Anda di halaman 1dari 15

( Maafkan Kami, Wahai Para

Imam Panahan )

Wahai para Imam ilmu


panahan !, zaman yang kami
hadapi saat ini tidak sama
dengan zaman kalian !.

Kami para pemanah di akhir


zaman, hanya sibuk mengurus
kumpulan yang menjadi ajang
permusuhan.

Kami berjuang membuat arena


pertandingan, namun
terkadang berubah menjadi
panggung perseteruan.
Hadiah dan gelar kami
sematkan untuk pemenang,
namun yang kalah pulang
membawa medali kedengkian.
Terkadang kami membangun
tempat bernaung atas nama
persatuan, namun kami
mengisinya dengan api
perpecahan.

Maafkan kami, wahai para


Imam panahan. Selama ini
kami telah mengabaikan adab
dan ilmu kalian.

Kami hanya sibuk meniup api


fitnah, yang selalu tersulut oleh
nafsu dan kepentingan.

Andaikata kalian bangkit lalu


menyaksikan kami di akhir
zaman. Mungkin kalian akan
terheran - heran, saat melihat
kami membeli busur hanya
untuk pajangan dalam
ruangan.

Kami mengaku sebagai kaum


panahan, namun hanya mau
berlatih saat perlombaan, demi
harga mati sebuah
kemenangan.

Kalaupun kami tekun dan


semangat dalam latihan,
terkadang niat kami menjadi
berubah, demi pencitraan atau
sibuk menjual dagangan.

Seakan-akan kenikmatan
dalam panahan, hanya
sebatas meraih juara dan
keuntungan.

Aduhai !, Kemanakah perginya


tembakan keikhlasan, yang
dapat melesat lurus mengenai
sasaran ridha dan ampunan ?.
Kemanakah perginya busur
tulus yang dapat ditembakkan,
demi meraih surga dan
kemuliaan ?.
Kemanakah perginya anak
panah persaudaraan, yang
dapat berkerumun indah pada
target persatuan ?.

Masih adakah tanah lapang


toleran, sekiranya kami dapat
menembakkan kata cinta dan
kerukunan ?.

Wahai para Imam panahan !.


Kalian akan mendapati kami di
akhir zaman, terkadang
sesumbar menganggap dirinya
lebih hebat dari kalian.

Dengan pongah mengeluarkan


uang kecilnya, lalu berteriak
yang penting sunnah, padahal
untuk menutupi kebakhilan.

Ada juga yang bangga


memuntahkan uang besarnya,
katanya atas nama
pengorbanan, padahal untuk
membeli decak kagum dan
tepuk tangan.

Ada juga yang semangat


menjual keringatnya, demi
popularitas atau sebuah
pengakuan.

Ada juga yang tak pernah


berkeringat, namun hanya
sibuk berkomentar dengan
menebar kebencian.

Walaupun keadaan kami


kenyataannya demikian. Akan
tetapi kami yakin, bahwa
zaman akan selalu melahirkan
para pewaris kebenaran.

Kami akan selalu berharap


kepada Allah yang maha
dermawan, semoga kami
pantas menerima cahaya tua
yang kalian wariskan.
Wahai para Imam panahan !.
Sudikah kalian menganggap
kami sebagai pengikut,
walaupun jauh dari akhlak
yang kalian contohkan.

Sekarang kami datang dan


berkumpul dengan membawa
sebuah harapan. Di gubuk tua
ini janji panahan kami ikrarkan.
Di bawah pohon ini nama dan
ilmu kalian kami gemakan.

Sekarang kami bersimpuh atas


nama rindu dengan kalian.
Dan berharap ampunan Allah
dari dosa yang selalu
menghantui kehidupan.

Wahai para Imam dari


Khurasan !.
Seakan-akan kami mendengar
harapan kalian, melalui kitab
yang tuan wariskan.
Suara itu terdengar sayup
antara ada dan tidak ada, saat
mata kami pejamkan.

Suara itu lirih mengatakan,


"Kemanakah perginya para
pewaris ilmu yang
terlupakan ?"

Kemanakah rimbanya para


pelayan ilmu yang menjunjung
keikhlasan ?"

Dimanakah kalian para


pembidik hati yang selalu
memburu kebijaksaan ?"
Wahai para Imam panahan.
Di sini kami mendengar dan
memberanikan diri untuk
menyambut harapan kalian.

Karena kamilah para pewaris


cahaya tua dari Khurasan.
Salam sejahtera dari kami
untuk kalian. Wahai tauladan
kami para Imam dari
Khurasan.

(Magetan 11 Februari 2023)


(Qori bin Idrus bin Husain Al
Khered)

Anda mungkin juga menyukai