapat digunakan sebagai lokasi pemukiman.
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan dilakukan
pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu 30 tahun setelah
tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.Perlu diketahui bahwa
keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus melaporkan
aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).
1. Reduksi limbah B3 : Suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu
kegiata.
Dengan pengolahan limbah sebagaimana tersebut di atas. maka mata rantai siklus
perjalanan limbah B3 sejak dihasilkan oleh penghasil limbah B3 sampai penimbunan akhir
oleh pengolah limbah B3 dapat diawasi. Setiap mata rantai perlu diatur, sedangkan perjalanan
limbah B3 dikendalikan dengan system manifest berupa dokumen limbah B3. Dengan system
manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan dan berapa yang telah
dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan penimbunan tahap akhir yang telah memiliki
persyaratan lingkungan.
Salah satu cara membuang limbah B3 agar tidak membahayakan manusia adalah
dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa kelapisan batuan yang dalam,
di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah dalam. Secara teori,
limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan mencemari tanah
maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran atau
korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-kolam yang memang dibuat untuk
limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang dapat mencegah
perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi dan
mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah
akan semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan
pelindung, dan ikut menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga
mencemari udara.
limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun harus pengamanan tinggi. Pada
metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan dalam drum atau tong-
tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk mencegah
pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini
jika diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif.
Namun, metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi,
masih ada kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka
panjang karena limbah akan semakin menumpuk.
DAFTAR PUSTAKA
Herisuhaeri.2013.“Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun(B3)” dalam
http//Herisuhaeri1308.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=396. Di akses pada
tanggal 2 Maret 2019