Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN KRITIS

KELOMPOK 4
Aliah
Christina Natalia B.
Deva Indira D.
Muh. Ikhwan
Nita Aprilinda T.
Nur Intan
Sri Rahayu
Sully Wahyuni

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA
SAMARINDA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami mampu menyusun makalah yang kami kumpulkan dari
berbagai sumber ini, yang kemudian kami susun sedemikian  rupa, hingga menjadi sebuah
makalah dalam mata kuliah Kperawatan Kritis dengan tema “Eklampsia”.
Kami sangat mengharapkan makalah ini sekiranya dapat berguna dalam rangka
mengurangi angka kematian ibu (AKI) melalui pembelajaran mengenai eklampsia yang
sering terjadi pada masyarakat yang disertai dengan cara pencegahan dan penanganannya
yang telah dijelaskan dalam makalah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Semoga
makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang hendak membacanya.
Atas perhatiannya, tidak lupa pula kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu hingga terciptanya makalah ini.
Kritik dan saran sangat kami harapkan dari pemerhati demi kesempurnaan makalah ini.

Balikpapan, 14  April 2022

2
DAFTAR ISI

Halaman judul ................................................................................................................... i


Kata pengantar ................................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1       
B. Rumusan masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan penulisan makalah ............................................................................................ 2
D. Manfaat penulisan makalah .......................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian eklampsia ...................................................................................................... 4
B. Jenis-jenis eklampsia ...................................................................................................... 4
C. Gejala eklampsia ............................................................................................................ 4
D. Patologi eklampsia .......................................................................................................... 7
E. Etiologi eklampsia ........................................................................................................... 7
F. Diagnose eklampsia ......................................................................................................... 7
G. Prognosis eklampsia ........................................................................................................ 8
H. Perawatan eklampsia ........................................................................................................ 8
I. Penanganan kejang.......................................................................................................... 11
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ……....................................................... 12
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................... 26
B. Saran .............................................................................................................................. 26
Daftar pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
        Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. Golongan
penyakit ini ditandai dengan hypertensi dan kadang – kadang disertai proteinuria, odema,
convulsi coma atau gejala – gejala lainnya.
        Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu sebab dari
kematian ibu. Di USA misalnya 1/3 dari kematian ibu disebabkan penyakit ini. Hypertensi
dalam kehamilan juga menjadi penyebab yang penting dari kelahiran mati dan kematian
neonatal. Hypertensi biasa akan berakhir dengan EKLAMPSIA.
        Eklampsia merupakan penyebab dengan peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas
maternal dan perinatal. Kejadian EKLAMPSIA di Negara berkembang berkisar 1 dari 100
hingga 1 dari 700 kelahiran. Di Indonesia pre EKLAMPSIA dan EKLAMPSIA berkisar
1,5 % sampai 25 %. Koknifikan yang mengancam jiwa ibu akibat eklampsia adalah edema
pulmonalis, gagal hati dan ginjal, DIC, sindrom HELLP, dan perdahan otak.
        EKLAMPSIA disebut dengan antepartum, intrapartum, atau pascapartum.
Bergantung pada apakah kejang muncul sebelum, selama atau sesudah persalinan.
EKLAMPSIA paling sering terjadi pada trimester terakhir dan menjadi semakin sering
menjelang aterm.
        Masalah utama dalam mencegah dan mengobati EKLAMPSIA adalah penyebab
kondisi yang tidak diketahui. Terdapat hubungan yang kuat antara hipertensi dan penyakit
serebral yang mengidentifikasi persamaan klinis antara EKLAMPSIA dan ensefalopati
hipertensif ( Vaughan & Delanty 2000 ).
        Dengan adanya uraian di atas maka penulis akan membahas masalah EKLAMPSIA
untuk mengurangi AKI dan AKB sekaligus menyelesaikan tugas kelompok yang
diberikan.
B. Tujuan penulisan makalah
1. Tujuan umum
        Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang eklamsia dan demi terlaksananya
diskusi kelas.
2.  Tujuan khusus
a.    Untuk mengetahui definisi eklamsia
1
b.    Untuk mengetahui jenis-jenis eklamsia
c.    Untuk mengetahui gejala eklamsia
d.    Untuk mengetahui patologi penyakit eklamsia
e.    Untuk mengetahui etiologi dari eklamsia
f.     Untuk mengetahui diagnosa dari eklamsia
g.    Untuk mengetahui prognosis eklamsia
h.    Untuk mengetahui cara perawatan eklamsia
i.     Untuk mengetahui penanganan saat kejang
C. Manfaat penulisan makalah
1. Manfaat bagi penulis
Adapun manfaat yang dapat diperoleh kelompok yakni dapat mngerjakan tugas
kelompok dengan meningkatnya kerjasama dan kekompakan.
2. Manfaat bagi pembaca
Dapat menambah pengetahuannya tentang eklamsia.
3. Manfaat bagi dosen yang bersangkutan
Dapat memberikan penilaian kepada mahasiswa dari hasil penulisan makalah dan
diskusi kelompok dalam kelas dan mengetahui seberapa jauh mahasiswa mampu
memahami materi yang dibahas dalam diskusi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A.     Pengertian eklampsia

        Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita hamil dan
dalam masa nifas disertai dengan hypertensi oedema dan proteinuria. (obstetric
patologi,unpad,1984).

        Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelianan
neurologik) dan atau koma dimana sebeblumnya sudah menunjukkan gejala – gejala
pre eklampsia (asuhan patologi kebidanan, 2009).
        Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai
dengan kejang menyeluruh dan koma. (ilmu kebidanan, 2010).
        Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari pada multiparae.
Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion, mola hidatidosa.
Eklampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah
persalinan.
B. Jenis-jenis eklampsia
Menurut saat terjadinya eklampsia kita mengenal istilah :
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia sewaktu persalinan
3. Eklampsia postpartum ialah eklampsia setalah persalinan
C. Gejala eklampsia
Eklampsia selalu didahului oleh gejala – gejala preeklampsia yang berat seperti :
1.    Sakit kepala yang keras
2.    Penglihatan kabur
3.    Nyeri diulu hati
4.    Kegelisahan dan hyperrefleksi sering mendahuli serangan kejang
        Serangan dapat dibagi dalam 4 tingkat :
1. Tingkat invasi (tingkat permulaan)
Mata terpaku, kepala dipalingkan kesatu pihak, kejang –kejang hals terlihat
pada muka. Tingkat ini berlangsung beberapa detik.

3
2. Tingkat kontraksi (tingkat kejang tonis)
Seluruh badan menjadi kaku, kadang- kadang terjadi ephistholonus, lamanya 15
sampai 20 detik.
3. Tingkat konvulsi (tingkat kejang clonis)
Terjadilah kejang yang timbul hilang, rahang membuka dan menutup begitu pla
mata, otot –otot muka dan otot badan berkontraksi dan berelaksasi berulang. Kejang
ini sangat kuat hingga pasien dapat terlempar dari temapt tidur atau lidahnya tergigit.
Ludah yang berbuih bercampur darah keluar dari mulutnya, mata merah, muka biru,
berangsur kejang berkurang dan akhirnya berhenti. Lamanya ± 1 menit.
4. Tingkat coma
Setelah kejang clonis ini pasien jatuh dalam coma. Lamanya coma ini dari
beberapa menit sampai berjam –jam. Kalau pasien sadar kembali maka ia tidak ingat
sama sekali apa yang telah terjadi.
Gejala klinis :
1.    Kehamilan lebih 20 minggu atau persalinan atau masa nifas
2.    Tanda – tanda pre eklampsia (hipertensi, edema dan proteinuria)
3.    Kejang dan atau koma
4.    Kadang – kadang disertai gangguan fungsi organ.
        Setelah beberapa waktu, terjadi serangan baru dan kejadian yang dilukiskan
diatas berulang lagi kadang –kadang 10 – 20 kali.
        Sebab kematian eklampsia adalah odema paru –paru, apoplexy dan acidosis. Atau
pasien mati setelah beberapa hari karena pneumoni aspirasi, kerusakan hati atau
gangguan faal ginjal. Kadang–kadang terjadi eklampsia tanpa kejang ;gejala yang
menonjol ialah coma. Eklampsia se,acam ini disebut eklampsia sine eklampsia dan
terjadi pada kerusakan hati yang berat. Karena kejang merupakan gejala yang khas dari
eklampsia maka eklampsia sine eklampsia sering dimasukkan preeklampsia yang berat.
Pada eklampsia tekanan darah biasanya tinggi sekitar 180/110 mmHg.
        Nadi kat dan berisi tetapi kalau  keadaan sudah memburuk menjadi kecil dan
cepat. Demam yang tinggi memburuk prognosa. Demam ini rupa–rupanya cerebral.
Pernafasan biasanya cepat dan berbunyi, pada eklampsia yang berat ada cyanosis.
        Proteinuria hamper selalu ada malahan kadang – kadang sangat banyak juga
odema biasanya ada. Pada eklampsia antepartum biasanya persalianan mulai setelah
beberapa waktu. Tapi kadang –kadang pasien berangsr baik tidak kejang lagi dan sadar
sedangkan kehamilan ters berlangsung.
4
        Eklampsia yang tidak segera disusul dengan persalinan disebut eklampsia
intercurrent. Dianggap bahwa pasien yang sedemikian bukan sembuh tapi jatuh ke
tingkat yang lebih ringan ialah dari eklampsia ke dalam keadaan preeklampsia. Jadi
kemngkinan eklampsia tetap mengancam pasien semacam ini sebelum persalianan
terjadi.
        Setelah persalianan keadaan pasien berangsr baik, kira – kira dalam 12 – 24 jam.
Juga kalau anak mati didalam kandungan sering kita lihat bahwa beratnya penyakit
berkurang. Proteinria hilang dalam 4 – 5 hari sedangkan tekanan darah normal kembali
dalam kira –kira 2 minggu. Ada kalanya pasien yang telah menderita eklampsia
menjadi psychotis, biasanya pada hari ke 2 atau ke 3 postpartum dan berlangsung 2 – 3
minggu. Prognosa pada munya baik, penyulit laiannya ialah hemiplegic dan ganguuan
penglihatan karena odema retina.
D. Patologi Eklampsia
        Pada wanita yang mati karena eklampsia terdapat kelainan pada hati, ginjal, otak,
dan paru – paru dan jantung. Pada umumnya dapat ditemukan necrose, haemorrhagia,
odema, hyperaemia atau ischaemia dan thrombosis. Pada placenta terdapat infakt –
infarct karena degenarasi syncytium. Perubahan lain yang terdapat ialah retensi air dan
natrium, haemokonsentrasi dan kadang – kadang acidosis.

5
WOC EKLAMPSI

6
E.     Etiologi eklampsia
        Sebab eklampsia belum diketahui benar, salah satu teori yang dikemukakan ialah
bahwa eklampsia disebabakan ischaemia rahim dan plasenta (ischaemia uteroplacenta).
Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahydatidosa,
hidramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada
penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, perdarahan darah dalam dinding rahim kurang,
maka keluarlah zat- zat dari plasenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan
hypertensi.
F.   Prognosis Eklampsia
        Eklampsia adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya maka prognosa kurang baik
untuk ibu maupun anak. Prognosa juga dipengaruhi oleh paritas artinya prognosa bagi
multiparae lebih buruk, dipengaruhi juga oleh umur terutama kalau umur melebihi 35
tahun dan juga oleh keadaan pada waktu pasien masuk rumah sakit. Juga diurese dapat
dipegang untuk prognosa jika diurese lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6
jam maka prognosa agak baik. Sebaiknya oliguri dan anuri merupakan gejala yang buruk.
        Gejala –gejala lain memberikan prognosa dikemukakan oleh Eden ialah :
1.    Coma yang lama
2.    Nadi di atas 120
3.    Suhu di atas 390 C
4.    Tensi di atas 200 mmHg
5.    Lebih dari 10 serangan
6.    Proteinuria 10 gram sehari sehari atau lebih
7.    Tidak adanya odema (Odema paru –paru dan apoplexy merupakan keadaan yang
biasanya mendahului kematian)
H.    Perawatan eklampsia
        Perawatan dasar eklampsia ialah terapi suportif untuk stabilisasi fungsi vital, yang
harus selalu diingat airway, breathing, circulation (ABC), mengatasi dan mencegah
kejang, mengatasi hipoksemia dan asidemia, mencegah trauma pada pasien pada waktu
kejang, mengendalikan tekanan darah, khususnya pada waktu krisis hipertensi,
melahirkan janin pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat.

7
        Perawatan medikamentosa dan perawatan suportif eklampsia merupakan peraatan
yang sangat penting. Tujuan utama pengobatan medikamentosa eklampsia ialah
mencegah dan menghentikan kejang, mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya
hiprtensi krisis, mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin sehingga dapat melahirkan
janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
1. Pengobatan medikamentosa
a. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan utama ialah magnesium sulfat. Bila
dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun
mengingat dosis yang diperlukan sangat tinggi, pemberian diazepam hanya
dilakukan oleh mereka yang telah berpengalaman. Pemberian diuretikum
hendaknya selalu disertai dengan memonitor plasma elektrolit. Obat kardiotinika
ataupun obat-obat anti hipertensi hendaknya selalu disiapkan dan diberikan benar-
benar atas indikasi.
b. Magnesium sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat pada dasarnya sama seperti pemberian
magnesium sulfat pada preeclampsia berat. Pengobatan suportif terutama
ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya tindakan-
tindakan untuk memperbaiki asidosis, mempertahankan pentilasi paru-paru,
mengatur tekanan darah, mencegah dekompensasi kordis.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, nursing care sanga penting,
misalnya meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi,
mencegah aspirasi, mengatur infuse penderita, dan monitoring produksi urin.
c. Perawatan pada waktu kejang
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertologan ialah
mencegah penderita mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut
Dirawat di kamar isolasi cukup terang, tidak di kamar gelap, agar bila terjadi
sianosis segera dapat diketahui. Penderita dibaringkan di tempat tidur yang lebar,
dengan rail tempat tidur harus dipasang dan dikunci dengan kuat. Selanjutnya
masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas

8
sudap lidah yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi. Kepala
direndahkan dan daerah orofarim diisap. Hendaknya dijaga agar kepala dan
ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat menghentak-hentak benda
keras disekitarnya. Fiksasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna
menghindari fraktur. Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.
d. Perawatan koma
Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat beraksi atau mempertahankan
diri terhadap suhu yang ekstrim, posisi tubuh yang menimbulkan nyeri dan
aspirasi, karena hilangnya reflex muntah. Ahaya terbesar yang mengancam
penderita koma, ialah terbuntunya jalan napas atas. Setiap penderita eklamsia
yang jatuh dalm koma harus dianggap bahwa jalan napas atas terbuntu, kecuali
dibuktikan lain.
Oleh karena itu, tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh, (tidak
sadar), ialah menjaga dan  mengusahakan agar jalan napas atas tetap terbuka.
Untuk menghindari terbuntunya jalan napas atas oleh pangkal lidah dan epiglottis
dilakukan tindakan sebagai berikut. Cara yang sederhana dan cukup efektif dalam
menjaga terbukanya jalan napas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift,
yaitu kepala direndahkan dan leher dalam posisi ekstensi ke belakang atau head
tilt- chain lift, dengan kepala direndahkan dan dagu ditarik ke atas, atau jaw-
thrust, yaitu mandibula kiri-kanan di ekstensikan ke atas sambil mengangkat
kepala ke belakang. Tindakan ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan
orophary haringeal airway46 . hal penting ke dua yang perlu diperhatikan ialah
bahwa penderita, akan kehilangan reflex muntah sehingga kemungkinan
terjadinya aspirasi bahan lambung sangat besar. Lambung ibu hamil harus selalu
dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua benda yang ada dalam
rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lender maupun sisa makanan, hars
segera diiasap secara intermiten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk
drainase lendir.
Monitoring kesadaran dan dalamnya, memakai Glasgow, coma escale.pada
perawatan koma perlu diperhatikan pencehgahan dekubitus dan makanan

9
penderita. Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; dapat diberikan
melalui nasograstrik tube (NGT).
e. Perawatan edema paru
Bila terjadi edema paru sebaiknya penderita di rawat di ICU karena
membutuhkan perawatan animasi dengan respirator.
2. Pengobata obstetric
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan EKLAMPSIA harus
diakhiri, tanpa memandang kehamilan dan keadaan janin. Persalinan diakhiri bila
sudah mencapai stabilisasi (pemulihan). Hemodinamika dan metabolism ibu.
Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi pervaginam, monitoring
tanda-tanda vital dilakukan sebagaimana lazimnya.
I. Penanganan kejang
1.    Selalu ingat ABC (airway, breathing, circulation)
2.    Beri obat  anti kejang
3.    Beri oksigen 4-6 liter per menit
4.    Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan diikat terlalu keras
5.    Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi resiko aspirasi
6.    Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu

10
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS

1. Pengkajia
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun
2)  Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya.
5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks + )
5)  Pemeriksaan penunjang ;
a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b)  Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml/

11
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
f) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
2. Keperawatan Diagnosa
a. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
b. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
c. Risiko cedera pada janin  berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke
placenta
d. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan
3. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1
Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas b.d kejang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan nafas
maksimal.
Kriteria Hasil : Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas
paten atau aspirasi dicegah
Intervensi:
1. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda atau zat tertentu atau alat
yang lain untu menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi.
R/ menurunkan risiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.
2.  Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama
serangan kejang.
R/ meningkatkan aliran secret, mencegah lidah jatuh dan menyumbat jalan nafas
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher atau dada dan abdomen
R/ untuk memfasilitasi usaha bernafas atau ekspansi dada
4. Lakukan penghisapan sesuai indikasi
R/ menurunkan risiko aspirasi atau aspiksia

12
5. Berikan tambahan oksigen atau ventilasi manual sesuai kebutuhan.
R/ dapat menurunkan hipoksia cerebral
Diagnosa keperawatan 2
Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal

Intervensi :
1.  Monitor DJJ sesuai indikasi
 R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi sehingga timbul
IUGR
3. jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut,  perdarahan, rahim tegang,
aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung serta aktifitas
janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

13
 Diagnosa keperawatan 3
Risiko cedera pada  janin  berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah ke placenta
Tujuan : agar cedera tidak terjadi pada janin
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Istirahatkan ibu
R/ dengan mengistirahatkan ibu diharapkan metabolism tubuh menurun dan peredaran
darah ke placenta menjadi adekuat, sehingga kebutuhan O2 untuk janin dapat dipenuhi
2. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
R/ dengan tidur miring ke kiri diharapkan vena cava dibagian kanan tidak tertekan
oleh uterus yang membesar sehingga aliran darah ke placenta menjadi lancar
3. Pantau tekanan darah ibu
R/ untuk mengetahui keadaan aliran darah ke placenta seperti tekanan darah tinggi,
aliran darah ke placenta berkurang, sehingga suplai oksigen ke janin berkurang.
4. Memantau bunyi jantung ibu
R/ dapat mengetahui keadaan jantung janin lemah atau menurukan  menandakan suplai
O2 ke placenta berkurang sehingga dapat direncanakan tindakan selanjutnya.
5. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi dengan dokter
R/ dapat menurunkan tonus arteri dan menyebabkan penurunan after load jantung
dengn vasodilatasi pembuluh darah, sehingga tekanan darah turun. Dengan
menurunnya tekanan darah, maka aliran darah ke placenta menjadi adekuat.

Diagnosa keperawatan 4
Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
 Ibu tampak tenang
 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

14
Intervensi :
1. Kaji tingkat kecemasan ibu
R/. Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan pemberian pengertian
sedangkan yang berat diperlukan tindakan medikamentosa
2. Jelaskan mekanisme proses persalinan
R/. Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat mengurangi emosional ibu
yang maladaptive
3. Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif
R/. Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang dimiliki ibu efektif
4. Beri support system pada ibu
R/. ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang sekarang secara
lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan.
5. Evaluasi
Dx 1: Pasien akan mempertahankan pola pernafasan efektif dengan jalan nafas paten atau
aspirasi dicegah
Dx 2 : Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
 DJJ ( + ) : 12-12-12
 Hasil NST : Normal
 Hasil USG : Normal
Dx 3 : agar cedera tidak terjadi pada janin
Dx 4 : Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan

 Ibu tampak tenang


 Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan
 Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekaran

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eklamsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan
kejang menyeluruh dan koma. Eklampsia lebih sering terjadi pada primagravidae dari
pada multiparae. Eklampsia juga sering terjadi pada : kehamilan kembar, hydramnion,
mola hidatidosa. Eklamsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah persalinan. Pemeriksaan antenatal care sangatlah penting untuk
mendeteksi secara dini dan mencegah  eklmapsia.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan kepada para pembaca agar menyampaikan
kepada masyarakat lainnya akan pentingnya pemeriksaan antenatar care secara rutin
terutama kepada para ibu hamil dengan menjelaskan resiko apa yang bisa terajadi bila
tidak mengikuti anjuran.

16
DAFTAR PUSTAKA

Prawihardjo, sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bna Pustaka

Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


1984.Obstetric Patologi. Bandung :Elstar Offset.

Sujiantini, M.Keb. dkk. 2009. Asuahan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.

Nugroho, dr. Taufan.2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

17

Anda mungkin juga menyukai