Anda di halaman 1dari 7

TINDAKAN

Nomor : /SOP/ PKMB/


/2017
SOP Terbit ke
No. Revisi
:01
:-
Tanggal Terbit :
Halaman : 01/01

UPTD
Puskesmas H. DIDIN SUPARMAN, S.K.M., M.M.Kes
Bojong NIP 19700404 199102 1 001

1. Pengertian 1. Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi


henti jantung dan/atau henti nafas.
2. Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai
tak terabanya denyut jantung, denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.
3. Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan dan ditandai
dengan tak terasanya hembusan nafas dari kedua lubang hidung.

2. Tujuan Sebagai acuan dalam penerapan langkah-langkah dalam melakukan


tindakan Resusitasi jantung paru.
3. Kebijakan Keputusan Kepala Puskesmas Nomor /SK/PKMB/ /2017 tentang
pelayanan klinis.
4. Referensi Basic life support
Medscape

5. Prosedur PROSEDUR.
Langkah-langkah

Periksa respon:

a) Petugas segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan ada


respon atau tidak.

b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.

c) Bila diduga ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh
digerakkan kecuali bila benar-benar diperlukan.

Aktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:

Bila terjadi di luar RS :


a. panggil bantuan,
b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,
c. lokasi korban,
d. nomor telpon yang digunakan,
e. apa yang terjadi,
f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,
g.kondisi korban, dan informasi lainnya.

AIRWAY (Jalan nafas):


Bila korban tak memberikan respon:

a) petugas harus menentukan apakah korban tersebut bernafas


secara adekuat.
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.

c) Posisi korban :

i) Tempatkan korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras


dan datar.

ii) Bila korban telungkup, balikkan korban dalam satu kesatuan


sehingga kepala, bahu dan badan bergerak serentak hingga tak ada
yang terputar. Kepala dan leher harus berada pada satu bidang,
lengan berada di samping badan.

d) Posisi petugas/penolong:
Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan
melakukan bantuan nafas dan kompresi dada.

e) Buka jalan nafas:

i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head tilt-chin


lift” untuk membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti
trauma kepala atau leher.

ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw- thrust”.

iii) Bila ada benda asing yang terlihat atau muntahan, segera
keluarkan dari dalam mulut dengan jari tangan yang memakai sarung
tangan. Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari telunjuk,
sementara tangan yang lain tetap mempertahankan lidah dan rahang.

Manuver ”head tilt-chin lift”:

a) Letakkan satu tangan pada dahi korban, tekan dengan telapak


tangan hingga kepala menjungkit ke belakang. Letakkan jari-jari
tangan yang sebelah lagi di bawah tulang rahang bawah dekat dagu.
Angkat rahang dan dagu ke depan.

b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan


menggunakan ibu jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut sehingga
memungkinkan pernafasan spontan dan memungkinkan bantuan
nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi korban goyah atau ada gigi palsu,
maka gigi tsb harus lepaskan.

Manuver ”jaw-thrust”:
Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban,
letakkan siku penolong pada bidang dimana korban berbaring. Raih
sudut rahang bawah korban dan angkat dengan ke dua tangan. Bila
bibir korban terkatup, regangkan atau buka dengan ibu jari ke dua
tangan.

BREATHING (Pernafasan):

a) Periksa ada tidaknya nafas:

i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hidung korban sambil


tetap membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban
lakukan:
(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;
(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;
(3) Feel: rasakan adanya hembusan

ii) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.

b) Tentukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.

i) Bila korban tak berespon/tak sadar dengan nafas normal, tak ada
cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga
jalan nafas terbuka.

ii) Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas
2 kali. Bila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur
ulang posisi kepala dan ulang lagi usaha ventilasi.

iii) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada


mengembang, tenaga terlatih harus melakukan manuver untuk
mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich manuver
atau abdominal thrust/back thrust).

iv) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantuan nafas yang
diberikan.

v) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.

CIRCULATION (Sirkulasi)

a) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi;

i) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan


normal, k atau gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan
nafas yang diberikan. Sekaligus periksa ada tidaknya nadi karotis
jangan lebih dari 10 detik.

ii) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah dengan mempertahankan


posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2
atau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi
penolong hingga celah antara trakhea dan otot.

iii) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak


menekan arterinya. Bila denyut arteri karotis tak teraba lakukan
kompresi dada.

b) Kompresi dada:

i) Jari penolong mencari arkus kosta bagian bawah.

ii) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.

iii) Taruh salah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah
sternum, dan taruh tangan yang satu lagi di atas punggungn tangan
yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel. Pastikan
sumbu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.

iv) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau saling mengunci satu
sama lain tetapi jangan menekan dada.

v) Usahakan mendapatkan posisi yang tepat di sternum dengan cara


meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla
mammae.

vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal


sebagai berikut:

(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada
korban.

(2) Tekan di tengah sternum.

(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar


darah masuk ke dada dan jantung, posisi tangan tetap menempel di
sternum.

(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke posisi


semula diantara dua kompresi. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi
2 kali bantuan nafas, masing- masing 1 detik. Bila sudah dilakukan
intubasi kompresi dada dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan
tidak perlu sinkron.

REASSESSMENT:

a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi


ulangi RJP dengan dimulai dari kompresi dada. Bila tanda-tada
sirkulasi sudah tampak, periksa pernafasan.

b) Bila ada nafas, tempatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas
dan sirkulasi.

c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-tnda sirkulasi, berikan bantuan
nafas 10-12 kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap
menit.

d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi
dengan rasio 30 kompresi 2 ventilasi.

e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan


spontan tiap menit.

i) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.

j) Bila didapatkan adanya pernafasan yang adekuat dan adanya


tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan
posisikan dalam posisi mantap; dengan cara:

i) Satu lutut difleksikan.

ii) Satu lengan yang sepihak diletakkan dibawah pantat, lengan yang
lain difleksikan didepan dada.

iii) Pelan pelan diguligkan kearah yang sepihak dengan lutut yang
fleksi.
iv) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan dada diletakkan
mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )

6. Bagan Alir -

7. Unit Terkait 1.Pelayanan Umum


2.Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
3.Pusling
4.Pustu
8.Dokumen 1.Rekam medis
Terkait 2.form resep

9.Rekam
Historis
Perubahan No. Yang Diubah Isi Perubahan Tanggal Mulai
Diberlakukan
- - - -
PENATALAKSANAAN
ALERGI MAKANAN
Nomor : /DT/PKMB/
2017
DAFTAR Terbit Ke : 01
TILIK No. Revisi : -
Tgl Terbit :
Halaman : 01/01
UPTD H. DIDIN SUPARMAN, S.K.M., M.M.KES
Puskesmas NIP 19700404 199102 1001
Bojong

Unit :
Nama Petugas :
Tanggal Pelaksanaan :

NO. KEGIATAN YA TIDAK


1. Apakah Dokter melakukan anamnesa, pemeriksaan pasien dan
menegakan diagnose ?
2. Apakah Dokter melakukan penatalaksanaan sesuai prosedur ?

Compliance rate (CR) = Σ Ya x 100 % = %


Σ Ya+Tidak

PURWAKARTA,
Pelaksana/Auditor

( )

Anda mungkin juga menyukai