Anda di halaman 1dari 7

PAGAR SUCI UNTUK INDONESIA

Deretan pagar alas menerobos bumi


Menciptakan wilayah besar pengabdi
Bhineka tunggal ika di junjung tinggi
Pancasila laksana pondasi
Kulit ini menanis sakit tetesi bumi
Saat kami membangun tekad terikat dalam janji
Merah berani yang tak akan pernah mati
Juga putih suci yang tak akan ternodai
Demi ndonesia bumi pertiwi
Kami bukanlah kaum apatis
Yang akan membuat bumi menangis
Melihat Indonesia tersiksa tragis sadis
Tapi kami kaum bersarung
Yang akan membawa Indonesia dibawah teduhan sang agung
Ini bukan tentang kekayaan dan kejayaan
Tapi ini tentang perjuangan
Mengingat republik ini bukanlah pemberian
Kami adalah sarung yang berbeda
Suku budaya juga bahasa
Namun kami islam bersaudara
Satukan darah untuk Indonesia sang Negara
Wahai Indonesia. . .
Semangat kami tak akan pernah padam
Dengan seluruh iman yang tertanam
Akan kami hempas para jahanam
Hingga kau makmur aman dan tentram.
KAMI SANTRI

Kami santri. . . . . .
Hidup dibumi pertiwi
Dibawah naungan ilahi
Yang penuh dengan misteri
Tak ada awan yang menyelimuti
Langitpun tak memikirkan kami

Kami santri. . . . . .
Di negri ini kami hidup
Negri penuh caci maki
Negri penuh keji
Kami di benci oleh mereka
Sebagai pemecah tabir kepalsuan
Yang mengkabut hitam di negri ini

Kami santri. . . . . .
Hidup di negeri seperti ini
Negeri terkendali
Oleh bandit-bandit kejam
Berlindung di bawah kerajaan
Hanya dengan sebongkah berlian
Kekuasaanpun di pegang menjadi dalang kehidupan
Dulu bunga harum keluar dari mulut mereka
Tapi kini jadi sampah yang tak di hiraukan
Hanya tinggal serbuk harapan
Tergantung di kalbu sang insan
Tetesan air mata tumpah tak beraturan

Tapi kami santri . . . . . .


Tak akan membiarkan it uterus terjadi
Mengakar di negri ini
Hanya dengan tekad, iman, dan insan
Kami berjihad sampai mati.
NKRI HARGA MATI, PESANTREN HARGA DIRI

Harapan tanah luas terbentang di jagad khatulistiwa


Harum tanahku hijau bumiku sebagai pelita
Syahadatain terlafadzkan dari bibir terpatri daam hati sebagai pancasila
Dua rukun melekat dalam jiwa menjadi dasar agama

Diri bukanlah bagian dari mereka para pejuang yang mempertahankan Negara
Hak dan asai mereka genggam erat semahal apaun harga pantang terbeli
Satu-persatu gugur dengan tenang membawa iman
Demi negara demi agama di bumi pertiwi NKRI selamanya harga mati
Jangan kalian nodai bumi ini jika masih ingin bernafas di bumimu
Jika kalian hina kalam kami maka murka kami sebagai petakamu
Berkhayal merampas NKRI bersiaplah neraka tempatmu kembali
Bermimpi merubah budaya kami maka lihatlah besarnya NASIONALISME
di negeri makmur ini

Kalian, cahaya, petunjuk, dan penerang dalam langkahku


Kalian, pahlawan pemilik tongkat estafet perjuangan
Kalian, pergimu mewariskan amanah
Kalian, NKRI harga mati, PESANTREN harga diri.
SEMANGAT JUANG SANTRI

Tat kala negri ini terbelenggu dalam perbudakan


Saat penduduk pribumi sengsara dan kelaparan
Santri bangkit menyuarakan semangat pembebasan
Melangkah bersama para pahlawan
Melawan penindasan yang tak berpri kemanusiaan
Keterbatasan senjata tak jadi penghalang
Aliran darah tak lagi di hiraukan
 nyawapun rela jadi korban
demi tercapainya suatu kemerdekaan
sungguh besar perjuangan santri. . .
sungguh besar pengorbananya
langkahnya ta pernah terhenti
walau terhalang senjata api
semangatnya tak pernah mati
walau jasadnya tertelan bumi
karena baginya. . .
NKRI adalah harga mati.
JAMUAN KOPI PAHIT

Oooch. . . kami mengubur diri di tanah suci


Ckckck. . . kalian hibur diri sembari betulan dasi
Oooch. . . kami tekun mengaji walau perut kosong berbunyi
Ckckck. . . kalian sibuk melancong, rekenning deras terisi
Oooch. . . kami terkutuk, budaya santun ala nabi
Ckckck. . . kalian mengira rok mini, bikini bikinan negri
Oooch. . . kami abdi kiai dan NKRI
Ckckck. . . Kalian Pecundang, berkilah bela pertiwi
Huuft . . . . . . kopi itu terlalu pahit tuk ami cicipi

Jika kami, kalian tuduh mata rantai teroris


Maka di istana Negara, petinggi dan PKI tersenyum sinis
Jika kami, kalian anggap terlalu berlagak
Maka kalian arsitek lobang, hingga menganga bah mulut badak
Jika kami, kalian fitnah anti pancasila
Maka saat revesi gelap, kami ikhlas tiada bersuara
Jika kopi itu masih terasa pahit
Maka kamipun pergi tanpa pamit
Sssttz . . . . . . . . . semoga esok kopi tak lagi pahit

Oooch. . . jika kami lakon tuduhan


Ckckck. . . maka kalian dalang ternyata sungguhan
Sssttz . . . . . . . . . semoga lusa gula tak sepahit kopi
JIWA PERANG DALAM HATI GEMINTANG

Dulu sekali . . .
Sajak di mulai dari untaian sayat pedang
Yang terhunus, memutus urat nadi para yahudi
Ribuan anak panah menjerami, menghujam kalbu
Tuk tenggelamkan jiwa ini. Namun, kami kokohkan
Iman kami dengan pertahankan agamamu ya robbi
Agar mendapat ridho ilahi
Seperti wahyu, yang kau turunkan pada kasihmu sejati.

ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR !!

Thalaal badru alaina


Minsani yatil wadha
Wajabas syukru alaina
Mada a lilla hidha

Tengadahkan pedang kaian


Untuk menahan amarah syaitan

Dulu . . .
Asap bau awan yang terhembus kea rah barat
Menutupi langit biru sampai udara begitu sesak
Kupaksa kepakan sayap ke arah timur
 Lantangkan suara
Karena tak satupun terdengar dalam gemuruh
Disini, kau hanya bisa bermimpi dan ber imajinasi

Sampaikanlah pada ranah abdi


Dimana apapun bisa terjadi
Dari orasi-orasi merdeka atau mati
Sampai dalih, resolusi jihad agar menjadi manusia sejati
Mengemban nasionalisme pertahankan NKRI

 ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR !!

Merah berani
Putih berarti suci
Pada hijau yang menghidupkan bumi ini
Sebab segala adalah satu harga mati

Sekarang !
Walau hanya dalam gubuk-gubuk reot beratapkan bintang-bintang
Jiwa perang kami tanamkan
Terhadap kisah yang kau sejarahkan
Sehinnga hati terang benderang
Dengan ilmu pengetahuan yang gemintang

Nawaitut taalumma linaili ridhallahi


Wali izza latil jahli annafsi wa ghairi
Wali i’laiddini wali syukrin nikmati
Biniyatin kholishotin ma’at tawakkuli. . .

Tengadahkan perang kalian


Untuk tuntunan ridho tuhan

Anda mungkin juga menyukai