panahan !, zaman yang kami hadapi saat ini tidak sama dengan zaman kalian !.
Kami para pemanah di akhir
zaman, hanya sibuk mengurus kumpulan yang menjadi ajang permusuhan.
Kami berjuang membuat arena
pertandingan, namun terkadang berubah menjadi panggung perseteruan. Hadiah dan gelar kami sematkan untuk pemenang, namun yang kalah pulang membawa medali kedengkian. Terkadang kami membangun tempat bernaung atas nama persatuan, namun kami mengisinya dengan api perpecahan.
Maafkan kami, wahai para
Imam panahan. Selama ini kami telah mengabaikan adab dan ilmu kalian.
Kami hanya sibuk meniup api
fitnah, yang selalu tersulut oleh nafsu dan kepentingan.
Andaikata kalian bangkit lalu
menyaksikan kami di akhir zaman. Mungkin kalian akan terheran - heran, saat melihat kami membeli busur hanya untuk pajangan dalam ruangan.
Kami mengaku sebagai kaum
panahan, namun hanya mau berlatih saat perlombaan, demi harga mati sebuah kemenangan.
Kalaupun kami tekun dan
semangat dalam latihan, terkadang niat kami menjadi berubah, demi pencitraan atau sibuk menjual dagangan.
Seakan-akan kenikmatan dalam panahan, hanya sebatas meraih juara dan keuntungan.
Aduhai !, Kemanakah perginya
tembakan keikhlasan, yang dapat melesat lurus mengenai sasaran ridha dan ampunan ?. Kemanakah perginya busur tulus yang dapat ditembakkan, demi meraih surga dan kemuliaan ?. Kemanakah perginya anak panah persaudaraan, yang dapat berkerumun indah pada target persatuan ?.
Masih adakah tanah lapang
toleran, sekiranya kami dapat menembakkan kata cinta dan kerukunan ?.
Wahai para Imam panahan !.
Kalian akan mendapati kami di akhir zaman, terkadang sesumbar menganggap dirinya lebih hebat dari kalian.
Dengan pongah mengeluarkan
uang kecilnya, lalu berteriak yang penting sunnah, padahal untuk menutupi kebakhilan.
Ada juga yang bangga
memuntahkan uang besarnya, katanya atas nama pengorbanan, padahal untuk membeli decak kagum dan tepuk tangan.
Ada juga yang semangat
menjual keringatnya, demi popularitas atau sebuah pengakuan.
Ada juga yang tak pernah
berkeringat, namun hanya sibuk berkomentar dengan menebar kebencian.
Walaupun keadaan kami
kenyataannya demikian. Akan tetapi kami yakin, bahwa zaman akan selalu melahirkan para pewaris kebenaran.
Kami akan selalu berharap
kepada Allah yang maha dermawan, semoga kami pantas menerima cahaya tua yang kalian wariskan. Wahai para Imam panahan !. Sudikah kalian menganggap kami sebagai pengikut, walaupun jauh dari akhlak yang kalian contohkan.
Sekarang kami datang dan
berkumpul dengan membawa sebuah harapan. Di gubuk tua ini janji panahan kami ikrarkan. Di bawah pohon ini nama dan ilmu kalian kami gemakan.
Sekarang kami bersimpuh atas
nama rindu dengan kalian. Dan berharap ampunan Allah dari dosa yang selalu menghantui kehidupan.
Wahai para Imam dari
Khurasan !. Seakan-akan kami mendengar harapan kalian, melalui kitab yang tuan wariskan. Suara itu terdengar sayup antara ada dan tidak ada, saat mata kami pejamkan.
Suara itu lirih mengatakan,
"Kemanakah perginya para pewaris ilmu yang terlupakan ?"
Kemanakah rimbanya para
pelayan ilmu yang menjunjung keikhlasan ?"
Dimanakah kalian para
pembidik hati yang selalu memburu kebijaksaan ?" Wahai para Imam panahan. Di sini kami mendengar dan memberanikan diri untuk menyambut harapan kalian.
Karena kamilah para pewaris
cahaya tua dari Khurasan. Salam sejahtera dari kami untuk kalian. Wahai tauladan kami para Imam dari Khurasan.